BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Sekolah Anak sekolah adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Anak Sekolah
Anak sekolah adalah anak yang berada pada usia sekolah yaitu antara 6-12
tahun. Pada usia ini anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak
pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan seusianya
(Adriani, 2012).
2.1.1
Kebutuhan Gizi Anak Sekolah
Anak usia sekolah memerlukan makanan yang kurang lebih sama dengan
yang dianjurkan untuk anak prasekolah, akan tetapi porsinya harus lebih besar
karena kebutuhannya yang lebih banyak, mengingat bertambahnya berat badan dan
aktivitas (Adriani, 2012).
Kebutuhan gizi harus disesuaikan dengan banyaknya aktivitas yang
dilakukan anak, oleh karena itu ada beberapa fungsi dan sumber zat gizi yang perlu
diketahui agar tercukupinya kebutuhan gizi anak sekolah, yaitu :
1.
Energi
Aktivitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme
basal. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem
penunjangnya. Selama aktivitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energi di luar
metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan energi
Universitas Sumatera Utara
tambahan untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh serta
mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh.
Penggunaan energi di luar AMB (Angka Metabolisme Basal) bagi bayi dan
anak selama masa pertumbuhan adalah untuk bermain dan sebagainya. Besar
kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh intensitas kegiatan
jasmani tersebut.
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak,
seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan
makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni.
Semua makanan yang dibuat dari bahan makanan tersebut merupakan sumber
energi.
2.
Karbohidrat
Di dalam tubuh, zat-zat makanan yang mengandung unsur karbon dapat
digunakan sebagai bahan pembentuk energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
Energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh
baik yang disadari maupun yang tidak disadari misalnya, gerakan jantung,
pernapasan (paru-paru), usus dan organ-organ lain dalam tubuh. Dari uraian
tersebut dapat diketahui keperluan tubuh yang utama adalah terbentuknya bahan
bakar (tenaga). Karbohidrat-zat tepung/pati-gula adalah makanan yang dapat
menghasilkan tenaga.
Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan keperluan energi tubuh.
Selain itu, karbohidrat juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk kelangsungan proses
metabolisme lemak. Diketahui juga karbohidrat mengadakan suatu aksi
Universitas Sumatera Utara
penghematan terhadap protein. Pangan sumber karbohidrat misalnya, serealia, bijibijian, gula dan buah-buahan umumnya menyumbang paling sedikit 50% atau
separuh kebutuhan energi keseluruhan. Proporsi asupan karbohidrat yang
disarankan untuk anak usia sekolah adalah 50-60% karbohidrat dari kebutuhan
energi per hari.
3.
Protein
Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar
tubuh sesudah air. Kebutuhan protein menurut FAO/WHO/UNU (1985) adalah
konsumsi yang diperlukan untuk mencegah kehilangan protein yang diperlukan
dalam masa pertumbuhan, kehamilan dan menyusui. Angka Kecukupan Protein
(AKP) anak usia sekolah umur 7-9 tahun adalah 400 mg untuk laki-laki dan
perempuan, umur 10-12 tahun laki-laki adalah 400 mg sedangkan untuk perempuan
350 mg. Disarankan untuk memberi protein 1,5-2 g/kg berat badan bagi anak
sekolah.
Sumber protein dalam bahan makanan hewani merupakan sumber protein
yang baik dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan
kerang. Sumber protein nabati adalah kacang, kedelai dan hasil olahannya seperti
tempe dan tahu serta kacang-kacangan lain.
4.
Lemak
Seperti halnya karbohidrat dan protein, lemak merupakan sumber energi
bagi tubuh. Fungsi lemak terutama adalah menghasilkan energi yang diperlukan
oleh tubuh, sebagai pembentuk struktur tubuh, mengatur proses yang berlangsung
Universitas Sumatera Utara
dalam tubuh secara langsung dan tak langsung serta sebagai pembawa (carrier)
vitamin yang larut dalam lemak.
Defisiensi lemak dalam tubuh akan mengurangi ketersediaan energi dan
mengakibatkan terjadinya katabolisme atau perombakan protein. Cadangan lemak
akan semakin berkurang dan lambat laun akan terjadi penurunan berat badan.
Defisiensi asam lemak akan mengganggu pertumbuhan dan menyebabkan
terjadinya kelainan pada kulit. Sumber lemak diantaranya susu, minyak olive,
minyak jagung, minyak kacang tanah, minyak ikan dan lain-lain. Menurut WHO
(2008), kebutuhan lemak untuk anak usia 2-18 tahun adalah 25-35% dari kebutuhan
energi total.
5.
Vitamin
Vitamin merupakan zat organik yang harus tersedia dalam jumlah yang
sedikit karena vitamin tidak dapat disintesis pada makhluk hidup. Vitamin
diklasifikasikan baik sebagai vitamin larut lemak (vitamin A, D, E, K) atau vitamin
larut air (vitamin B kompleks dan vitamin C). Vitamin tidak menyediakan energi
atau bahan pembangun untuk jaringan dan organ tubuh. Vitamin berperan sebagai
partisipan dalam proses katalitik (sebagai koenzim) dan pengatur proses metabolik
(Grober, 2009).
6.
Mineral
Berikut adalah jenis mineral yang dibutuhkan oleh anak usia sekolah, antara
lain :
Universitas Sumatera Utara
a)
Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,
yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa atau lebih kurang sebanyak 1 kg dan
jumlah ini 99% berada dalam jaringan keras, yaitu tulang dan gigi.
Semakin tinggi kebutuhan dan semakin rendah persediaan kalsium dalam
tubuh semakin efisien absorpsi kalsium. Peningkatan kebutuhan terjadi pada masa
pertumbuhan khususnya pada anak usia sekolah dan remaja, kehamilan, menyusui,
defisiensi kalsium dan tingkat aktifitas fisik yang meningkatkan densitas tulang.
Kalsium mempunyai berbagai fungsi dalam tubuh yaitu dalam pembentukan
tulang dan gigi. Angka kecukupan rata-rata sehari untuk kalsium bagi orang
Indonesia ditetapkan oleh Widyakarya Pangan dan Gizi LIPI (1998) untuk anakanak 500 mg dan remaja 600-700 mg.
Sumber kalsium utama adalah susu dan hasil olahannya, seperti keju. Ikan
dimakan dengan tulang, termasuk ikan kering merupakan sumber kalsium yang
baik. Serealia, kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu dan tempe,
sayuran hujau juga merupakan sumber kalsium yang baik.
b)
Besi
Besi berfungsi sebagai cadangan untuk memproduksi hemoglobin.
Kekurangan besi dapat menurunkan kekebalan tubuh sehingga sangat peka
terhadap serangan bibit penyakit. Penelitian di Indonesia menunjukan terjadi
peningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberi suplemen
besi. Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. Angka kecukupan
besi untuk anak sekolah adalah 10 mg.
Universitas Sumatera Utara
Sumber besi adalah makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan. Sumber
baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hujau, dan
beberapa jenis buah.
c)
Yodium
Yodium berfungsi sebagai bagian dari tirosin dan senyawa lain yang
disintesis oleh kelenjar tiroid. Tubuh mengandung sekitar 25 mg yodium, dimana
sepertiganya terdapat dalam kelenjar tiroid. Fungsinya adalah mengontrol
transduksi energi seluler.
Kebutuhan yodium sehari-hari sekitar 1-2 µg/kg berat badan. Widyakarya
Pangan dan Gizi LIPI (1998) menganjurkan angka kecukupan gizi yodium untuk
anak sekolah 70-120 µg. Sumber yodium yang utama yaitu makanan laut berupa
ikan, udang dan kerang serta gangang laut.
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam
tabel dibawah ini :
Tabel 2.1 Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Anak Sekolah
Umur
(tahun)
7-9
10-12
(pria)
10-12
(wanita)
Berat
badan
(kg)
27
34
Tinggi
badan
(cm)
130
142
Energi
(kkal)
Protein
(gr)
Lemak (gr)
Karbohidrat
(g)
1850
2100
49
56
72
70
10
13
36
145
2000
60
67
20
Sumber : DEPARTEMEN KESEHATAN 2013
2.1.2
Masalah Gizi Anak Sekolah
Masalah gizi (malnutrition) adalah gangguan pada beberapa segi
kesejaterahan perorangan dan atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak
Universitas Sumatera Utara
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang diperoleh dari makanan (Demanik,
2010).
Kekurangan berat badan merupakan masalah gizi yang terjadi pada anak
sekolah. Kekurangan berat badan yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh
merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang
buruk. Pada awal usia enam tahun, anak mulai masuk sekolah. Dengan demikian
anak-anak mulai memasuki dunia baru, dimana mereka mulai banyak belajar,
berhubungan dengan orang di luar keluaga dan berkenalan dengan suasana dan
lingkungan yang baru. Secara langsung maupun tidak, keadaan tersebut bisa
memengaruhi kebiasaan makan. Anak-anak cenderung memilih makanan yang
mengandung banyak lemak, sementara kandungan protein dan mineralnya rendah
(Adriani, 2012).
Pada saat memasuki usia sekolah dasar, anak berada pada masa awal belajar
yang nantinya akan memengaruhi proses belajar anak pada masa yang akan datang.
Oleh karena itu penting memperhatikan gizi anak sekolah dasar untuk menunjang
kondisi fisik otak yang merupakan syarat anak mempunyai kecerdasan tinggi.
2.2
Pola Konsumsi Ikan Anak Sekolah
Menurut Lie Goan Hoang yang dikutip oleh Zulfrida (2003), pola makan
adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai jumlah dan jenis
bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas
untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Gizi pada anak dari segi mutu maka protein hewani dapat dikatakan lebih
baik dari protein nabati. Hal ini disebabkan karena protein hewani mempunyai
susuanan asam amino esensial yang lengkap. Khusus untuk protein hewani anak
dianjurkan agar konsumsinya kira-kira 5 gram protein asal ternak ditambah 10 gram
protein ikan per hari (Khomsan, 2010). Anjuran konsumsi protein ikan rata-rata per
hari yaitu 9 gram dengan kriteria baik ≥ 9 gram/hari dan kurang < 9 gram/hari.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riyandini (2014) sebanyak 48,5%
anak-anak SD Brigjend Katamso mengkonsumsi jenis ikan laut dan olahannya. Ikan
laut yang dikonsumsi terbanyak adalah teri sebesar 22,06%, ikan air tawar yang
dikonsumsi terbanyak adalah lele sebesar 19,12%.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2012) jenis ikan yang
dikonsumsi anak balita di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten
Pasaman adalah ikan mas, ikan mujahir, ikan lele, ikan gabus, belut, ikan nila, ikan
tongkol dan ikan teri. Dapat diketahui bahwa jenis ikan yang sering dikonsumsi
anak balita adalah ikan mujahir, nila dan teri (48,57%).
Menurut Budiarso yang dikutip oleh Meliala (2009), beberapa contoh jenis
ikan yang kaya akan omega-3, yaitu Lemuru, Tuna, Tenggiri dan Ikan herring.
-Lemuru (Sardinella longiceps)
Jenis ikan ini hidup di perairan pantai, lepas pantai dan laut dalam. Panjang
20 cm tapi biasanya 10-15 cm, tubuhnya biru kehijauan dibagian atas, putih perak
pada bagian bawah. Terdapat di Selat Bali dan sekitarnya, termasuk Selatan
Sumbawa dan Timur Sumba serta Kalimantan Utara. Ikan yang oleh orang Madura
Universitas Sumatera Utara
disebut soroi ini dipasarkan dalam bentuk segar, asin kering, kalengan dan asin
rebus (pindang).
-Tuna (Thunnus obesus)
Jenis ikan yang ada di Indonesia Timur sering disebut tuna mata besar ini
hidup di perairan lepas pantai mulai dari permukaan sampai kedalaman 250 m,
dipasarkan dalam bentuk segar yang dibekukan dan harganya terbilang agak mahal.
-Tenggiri ( Scomberomorus commerson)
Termasuk ikan buas, predator, karnivor dan menyukai ikan-ikan kecil
(sarden, tembang dan teri) dipasarkan dalam bentuk segar dan asin setengah kering.
-Ikan herring (harring)
Ikan ini merupakan famili penting yang tersebar luas diseluruh dunia. Ikan
ini diiris lewat punggungnya, isi perut dibuang dan sesudah direndam selama
setengah jam dalam larutan garam 80% ikan tersebut lalu digantung didalam tempat
pembakaran di atas api kayu keras selama 6-18 jam. Ikan haring itu ikan yang
berminyak karena itu mudah rusak.
Beberapa contoh jenis ikan yang biasa dikonsumsi oleh masyarakat, yaitu :
1.
Bandeng
Merupakan jenis ikan budi daya air payau yang sekaligus juga merupakan
bahan konsumsi masyarakat luas. Bentuk badan yang memanjang, padat dan dapat
mencapai ukuran yang cukup besar, rasanya cukup lezat membuat bandeng disukai
semua lapisan masayarakat.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Hadie dan Supriatna yang dikutip oleh Meliala (2009), ciri-ciri
ikan bandeng adalah badan memanjang, padat, kepala tanpa sisik, mulut kecil
terletak di ujung kepala dan rahang tanpa gigi serta lubang hidung yang terletak di
depan mata, sirip punggung terletak jauh di belakang tutup insang, berwarna putih
bersih dan dagingnya putih.
2.
Ikan Mas
Menurut Harli yang dikutip oleh Meliala (2009), ikan mas merupakan jenis
ikan darat dan hidup di perairan dangkal yang mengalir tenang dengan suhu sejuk.
Jenis ikan konsumsi air tawar ini banyak digemari masyarakat karena dagingnya
gurih dan memiliki kadar protein tinggi. Beberapa ciri-ciri ikan mas yaitu umumnya
berwarna kuning dan badan memanjang.
3.
Lele
Menurut Hadie dan Supriatna yang dikutip oleh Meliala (2009), dari sekian
banyak komoditas perikanan di Indonesia, lele dapat dikatakan sebagai jenis ikan
yang sangat populer di masyarakat. Selain rasanya yang lezat, kandungan gizinya
pun cukup tinggi sehingga disukai berbagai kalangan, terutama bagi anak-anak
karena kandungan proteinnya yang tinggi berguna untuk meningkatkan kecerdasan.
Pada umumnya jenis ikan lele memiliki warna hitam abu-abu atau terkadang putih
berbintik.
4.
Gurami
Menurut Agus yang dikutip oleh Meliala (2009), gurame adalah ikan air
tawar yang banyak menghuni rawa-rawa, danau atau daerah yang perairannya
Universitas Sumatera Utara
tenang. Beberapa ciri-ciri umumnya yaitu tubuh berbentuk pipih dan agak
memanjang, bagian dahi gurami dewasa terdapat tonjolan mirip cula.
2.3
Kandungan Zat Gizi Ikan
Menurut penelitian yang dilakukan Riyandini (2014) jumlah ikan yang
dikonsumsi oleh anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori cukup
yaitu sebesar 69,1 % dengan rata-rata jumlah protein ikan adalah 12,6 gram/hari.
Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak SD
Brigjend Katamso II masih tergolong kurang dengan rata-rata 27,18%.
Pada balita penelitian yang dilakukan Apriani (2012) menyimpulkan bahwa
umumnya kandungan protein yang ada pada ikan dan dikonsumsi anak balita adalah
dengan kandungan protein 10-20 gram. Sedangkan rata-rata kandungan protein
ikan yang dikonsumsi anak balita adalah 12,74 gram/hari.
Tabel 2.2 Komposisi Gizi Ikan Terutama Protein, Lemak dan Zat Besi
dibandingkan Telur dan Daging
Jenis Ikan
Bandeng
Gabus kering
Ikan asin
Ikan mas
Kembung
Kepiting
Kerang
Pindang banjar
Sarden
Teri kering
Telur ayam
Daging ayam
Daging sapi
Protein (g)
20,0
58,0
42,0
16,0
22,0
13,8
8,0
28,0
21,0
33,4
12,8
18,2
18,8
Lemak (g)
4,8
4,0
1,5
2,0
1,0
3,8
1,1
4,2
27,0
3,0
11,5
25,0
14,0
Zat Besi (g)
2,0
1,0
2,5
2,0
1,0
1,1
3,1
1,0
3,5
3,6
2,7
1,5
2,8
Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (Depkes, 1989)
Universitas Sumatera Utara
Ikan sebagai salah satu sumber daya gizi laut mempunyai kandungan
protein cukup tinggi, basah sekitar 17% dan kering 40% (Khomsan, 2010).
Menurut Murdiati (2013), secara umum ikan mengandung 13-20% protein yang
dapat membantu pertumbuhan sel otak. Kandungan protein ikan erat sekali
kaitannya dengan kandungan lemak dan kandungan airnya. Pada ikan yang
kandungan lemaknya rendah, rata-rata mengandung protein dalam jumlah besar.
Jumlah protein dalam daging ikan tidak kalah dibanding dengan sumber protein
lainnya (Simanjuntak, 2002). Ikan mengandung 17 gr protein tidak jauh berbeda
dengan daging ayam dan daging sapi yang mengandung 18 gr dan 19 gr protein
namun jauh berbeda dengan telur ayam yang hanya mengandung 13 gr protein.
Menurut Khomsan (2010), sebagian besar asam lemak pada ikan berupa
asam lemak omega-3, meski asam lemak omega-3 mempunyai beberapa manfaat
yang sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel saraf maupun untuk pencagahan
penyakit degeneratif, namun struktur kimiawinya mudah rusak bila teroksidasi
(proses penggabungan dengan oksigen seperti pemanasan).
Sebagai sumber lemak asam lemak omega-3 ditemukan terutama dalam
ikan
laut
berlemak
yang
mengandung
asam
lemak
eikosapentanoat
(eicosapentaenoic acid, EPA) dan asam dokosaheksanoat (decosahexaenoic acid,
DHA). Penelitian menunjukan peningkatan bukti mengenai efek antiinflamasi,
antiaterogenik, antitrombolik, antiaritmia dan efek penurun-trigliserida dalam
minyak ikan (Grober, 2013).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Aswan yang dikutip oleh Meliala (2009), omega 3 dan omega 6
termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk
memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan
sejak dini, melenturkan pembuluh darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan
mencegah penggumpalan darah. Omega 3 dan omega 6 berasal dari berbagai jenis
ikan, terutama ikan yang berasal dari laut, seperti sarden, tuna, cakalang, kembung,
mackarel, herring, salem, bonito dan lainnya.
Tabel 2.3 Kandungan Asam Lemak Omega-3 Per 100 Gram
Jenis Ikan
Tuna
Sardin
Salmon
Makerel
Herring
Asam Lemak
Omega-3
2,1 g
1,2 g
1,6 g
1,9 g
1,2 g
Jenis Ikan
Teri
Tongkol
Tenggiri
Tawes
Kembung
Asam Lemak
Omega-3
1,4 g
1,5 g
2,6 g
1,5 g
2,2 g
Sumber: Khomsan (2010)
Ikan sebagai sumber karbohidrat menurut Hadiwiyoto yang dikutip oleh
Simanjuntak (2002), sumbangan karbohidrat dari daging ikan sebagai zat gizi
kurang dari 1%. Karbohidrat dalam daging ikan paling banyak berupa glikogen
0,005%-0,85%, glukosa 0,038%, asam laktat 0,005%-1,43%. Selain sebagai
sumber karbohidrat ikan juga sebagai sumber vitamin, menurut Pandit yang dikutip
oleh Meliala (2009) bangsa yang memiliki tingkat konsumsi ikan lebih tinggi
cenderung memiliki kualitas sumber daya manusia lebih unggul, sehat dan cerdas.
Ikan dan hasil produknya banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang mengalami
kesulitan pencernaan. Vitamin yang ada dalam ikan bermacam-macam yaitu
vitamin A, D, thiamin, ribovlavin dan niacin. Vitamin D yang terdapat pada
beberapa jenis ikan berkisar antara 20000-45000 UI/gram sementara pada hati
Universitas Sumatera Utara
hewan mamalia darat hanya ditemukan dalam jumlah kecil bahkan kurang dari 1
IU/gram (Hadiwiyoto dalam Simanjuntak, 2002).
Menurut pandit yang dikutip oleh Meliala (2009), ikan mengandung banyak
mineral, diantaranya magnesium, phosfor, yodium, flour, zat besi, copper, zinc, dan
selenium. Mineral yang terkandung dalam ikan kurang lebih sama banyaknya
dengan mineral yang ada dalam susu, seperti kalsium dan phosfor. Orang-orang di
pegunungan yang banyak menderita penyakit gondok antara lain disebabkan jarang
makan ikan laut. Kandungan yodium yang diperoleh dari jenis ikan laut sangat
cukup untuk mencegah berkembangnya penyakit gondok, oleh karena itu
pemerintah membuat peraturan penambahan yodium pada setiap garam dapur yang
dijual dipasaran.
2.4
Manfaat Konsumsi Ikan Anak Sekolah
Kajian epidemiologis mengungkapkan kaitan konsumsi ikan dan resiko
kematian akibat penyakit jantung. Bangsa eskimo yang langka berpenyakit jantung
ternyata mengkonsumsi ikan 300-400 g per hari atau rata-rata 126 kg/tahun.
Lemak ikan mempunyai keunggulan khusus dibandingkan lemak hewan
lainnya. Keunggulan khusus tersebut terutama dilihat dari komposisi asam
lemaknya. Ikan diketahui banyak mengandung asam lemak tak jenuh yang beberapa
diantaranya esensial bagi tubuh, bahkan yang disebut asam lemak omega-3 dapat
menurunkan kadar kolesterol darah. Kolesterol LDL (low density lipoprotein)
sangat berperan terhadap munculnya aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh
darah. Oleh karena itu mengkonsumsi ikan yang banyak mengandung asam lemak
omega-3 dapat menghambat proses terjadinya aterosklerosis.
Universitas Sumatera Utara
Para ahli gizi dalam Lokakarya Peranan Asam Lemak Esensial dalam
Perkembangan Kecerdasan di Serpong 14-15 Februari 1996 menyimpulkan asam
lemak omega-3 dan omega-6 yang terdapat pada ASI, ikan dan produk olahannya
(termasuk minyak ikan) mempunyai peranan penting dalam peningkatan
kecerdasan anak.
Beberapa hasil penelitian yang berhasil mengungkap diet produk ikan dan
ikan yang mengandung omega-3, yaitu mengkonsumsi ikan secara teratur akan
menurunkan resiko jantung 38% dan serangan jantung 60% dibandingkan dengan
mereka yang mengkonsumsi daging merah dan omega-3 dapat mencegah
pembentukan gumpalan darah.
2.5
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Konsumsi Ikan
Dari artikel yang penulis baca, ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan pola konsumsi ikan, antara lain sebagai berikut :
1.
Pengetahuan
Pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi oleh pengalaman yang berasal
dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya.
Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang
berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Pengetahuan merupakan resultan akibat
proses penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar
berasal dari pengelihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan
pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner
berisi materi yang diukur dari responden (Notoatmodjo, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2.
Sosial Budaya
Kehidupan manusia sebagai makhluk sosial selalu dihadapkan kepada
masalah sosial yang tak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Masalah sosial timbul
sebagai akibat dari hubungannya dengan sesama manusia lainnya dan akibat
tingkahlakunya. Masalah sosial tidak sama antara masyarakat yang satu dengan
yang
lainnya
karena
adanya
perbedaan
dalam
tingkat
perkembangan
kebudayaannya, sifat kependudukannya dan keadaan lingkungan alamnya.
Budaya dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi perlakuan dan tindakantindakan sosial manusia, atau sebagai pola-pola bagi kelakuan manusia. Di dalam
masyarakat, manusia mengembangkan kebudayaannya. Ada yang diterima dan ada
yang tidak, atau diterima secara selektif karena berkenaan dengan nilai-nilai moral
dan estetika, sistem-sistem penggolongan, benda-benda dan berbagai hal lainnya
yang diperlukan hidupnya. Kesemuanya ini merupakan masalah sosial yang di
dalamnya masyarakat berada dalam suatu proses perubahan sosial dan kebudayaan
yang cepat (Munandar, 1992).
3.
Ekonomi
Ukuran kelayakan seseorang dalam memperoleh penghargaan dari hasil
kerjanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya. Maka baik kondisi
ekonomi seseorang dapat diasumsikan bahwa terpenuhinya kebutuhan akan
semakin baik, karena untuk kebutuhan akan lebih mudah dipenuhi.
Pendapatan keluarga termasuk ke dalam faktor ekonomi yang mempunyai
peran penting terutama dalam memberikan efek terhadap taraf hidup. Efek disini
meliputi kesejaterahan dan kesehatan, dimana perbaikan pendapatan akan
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan tingkat gizi masyarakat. Pendapatan akan menentukan daya beli
terhadap pangan dan fasilitas lain yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Komsatiningrum (2008)
kepada anak balita, diketahui bahwa pendapatan keluarga mempengaruhi pola
konsumsi pangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jafar
(2012) kepada remaja usia 13-18 tahun dan orang dewasa usia ≥ 19 tahun, diketahui
bahwa tingkat sosial ekonomi mempengaruhi pola konsumsi pangan.
4.
Dukungan Ibu
Semua orangtua harus memberikan hak anak untuk tumbuh. Semua anak
harus memperoleh yang terbaik agar dapat tumbuh sesuai dengan apa yang
mungkin dicapainya dan sesuai dengan kemampuan tubuhnya. Untuk itu perlu
perhatian/dukungan orangtua. Untuk tumbuh dengan baik tidak cukup dengan
memberinya makan, asal memilih menu makanan dan asal menyuapi anak nasi.
Akan tetapi anak membutuhkan sikap orang tuanya dalam memberi makan. Semasa
bayi, anak hanya menelan apa saja yang diberikan ibunya. Sekalipun yang
ditelannya itu tidak cukup dan kurang bergizi. Demikian pula sampai anak sudah
mulai disapih, anak tidak tahu mana makanan terbaik dan mana makanan yang
boleh dimakan. Anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih
makanan agar pertumbuhan tidak terganggu. Bentuk perhatian/dukungan ibu
terhadap anak salah satunya perhatian ketika makan (Nadesul, 1995).
Wanita yang berstatus ibu rumah tangga memiliki peran ganda dalam
keluarga, terutama jika memiliki aktivitas di luar rumah seperti bekerja atau pun
melakukan aktivitas lain dalam kegiatan sosial. Wanita yang bekerja di luar rumah
Universitas Sumatera Utara
biasanya dalam hal menyusun menu tidak terlalu memperhatikan keadaan gizinya,
tetapi cenderung menekankan dalam jumlah atau banyaknya makanan, sedangkan
gizi mempunyai pengaruh yang cukup atau sangat berperan bagi pertumbuhan dan
perkembangan mental maupun fisik anak. Selama bekerja ibu cenderung
mempercayakan anak mereka diawasi oleh anggota keluarga lainnya yang biasanya
adalah nenek, saudara perempuan atau anak yang sudah besar bahkan orang lain
yang diberi tugas untuk mengasauh anaknya (Sunarti, 1989).
Universitas Sumatera Utara
2.6
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Pengetahuan
Sosial Budaya
Ekonomi
Variabel Dependen
Pola Konsumsi Ikan
Jumlah ikan yang
dikonsumsi
Dukungan Ibu
Jenis ikan yang
dikonsumsi
Frekuensi ikan yang
dikonsumsi
Gambar 2.1 Kerangka Konsep
Dari gambar 2.1 di atas dapat dilihat hubungan antara pengetahuan, sosial
budaya, ekonomi dan dukungan ibu dengan pola kosumsi ikan berupa jumlah ikan
yang dikonsumsi. Sementara pola konsumsi ikan berupa jenis ikan dan frekuensi
ikan yang dikonsumsi hanya melihat distribusinya saja.
Universitas Sumatera Utara
Download