Live IN SODONG [A. Nanang Baskara, S. Si, M. Pd, SMK PIUS X MAGELANG] - Berita Umum Acara dimulai pukul 5 sore, berkumpul disuatu tempat Sanggar Soles. Merupakan tempat pertemuan dan sebagai awal untuk melihat sedikit sudut pandang dusun Sodong ini. Dipandu oleh Romo Suhartono, Pr yang juga sebagai pembina sanggar Soles memberikan sejarah singkat mengenai Dusun Sodong dan dibentuknya Sanggar Soles ini. Bersama tim sanggar, kami seluruh guru dan karyawan SMK Pius X dibawa ke tempat rumah adat yang tidak jauh dari Sanggar. Disana kami dikenalkan kembali filosofi rumah jawa, dan eksistensi dapur dalam rumah ada jawa. Banyak hal yang menarik dimana kebiasaan hidup kita sudah jauh dari kebiasaan dari nenek moyang, yang mana adat nenek moyang tersebut adalah sesuatu yang benar. Misal banyak orang saat ini telah melupakan tanah, kaki kita seharusnya menginjak tanah tetapi orang saat ini tanah telah dilantai dan bahkan dengan alas an apapun kita memakai sandal. Hal inilah yang membuat tanah tidak bisa berbuat kebaikan kepada kita lagi. Romo Suhartono mengingatkan kembali esensialnya kehidupan kita untuk bisa kembali ke alam. Bukannya kembali pada situasi kuno atau purba, tetapi kembali meletakan hidup kita sungguh bergantung pada alam. Kehidupan yang tidak seimbang ini karena kurangnya relasi kita dengan siapapun. Banyak orang egois tanpa melihat apa yang telah diperbuatnya apakah itu bermanfaat bagi orang lain atau membahayakan orang lain? Bersama tim yang diketuai oleh mBak Erna, kami sungguh diingatkan bahwa kita jangan melupakan tanah kita, jangan sampai kita membeli sayur, padahal kita mempunyai lahan atau tanah. Meskipun arus modernisasi selalu menekan, tetapi semangat untuk menghargai yang kita miliki dan alam yang kita miliki mampu untuk bisa berbuat bagi hidup kita. Romo dalam permainannya, mengingatkan pada kita bahwa orang kadang selalu mencari kata benda dari pada kata kerja. Hal inilah yang menunjukkan bahwa kita selalu lupa akan proses dan hanya produk oriented. Hari kedua, kami diajak untuk bertani. Hal yang baru dan unik adalah kami dibagi menjadi 3 kelompok. Dan tiap kelompok harus mampu mengolah dana agar panen bisa maksimal. Dinamika yang tidak hanya teoritis, tetapi juga praktis. Hasil dinamika tersebut kami harus membuat suatu bedeng yang siap untuk dibenihkan, dan selanjutnya menanam bibit. Disitulah ada suatu yang baru, yakni bertani secara organic ternyata kitapun harus bisa bersahabat dengan hama. Dilain sisi bertani organic tidak boleh menggunakan pupuk buatan atau pestisida. Secara filosofispun kami angkat bagaimana dalam kehidupan keseharian kita dalam bekerja, bermasyarakat, dan bahkan dalam keluarga. Dimana sesuatu yang tidak sesuai bukan untuk dihilangkan, tetapi bersama-sama yang tidak sesuai tersebut kita bisa menggalang kerjasama untuk menghasilkan tujuan yang besar. Banyak hal yang kami dapatkan dalam ekspedisi 2 hari di Sodong. Salahsatunya adalah bagaimana kita sebagai manusia untuk bisa bertahan diri terhadap segala kebutuhan yang diluar hidup kita. Kedua saran untuk kembali ke alam, dan kita tempatkan alam sebagaimana mestinya. Kita berdoa bersama dengan alam, dan bekerja sama dengan alam untuk melangsungkan hidup kita dan alam kita. Ketiga adalah filosofi kembali ke alam dapat kami terapkan dalam pembelajaran disekolah, baik dalam semboyan green school, modul pembelajaran, symbol-simbol go green, alat pembelajaran dengan alam, metode belajar go green, dan sebagainya. Hasil semua ini tentu akan mendapatkan dorongan, karena visi dan misi SMK Pius X juga sejalan dengan kepedulian terhadap lingkungan hidup, dan menciptakan keutuhan ciptaan seperti semangat karakter Tarakanita yakni Cc 5++. Program live in ini diharapkan dikembangkan baik dalam pembelajaran ataupun dalam kehidupan dalam berkarya dan bermasyarakat. A. Nanang Baskara