BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi 2.1.1 Pengertian Investasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Menurut Tandelilin (2001, p.3), “investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumberdaya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang”. Seorang investor
membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari
kenaikan harga saham ataupun sejumlah dividen di masa yang akan datang,
sebagai imbalan atas waktu dan resiko yang terkait dengan investasi tersebut.
Istilah investasi bisa berkaitan dengan berbagai macam aktivitas.
Menginvestasikan sejumlah dana pada aset riil (tanah, emas, mesin, atau
bangunan), maupun aset finansial (deposito, saham ataupun obligasi) merupakan
aktivitas investasi yang umumnya dilakukan. Bagi investor yang lebih berani
menanggung resiko, aktivitas investasi yang mereka lakukan juga bisa mencakup
investasi pada aset-aset finansial lainnya yang lebih kompleks seperti warrants,
options, dan futures maupun ekuitas internasional.
Pembahasan investasi berkaitan dengan pengelolaan aset finansial
khususnya sekuritas yang bisa diperdagangkan (marketable securities). Aset
finansial adalah klaim berbentuk surat berharga atas sejumlah aset-aset pihak
penerbit
surat
berharga
tersebut.
Sedangkan
sekuritas
yang
mudah
14
diperdagangkan (marketable securities) adalah aset-aset finansial yang bisa
diperdagangkan dengan mudah dan dengan biaya transaksi yang murah pada pasar
yang terorganisir.
Pihak-pihak yang melakukan kegiatan investasi disebut investor.Investor
pada umumnya bisa digolongkan menjadi dua, yaitu investor individual
(individual/retail
investors)
dan
investor
institusional
(institutional
investors).Investor individual terdiri dari individu-individu yang melakukan
aktivitas investasi. Sedangkan investor institusional biasanya terdiri dari
perusahaan-perusahaan asuransi, lembaga penyimpanan dana (bank), dll.
Investasi juga mempelajari bagaimana mengelola kesejahteraan investor
(investor’s wealth).Kesejahteraan dalam konteks investasi berarti kesejahteraan
yang
sifatnya
moneter
bukan
kesejahteraan
rohaniah
(Tandelilin,
2001).Kesejahteraan moneter bisa ditunjukkan oleh penjumlahan pendapatan yang
dimiliki saat ini dan nilai saat ini (present value) pendapatan di masa mendatang.
2.1.2 Tujuan Investasi
Tujuan investasi yang luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
investor.Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa
diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini dan
pendapatan pada masa yang akandatang. Sumber dana untuk investasi bisa berasal
dari aset-aset yang dimiliki saat ini, pinjaman dari pihak lain, ataupun dari
tabungan.
15
Menurut Tandelilin (2001) ada beberapa alasan mengapa individu
melakukan investasi, antara lain adalah :
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih layak dimasa mendatang.
Seorang yang bijaksana akan berpikir bagaimana meningkatkan taraf
hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana
mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak
berkurang di masa yang akan datang.
2. Mengurangi tekanan inflasi.
Dengan melakukan investasi dalam pemilikan perusahaan atau obyek lain,
seseorang dapat menghindarkan diri dari resiko penurunan nilai kekayaan
atau hak miliknya akibat adanya pengaruh inflasi.
3. Dorongan untuk menghemat pajak.
Beberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang bersifat
mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui pemberian fasilitas
perpajakan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu.
Proses investasi meliputi pemahaman dasar-dasar keputusan investasi dan
bagaimana mengorganisir aktivitas-aktivitas dalam proses keputusan investasi.
Untuk memahami proses investasi, seorang investor terlebih dahulu harus
mengetahui beberapa konsep dasar investasi, yang akan menjadi dasar pijakan
dalam setiap tahap pembuatan keputusan investasi yang akan dibuat.
16
Hal mendasar diharapkan dari resiko suatu investasi. Hubungan resiko dan
return yang diharapkan (actual return) dari suatu investasi merupakan hubungan
yang searah dan linier. Maka dari itu, disamping memperhatikan return yang
tinggi, investor juga harus mempertimbangkan tingkat resiko yang harus
ditanggung.
2.1.3 Dasar Keputusan Investasi
Dasar keputusan investasi terdiri dari tingkat return yang diharapkan,
tingkat resiko, serta hubungan antara return dan resiko. Masing-masing dasar
keputusan investasi tersebut (Tandelilin, 2001) :
1. Return
Alasan
utama
orang
berinvestasi
adalah
untuk
memperoleh
keuntungan.Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan
investasi disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor
menuntut tingkat return tertentu atas dana yang telah diinvestasikannya.
Return dibedakan menjadi dua, yaitu :
A. Return yang diharapkan (expected return)
Adalah tingkat return yang diprediksi/antisipasi pada masa mendatang.
B. Return yang terjadi (realized return)
Adalah return yang telah didapatkan investor dimasa yang lalu.
2. Resiko
Umumnya semakin besar resiko, maka semakin besar pula tingkat return
yang diharapkan. Resiko bisa diartikan sebagai kemungkinan return aktual
17
yang berbeda dengan return yang diharapkan. Sikap investor terhadap
resiko akan sangat bergantung kepada referensi investor tersebut terhadap
resiko. Investor yang lebih berani akan memilih resiko investasi yang lebih
tinggi, yang diikuti oleh harapan tingkat return yang tinggi pula, demikian
pula sebaliknya.
2.1.4 Proses Keputusan Investasi
Proses
keputusan
investasi
merupakan
proses
keputusan
yang
berkesinambungan (on going process). Menurut Tandelilin (2001) proses
keputusan investasi terdiri dari lima tahap keputusan yang berjalan terus-menerus
sampai tercapai keputusan investasi yang terbaik, yaitu :
1. Penentuan tujuan investasi
Tahap pertama dalam proses keputusan investasi adalah menentukan
tujuan investasi yang akan dilakukan. Tujuan investasi masing-masing
investor bisa berbeda-beda tergantung pada investor yang membuat
keputusan tersebut.
2. Penentuan kebijakan investasi
Tahap kedua ini merupakan tahap penentuan kebijakan untuk memenuhi
tujuan investasi yang telah ditetapkan.Tahap ini dimulai dengan penentuan
keputusan alokasi aset (asset allocation decision). Keputusan ini
menyangkut pendistribusian dana yang dimiliki pada berbagai kelas-kelas
aset yang tersedia (saham, obligasi, real estate ataupun sekuritas luar
negeri).
18
3. Pemilihan strategi portofolio
Strategi portofolio yang dipilih harus konsisten dengan dua tahap
sebelumnya.Ada dua strategi portofolio yang bisa dipilih, yaitu strategi
portofolio aktif dan pasif.Strategi portofolio aktif meliputi kegiatan
penggunaan informasi yang tersedia dan teknik-teknik peramalan secara
aktif untuk mencari kombinasi portofolio yang lebih baik.Strategi
portofolio pasif meliputi aktivitas investasi pada portofolio yang seiring
dengan kinerja indeks pasar.
4. Pemilihan aset
Tahap keempat adalah pemilihan aset-aset yang akan dimasukkan dalam
portofolio. Tahap ini memerlukan pengevaluasian setiap sekuritas yang
ingin dimasukkan dalam portofolio.
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses keputusan investasi.
Meskipun demikian, adalah salah kaprah jika kita mengatakan bahwa
tahap ini adalah tahap terakhir, karena proses keputusan investasi
merupakan proses keputusan yang berkesinambungan dan terus-menerus.
Artinya, jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan
hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi
sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal.
19
1. Penentuan tujuan investasi
2. Penentuan kebijakan investasi
3. Pemilihan strategi portofolio
4. Pemilihan aset
5. Pengukuran dan evaluasi kinerja
portofolio
Gambar 2.1
Proses Keputusan Investasi
Sumber : Dikutip dari Eduardus Tandelilin , 2001, “Analisis investasi dan
Manajemen Portofolio”, Edisi 1, Hal. 10
2.2 Pasar Modal
2.2.1 Pengertian Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2001, p.13) “pasar modal adalah pertemuan antara
pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana
dengan cara memperjualbelikan sekuritas”, sedangkan menurut Brealey et al
(2007, p.35) “pasar modal adalah pasar tempat sekuritas diterbitkan dan
20
diperdagangkan”.Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar
untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu
tahun, seperti saham dan obligasi.Sedangkan tempat dimana terjadinya jual beli
sekuritas disebut dengan bursa efek.
Tandelilin (2001) menyatakan bahwa pasar modal dapat juga berfungsi
sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran
penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat
menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai
kelebihan dana. Disamping itu, pasar modal dapat mendorong terciptanya alokasi
dana yang efisien, karena dengan adanya pasar modal maka pihak yang kelebihan
dana (investor) dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang
paling optimal. Asumsinya, investasi yang memberikan return relatif besar adalah
sektor-sektor yang paling produktif yang ada dipasar. Dengan demikian, dana
yang berasal dari investor dapat digunakan secara produktif oleh perusahaanperusahaan tersebut.
2.2.2 Pasar Perdana
Dana yang didapatkan perusahaan melalui penjualan sekuritas (saham)
merupakan hasil perdagangan saham-saham perusahaan yang dilakukan di pasar
perdana. Di pasar perdana inilah perusahaan untuk pertama kalinya menjual
sekuritasnya, dan proses itu disebut dengan istilah Initial Public Offering (IPO)
atau penawaran umum.
21
Pasar Perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya
kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum menawarkan saham
dipasar perdana, perusahaan emiten sebelumnya akan mengeluarkan informasi
mengenai
perusahaan
secara
detail.
Informasi
ini
berfungsi
untuk
memginformasikan kondisi perusahaan kepada para calon investor.
Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan umumnya menggunakan jasa
profesional dan lembaga pendukung pasar modal, untuk membantu menyiapkan
berbagai dokumen serta persyaratan yang diperlukan untuk go public.
Profesional dan lembaga
pendukung pasar modal
1
E
2
M
I
BAPEPAM
3
T
E
N
4
Pasar Perdana
Gambar 2.2
Proses Penawaran Umum di Pasar Perdana
Sumber : Jakarta Stock Exchange
Proses perdagangan di pasar perdana dimulai dari tersedianya peran
profesional dan lembaga pendukung di pasar modal. Dalam proses penjualan
sekuritas di pasar perdana, salah satu profesi pendukung di pasar modal yang
berperan penting adalah penjamin (underwriter). Penjamin yang ditunjuk oleh
22
perusahaan akan membantu dalam penentuan harga perdana saham serta
membantu memasarkan sekuritas tersebut kepada calon investor. Dalam
prakteknya, ada sebagian penjamin melakukan perjanjian dengan perusahaan
untuk bertanggug jawab terhadap penjualan saham emiten secara keseluruhan,
sehingga resiko tidak terjualnya saham emiten akan ditanggung sepenuhnya oleh
penjamin tersebut. Biasanya, resiko yang ditanggung oleh penjamin tersebut akan
bisa dikurangi dengan membentuk sindikasi penjamin.
Profesi dan lembaga penunjang pasar modal lainnya yang berperan dalam
proses penawaran umum diantaranya adalah akuntan publik, notaris, dan
konsultan hukum.
Proses selanjutnya, setelah semua dokumen lengkap, emiten akan
menyerahkan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM. BAPEPAM akan
mempelajari dokumen tersebut dan melakukan evaluasi terhadap tiga aspek yaitu
kelengkapan dokumen, kejelasan dan kecukupan informasi serta pengungkapan
aspek manajemen, keuangan, akuntansi, legalitas. Setelah mendapat pernyataan
pendaftaran efektif dari BAPEPAM, maka emiten bersama dengan profesional
dan lembaga penunjang pasar modal lainnya bisa melakukan penawaran umum di
pasar perdana.
2.2.3 Pasar Sekunder
Setelah sekuritas tersebut dijual perusahaan di pasar perdana, barulah
kemudian sekuritas diperjualbelikan oleh investor-investor dipasar sekunder atau
dikenal juga dengan sebutan pasar reguler.Dengan adanya pasar sekunder,
23
investor
dapat
melakukan
perdagangan
sekuritas
untuk
mendapatkan
keuntungan.Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada
investor, bukan kepada perusahaan seperti dalam pasar perdana. Pasar sekunder
biasanya dimanfaatkan untuk perdagangan saham biasa, saham preferen, obligasi,
waran maupun sekuritas derivatif (options dan futures). Sedangkan untuk kasus di
Indonesia, sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder adalah
saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, warrant, bukti right dan
reksadana.
Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan dua jenis pasar
(Tandelilin, 2001), yaitu pasar lelang (auction market) atau pasar negosiasi
(negotiated market) :
1. Pasar Lelang (auction market)
Pasar sekunder yang merupakan pasar lelang adalah pasar sekuritas yang
melibatkan proses pelanggan (penawaran) pada sebuah lokasi fisik.
Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara broker yang
mewakili masing-masing pihak pembeli atau penjual. Dengan demikian,
investor tidak dapat secara langsung melakukan transaksi, tetapi dilakukan
melalui perantaraan broker.
2. Pasar Negosiasi (negotiated market)
Berbeda dengan pasar lelang, pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai
dealer yang menciptakan pasar tersendiri di luar lantai bursa bagi
sekuritas, dengan cara membeli dan/atau menjual ke investor. Tidak
24
seperti broker dalam pasar lelang, dealer di pasar negosiasi mempunyai
kepentingan pada transaksi jual beli karena sekuritas yang diperdagangkan
adalah milik dealer tersebut dan mereka mendapatkan return dari selisih
harga jual beli yang dilakukannya. Pasar negosiasi juga sering disebut
dengan istilah over the counter market (OTC) atau di Indonesia dikenal
sebagai bursa paralel. Keberadaan pasar negosiasi dapat menambah daya
tarik sebuah pasar modal karena akan menambah jumlah penawaran dan
penerimaan di pasar, serta memperlancar aliran dan alokasi dana dari
investor ke perusahaan yang membutuhkan dana (untuk pengembangan
usahanya).
Beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar modal antara
lain adalah saham, obligasi, reksadana, dan instrumen derivatif. Masing-masing
sekuritas tersebut memberikan return dan resiko yang berbeda-beda.
2.2.4 Saham
Saham merupakan surat bukti bahwa kepemillikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu perusahaan,
maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan dan kekayaan
perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran semua kewajiban perusahaan.
Saham merupakan salah satu jenis sekuritas yang cukup populer diperjualbelikan
di pasar modal.
Saham dapat dibedakan menjadi saham preferen dan saham biasa.Saham
preferen adalah saham yang mempunyai kombinasi karakteristik gabungan dan
25
obligasi maupun saham biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan
yang tetap seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan seperti
pada saham biasa. Pemegang saham preferen akan mendapatkan hak terhadap
pendapatan dan kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran
kewajiban pemegang obligasi dan utang (sebelum pemegang saham biasa
mendapatkan haknya). Perbedaannya dengan saham biasa adalah bahwa saham
preferen tidak memberikan hak suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi
ataupun manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa.
Sedangkan saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan bahwa
pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak kepemilikan atas aset-aset
perusahaan.Oleh karena itu, pemegang saham mempunyai hak suara (voting
rights) untuk memilih direktur ataupun manajemen perusahaan dan ikut berperan
dalam pengambilan keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang
saham (RUPS). Harga saham biasa yang terjadi di pasar (harga pasar saham) akan
sangat berarti bagi perusahaan karena harga tersebut akan menentukan besarnya
nilai perusahaan. Nilai pasar perusahaan bisa dihitung dari hasil perkalian harga
saham dengan jumlah saham yang beredar.
2.2.5 Obligasi
Menurut Tandelilin (2001, p.135), “obligasi adalah surat tanda bukti
bahwa investor pemegang obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten
penerbit obligasi”. Oleh karena itu, emiten obligasi akan memberikan kompensasi
bagi investor pemegang obligasi, berupa kupon yang dibayarkan secara periodik
26
terhadap investor. Sedangkan menurut Brealey et al (2007, p.130) “obligasi
adalah sekuritas yang mewajibkan penerbitnya untuk melakukan pembayaran
tertentu pada pemegang obligasi”.
Meskipun demikian, obligasi bukan tanpa resiko, karena bisa saja obligasi
tersebut tidak terbayar kembali akibat kegagalan penerbitnya dalam memenuhi
kewajibannya. Oleh karena itu investor harus berhati-hati dalam memilih obligasi
yang akan dibeli. Untuk itu, investor harus berhati-hati dalam memilih obligasi
yang akan dibeli. Untuk itu, investor perlu memperhatikan peringkat obligasi yang
menunjukkan tingkat resiko dan kualitas obligasi dilihat dari kinerja perusahaan
yang menerbitkannya.
Seandainya investor ingin menjual obligasi sebelum jatuh tempo, maka
penentuan harga pasar obligasi tersebut akan bergantung pada tingkat bunga yang
berlaku saat itu. Dengan demikian, investasi obligasi akan sensitif terhadap
perubahan tingkat bunga yang terjadi (Tandelilin, 2001).
Pembayaran bunga obligasi ditentukan oleh seberapa besar kupon yang
ditetapkan oleh penerbit obligasi.Umumnya, pada setiap obligasi terdapat kupon
dalam jumlah dan waktu pembayaran yang sudah ditetapkan. Tetapi, ada satu
jenis obligasi yang tidak memberikan kupon, atau disebut dengan zero coupon
bond. Pada jenis obligasi ini, penerbit tidak memberikan pembayaran bunga tetap,
tetapi pembeli akan membayar dengan harga kurang dari nilai par yang telah
ditetapkan (harga discount), dan pada saat jatuh tempo akan menerima sejumlah
27
nilai par (tanpa discount). Potongan harga pada saat pembelian obligasi itulah
yang merupakan tingkat keuntungan bagi pembeli.
Di samping itu, terdapat jenis obligasi lain seperti obligasi yang dapat
dilunasi oleh penerbit sebelum jatuh tempo (call provision) dan yang dapat
ditukarkan dengan sejumlah saham (obligasi konversi).
2.2.6 Reksadana
Menurut Tandelilin (2001, p.20) “reksadana (mutual fund) adalah sertifikat
yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada
perusahaan reksadana, untuk digunakan sebagi modal berinvestasi baik di pasar
modal maupun di pasar uang”.
Manajer investasi sangat berperan dalam reksadana, karena pengelolaan
dana sepenuhnya menjadi tanggung jawab manajer investasi. Manajer investasi
yang terbukti mampu mengelola reksadana dengan baik ialah manajer investasi
yang mampu membawa reksadana mendapat keuntungan yang lebih besar dari
kinerja pasar saham dan konsisten.Oleh sebab itu, perusahaan reksadana harus
mampu mendapatkan manajer investasi yang handal untuk mengelola investasi
dari perusahaan reksadana tersebut.
Menurut Brealey (2007, p.38) “perusahaan reksadana adalah suatu
perusahaan investasi yang mengumpulkan tabungan dari banyak investor dan
berinvestasi dalam suatu portofolio sekuritas”.Perusahaan reksadana akan
menghimpun dana dari investor untuk kemudian diinvestasikan dalam bentuk
28
portofolio yang dibentuk oleh manajer investasi. Dengan demikian, investor dapat
membentuk portofolio secara tidak langsung melalui manajer investasi.Menurut
Brealey et al (2007, p. 324) “portofolio pasar adalah portofolio semua aset dalam
perekonomian”.Dalam konteks ini ialah portofolio reksadana saham.Pembentukan
portofolio melalui reksadana seperti terlihat pada gambar berikut.
Portofolio
Investor individu dengan
dana terbatas
Investor individu dengan
dana terbatas
Manajer investasi
Investor individu dengan
dana terbatas
Gambar 2.3
Proses Pembentukan Portofolio Melalui Reksadana
Sumber : Dikutip dari Harianto dkk, 1988, “Perangkat dan Teknik Analisis
Investasi di Pasar Modal Indonesia”, PT. Bursa Efek Jakarta, Hal. 116
2.3 Perbankan
Bank secara sederhana dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang
kegiatan
utamanya
adalah
menghimpun
dana
dari
masyarakat
dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank
29
lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan ialah setiap perusahaan yang
bergerak di bidang keuangan dimana kegiatan bank hanya menghimpun dana,
atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya menghimpun dana dan
menyalurkannya (Kasmir, 2000).
Selanjutnya jika ditinjau dari asal mula terjadinya bank maka pengertian
bank adalah meja atau tempat untuk menukarkan uang. Kemudian pengertian
bank menurut Undang-undang RI nomor 10 tahun 1998 tanggal 10 November
1998 tentang perbankan adalah :
“Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak”.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa bank merupakan perusahaan
yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan
masalah keuangan. Usaha perbankan meliputi 3 kegiatan utama, yaitu :
menghimpun dana; menyalurkan dana; dan memberikan jasa bank lainnya.
Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok
perbankan. Sedangkan kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya hanyalah
merupakan pendukung dari kedua kegiatan tersebut.
30
2.3.1 Funding
Menurut Kasmir (2000, p.12)“menghimpun dana adalah mengumpulkan
atau mencari dana (uang) dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk
simpanan giro, tabungan, dan deposito”. Penghimpunan dana dari masyarakat ini
dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat
mau menanamkan dananya. Kegiatan menghimpun dana sering disebut dengan
istilah funding.
Kegiatan menghimpun dana dari masyarakat (funding) dapat dilakukan
dalam bentuk :
1. Simpanan giro (demand deposit) merupakan simpanan pada bank dimana
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek atau
bilyet giro.
2. Simpanan tabungan (saving deposit) yaitu simpanan pada bank yang
penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian antara bank dengan
nasabah dan penarikannya dengan menggunakan slip penarikan, buku
tabungan, kartu Automatic Teller Machine (ATM) atau sarana penarikan
lainnya.
3. Simpanan deposito (time deposit) merupakan simpanan pada bank yang
penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan dapat ditarik dengan
bilyet deposito atau sertifikat deposito.
Strategi bank dalam menghimpun dana adalah dengan memberikan
ransangan berupa balas jasa yang menarik dan menguntungkan. Balas jasa
31
tersebut dapat berupa bunga bagi bank yang berdasarkan prinsip konvensional dan
bagi hasil, bagi bank yang berprinsip syariah.Kemudian ransangan lainnya dapat
berupa cendera mata, hadiah, pelayanan, atau balas jasa lainnya.
2.3.2 Lending
Menurut Kasmir (2000, p.13) “menyalurkan dana adalah melemparkan
kembali dana yang diperoleh lewat simpana giro, tabungan, dan deposito ke
masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit) bagi bank berdasarkan prinsip
konvensional atau pembiayan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah”.
Dalam pemberian kredit disamping dikenakan bunga bank juga mengenakan jasa
pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk biaya administrasi serta
biaya provisi dan komisi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah
berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.
Kegiatan menyalurkan dana ke masyarakat (lending) dalam bentuk kredit
seperti :
1. Kredit investasi, yaitu kredit yang diberikan kepada para investor untuk
investasi yang penggunaannya jangka panjang.
2. Kredit modal kerja, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai
kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka pendek guna
memperlancar transaksi perdagangan.
3. Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan kepada para pedagang
baik agen-agen maupun pengecer.
32
4. Kredit konsumtif, merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi
atau dipakai untuk keperluan pribadi.
5. Kredit produktif, yaitu kredit yang digunakan untuk menghasilkan barang
dan jasa.
Besar kecilnya bunga kredit sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya bunga
simpanan.Semakin besar atau semakin mahal bunga simpanan, maka semakin
besar pula bunga simpanan dan demikian pula sebaliknya.Disamping bunga
simpanan pengaruh besar kecil bunga pinjaman juga dipengaruhi oleh keuntungan
yang diambil, biaya operasi yang dikeluarkan, cadangan resiko kredit macet, pajak
serta pengaruh lainnya.
2.3.3 Jasa Lainnya
Berikutnya adalah pengertian jasa lainnya yang merupakan jasa
pendukung atau pelengkap kegiatan perbankan. Jasa-jasa ini diberikan terutama
untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik
yang berhubungan langsung dengan kegiatan simpanan dan kredit maupun tidak
langsung. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) antara lain :
1. Menerima setoran-setoran seperti :
A. Pembayaran pajak
B. Pembayaran telepon
C. Dan setoran lainnya
2. Melayani pembayaran-pembayaran seperti :
A. Gaji / pensiun / honorium
33
B. Pembayaran deviden
C. Dan pembayaran lainnya
3. Didalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau menjadi :
A. Penjamin emisi (Underwriter)
B. Penanggung (Guarantor)
C. Wali amanat (Trustee)
D. Perantara perdagangan efek (pialang/broker)
E. Pedagang efek (Dealer)
F. Perusahaan pengelola dana (Investment Company)
4. Kiriman uang (Transfer) merupakan jasa kiriman uang antar bank baik
antar bank yang sama maupun bank yang berbeda. Pengiriman uang dapat
dilakukan untuk dalam kota, luar kota maupun luar negeri.
5. Dan jasa-jasa lainnya.
Banyaknya jenis jasa yang ditawarkan sangat bergantung dari kemampuan
bank masing-masing.Semakin mampu bank tersebut, maka semakin banyak ragam
produk yang ditawarkan.Kemampuan bank dapat dilihat dari segi permodalan,
manajemen serta fasilitas sarana dan prasarana yang dimilikinya.
Praktik perbankan di Indonesia saat ini yang diatur dalam Undang-Undang
Perbankan memiliki beberapa jenis bank. Didalam Undang-Undang Perbankan
nomor 10 tahun 1998 terdapat perbedaan jenis perbankan.Perbedaan jenis
perbankan dapat dilihat dari segi fungsi, kepemilikan dan dari segi menentukan
harga.
34
1. Perbedaan bank dari segi fungsinya.
Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan nomor 10 tahun 1998 maka
jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu :
A. Bank Umum
B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
2. Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan yaitu sebagai berikut :
A. Bank milik pemerintah
Dimana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh
pemerintah juga.
B. Bank milik swasta nasional
Merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh
swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta,
begitu juga pembagian keuntungannya diambil oleh swasta juga.
C. Bank milik asing
Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar
negeri baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu
negara.
D. Bank milik campuran
Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan
sahamnya
dimiliki
oleh
pihak
asing
dan
pihak
swasta
nasional.Dimana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang
oleh swasta negara Indonesia.
35
3. Jenis bank dalam menentukan harga.
Jenis bank jika dilihat dari segi atau caranya dalam menentukan harga baik
harga jual maupun harga beli terbagi dalam 2 kelompok yaitu :
A. Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia dewasa ini adalah
bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Dalam mencari
keuntungan dan menentukan harga kepada para nasabahnya, bank
yang berdasarkan prinsip konvensional menggunakan dua metode
yaitu :
a. Menetapkan bunga sebagai harga jual, baik untuk produk
simpanan
seperti
giro,
tabungan
maupun
deposito.
Demikian juga harga beli untuk produk pinjaman (kredit)
juga ditentukan oleh bunga.
b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional
menggunakan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau
presentase tertentu seperti biaya administrasi, biaya provisi,
sewa, iuran dan biaya-biaya lainnya.
B. Bank yang berdasarkan prinsip syariah
Penentuan harga bank yang berdasarkan prinsip syariah terhadap
produknya berbeda dengan bank konvensional. Penentuan harga
atau mencari keuntungan bagi bank yang berdasarkan prinsip
syariah adalah dengan cara :
a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah).
36
b. Pembiayaan
berdasarkan
prinsip
penyertaan
modal
(murabah).
c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah).
d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah).
e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa
dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).
2.4 Return Saham
Alasan
utama
orang
berinvestasi
adalah
untuk
memperoleh
keuntungan.Dalam konteks manajemen investasi tingkat keuntungan investasi
disebut sebagai return. Suatu hal yang sangat wajar jika investor menuntut tingkat
return tertentu atas dana yang telah di investasikannya.
Return dibedakan menjadi dua yaitu return yang diharapkan (expected
return) dan return yang terjadi (actual return). Return yang diharapkan
merupakan tingkat return yang diantisipasi investor dimasa yang datang,
sedangkan return yang terjadi atau actual return merupakan tingkat return yang
diperoleh investor pada masa yang lalu. Ketika investor menginvestasikan
dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return tertentu dan jika periode investasi
telah berlalu, investor tersebut akan dihadapkan pada tingkat return yang
sesungguhnya ia terima.
37
Return realisasi dihitung berdasarkan data historis, return historis ini juga
berguna sebagai dasar penentuan return ekspektasi atau return di masa yang akan
datang. Di sisi lain, return mempunyai peranan yang penting dalam menentukan
nilai (value) dari saham tersebut.
Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang
diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan
antara return yang diharapkan dengan return yang benar-benar diterima (actual
return) merupakan resiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
investasi. Sehingga dalam berinvestasi, disamping memperhatikan tingkat return,
investor harus selalu mempertimbangkan tingkat resiko suatu investasi.
Return menurut Ang (dalam Fuadi, 2009 : 34) ialah “tingkat keuntungan
yang dinikmati oleh investor atas investasi yang dilakukan”, sedangkan menurut
Jogiyanto (dalam Cahyono, 2014), return adalah “hasil yang diperoleh dari
investasi”. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pengertian return saham
adalah tingkat keuntungan yang diperoleh investor atau organisasi keuangan atas
investasi saham yang dilakukannya.
Return saham terdiri dari capital gain dan dividend yield(Zubir, 2011).
Capital gain adalah hasil yang diperoleh dari selisih antara harga pembelian
dengan harga jual.Artinya jika harga pembelian lebih kecil dari harga jualnya
maka investor memperoleh capital gain, sedangkan jika harga pembelian lebih
besar dari harga jualnya maka investor mendapatkan capital loss.Dividend yield
adalah dividen per lembar dibagi dengan harga beli saham per lembar.
38
Menurut Zubir (2011, p.4) “rate of return merupakan ukuran terhadap
hasil suatu investasi”. Dalam melakukan investasi, orang akan memilih investasi
yang memberikan rate of return yang tinggi. Rumus dari rate of return saham
dinyatakan sebagai berikut :
๐‘…๐‘…๐‘…๐‘…๐‘…๐‘…๐‘…๐‘… ๐‘œ๐‘œ๐‘œ๐‘œ ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ๐‘Ÿ saham =
(Harga Jual − Harga Beli) + Dividen
Harga Beli
Return saham dalam penelitian ini adalah capital gain yang diartikan
sebagai hasil yang diperoleh dari selisih antara harga pembelian dengan harga
jual. Rumus return saham dari capital gain ialah sebagai berikut :
Rt =
Keterangan :
(Pt − Ptโ‚‹โ‚)
Ptโ‚‹โ‚
Rt
: Return saham pada periode t
Pt
: Harga penutupan (closing price) saham pada periode t
Ptโ‚‹โ‚
: Harga penutupan (closing price) saham pada periode t-1
2.5 Volume Perdagangan
Menurut
Jones
(dalam
Napitupulu,
2012),
volume
perdagangan
merupakan bagian dari analisis teknikal.Volume perdagangan yang tinggi
dianggap sejalan dengan kenaikan harga. Dalam membuat keputusan investasi,
investor yang rasional akan mempertimbangkan resiko serta tingkat keuntungan
(return) yang ingin dicapai. Oleh karena itu, investor melakukan analisis sebelum
membeli saham. Adanya informasi yang dipublikasikan akan sangat membantu
39
dalam meyakinkan investor, hal ini dapat dilihat dari reaksi di pasar. Salah satu
dari reaksi pasar tersebut ialah reaksi volume perdagangan.
Menurut Sutrisno (dalam Shobriati dkk., 2012), volume perdagangan
adalah suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di
pasar. Volume perdagangan dapat menjadi indikator penting untuk para
investor.Naik dan turunnya volume perdagangan saham merupakan peningkatan
atau penurunan aktivitas jual beli oleh para investor di bursa saham.Kegiatan
volume perdagangan yang tinggi dibursa menandakan kondisi pasar yang
membaik. Peningkatan volume perdagangan ditambah dengan harga saham
merupakan gejala kuat akan kondisi meningkat (bullish).
Besarnya volume perdagangan dapat diketahui dengan mengamati
kegiatan perdagangan saham melalui indikator Aktivitas Volume Perdagangan
atau Trading Volume Activity (TVA). Rumus untuk mengetahui volume
perdagangan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut (Ang, 1997) :
๐‘‡๐‘‡๐‘‡๐‘‡๐‘‡๐‘‡ =
Jumlah saham perusahaan x yang diperdagangkan pada waktu t
Jumlah saham perusahaan x yang beredar pada waktu t
2.6 Varian Return
Sudah sewajarnya jika investor mengharapkan return yang setinggitingginya dari investasi yang dilakukan. Tetapi, ada hal penting yang harus selalu
dipertimbangkan, yaitu berapa besar resiko yang harus ditanggung dari investasi
tersebut.Menurut Zubir (2011, p.19) “resiko didefinisikan sebagai perbedaan
40
antara hasil yang diharapkan (expected return) dan realisasinya”.Semakin besar
penyimpangannya, semakin tinggi juga resikonya.
Actual return/realized return diperoleh setelah suatu periode berlalu dan
investor menjual kembali sahamnya, sedangkan expected return saham digunakan
untuk mengantisipasi perkiraan return saham di masa yang akan datang.
Dalam ilmu ekonomi pada umumnya dan ilmu investasi pada khususnya,
terdapat asumsi bahwa investor adalah mahluk yang rasional.Investor yang
rasional tentunya tidak menyukai ketidakpastian atau resiko, oleh karena itu
investor harus mampu menghitung resiko suatu investasi sebelum masuk dalam
investasi tersebut.Menurut Brealey et al (2007, p.312), “resiko pasar adalah
sumber resiko dari seluruh perekonomian (ekonomi makro) yang memperngaruhi
pasar saham secara keseluruhan”.
Untuk menghitung besarnya resiko total yang dikaitkan dengan return
yang diharapkan dari suatu investasi, dapat dilakukan dengan menghitung varians
dan standar deviasi return pada investasi tersebut. Varians maupun standar deviasi
merupakan
ukuran
besarnya
penyebaran
distribusi
probabilitas,
yang
menunjukkan seberapa besar penyebarannya, semakin besar varians atau standar
deviasi investasi tersebut. Menurut Brealey et al (2007, p.302), “varians adalah
nilai rata-rata deviasi kuadrat dari rata-rata ukuran kerentanan (volatilitas),
sedangkan standar deviasi adalah akar kuadrat varians, ukuran lain untuk
kerentanan (volatilitas)”.
41
Dalam penelitian ini hanya varian return saja yang dijadikan patokan
dalam mengitung besarnya resiko total. Secara matematis, rumus untuk
menghitung varians return dituliskan sebagai berikut (Husnan, 2005:169).
Keterangan
∑nr=1(Eแตขแตฃ − ฤ’แตขแตฃ)²
σแตข² =
nหโ‚
σแตข²
: Varians return
Eแตขแตฃ
: Return saham i pada periode r
ฤ’แตขแตฃ
: Rata-rata return saham i pada periode r
n
: Jumlah periode pengamatan
2.7 Bid-Ask Spread
Pengertian bid-ask spread menurut Fatmawati (1999) adalah presentase
selisih antara bid-price dengan ask price, sedangkan menurut Jones (dalam
Napitupulu, 2013), bid-ask spread adalah bagian dari biaya perdagangan saham.
Harga bid adalah penawaran dengan harga tertinggi untuk membeli sekuritas yang
diberikan dan harga ask adalah harga terendah sekuritas yang ditawarkan untuk
dijual. Sebagai akibatnya, investor membayar harga ask ketika membeli surat
berharga dan menerima harga bid saat menjual sekuritas Gitman (dalam
Napitupulu, 2013).
Menurut Stoll (dalam Shobriati dkk., 2012), faktor yang mempengaruhi
spread dalam menentukan besarnya spread oleh market maker merupakan
kompensasi untuk menutupi adanya tiga jenis biaya, yaitu :
42
1. Inventory-Holding Cost (biaya kepemilikan)
Biaya kepemilikan mencerminkan resiko harga dan opportunity cost
terhadap pemilikan suatu sekuritas.
2. Order-Processing Cost (biaya pesanan)
Biaya pesanan merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan berhubungan
dengan proses perdagangan suatu sekuritas, komunikasi pencatatan
dan kliring transaksi.
3. Adverse Information Cost (biaya informasi)
Biaya informasi merupakan biaya yang terjadi jika dealer melakukan
transaksi dengan investor yang memiliki informasi superior.
Menurut Hamilton (dalam Chandra 2003), bid-ask spread dapat dibedakan
menjadi dua model, yaitu :
1. Dealer Spread
Dealer Spread merupakan selisih antara harga ask dan harga bid yang
menyebabkan dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan
asetnya sendiri. Yang termasuk dalam kategori ini adalah bank-bank
besar dan perusahaan investasi besar yang telah teregulasi sebagai
perusahaan pialang untuk saham atau jenis investasi lainnya. Disebut
dealer karena mereka memiliki “dealing desk” untuk melakukan deal
harga beli atau harga jual dengan para kliennya. Dealing desk adalah
metode trading tradisional yang dahulu digunakan oleh bank dan
institusi keuangan, namun pada dasarnya dealer menciptakan pasar
43
dari para klien atau nasabahnya sendiri, oleh karena itu disebut dengan
“market maker” atau pencipta pasar.Dalam memberikan harga beli
atau harga jual ke para kliennya, dealer mempunyai patokan yang
tidak jauh berbeda dengan harga pasar yang sebenarnya. Dalam hal
spread, mereka menggunakan fixed basis atau spread tetap (biasanya
pada dealer-dealer besar), dandynamic spread system, yaituspread
yang berubah-ubah tergantung dari tinggi rendahnya likuiditas.
Dealer-dealer tersebut saling berhubungan satu sama lain untuk
mengelola posisi trading para kliennya dan juga mengelola resiko.
Sering kali dealer melempar order-order kliennya ke dealerlain yang
lebih besar. Dealer atau market maker memperoleh keuntungan tetap
dari besarnya spread dikali dengan komisi, swap, dan jasa layanan
lainnya, namun keuntungan besar diperoleh dari kemampuannya
mengelola resiko trading.
2. Market Spread
Market Spread merupakan selisih antara lowest ask dengan highest bid
yang terjadi pada saat tertentu.
Menurut Stoll (1989 : 115), rumus bid-ask spread pada pernyataan di atas
dapat di jelaskan sebagai berikut :
Keterangan :
Pj
๐ต๐ต๐ต๐ต๐ต๐ต ๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด๐ด ๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘†๐‘† =
(Pj − Pb)
x 100%
Pt
: Harga permintaan saham
44
Pb
: Harga penawaran saham
Pt
: Harga penutupan saham/true price
2.8 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam penelitian ini
dijelaksan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1.
Peneliti
(tahun)
Yuli Tri
Cahyono
(2014)
Judul
Penelitian
Volume
Perdagangan
dan Return
Saham Dalam
Hubungannya
Dengan Bid-Ask
Spread pada
Perusahaan Go
Public
Variabel
Teknik
Analisis
Data
Hasil Penelitian
Dependen :
Regresi
linier
berganda
Secara simultan :
Bid-ask
spread
Independen :
1. Volume
perdagangan
2. Return
saham
Volume
perdagangan dan
return saham
berpengaruh
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
Secara parsial :
Volume
perdagangan dan
return saham
berpengaruh
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
2.
Fifi Swanti
Lubis
(2014)
Pengaruh Return
Saham, Volume
Perdagangan
dan Volatilitas
Harga Saham
Terhadap BidAsk Spread Pada
Perusahaan
Dependen :
Bid-ask
spread
Independen :
1.
Regresi
linier
berganda
Secara simultan :
Variabel return
saham, volume
perdagangan, dan
volatilitas harga
saham
pengaruhnya
45
Manufaktur
yang Melakukan
Stock Split di
Bursa Efek
Indonesia
Returnsaham
signifikan
terhadap bid-ask
spread
2. Volume
perdagangan
Secara parsial :
3. Volatilitas
harga saham
1. Return saham
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
2. Volume
perdagangan
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
3. Volatilitas
harga saham
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
3.
Veronica
Napitupulu
(2013)
Pengaruh Return
Saham, Volume
Perdagangan
dan Volatilitas
Harga Saham
Terhadap BidAsk Spread pada
Perusahaan yang
Melakukan
Stock Split di
Bursa Efek
Indonesia
Dependen :
Bid-ask
spread
Independen :
1. Return
saham
2. Volume
perdagangan
3. Volatilitas
harga saham
Regresi
linier
berganda
Secara simultan :
Return saham,
volume
perdagangan dan
volatilitas harga
saham
berpengaruh
secara signifikan
terhadap bid-ask
spread pada
perusahaan yang
melakukan stock
split di Bursa
Efek Indonesia
46
(BEI)
Secara parsial :
Hanya return
saham yang
berpengaruh
signifikan
terhadap bid-ask
spread pada
perusahaan yang
melakukan stock
split di Bursa
Efek Indonesia.
4.
Ikrima
Shobriati,
Darminto
dan MG.
Wi Endang
(2012)
Pengaruh Harga
Saham, Volume
Perdagangan
Saham dan
Varian Return
Terhadap BidAsk Spread di
Seputar
Pengumuman
Stock Split
Dependen :
Bid-ask
spread
Independen :
1. Harga
saham
2. Volume
perdagangan
saham
3. Varian
return
Regresi
linier
berganda
Secara simultan :
Variabel harga
saham, volume
perdagangan
saham dan varian
return
pengaruhnya
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
Secara parsial :
1. Harga saham
pengaruhnya
signifikan
terhadap bid-ask
spread.
2. Volume
perdagangan
saham signifikan
pengaruhnya
terhadap bid-ask
spread.
3. Varian return
tidak signifikan
pengaruhnya
47
terhadap bid-ask
spread.
5.
Agung Nur
Isra
Ciptaningsi
h (2010)
Analisis
Pengaruh Harga
Saham, Volume
Perdagangan,
dan Variansi
Return Saham
Terhadap BidAsk Spread pada
Masa Sebelum
dan Sesudah
Stock Split
Dependen :
Bid-ask
spread
Independen :
1. Harga
saham
2. Volume
perdagangan
Regresi
linier
berganda
Secara simultan :
Harga saham,
volume
perdagangan,
variansi return
saham dan dummy
sebelum / sesudah
stock split
berpengaruh
terhadap bid-ask
spread.
3. Variansi
return saham
Secara parsial :
4. Dummy
sebelum /
sesudah
stock split
1. Harga saham
berpengaruh
negatif tetapi
tidak signifikan.
2. Volume
perdagangan
berpengaruh
negatif tetapi
signifikan.
3. Varian return
berpengaruh
negatif dan
signifikan.
4. Dummy
sebelum / sesudah
stock split
berpengaruh
negatif tetapi
tidak signifikan
terhadap bid-ask
spread.
48
2.9 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini ialah menggambarkan hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen. Yang merupakan variabel
independen dalam penelitian ini ialah return saham, volume perdagangan, dan
juga varian return, sedangkan yang merupakan variabel dependen dari penelitian
ini ialah bid-ask spread
Return Saham (X1)
Volume Perdagangan
(X2)
Bid-Ask Spread (Y)
Varian Return (X3)
Gambar 2.4
Kerangka Konseptual
Semakin besar resiko suatu sekuritas maka return yang diharapkan
(expected return) juga akan semakin besar. Menurut Ambarwati (2008),
Hubungan positif ini hanya berlaku untuk expected return, yaitu return yang
belum terjadi atau return yang masih diperkirakan atau diharapkan, sedangkan
untuk actual return hubungannya menjadi negatif.
Hal ini dikarenakan dalam transaksi saham diperlukan tempat untuk deal
beli dan jual yaitu dealing desk yang dibentuk oleh dealer. Dealer atau market
49
maker tersebut memperoleh kompensasi karena aktivitas membeli dilakukan pada
saat harga beli lebih rendah daritrue price dan menjual saham pada saat harga jual
lebih tinggi daritrue price. Spreadmerupakan bagian dari biaya komisi / biaya per
transaksi trading dimana semakin besar spread maka biaya total per transaksi
trading akan semakin besar juga, karena biaya total per transaksi trading di dapat
dari besarnya spread dikali dengan biaya per transaksi. Sehingga return yang
diharapkan pada kenyataannya akan mengecil karena pada saat klien atau investor
ingin menjual sahamnya, keuntungan akan berkurang dikarenakan spread yang
ditetapkan oleh dealer. Maka didapati bahwa return saham berpengaruh negatif
terhadap bid-ask spread.
Menurut Sutrisno (dalam Shobriati dkk., 2012), volume perdagangan
adalah suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal
terhadap informasi melalui parameter volume saham yang diperdagangkan di
pasar. Volume perdagangan dapat menjadi indikator penting untuk para
investor.Volume perdagangan yang besar menunjukkan bahwa saham tersebut
digemari oleh para investor yang berarti saham tersebut cepat diperdagangkan.
Ada kemungkinan dealer akan mengubah posisi kepemilikan sahamnya pada saat
intensitas perdagangan saham semakin meningkat atau dealer tidak perlu
memegang saham terlalu lama (Ambarwati, 2008).
Volume perdagangan akan menurunkan cost kepemilikan saham bagi
dealer sehingga menurunkan spread. Ini berarti semakin aktif perdagangan saham
maka semakin rendah biaya kepemilikan saham yang kemudian akan mengurangi
50
spread saham tersebut. Dengan demikian volume perdagangan berpengaruh
negatif terhadap bid-ask spread.
Dealer mempertimbangkan kompensasi atas spread dari suatu saham,
salah satunya dengan melihat resiko atas saham tersebut. Resiko yang tinggi tentu
membutuhkan tingkat kompensasi yang lebih tinggi juga, dalam hal ini ialah
spread. Oleh karena itu, varian return mempunyai hubungan yang positif dengan
bid-ask spread.
2.10 Hipotesis
Hipotesis berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang
terdapat dalam penelitian ini ialah return saham dan volume perdagangan tidak
mempunyai pengaruh terhadap bid-ask spread, sedangkan varian return
mempunyai pengaruh terhadap bid-ask spread.
51
Download