BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah yang sering berkembang pada pasien rawat inap di rumah sakit
adalah malnutrisi. Prevalensi malnutrisi di rumah sakit masih cukup tinggi, tidak
hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Prevalensi malnutrisi di
Eropa berkisar antara 35-65% (Meyer, 2006), sedangkan di Amerika Latin dalam
penelitian multicenter yang melibatkan 9348 pasien menunjukkan bahwa 50,2%
pasien mengalami malnutrisi (Correia dan Waitzber, 2003).
Di Indonesia, malnutrisi masih menjadi permasalahan nasional. Data terakhir
di RS Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2006 menunjukkan bahwa prevalensi
pasien malnutrisi mencapai 71,8% saat masuk rumah sakit dan yang mengalami
malnutrisi berat mencapai 28,9%, sedangkan data terakhir di RSCM pada tahun
2007 menyatakan bahwa angka malnutrisi di rumah sakit mencapai 40%. Pada
penelitian yang dilakukan di 3 rumah sakit yaitu RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, RS.
M. Djamil Padang, dan RS. Sanglah Denpasar terhadap 262 pasien di ruang
perawatan penyakit dalam menunjukkan bahwa dari 77 pasien yang mengalami
penurunan status gizi mempunyai lama rawat inap lebih panjang rata-rata 14,9 ± 18
hari (Budiningsari & Hadi, 2004).
Kasus malnutrisi banyak ditemukan pada pasien rawat inap di bangsal anak,
bedah, geriatri, luka bakar, dan penyakit dalam (Dwiyanti, 2004). Malnutrisi
seringkali dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas yang disebabkan
buruknya pertahanan tubuh, tingginya infeksi, serta penyembuhan luka yang lama
1
sehingga menyebabkan lama rawat pasien memanjang dan biaya perawatan pun
akan semakin tinggi (Wiryana, 2007). Meta analisis terhadap 27 penelitian
Randomized Control Trial
(RCT) dengan 1710 pasien dan 30 penelitian RCT
dengan 3250 pasien menunjukkan hubungan yang bermakna antara malnutrisi
dengan komplikasi, infeksi, dan mortalitas (Stratton, 2003) sehingga hal ini
menunjukkan bahwa ada konsekuensi malnutrisi pada pasien yang dirawat di rumah
sakit serta hubungannya dengan meningkatnya lama rawat, komplikasi, biaya, dan
mortalitas.
Intervensi gizi yang diberikan rumah sakit berperan penting terhadap pasien
yang malnutrisi. Malnutrisi yang terjadi pada pasien-pasien di rumah sakit dapat
diatasi melalui pemberian dukungan terapi gizi yang optimal dan tepat. Menurut
Nurmala (2011), terapi gizi memberikan pengaruh paling dominan terhadap
perubahan status gizi. Hasil penelitian Dintinjana, dkk (2008) pada 388 subjek
dengan kanker kolorektal yang sedang mendapat kemoterapi menunjukkan bahwa
kelompok yang mendapat terapi gizi sejak dini mengalami peningkatan berat badan
dan perbaikan nafsu makan. Menurut Sullivan, dkk (1999), ketidakcukupan asupan
energi dan protein pada pasien selama dirawat inap di rumah sakit merupakan
kontributor penting bagi berkembangnya defisiensi zat-zat gizi, peningkatan resiko
komplikasi, dan kematian. Itu sebabnya dukungan gizi sangat berperan dalam
perbaikan kondisi malnutrisi pada pasien.
Dalam penelitian Afiati (2007) tentang perubahan berat badan rata-rata
pasien Schizophrenia menjelaskan bahwa pasien Schizophrenia dengan status gizi
kurang, diberikan makanan tambahan oleh tim asuhan gizi RSJSH dalam bentuk
2
susu dan telur disamping makanan yang biasa disajikan. Hasilnya menunjukkan
bahwa pemberian makanan tambahan berpengaruh terhadap perubahan berat
badan pasien Schizophrenia tersebut.
Penelitian ini mencoba membuktikan bahwa pemberian gizi tambahan
berperan terhadap asupan makan dan perubahan berat badan pasien yang dirawat
inap, dimana asupan yang akan diteliti adalah asupan energi dan protein. Penelitian
ini dilakukan di RSUD Sleman, D.I. Yogyakarta. Berdasarkan info yang diperoleh
dari rumah sakit, diketahui bahwa jumlah pasien rawat inap yang masuk per hari
berkisar 10-20 pasien yang tersebar dibeberapa bangsal seperti bangsal bedah,
penyakit dalam, dan saraf. Dengan jumlah tersebut, subjek untuk penelitian ini bisa
tercukupi meskipun akan memerlukan waktu yang panjang. Rata-rata lama rawat
pasien di rumah sakit juga tidak panjang sehingga memungkinkan untuk melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap pasien mulai dari masuk sampai pulang. Selain itu,
biaya penelitian terjangkau dan akses ke lokasi penelitian tidak begitu sulit.
Berdasarkan uraian-uraian di atas serta untuk studi lanjut tentang gizi tambahan di
setiap rumah sakit melatarbelakangi penelitian ini dilakukan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dibuat rumusan
masalah penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Apakah pemberian gizi tambahan berperan terhadap asupan energi dan
protein pasien yang dirawat inap?
3
2. Apakah pemberian gizi tambahan berperan terhadap perubahan berat badan
pasien yang dirawat inap?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui peran pemberian gizi tambahan terhadap asupan
energi dan protein serta perubahan berat badan pasien rawat inap.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui peran pemberian gizi tambahan terhadap asupan
energi dan protein pasien.
b. Untuk mengetahui peran pemberian gizi tambahan terhadap perubahan
berat badan pasien.
c. Untuk mengetahui jenis gizi tambahan yang diberikan rumah sakit
kepada pasien.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Melalui penelitian ini peneliti bisa mengetahui bagaimana bentuk intervensi
gizi yang diberikan oleh rumah sakit terhadap pasien dan mengetahui
bagaimana peranan pemberian gizi tambahan terhadap asupan makan dan
perubahan berat badan pasien yang dirawat inap.
4
2. Bagi Rumah Sakit
Dengan penelitian ini rumah sakit bisa melakukan evaluasi terkait terapi gizi
yang diberikan kepada pasien rawat inap untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan gizi di rumah sakit.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan pengetahuan mengenai peran diberikannya gizi tambahan
terhadap asupan makan dan perubahan berat badan pasien yang dirawat
inap.
E. Keaslian Penelitian
1. Dwiyanti, Defriani (2003) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Asupan
Makanan terhadap Kejadian Malnutrisi di Rumah Sakit. Jenis penelitian ini
adalah observasional dengan rancangan kohort prospektif. Variabel yang
diteliti yaitu asupan pasien selama di rumah sakit (variabel bebas) dan
kejadian malnutrisi (variabel terikat). Persamaan dengan penelitian ini
terletak pada jenis dan desain penelitian yaitu observasional dengan
rancangan kohort prospektif serta instrumen penelitian yang digunakan
dalam menilai asupan makan yaitu kuisioner recall 24 jam. Perbedaan
dengan penelitian ini terletak pada variabel terikat, dimana pada penelitian ini
variabel terikatnya adalah kejadian malnutrisi sedangkan variabel terikat
dalam penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah asupan makan
dan perubahan berat badan.
5
2. Suharti, Wiwik (2002) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Suplementasi
Besi dan Vitamin C terhadap Perubahan Asupan Zat Gizi, Status Gizi, dan
Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Selat Kabupaten
Kapuas. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan
Randomized Control Trial. Variabel yang diteliti yaitu suplementasi besi dan
vitamin C sebagai variabel bebas serta perubahan asupan zat gizi, status
gizi, dan kadar hemoglobin sebagai variabel terikat. Persamaan dengan
penelitian ini terletak pada variabel terikat yaitu asupan zat gizi, sedangkan
perbedaannya terletak pada desain penelitian. Desain pada penelitian ini
adalah eksperimental dengan rancangan RCT sedangkan pada penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti, desain penelitiannya adalah observasional
dengan rancangan kohort prospektif.
3. Reddy, Levi Annisa Saesari (2012) dalam penelitian yang berjudul Hubungan
Kemoterapi dengan Perubahan Asupan Makan pada Pasien Kanker RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan
rancangan nested case control. Variabel yang diteliti yakni episode
kemoterapi, gangguan gastrointestinal, jenis kemoterapi, dan golongan
kemoterapi sebagai variabel bebas serta perubahan asupan energi sebagai
variabel terikat. Persamaan dengan penelitian ini terletak pada variabel
terikat yaitu asupan energi dan jenis penelitian yaitu observasional,
sedangkan perbedaannya terletak pada variabel bebas dan rancangan
penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini adalah episode kemoterapi,
gangguan gastrointestinal, jenis kemoterapi, dan golongan kemoterapi,
6
sedangkan variabel bebas pada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah pemberian gizi tambahan. Rancangan penelitian pada penelitian ini
adalah nested case control, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti, rancangan penelitiannya adalah kohort prospektif.
7
Download