BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Penelitian sebelumnya (State Of the

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Penelitian sebelumnya (State Of the Art)
Tabel 2.1 Penelitian sebelumnya
NAMA/TAHUN
SUMBER
PENELITIAN
TOPIK
METODE
HASIL
MANFAAT
PENELITIAN
PENELITIAN
PENELITIAN
DALAM
PENELITIAN
menganalisa
Jurnal ini
Pelayanan dan
hubungan dan
membahas
Perilaku
pengaruh antara
tentang
Keluhan
kualitas
kualitas
Konsumen,
pelayanan,
pelayanan dan
Determinan,
penyebab keluhan
memberikan
Dan Tipologi”
dan perilaku
hasil bahwa
keluhan
kualitas
konsumen, dan
pelayanan
membuktikan
memiliki
bahwa ada
peranan yang
hubungan yang
sangat penting
cukup kuat antara
dan
kualitas
mempengaruhi
pelayanan dengan
keluhan
penyebab keluhan
konsumen
Tauriana,Dian, &
Binus
“Kualitas
Neri, Sem. (2010)
Library
Kuantitatif
Membrandingkan
Jurnal ini
branding
UNS sebagai
memberikan
Universitas
Universitas
referensi
Negeri
Konservasi
mengenai
Semarang
dengan
strategi dalam
sebagai
menggunakan
melakukan
Universitas
strategi
branding.
Konservasi”
komunikasi
Arswendi, Riki
e-Journal
“Strategi
(2013)
Undip
Kualitatif
organisasi.
Nugroho Adi, Y A.
Google
(2010)
scholar
“Menumbuhkan
Perusahaan yang
Kualitatif
service loyalty
mampu
memberikan
melalui kualitas
pelayanan sesuai
pelayanan dan
dengan kebutuhan
pengelolaan
konsumennya
respon emosi
atau bahkan
konsumen pada
Memberikan
pembuktian
bahwa kualitas
pelayanan
merupakan
faktor tidak
langsung dari
loyalitas
melebihi harapan
perusahaan
konsumen akan
jasa”
meningkatkan
kinerja
M.A, Mohamad &
ABAC
Parvez, Noorjahan
Journal
“impact of
service quality,
trust, customer
(2009)
satisfaction on
customer
loyalty”
Kuantitatif
Memberikan
gambaran
mengenai
kepuasan
pelanggan.
Membuktikan
bahwa kualitas
pelayanan,
kepercayaan,
serta kepuasan
pelanggan
berdampak
pada loyalitas
pelanggan.
Chun, Rosa.
Google
scholar
(2005)
“Corporate
reputation :
meaning and
measurement”
Kualitatif
Membahas
mengenai
paradigm, efek
dan pengaruh dari
reputasi
perusaahaan, cara
mengukur
reputasi, serta
kunci elemen dari
reputasi tersebut
salah satunya
dengan pelayanan
Bahan
referensi
untuk
pembahasan
citra
perusahaan,
serta
mengetahui
tolak ukur dari
reputasi itu
sendiri.
Sumber : Diperoleh dari hasil jurnal sebelumnya
1.2 Landasan Konseptual
1.2.1
Komunikasi
Menurut Richard West dan Lynn H.turner (2009 : 5) komunikasi
didefinisikan sebagai proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbolsimbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan
mereka. Ketika menginterpretasikan komunikasi secara sosial, maksud yang
disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi. Artinya
komunikasi selalu melibatkan dua orang, yakni pengirim dan penerima. Keduanya
memainkan peranan yang penting dalam proses komunikasi. Selain itu, ketika
membicarakan komunikasi sebagai suatu proses, hal ini berarti komunikasi bersifat
berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Istilah ketiga adalah simbol. Simbol
adalah sebuah label arbitrer atau representasi dari fenomena. Selain proses dan
simbol. Makna juga memegang peranan yang penting dalam definisi komunikasi kita.
Makna adalah yang diambil orang dari suatu pesan. Istilah kunci yang rerakhir adalah
lingkungan. Lingkungan adalah situasi dimana komunikasi itu terjadi. Lingkungan
terdiri atas beberapa elemen, yakni waktu, tempat, periode, sejarah relasi, latar
belakang budaya, dan lain lain. Teori komunikasi itu sendiri adalah studi tentang
bagaimana cara manusia berkomunikasi satu sama lain. Teori ini meliputi analisis
komunikasi interpersonal dan mencakup bahasa tulisan dan lisan.
Menurut Agus Hardjana (2007:20) fungsi komunikasi dapat dilihat dalam
hidup pribadi, hubungan dengan orang lain, di tempat kerja, ataupun dalam
masyarakat. Ketika menginterpretasikan komunikasi sebagai secara sosial, maksud
yang disampaikan adalah komunikasi selalu melibatkan manusia serta interaksi.
Artinya komunikasi selalu melibatkan dua orang, pengirim dan penerima. Kemudian
ketika membicarakan komunikasi sebagai suatu proses, hal ini berarti komunikasi
bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Komunikasi juga dinamis,
kompleks, dan senantiasa berubah.
Everett M. Rogers dan Lawrence Kincaid dalam Wiryanto (2007:6)
mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :
“suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi antara satu sama lain, yang pada gilirannya terjadi saling pengertian yang
mendalam.”
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi merupakan
sebuah proses penyaluran informasi dan ide yang disampaikan dari komunikan
kepada komunikator dengan tujuan agar komunikator dapat mengerti maupun
menerima informasi yang telah disampaikan. komunikasi memiliki peranan yang
sangat penting bagi setiap individu, dan komunikasi bergantung pada kemampuan
untuk memahami satu sama lain. Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting,
namun juga sangat rumit dalam kehidupan manusia. Walaupun komunikasi dapat
dilakukan oleh siapapun, belum tentu dia dapat melakukan komunikasi dengan baik.
komunikasi tanpa kita sadari, kita melakukannya setiap menit bahkan setiap detik
baik dengan manusia lain maupun dengan dirinya sendiri. Tentu komunikasi juga
dijadikan sebagai alat utama bagi PT TMS dalam mengembangkan organisasinya.
Menurut Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam (2012: 41), komunikasi
mempunyai berbagai macam bentuk yang semuanya bergantung pada segi kita
memandangnya, yaitu terdiri :
1. Dari segi penyampaian pesannya, komunikasi dapat dilakukan secara lisan
dan secara tertulis, atau secara elektronik melalui radio, televisi, telepon,
internet, dan sebagainya.
2. Dari segi kemasan pesan, komunikasi dapat dilakukan secara verbal
(dengan berbicara) atau dengan nonverbal (dengan bahasa isyarat).
Komunikasi verbal biasanya diwakili dalam penyebutan kata-kata, yang
pengungkapannya dapat dengan lisan atau tertulis, sedangkan komunikasi
nonverbal terlihat dalam ekspresi atau rautan wajah, gerakan tangan, mata,
dan bagian tubuh lainnya.
3. Dari segi kemasan keresmian pelaku komunikasi, saluran komunikasi
yang digunakan, dan dalam bentuk kemasan pesan komunikasi dapat
dikategorikan sebagai bentuk komunikasi formal dan nonformal.
4. Dari segi pasangan komunikasi, komunikasi dapat dilihat sebagai:
Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), yaitu proses
komunikasi dalam diri komunikator: pengirim dan pesannya adalah
dirinya sendiri. Komunikasi interpersonal (interpersonal communication),
yaitu interaksi tatap muka antara dua orang atau lebih. Pengirim dapat
menyampaikan pesan secara langsung, sedangkan penerima pesan dapat
menerima dan menanggapinya secara langsung pula.
Menurut Robbins (2012:437) Terdapat beberapa hambatan-hambatan yang
lebih terkemuka terhadap komunikasi yang efektif, yaitu sebagai berikut:
1. Penyaringan (filtering)
“Filtering is the deliberate manipulation of to make it appear ,more
favorable to the receiver.” Mengacu pada pengirim yang memanipulasi
informasi sedemikian rupa sehingga akan tampak lebih menguntungkan di
mata si penerima.
2. Emosi (emotion)
“How a receiver feels when a message is received influences how her or
she interprets it. Extreme emotions are most likely to hinder effectives
communication. In such instances, we often disregard out rational and
objective thinking processes and substitute emotional judgments.”
Bagaimana perasaan penerima ketika pesan diterima bagaimana
memengaruhi ia menafsirkannya. Emosi ekstrem yang paling mungkin
untuk menghambat komunikasi yang efektif, dalam contoh tersebut, kita
sering mengabaikan proses-proses rasional dan obyektif dan pengganti
pertimbangan emosional.
3. Kelebihan Informasi (information overload)
“Information overload, which is when information exceeds our processing
capacity.” Suatu kondisi ketika informasi mengalir masuk melebihi
kemampuan pengolahan seorang individu. Individu-individu memiliki
suatu kapasitas terbatas untuk mengolah data.
4. Defensif (defensiveness)
“When people feel they’re being threated, they tend to react in ways that
hinder effective communication and redunce their ability to achieve
mutual understanding. They become defensive-verbally attacking other,
making sarcastic remarks, being overly judgmental, or questioning others’
motives.” Bila orang merasa terancam, mereka cenderung bereaksi dengan
cara yang mengurangi kemampuan mereka untuk mencapai pemahaman
timbal balik. Artinya, mereka menjadi defensive-terlibat dalam perilaku
seperti menyerang orang lain secara verbal, ungkapan-ungkapan yang
kasar, terlalu mengadili, menanyakan motif-motif orang lain. Dengan
demikian bila individu menafsirkan pesan orang lain sebagai ancaman,
mereka sering menanggapi dengan cara mengganggu komunikasi yang
efektif.
5. Bahasa (language)
“In an organization, employee come from diverse backgrounds and have
different patterns of speech. Even employees who work for the same
organization but in different departments often have different jargonspecialized terminology or technical language that members of a group
use to communicate among themselves.” Kata-kata diartikan sesuatu yang
berbeda pada orang yang berbeda pula.“Makna kata-kata tidaklah dalam
kata-kata itu; maknanya ada pada diri kita.”Usia, pendidikan, dan latar
belakang budaya merupakan tiga variabel yang jelas memengaruhi bahasa
yang digunakan seseorang dan didefinisi yang dia berikan kepada katakata itu.
6. Budaya Nasional (national culture)
“In an individualistic country like the United States, communication is
more formal and is clearly spelled out. Managers rely heavily on reports,
memos, and other formal forms of communication.” Dalamsebuah negara
yangindividualistisseperti
Amerika
Serikat,
komunikasiyanglebih
formaldanjelas dipaparkan. Manajersangat bergantung padalaporan,
memo, dan bentuk formal lainnya komunikasi.
1.2.2
Public Relations
Di era modern saat ini, Public Relations adalah salah satu fungsi manajemen
terpenting dalam sebuah perusahaan. Adapun definisi public relations Menurut
British Institute Of Public Relations dalam Agung Wasesa (2006:307) adalah sebagai
berikut :
“Public relations is a planned and sustained effort to establish and maintain
goodwill and mutual understanding, between an organization and its public.” Jadi
kata kunci aktivitas PR adalah untuk membangun pengertian yang saling
menguntungkan Antara publik dan organisasi yang diwakili oleh Public Relations.
Menurut Cutlip-Center-Broom dalam Keith butterick (2012:8) public
relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan
hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan public yang
mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. Para praktisi public
relations mempunyai tugas untuk mengembangkan, melaksanakan, dan mengevaluasi
program organisasi yang mempunyai dampak langsung ke masyarakat dengan
menjaga nama baik serta citra perusahaan terhadap masyarakat pada umumnya.
Selain itu, PR juga mengidentifikasi persepsi yang dipegang oleh organisasi
dan memberi informasi mengenai kinerja organisasi kepada semua audiens yang
relevan.PR menyangkut pengembangan reputasi yang pantas untuk sebuah
organisasi, yang didasarkan pada kinerja. Reputasi ini tidak harus baik, tetapi hanya
yang pantas diperoleh organisasi ini.
Menurut Harlow dalam Keith Butterick (2012:7) definisi yang ditawarkan
adalah sebagai berikut :
“PR adalah fungsi manajemen yang unik yang membantu, membangun, dan
memelihara jalur komunikasi, memunculkan pemahaman, kerja sama Antara
organisasi dan publiknya ; melibatkan manajemen permasalahan dan isu ; membantu
manajemen untuk terus menginformasikan dan tanggap terhadap opini publik ;
mendefinisikan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani
kepentingan
umum
;
membantu
manajemen
untuk
tetap
mengikuti
dan
memanfaatkan perubahan secara efektif, melayani sebagai sistem peringatan dini
untuk membantu mencegah kecenderungan negative ; dan menggunakan penelitian
yang sehat dan etika komunikasi sebagai alat utamanya.”
Chartered Institute of Public Relations (CIPR) dalam keith butterick (2012:8)
menawarkan definisi yang mengenalkan dimensi baru yang berbeda dimana :
“PR adalah tentang reputasi – hasil dari apa yang dilakukan dan dikatakan, serta apa
yang orang lain katakan tentang anda. Praktik PR adalah disiplin ilmu yang bertugas
menjaga reputasi dengan tujuan untuk mendapatkan pemahaman dan dukungan, serta
mempengaruhi opini dan perilaku. Kegiatan ini merupakan usaha yang terencana dan
berkesinambungan untuk membangun dan mempertahankan niat baik dan saling
pengertian Antara suatu organisasi dengan publiknya.”
PR tentu memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi.
Menurut Oxley dalam Iriantara (2012:12) terdapat beberapa peran dari PR, yakni :
1. Memberi saran kepada manajemen tentang semua perkembangan internal
maupun eksternal yang mungkin mempengaruhi hubungan organisasi dengan
publiknya.
2. Meneliti dan menafsirkan untuk kepentingan organisasi, sikap publik utama
pada saat ini atau antisipasi sikap publik utama terhadap organisasi.
3. Bekerja sebagai penghubung antara manajemen dan publiknya.
4. Memberi laporan berkala kepada manajemen tentang semua kegiatan yang
mempengaruhi hubungan public dan organisasi.
Selain peran, PR dalam organisasi juga memiliki beberapa fungsi. Menurut
pakar Humas Internasional, Cutlip, Centre dan Canfield dalam Ruslan (2010:19)
mengemukakan bahwa fungsi PR meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Menunjang
aktivitas
utama
manajeman
dalam
mencatat
tujuan
bersama(fungsi melekat pada manajeman lembaga/organisasi).
2. Membina hubungan yang harmonis anatara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi, dan
tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya atau
sebaliknya.
4. Melayani keinginana publiknya dan memerikan sumbang saran kepada
pimpinan manajeman demi tujuan dan manfaat bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah secara timbal balik dengan menyebarkan
demi terciptanya citra positif bagi kedua belah pihak.
Rex Harlow dalam Dennis L. Dan Glen T. (2009: 5) menjelaskan bahwa :
“PR is a distinctive management function which help establish and maintain mutual
lines of communications, understanding, acceptance, and cooperation between an
organization and its publics; involves the management of problems or issues; helps
management keep informed on and responsive to public opinion; defines and
emphasizes the responsibility of management to serve the public interest; helps
management keep abreast of and effectively utilize change, serving as an early
warning system to help anticipate trends; and uses research and sound ethical
communication techniques as its principal tools”.
Dari definisi tersebut dapat didefinisikan bahwa Public Relations adalah
fungsi manajemen yang khas yang membantu membangun dan mempertahankan
garis komunikasi bersama antara organisasi dan publiknya mengenai komunikasi,
pemahaman, penerimaan, yang melibatkan manajemen untuk memahami dan tanggap
terhadap opini publik, melibatkan manajemen dari masalah atau isu, dan menetapkan
tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum, membantu
manajemen mengikuti dan memanfaatkan perubahan secara efektif, bertindak sebagai
sistem peringatan dini untuk membantu mengantisipasi krisis, dan menggunakan riset
sebagai teknik komunikasi sebagai sarana utama) .
Setelah memberikan pendapat mengenai para ahli, kesimpulan yang dapat
ditarik oleh penulis bahwa PR merupakan sebuah fungsi dalam organisasi dalam
menjembatani hubungan Antara perusahaan dan publiknya baik melalui komunikasi
yang terstruktur serta memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membangun
hubungan yang baik dengan publiknya.
2.2.3
Brand
American
Marketing
Association
dalam
Freddy
Rangkuti
(2008:2)
mendefinisikan merek sebagai :
“Nama, istilah, tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari hal-hal tersebut.
Tujuan pemberian merek adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang
dihasilkan sehingga berbeda dari produk atau jasa yang dihasilkan oleh pesaing.”
Menurut Harrison (2008:424), a brand is the intangible sum of attributes of a
products or services ; it’s name, packaging, price, history, reputation, and the way it
is marketed. A brand can be perceived as clusters of functional and emotional values
that enable a unique promise to be made about an experience. The brand is conveyed
by consumer experience with it and by those consumers perceptions of other people
that use the same products or services. A brand delivers appoint of difference from
other comparable products. The reason consumers lean towards a particular brand
it’s because they trust it. If the trust starts to break down, the brand weakens. A
corporate bran needs to be an accurate reflection of what the organization is, how it
performs, how it is different or unique among it’s competitors and what image or
identity is is being projected.
Dari definisi diatas, dapat diterjemahkan sebagai berikut, dimana mereka
adalah sejumlah atribut suatu produk atau layanan yang tidak berwujud ; nama,
kemasan, harga, sejarah, reputasi, dan cara pemasaran. Sebuah merek dapat dianggap
sebagai kelompok nilai fungsional dan emosional yang memungkinkan janji yang
unik dan dibuat tentang sebuah pengalaman. Merek disampaikan oleh pengalaman
dari konsumen dan dengan itu orang-orang akan melihat persepsi konsumen dan
dapat menggunakan produk atau jasa yang sama. Brand memberikan titik perbedaan
dari produk kompetitor lainnya. Alasan konsumen memilih merek tertentu adalah
karena mereka percaya. Jika kepercayaan itu hilang, maka merek tersebut akan
melemah. Sebuah merek perusahaan perlu refleksi akurat tentang bagaimana
organisasi melakukan, berbeda, serta unik di antara pesaing dan bagaimana citra di
proyeksikan.
Menurut Wheeler (2006:4) Brand is the promise, the big idea, and the
expectations that reside in each customer’s mind about a product, service, or
company. People fall in love with brands, trust them, develop strong loyalties to
them, buy them, and beliece in their superiority. The brand is shorthand. It stands for
something. Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa merekadalah janji, ide besar, dan
harapan yang ada dalam pikiran setiap pelanggan tentang layanan, produk maupun
jasa, atau organisasi itu sendiri. Orang-orang jatuh cinta dengan merek, mempercayai,
dan mengembangkan loyalitas yang kuat kepada mereka, membeli mereka, dan
percaya pada superioritas mereka. Merek merupakan sebuah istilah dan singkatan
dari sesuatu.
Menurut Tai & Chew (2012), ada 10 peraturan branding, yakni :
1. Aturan pertama : persepsi adalah kenyataan
Branding memiliki tempat di benak konsumen, bukan di dunia nyata. Apa
yang dianggap benar oleh pikiran adalah kebenaran dan tidak dapat di bantah.
Branding bukanlah pertarungan untuk menentukan siapa yang dapat membuat
produk yang lebih baik, tetapi pertarungan untuk menentukan siapa yang
dapat menciptakan persepsi yang lebih baik.
2. Aturan kedua : keberuntungan untuk yang pertama
Menjadi yang pertama lebih baik daripada menjadi yang lebih baik. Hal ini
cukup penting walaupun bukan jaminan kesuksesan. Menjadi yang pertama
memberikan anda kesempatan untuk memantapkan merek anda dalam benak
pelanggan sebelum ada pesaing.
3. Aturan ketiga : buatlah kategori baru
Apabila anda bukan merek pertama atau kedua di pasaran, masih ada harapan
untuk menjadi yang pertama diingat dengan membuat kategori yang
menjadikan merek anda sebagai yang pertama di dalamnya.
4. Aturan keempat : fokus anda
Ketika anda fokus, maka merek anda menjadi kuat. Hal ini terjadi karena
dalam pikiran mereka, rang hanya mengasosiasikan merek anda dengan satu
hal. Akan tetapi harus ada pengorbanan. Visi untuk menjadi yang pertama
dalam satu hal menggerakkan merek terfokus. Walaupun demikian, merek
terfokus cenderung menghasilkan lebih banyak uang dalam jangka panjang
dibandingkan merek tidak terfokus.
5. Aturan kelima : diferensiasikan atau jual murah
Anda tidak mungkin membangun merek yang kuat tanpa diferensiasi. Apabila
pelanggan tidak dapat membedakan produk anda dari produk pesaing anda,
mereka akan membeli yang berharga lebih murah. Anda harus bersaing dalam
harga jika anda tidak terdiferensiasi.
6. Aturan keenam : gunakan hubungan masyarakat untuk membangun merek
(iklan untuk pemeliharaan)
Iklan adalah apa yang anda katakana tentang diri anda dan biasanya
cenderung mengatakan hal-hal yang baik. Oleh karena itu, iklan memiliki
sangat sedikit kredibilitas. Humas adalah apa yang media katakana tentang
anda, dan karena media adalah pihak ketiga, pendapat mereka akan
menyerupai kebenaran. Humas memiliki kredibilitas yang tidak dimiliki oleh
iklan, tetapi anda tetap membutuhkan iklan untuk memelihara merek anda.
7. Aturan ketujuh : tentukan nama yang hebat
Bisnis sudah cukup sulit tanpa harus dibebani oleh nama produk yang
gampang dilupakan. Merek anda adalah nama untuk jangka panjang, jadi
pastikan untuk memiliki nama merek yang unik dan mudah diingat.
8. Aturan kedelapan : selalu konsisten
Merek anda harus sepenuhnya berperilaku secara konsisten. Apabila merek
anda berubah-ubah, pelanggan anda akan bingung dan mulai membelot pada
pesaing.
9. Aturan kesembilan : carilah musuh,bukan teman
Untuk membangun merek kuat, anda perlu memberikan alasan keberadaannya
dan membuktikan kepantasannya untuk tetap ada. Oleh sebab itu, anda perlu
mencari musuh, ketika anda memiliki lawan yang kuat, merek anda
mendapatkan alasan untuk diterima dunia.
10. Aturan kesepuluh : tahu waktu yang tepat untuk meluncurkan merek kedua.
Merek anda tidak dapat mewakili segalanya dan akan memasuki kategori
baru. Ketika saat itu tiba, lebih baik untuk memperkenalkan merek kedua
dariapada memperluas merek pertama yang telah menjadi merek juara dalam
kategorinya.
Menurut Thai dan Chew (2012:6) ide diferensiasi haruslah berupaide yang
relevan bagi pelanggan. Menjadi berbeda tidaklah sulit. Siapa saja bisa menemukan
ide yang dapat digunakan untuk mendiferensiasi brand anda dari pesaing. Akan
tetapi, menemukan ide diferensiasi yang relevan bagi pelanggan jauh lebih sulit.
Selain itu juga diferensiator harus menarik dan dapat dipertahankan. apabila berbeda
dalam hal yang tidak menarik, brand tidak akan tersentuh.
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menganalisa hubungan branding dan
hasil pasar saham. Brand yang tangguh dan kuat telah terbukti memberikan hasil
yang lebih baik. branding menjadi penting saat ini apabila perusahaan ingin bertahan
lama di dunia bisnis. Banyak keuntungan yang bisa didapatkan apabila sebuah
organisasi berhasil mengangkat mereknya. nilai jual bukan lagi dari berapa modal
untuk membuat produk yang ingin dijual, melainkan juga berapa harga dari brand,
menjadi salah satu nilai jual pula.
Merek yang punya nilai jernih dan jelas dapat lebih mudah dikomunikasikan
dan diterima oleh konsumen. Pengembangan merek yang kuat memiliki brand value
yang dapat menciptakan kepuasan pelanggan dan merupakan tujuan utama dalam
strategi branding.Untuk berhasil melakukan branding, kita harus memahami
kebutuhan dan keinginan pelanggan serta prospek. diferensiasi dianggap sebagai
proses mengubah komoditas menjadi suatu merek.
Brand sangatlah diperlukan oleh perusahaan untuk mengenalkan produk yang
dihasilkannya, dengan adanya Brand tentunya akan mempermudah perusahaan untuk
mengenalkan mereknya kepada para konsumen. Pada hakikatnya, brand yang sudah
memiliki tempat di pasar dan memiliki konsumen dalam jumlah yang besar biasanya
memiliki pengaruh yang sangat besar dan salah satu hasil yang akan didapatkan dari
branding yang berhasil adalah customer loyalty.
Namun ada satu kendala yang dihadapi yaitu apa yang ingin dikomunikasikan
oleh pemasar belum tentu dipersepsikan oleh konsumen seperti yang diharapkan oleh
pemasar. Tantangan terbesar dalam memanajemeni merek adalah bagaimana caranya
agar yang kita pikirkan (sebagai pemasar) dan yang ingin kita sampaikan kepada
konsumen dapat dipersepsikan sesuai dengan yang kita inginkan. Aspek terpenting
dari merek berada pada pikiran konsumen. Merek yang berada pada pikiran
konsumenlah yang bekerja untuk memengaruhi keputusan konsumen dan memberi
manfaat yang sangat besar bagi pemasar.
Pada era globalisasi saat ini, setiap perusahaan pasti punya kompetitor. Tetapi
dalam hal ini, setiap perusahaan harus melihat dari perspektif yang berbeda dan dari
segi yang positif. Dengan adanya kompetitor, inilah yang menjadi tantangan dan
acuan bagi setiap perusahaan untuk terus berinovasi dan membuat ide-ide yang
berbeda dari perusahaan lain sehingga tercipta diferensiasi.
Dari hal ini, perusahaan harus dapat membuat brand yang kuat agar dapat
terlihat berbeda dari kompetitornya. Disinilah perusahaan harus membuat strategi
agar dapat menciptakan powerful brand dengan cara dikelola, dikembangkan,
diperkuat, serta ditingkatkan kualitasnya.
Strategi branding yang baik adalah dapat menyampaikan pesan secara jelas,
adanya kredibilitas pemilik brand, memotivasi pembeli, hingga menciptakan loyalitas
pelanggan. Menurut Gelder (2005:4) Strategi branding adalah apa yang brand ingin
raih baik dari segi sikap maupun perilaku dari konsumen.
Gelder juga mengelompokkan branding strategy menjadi beberapa jenis
Antara lain :
A.
Brand
Identity
“Brand identity as a set of aspects that convey what a brand stands for: its
background, its principles, its purpose and ambitions”. Brand identity adalah
sekumpulan aspek yang menyatakan keberadaan dari brand tersebut, dimulai
dari latar belakangnya, prinsipnya dan ambisi tujuannya.
B.
Brand
Personality
Pengertian brand personality “Brand personality is developed to enhance the
appeal of a brand to the consumers”, yang berarti brand personality dibentuk
untuk meningkatkan daya tarik sebuah brand kepada konsumen.
C.
Brand
Positioning
Brand positioning adalah “as a way of demonstrating a brand's advantage
over and differentiation from its its competition”. Dalam hal ini yang
dimaksud dengan brand positioning adalah menunjukkan kelebihan dari suatu
merek dan sesuatu yang membedakannya dari produk serupa.
2.2.4
Citra perusahaan
Tugas perusahaan dalam membentuk citranya adalah dengan mengidentifikasi
citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata publik atau masyarakatnya, dalam
penelitian ini khususnya citra perusahaan oleh klien.
Menurut Kriyantono (2012:9), Citra (image) merupakan gambaran yang ada
dalam benak publik atau persepsi publik tentang perusahaan menyangkut
pelayananannya, kualitas produk,
budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam
perusahaan dan lainnya. Pada akhirnya persepsi akan mempengaruhi sikap publik,
apakah mendukung, netral, atau memusuhi.
Secara umum citra diartikan oleh Firsan nova (2011: 289) sebagai kesan atau
pendapat dari individu tentang suatu hal yang terbentuk sebagai hasil dari
pengetahuan seseorang terhadap sesuatu dan pengalaman seseorang terkait dengan
hal yang dimaksud. namun, dalam konteks organisasi, citra adalah persepsi atau
pandangan publik/ masyarakat terhadap suatu perusahaan atau produk dari
perusahaan tersebut. Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang tidak dapat kontrol
perusahaan. Salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pembentukan citra
perusahaan adalah penyebaran berita mengenai perusahaan baik itu berita positif
maupun berita negatif yang terjadi di media massa dan melalui word of mouth. Citra
merupakan salah satu hal yang menjadi perbedaan antara satu produk dengan produk
lain dengan jenis produk yang sama, yang dapat dibanggakan oleh pelanggan ketika
menggunakan produk tersebut atau menggunakan produk apapun dari perusahaan
tersebut. Dalam hal ini yang menjadi perbedaan dapat dilihat dari citra produk
maupun citra perusahaan.
Nova (2011: 147) juga memaparkan bahwa Citra perusahaan menyangkut
persepsi atau pendapat yang berkembang di dalam pikiran masyarakat mengenai
realitas (yang terlihat) yang dilihat atau diketahui masyarakat mengenai sebuah
perusahaan. Adapun pengertian lain dari citra perusahaan yaitu keseluruhan kesan
atau pandangan masyarakat mengenai perusahaan yang ada dalam benak masyarakat.
Selain itu dinyatakan pula citra perusahaan sebagai persepsi masyarakat terhadap jati
diri perusahaan. Persepsi masyarakat terhadap perusahaan terbentuk berdasarkan atas
apa yang masyarakat lihat dan ketahui tentang perusahaan yang bersangkutan.
Dalam penjabaran yang lebih spesifik, Frank Jeffkins dalam Firsan Nova
(2011:299) menyebutkan bahwa terdapat beberapa jenis citra, yaitu:
1. Citra bayangan (The Mirror Image)
Citra bayangan adalah citra atau pandangan orang dalam perusahaan
mengenai pandangan masyarakat terhadap organisasinya. Citra ini sering kali
tidaklah tepat bahkan hanya sekedar ilusi sebagai akibat dari tidak memadainya
informasi, pengetahuan atau pemahaman yang dimiliki oleh kalangan dalam
organisasi mengenai pendapat atau pandangan dari pihak luar.
2.
Citra yang berlaku (The Current Image)
Kebalikan dari citra bayangan, citra yang berlaku adalah citra atau pandangan
orang luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya dengan citra bayangan,
citra yang terbentuknya belum tentu sesuai dengan kenyataan.
Biasanya citra ini cendrung negatif.
3. Citra yang dihadapkan (The Wish Image)
Citra harapan adalah citra yang diinginkan oleh perusahaan. Cita ini juga
tidak sama dengan citra sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan lebih baik dari
pada citra yang sesungguhnya.
4. Citra perusahaan (Corporate Image)
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. bukan
hanya citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan terbentuk dari
banyak hal seperti sejarah atau kinerja perusahaan, stabilitas keuangan, kualitas
produk, dan lain-lain.
5. Citra majemuk (The Multiple Image)
Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari sebuah
perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama
dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan.
6. Citra baik dan citra buruk (Good and Bad Image)
Seorang public figure dapat menyandang reputasi baik atau buruk. keduanya
bersumber dari adanya citra-citra yang berlaku (current image) yang bersifat negative
atau positif.
Pentingnya citra sebuah perusahaan dikarenakan citra positif dapat
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk berkomunikasi dan mencapai tujuan
secara efektif, sedangkan citra negatif sebaliknya. Citra positif dapat digunakan
sebagai pelindung terhadap kesalahan kecil, kualitas teknis atau fungsional
sedangkan citra negatif dapat memperbesar kesalahan tersebut. Citra menggambarkan
pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas pelayanan perusahaan dan citra
mempunyai pengaruh penting manajemen atau dampak internal, dimana citra
perusahaan yang kurang jelas dan nyata dapat mempengaruhi sikap karyawan.
Menurut Silih Agung Wasesa (2006: 245) ada 6 langkah dalam mengelola
citra, yakni sebagai berikut:
1. Memetakan persepsi yaitu, perusahaan atau lembaga harus mengetahui
posisinya dalam persepsi masyarakat dan harus mengetahui dari mana asal
berangkatnya. Lalu titik tersebut disinkronisasikan dengan visi manajemen
dan perusahaan meyakinkan bagian manajemen tentang perlunya program
tersebut bagi perusahaan atau lembaga, keuntungan apa yang didapat oleh
manajemen kalau menggunkan program PR yang dibuat.
2. Menyesuaikan dengan visi manajemen yaitu, perusahaan harus meyakinkan
top management terhadap pentingnya program PR karena jika top
management tidak yakin terhadap program Public Relations maka program
apaun yang dibuat akan menjadi kontraproduktif.
3. Pahami audience yaitu, sebelum semua program dibuat perusahaan atau
lembaga harus mengetahui atau mengenali audience yang menjadi target
program secara tepat karena program tersebut harus dibuat berdasarkan
kebutuhan audience.
4. Fokus yaitu, perusahaan harus fokus terhadap titik pengembangan tertentu.
Fokus sangat penting karena akan menentukan bagaimana perusahaan atau
lembaga mengkomunikasikan program-programnya, membuat nilai informasi
sebuah program karena jika perusahaan atau lembaga fokus dapat
mengungkapkan
apa
yang
didapatkan
pada
program-program
yang
sebelumnya dan kemajuan pada perusahaan.
5. Kreativitas. komunikasi yang baik ialah komunikasi yang memperlukan
kreativitas. Kreativitas merupakan salah satu syarat mutlak dari program PR
yang strategis. Jika karyawan tidak mempercayai apa yang dilakukan oleh
perusahaan tidak jalan, maka kreativitas itu juga tidak jalan.
6. Konsistensi yaitu, konsistensi dalam menjalankan program PR merupakan hal
yang harus dilakukan karena konsistensi menyangkut sejauh mana
kemampuan PR dalam meningkatkan sebuah citra perusahaan. Konsistensi
juga berkaitan dengan dari mana program tersebut akan dijalankan hingga
dari mana program tersebut akan dikembangkan terutama berkaitan dengan
komunitas yang akan menjadi sasaran program PR.
Paul A. Argenti (2010:93) menjelaskan bahwa citra dari sebuah perusahaan
adalah fungsi dari bagaimana konstituen melihat organisasi tersbut berdasarkan atas
semua pesan yang organisasi itu sampaikan melalui nama dan logo presentasi diri,
termasuk ekspresi dari visi korporatnya. Menurut Sutojo dalam Nova (2011:304),
citra perusahaan yang baik dan kuat dapat memberikan manfaat-manfaat bagi
perusahaan tersebut, yang pertama adalah daya saing jangkah menengah dan jangka
panjang yang mantap (Mid and Long term Sustainable competitive position). kedua
dapat menjadi perisai selama masa krisis (an issurance for adverse times). Ketiga
adalah dapat menjadi daya tarik eksekutif handal (attraction the best excecutives
available). Terakhir yaitu dapat meningkatkan efektivitas strategi pemasaran
(increasing effectiveness of marketing instruments).
Citra pada dasarnya merupakan salah satu harapan yang ingin dicapai oleh
perusahaan untuk membantu perusahaan dalam bertumbuh kembang. Citra yang
positif akan memperkuat posisi perusahaan dalam persaingan dan mendapatkan
kepercayaan dari para publiknya. Citra merupakan sebuah aset dan komoditas yang
dapat yang dapat memberikan keuntungan dan dipelihara secara hati-hati. Untuk
membentuk citra perusahaan yang positif bukanlah hal yang gampang dan
membutuhkan waktu yang relatif lama.
Dengan demikian apabila pengalaman dari layanan yang diterima oleh
konsumen/klien itu baik, akan membentuk citra yang baik terhadap perusahaan
tersebut, sebaliknya apabila layanan yang diterima itu jelek maka akan membentuk
citra yang jelek pula terhadap perusahaan tersebut.
Untuk mengetahui citra perusahaan, baik citra positif maupun negatif
diperlukan alat ukur untuk mengetahui bagaimana citra perusaahaan tersebut. Ada
empat hal yang digunakan sebagai alat pengukur citra perusahaan oleh Ruslan
(2010:25), yaitu :
1. Kepercayaan
Merupakan kesan dan pendapat atau penilaian positif khalayak terhadap suatu
perusahaan.
2. Realitas
Menggambarkan suatu yang realistis, jelas terwujud, dapat diukur dan
hasilnya dapat dirasakan serta dapat dipertanggungjawabkan dengan
perencanaan yang matang dan sistematis bagi responden.
3. Terciptanya kerjasama yang saling menguntungkan
Menggambarkan keadaan yang saling menguntungkan antara perusahaan dan
publiknya.
4. Kesadaran
Adanya kesadaran khalayak tentang perusahaan dan perhatian terhadap
produk yang dihasilkan.Citra perusahaan yang bersumber dari pengalaman
memberikan gambaran telah terjadi keterlibatan Antara konsumen dengan
perusahaan.
Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins dalam Suwandi
(2010:4) adalah sebagai berikut :
1. Exposure : obyek mengetahui (melihat/mendengar) upaya yang dilakukan
perusahaan dalam membentuk citra perusahaan.
2. Attention : memperhatikan upaya perusahaan tersebut.
3.
Comprehensive : setelah adanya perhatian obyek mencoba
memahami semua yang ada pada upaya perusahaan.
4. Image : terbentuknya citra perusahaan pada obyek.
5. Behavior : citra perusahaan yang terbentuk akan menentukan perilaku obyek
sasaran dalam hubungannya dengan perusahaan.
Dalam hal ini, penulis menekankan untuk membangun citra perusahaan yang
positif, yang ingin dicapai PT TMS di mata klien melalui kualitas pelayanan yang
diberikan. Citra yang diharapkan oleh PT TMS adalah citra positif yang didapatkan
dari klien, melalui kepercayaan terhadap perusahaan.
2.2.5
Kualitas pelayanan
Berbicara mengenai kualitas pelayanan, ukurannya bukan hanya ditentukan
oleh pihak yang melayani saja tetapi lebih banyak ditentukan oleh pihak yang
dilayani, karena merekalah yang menikmati layanan sehingga dapat mengukur
kualitas
pelayanan
berdasarkan
harapan-harapan
mereka
dalam
memenuhi
kepuasannya.
Menurut Davis dalam Yamit (2010:8), membuat definisi kualitas yang lebih
luas cakupannya, yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan. Pendekatan ini menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada
aspek hasil akhir, yaitu produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia,
kualitas proses dan kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk
dan jasa yang berkualitas tanpa melalui manusia dan proses yang berkualitas.
Ketika membeli produk, konsumen dapat melihat tampilan-tampilan fisik
produk tersebut seperti warna, label, dan kemasan untuk menilai kualitas produk.
Tetapi ketika membeli suatu jasa, sedikit sekali tampilan fisik yang dapat
menggambarkan kualitas jasa. Walaupun penyedia jasa memiliki fasilitas yang baik,
peralatan yang lengkap, serta penampilan kayawan yang rapi, namun tetap saja halhal tersebut tidak menjamin jasa yang akan disampaikan pasti berkualitas baik.
Sekarang ini pelanggan semakin cerdas dan sangat kritis, sehingga pelaku bisnis
harus mampu memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan para pelanggan.
Sedikit saja penyimpangan, misalnya pelayanan tidak sesuai dengan yang
diharapkan, para pelanggan akan menilai jelek.
Menurut Hutasoit (2011: 68) kualitas pelayanan adalah kesesuaian dan derajat
kemampuan untuk digunakan dari keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang
disediakan dalam pemenuhan harapan yang dikehendaki konsumen dengan atribut
atau faktor yang meliputi : bukti langsung, perhatian pribadi dari karyawan kepada
konsumen, daya tanggap, keandalan dan jaminan.
Machfoedz (2010:62) menjelaskan bahwa kualitas merupakan salah satu
sarana positioning penting bagi pemasar atau perusahaan. dalam pengembangan suatu
produk, terlebih dahulu pemasar harus memilih tingkat kualitas yang akan
mendukung posisi produk di pasar sasaran. Dalam hal ini, kualitas produk berarti
kemampuan suatu produk untuk melakukan fungsinya, yang meliputi daya tahan,
keandalan, presisi, kemudahan penggunaan, dan perbaikan, serta ciri-ciri lain yang
menunjukkan nilainya. Meskipun beberapa ciri tersebut dapat diukur secara obyektif,
dari sudut pandang pemasaran, kualitas harus diukur menurut persyaratan persepsi
konsumen.
Berkembangnya
berbagai
perspektif
menyangkut
definisi
service
menunjukkan secara gambling signifikansi dan dinamika peran service dalam kancah
perekonomian dunia. menurut Tjiptono (2012:5) hal ini dipicu oleh 3 faktor. Pertama,
pertumbuhan sector jasa berlangsung pesat dalam beberapa decade terakhir. Dan
semakin hari semakin banyak pula bermunculan jenis-jenis jasa baru dan inovatif
seperti yang dapat dilihat di sekeliling kita. Kedua, faktor layanan telah bertumbuh
pesat sebagai diferensiator dan kunci keunggulan bersaing. Bila ditinjau dari sudut
pandang perusahaan, salah satu cara efektif untuk melakukan diferensiasi dan
positioning unik adalah melalui perancangan dan penyampaian layanan spesifik. Hal
ini juga berdampak strategic pada strategi bersaing perusahaan. ketiga, disadari atau
tidak setiap bisnis pada hakikatnya adalah bisnis jasa/layanan. Didalam setiap
organisasi misalnya, ada yang dinamakan pelanggan internal (karyawan). Dengan
kata lain, mereka bertindak sebagai penyedia layanan. Kualitas layanan yang
diberikan kepada pelanggan eksternal akan bergantung pada kualitas relasi dan
kerjasama pelanggan internal. Oleh sebab itu, kepuasan dari eksternal baru dapat
terwujud apabila kepuasan dari internal dapat tercipta.
Tjiptono (2012:153) mengatakan bahwa Kualitas, apabila dikelola dengan
tepat akan berkontribusi positif terhadap terwujudnya kepuasan dan loyalitas
pelanggan. Kualitas memberikan nilai plus berupa motivasi khusus bagi para
pelanggan untuk menjalin ikatan relasi saling menguntungkan dalam jangka panjang
dengan perusahaan. ikatan emosional semacam ini akan memungkinkan perusahaan
untuk memahami dengan seksama harapan dan kebutuhan spesifik pelanggan. Pada
gilirannya, perusahaan memaksimumkan pengalaman pelanggan yang menyenangkan
dan meminimumkan atau meniadakan pengalaman pelanggan yang kurang
menyenangkan. Selanjutnya, kepuasan pelanggan berdampak pada terciptanya
rintangan beralih, biaya beralih, dan loyalitas pelanggan.
Mewujudkan layanan prima tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan secara cermat, karena upaya
penyempurnaan kualitas layanan berdampak signifikan terhadap budaya organisasi
secara keseluruhan.
Menurut Kresnamurti & Sinambela (2011:114), Ada dua faktor yang
mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu jasa yang diharapkan (expected service) dan
jasa yang dirasakan/dipersepsikan (perceived service Apabila jasa yang diharapkan
sesuai jasa yang dirasakan, maka kualitas jasa yang bersangkutan akan dipersepsikan
baik atau positif. Jika jasa yang dirasakan melebihi jasa yang diharapkan, maka
kualitas jasanya dapat dipersepsikan sebagai kualitas ideal. Namun apabila jasa yang
dirasakan lebih jelek dari jasa yang diharapkan maka kualitas jasanya dapat
dipersepsikan sebagai kualitas yang buruk. Persepsi buruk atau rasa tidak puas pada
pelanggan dapat berakibat pada pelanggan tidak berminat lagi untuk menggunakan
jasa kita. Maka dari itu, para penyedia jasa seharusnya memperhatikan kualitas dalam
memenuhi harapan dan kepuasan pelanggan.
Kualitas pelayanan mempunyai hubungan yang erat sekali dengan kepuasan
konsumen. Selain itu, kualitas juga berdampak langsung pada kinerja produk atau
jasa. jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas sangat dekat hubungannya dengan
penilaian konsumen dan kepuasan konsumen. Oleh karena itu, setiap perusahaan
selain memperhatikan mutu produk, aspek pelayanan sendiri tidak dapat
dikesampingkan karena apabila dikelola dengan tepat akan berdampak positif bagi
jalannya perusahaan itu sendiri.
Sedangkan menurut Parasuraman, Berry, dan Zeithaml dalam Fandy Tjiptono
(2012:205) terdapat 5 dimensi kualitas pelayanan, yakni :
1. Tangible
Tangible merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan
oleh penyedia layanan kepada konsumen dan berkaitan dengan penampilan
fisik fasilitas layanan, peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan
materi komunikasi perusahaan. Pentingnya dimensi ini akan menumbuhkan
image penyedia layanan terutama bagi konsumen baru yang mengevaluasi
fasilitas layanan.
2. Reliability
Ini merupakan dimensi yang mengukur kehandalan dari perusahaan dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggannya. Dimensi ini sering di persepsi
paling penting bagi pelanggan dari berbagai industry jasa. Ada 2 aspek dalam
dimensi ini, yang pertama adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan seperti yang dijanjikan. Kedua adalah seberapa jauh suatu
perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat.
3. Responsiveness
Berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan
dengan cepat dan tanggap untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
4. Assurance
Berkaitan dengan pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan
mereka dalam menumbuhkan rasa percaya dan keyakinan pelanggan.
5. Empathy
Dimensi ini merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung
oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara
individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen.
2.2.6
Kepuasan Pelanggan
Richard Oliver dalam Irawan (2004:3) mendefinisikan kepuasan pelanggan
sebagi berikut :
“kepuasan adalah respon pemenuhan dari konsumen, dimana konsumen memberikan
hasil dari penilaian konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan
tingkat kenikmatan di mana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Irawan
dalam bukunya “10 Prinsip Kepuasan Pelanggan”, mengartikan kepuasan sebagai
persepsi terhadap produk atau jasa yang telah memenuhi harapannya.”
Secara teoritis, kunci utama mewujudkan kepuasan pelanggan adalah
melakukan segala sesuatu secara benar sejak pertama kali. Kalau itu yang dilakukan,
niscaya tidak terhadi kekecewaan dan komplain dari pelanggan. Menurut Fandy
Tjiptono (2012:361) sudah banyak riset akademis dan praktis yang mengungkap
bahwa biaya mempertahankan pelanggan jauh lebih murah dibandingkan biaya
merebut pelanggan baru. Implikasinya, perusahaan berlomba-lomba mencari
terobosan guna memaksimumkan potensi penjualan masa depan dari basis pelanggan
saat ini. Cara yang ditempuh bisa bermacam-macam, diantaranya dengan
mempertahankan tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, menerapkan customer
relationship management ( misalnya lewat sejumlah program dan aktivitas, seperti
frequency marketing program, club marketing program, brand community program,
operasi call centre, web based services, blog marketing, dan seterusnya).
Menurut Widyarto (2012:8) Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja hasil yang dirasakannya dengan
harapannya, harapan para pelanggan dibentuk oleh pengalaman masa lampau dan
pelanggan yang puas akan setia terhadap suatu produk atau jasa. pada kesimpulannya,
kepuasan pelanggan akan terjadi apabila mereka merasa puas ketika harapannya
terpenuhi sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam buku “10 Prinsip Kepuasan Pelanggan” Irawan (2004:37) penulis
menjelaskan ada lima faktor pendorong utama kepuasan pelanggan, yaitu :
1. Kualitas produk
Pelanggan akan merasakan puas jika hasil evaluasi mereka menunjukkan
bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas dan dapat memenuhi
kebutuhan mereka.
2. Harga
Untuk pelanggan yang sensitif, biasanya harga murah merupakan sumber
kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money
yang tinggi.
3. Kualitas Pelayanan (Service quality)
Salah satu konsep service quality yang popular adalah ServQual. Berdasarkan
konsep ini, service quality diyakini memiliki lima dimensi yaitu reliability,
responsiveness, assurance, emphaty dan tangible.
4. Faktor Emosional (Emotional Factor)
Kepuasan pelanggan berdasarkan faktor emosional dipengaruhi oleh brand
image. Contoh-contoh emotional value yang dapat mendasari kepuasan
pelanggan adalah rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari
kelompok orang penting, dan lain-lain.
5. Kemudahan untuk mendapatkan produk atau jasa
Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman dan efisien
dalam mendapatkan produk atau pelayanan.
Menurut Fandy Tjiptono (2012:310) lebih lanjut, kepuasan pelanggan juga
berpotensi memberikan sejumlah manfaat spesifik, diantaranya yaitu berdampak positif
pada loyalitas pelanggan, berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan terutama
melalui pembelian ulang, menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan, menekan
volatilitas dan risiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan, meningkatkan
toleransi harga, pelanggan cendreung lebih reseptif terhadap product line extensions,
brand extensions, dan new add-on services yang ditawarkan perusahaan, serta
meningkatkan bargaining power relative perusahaan terhadap jaringan pemasok, mitra
bisnis, dan saluran distribusi. Selain itu Tjiptono juga mengelompokkan strategi kepuasan
pelanggan menjadi 3 kategori berdasarkan tabel berikut :
Tabel 2.2.5 tiga kategori strategi kepuasan pelanggan
MOMEN PROSES LAYANAN
PRA-
SAAT DAN PASKA
PEMBELIAN
BERKESINAMBUNGAN
PEMBELIAN
Strategi
1. After marketing
1. relationship marketing
manajemen
2. strategi retensi
and management
ekspektasi
pelanggan
2. superior customer
pelanggan
3. strategi penanganan
service
komplain secara efektif
3. technology infusion
4. strategi pemulihan
strategy
layanan
Sumber : Buku “Service Management”.
1. Strategi pra pembelian
Salah satu kunci utama memuaskan pelanggan adalah kemampuan memahami
dan mengelola ekspektasi pelanggan. Ekspektasi pelanggan dibentuk dan
didasarkan pada sejumlah faktor seperti pengalaman berbelanja dimasa lalu,
opini teman dan kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para
pesaingnya.
2. Strategi saat dan paska pembelian.
Tipe ini terdiri dari empat strategi yang saling berkaitan erat yakni :
a. After marketing : bertujuan untuk membangun relasi jangka panjang
dengan pelanggan dan meningkatkan customer life time value.
b. Strategi retensi pelanggan : dipandang sebagai bayangan cermin dari
defeksi pelanggan dimana tingkat retensi yang tinggi berdampak sama
dengan tingkat defeksi rendah. Implikasinya, upaya meningkatkan
retensi pelanggan membutuhkan pemahaman terhadap faktor-faktor
yang menyebabkan pelanggan beralih pemasok seperti harga, produk,
layanan, pasar, teknologi, dan yang lainnya.
c. sistem penanganan komplain secara efektif : Terdapat empat aspek
penanganan keluhan yang penting, yaitu empati dengan pelanggan
yang
marah,
kecepatan
dalam
penanganan
keluhan,
kewajaran/keadilan dalam memecahkan permasalahan atau keluhan,
kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan.
d. Strategi pemulihan layanan : secara garis besar, aktivitas yang
diperlukan dalam rangka memulihkan layanan pelanggan yang
pertama adalah respon dimana ada pengakuan bahwa telah terjadi
masalah/kegagalan layanan. Yang kedua adalah informasi dimana ada
penjelasan atas kegagalan yang terjadi. Yang ketiga adalah tindakan
mengenai koreksi atas kegagalan/kesalahan dan mengambil langkah
perbaikan. Yang terakhir adalah kompensasi dengan pengembalian
uang.
3. Strategi berkesinambungan.
terdapat 3 bentuk dalam tipe ini, antara lain :
a. Relationship marketing management : dalam konteks ini, melayani
dan menjual produk/jasa kepada pelanggan saat ini sama pentingnya
dengan mendapatkan pelanggan baru.
b. Superior customer service : diwujudkan dengan cara menawarkan
layanan yang lebih baik dibandingkan dengan para pesaing meliputi
garansi, jaminan, pelatihan cara menggunakan produk alternative,
reparasi, penyediaan suku cadang, informasi dari perusahaan,
penindaklanjutan kontak dengan pelanggan, serta informasi berkala
dari perusahaan untuk memenuhi perubahan kebutuhan pelanggan.
c. Technology infusion strategy : teknologi bisa dimanfaatkan secara
efektif untuk meningkatkan dan memuaskan pengalaman service
encounter pelanggan. Service encounter berperan krusial dalam semua
industry dan dapat berlangsung secara tatap muka, via telepon, surat,
via fax, atau lewat internet. Teknologi juga bisa memberikan manfaat
substansial bagi perusahaan dan pelanggan
2.3 Kerangka Pemikiran
KOMUNIKASI
PUBLIC
RELATIONS
CITRA
BRAND
PERUSAHAAN
KUALITAS
PELAYANAN
KEPUASAN
PELANGGAN
Gambar 2.1 kerangka pikir
Sumber : Diperoleh dari Penelitian
Dari kerangka pemikiran diatas, secara garis besar public relations secara
tidak langsung turut ambil andil dalam hal kualitas pelayanan. Dengan adanya PR
juga akan membangun komunikasi yang baik antar semua pihak di perusahaan baik
internal maupun eksternal. Dengan PR, komunikasi yang dilakukan dalam
perusahaan ke setiap unit kerja akan lebih terstruktur. Selain itu, brand yang kuat
harus mempunyai visi sehingga brand tahu kemana arah tujuannya. Pelayanan yang
diberikan kepada klien juga merupakan salah satu strategi branding PT TMS karena
dengan memberikan pelayanan yang baik kepada kliennya maka secara tidak
langsung juga akan memberikan kepuasan kepada mereka dan akan menjadi TOP OF
MIND dimana jika klien mendengar tentang PT TMS yang akan terbersit dibenak
mereka adalah pelayanan yang baik dan berkualitas, dan itulah inti dari sebuah brand.
Karena pada dasarnya, branding berguna untuk menanamkan citra dari
perusahaan ke dalam benak pelanggan. Apa yang dipikirkan pelanggan tentang
perusahaan adalah tujuan dari branding. Branding yang baik mampu membedakan
produk dan jasa kita secara positif dibanding dengan pihak lain dalam benak
pelanggan. Dengan pelayanan yang baik tentu akan menjadi sebuah diferensiasi bagi
perusahaan karena setiap organisasi pasti mempunyai kompetitor dalam bidangnya.
Tujuan dari branding juga untuk membangun & menginformasikan keberadaan
produk agar menarik & mengikat kesetiaan konsumen, dan penjualan juga akan
terdongkrak dengan sendirinya.
Terlepas dari kualitas produk, PT TMS merasakan bahwa pelayanan yang
diberikan kepada klien merupakan kunci kesuksesan dari sebuah perusahaan..
Kepuasan dari pelanggan dalam kaitannya dengan kepuasan klien PT TMS, dapat
diraih dengan berbagai cara. Salah satunya yang akan membuat mereka merasa puas
yang utama adalah pelayanan yang diberikan dari perusahaan. Apabila mereka
merasakan dilayani dengan baik maka kepuasan akan tercipta dengan sendirinya. Jika
kepuasan pelanggan telah diraih, maka mereka akan menganggap perusahaan
memiliki citra positif dan akan berdampak positif pula pada brand itu sendiri. Untuk
membangun citra perusahaan bukanlah hal yang mudah karena butuh kerja keras
didalamnya. sama halnya dengan PT TMS yang telah berusaha semaksimal mungkin
untuk membangun citra positif perusahaan terhadap klien nya.
Download