BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Riwayat singkat Pada tahun 1955, NV Perseroan Dagang dan Industrie Semarang Knitting Factory berdiri sebagai cikal bakal Bank Central Asia ( BCA ). Tahun 1957, BCA mulai beroperasi pada 21 Februari 1957 dan berkantor pusat di Jakarta. Tahun 1970an, BCA memperkuat jaringan layanan cabang dan tahun 1977 BCA berkembang menjadi Bank Devisa. Tahun 1980an, sejalan dengan deregulasi sektor perbankan di Indonesia, BCA mengembangkan jaringan kantor cabang secara luas. BCA mengembangkan berbagai produk dan layanan maupun pengembangan teknologi informasi, khususnya penerapan online sistem untuk jaringan kantor cabang dan meluncurkan Tabungan Hari Depan (Tahapan) BCA. Tahun 1990an, BCA mengembangkan alternatif jaringan layanan melalui ATM BCA (Anjungan Tunai Mandiri atau Automated Teller Machine) yang berkembang secara pesat. Pada tahun 1991, BCA mulai menempatkan 50 unit ATM di berbagai tempat di Jakarta. Pengembangan jaringan dan fitur ATM dilakukan secara intensif. BCA menjalin kerja sama dengan institusi terkemuka, antara lain PT Telkom untuk pembayaran tagihan telepon melalui ATM BCA. 65 66 BCA juga bekerja sama dengan Citibank agar nasabah BCA pemegang kartu kredit Citibank dapat melakukan pembayaran tagihan melalui ATM BCA. Kemudian tahun 2000, BPPN melakukan divestasi 22,5% dari seluruh saham BCA melalui Penawaran Saham Publik Perdana (IPO), sehingga kepemilikan BPPN berkurang menjadi 70,3%. Tahun 2001 Penawaran Publik Kedua (Secondary Public Offering) 10% dari total saham BCA. Kepemilikan BPPN atas BCA berkurang menjadi 60,3%. Tahun 2002, Farindo Investment (Mauritius) Limited mengambil alih 51% total saham BCA melalui proses tender strategic private placement. Tahun 2004, BPPN melakukan divestasi atas 1,4% saham BCA kepada investor domestik melalui penawaran terbatas. BCA memperkuat dan mengembangkan produk dan layanan, terutama perbankan elektronik dengan memperkenalkan debit BCA, tunai BCA, internet banking KlikBCA, mobile banking M-BCA, EDCBIZZ, dan lain-lain. BCA juga mengembangkan beberapa layanan khusus, seperti BCA Prioritas dan BCABIZZ. BCA mendirikan fasilitas Disaster Recovery Center (DRC) di Singapura. BCA meningkatkan kompetensi di bidang penyaluran kredit, termasuk melalui ekspansi ke bidang pembiayaan mobil melalui anak perusahaannya, BCA Finance. Tahun 2007, BCA menjadi pelopor dalam menawarkan produk kredit kepemilikan rumah dengan suku bunga tetap, yang berhasil meraih respon positif dari pasar. BCA meluncurkan kartu prabayar, Flazz Card serta mulai menawarkan layanan Weekend Banking untuk terus membangun keunggulan di bidang perbankan transaksi. Tahun 2008-2009, BCA secara 67 proaktif mengelola penyaluran kredit dan posisi likuiditas di tengah gejolak krisis global, sekaligus tetap memperkuat kompetensi utama sebagai bank transaksi. BCA telah menyelesaikan pembangunan mirroring IT sistem guna memperkuat kelangsungan usaha dan meminimalisasi risiko operasional. BCA membuka layanan Solitaire bagi nasabah high net-worth individual. Kemudian BCA memasuki lini bisnis baru yaitu perbankan Syariah, pembiayaan sepeda motor, asuransi, dan sekuritas. Tahun 2013, BCA menambah kepemilikan efektif dari 25% menjadi 100% pada perusahaan asuransi umum, PT Asuransi Umum BCA (sebelumnya bernama PT Central Sejahtera Insurance dan dikenal juga sebagai BCA Insurance). Pada Desember 2013, BCA memperoleh persetujuan regulator atas pembelian 45% dari saham PT Central Santosa Finance (CSF), perusahaan pembiayaan sepeda motor. Selanjutnya pada Januari 2014, BCA menyelesaikan pembelian saham CSF, sehingga kepemilikan saham BCA secara efektif meningkat dari 25% menjadi 70%. BCA memperkuat bisnis perbankan transaksi melalui pengembangan produk dan layanan yang inovatif, diantaranya aplikasi mobile banking untuk smartphone terkini, layanan penyelesaian pembayaran melalui eCommerce, dan mengembangkan konsep baru Electronic Banking Center (EBC) yang melengkapi ATM center dengan tambahan fitur-fitur yang didukung teknologi terkini. 68 2. Visi, misi dan tata nilai BCA memprioritaskan untuk tetap mempertahankan posisi sebagai salah satu institusi penyedia layanan transaksi dan pembayaran terdepan di Indonesia. Layanan perbankan yang nyaman, aman, dan andal merupakan faktor penting dalam membangun hubungan dengan nasabah dan memperkuat posisi BCA sebagai bank transaksi. Visi Bank pilihan utama andalan masyarakat, yang berperan sebagai pilar penting perekonomian Indonesia. Misi 1. Membangun institusi yang unggul di bidang penyelesaian pembayaran dan solusi keuangan bagi nasabah bisnis dan perseorangan. 2. Memahami beragam kebutuhan nasabah dan memberikan layanan finansial yang tepat demi tercapainya kepuasan optimal bagi nasabah. 3. Meningkatkan nilai francais dan nilai stakeholder BCA. Tata Nilai 1. Fokus pada nasabah 2. Integritas 3. Kerja sama tim 4. Berusaha mencapai yang terbaik 69 3. Struktur organisasi perusahaan Struktur organisasi merupakan susunan atau hubungan antara bagianbagian dan posisi dalam perusahaan yang dapat memperinci pembagian aktivitas kerja dan spesialisnya serta menjelaskan hierarki perusahaannya. Pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antar organ atau unit kerja di BCA mencerminkan adanya check and balance serta sistem pengendalian internal yang baik. Struktur tata kelola perusahaan BCA terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, Direksi, Komite-Komite di bawah Dewan Komisaris, yaitu Komite Audit, Komite Pemantau Risiko, dan Komite Remunerasi & Nominasi, serta Komite-Komite Eksekutif Direksi, yaitu Asset & Liability Committee, Komite Manajemen Risiko, Komite Kebijakan Perkreditan, Komite Kredit, Komite Pengarah Teknologi Informasi, Komite Pertimbangan Kasus Kepegawaian dengan didukung oleh Sekretaris Perusahaan, Unit-unit kerja Manajemen Risiko, Kepatuhan, Hukum, Audit Internal, dan Pengendalian Internal. Struktur tata kelola tersebut bekerja sesuai dengan lingkup tugas, tanggung jawab, serta fungsinya masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Penerapan tata kelola perusahaan yang baik adalah faktor penting dalam memelihara kepercayaan pemegang saham dan pemangku kepentingan terhadap BCA. Tata kelola perusahaan yang baik dirasakan semakin penting seiring dengan meningkatnya risiko bisnis dan tantangan yang dihadapi oleh industri 70 perbankan. Dengan menerapkan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance, selanjutnya disebut GCG), diharapkan BCA dapat mempertahankan kelangsungan usahanya yang sehat dan kompetitif. Dengan berlandaskan pada pandangan tersebut di atas, BCA berkomitmen untuk terus meningkatkan implementasi prinsip-prinsip GCG sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan perkembangan praktik terbaik (best practices) GCG. Berikut ini bagian hierarki dari PT. Bank Central Asia, Tbk. Gambar 4.1 Struktur Organisasi RUPS DIREKSI DEWAN KOMISARIS SEKRETARIAT PERUSAHAAN ASSET dan LIABILITY COMMITTEE (ALCO) KOMITE AUDIT MANAJEMEN RISIKO KOMITE MANAJEMEN RISIKO KOMITE PEMANTAU RISIKO KEPATUHAN KOMITE KEBIJAKAN PERKREDITAN HUKUM KOMITE KREDIT AUDIT INTERNAL KOMITE PENGARUH TEKNOLOGI INFORMASI PENGENDALIAN INTERN KOMITE PERTIMBANGAN KASUS KEPEGAWAIAN KOMITE REMUNERASI DAN NOMINASI 71 Tabel 4.1 Anggota-anggota Dewan Komisaris dan Direksi DEWAN KOMISARIS NAMA Djohan Emir Setijoso Tonny Kusnadi Cyrillus Harinowo Raden Pardede Sigit Pramono NAMA Jahja Setiaatmadja Eugene Keith Galbraith Dhalia Mansor Ariotedjo Anthony Brent Elam Tan Ho Hien (Subur Tan) Renaldo Hector Barros Henry Koenaifi Armand Wahyudi Hartono Erwan Yuris Ang JABATAN Presiden Komisaris Komisaris Komisaris Independen, merangkap Ketua Komite Pemantau Risiko Komisaris Independen, merangkap Ketua Komite Remunerasi dan Nominasi Komisaris Independen, merangkap Ketua Komite Audit DIREKSI JABATAN Presiden Direktur Wakil Presiden Direktur Direktur Direktur Direktur Kepatuhan Direktur Direktur Direktur Direktur Sumber : www.bca.co.id 4. Produk dan layanan BCA BCA terus meningkatkan kualitas produk dan layanan perbankannya guna memberikan manfaat bagi para nasabah. BCA juga menyediakan berbagai produk dan layanan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis. Berbagai jenis produk dan layanan kredit juga disediakan untuk memenuhi kebutuhan para nasabah secara optimal. 1. Produk Simpanan Pilihan produk simpanan yang memberikan kemudahan serta kenyamanan sesuai dengan kebutuhan transaksi nasabah seperti: a. Tahapan b. Tahapan gold 72 c. Tahapan Xpresi d. Tapres e. TabunganKu f. Giro g. Deposito berjangka h. BCA Dollar 2. Kartu Kredit Kartu kredit BCA disediakan dengan berbagai keuntungan, kemudahan, dan kenyamanan sesuai dengan kebutuhan nasabah seperti: a. BCA Card b. BCA MasterCard c. BCA Visa 3. Fasilitas Kredit seperti: a. Kredit Kepemilikan Rumah b. Kredit Kendaraan Bermotor c. Kredit Modal Kerja d. Kredit Investasi 4. Layanan Transaksi Perbankan seperti: a. Auto debit b. Safe Deposit Box c. Transfer d. Remittance 73 e. Bank Notes f. Collection and Clearing g. Traveller’s Cheque h. BCA Virtual Account i. Open Payment j. Payroll Service 5. Layanan Cash Management seperti: a. Payable Management / Disbursement b. Receivable Management / Collection c. Liquidity Management d. B2B dan B2C 6. Bancassurance Produk asuransi BCA didukung oleh AIA Financial seperti: a. Provisa Max b. Provisa Syariah c. Maxi Health d. Maxi Kid Investa e. Maxi Retirement f. Maxi Legacy 74 7. Bank Garansi seperti: BCA menyediakan beberapa Bank Garansi atau Standby LC yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan transaksi perdagangan atau pelaksanaan proyek dalam jumlah besar seperti: a. Bid Bond b. Performance Bond c. Advance Payment Bond d. Pusat Pengelolaan Pembebasan dan Pengembalian Bea Masuk (P4BM) 8. Fasilitas Ekspor Impor seperti: a. Letter of Credit ( L/C ) b. Negotiation 9. Fasilitas Valuta Asing seperti: a. Spot b. Forward c. Swap d. Produk Derivatif lainnya 10. Perbankan Elektronik seperti: a. ATM BCA (multifungsi, nontunai, dan setoran tunai) b. Debit BCA c. Tunai BCA d. Flazz e. Self Service Passbook Printer (SSPP) 75 f. EDC BIZZ g. Internet banking (KlikBCA Individu dan KlikBCA Bisnis) h. Mobile banking (m-BCA) i. Call Center ( Halo BCA) j. Phone Banking ( BCA by Phone bisnis dan BCA by Phone) k. SMS Top Up l. SMS Push Notification 5. Tinjauan bisnis BCA a. Perbankan cabang Perbankan Cabang yang meliputi layanan perbankan transaksi dan kredit Komersial atau Usaha Kecil & Menengah (UKM), membukukan kinerja yang memuaskan di tahun 2013. Selama tahun 2013 BCA mencatat kenaikan nilai transaksi pembayaran disertai dengan trend peningkatan dana rekening transaksi berupa giro dan tabungan (CASA) didorong oleh peningkatan kebutuhan atas layanan transaksi perbankan di Indonesia. BCA juga membukukan pertumbuhan yang berkualitas pada portofolio kredit komersial maupun UKM. Pencapaian positif tersebut mencerminkan hubungan dengan nasabah yang semakin erat dan team engagement karyawan internal BCA yang semakin kuat. Bank terus berupaya menyempurnakan lini-lini produk, menawarkan solusi perbankan yang lebih komprehensif dan memastikan 76 transaksi sehari-hari berlangsung semudah dan senyaman mungkin, tanpa mengorbankan faktor-faktor keamanan atau keandalan sistem. Sejalan dengan upaya-upaya bisnis dan hasil yang dicapai, BCA memperkuat brand equity dan reputasinya melalui aktivitas pemasaran maupun branding campaign yang efektif : Wujudkan Mimpi bersama Solusi BCA dan Tumbuhkan Bisnis Anda dengan Solusi Bisnis BCA, yang dipromosikan secara aktif di kota-kota besar melalui berbagai media komunikasi. BCA menerima sejumlah penghargaan di bidang layanan dan perbankan, termasuk yang paling membanggakan adalah Bank Ritel Terbaik di Indonesia baik dari Finance Asia maupun Global Finance Magazine. Tabel 4.2 Jumlah Jaringan Layanan BCA Tahun 2011-2013 Jumlah Jaringan Layanan (Unit) Kantor Cabang Kantor Cabang Utama Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas dan Payment Point ATM ATM Multifungsi ATM Setoran Tunai ATM Non Tunai Sumber : www.bca.co.id 2013 1.062 128 825 109 14.048 10.798 1.869 1.381 2012 1.011 127 807 77 12.026 9.090 1.571 1.365 2011 942 126 792 24 8.578 6.485 808 1.285 77 Tabel 4.3 Jumlah dan Nilai Transaksi Melalui Jaringan Layanan Transaksi Melalui Jaringan Layanan Utama Cabang Jumlah Transaksi (dalam jutaan) Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) ATM Jumlah Transaksi (dalam jutaan) Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) Internet Banking Jumlah Transaksi (dalam jutaan) Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) Mobile Banking Jumlah Transaksi (dalam jutaan) Nilai Transaksi (dalam triliun Rupiah) 2013 2012 186,7 15199,8 188,0 13.811,2 1.461,5 1.540,9 1.212,2 1.282,0 895,9 4.731,8 888,4 3.599,0 408,1 389,9 308,6 314,3 Sumber : www.bca.co.id Gambar 4.2 Tingkatan Dana Pihak Ketiga Tahun 2011 Dana Pihak Ketiga (Dalam Miliar Rupiah) 2011 GIRO TABUNGAN Sumber : www.bca.co.id DEPOSITO 78 Gambar 4.3 Tingkatan Dana Pihak Ketiga Tahun 2012 Dana Pihak Ketiga (Dalam Miliar Rupiah) 2012 GIRO TABUNGAN DEPOSITO Gambar 4.4 Tingkatan Dana Pihak Ketiga Tahun 2013 Dana Pihak Ketiga (Dalam Miliar Rupiah) 2013 GIRO TABUNGAN Sumber : www.bca.co.id DEPOSITO 79 Gambar 4.5 Tingkatan Kredit Komersial dan UKM Tahun 2011-2013 Portofolio Kredit Komersial Dan UKM (Dalam Miliar Rupiah) 2011 2012 2013 USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) KOMERSIAL Sumber : www.bca.co.id b. Perbankan Syariah Tahun 2013, BCA Syariah mengambil peran lebih besar dalam upaya BCA untuk memenuhi kebutuhan nasabah di luar layanan perbankan konvensional. BCA Syariah menyediakan solusi perbankan kepada para nasabah yang membutuhkan layanan perbankan Syariah. Sejak diluncurkan pada tahun 2010, BCA Syariah terus mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga dan pembiayaan, maupun peningkatan jumlah nasabah serta pengembangan infrastruktur. Pengembangkan jaringan syariah juga merancang dan membangun unit Layanan Syariah, suatu konsep outlet yang lebih praktis dan berlokasi di cabang BCA. Di tahun 2013, BCA Syariah menambah 4 unit Layanan Syariah di Bekasi, Sidoarjo, Gresik, dan Semarang untuk melengkapi 30 cabang (termasuk 18 unit 80 Layanan Syariah) yang telah ada di wilayah Jabodetabek dan Jawa. Dana pihak ketiga BCA Syariah tumbuh 34,2% menjadi Rp 1,7 triliun, sedangkan total pembiayaan Syariah tumbuh 41,1% menjadi Rp 1,4 triliun pada tahun 2013. Rasio pembiayaan bermasalah tetap terjaga pada tingkat yang rendah sebesar 0,1%. BCA Syariah melengkapi bisnis-bisnis BCA dengan menjajaki peluang-peluang baru melalui proyek percontohan di segmen pembiayaan mikro UKM. Proyek ini terus dievaluasi dan ditingkatkan dari aspek strategi, kebijakan, prosedur, dan pelaksanaan. Sebagai sebuah negara mayoritas muslim dengan populasi lebih dari 250 juta pendukung, prospek masa depan perbankan Syariah tetap menjanjikan. c. Perbankan individu Kondisi bisnis yang cepat berubah, dimana terdapat peningkatan suku bunga dan semakin ketatnya peraturan Bank Indonesia terhadap penyaluran kredit konsumer, pada tahun 2013 BCA tetap menunjukkan kinerja yang kuat di semua lini bisnis Perbankan Individu. Pada tahun tersebut, BCA telah membukukan pertumbuhan yang signifikan dalam kredit pemilikan rumah, pembiayaan kendaraan, kartu kredit maupun pendapatan fee-based yang lebih tinggi dari produk bancassurance maupun produk wealth management lainnya. Kredit konsumer tumbuh sebesar 26,2% menjadi Rp 87,0 triliun di tahun 2013 sedangkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loans – NPL) dapat ditekan pada posisi rendah sebesar 0,6%. 81 Pencapaian tersebut, BCA dapat mempertahankan posisinya sebagai salah satu penyedia kredit konsumer yang terdepan di Indonesia. BCA berkomitmen untuk menjaga posisinya serta mempererat hubungan dengan nasabah Perbankan Individu melalui penyediaan solusi yang beragam dalam memenuhi kebutuhan para nasabahnya. BCA akan terus menerapkan penilaian dan pengelolaan risiko secara berhati-hati dalam menyalurkan kredit di tengah ketidakstabilan kondisi ekonomi global yang berkelanjutan dan meningkatnya ketidakpastian di Indonesia. Gambar 4.6 Tingkatan Total Kredit Konsumer Tahun 2011-2013 TOTAL KREDIT KONSUMER (dalam miliar Rupiah) 50,281 68,926 86,984 2011-2013 Sumber : www.bca.co.id 82 Gambar 4.7 Tingkatan Portofolio Kredit Konsumer Tahun 2011 PORTOFOLIO KREDIT KONSUMER (dalam miliar Rupiah) 4,691 17,558 28,032 2011 Kartu Kredit KKB KPR Gambar 4.8 Tingkatan Portofolio Kredit Konsumer Tahun 2012 PORTOFOLIO KREDIT KONSUMER (dalam miliar Rupiah) 6,431 20,689 41,806 2012 Kartu Kredit Sumber : www.bca .co.id KKB KPR 83 Gambar 4.9 Tingkatan Portofolio Kredit Konsumer Tahun 2013 PORTOFOLIO KREDIT KONSUMER (dalam miliar Rupiah) 7,405 26,630 52,949 2013 Kartu Kredit KKB KPR Sumber : www.bca.co.id d. Perbankan Prioritas dan Wealth Management BCA menyediakan layanan perbankan pilihan dan menawarkan berbagai keuntungan sesuai kebutuhan khusus para nasabah high net worth dan nasabah prioritas. Dengan menjaga komunikasi yang baik dengan para nasabah segmen dimaksud dan melalui relationship officer yang profesional, BCA dapat mempererat hubungan dengan nasabah tersebut, menjaga loyalitas jangka panjang, dan menambah ragam penawaran produk termasuk bancassurance, Obligasi Ritel Indonesia (ORI), investasi reksa dana, layanan valuta asing maupun produk-produk lainnya. Tahun 2013 BCA melakukan re-organisasi bisnis Perbankan Individu dengan menyatukan layanan perbankan prioritas dan wealth management dalam 84 satu divisi. Struktur ini dibentuk untuk memfasilitasi potensi pertumbuhan di masa depan sekaligus menempatkan BCA untuk memberikan layanan yang lebih baik bagi nasabah affluent dan high net worth individual. Penyatuan ini juga diharapkan dapat meningkatkan efisiensi mengingat kedua segmen ini memiliki kebutuhan yang relatif serupa. BCA Solitaire yang telah diperkenalkan sejak lima tahun lalu, menyediakan personal banker untuk melayani nasabah high net worth dalam menentukan solusi perbankan dan pilihan wealth management yang optimal. Bagi nasabah segmen mass-affluent, BCA memberikan layanan perbankan prioritas dengan berbagai benefit yang ditawarkan untuk memenuhi ekspektasi nasabah yang terus berkembang atas layanan perbankan yang semakin luas. Melalui produk bancassurance, BCA terus melayani kebutuhan solusi keuangan jangka panjang nasabah, seperti produk asuransi jiwa dan kesehatan. BCA bekerja sama dengan sebuah perusahaan asuransi terkemuka dalam menyediakan berbagai produk asuransi jiwa bagi nasabah. Produk asuransi atau investasi unitlink yang ditawarkan telah dipilih secara cermat dan cenderung berisiko rendah sesuai dengan pilihan mayoritas nasabah BCA. Pada tahun 2013 BCA meluncurkan produk baru, Provisa Platinum Syariah untuk memfasilitasi investasi berkualitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah. BCA juga sedang mengembangkan entitas anak yang bergerak di bidang asuransi jiwa. Untuk menangkap berbagai peluang bisnis di bidang asuransi umum, BCA bekerja sama dengan entitas anak, PT Asuransi Umum BCA (‘BCA Insurance’, yang sebelumnya bernama Central Sejahtera Insurance). BCA Insurance lebih 85 berfokus pada asuransi kendaraan dan properti. Produk asuransi ini akan melengkapi produk pinjaman konsumer BCA dengan memberikan solusi kebutuhan asuransi umum nasabah. Dengan prospek pertumbuhan pasar asuransi Indonesia yang tingkat penetrasinya masih rendah, BCA berkeyakinan bahwa bisnis asuransi akan terus berkembang di masa mendatang. Tujuan utamanya adalah untuk menawarkan produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan para nasabah. Dedikasi penuh dalam melayani nasabah inilah yang mendukung BCA dalam mencapai tingkat kepuasan tinggi para nasabah. 6. Pendukung bisnis BCA a. Sumber daya manusia Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu prioritas utama dalam mendukung strategi pembangunan jangka panjang BCA. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa karyawan merupakan urat nadi dalam kegiatan Bank. Karyawan front office maupun back office memastikan bahwa BCA senantiasa menyediakan produk dan layanan berkualitas bagi para nasabah. BCA memiliki komitmen dalam mengembangkan keterampilan dan kompetensi karyawan di setiap jenjang dan jaringan kantor BCA di seluruh. Indonesia. Investasi dalam bidang sumber daya manusia telah mendorong pencapaian kinerja positif diberbagai aspek. Hal tersebut tercermin dari penghargaan dan pengakuan yang diterima di sepanjang tahun 2013. BCA 86 mendapat penghargaan bergengsi Human Resources Excellence Award yang diselenggarakan oleh majalah SWA. b. Jaringan dan operasi Inovasi dan Perluasan Jaringan Sejalan dengan tujuan BCA untuk mempererat hubungan dengan nasabah dan meningkatkan kemampuan bank dalam memenuhi berkembangnya kebutuhan para nasabah yang beragam, selama tahun 2013 BCA terus memperluas jaringannya baik berupa jaringan fisik maupun jaringan elektronik. Pada tahun 2013, BCA membuka 51 kantor cabang baru di seluruh Indonesia, termasuk 33 kantor kas serta menambah 2.022 ATM, termasuk 298 Cash Deposit Machines (CDM). BCA juga memperkenalkan Cash Recycling Machines (CRM) sebagai solusi pengelolaan uang tunai yang lebih efisien. CRM berfungsi sebagai alat setoran tunai dan sistem daur ulang otomatis yang memungkinkan transaksi penarikan uang tunai dari uang yang telah disetorkan tersebut. Hingga akhir tahun 2013, BCA mengelola 1.062 cabang (termasuk 109 kantor kas), 14.048 ATM (termasuk 1.869 CDM), dan ratusan ribu mesin Electronic Data Capture (EDC). Perluasan jaringan dilakukan melalui proses penelitian dan kajian secara cermat terhadap tren perkembangan populasi, tingkat konsentrasi cabang maupun kebutuhan nasabah. Upaya tersebut dilakukan untuk memastikan setiap pembukaan jaringan baru dapat secara optimal memenuhi kebutuhan yang ada, 87 meraih pasar dan peluang bisnis baru. Kajian atas lokasi cabang didasarkan pada pertimbangan besarnya dan potensi jumlah transaksi pada setiap lokasi sehingga dapat meningkatkan kenyamanan dan memperluas jangkauan kepada para nasabah. Di samping pembukaan cabang baru, cabang yang telah adapun secara konsisten direnovasi dan diperbaiki untuk memastikan agar pengalaman perbankan yang dirasakan nasabah senantiasa sesuai dengan keinginan mereka. c. Teknologi informasi Meningkatkan Kinerja Hardware dan Infrastruktur IT BCA senantiasa mengembangkan infrastruktur untuk memfasilitasi peningkatan jumlah transaksi baik melalui jaringan elektronik maupun cabang. Pada tahun 2013, BCA meningkatkan kapasitas prosesor mainframe dan server memperlebar bandwidth jaringan dan memperbaharui berbagai hardware maupun sistem tandem serta meningkatkan kapasitas pada infrastruktur sistem pemrosesan secara real time. Grup TI BCA melanjutkan pengembangan infrastruktur interkoneksi host-to-host dengan para mitra strategis eksternal dan dengan para nasabah di berbagai industri strategis. Upaya tersebut mendukung BCA dalam memenuhi kebutuhan kapasitas yang terus meningkat, serta mengembangkan kemampuan TI sesuai kebutuhan setiap lini bisnis bank. Memahami pentingnya data nasabah, kelancaran transaksi dan keamanan, BCA telah melakukan investasi kapasitas dan back-up yang bersifat redundant pada bandwidth dan saluran komunikasi. Pada saat ini BCA mengoperasikan 88 sistem two mirrored redundant system dalam 2 pusat data, dimana masing-masing mampu beroperasi secara mandiri untuk menjamin keberlanjutan bisnis. Tahun 2013, BCA menyelesaikan pembangunan Disaster Recovery Center (DRC) yang canggih di Surabaya, Jawa Timur. Investasi dengan nilai cukup besar, yang dimulai pada tahun 2011, dirancang sebagai back up yang terintegrasi dengan dua data center yang berjalan secara mirroring. Setelah menjalani berbagai uji coba operasional yang dilakukan secara seksama, data center Surabaya tersebut telah terintegrasi dengan dua data center yang bekerja secara mirroring untuk menjalankan fungsi utamanya sebagai disaster recovery center yang melakukan back up data center TI. Dengan posisinya sebagai bank transaksi terkemuka dan berperan penting secara nasional BCA berkomitmen untuk memastikan bahwa bila terjadi bencana bank telah siap dan mampu untuk menjalankan kembali operasional bank dalam waktu yang relatif singkat. Mendukung fungsi DRC, BCA secara berkala melakukan uji coba tidak hanya pada sistem TI namun juga pada sistem sumber daya manusia. Baik di kantor cabang maupun kantor pusat, para karyawan turut berpartisipasi untuk menguji kesiapan Business Continuity Plan BCA. Mengingat bahwa terjadinya bencana adalah sesuatu hal yang tidak dapat diprediksi, maka persiapan terbaik adalah dengan menginformasikan pada para karyawan untuk melakukan tindakan yang efektif dan memastikan bahwa mereka telah terlatih melakukannya. BCA mendorong seluruh kantor cabang untuk selalu siap dengan memastikan bahwa business continuity plan dapat diakses secara online, serta dengan mengkaji hasil 89 respon terhadap seluruh tes yang diwajibkan. BCA kini menjadi salah satu pengelola pusat data terbaik di Asia Tenggara sehingga dapat memberikan keyakinan kepada para nasabah dalam melakukan transaksi di segala situasi. Tata Kelola IT BCA telah membangun sistem untuk mengelola setiap tahapan di dalam proses pengembangan TI. Dalam proses ini, Komite Teknologi Informasi sebagai salah satu komite eksekutif di bawah Direksi berperan penting dalam memastikan bahwa investasi TI mampu mencapai target yang diinginkan. Mengedepankan perencanaan dan pelaksanaan atas perbaikan sistem TI merupakan kebijakan yang sesuai dengan metodologi Quality Assurance, suatu best practice yang telah diakui secara internasional. Salah satu contoh kebijakan ini, yang diterapkan pada tahun 2013 adalah evaluasi System Development Lifecycle (SDLC) TI dengan metode Capability Maturity Model Integration (CMMI). Dalam beberapa tahun terakhir sistem TI BCA telah berkembang baik dari segi kapasitas maupun kompleksitasnya. Pembangunan kapasitas secara bertahap tetap merupakan filosofi utama BCA dalam memelihara dan menyempurnakan kinerja sistemnya. Pentingnya keamanan yang efektif tidak akan pernah bisa diabaikan. Semakin meningkatnya porsi nilai transaksi perbankan internet terhadap total nilai transaksi menunjukkan perlunya pengawasan secara seksama mengingat potensi cyber crime yang terjadi saat ini. Salah satu cara yang diterapkan BCA untuk meningkatkan keamanan transaksi melalui internet adalah dengan mengirim 90 pemberitahuan melalui SMS untuk transaksi-transaksi dengan jumlah tertentu serta dengan mendaftarkan penerima transfer atau pembayaran baru. BCA juga mengoperasikan sistem untuk mendeteksi malware pada perangkat milik nasabah sehingga tindakan yang diperlukan dapat diambil untuk melindungi transaksi elektronik. B. Pengolahan Data 1. Perhitungan Rasio terhadap Laporan Keuangan Sebelum Diaudit a. Rasio Likuiditas Quick Ratio Cash Assets Total Deposit x100% 2011 = Rp. 103.204.427 x 100% = 34,25% Rp. 301.294.656 2012 = Rp. 82.556.749 x 100% = 23,07% Rp. 357.821.702 2013 = Rp. 70.311.170 x 100% = 17,56% Rp. 400.377.469 Investing Policy Ratio x100% Securities Total Deposit 2011 = Rp. 56.925.887 x 100% = 18,89% Rp. 301.294.656 2012 = Rp. 58.306.153 x 100% = 16,3% Rp. 357.821.702 91 2013 = Rp. 53.302.036 x 100% = 13,31% Rp. 400.377.469 Banking Ratio Total Loans Total Deposit x 100% 2011 = Rp. 176.314.608 x 100% = 58,52% Rp. 301.294.656 2012 = Rp. 237.652.968 x 100% = 66,42% Rp. 357.821.702 2013 = Rp. 298.929.564 x 100% = 74,66% Rp. 400.377.469 Assets to Loan Ratio Total Loans Total Assets x100% 2011 = Rp. 176.314.608 x 100% = 49,16% Rp. 358.678.424 2012 = Rp. 237.652.968 x 100% = 56,44% Rp. 421.093.339 2013 = Rp. 298.929.564 x 100% = 62,28% Rp. 479.993.868 Cash Ratio Liquid Assets Short Term Borrowing x100% 2011 = Rp. 103.204.427 x 100% = 131,93% Rp. 78.226.619 2012 = Rp. 82.556.749 x 100% = 95,84% Rp. 86.138.540 2013 = Rp. 70.311.170 x 100% = 67,6% Rp. 104.013.230 92 Loan to Deposit Ratio Total Loans Total Deposit + Equity x100% 2011 = Rp. 176.314.608 x 100% = 51,68% Rp. 301.294.656 + 39.878.028 2012 = Rp. 237.652.968 x 100% = 58,67% Rp. 357.821.702 + 47.253.754 2013 = Rp. 298.929.564 x 100% = 64,94% Rp. 400.377.469 + 59.932.061 Deposit Risk Ratio Equity Capital x 100% Total Deposit 2011 = Rp. 39.878.028 x 100% = 13,24% Rp. 301.294.656 2012 = Rp. 47.253.754 x 100% = 13,21% Rp. 357.821.702 2013 = Rp. 59.932.061 x 100% = 14,97% Rp. 400.377.469 b. Rasio Solvabilitas Primary Ratio Equity Capital x 100% Total Assets 2011 = Rp. 39.878.028 x 100% = 11,12% Rp. 358.678.424 2012 = Rp. 47.253.754 x 100% = 11,22% Rp. 421.093.339 2013 = Rp. 59.932.061 x 100% = 12,49% Rp. 479.993.868 93 Risk Assets Ratio x 100% Equity Capital Total Assets - Cash Assets – Securites 2011 = Rp. 39.878.028 x 100% = 20,08% Rp. 198.548.110 2012 = Rp. 47.253.754 x 100% = 16,86% Rp. 280.230.437 2013 = Rp. 59.932.061 x 100% = 16,82% Rp. 356.380.662 Secondary Risk Ratio Equity Capital Secondary Risk Ratio x 100% 2011 = Rp. 39.878.028 x 100% = 21,39% Rp. 186.468.793 2012 = Rp. 47.253.754 x 100% = 17,45% Rp. 270.816.061 2013 = Rp. 59.932.061 x 100% = 17,39% Rp. 344.699.689 Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio 2 (CAR 2) = Equity Capital – Fixed Assets x 100% Total Loans + Securities 2011 = Rp. 39.878.028 – 7.189. 659 x 100% = 14,01% Rp. 176.314.608 + 56.925.887 2012 = Rp. 47.253.754 – 9.414.376 x 100% = 19,48% Rp. 237.652.968 + 53.302.036 2013 = Rp. 59.932.061- 11.680.973 x 100% = 13,7% Rp. 298.929.564 + 53.302.036 Capital Adequacy Ratio 3 (CAR 3) = Equity Capital Total loans + Securities x 100% 94 2011 = x 100% = Rp. 17,1% Rp. 39.878.028 Rp. 176.314.608 + 56.925.887 2012 = Rp. 47.253.754 x 100% = 16,24% Rp. 237.652.968 + 53.302.036 2013 = Rp. 59.932.061 x 100% = 17,01% Rp. 298.929.564 + 53.302.036 c. Rasio Rentabilitas Gross Profit Margin Operating Income – Operating Expense x 100% Operating Income 2011 = Rp. 23.854.515 – 14.557.076 x 100% = 39% Rp. 23.854.515 2012 = Rp. 28.132.345 – 18.065.205 x 100% = 35,78% Rp. 28.132.345 2013 = Rp. 31.909.606 – 20.026.929 x 100% = 37,24% Rp. 31.909.606 Net Profit Margin Net Income x 100% Operating Income 2011 = Rp. 7.655.280 x 100% = 32,1% Rp. 23.854.515 2012 = Rp. 8.471.371 x 100% = 30,11% Rp. 28.132.345 2013 = Rp. 10.057.083 x 100% = 31,52% Rp. 31.909.606 Return on Equity Capital Net Income Equity Capital x 100% 95 2011 = Rp. 7.655.280 x 100% = 19,2% Rp. 39.878.028 2012 = Rp. 8.471.371 x 100% = 17,93% Rp. 47.253.754 2013 = Rp. 10.057.083 x 100% = 16,78% Rp. 59.932.061 Return on Total Assets Gross Yield on Total Assets = Operating Income x 100% Total Assets 2011 = Rp. 23.854.515 x 100% = 6,65% Rp. 358.678.424 2012 = Rp. 28.132.345 x 100% = 6,68% Rp. 421.093.339 2013 = Rp. 31.909.606 x 100% = 6,65% Rp. 479.993.868 Net Income Total Assets = Net Income x 100% Total Assets 2011 = Rp. 7.655.280 x 100% = 2,13% Rp. 358.678.424 2012 = Rp. 8.471.371 x 100% = 2,01% Rp. 421.093.339 2013 = Rp. 10.057.083 x 100% = 2,1% Rp. 479.993.868 Rate Return on Loans Interest Income x 100% Total Loans 2011 = Rp. 18.029.122 x 100% = 10,26% Rp. 176.314.608 96 2012 = Rp. 20.018.439 x 100% = 8,42% Rp. 237.652.968 2013 = Rp. 23.272.668 x 100% = 7,79% Rp. 298.929.564 Interest Margin on Earning Assets Interest Income – Interest Expense x100% Earning Assets 2011 = Rp. 18.029.122 – 5.627.957 x 100% = 5,24% Rp. 236.714.523 2012 = Rp. 20.018.439 – 5.706.276 x 100% = 4,8% Rp. 298.578.448 2013 = Rp. 23.272.668 – 5.313.342 x 100% = 5,06% Rp. 354.774.220 Leverage Multiplier Total Assets Total Equity 2011 = Rp. 358.678.424 = 9 kali Rp. 39.878.028 2012 = Rp. 421.093.339 = 9 kali Rp. 47.253.754 2013 = Rp. 479.993.868 = 8 kali Rp. 59.932.061 Assets Utilization Operating Income + Nonoperating Income x 100% Total Assets 2011 = Rp. 23.854.515 – 153.151 x 100% = 6,61% Rp. 358.678.424 2012 = Rp. 28.132.345 – 341.855 x 100% = 6,6% Rp. 421.093.339 97 2013 = Rp. 31.909.606 – 527.703 x 100% = 6,54% Rp. 479.993.868 Interest Expense Ratio Interest Expense Total Deposit x 100% 2011 = Rp. 5.627.957 x 100% = 1,87% Rp. 301.294.656 2012 = Rp. 5.706.276 x 100% = 1,6% Rp. 357.821.702 2013 = Rp. 5.313.342 x 100% = 1,38% Rp. 400.377.469 Cost of Fund Interest Expense Total Deposit x 100% 2011 = Rp. 5.627.957 x 100% = 1,76% Rp. 318.909.842 2012 = Rp. 5.706.276 x 100% = 1,53% Rp. 373.210.293 2013 = Rp. 5.313.342 x 100% = 1,26% Rp. 420.442.281 2. Perhitungan Rasio terhadap Laporan Keuangan Setelah Diaudit a. Rasio Likuiditas Quick Ratio Cash Assets Total Deposit 2011 = x100% Rp. 65.481.836 x 100% = 27% Rp. 242.592.961 98 2012 = Rp. 58.117.673 x 100% = 20,93% Rp. 277.708.571 2013 = Rp. 49.643.185 x 100% = 16,16% Rp. 307.135.172 Investing Policy Ratio Securities x100% Total Deposit 2011 = Rp. 41.688.717 x 100% = 17,18% Rp. 242.592.961 2012 = Rp. 37.941.086 x 100% = 13,66% Rp. 277.708.571 2013 = Rp. 39.099.895 x 100% = 12,73% Rp. 307.135.172 Banking Ratio Total Loans Total Deposit x 100% 2011 = Rp. 151.701.456 x 100% = 62,53% Rp. 242.592.961 2012 = Rp. 192.535.165 x 100% = 69,33% Rp. 277.708.571 2013 = Rp. 234.285.110 x 100% = 76,28% Rp. 307.135.172 Assets to Loan Ratio Total Loans Total Assets x100% 2011 = Rp. 151.701.456 x 100% = 53,62% Rp. 282.938.225 2012 = Rp. 192.535.165 x 100% = 58,77% Rp. 327.596.558 99 2013 = Rp. 234.285.110 x 100% = 63,95% Rp. 366.373.682 Cash Ratio Liquid Assets Short Term Borrowing x100% 2011 = Rp. 65.481.836 x 100% = 114,73% Rp. 57.074.264 2012 = Rp. 58.117.673 x 100% = 80,29% Rp. 72.381.478 2013 = Rp. 49.643.185 x 100% = 64,09% Rp. 77.463.584 Loan to Deposit Ratio Total Loans Total Deposit + Equity x100% 2011 = Rp. 151.701.456 x 100% = 55,68% Rp. 242.592.961 + 29.847.344 2012 = Rp. 192.535.165 x 100% = 61,13% Rp. 277.708.571+ 37.269.717 2013 = Rp. 234.285.110 x 100% = 66,09% Rp. 307.135.172 + 47.351.107 Deposit Risk Ratio Equity Capital x 100% Total Deposit 2011 = Rp. 29.847.344 x 100% = 12,30% Rp. 242.592.961 2012 = Rp. 37.269.717 x 100% = 13,42% Rp. 277.708.571 2013 = Rp. 47.351.107 x 100% = 15,42% Rp. 307.135.172 100 b. Rasio Solvabilitas Primary Ratio Equity Capital x 100% Total Assets 2011 = Rp. 29.847.344 x 100% = 10,55% Rp. 282.938.225 2012 = Rp. 37.269.717 x 100% = 11,38% Rp. 327.596.558 2013 = Rp. 47.351.107 x 100% = 12,92% Rp. 366.373.682 Risk Assets Ratio Equity Capital x 100% Total Assets - Cash Assets – Securites 2011 = Rp. 29.847.344 x 100% = 16,98% Rp. 175.767.672 2012 = Rp. 37.269.717 x 100% = 16,1% Rp. 231.537.799 Rp. 47.351.107 x 100% = 17,06% Rp. 277.630.602 Secondary Risk Ratio 2013 = Equity Capital Secondary Risk Ratio x 100% 2011 = Rp. 29.847.344 x 100% = 17,56% Rp. 169.986.103 2012 = Rp. 37.269.717 x 100% = 16,66% Rp. 223.655.340 2013 = Rp. 47.351.107 x 100% = 17,64% Rp. 268.444.024 101 Capital Adequacy Ratio Capital Adequacy Ratio 2 (CAR 2) = Equity Capital – Fixed Assets x 100% Total Loans + Securities 2011 = Rp. 29.847.344 – 5.781.569 x 100% = 12,44% Rp.151.701.456 + 41.688.717 2012 = Rp. 37.269.717 – 7.872.459 x 100% = 12,76% Rp.192.535.165 + 37.941.086 2013 = Rp. 47.351.107 - 9.186.578 x 100% = 13,96% Rp. 234.285.110 + 39.099.895 Capital Adequacy Ratio 3 (CAR 3) = Equity Capital Total Loans + Securities 2011 = x 100% = Rp. 15,43% Rp. 29.847.344 Rp. 151.701.456 + 41.688.717 2012 = Rp. 37.269.717 x 100% = 16,17% Rp.192.535.165 + 37.941.086 2013 = Rp. 47.351.107 x 100% = 17,32% Rp. 234.285.110 + 39.099.895 c. Rasio Rentabilitas Gross Profit Margin Operating Income – Operating Expense x 100% Operating Income 2011 = Rp. 24.743.697 – 15.062.311 x 100% = 39,13% Rp. 24.743.697 2012 = Rp. 28.648.312 – 17.880.289 x 100% = 37,59% Rp. 28.648.312 2013 = Rp. 33.101.884 – 20.361.894 x 100% = 38,49% Rp. 33.101.884 x 100% 102 Net Profit Margin x 100% Net Income Operating Income 2011 = Rp. 7.939.265 x 100% = 32,09% Rp. 24.743.697 2012 = Rp. 8.980.813 x 100% = 31,35% Rp. 28.648.312 2013 = Rp. 10.778.480 x 100% = 32,56% Rp. 33.101.884 Return on Equity Capital Net Income Equity Capital x 100% 2011 = Rp. 7.939.265 x 100% = 26,6% Rp. 29.847.344 2012 = Rp. 8.980.813 x 100% = 24,1% Rp. 37.269.717 2013 = Rp. 10.778.480 x 100% = 22,76% Rp. 47.351.107 Return on Total Assets Gross Yield on Total Assets = Operating Income x 100% Total Assets 2011 = Rp. 24.743.697 x 100% = 8,75% Rp. 282.938.225 2012 = Rp. 28.648.312 x 100% = 8,74% Rp. 327.596.558 2013 = Rp. 33.101.884 x 100% = 9,06% Rp. 366.373.682 103 Net Income Total Assets = Net Income x 100% Total Assets 2011 = Rp. 7.939.265 x 100% = 2,81% Rp. 282.938.225 2012 = Rp. 8.980.813 x 100% = 2,74% Rp. 327.596.558 2013 = Rp. 10.778.480 x 100% = 2,94% Rp. 366.373.682 Rate Return on Loans Interest Income x 100% Total Loans 2011 = Rp.18.310.892 x 100% = 12,07% Rp.151.701.456 2012 = Rp. 20.477.482 x 100% = 10,64% Rp.192.535.165 2013 = Rp. 24.296.462 x 100% = 10,37% Rp. 234.285.110 Interest Margin on Earning Assets Interest Income – Interest Expense x100% Earning Assets 2011 = Rp. 18.310.892 – 5.657.259 x 100% = 6,49% Rp. 195.020.434 2012 = Rp. 20.477.482 – 5.539.608 x 100% = 6,42% Rp. 232.737.309 2013 = Rp. 24.296.462 – 5.660.057 x 100% = 6,75% Rp. 276.299.150 Leverage Multiplier Total Assets Total Equity 104 2011 = Rp. 282.938.225 = 9,48 kali Rp. 29.847.344 2012 = Rp. 327.596.558 = 8,79 kali Rp. 37.269.717 2013 = Rp. 366.373.682 = 7,74 kali Rp. 47.351.107 Assets Utilization Operating Income + Nonoperating Income x 100% Total Assets 2011 = Rp. 24.743.697 – 187.439 x 100% = 8,68% Rp. 282.938.225 2012 = Rp. 28.648.312 – 261.935 x 100% = 8,67% Rp. 327.596.558 2013 = Rp. 33.101.884 – 482.878 x 100% = 8,9% Rp. 366.373.682 Interest Expense Ratio Interest Expense Total Deposit x 100% 2011 = Rp. 5.657.259 x 100% = 2,33% Rp. 242.592.961 2012 = Rp. 5.539.608 x 100% = 2% Rp. 277.708.571 2013 = Rp. 5.660.057 x 100% = 1,84% Rp. 307.135.172 Cost of Fund Interest Expense Total Deposit 2011 = x 100% Rp. 5.657.259 x 100% = 2,24% Rp. 252.569.322 105 2012 = Rp. 5.539.608 x 100% = 1,91% Rp. 289.675.877 2013 = Rp. 5.660.057 x 100% = 1,77% Rp. 319.370.716 C. Pembahasan 1. Ringkasan Data Ringkasan data akan memudahkan dalam menganalisis hasil penelitian untuk perbandingan kinerja keuangan laporan sebelum diaudit dan setelah diaudit pada PT. Bank Central Asia, Tbk. Maka dibawah ini akan disajikan data relevan untuk analisis rasio-rasio keuangan. Tabel 4.4 Rasio-Rasio Keuangan PT. BCA Tbk Sebelum Diaudit Analisa Rasio Likuiditas Quick Ratio Investing Policy Ratio Banking Ratio Assets to Loan Ratio Cash Ratio Loan to Deposit Ratio Deposit Risk Ratio Solvabilitas Primary Ratio Risk Assets Ratio Secondary Risk Ratio Capital Adequacy Ratio 2 Capital Adequacy Ratio 3 Rentabilitas Gross Profit Margin Net Profit Margin Return on Equity Capital Return on Total Assets : Gross Yield on Total Assets Net Income Total Assets Rate Return on Loans Interest Margin on Earning Assets Leverage Multiplier Assets Utilization Interest Expense Ratio Cost of Fund 2011 2012 2013 34,25% 18,89% 58,52% 49,16% 131,93% 51,68% 13,24% 23,07% 16,3% 66,42% 56,44% 95,84% 58,67% 13,21% 17,56% 13,31% 74,66% 62,28% 67,6% 64,94% 14,97% 11,12% 20,08% 21,39% 14,01% 17,1% 11,22% 16,86% 17,45% 19,48% 16,24% 12,49% 16,82% 17,39% 13,7% 17,01% 39% 32,1% 19,2% 35,78% 30,11% 17,93% 37,24% 31,52% 16,78% 6,65% 2,13% 10,26% 5,24% 9 kali 6,61% 1,87% 1,76% 6,68% 2,01% 8,42% 4,8% 9 kali 6,6% 1,6% 1,53% 6,65% 2,1% 7,79% 5,06% 8 kali 6,54% 1,38% 1,26% 106 Tabel 4.5 Rasio-Rasio Keuangan PT. BCA Tbk Setelah Diaudit Analisa Rasio Likuiditas Quick Ratio Investing Policy Ratio Banking Ratio Assets to Loan Ratio Cash Ratio Loan to Deposit Ratio Deposit Risk Ratio Solvabilitas Primary Ratio Risk Assets Ratio Secondary Risk Ratio Capital Adequacy Ratio 2 Capital Adequacy Ratio 3 Rentabilitas Gross Profit Margin Net Profit Margin Return on Equity Capital Return on Total Assets : Gross Yield on Total Assets Net Income Total Assets Rate Return on Loans Interest Margin on Earning Assets Leverage Multiplier Assets Utilization Interest Expense Ratio Cost of Fund 2011 2012 2013 27% 17,18% 62,53% 53,62% 114,73% 55,68% 12,30% 20.93% 13,66% 69,33% 58,77% 80,29% 61,13% 13,42% 16,16% 12,73% 76,28% 63,95% 64,09% 66,09% 15,42% 10,55% 16,98% 17,56% 12,44% 15,43% 11,38% 16,1% 16,66% 12,76% 16,17% 12,92% 17,06% 17,64% 13,96% 17,32% 39,13% 32,09% 26,6% 37,59% 31,35% 24,1% 38,49% 32,56% 22,76% 8,75% 2,81% 12,07% 6,49% 9,48 kali 8,68% 2,33% 2,24% 8,74% 2,74% 10,64% 6,42% 8,79 kali 8,67% 2% 1,91% 9,06% 2,94% 10,37% 6,75% 7,74 kali 8,9% 1,84% 1,77% 2. Ikhtisar Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis rasio diatas, maka didapat hasil bahwa: a. Rasio Likuiditas Quick Ratio Tahun 2011 nilai sebelum diaudit 34,25% dan setelah diaudit 27%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 23,07% dan setelah diaudit 20,93%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 17,56% dan setelah diaudit 16,16%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit menurun. Dengan kata lain, kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban terhadap para deposan menurun pada saat setelah diaudit. 107 Investing Policy Ratio Tahun 2011 nilai sebelum diaudit 18,89% dan setelah diaudit 17,18%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 16,3% dan setelah diaudit 13,66%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 13,31% dan setelah diaudit 12,73%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit menurun. Dengan kata lain, kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya kepada para deposan dengan cara melikuidasi surat-surat berharga yang dimiliki menurun setelah diaudit. Banking Ratio Tahun 2011 nilai sebelum diaudit 58,52% dan setelah diaudit 62,53%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 66,42% dan setelah diaudit 69,33%. Tahun 2013 74,66% dan setelah diaudit 76,28%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, jumlah dana yang digunakan untuk membiayai kredit setelah diaudit meningkat. Assets to Loan Ratio Tahun 2011 nilai sebelum diaudit 49,16% dan setelah diaudit 53,62%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 56,44% dan setelah diaudit 58,77%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 62,28% dan setelah diaudit 63,95%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki meningkat setelah diaudit. 108 Cash Ratio Tahun 2011 nilai sebelum diaudit 131,93% dan setelah diaudit 114,73%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 95,84% dan setelah diaudit 80,29%. Tahun 2013 67,6% dan setelah diaudit 64,09%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit menurun. Dengan kata lain, kemampuan bank melunasi kewajiban yang harus segera dibayar dengan harta likuid yang dimiliki menurun setelah diaudit. Loan to Deposit Ratio Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 51,68% dan setelah diaudit 55,68%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 58,67% dan setelah diaudit 61,13%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 64,94% dan setelah diaudit 66,09%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri meningkat pada saat setelah diaudit. Deposit Risk Ratio Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 13,24% dan setelah diaudit 12,30%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 13,21% dan setelah diaudit 13,42%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 14,97% dan setelah diaudit 15,42%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit keseluruhan meningkat. Dengan kata lain, risiko kegagalan bank membayar kembali deposannya meningkat setelah diaudit. 109 b. Rasio Solvabilitas Primary Ratio Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 11,12% dan setelah diaudit 10,55%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 11,22% dan setelah diaudit 11,38%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 12,49% dan setelah diaudit 12,92%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit pada tahun 2011 menurun, sedangkan pada tahun 2012 dan 2013 meningkat. Dengan kata lain, permodalan yang dimiliki sudah memadai. Risk Assets Ratio Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 20,08% dan setelah diaudit 16,98%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 16,86% dan setelah diaudit 16,1%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 16,82% dan setelah diaudit 17,06%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit tahun 2011 dan 2012 menurun sedangkan tahun 2013 meningkat. Dengan kata lain, kemungkinan penurunan risk assets setelah diaudit tahun 2011 dan 2012 menurun sedangkan tahun 2013 meningkat. Secondary Risk Ratio Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 21,39% dan setelah diaudit 17,56%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 17,45% dan setelah diaudit 16,66%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 17,39% dan setelah diaudit 17,64%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit tahun 2011 dan 2012 menurun sedangkan tahun 2013 meningkat setelah diaudit. 110 Dengan kata lain, nilai rasio setelah diaudit untuk mengukur penurunan aset yang mempunyai risiko lebih tinggi pada tahun 2011 dan 2012 menurun sedangkan tahun 2013 meningkat. Capital Adequacy Ratio 2 and 3 Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 14,01% dan 17,1%, setelah diaudit 12,44% dan 15,43%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 19,48% dan 16,24%, setelah diaudit 12,76% dan 16,17%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 13,7% dan 17,01%, setelah diaudit 13,96% dan 17,32%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit pada tahun 2011 dan 2012 menurun sedangkan tahun 2013 nilai rasio meningkat pada saat setelah diaudit. Dengan kata lain, nilai rasio setelah diaudit pada tahun 2011 dan 2012 untuk mengukur besarnya estimasi risiko yang akan terjadi dalam pemberian kredit dan risiko yang akan terjadi dalam perdagangan suratsurat berharga pada tahun 2011 dan 2012 menurun sedangkan tahun 2013 meningkat. c. Rasio Rentabilitas Gross Profit Margin Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 39% dan setelah diaudit 39,13%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 35,78% dan setelah diaudit 37,59%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 37,24% dan setelah diaudit 38,49%. 111 Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, laba kegiatan usaha dari bank meningkat pada saat setelah diaudit. Net Profit Margin Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 32,1% dan setelah diaudit 32,1%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 30,11% dan setelah diaudit 31,35%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 31,52% dan setelah diaudit 32,56%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan bank dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasi pokoknya meningkat pada saat setelah diaudit. Return on Equity Capital Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 19,2% dan setelah diaudit 26,6%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 17,93% dan setelah diaudit 24,1%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 16,78% dan setelah diaudit 22,76%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal yang ada untuk mendapatkan net income meningkat pada saat setelah diaudit. Return on Total Assets a. Gross Yield on Total Assets Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 6,65% dan setelah diaudit 8,75%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 6,68% dan setelah diaudit 8,74%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 6,65% dan setelah diaudit 9,06%. Ini dapat 112 diartikan bahwa nilai rasio pada saat setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan manajemen meningkat dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset. b. Net Income Total Assets Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 2,13% dan setelah diaudit 2,81%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 2,01% dan setelah diaudit 2,74%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 2,1% dan setelah diaudit 2,94%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan manajemen meningkat dalam memperoleh profitabilitas dan manajeril efisiensi secara overall. Rate Return on Loans Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 10,26% dan setelah diaudit 12,07%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 8,42% dan setelah diaudit 10,64%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 7,79% dan setelah diaudit 10,37%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan manajemen meningkat dalam mengelola kegiatan perkreditannya. Interest Margin on Earning Assets Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 5,24% dan setelah diaudit 6,49%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 4,8% dan setelah diaudit 6,42%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 5,06% dan setelah diaudit 6,75%. Ini dapat 113 diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan manajemen meningkat dalam mengendalikan biaya-biaya. Leverage Multiplier Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 9 kali dan setelah diaudit 9,48 kali. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 9 kali dan setelah diaudit 8,79 kali. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 8 kali dan setelah diaudit 7,74 kali. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit pada tahun 2011 meningkat sedangkan tahun 2012 dan 2013 menurun. Dengan kata lain, kemampuan manajemen dalam mengelola aset setelah diaudit pada tahun 2011 meningkat serta pada tahun 2012 dan 2013 menurun. Assets Utilization Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 6,61% dan setelah diaudit 8,68%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 6,6% dan setelah diaudit 8,67%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 6,54% dan setelah diaudit 8,9%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, kemampuan manajemen meningkat dalam mengelola aset dalam rangka menghasilkan operating income dan nonoperating income. Interest Expense Ratio Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 1,87% dan setelah diaudit 2,33%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 1,6% dan setelah diaudit 2%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 1,38% dan setelah diaudit 1,84%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, 114 nilai rasio setelah diaudit dalam mengukur besarnya bunga yang dibayar kepada para deposan dengan total deposit yang ada meningkat. Cost of Fund Tahun 2011 nilai rasio sebelum diaudit 1,76% dan setelah diaudit 2,24%. Tahun 2012 nilai sebelum diaudit 1,53% dan setelah diaudit 1,91%. Tahun 2013 nilai sebelum diaudit 1,26% dan setelah diaudit 1,77%. Ini dapat diartikan bahwa nilai rasio setelah diaudit meningkat. Dengan kata lain, nilai rasio setelah diaudit dalam mengukur besarnya biaya yang dikeluarkan untuk sejumlah deposit yang ada meningkat. Tabel 4.6 Ikhtisar Hasil Analisis Rasio Analisa Rasio Likuiditas Quick Ratio Investing Policy Ratio Banking Ratio Assets to Loan Ratio Cash Ratio Loan to Deposit Ratio Deposit Risk Ratio Solvabilitas Primary Ratio Risk Assets Ratio Secondary Risk Ratio Capital Adequacy Ratio 2 Capital Adequacy Ratio 3 Rentabilitas Gross Profit Margin Net Profit Margin Return on Equity Capital Return on Total Assets : Gross Yield on Total Assets Net Income Total Assets Rate Return on Loans Interest Margin on Earning Assets Leverage Multiplier Assets Utilization Interest Expense Ratio Cost of Fund Sebelum Diaudit Setelah Diaudit meningkat meningkat menurun menurun meningkat menurun menurun 17,56% 13,31% 74,66% 62,28% 67,6% 64,94% 14,97% menurun menurun meningkat meningkat menurun meningkat meningkat 16,16% 12,73% 76,28% 63,95% 64,09% 66,09% 15,42% menurun menurun menurun menurun menurun 12,49% 16,82% 17,39% 13,7% 17,01% meningkat meningkat meningkat meningkat meningkat 12,92% 17,06% 17,64% 13,96% 17,32% menurun menurun menurun 37,24% 31,52% 16,78% meningkat meningkat meningkat 38,49% 32,56% 22,76% menurun menurun menurun menurun meningkat menurun menurun menurun 6,65% 2,1% 7,79% 5,06% 8 kali 6,54% 1,38% 1,26% meningkat meningkat meningkat meningkat menurun meningkat meningkat meningkat 9,06% 2,94% 10,37% 6,75% 7,74 kali 8,9% 1,84% 1,77%