Ocultisme Pertemuan 12 stmik-mdp, Pdt. Asyer Wandi Dalam pembahasan yang lalu telah dijelaskan bahwa istilah kerasukan sebenarnya tidak tepat untuk digunakan. Istilah “kerasukan” dalam Alkitab tidak selalu menyiratkan ide kepemilikan atau dominasi yang total oleh roh jahat. Keadaan pasif apa pun yang disebabkan oleh roh jahat dapat dikategorikan sebagai kerasukan. Dengan kata lain, “kerasukan” memiliki tingkatan yang berbeda. Berdasarkan pemikiran di atas, kita pertama-tama akan menyelidiki gejala-gejala kerasukan dalam segala tingkatan intensitasnya yang dicatat oleh Alkitab. Pembahasan tentang semua gejala ini akan diatur dari yang paling umum sampai yang sering diabaikan oleh sebagian besar orang Kristen. Selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana kita dapat membantu orang yang kerasukan agar terbebas dari ikatan roh jahat. Gejala-gejala Kerasukan yang Dicatat Alkitab Alkitab memberikan beragam gejala kerasukan setan. Yang paling parah adalah hilangnya kesadaran diri dari orang yang dirasuk. Walaupun penyakit hilang ingatan tidak selalu disebabkan oleh kerasukan, tetapi penyakit tersebut mungkin salah satu indikasi kerasukan. Contoh tentang hal ini adalah orang yang dirasuk banyak setan di Gerasa (Mrk. 5:1-15//Luk. 8:26-35). Kata legiwn merujuk pada kesatuan militer Romawi yang berjumlah sekitar 6000 prajurit. Jumlah yang banyak ini sesuai dengan parahnya keadaan yang dialami orang tersebut, walaupun satu setan saja sebenarnya sudah cukup untuk membuat seseorang menjadi begitu sengsara. Orang ini telah kehilangan kesadarannya. Ia memilih tinggal di pekuburan daripada di rumah (Mrk. 5:2//Luk. 8:27), karena setan-setan selalu membawa dia ke tempat yang sunyi (Luk. 8:29). Ia tidak mau berpakaian layaknya orang normal (Luk. 8:27). Ia terus-menerus berteriak (Mrk. 5:5). Ia juga mengalami kepribadian yang terpecah: di satu sisi dia berlari menemui Yesus, tetapi di sisi lain dia takut dihukum (Mrk. 5:6-7). Setan memakai dia untuk berbicara kepada Yesus (Mrk. 5:9//Luk. 8:30). Kerasukan setan juga dapat dilihat dari kekuatan supranatural yang dimiliki oleh orang yang sedang dirasuk. Hal ini dimungkinkan karena setan-setan adalah malaikat, walaupun mereka sudah jatuh. Sebagai malaikat, mereka memang lebih kuat daripada manusia (2Ptr. 2:11) dan mampu mengadakan tanda-tanda ajaib (Why. 13:13). Dalam kasus orang kerasukan di Gerasa, orang tersebut berkali-kali mampu mematahkan rantai yang dipakai penduduk di situ untuk mengikat dia (Mrk. 5:34//Luk. 8:29). Simon, seorang penyihir terkenal di Samaria, mmpu memukau penduduk kota dengan hal-hal yang ajaib sehingga dia disebut sebagai “kuasa allah yang terkenal sebagai Kuasa Besar” (Kis. 8:9-10). Kemampuan supranatural yang lain dapat dilihat dari pengetahuan orang ini tentang keilahian Yesus. Dia mengetahui bahwa Yesus adalah Anak Allah Yang Mahatinggi dan memiliki otoritas untuk menghukum dia (Mrk. 5:6-7//Luk. 8:28, 31). Pengetahuan ini jelas tidak didapat dari pengalaman hidup orang ini bersama Yesus, karena dia tidak pernah berjumpa Yesus sebelumnya. Dua belas murid Yesus pun memerlukan waktu untuk menyadari bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah (Mrk. 8:29//Mat. 16:16). Pengetahuan tentang keilahian Yesus yang dimiliki oleh orang di Gerasa ini berasal dari roh-roh jahat yang menguasai dia (band. Mrk. 1:23-24; 3:11). Hamba perempuan di kota Filipi memiliki roh tenung untuk mengetahui sesuatu secara ajaib (Kis. 16:16-18). Gejala kerasukan berikutnya adalah keinginan untuk menghancurkan diri sendiri. Hal ini sesuai dengan sifat iblis sebagai pembunuh manusia (Yoh. 8:44). Orang yang kerasukan di Gerasa berkali-kali diseret secara paksa oleh setan (Luk. 8:29). Ketika setansetan itu keluar, mereka meminta korban lain untuk dibunuh, yaitu babi-babi (Mrk. 5:13//Luk. 8:32-33). Alkitab juga mencatat tindakan roh jahat yang membanting seorang anak ke tanah (Mrk. 9:18, 20). Roh ini berkali-kali membawa anak ini ke dalam api atau air untuk membinasakannya (Mrk. 9:22//Mat. 17:15). Gejala kerasukan kadangkala dapat dilihat dari penyakit fisik tertentu. Contoh yang paling jelas dari gejala ini adalah perempuan yang bungkuk selama 18 tahun (Luk. 13:11). Terjemahan LAI:TB “bungkuk punggungnya” tidak dapat menggambarkan secara jelas bagaimana kondisi perempuan ini. Beberapa versi bahasa Inggris dengan tepat mengekpresikan kata Yunani sunkuptousa di ayat ini dengan “bent over” (ESV, NIV, RSV), “bent double” (NASB) atau “bowed together” (KJV). Jadi, penyakit bungkuk ini dapat dikatakan sangat ekstrim. Apakah Yesus mengetahui intervesi roh jahat dalam penyakit ini karena kemahatahuan- Nya atau berdasarkan keanehan penyakit ini? Teks tidak memberi petunjuk apa pun. Dalam beberapa kasus, penyakitpenyakit tertentu yang tampaknya normal ternyata juga diakibatkan intervensi roh jahat, misalnya bisu (Mat. 9:32-33; 12:22; Luk. 11:14) dan buta (Mat. 12:22). Dalam kasus lain, intervensi roh jahat dalam penyakit seseorang dengan mudah dapat dideteksi melalui kejanggalankejanggalan yang lain. Contoh: orang yang buta dan tuli karena kerasukan setan dibanting ke tanah berkali-kali oleh roh jahat, mulutnya berbusa dan badannya kejang-kejang serta sering menuju ke air atau api untuk bunuh diri (Mrk. 9:18, 22, 25). Bagaimana kita dapat membedakan apakah suatu kesalahan doktrin adalah bentuk kerasukan atau tidak? Jawaban terhadap pertanyaan ini terdapat pada konteks munculnya ayat-ayat tersebut di atas. Semua ayat itu terkait dengan masalah klaim tentang suatu ajaran berasal dari Roh Kudus atau tidak. Dalam kalimat yang lebih sederhana, konteks ayat-ayat itu adalah nubuat. Jika orang mengklaim bahwa ia mendapat sesuatu dari Roh Kudus tetapi yang dia dapatkan ternyata bertentangan dengan doktrin fundamental kekristenan, maka klaim itu berasal dari setan. Dalam beberapa kasus kita sangat sulit mendeteksi gejala tertentu dari orang yang dirasuk setan. Dalam kasus seperti ini kita memerlukan karunia khusus untuk membedakan roh (1Kor. 12:10). Iblis sering kali menyamar dengan sangat baik sehingga dapat mengelabui orang percaya. Dalam keterbatasan kita ini, Roh Kudus dapat memberi kemampuan supranatural untuk mendeteksi adanya intervensi setan dalam diri seseorang atau dalam suatu ibadah. Petrus dapat mengetahui dominasi iblis atas hati Ananias dan Safira, walaupun secara manusia mereka tampak sebagai orang Kristen yang baik (Kis. 5:3). Prinsip Dalam Pelayanan Pelepasan Alkitab tidak pernah memberikan pola pengusiran setan yang sistematis dan mekanis. Keberagaman contoh yang ada justru mengajarkan bahwa mekanisme pengusiran bukanlah sesuatu yang penting. Yesus kadangkala langsung mengusir setan dengan sepatah kata (Mat. 8:16), tetapi Dia kadangkala berdialog sedikit dengan roh jahat (Mat. 8:29-32; Mrk. 5:713//Luk. 8:28-32). Yesus kadangkala berhadapan langsung dengan setan-setan dan mengusir mereka, tetapi kadangkala Ia hanya melakukan pengusiran dari jarak jauh (Mrk. 7:26, 29-30). Dari penjelasan ini terlihat bahwa yang paling penting bukanlah pola atau mekanisme pengusiran setan, tetapi prinsip-prinsip yang yang diajarkan. Prinsip apa saja yang perlu kita ketahui dalam pelayanan pelepasan? Alkitab memberikan beragam jawaban. Pertama, kita harus memiliki pertobatan yang sejati. Alkitab memberikan satu contoh tentang orang yang gagal mengusir setan karena mereka tidak bertobat sungguh-sungguh. Dalam Kisah Rasul 19:13-18 dikisahkan tentang anak-anak Skewa yang justru diserang oleh setan-setan. Mereka adalah para tukang jampi Yahudi yang menganggap bahwa pengusiran setan dapat dilakukan melalui mantera tertentu. Mereka memang menggunakan nama Yesus dalam pengusiran, tetapi mereka tidak memiliki hubungan pribadi dengan Yesus. Kisah ini menunjukkan bahwa pertobatan memegang peranan sangat penting dalam pengusiran setan. Bagaimana seseorang yang tidak percaya kepada Yesus dapat menerima otoritas dari Dia? Bagaimana orang yang tidak memiliki Roh Kudus dalam dirinya dapat mengalahkan roh lain di dunia ini (band. 1Yoh. 4:4)? Kebenaran ini selaras dengan apa yang dikatakan Yesus kepada murid-murid yang sedang bersukacita karena setan-setan takluk kepada mereka. Yesus memberi nasehat agar mereka bersukacita bukan terutama karena setan-setan itu takluk, tetapi karena nama mereka ada di surga (Luk. 10:20). Kesalahan umum yang dilakukan orang Kristen adalah menganggap bahwa kuasa atas setan terdapat pada penyebutan “dalam nama Yesus”. Mereka menjadikan slogan “dalam nama Yesus” sebagai sebuah syarat atau mantera untuk mengusir setan. Kecenderungan ini jelas merupakan penyimpangan dari Alkitab. Dalam konteks berpikir orang Yahudi, “nama” bukan sekedar sebutan, tetapi seluruh pribadi dari yang empunya nama tersebut. Dalam Injil Yohanes ungkapan “dalam nama Yesus” muncul sekitar 10 kali (3:18; 12:13; 14:13, 14, 26; 15:16; 16:23, 24, 26), tetapi tidak ada satu ayat pun yang mengajarkan bahwa ungkapan ini hanya berfungsi secara verbal. Bagian Alkitab yang lain mengajarkan hal yang sama (Mat. 18:5, 20; Mrk. 9:37; Luk. 9:48). Sebaiknya, melakukan sesuatu “dalam nama Yesus” menuntut komitmen dan penyerahan hidup kepada Yesus. Alkitab memang memberikan beberapa contoh tentang pengusiran setan yang dilakukan bukan oleh pengikut Yesus. Pada zaman akhir akan ada orang-orang yang telah mengusir setan demi nama Tuhan, tetapi mereka tidak menuruti firman Tuhan dan akhirnya binasa (Mat. 7:22-23). Para pengikut Farisi juga dapat mengusir setan (Mat. 12:27). Keberadaan tukang jampi Yahudi (Kis. 19:13-18) maupun non-Yahudi pada abad pertama turut memperpanjang contoh ini. Semua contoh ini dapat dijelaskan ke dalam salah satu kemungkinan berikut: (1) Allah memberikan anugerah kepada orang yang dirasuk sekalipun instrumen yang dia pakai tidak layak; (2) pengusiran tersebut melibatkan kuasa kegelapan. Kedua, kita harus meyakini otoritas yang diberikan Tuhan kepada kita. Yesus memberi otoritas atas setan-setan kepada para murid-Nya (Mat. 10:1; Luk. 9:1). Berdasarkan otoritas ini mereka akhirnya benar-benar mampu mengusir setan (Luk. 10:17), karena mereka telah diberi kuasa atas semua musuh (Luk. 10:19). Mereka yang bukan para rasul juga diberi otoritas yang sama (Kis. 8:7). Paulus juga menggunakan otoritas dalam nama Yesus untuk mengusir setan (Kis. 16:18). Kita tidak perlu takut terhadap setan. Kita tidak usah membingungkan pola atau metode tertentu agar pengusiran kita lebih mujarab. Kita tidak perlu menghardik dengan suara yang sangat keras. Kita tidak perlu menggunakan barang-barang tertentu - misalnya salib, Alkitab, gambar Yesus - untuk mengusir setan. Kunci kemenangan atas setan terletak pada otoritas yang Allah berikan. Kita dapat menggunakan otoritas ini secara langsung atau – lebih baik – dengan mengutip ayat-ayat Alkitab tertentu yang mengajarkan tentang kemenangan Yesus atas iblis (Mat. 12:28-29; Luk. 10:17-19; 2Kor. 10:3-4; Kol. 2:15; Ibr. 2:14; Yak. 4:7; 1Ptr. 5:8-9; 1Yoh. 3:8; 4:4; 5:18) dan otoritas yang diberikan Yesus kepada kita (Mat. 10:1; Luk. 9:1; 10:17), karena firman Tuhan adalah salah satu senjata melawan roh-roh jahat (Mat. 4:1-11; Ef. 6:17). Sebagian orang tidak menyetujui pengusiran setan dengan alasan bahwa otoritas itu hanya diberikan Allah pada abad pertama sebagai tanda kedatangan kerajaan Allah (Robert Duncan Culver, Systematic Theology, 189). Alasan lain yang dipakai untuk menolak pengusiran setan adalah Yudas 1:9 tentang Mikhael yang sekalipun penghulu malaikat tetapi tidak berani menghardik iblis. Dua alasan ini tidak tepat. Pengusiran setan tetap berlangsung bahkan setelah Yesus bangkit (bdk. Kis. 8:7; 16:18). Yudas 1:9 hanya mengajarkan bahwa malaikat tidak boleh melampaui otoritas yang Allah berikan kepada mereka (Yud. 1:8-10). Pengusiran setan yang dilakukan orang percaya tidak melampauiotoritas yang diberikan Allah, karena Allah memang memberi otoritas semacam itu. Ketiga, kita harus menjaga kerohanian kita. Walaupun kita diberi otoritas atas setan-setan, tetapi otoritas ini bukanlah sesuatu yang inheren dalam diri kita. Otoritas ini kita miliki berdasarkan status kita di hadapan Allah dan relasi kita dengan Dia. Iblis akan mundur dari kita kalau kita mau tunduk kepada Allah (Yak. 4:7). Alkitab mencatat beberapa contoh ketidakberhasilan murid-muid Yesus mengusir setan karena mereka kurang menjaga kerohanian mereka. Murid-murid gagal mengusir setan karena mereka kurang beriman (Mat. 17:19-20), padahal kita harus melawan iblis dengan iman yang teguh (1Ptr. 5:9). Dalam Injil Markus, Yesus menjelaskan kegagalan ini karena “jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan doa” (Mrk. 9:29). Ayat ini tidak berarti bahwa orang percaya perlu berdoa secara khusus dan lama untuk mengusir suatu setan. Yesus pun sering kali mengusir setan hanya dengan satu kata (tanpa berdoa lebih dahulu). Ayat ini mengajarkan bahwa doa yang terus-menerus akan menghasilkan kuasa yang lebih besar bagi orang percaya. Poin di atas tidak berarti bahwa kita harus sempurna baru dapat mengusir setan. Kita harus memahami dengan baik bahwa kuasa atas setan tidak berasal dari kekudusan hidup kita. Allah adalah sumber kuasa tersebut dan status kita di hadapan Allah adalah dasar pemberian otoritas itu. Kita perlu mewaspadai iblis yang sering kali mendakwa kita (Zak. 3:1; Rm. 8:33; Why. 12:10) untuk melemahkan iman kita. Kita perlu ingat bahwa tidak ada orang yang tidak berdosa (Yak. 3:2; 1Yoh. 1:8, 10) dan sekalipun kita berdosa tetapi Allah adalah adil dan setia (1Yoh. 1:9; 2:1-2). Keempat, jika setan tidak mau keluar dari seseorang, kita sebaiknya tidak meneruskan pengusiran tersebut. Tuhan pasti memiliki maksud tertentu mengapa pengusiran ini tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan. Kita mungkin perlu mengadakan konseling dengan orang tersebut untuk mengetahui proses dan intensitas keterlibatan orang itu dalam kuasa kegelapan. Kita mungkin perlu memberitakan injil sekali lagi kepada orang itu sehingga imannya dimurnikan. Tuhan mungkin ingin mengajar kita mengambil waktu yang lebih banyak untuk berdoa dan dekat dengan Dia. Persiapan rohani yang lebih baik akan jauh lebih efektif daripada membuang-buang waktu yang lama untuk mengurusi setan. Secara khusus jika ini terjadi di dalam ibadah, kita harus mewaspadai hal ini sebagai siasat iblis untuk mengganggu jalannya ibadah. Kelima, jika seseorang kerasukan setan melalui mediasi benda-benda tertentu, maka benda-benda itu juga harus dimusnahkan. Ketika bangsa Israel menyembah anak lembu emas, Musa bukan hanya menuntut mereka bertobat, tetapi juga memusnahkan patung itu (Kel. 32:20). Ketika Raja Hizkia mereformasi spiritualitas bangsa Yehuda, dia memerintahkan untuk memusnahkan semua benda-benda yang yang dipakai dalam penyembahan berhala (2Raj. 23:4-25). Orang-orang Efesus tidak hanya mengakui keterlibatan mereka dengan kuasa kegelapan, tetapi mereka juga membakar semua buku sihir yang dulu mereka pakai (Kis. 19:18-19). Keenam, kita perlu mewaspadai tipu daya setan yang kadangkala pura-pura sudah keluar padahal dia masih menguasai seseorang. Berkaitan dengan hal ini kita perlu melakukan tiga hal: (1) menanyakan kepada orang itu dalam keadaan sadar tentang perubahan yang dia rasakan setelah didoakan. Apakah dia merasa ada sesuatu yang keluar dari dirinya? Apakah dia merasakan kebebasan, kedamaian dan sukacita dalam hatinya?; (2) dengan memanggil otoritas nama Tuhan, mintalah orang itu untuk menyatakan komitmennya kepada Allah dan memutuskan semua bentuk hubungan dengan kuasa kegelapan; (3) mintalah dia membaca firman Tuhan tentang kemenangan Kristus atas setan dan kepastian keselamatan orang percaya. Terakhir, kita harus lebih memfokuskan perhatian pada orang yang kita layani daripada setan yang menguasai orang itu. Kita perlu mengingat bahwa pengusiran setan bukanlah segala-galanya maupun tujan akhir. Percuma saja kalau suatu setan diusir dari diri seseorang tetapi orang itu tidak diperlengkapi dengan senjata Allah (Ef. 6:10-18), karena setan dapat masuk kembali dan tidak jarang keadaan orang itu justru akan menjadi semakin buruk (Mat. 12:43-45). Orang itu perlu mengenal dan menerima injil yang benar. Kita tidak boleh melupakan pertumbuhan kerohanian dari orang yang sudah dibebaskan dari roh-roh jahat. Iblis pasti tidak akan tinggal diam dan ia berusaha menguasai orang itu lagi. #