49 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Umum Responden Gambaran umum responden dalam penelitiaan ini akan diuraikan secara rinci dibawah ini berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lama bekerja diperusahaan. Subjeck dalam penelitiaan ini adalah 120 karyawan yang bekerja di bagian produksi PT. Sandang Jaya Textile, Legok Tangerang Tabel 4.1 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase % Pria 58 48,3% Wanita 62 51% Total 120 100% Sekalipun persentase jumlah karyawan wanita lebih besar dari pada jumlah karyawan pria namun untuk unit produksi di PT. Sandang Jaya Textile tidak berpengaruh karena produksinya berbentuk pakaian. Jadi jenis kelamin tidak dipermasalahkan untuk unit produksi di PT. Sandang Jaya Textile. 49 50 Table 4.2 Gambaran umum responden berdasarkan usia Usia Frekuensi Prosentase % 21 - 25 33 27,5% 26 - 30 49 40,8% 31 - 35 17 14,2% 36 - 40 14 11,7% 41 - 45 4 3,3% 46 - 50 3 2,5% Total 120 100,0% Berdasarkan usia, responden pada penelitiaan ini berusia 21 – 25 tahun dengan total prosentase 27,5%, untuk responden yang berusia 26 – 30 tahun 40,8%, berusia 31 – 35 tahun 14,2%, berusia 36 – 40 tahun 11,7%, berusia 41 – 45 tahun 3,3%, dan berusia 46 – 50 tahun 2,5%. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagian besar karyawan di PT. Sandang Jaya Textile merupakan karyawan usia produktif sehingga karyawan dapat diharapkan bekerja mencapai produktivitas yang di targetkan. 51 Table 4.3 Gambaran umum reponden berdasarkan pendidikan Pendidikan Frekuensi Prosentase % SD 20 16,7% SMP 37 30,8% SMA 62 51,7% S1 1 8,0% Total 120 100% Berdasarkan dari tingkat pendidikan, prosentase di dominasi oleh responden yang memiliki pendidikan SMA 51,7%, responden yang memiliki pendidikan SMP 30,8% dan SD 16,7% dan S1 8,0% namun demikian karena bidang pekerjaan unit produksi di PT. Sandang Jaya Textile tersebut lebih bersifat unit kerja teknis maka prosentase karyawan yang berpendidikan SMA dinilai relative menguasai kualifikasi bidang pekerjaanny Table 4.4 Gambaran umum responden berdasarkan status lama bekerja Lama Bekerja Frekuensi Prosentase% 1 – 5 tahun 41 34,2% 6 – 10 tahun 41 34,2% 11 –15 tahun 22 18,3% 16 – 20 tahun 16 13,3% 120 100% Total 52 Berdasarkan masa kerja di perusahaan, sebanyak 34,2% responden telah bekerja diperusahaan selama 1-5 tahun. Sedangkan responden yang telah bekerja selama 6-10 tahun 34,2%. Sementara responden yang telah bekerja di perusahaan selama 11-15 tahun 18,3% dan 13,3% selebihnya adalah responden yang telah bekerja di perusahaan selama 16-20 tahun. Dengan demikian sebagian besar karyawan di PT. Sandang Jaya Textile telah memiliki pengalaman kerja relatif mewadai untuk bekerja produktif. Table 4.5 Sebaran sampel penelitian No Bidang Jml Karyawan Jml .prosentase Sampel % 1. Blowing 15 6 5% 2. Carding 15 6 5% 3. Drawing 9 3 2,5% 4. Roping 36 13 10,8% 5. Spinning 117 44 36,7% 6. Winding 66 25 20,8% 7. Packing 63 23 19,2% 321 120 100,0% Jumlah Dari 321 total jumlah karyawan pada bagian produksi ini hanya diambil 120 orang yang menjadi subjek penelitian. Ke-120 responden tersebut merupakan karyawan yang bekerja pada tujuh kelompok bidang yang ada pada bagian produksi.Seperti 53 diperlihatkan Tabel 4.6.dari setiap kelompok peneliti mengambil sampel berdasarkan prosentase jumlah karyawan disetiap bidang yang terdapat pada bagian produksi tersebut. Pada bidang blowing dan cardingsampel yang diambil sebanyak 6 orang (5%), bidang drawing 3 orang (2,5%), bidang roping 13 orang (10,8%), bidang spinning 44 orang (36,7%), bidang winding 25 orang (20,8%) dan packing sebanyak 23 orang (19,2%) 4.2 Presentasi Data 4.2.1 Penyebaran Skor Responden Rentangan penyebaran skor skala kondisi kerja adalah 47 – 235, karena dalam penelitiaan ini penulis menggunakan lima pilihan jawaban, yaitu skor terendah 1 x 47 = 47 dan skor tertinggi 5 x 47 = 235. Mean dari skala kondisi kerja sebesar 160,30 dengan median 163 dan modus 171. Sedangkan untuk standar deviasinya 16,29 dengan varians sebesar sebesar 265,62, nilai maksimum 193, nilai minimum 104 dan range sebesar 89. Rentangan penyebaran skor skala burnout adalah 41 –205, karena dalam penelitian ini penulis menggunakan empat pilihat jawaban, yaitu skor terendah 1 x 41 = 41 dan skor tertinggi sebesar 5 x 41 = 205. Mean dari skala burnout sebesar 137,74 dengan median 140,50 dan modus 128. Sedagkan untuk standar deviasinya 14,84 dengan varians sebesar 220,29, nilai maksimum 165, nilai minimum 94 da range sebesar 71. Adapun hasil dari gambaran deskriptif statistiknya dapat di lihat di table di bawah ini. 54 Table 4.6 Deskriptif statistic penyebaran skor responden Kondisi N Valid Burnout 120 120 Missing 0 0 Mean 160.3000 137.7417 Median 163.0000 140.5000 Mode 171.00 128.00 Std. Deviation 16.29796 14.84231 Variance Range 265.62353 220.29405 Minimum 89.00 71.00 Maximum 104.00 94.00 Sum 193.00 165.00 19236.00 16529.00 4.2.2 Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson, yaitu dengan mengkorelasikan jumlah skor variabel kondisi kerja dengan jumlah skor variabel burnout.Rumus korelasi product momentini digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel.Untuk 55 perhitungannya dilakukan dengan menggunakan progam SPSS versi 17.0.adapun hasil yang dapat dilihat pada table berikut. Table 4.7 Korelasi skala kondisi kerja dengan skala dengan skala burnout Correlations KERJA KERJAPearson Correlations BURNOUT 1,000 ,734** Sig. (2-tailed) , ,000 N 120 120 BURNOUT Pearson Correlasions Sig. (2-tailed) N **Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Berdasarkan tabel di atas diketahui, bahwa koefisien korelasi antara skala kondisi kerja dengan skala burnout adalah sebesar 0,734. Setelah dibandingkan dengan nilai r tabel untuk sampel 120 orang, diperoleh r tabel sebesar 0,230 pada α = 0,01 dan 0,176 pada α = 0,05. R hitung r tabel (N=120,0.05) r table (N=120, 0.01 0,734** 0,176 0,230 Hal ini menunjukan, bahwa nilai r hitung lebih besar dibandingkan nilai r table pada α = 0,01 maupun pada α = 0,05. Dengan demikian, hipotesis alternative yang 56 menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan burnout diterima. Sedangkan hipotesis nullyang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kondisi kerja dengan peningkatan burnout ditolak. Selain itu didapat pula nilai r sebesar 0734; nilai tersebut menunjukan bahwa hubungan kedua variabel memiliki derajat asosiasi yang tinggi, atau dapat dikatakan hubungan kedua variabel tersebut kuat karena menurut Young (dalam sulaiman, 2002) hubungan yang kuat memiliki nilai r antara 0,70 – 1,00. 4.3 Diskusi Hasil Penelitiaan 4.3.1 Perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan lama kerja Berdasarkan hasil penghitungan SPSS versi 17.0, peneliti mencoba melakukan uji perbedaan terhadap tingkat burnout berdasarka jenis kelamin, usia, pendidikan, status pernikahan, dan lama kerja responden pada penelitian ini. Uji perbedaan ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat burnout yang dialami responden berdasarkan hal tersebut di atas. Untuk pengambilan kesimpulan peneliti melihat dari nilai probabilitas (singgih, 2004) menurut singgih, untuk mengambil keputusan jika melihat dari nilai probabilitas, maka: Jika probabilitas > 0,05, maka Ho diterima Jika probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak 1. Perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin responden. 57 Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap tingkat burnout ditinjau dari jenis kelamin, data diuji dengan menggunakan uji t (t-test). Hasil perhitungannya dapat dilihat pada table 4.9. pada tabel tersebut tampak bahwa nilai signifikan sebesar 0,14, oleh karena nilai tersebut lebih kecil dari nilai probabilitas (<0,05), maka Ho ditolak artinya terdapat perbedaan tingkat burnout berdasarkan jenis kelamin. Jika dilihat dari interprestasinya rata – rata (mean) skor laki – laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan (lihat lampiran 13) hal ini menunjukan bahwa laki – laki lebih mudah terkena burnout daripada perempuan. Table 4.8 Independent Sampel T-Test t-test Equality of Means t Df Sig. (2- tailed) burnout Equal 2,490 118 ,014 2,502 117,363 ,014 Varians Assumed Equal variances not assumed 58 2. Perbedaan tingkat burnout berdasarkan usia responden. Untuk menguji signifikansi perbedaan tingkat burnout di tinjau dari usia responden, peneliti melakukan uji beda dari data yang tersedia. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut: Table 4.9 Uji F tingkat burnout berdasarkan usia df Sig. Between Groups 5 ,477 Within Groups 114 Total 119 Berdasarkan tabel diatas diketahui, bahwa nilai signifikansi (0,0477) lebih besar dari nilai probabilitas (>0.05), maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan tingkat burnout berdasarkan usia. 3. Perbedaan tingkat burnout berdasarkan pendidikan responden. Dari tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa nilai signifikansi sebesar 0,862 lebih besar dari pada nilai probabilitas (>0,05), maka Ho diterima. Artinya tidak terdapat perbedaan tingkat burnout ditempuh responden dalam penelitian ini. berdasarkan jenjang pendidikan yang 59 Table 4.10 Uji F tingkat burnout berdasarkan pendidikan df Sig. Between Groups 3 ,862 Within Groups 116 Total 119 4. Perbedaan tingkat burnout lama kerja responden Table 4.11 Uji F tingkat burnout berdasarkan lama kerja df Sig. Between Groups 3 ,764 Within Groups 116 Total 119 60 Dari tabel diatas tampak, bahwa nilai signifikansi (0,764) lebih besar dari nilai probabilitas (>0,05). Dengan demikian hipotesis null yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat burnout ditinjau dari lama kerja responden diterima.