7 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
7
BAB 2
LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN
2.1
Landasan Teori
2.1.1
Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2007, p6), Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di
dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan
dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Manajemen Pemasaran terjadi bila sekurang – kurangnya satu pihak pelaku
pertukaran potensial berpikir tentang sarana – sarana untuk melaksanakan tanggapan yang
diinginkan oleh pihak pertama itu dari pihak lain.
Menurut Stanton (Umar, 2005, p31), Pemasaran adalah keseluruhan sistem yang
berhubungan dengan kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga,
hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang – barang atau jasa yang akan
memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang aktual maupun yang potensial.
Menurut David (2006, p179), Pemasaran dapat digambarkan sebagai proses
mendefinisikan, mengantisipasi, menciptakan, serta memenuhi kebutuhan dan keinginan
pelanggan atas barang dan jasa.
Menurut Durianto, et al (2004, p3), pemasaran dewasa ini merupakan pertempuran
persepsi konsumen, tidak sekedar pertempuran produk. Beberapa produk dengan kualitas,
model, serta kualitas yang relatif sama, dapat memiliki kinerja yang berbeda-beda di pasar
karena perbedaan persepsi dari produk tersebut di benak konsumen.
8
Menurut Ries dan Trout (Prasetijo, 2005, p67), Pemasaran adalah peperangan antar
produsen untuk memperebutkan persepsi konsumen, terhadap produk yang kita tawarkan.
Demikian pentingnya persepsi di benak konsumen, sehingga bermacam-macam strategi
dirancang perusahaan supaya produk atau mereknya bisa menjadi nomor satu di benak
konsumen dan mempengaruhi perilaku belinya.
Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan sedemikian
rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya. Idealnya
pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal hanyalah
bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri dari analisa
peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi pemasaran,
merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta mengawasi usaha
pemasaran (http://hadisugito.fadla.or.id).
2.1.2
Konsep Pemasaran
kebutuhan ,
keinginan,
permintaan
Produk
Pasar
Nilai,
Kepuasan
pertukaran,
transaksi,
kemitraan
Nilai
Kepuasan
Sumber : Simamora (2003, p 2)
Gambar 2.1 Konsep Inti Pemasaran
9
1. Kebutuhan , Keinginan dan Permintaan
Ada perbedaan antara kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kebutuhan manusia
adalah keadaan dimana manusia merasa tidak memiliki kepuasan dasar. Kebutuhan tidak
diciptakan oleh masyarakat atau pemasar, namun sudah ada dan terukir dalam hayati
kondisi manusia. keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan tersebut.
Keinginan manusia dibentuk oleh kekuatan dan institusi sosial. Sedangkan Permintaan adalah
keinginan akan sesuatu yang didukung dengan kemampuan serta kesediaan membelinya.
Keinginan menjadi permintaan bila didukung dengan daya beli. Perbedaan ini bisa
menjelaskan bahwa pemasar tidak menciptakan kebutuhan; kebutuhan sudah ada
sebelumnya. Pemasar mempengaruhi keinginan dan permintaan dengan membuat suatu
produk yang cocok, menarik, terjangkau dan mudah didapatkan oleh pelanggan yang dituju.
2. Produk
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan atau
keinginan pelanggan. Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepelikannya tetapi
pada jasa yang dapat diberikannya. Oleh karena itu dalam membuat produk harus
memperhatikan produk fisik dan jasa yang diberikan produk tersebut.
3. Nilai, Biaya dan Kepuasan
Nilai adalah perkiraan pelanggan tentang kemampuan total suatu produk untuk
memenuhi kebutuhannya. Setiap produk memiliki kemampuan berbeda untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, tetapi pelanggan akan memilih produk mana yang akan memberi
kepuasan total paling tinggi. Nilai setiap produk sebenarnya tergantung dari seberapa jauh
produk tersebut dapat mendekati produk ideal, dalam ini termasuk harga.
4. Pertukaran, Transaksi dan Hubungan
Kebutuhan dan keinginan manusia serta nilai suatu produk bagi manusia tidak cukup
untuk menjelaskan pemasaran. Pemasaran timbul saat orang memutuskan untuk memenuhi
10
kebutuhan serta keinginannya dengan pertukaran. Pertukaran adalah salah satu cara
mendapatkan suatu produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu
sebagai gantinya. Pertukaran merupakan proses dan bukan kejadian sesaat. Masing-masing
pihak disebut berada dalam suatu pertukaran bila mereka berunding dan mengarah pada
suatu persetujuan. Jika persetujuan tercapai maka disebut transaksi. Transaksi merupakan
pertukaran nilai antara dua pihak. Untuk kelancaran dari transaksi, maka hubungan yang
baik dan saling percaya antara pelanggan, distributor, penyalur dan pemasok akan
membangun suatu ikatan ekonomi, teknis dan sosial yang kuat dengan mitranya. Sehingga
transaksi tidak perlu dinegosiasikan setiap kali, tetapi sudah menjadi hal yang rutin. Hal ini
dapat dicapai dengan menjanjikan serta menyerahkan mutu produk, pelayanan dan harga
yang wajar secara kesinambungan.
5. Pasar
Pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan atau
keinginan tertentu serta mau dan mampu turut dalam pertukaran untuk memenuhi
kebutuhan atau keinginan itu. Istilah pasar untuk menunjukan pada sejumlah pembeli dan
penjual melakukan transaksi pada suatu produk.
6. Pemasaran dan Pemasar
Pemasaran adalah keinginan manusia dalam hubungannya dengan pasar, pemasaran
maksudnya bekerja dengan pasar untuk mewujudkan transaksi yang mungkin terjadi dalam
memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia. Pemasar adalah orang yang mencari sumber
daya dari orang lain dan mau menawarkan sesuatu yang bernilai untuk itu. Kalau satu pihak
lebih aktif mencari pertukaran daripada pihak lain, maka pihak pertama adalah pemasar dan
pihak kedua adalah calon pembeli (http://hadisugito.fadla.or.id).
11
2.1.3
Bauran Pemasaran
Menurut Kotler & Keller (2007, p23), Bauran Pemasaran telah didefinisikan sebagai
perangkat
alat
pemasaran
yang
digunakan
perusahaan
untuk
mengejar
tujuan
pemasarannya. McCarthy mengklasifikasikan alat – alat ini menjadi empat kelompok besar,
yang disebut empat P tentang pemasaran : produk (product), harga (price), distribusi (place)
dan promosi (promotion). Keputusan bauran pemasaran harus dibuat untuk mempengaruhi
saluran dagang dan juga konsumen akhir.
1. Produk ( Product )
Menurut Umar (2005, p31), Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat
memenuhi suatu keinginan atau kebutuhan. Yang termasuk dalam produk selain berbentuk
fisik juga jasa atau layanan. Produk dapat dibeda – bedakan kedalam beberapa macam.
Untuk produk barang, misalnya dalam bentuk seperti mutu, ciri dan desain. Mutu produk
menunjukan kemampuan sebuah produk untuk menjalankan fungsinya, ciri produk
merupakan sarana kompetitif untuk membedakan produk perusahaaan dengan produk
pesaing, sedangkan desain dapat menyumbangkan kegunaan atau manfaat produk serta
coraknya.
2. Harga ( Price )
Menurut Umar (2005, p32), Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen
dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan
oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk satu
harga yang sama terhadap semua pembeli.
12
3. Distribusi ( Place )
Menurut David (2006, p182), Distribusi mencakup pergudangan, saluran distribusi,
cakupan distribusi, lokasi toko peritel, teritori penjualan, tingkat dan lokasi persediaan, alat
transportasi, penjual partai besar, dan peritel.
Menurut Umar (2005, p34), Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang
saling tergantung dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk
atau jasa tersedia bagi pengguna atau konsumsi oleh konsumen atau pengguna industrial.
4. Promosi ( Promotion )
Pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan
mendistribusikan produk, tetapi juga mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar
produk itu dikenal dan ujung – ujungnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk ini perlu
disusun strategi Bauran Promosi yang terdiri dari periklanan (advertising), promosi penjualan
(sales promotion), hubungan masyarakat (public relation), dan penjualan perorangan
(personal selling). (Umar, 2005, p35).
2.1.4
Produk
Menurut Zimmerer dan Scarborough (2004, p166), Produk adalah barang atau jasa
yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan konsumen.
Menurut Kotler dan Armstrong (2006, p7), Product is anything that can be offered to
a market for attention, acquisition, use, or consumption that might satisfy a want or need.
artinya bahwa produk merupakan sesuatu yang bisa ditawarkan ke pasar untuk diperhatikan,
dimiliki, digunakan atau dikonsumsi yang bisa memuaskan keinginan atau kebutuhan.
Menurut Mc. Carty (Simamora, 2003, p139), Produk yaitu suatu tawaran dari sebuah
perusahaan dari sebuah perusahaan yang memuaskan atau memenuhi kebutuhan.
13
Menurut Purnawarman (2004), Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan untuk
memenuhi kebutuhan atau keinginan pelanggan.
Menurut Kotler (2002, p18), Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan dalam standar internasional, produk
adalah barang atau jasa yang berarti :
•
Hasil kegiatan atau proses (produk wujud dan terwujud, seperti jasa, program
komputer, desain, petunjuk pemakaian).
•
Sesuatu kegiatan proses (seperti pemberian jasa atau pelaksanaan proses
produksi). Pentingnya suatu produk fisik bukan terletak pada kepemilikannya
tetapi pada jasa yang dapat diberikannya.
Menurut Angipora (2002, p26), Produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang
ditawarkan seseorang atau lembaga untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar.
Dapat disimpulkan bahwa produk itu bukan hanya berupa barang nyata tetapi bisa
berupa jasa, maka produk dapat memberikan kepuasan yang berbeda sehingga perusahaaan
dituntut untuk lebih kreatif dan berpandangan luas terhadap produk yang dihasilkan.
Menurut Simamora (2003, p141), berdasarkan perilaku konsumen dalam membeli,
selanjutnya produk konsumen terdiri dari :
•
Convenience products adalah produk – produk yang pembeliannya sering, harus
ada segera, dan usaha konsumen membanding-bandingkan produk sebelum
memperoleh produk yang sesuai rendah. Biasanya, produk demikian harganya
murah dan tersedia luas. Ada yang dibeli secara teratur, karena harus selalu ada.
Misalnya, pasta gigi, kecap, dan garam. Ada juga yang pembeliannya bersifat
spontan, tidak teratur dan tanpa terencana. Misalnya, permen, majalah (untuk
yang tidak berlangganan).
14
•
Shopping
products
adalah
barang
yang
kalau
pembeliannya,
pembeli
membanding-bandingkan karakteristik produk dengan produk lain dalam hal
harga, kualitas, desain dan gaya, sebelum mengambil keputusan. Contohnya,
pakaian, perabotan, dan barang-barang elektronik. Shopping products dapat
dibedakan menjadi produk homogen (kualitas produk sama, pembeli hanya
untuk membandingkan harga) dan heterogen (fitur produk lebih penting dari
pada harga).
•
Specialty products adalah barang yang memiliki karakteristik unik atau yang
pembeliannya diasosiasikan dengan grup pembeli yang eksklusif, misalnya mobil
ferrari, mobil pajero, jam tangan rolex. Harga tidak menjadi masalah, bagi
pembeli semakin langka produk semakin tinggi nilainya.
•
Unsought products merupakan barang-barang yang belum dikenal oleh pembeli
atau yang sudah dikenal tetapi tidak pernah memikirkan untuk membelinya
walaupun memilki kemampuan untuk membeli. Misalnya, produk-produk baru
berupa laser anti maling untuk rumah, asuransi jiwa, atau pistol gas air mata.
Menurut Tunggal (2005, p90), Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada
suatu pasar untuk perhatian, akuisisi, pemakaian, atau konsumsi untuk memuaskan suatu
kebutuhan atau keinginan.
Menurut Kotler (Tunggal, 2005, p91), mendefinisikan lima tingkatan untuk suatu
produk, yaitu :
•
Core product level
adalah kebutuhan atau keinginan dasar yang dapat
memuaskan konsumen dengan mengkonsumsi produk atau jasa tersebut.
•
Generic product level adalah versi dasar dari produk yang memuat hanya atribut
atau karakteristik yang secara mutlak diperlukan agar berfungsi tanpa
membedakan fitur.
15
•
Expected product level
adalah sekumpulan atribut atau karakteristik, yang
pembeli biasanya harapkan atau setuju ketika mereka membeli suatu produk.
•
Augmented product level, mencakup atribut produk tambahan, manfaat, atau
jasa yang berkaitan yang membedakan produk dari pesaing.
•
Potential product level,
mencakup seluruh tambahan dan transformasi yang
dialami suatu produk pada akhirnya pada masa yang akan datang.
2.1.5
Kualitas Produk
Pada masa sekarang, kualitas tidak hanya merupakan usaha untuk memenuhi
persyaratan spesifikasi yg telah ditentukan atau usaha untuk mengurangi produk yg rusak,
tetapi lebih luas dari hal tersebut. Kualitas merupakan usaha menyeluruh yang meliputi
setiap usaha perbaikan organisasi dalam memuaskan pelanggan (Bounds, 1994). Thomas
Hugue (Hessel, 2003, p74), mengatakan : “what I call big for what others might call” total
quality involves more than product quality. quality has come to include level of service to the
customer, responsiveness to the customer, delivery performance, competitive pricing,
comprehension or anticipation of where the customer is going the market-place all the thing
that define your worth in the mind of the customer”.
Kualitas adalah keseluruhan ciri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang
berpengaruh pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang
tersirat, bahwa kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia atau tenaga kerja, proses dan tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Pengertian Kualitas menurut beberapa ahli (Yamit, 2005, p7):
1. W. Edwards Deming, kualitas dapat didefinisikan sebagai apapun yang menjadi
kebutuhan dan keinginan konsumen.
16
2. Crosby, kualitas adalah nihil cacat, kesempurnaan dan kesesuaian terhadap
persyaratan.
3. Juran , mutu merupakan kesesuaian terhadap spesifikasi.
4. Kotler, kualitas adalah total fitur dan karakteristik produk atau jasa yang
mempengaruhi kemampuannya untuk memenuhi keinginan yang dinyatakan
atau yang tersirat.
5. Tjiptono, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan.
6. Garin dan Davis, kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia atau tenaga kerja, proses, dan tugas serta lingkungan
yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas adalah suatu
standar mutu dimana setiap unsur saling berhubungan serta dapat mempengaruhi kinerja
dalam memenuhi harapan pelanggan. Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil
nilai akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses
dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas
tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
2.1.5.1
Dimensi Kualitas Produk
Menurut Durianto (2004, p38), Dimensi Kualitas Produk adalah :
•
Kinerja adalah dimensi paling dasar dan berhubungan dengan fungsi utama
suatu produk. Konsumen akan kecewa jika harapan mereka atas dimensi ini
tidak terpenuhi.
17
•
Reliabilitas, hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu
barang berhasil menjalankan fungsinya setiap kali digunakan dalam periode
waktu tertentu.
•
Feature (karakteristik produk), dapat dikatakan sebagai aspek sekunder. Karena
perkembangan feature ini hampir tidak terbatas sejalan dengan perkembangan
teknologi, maka feature menjadi target para produsen untuk berinovasi dalam
rangka memuaskan pelanggan.
•
Keawetan adalah dimensi kualitas produk keempat yang menunjukan suatu
pengukuran terhadap siklus produk, baik secara teknis maupun waktu. Produk
disebut awet kalau bertahan setelah berulang kali digunakan atau sudah lama
sekali digunakan.
•
Konsistensi. Dimensi ini menunjukan seberapa jauh suatu produk dapat
menyamai standar atau spesifikasi tertentu.
•
Desain adalah dimensi yang unik dan banyak menawarkan aspek emosional
dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan.
Menurut Juran (Nasution, 2004) Kualitas produk adalah kecocokan penggunaan
produk (fitness for use) untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan
pengguanaan itu didasarkan atas 5 ciri utama berikut :
-
teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
-
psikologis, yaitu citra rasa atau status
-
waktu, yaitu kehandalan
-
kontraktual, yaitu adanya jaminan
-
etika, yaitu sopan santun, ramah atau jujur
18
Kecocokan penggunaan suatu produk adalah apabila daya tahan penggunaannya
lama, produk yang digunakan akan meningkatkan citra atau status konsumen yang
memakainya, produknya tidak mudah rusak, adanya jaminan kualitas dan sesuai etika bila
digunakan.
Kecocokan pengguanaan produk seperti dikemukakan di atas memiliki 2 aspek
utama, yaitu ciri-ciri produknya memenuhi tuntutan pelanggan dan tidak memiliki
kelemahan.
•
Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan
Ciri-ciri produk berkualitas tinggi apabila memiliki ciri-ciri produk yang khusus
atau istimewa, berbeda dari produk pesaing dan dapat memenuhi harapan atau
tuntutan sehingga dapat memuaskan pelanggan. Kualitas yang lebih tinggi
memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan pelanggan, membuat
produk laku terjual, dapat bersaing dengan pesaing, meningkatkan pangsa pasar
dan volume penjualan, serta dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
•
Bebas dari kelemahan
Suatu produk berkualitas tinggi apabila didalam produk tidak terdapat
kelemahan, tidak ada cacat sedikitpun.
Menurut Kotler dan Armstrong (2006, p299), Product quality is the ability of a
product to perform its function, it includes the product’s several durability, reliability,
precision, easy of operation and repair, and other valued attributes. Dari pengertian diatas,
mutu produk adalah kemampuan produk untuk menampilkan fungsinya, hal ini termasuk
waktu kegunaan dari produk, keandalan, kemudahan dalam penggunaan dan perbaikan dan
nilai-nilai yang lainnya.
Dalam memasarkan suatu produk, kualitas harus diukur melalui sudut pandang
konsumen terhadap kualitas produk itu sendiri, sehingga selera konsumen disini sangat
19
berpengaruh. Oleh karena itu dalam mengelola kualitas suatu produk harus sesuai dengan
kegunaan yang diinginkan oleh konsumen. Kualitas produk merupakan salah satu cara untuk
memenangkan persaingan di pasar. Kualitas produk dapat menciptakan suatu keunggulan
bersaing pada suatu badan usaha. Setiap orang memilki cara pandang dan standar yang
berbeda di dalam menilai barang atau jasa yang ditawarkan.
Berdasarkan teori tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk adalah
kemampuan suatu produk dalam menjalankan fungsinya, yang merupakan suatu pengertian
gabungan dari daya tahan, keandalan, ketepatan, kemudahan pemeliharaan serta atributatribut lainnya.
2.1.6
Persepsi Konsumen
Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p136), individu bertindak dan bereaksi
berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi pemasar,
persepsi konsumen jauh lebih penting dari pada pengetahuan mereka mengenai realitas
yang obyektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang
sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi
tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya.
Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang
mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu sekali memahami gagasan
persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga
mereka dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian
konsumen. Persepsi didefinisikan sebagai proses yang dilakukan individu untuk memilih,
mengatur, dan menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal mengenai
dunia. Proses ini dapat menjelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”.
20
Menurut Prasetijo (2005, p67), dari definisi yang umum dapat dilihat bahwa persepsi
seseorang akan berbeda dari yang lain. Cara memandang dunia luar sudah pasti dipengaruhi
oleh sesuatu dari dalam maupun luar orang itu. Media massa dengan segala bentuknya
dapat membentuk persepsi yang serupa antar warga kelompok masyarakat tertentu. Dalam
hal pemasaran, pengaruh iklan di media massa, kemasan produk, papan reklame, dan
sebagainya mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu produk atau merek.
Menurut Solomon (Prasetijo, 2005, p67), Persepsi sebagai proses di mana sensasi
yang diterima oleh seseorang dipilah dan dipilih, kemudian diatur dan akhirnya
diinterpretasikan. Sensasi datang dan diterima oleh manusia melalui panca indera, yaitu
mata, telinga, hidung, mulut dan kulit yang disebut juga sistem sensorik. Input sensorik atau
sensasi yang diterima oleh sistem sensorik manusia disebut juga dengan stimulus.
Menurut William J. Stanton dalam Setiadi (2003, p160) persepsi dapat didefinisikan
sebagai makna yang kita pertalikan berdasarkan pengalaman masa lalu, stimulti
(rangsangan-rangsangan) yang kita terima melalui lima indera. Sedangkan menurut Webster
dalam Setiadi (2003, p160) persepsi adalah proses bagaimana stimuli-stimuli itu diseleksi,
diorganisasi, dan diinterpretasikan. Persepsi kita dibentuk oleh tiga pasang pengaruh :
1. Karakteristik dari stimuli.
2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya.
3. Kondisi-kondisi di dalam diri kita sendiri.
Stimuli/stimulus adalah setiap bentuk fisik, visual atau komunikasi verbal yang dapat
mempengaruhi tanggapan individu. Kita merasakan bentuk, warna, suara, sentuhan, aroma,
dan rasa dari stimuli. Perilaku kita kemudian dipengaruhi oleh persepsi-persepsi fisik ini. Para
pemasar harus menyadari bahwa manusia-manusia terbuka terhadap jumlah stimuli yang
sangat banyak. Karena itu, seorang pemasar harus menyediakan sesuatu yang khusus
sebagai stimuli yang jika ia ingin menarik perhatian konsumen.
21
STIMULI
Sensasi
Pemberi Arti
− Penglihatan
− Suara
Indera
Penerima
− Bau
Perhatian
Interpretasi
− Rasa
PERSEPSI
Tanggapan
Sumber : Setiadi (2003, p161)
Gambar 2.2 Proses Perseptual
Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu
persepsi memiliki sifat subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh
pikiran dan lingkungan sekitarnya. Selain itu, satu hal yang perlu diperhatikan dari persepsi
adalah bahwa persepsi secara subtansil bisa sangat berbeda dengan realitas. Gambar 2.2
menjelaskan mengenai bagaimana stimuli ditangkap melalui indera (sensasi) dan kemudian
diproses oleh penerima stimulus (persepsi).
Dapat disimpulkan bahwa ada faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
persepsi orang. Faktor-faktor itu adalah :
-
Faktor Internal
•
Pengalaman
•
Kebutuhan saat itu
•
Nilai-nilai yang dianutnya
•
Ekspektasi atau harapan
22
-
Faktor Eksternal
•
Tampakan produk
•
Sifat-sifat stimulus
•
Situasi lingkungan
2.1.6.1
Persepsi Subliminal
Menurut Lefton (Prasetijo, 2005, p73), mengartikan persepsi subliminal sebagai
persepsi terhadap stimulus yang diberikan di bawah tingkat ambang rangsang sehingga
penerima tidak sadar akan adanya stimulus itu. Pengaruh melalui persepsi subliminal tidak
mudah dibuat karena pemasar tidak mau menanggung risiko yang terlalu besar.
2.1.6.2
Persepsi dan Selektivitas
Persepsi adalah fenomena yang selektif. Karena kapasitas memori dalam otak
manusia terbatas, maka seseorang cenderung menyaring stimulus yang dihadapi, memilah
dan memilih stimulus yang mana akan disimpan dalam memori.
•
Selective
Exposure
:
Orang
cenderung
mengabaikan
stimulus
yang
menyebabkan kekuatiran, ketidaknyamanan dan yang tidak penat. Pada
umumnya, orang hanya tertarik pada stimulus yang dapat membantunya untuk
mencapai tujuan (memenuhi kebutuhannya).
-
Zipping : Memindah saluran pada saat iklan dalam interlude sebuah film
atau secara kesayangan.
-
Zapping : Sama sekali tidak mau melihat iklan, misalnya pada waktu
membaca majalah.
-
Muting : Mengecilkan atau mematikan volume (suara) televisi maupun
radio pada waktu iklan.
23
•
Selective Attention : Orang cenderung selektif dalam perhatiannya pada atau
keterlibatannya dengan stimulus-stimulus yang berbeda.
•
Selective Interpretation : Stimulus yang diterima akan diinterpretasikan secara
aktif subyektif.
•
Selective Retention : Untuk efisiensi orang melupakan, menyaring atau gagal
untuk menyimpan stimulus yang prioritasnya rendah atau tidak penting. Hal ini
sering disebut juga perceptual defense dan atau perceptual blocking.
Perhatian juga selektif dalam hal cara konsumen merespon stimulus yang dihadapi,
seperti bila konsumen berada di gerai dengan banyak kategori produk yang dipajang. Berikut
ini adalah gambaran perilaku mereka.
•
Evoked Set adalah urutan merek yang spesifik dalam suatu kategori produk
tertentu yang dipertimbangkan oleh konsumen pada waktu memilih produk
untuk dibeli. Merek yang berada di deretan paling depan, pastilah produk yang
pernah dibeli dan memuaskan dan paling sering digunakan.
•
Input Set adalah merek-merek yang dikeluarkan dari pertimbangan konsumen.
•
Inert set
adalah merek-merek yang dianggap tidak menarik karena tidak
memiliki manfaat-manfaat tertentu.
2.1.6.3
Dinamika Persepsi
•
Sifat-sifat stimulus
Stimulus pemasaran termasuk ciri-ciri produk, atribut-atributnya, rancangan
kemasan, nama merek, iklan (termasuk model, jenis kelamin, ukuran iklan dan
sebagainya) dan posisi iklan atau waktu tayangnya serta lingkungan editorialnya.
24
Faktor stimulus yang penting dalam persepsi konsumen adalah :
-
Contrast, merupakan salah satu sifat stimulus yang paling dapat menarik
perhatian,
menguatkan
persepsi
dengan
menonjolkan
perbedaan
intensitas stimulus itu. Jadi, konsumen menerima stimulus
yang
berhubungan dengan konteksnya. Hal ini mendasari prinsip sosok dan
latar.
-
Closure (pengutuhan), adalah kecenderungan orang untuk mengisi,
secara persepsi, bagian yang hilang dari stimulus yang tidak lengkap.
-
Proximity (kedekatan), menurut prinsipnya, benda atau artikel yang
berdekatan satu sama lain dalam wawasan waktu maupun ruang akan
dipersepsi sebagai bagian-bagian yang berhubungan dari suatu pola
atau konfigurasi.
-
Similarity (grouping). dalam suatu konglomerasi stimulus, orang akan
mempersepsi obyek-obyek yang kelihatan sama menjadi satu kelompok.
-
Ukuran, warna, posisi dan usia dari stimulus itu. Ukuran, warna dan
posisi produk dalam stimulus, atau dalam hal ini iklan, harus sesuai
dengan positioning produk; sedangkan stimulus yang baru tentu saja
akan lebih menarik perhatian dari pada yang sudah usang.
•
Expectation (harapan)
Harapan ini dibentuk dari pengalaman sebelumnya, dari informasi yang dia
peroleh melalui media massa dan dari kenalannya, atau juga dari apa yang
dilihat, didengar dan diraba saat itu. Produk diberi kemasan dengan bahan,
warna
dan
gambar
tertentu.
Semua
itu
merupakan
mengkondisikan prospek untuk membentuk ekspektasi.
sesuatu
yang
25
•
Motive
Motif
adalah
dorongan
untuk
memenuhi
kebutuhan.
Orang
cenderung
memasukkan stimulus yang cocok dengan motifnya ke dalam persepsinya.
Semakin kuat kebutuhannya, semakin besar kecenderungan untuk mengabaikan
stimulus yang tidak ada hubungannya dengan kebutuhan itu.
2.1.6.4
Pengaruh yang Mendistorsi Persepsi
•
Physical Appearance. Orang cenderung suka pada kualitas yang mereka
asosiasikan dengan orang-orang tertentu yang mirip dengan mereka dalam halhal tertentu yang relevan (dipersepsi sebagai orang yang mirip dia).
•
Stereotype. Gambaran yang selalu ada dalam benak seseorang (stereotype)
merupakan harapan orang tersebut akan terjadinya situasi-situasi khusus atau
munculnya orang-orang tertentu atau kejadian-kejadian tertentu dalam suatu
situasi.
•
Sumber-sumber yang dihormati biasanya memberi bobot persepsi yang lebih.
•
Irrelevant cues. Membeli produk dalam jumlah banyak karena tertarik pada
hadiahnya yang imut.
•
First impression atau kesan pertama . Perkenalan produk adalah tahap sangat
penting yang akan masuk dalam persepsi konsumen.
•
Jumping to Conclusions. Sering kali orang menyimpulkan, terutama dalam hal
kinerja produk, sebelum melihat bukti-bukti yang relevan.
•
Halo Effect adalah kesan umum (jelek maupun baik) yang diberikan pada
interpretasi stimulus yang tidak penat.
26
2.1.6.5
Kualitas yang Dipersepsi
Pada umumnya, konsumen menentukan kualitas suatu produk berdasarkan pada
berbagai macam isyarat informasi yang dihubungkan dengan produk tersebut.
•
Isyarat intrinsik – ukuran, warna, rasa, atau aroma. Isyarat ini dianggap lebih
rasional dan obyektif karena atribut itu merupakan stimulus yang dapat diterima
oleh panca indera.
•
Isyarat ekstrinsik - bersifat di luar (eksternal) produk seperti harga, citra toko
atau citra produsennya. Di sinilah peran positioning menjadi penting sekali.
Penelitian mengungkapkan bahwa konsumen sangat mempercayai harga sebagai
indikator kualitas.
2.1.6.6
Resiko yang Dipersepsi Konsumen
Resiko selalu mengikuti setiap pengambilan keputusan; demikian juga keputusan
beli. Resiko yang dipersepsikan konsumen mencakup;
•
Functional risk atau performance risk, yaitu resiko bila produk tidak dapat
memberikan kinerja seperti yang diharapkan. Resiko ini diatasi oleh penjual
dengan memberikan after sales service, garansi, dan sebagainya.
•
Physical Risk, yaitu resiko pada diri sendiri atau orang lain yang mungkin akan
diakibatkan oleh produk.
•
Financial risk, yaitu resiko bila produk tidak sesuai dengan harganya. dalam
mengambil suatu program pendidikan, orang akan berpikir, sudah mahal-mahal
membayar, susah belajarnya, apakah nanti mudah mendapatkan pekerjaan bila
lulus.
•
Social Risk, yaitu resiko yang ditimbulkan bila ternyata produk yang dipilih malah
menimbulkan penghinaan dan menyebabkan perasaan malu.
27
•
Psychological risk, yaitu resiko bila produk malah melukai ego konsumen.
•
Time risk, yaitu resiko bila waktu yang dihabiskan untuk mendapatkan produk
akan sia-sia karena kinerja produk tidak seperti yang diharapkan.
•
Resiko legal, yaitu resiko terjadinya tuntutan hukum oleh pihak ketiga.
Pengaruh dari resiko-resiko yang dipersepsikan oleh konsumen itu tidak boleh
diabaikan pemasar. Bila motivasi untuk mendapatkan produk cukup besar, untuk
menghilangkan ketegangan yang dialami mereka akan berusaha meyakinkan diri bahwa
resiko itu tidak sedemikian perilaku-perilaku berikut ini.
•
Konsumen mencari informasi. Informasi yang didapat akan digunakan untuk
mempertimbangkan
penentuan
alternatif-alternatif
dan
akhirnya
dalam
mengambil keputusan.
•
Brand Loyalty. Konsumen memilih produk berdasarkan pengalaman penggunaan
atau konsumsi produk di waktu-waktu yang lalu, yang pernah memberi
kepuasan.
•
Konsumen memilih berdasarkan brand image atau citra produk atau merek.
•
Konsumen membeli model yang paling mahal. Konsumen mempersepsi adanya
korelasi positif antara harga dan kualitas. Jadi kualitas adalah faktor penting
dalam pembelian.
•
Konsumen mencari jaminan, mencoba sebelum membeli dan sebagainya. Dalam
hal ini peran opinion leaders (pemimpin pendapat) juga besar.
2.1.7
Konsep Perilaku Konsumen
Menurut Engel et al, (Umar, 2005, p49), Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai
suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan
produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan penyusuli tindakan
28
tersebut. Perilaku konsumen sangat menentukan dalam proses pengambilan keputusan
membeli yang dimulai dari pengenalan masalah yaitu berupa desakan yang membangkitkan
tindakan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Setelah itu mencari informasi
tentang produk atau jasa yang dibutuhkan dengan mengevaluasinya dalam penyeleksian.
Selanjutnya adalah keputusan pembelian dan diakhiri dengan perilaku setelah pembelian di
mana membeli lagi atau tidak tergantung dari tingkat kepuasan yang didapat dari produk
atau jasa tersebut.
Menurut David L.Loudon dan Albert J.Della Bitta (Simamora, 2003, p81), lebih
menekankan perilaku konsumen sebagai suatu proses pengambilan keputusan. Mereka
mengatakan bahwa perilaku konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan mengajak
aktivitas individu dalam mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau mengatur barang
dan jasa.
Menurut Schiffman & Kanuk (2007, p136), individu bertindak dan bereaksi
berdasarkan persepsi mereka, tidak berdasarkan realitas yang obyektif. Jadi, bagi pemasar,
persepsi konsumen jauh lebih penting daripada pengetahuan mereka mengenai realitas yang
obyektif. Karena jika seseorang berpikir mengenai realitas, itu bukanlah realitas yang
sebenarnya, tetapi apa yang dipikirkan konsumen sebagai realitas, yang akan mempengaruhi
tindakan mereka, kebiasaan membeli mereka, kebiasaan bersantai mereka dan sebagainya.
Dan, karena individu membuat keputusan dan mengambil tindakan berdasarkan apa yang
mereka rasakan sebagai realitas, maka para pemasar perlu sekali memahami gagasan
persepsi secara keseluruhan dan berbagai konsep yang berhubungan dengannya, sehingga
mereka dapat lebih mudah menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi pembelian
konsumen. Menurut Schiffman dan kanuk (2007, p485), Keputusan adalah seleksi terhadap
dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi
seseorang ketika mengambil keputusan.
29
Menurut Kotler dan Keller (2007, p214), faktor – faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumen adalah :
•
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku paling dasar.
•
Sosial. Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor – faktor
sosial, seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status sosial.
•
Pribadi. Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.
Karakteristik tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup; pekerjaan,
keadaan ekonomi.
•
Psikologis. Satu perangkat proses psikologis berkombinasi dengan karakteristik
konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan
konsumen.
2.1.7.1
Proses Keputusan Pembelian
Menurut Kotler & Keller (2007, p235), Proses pembelian dimulai saat pembeli
mengenali sebuah masalah atau kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh
rangsangan internal atau eksternal.
Menurut Simamora (2004, p15), suatu proses keputusan pembelian bukan sekedar
mengetahui berbagai faktor yang akan mempengaruhi pembeli, tetapi berdasarkan peranan
dalam pembelian dan keputusan untuk membeli.
Terdapat lima peran yang terjadi dalam keputusan membeli :
1. Pemrakarsa ( Initiator ).
Orang yang pertama kali menyarankan membeli suatu produk atau jasa tertentu.
30
2. Pemberi pengaruh ( Influencer ).
Orang yang pandangannya atau nasehatnya diperhitungkan dalam pengambilan
keputusan akhir.
3. Pengambil Keputusan ( Decider ).
Seseorang yang pada akhirnya menentukan sebagian besar atau keseluruhan
keputusan membeli, apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana membeli,
atau di mana membeli.
4. Pembeli ( Buyer ).
Orang yang melakukan pembelian nyata.
5. Pemakai ( User ).
Orang yang mengkonsumsi atau memakai produk atau jasa.
31
Pengaruh Eksternal
M
A
S
U
K
A
N
Usaha
Pemasaran
perusahaan
1.
2.
3.
4.
Produk
Promosi
Harga
Distribusi
Lingkungan Sosial Budaya
1. Keluarga
2. Sumber Informal
3. Sumber nonkomersial
lain
4. Kelas sosial
5. Subbudaya dan budaya
Pengambilan Keputusan
Konsumen
P
R
O
S
E
S
Pengenalan
Kebutuhan
Penelitian
sebelum
pembelian
Bidang Psikologi
1.
2.
3.
4.
5.
Motivasi
Persepsi
Pengetahuan
Kepribadian
Sikap
Evaluasi
alternatif
Pengalaman
Perilaku Setelah
Keputusan
K
E
L
U
A
R
A
N
Pembelian
1. Percobaan
Evaluasi setelah
pembelian
2. Pembelian
ulang
Sumber : Schiffman dan Kanuk (2007, p493)
Gambar 2.3 Model Pengambilan Keputusan Konsumen
32
Model ini tidak dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang menyeluruh
mengenai kerumitan pengambilan keputusan konsumen. Sebaliknya, dirancang untuk
menyatukan dan menyelaraskan berbagai konsep yang relevan. Menjadi satu keseluruhan
yang berati. Model tersebut memiliki tiga komponen utama yaitu, masukan, proses, keluaran.
1. Masukan
Komponen masukan dalam pengambiilan keputusan konsumen memilki
berbagai pengaruh luar yang berlaku sebagai sumber informasi mengenai
produk tertentu dan mempengaruhi nilai – nilai, sikap, perilaku konsumen yang
berkaitan dengan produk. Yang utama dari berbagai masukan ini adalah :
•
Masukan Pemasaran
Kegiatan
memberikan
pemasaran
informasi,
merupakan
dan
usaha
membujuk
langsung
konsumen
untuk
untuk
mencapai,
membeli
dan
menggunakan produknya. Kegiatan strategi bauran pemasaran khusus yang
terdiri dari produk itu sendiri (termasuk kemasan, ukuran, dan jaminannya):
iklan di media massa, pemasaran langsung, penjualan personal dan berbagai
usaha promosi lainnya; kebijakan harga, dan pemilihan saluran disribusi untuk
memindahkan produk dari pabrikan kepada konsumen.
Akhirnya, dampak berbagai usaha pemasaran suatu perusahaan sebagian
besar ditentukan oleh persepsi konsumen terhadap semua usaha ini. Jadi para
pemasar harus senantiasa mewaspadai persepsi konsumen dengan mensponsori
riset konsumen, daripada bergantung kepada dampak pesan-pesan pemasaran
mereka yang diharapkan.
•
Masukan Sosial budaya
Tipe masukan yang kedua, lingkungan sosial budaya, juga mempunyai
pengaruh besar terhadap konsumen. Pengaruh kelas sosial, budaya, dan
33
subbudaya, walaupun kurang nyata merupakan faktor – faktor masukan penting
yang dihayati dan diserap dan mempengaruhi bagaimana para konsumen
menilai dan akhirnya menolak produk.
Dampak kumulatif usaha pemasaran setiap perusahaan : pengaruh keluarga,
teman – teman dan para tetangga; dan aturan perilaku masyarakat yang ada
semuanya merupakan masukan yang mungkin mempengaruhi apa yang dibeli
para konsumen dan bagaimana mereka menggunakan apa yang mereka beli.
2. Proses
Komponen proses dalam model ini berhubungan dengan cara konsumen
mengambil
keputusan.
Untuk
memahami
proses
ini,
kita
harus
mempertimbangkan pengaruh berbagai konsep psikologis. Bidang psikologis
mewakili pengaruh dalam diri (motivasi, persepsi, pembelajaran, kepribadian dan
sikap) yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen (apa yang
mereka butuhkan, atau inginkan, kesadaran mereka terhadap berbagai pilihan
produk, kegiatan mereka dalam pengumpulan informasi dan penilaian mereka
mengenai berbagai alternatif). Tindakan pengambilan keputusan konsumen
terdiri dari tiga tahap, yakni :
•
Pengenalan kebutuhan
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p494), pengenalan kebutuhan
mungkin terjadi ketika konsumen dihadapkan dengan suatu ”masalah”. Di
kalangan konsumen ada dua gaya pemahaman masalah atau pengenalan
kebutuhan yang berbeda. Beberapa konsumen merupakan tipe keadaan yang
sebenarnya, yang merasa bahwa mereka mempunyai masalah ketika sebuah
produk tidak dapat berfungsi secara memuaskan. Sebaliknya, konsumen lain
34
adalah tipe keadaan yang diinginkan, dimana bagi mereka keinginan terhadap
sesuatu yang baru dapat menggerakan proses keputusan.
•
Penelitian sebelum pembelian
Penelitian sebelum pembelian dimulai ketika konsumen merasakan adanya
kebutuhan yang dapat dipenuhi dengan membeli dan mengkonsumsi suatu
produk. Ingatan kepada pengalaman yang lalu dapat memberikan informasi
yang memadai kepada konsumen untuk melakukan pilihan sekarang ini.
Sebaliknya, jika konsumen tidak mempunyai pengalaman sebelumnya, ia harus
melakukan penelitian yang mendalam mengenai keadaan di luar dirinya untuk
memperoleh informasi yang berguna sebagai dasar pemilihan.
Konsumen biasanya mencoba mengingat sebelum mencari berbagai sumber
informasi eksternal mengenai kebutuhan yang berhubungan dengan konsumsi
tertentu. Pengalaman yang lalu dianggap sebagai sumber informasi internal.
Semakin besar kaitannya dengan pengalaman yang lalu, semakin sedikit
informasi luar yang mungkin dibutuhkan konsumen untuk mencapai keputusan.
Banyak keputusan konsumen yang didasarkan kepada gabungan pengalaman
yang lalu dan informasi pemasaran dan nonkomersial. Tingkat risiko yang
dirasakan juga dapat mempengaruhi tahap proses pengambilan keputusan.
Menurut
Kotler
&
Keller
(2007,
p235),
Konsumen
yang
tergugah
kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak. Kita
dapat membaginya dalam dua tingkat. Situasi pencarian informasi yang lebih
ringan dinamakan perhatian menguat. Pada tingkat itu sesorang hanya menjadi
lebih peka terhadap informasi tentang produk. Pada tingkat selanjutnya, orang
itu mungkin memasuki pencarian aktif informasi. Melalui pengumpulan informasi,
35
konsumen mengetahui tentang merek – merek yang bersaing dan keistimewaan
merek tersebut.
Dalam tahap pencarian informasi dalam proses keputusan pembelian,
mencari informasi yang relevan dari lingkungan luar untuk memecahkan
masalah, atau dengan cara mengaktifkan pengetahuan dari ingatan yaitu,
Informasi Eksternal:
a
Sumber atau informasi dari publik yaitu variasi tingkat produknya,
harganya atau dikenal dengan laporan konsumen.
b
Dominasi pemasaran yaitu iklan, website perusahaan dan para pelaku
pemasaran.
Informasi Internal:
a
Menggunakan ingatannya kembali pengalaman dalam menggunakan
merek atau produk tersebut.
b
•
Merasa cukup puas dengan produk yang sering digunakan.
Penilaian Alternatif
Rangkaian merek yang diminati. Dalam konteks pengambilan keputusan
konsumen, rangkaian merek yang diminati mengacu pada merek-merek khusus
yang dipertimbangkan konsumen dalam melakukan pembelian dalam kategori
produk tertentu. Rangkaian merek yang diminati seorang konsumen dibedakan
dari rangkaian merek tidak layak yang terdiri dari berbagai merek yang
dikeluarkan konsumen dari pertimbangan pembelian karena dirasa tidak dapat
diterima dan dari rangkaian merek yang tidak aktif, yang terdiri dari berbagai
merek yang tidak menarik perhatian konsumen karena dirasakan tidak
mempunyai keuntungan khusus apapun. Terlepas dari jumlah merek dalam
suatu kategori produk, rangkaian merek yang diminati seorang konsumen rata-
36
rata cenderung sangat kecil, sering hanya terdiri dari tiga sampai lima merek.
Tetapi penelitian menunjukan bahwa rangkaian merek yang dipertimbangkan
konsumen meningkat jumlahnya jika pengalaman dengan suatu golongan
produk bertambah.
Rangkaian merek yang diminati terdiri dari sedikit merek yang dikenal baik,
diingat dan dirasakan dapat diterima oleh konsumen.
Semua merek
Semua merek
yang dikenal
Semua merek
yang tidak
dikenal
merek yang
merek yang
tidak layak
merek yang inert
diminati
Merek yang
dapat diterima
Merek yang
tidak dapat
diterima
Merek yang
dibeli
Merek yang
dianggap
biasa
Merek yang
diabaikan
Merek yang
tidak dibeli
Sumber : Schiffman & Kanuk (2007, p498)
Gambar 2.4 Rangkaian merek yang diminati sebagai bagian dari semua merek
dalam kelas produk tertentu.
37
Kriteria yang digunakan untuk menilai merek. Kriteria yang digunakan para
konsumen untuk menilai merek yang merupakan rangkaian merek yang mereka
minati biasanya dinyatakan dari sudut sifat-sifat produk yang penting. Jika
perusahaan mengatahui bahwa para konsumen akan menilai berbagai alternatif,
mereka kadang-kadang mengiklankan dengan cara menganjurkan kriteria yang
harus digunakan konsumen dalam menilai pilihan produk atau jasa.
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p501), ada juga cara untuk
memudahkan konsumen dalam pengambilan keputusan dengan memberikan
garis pedoman atau menjadikannya kebiasaan yang dikenal dengan kaidah
keputusan.
Menurut Kotler & Keller (2007, p237), terdapat beberapa proses evaluasi
keputusan, dan model – model terbaru yang memandang proses evaluasi
konsumen sebagai proses yang berorientasi kognitif. Yaitu model tersebut
menganggap konsumen membentuk penilaian atas produk dengan sangat sadar
dan nasional.
Beberapa konsep dasar akan membantu kita memahami proses evaluasi
konsumen. Pertama, konsumen berusaha memenuhi kebutuhan. Kedua,
konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk. Ketiga, konsumen
memandang masing – masing produk sebagai sekumpulan atribut dengan
kemampuan yang berbeda – beda dalam memberikan manfaat yang digunakan
untuk memuaskan kebutuhan itu.
3. Keluaran
Porsi keluaran dalam model pengambilan keputusan konsumen menyangkut
dua kegiatan pasca – pembelian yang berhubungan erat yakni:
38
•
Perilaku Pembelian
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007, p506), Perilaku pembelian konsumen
mempunyai tiga tipe yaitu:
o
Pembelian percobaan, yaitu ketika konsumen membeli suatu produk
atau merek untuk pertama kalinya dengan jumlah yang lebih sedikit
dari biasanya, jadi pembelian percobaan ini merupakan tahap
perilaku pembelian yang bersifat penjajakan di mana konsumen
berusaha menilai suatu produk melalui pemakaian langsung.
o
Pembelian ulang, yaitu berdasarkan percobaan yang dirasakan lebih
memuaskan atau lebih baik dari merek – merek lain. Pembelian
ulang biasanya menandakan bahwa produk memenuhi persetujuan
konsumen bersedia untuk memakainya lagi dalam jumlah yang lebih
besar.
o
Pembelian komitmen jangka panjang,
yaitu
pembelian
yang
dilakukan konsumen yang biasanya beralih secara langsung dari
penilaian terhadap komitmen jangka panjang (melalui pembelian),
tanpa kesempatan untuk percobaan yang sesungguhnya. Biasanya
untuk barang – barang yang paling tahan lama.
•
Penilaian Pasca pembelian
Ketika konsumen menggunakan suatu produk, terutama selama pembelian
percobaan, mereka menilai kinerja produk tersebut menurut berbagai harapan
mereka. Ada tiga hasil penilaian yang mungkin timbul : (1) kinerja yang
sesungguhnya sesuai dengan harapan yang menimbulkan perasaan netral ; (2)
kinerja melebihi harapan, yang menimbulkan apa yang dikenal sebagai
pemenuhan harapan secara positif ; dan (3) kinerja dibawah harapan, yang
39
menimbulkan pemenuhan harapan secara negatif dan ketidak puasan. Untuk
masing-masing hasil ini, harapan dan ketidakpuasan konsumen mempunyai
hubungan erat; yaitu, konsumen cenderung menilai pengalaman mereka
terhadap harapan-harapan mereka ketika melakukan penilaian pasca pembelian.
Unsur penting dalam penilaian pasca pembelian adalah berkurangnya
ketidak pastian atau keraguan konsumen mengenai pemilihan. Sebagai bagian
dari analisis merupakan pemilihan yang bijaksana; jadi, mereka berusaha
mengurangi ketidakcocokan kognitif pasca pembelian.
40
2.2
Kerangka Pemikiran
MEDIA CETAK
FEMINA-GROUP
- MAJALAH CITACINTA -
KUALITAS PRODUK
PERSEPSI KONSUMEN
(X1)
(X2)
•
kinerja
•
reliabilitas
•
keawetan
•
HARAPAN
•
desain
•
MOTIF
•
SIFAT-SIFAT
STIMULUS
PROSES KEPUTUSAN
PEMBELIAN
(Y)
•
PENGENALAN KEBUTUHAN
•
PENELITIAN SEBELUM
PEMBELIAN
•
EVALUASI ALTERNATIF
•
PERILAKU PEMBELIAN
•
PENILAIAN PASCA PEMBELIAN
41
2.3
Hipotesis
T – 1 : Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses
Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ho
:Tidak
ada
pengaruh
Kualitas
Produk
terhadap
Proses
Keputusan
Pembelian majalah CITACINTA.
Ha
: Ada pengaruh Kualitas Produk terhadap Proses Keputusan Pembelian
majalah CITACINTA.
T – 2: Untuk mengetahui besarnya pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses
Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ho
:Tidak ada pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan
Pembelian majalah CITACINTA.
Ha
: Ada pengaruh Persepsi Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian
majalah CITACINTA.
T – 3
: Untuk mengetahui besarnya pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi
Konsumen terhadap Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ho
: Tidak ada pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap
Proses Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Ha
: Ada pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Konsumen terhadap Proses
Keputusan Pembelian majalah CITACINTA.
Download