11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian

advertisement
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Komunikasi
2.1.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu bagian dari kehidupan kita sehari hari, dengan kata lain kita tidak akan dapat menyampaikan tujuan atau
maksud kita, jika kita tidak dapat mengutarakannya dengan cara
berkomunikasi. Sebagai mahkluk sosial, sebagian besar waktu manusia
digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi sangat penting dan berguna
sekali pada zaman yang serba modern dan zaman serba cepat untuk
mendapatkan sebuah informasi apa pun dan dimanapun.
Dengan
berkomunikasi,
manusia
menyampaikan
maksud,
mempengaruhi pendapat, serta mengubah sikap orang lain. Komunikasi
atau communication dalam bahasa Inggris, berasal dari kata latin
communis
yang
berarti
sama.
Communico,
communication
atau
communicare yang berarti membuat sama (to make common).1Dalam
bahasa yang sederhana, komunikasi adalah proses penyampaian pesan,
maksud dari seseorang kepada orang lain.
1
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2005. hal. 9
12
Menurut James A. F. Stoner, dalam bukunya yang berjudul:
Manajemen menyebutkan bahwa ”Komunikasi adalah proses dimana
seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan
pesan”.2 Berbeda dengan Carl I. Hovland: ”Komunikasi adalah upaya yang
sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian
informasi, melainkan juga pembentukkan pendapat umum (public opinion)
dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan
kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting.
Pengertian komunikasi adalah suatu kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan (stimulus) untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi
dianggap suatu tindakan yang sengaja untuk menyampaikan pesan demi
memenuhi kebutuhan dari komunikator, seperti menjelaskan sesuatu
kepada orang lain atau membujuk melakukan sesuatu.
Pengertian komunikasi yang lain adalah suatu proses penyampaian
pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau untuk
mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang baik secara langsung
maupun tidak langsung melalui media.
2.1.2 Definisi Komunikasi
Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu
pengetahuan sosial yang bersifat multidispliner, definisi - definisi yang
2
Widjaja, H. A. W, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Jakarta, 1997. hal. 8
13
diberikan para ahli menjadi semakin banyak dan beragam. Masing- masing
punya penekanan arti, cakupan, dan konteksnya yang berbeda satu sama
lain. Dari sekian banyak definisi komunikasi tersebut, berikut ada tujuh
diantaranya:3
1.
Hovland, Janis & Kelley, komunikasi adalah suatu proses melalui
seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus biasanya dalam
bentukkata-kata dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orangorang lainnya (khalayak).
2.
Bereslon dan Steiner, komunikasi adalah proses penyampaian
informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain - lain. Melalui penggunaan
simbol - simbol seperti kata - kata, gambar - gambar, angka - angka, dan
lain - lain.
3.
Harold Laswell, komunikasi adalah suatu proses yang menjelaskan
siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dan dengan
akibat apa atau hasil apa. (who, says what, in which channel, to whom, and
with what effect).
4.
Gode, komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari
yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi
dimiliki oleh dua orang atau lebih.
5.
untuk
Barnlund, komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan - kebutuhan
mengurangi
rasa
ketidakpastian,
bertindak
mempertahankan atau memperkuat ego.
3
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Penerbit Universitas Terbuka, Jakarta 1999. hal. 7
secara
efektif,
14
6.
Ruesch, komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan
bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan.
7.
Weaver, komunikasi adalah seluruh produser melalui mana pikiran;
seseorang dapat mempengaruhi pikiran orang lainnya.
Menurut pengertian yang dikemukakan oleh Hovland, Janis &
Kelly, komunikasi yang dilakukan tidak sekedar menyampaikan maksud
tetapi bertujuan untuk mengubah perilaku atau mempengaruhi seseorang
atau sekelompok orang agar bersikap atau berperilaku tertentu. Perubahan
sikap tersebut sesuai dengan salah satu efek komunikasi yaitu efek
perilaku, yang menyatakan bahwa pesan yang diterima tidak sekedar untuk
memberitahukan sesuatu atau melibatkan emosi tetapi sudah menentukan
sikap perilaku atau memutuskan untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan Menurut Moore, komunikasi dibedakan menjadi:
1.
Komunikasi Eksternal
Komunikasi Eksternal dari manajemen dengan berbagai jenis publiknya
menunjukan problem yang sama. Komunikasi ini biasanya dilakukan oleh
manajemen perusahaan kepada para pelanggan, masyarakat, dan
pemerintah. Para karyawan kemudian memberi penjelasan tentang
kebijaksanaan
dan
kegiatan
perusahaan
sehingga
mereka
dapat
berkomunikasi secara lebih efektif dengan publik luar.
2
Komunikasi Internal
Komunikasi internal menunjukan pertukaran informasi antara manajemen
dengan publik internalnya yaitu para karyawan. Karyawan merupakan
15
kunci utama suksesnya program humas modern, yang berfungsi
mengusahakan karyawan mengetahui apa yang sedang difikirkan
manajemen dan sebaliknya.4
Karena adanya publik internal dan publik eksternal, maka kegiatan
atau hubungan suatu organisasi atau perusahaan juga terdiri dari internal
relations (hubungan ke dalam) dan eksternal relations (hubungan ke luar).
2.1.3. Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi adalah potensi yang dapat digunakan untuk
memenuhi tujuan - tujuan tertentu. Komunikasi sebagai ilmu, seni dan
lapangan kerja sudah tentu memiliki fungsi dan dapat dimanfaatkan oleh
manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup.5
Dalam melakukan
komunikasi
baik
internal maupun
eksternal,
komunikasi berperan penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi juga
berfungsi sebagai:
1.
Informasi, yakni pengumpulan, penyimpangan, pemrosesan, penyebaran
berita, data, gambar, fakta dan pesan opini dan komentar yang dibutuhkan agar
dapat dimengerti dan beraksi secara jelas terhadap kondisi lingkungan dan orang
lain agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
2.
Sosialisasi, yakni menyediakan sumber ilmu pengetahuan yang
memungkinkan orang bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang
efektif sehingga ia sadar akan fungsi sosialnya sehinggga ia dapat aktif di dalam
4
Moore, Frazier, Humas, Membangun Citra dengan Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. 2005, hal.. 87
Hafid Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 55
5
16
masyarakat.
3.
Motivasi, yakni menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek
maupun jangka panjang, mendorong orang menentukan pilihan dan keinginannya
serta mendorong kegiatan individu.
4.
Diskusi, yakni menyediakan dan saling menukar fakta yang diperlukan
untuk persetujuan.6
2.1.4. Tujuan Komunikasi
Seperti yang telah di jelaskan bahwa komunikasi merupakan suatu
bentuk kegiatan interaksi diantara sesama manusia, maka di dalam
melakukan setiap kegiatan tentunya kita memiliki tujuan yang ingin
dicapai. Begitu pula dengan kegiatan komunikasi.
Tujuan komunikasi sebagai berikut:7
a.
Perubahan sikap (attitude change)
b.
Perubahan pendapat ( opinion change)
c.
Perubahan perilaku (behavior change)
d.
Perubahan Sosial (social change)
Dari tujuan komununikasi tersebut dapat dijelaskan bahwa dengan
komunikasi seseorang melakukan komunikasi untuk dapat mempengaruhi
orang lain dengan tujuan agar orang tersebut dapat melakukan perubahan,
seperti perubahan sikap dari tidak tahu menjadi tahu, perubahan pendapat
dari setuju menjadi setuju, perubahan perilaku dari suka menjadi tidak
6
Widjaja, H. A. W, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1963, hal 64.
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 8
7
17
suka, serta perubahan sosial dimana dengan komunikasi kita dapat
beradaptasi atau menyesuaiakan diri dengan siapa saja tanpa membedakan
status sosial.
2.1.5. Proses Komunikasi
Berangkat
dari
paradigma
Lasswell,
Effendy (1994:11-19)
membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:
1.
Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian
pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media
primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan
nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang
secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan
komunikator kepada komunikan.8
Seperti disinggung di muka, komunikasi berlangsung apabila
terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan.
Dengan kata lain, komunikasi adalah proses membuat pesan yang setara
bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertamatama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan
disampaikan
kepada
komunikan.
Ini
berarti
komunikator
memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 11
18
(bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian
giliran
komunikan
untuk
menterjemahkan
(decode)
pesan
dari
komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran
dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang
penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat
menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat
kesamaan makna).
Proses komunikasi akan berjalan baik atau mudah apabila di antara
pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin
berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harus mengolah
dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara - cara yang sesuai
dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang
budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik
individual, sosial dan budaya dari komunikan.
2.
Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian
pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau
sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media
pertama.9
Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam
menyampaikan komunikasi, karena komunikan sebagai sasaran berada di
tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks,
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek,PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, hal. 16
19
surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan sebagainya adalah media
kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara
sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikan sebagai
media massa dan media nirmassa.
2.2.
Public Relations
2.2.1. Pengertian Public Relations
Public Relations yang lazim juga disebut Humas berasal dari kata
“public” (publik) dan “relations” (hubungan). Bila diterjemahkan kedalam
Bahasa Indonesia, istilah itu mengandung arti hubungan dengan publik.
Pengertian publik itu sendiri adalah sekelompok orang yang menaruh
perhatian, mempunyai minat dan kepentingan yang sama. Sedangkan
istilah relations mengandung arti adanya hubungan timbal balik atau Two
Ways Communication.10
2.2.2. Definisi Public Relations
Pengertian Public Relations sendiri memiliki beberapa definisi
yang berbeda - beda oleh beberapa para ahlinya. Untuk menghindari salah
pengertian mengenai Public Relations, maka berikut beberapa definisi
Public Relations antara lain:
10
Oemi Abdurrachman, Dasar-dasar Public Relations, 1995. hal. 28-29
20
Rumusan definisi Public Relations menurut Dr. Rex Harlow pada
bukunya yang berjudul: A Model for Public Relations Educations for
Professional Parctise yang dikeluarkan oleh International Public Relations
Associations (IPRA), yang berbunyi: “Public Relations adalah fungsi
manajemen yang khas dan mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur
bersama antara organisasi dengan publiknya, menyangkut aktivitas
komunikasi,
pengertian,
penerimaan
dan
kerjasama;
melibatkan
manajemen dalam persoalan atau permasalahan, membantu manajemen
mampu menangani opini publik; mendukung manajemen dalam mengikuti
dan memanfaatkan perubahan secara efektif; bertindak sebagai system
peringatan dini dalam mengantisipasi kecenderungan menggunakan
penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana
utama”.11
Menurut Frank Jeffkins: “Humas adalah sesuatu yang merangkum
keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu kedalam maupun keluar,
antara organisasi dengan seluruh khalayak dalam rangka mencapai tujuantujuan yang spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian”. 12
2.2.3. Fungsi dan Tujuan Public Relations
Dalam konsep Public Relations sebagai fungsi komunikasi, penting
dipahami kegiatan utama PR adalah melakukan komunikasi. Maka
11
Rosady Ruslan, Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi, 2002 hal. 17-18
Frank Jeffkins, Public Relations, 1996. hal. 9
12
21
dikatakan PR sebagai fungsi staf khusus yang melayani para pemimpin
organisasi,
khususnya
membantu
organisasi
atau
perusahaan
berkomunikasi dengan publiknya.
Praktisi Public Relations senantiasa dihadapkan pada tantangan
dan harus menangani berbagai macam fakta yang sebenarnya, terlepas dari
fakta itu hitam ataupun putih. Perkembangan komunikasi tidak
memungkinkan lagi bagi suatu perusahaan menutup - nutupi suatu fakta.
Salah satu tugas PR suatu organisasi atau perusahaan adalah menyajikan
berbagai verita dan informasi untuk suatu media audio visual yang dapat
dinikmati khalayak luas, dengan menggunakan sarana komunikasi yang
tersedia mengenai kebijaksanaan organisasi atau perusahaan.
Tugas PR yang diperhatikan ada beberapa hal sebagai berikut:
a.
Pelaksanaan tujuan ke dalam dan keluar melalui pendekatan
informatife, edukatif, dan persuasive.
b.
Proses komunikasi lewat kegiatan berencana dan terus menerus yang
meliputi keterampilan komunikator, pesan yang disampaikan akurat,
obyektif, punya daya pengaruh yang kuat guna berhasilnya mencapai
sasaran yang telah di tetapkan .13
Menurut Bertrand R. Canfield dalam bukunya “Public Relations
Principles and Problema ”, mengemukakan PR berfungsi:
1).Mengabdi kepentingan publik
2). Memelihara komunikasi yang baik
13
Widjaja, H. A. W, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1997, hal 53
22
3). Menitikberatkan moral dan tingkah laku yang baik14
Selain memiliki fungsi, PR juga memiliki tujuan. “Tujuan Public
Relations adalah untuk menciptakan, membina, dan memelihara sikap budi
yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi si satu pihak dan publik
di lain pihak dengan komuniaksi yang harmonis dan timbal balik”.15
Tujuan PR adalah untuk membina hubungan baik dengan
publiknya. Hubungan tersebut secara internal dan eksternal. Publik disebut
juga stakeholder, yakni kumpulan dari orang atau pihak – pihak yang
berkepentingan terhadap perusahaan.16
2.2.4. Jenis dan Sasaran Kegiatan Public Relations
Dalam
rangka
menunjang
pelaksanaan
tugas
dan
fungsi
kehumasan, maka berbagai kegiatan yang perlu di perhatikan antara lain:
a.
Membina
pengertian
pada
khalayak
atau
publik
terhadap
kebijaksanaan pimpinan, baik kepada khalayak intern maupun
khalayak
eksternal.
Pembinaan
pengertian
terhadap
khalayak
termasuk pemberian dan pelayanan informasi.
b.
Menyelenggarakan dokumentasi kegiatan2 pokok hasil wawancara
yang menyangkut sumber verita dan informasi yang nantinya
dipublikasikan.
c.
14
Memonitor dan mengevaluasi tanggapan dan pendapat masyarakat.
Widjaja, H. A. W, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1997
Widjaja, H. A. W, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1997, hal 64.
16
Renald, Kasali, Manajemen Public Relations, Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
hal. 10
15
23
d.
Mengumpulkan data dan informasi yang update dari berbagai sumber.
e.
Bentuk produk humas yang dihasilkan seperti majalah, bulletin, press
release, poster, folder, pamphlet, selebaran dan lain – lain.17
Disamping memiliki kegitan yang harus dijalankan oleh PR,
beberapa program juga harus dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
organisasi perusahaan. Kegiatan dan program PR harus dapat berjalan
seimbang sesuai dengan kebijakan yang ada maupun sesuai dengan
tuntutan masyarakat yang menjadi sasarannya.
Menurut H. Fayol beberapa sasaran kegiatan Public Relations,
adalah sebagai berikut:
a.
Membangun Identitas dan Citra Perusahaan (building corporate
identity and image).
Dengan cara menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif
serta mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan
berbagai pihak.
b.
Menghadapi Krisis.
Menangani keluhan (complaint) dan menghadapi krisis yang terjadi
dengan membentuk manajemen krisis dan Public Relations recovery
of image yang bertugas memperbaiki lost of image and damage.
c.
Mempromosikan aspek kemasyarakatan (promotion public causes)
- Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik
- Mendukung kegiatan kampanye sosial, contoh; kampanye anti
17
Widjaja, H. A. W, Komunikasi & Hubungan Masyarakat, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1997, hal 65.
24
merokok atau obat – obatan terlarang, dan lain sebagainya.
2.2.5. Strategi Public Relations
Berikut adalah strategi PR dalam melaksanakan kegiatan PR dalam
suatu perusahaan:
a.
Publication (Publikasi) adalah cara PR dalam menyebarluaskan
informasi, gagasan atau ide kepada khalayaknya.
b.
Event (Acara) adalah setiap bentuk kegiatan yang dilakukan oleh PR
dalam proses penyebaran informasi kepada khalayak, contoh:
kampanye PR, seminar, pameran, launching, CSR, dll.
c.
News (Berita/ pesan) adalah informasi yang dikomunikasikan kepada
khalayak yang dapat disampaikan secara langsung maupun tidak
langsung. Informasi yang disampaikan bertujuan agar dapat diterima
oleh khalayak dan mendapatkan respons yang positif.
d.
Corporate Identity (Citra Perusahaan) adalah cara pandang khalayak
kepada suatu perusahaan terhadap segala aktifitas usaha yang
dilakukan. Citra yang terbentuk dapat berupa citra positif ataupun
negatif, tergantung dari upaya apa saja yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan untuk menciptakan dan mempertahankan citra positif demi
keberlangsungan sebuah perusahaan.
e.
Community Involvement (Hubungan dengan Khalayak) adalah sebuah
relasi yang dibangun dengan khalayak (stakeholder, stockholder,
media, masyarakat disekitar perusahaan dan lain – lain).
25
f.
Lobbying and Negotiation (Tehnik Lobby dan Negosiasi) adalah
sebuah rencana baik jangka panjang maupun jangka pendek yang
dibuat oleh PR dalam rangka penyusunan budget yang dibutuhkan.
Dengan perencanaan yang matang akan membuat kegiatan yang sudah
direncanakan berjalan dengan baik dan dapat meminimalisasi
kegagalan.
g.
Speak (Komunikasi) adalah cara berkomunikasi yang dilakukan oleh
PR dalam penyebaran informasi.18
2.3.
Marketing atau Pemasaran
2.3.1. Definisi Marketing atau Pemasaran
Merupakan salah satu bagian dari perusahaan yang memiliki peran
penting dalam menentukan kemajuan perusahaan tersebut. Sebab, bidang
ini memiliki fungsi untuk menghasilkan pemasukkan bagi perusahaan.
Semakin besar pemasukan yang berhasil dicapai, maka perusahaan akan
makin berkembang dan demikian pula sebaliknya. Meski demikian,
bidang marketing ini tidak bisa berdiri sendiri dalam sebuah perusahaan.
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh marketing memiliki hubungan dan
keterkaitan dengan setiap bagian dalam perusahaan. Seperti bagian
produksi, HRD, R&D, dan terlebih dengan bagian keuangan.
18
Rosady, Ruslan, Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal 65
26
Suatu proses kegiatan menyeluruh dan terpadu serta terencana,
yang dilakukan institusi untuk menjalankan usaha guna memenuhi
kebutuhan pasar dengan cara membuat produk, menetapkan harga,
mengkomunikasikan, dan mendistribusikan melalui kegiatan pertukaran
untuk memuaskan konsumen dan perusahaan.
Bila melihat definisi atau pemasaran diatas, terlihat jelas bahwa
marketing atau pemasaran memang mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kegiatan usaha. Karena merupakan proses kegiatan atau
usaha yang menghubungkan antara perusahan atau produsen dengan
konsumen sebagai pemakai produk. Dengan memberikan perhatian
maksimal terhadap marketing atau pemasaran, kepuasan perusahaan dan
konsumen akan bisa tercapai dengan optimal.19
Menurut William J. Stanton pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan – kegiatan bisnis yang ditujuakan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan
barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang
potensial.20
Menurut Philip Kotler dan Amstrong (Marketing) atau pemasaran
adalah suatu proses social managerial yang membuat individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat
penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang
19
Definisi Marketing dan Pemasaran Secara Umum, Desember 2012, diakses dalam
http://goklatenjualango.blogspot.com/2012/12/definisi-marketing-atau-pemasaran.html pk 14:01
20
Definisi Marketing, 14 Maret 2013, diakses dalam http://vinabkk26.wordpress.com/tag/pengertian-marketing/ pk 15:33
27
lain.21
2.3.2. Konsep Marketing atau Pemasaran
Konsep – konsep inti pemasaran meliputi: kebutuhan, keinginan,
permintaan, produksi, utilitas, nilai dan kepuasan, pertukaran, transaksi,
dan hubungan pasar.
a.
Kebutuhan adalah suatu keadaan dirasakannya ketidakpuasan dasar
tertentu.
b.
Keinginan adalah kehendak yang kuat akan pemuas yang spesifik
terhadap kebutuhan - kebutuhan yang lebih mendalam.
c.
Permintaan adalah keinginan akan produk yang spesifik yang
didukung kemampuan dan kesedian untuk membelinya.22
Filsafah konsep pemasaran bertujuan untuk memberikan kepuasan
terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/ konsumen. Seluruh kegiatan
dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran harus diarahkan
untuk memenuhi tujuan tersebut. Meskipun orientasi pembeli ini dibatasi
oleh tujuan laba dan pertumbuhan, tetapi konsep itu perlu dilaksanakan
karena dapat meningkatan penjualan.23
21
Definisi Marketing, 14 Maret 2013, diakses dalam http://vinabkk26.wordpress.com/tag/pengertian-marketing/ pk 15:33
Definisi Marketing, 14 Maret 2013, diakses dalam http://vinabkk26.wordpress.com/tag/pengertian-marketing/ pk 15:33
23
Definisi Marketing, 14 Maret 2013, diakses dalam http://vinabkk26.wordpress.com/tag/pengertian-marketing/ pk 15:33
22
28
2.4.
Corporate Social Responsibility (CSR)
2.4.1. Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tentang nilai dan
standar yang dilakukan berkaitan dengan beroperasinya korporat atau
perusahaan Trinidad and Tobaco Pureau of Standard (TTBS) menyatakan
bahwa CSR diartikan sebagai komitmen usaha untuk bertindak secara etis,
beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi
bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan
keluarganya, komuniti lokal dan masyarakat secara lebih luas.24
Menurut The World Business Council for Sustainable Development
(WBCSD) in fox, definisi Corporate Social Responsibility atau tanggung
jawab
perusahaan
secara
sosial
adalah
komitmen
bisnis
untuk
berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan
para karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komuniti –
komuniti setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan.
Chambers mendefinisikan tanggang jawab sosial korporat ialah,
melakukan tindakan sosial (termasuk lingkungan hidup) lebih dari batas –
batas yang dituntut peraturan perundang – undangan.Dalam Green Paper
Komisi Masyarakat Eropa dinyatakan bahwa dari definisi tanggung jawab
sosial korporat menunjukkan sebuah konsep tentang pengintegrasian
24
Budimanta, Arif, Prasetijo, Adi dan Radito, Bambang, Corporate Social Responsibility, Jawaban Bagi Model
Pembangunan Indonesia Masa Kini,ICSD-Indonesia Center for Sustainable Development, Jakarta ,2004, hal 72
29
kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam
operasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan
para stakeholder-nya.25
Mark Goyder membagi dua bentuk corporate social responsibility:
a.
Berbentuk tindakan atas program yang diberikan terhadap komuniti,
merupakan tindakan terhadap luar korporat atau ada kaitannya dengan
lingkungan di luar korporat seperti komuniti – komuniti dan
lingkungan alam. Bagaimana sebuah korporat menetapkan dan
memenuhi kebutuhan – kebutuhan komuniti sekitarnya.
b.
Nilai yang menjadi acuan dari CSR, lebih cenderung mengarah ke
tipe ideal yang berupa nilai dari korporat yang dipakai untuk
menerapkan atau mewujudkan tindakan – tindakan yang sesuai
dengan keadaan sosial terhadap komuniti sekitarnya.26
2.4.2. Peran dan Fungsi Corporate Social Responsibility (CSR)
Untuk menjadi seorang Public Relations dalam sub divisi CSR atau
yang dapat dikatakan juga dalam sub divisi tanggung jawab sosial dalam
perusahaan, maka kunci kesuksesannya dapat dicapai apabila:
25
a.
Mengetahui tanggung jawab sosial, ekonomi, etika dan moral
b.
Mempertimbangkan tuntutan hukum dan peraturan – peraturan
c.
Menghormati lingkungan alamiah dan lingkungan buatan
d.
Mendukung dan mengambil tindakan dalam menangani masalah-
Iriantara, Yosel, Community Relations, Konsep dan Aplikasinya, Simbiosa Rekatama Media, Bandung, 2004, hal 49
Budimanta, Arif, Prasetijo, Adi dan Radito, Bambang, Corporate Social Responsibility, Jawaban Bagi Model
Pembangunan Indonesia Masa Kini,ICSD-Indonesia Center for Sustainable Development, Jakarta ,2004, hal 77
26
30
masalah dari keadaan yang tidak menguntungkan
e.
Melakukan fungsi ekonominya dengan cara yang paling efektif
Adapun peran dan fungsi dari CSR adalah:
1. Menyusun rencana program CSR (Corporate Social Responsibility)
2. Memasang iklan yang mengenai sosial dan corporate
3. Memonitoring website perusahaan, bekerjasama dengan bagian
pemasaran
4. Membuat company profil dan video corporate
Tanggung
Responsibility)
jawab
diperlukan
sosial
perusahaan
(Corporate
untuk
menciptakan
keseimbangan
Social
dan
keberlanjutan hidup dan hubungan kemitraan yang saling timbal balik
antara perusahaan dengan rekannya.27
2.4.3. Program Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebelum melaksanakan program CSR, perusahaan harus mengakui
bahwa permasalahan masyarakat adalah milik mereka juga, dan memiliki
komitmen untuk menangninya. Maka hal tersebut dapat dikatakan yang
menjadi dasar untuk melaksanakan program CSR.
Dalam konteks Public Relations (PR), tanggung jawab sosial
korporat diimplementasikan dalam program dan kegiatan seperti
pemberian beasiswa, bantuan buku, merehabilitasi lingkungan hidup,
bantuan korban bencana alam dan kerajinan dalam masyarakat.
27
Budimanta, Arif, Prasetijo, Adi dan Radito, Bambang, Corporate Social Responsibility, Jawaban Bagi Model
Pembangunan Indonesia Masa Kini,ICSD-Indonesia Center for Sustainable Development, Jakarta ,2004, hal.80
31
Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan bidang pendidikan dan
sosial yang memperioritaskan kepentingan masyarakat yang berguna pula
dalam hal pengembangan masyarakat secara luas agar sumber daya
manusia khususnya di Indonesia dapat menjadi lebih baik dengan adanya
program yang sudah diwacanakan sebuah perusahaan dalam CSR.
Tabel 2.1. Bidang Program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Bidang Program Tanggung
Unsur – unsur Potensial yang Tercakup
Jawab Sosial Korporat
1.Komunitas dan Masyarakat
Luas
2. Program – program
Karyawan
a.Memperkerjakan
karyawan lokal
b.Membeli produk lokal
c.Mendukung karyawan
yang
bersedia
menjadi sukarelawan
d.Jadwal kerja yang
disesuaikan dengan
kebutuhan lokal
e.Filantropi
f.Kajian Dampak Sosial
g.Konsultasi Komunitas
h.Program
pengembangan
masyarakat
i. Pemantauan HAM
j. Program
penganekaragaman
pemasok
k. Program penduduk
setempat
l. Program merespon
kondisi darurat
m.Latihan
kepekaan
bagi para staf
a.Keberagamandi
tempat kerja
b.Keseimbangan kerja
hidup
c.Bagi hasil saham
d.Manfaat penuh bagi
karyawan
paruh
waktu
e.Pelatihan kemajuan
karir
f.Program-program
insentif
g.Program
bantuan
h. Pertisipasi karyawan
dalam pengambilan
keputusan
i. Pekerja anak atau
HAM
j. Kesehatan
dan
keselamatan kerja
k. Saluran komunikasi
yang terbuka antara
karyawan
dan
manager
l. Survei
kepuasan
karyawan
32
karyawan
3. Program-program
Penanganan Pelanggan
4.Program-program
Lingkungan
m. Negosiasi kolektif
a.Program penanganan
produk
b.Program pelabelan
c.Informasi kesehatan
dan lingkungan pada
produk dan jasa
d.Keterlibatan
pelanggan
dalam
pengembangan
produk
e. Kajian pelanggan
f. Komunikasi dengan
pelanggan
berdasarkan standar
perusahaan
a.Rancangan
lingkungan
mengembangkan
produk ekoefisien
b.Keseimbangan kerja
hidup
c.Program pengadaan
berwawasan
lingkungan
d.Program daur ulang
internal
e.Manajemen
limbah
beracun/ berbahaya
f.Evaluasi lingkungan
atas investasi modal
g.Program gas rumah
kaca
h. Program
energi
alternatif
(pembelian,
penelitian,
dan
pengembangan)
i.Program
efisiensi
sumber daya
j. Manajemen emisi
(udara, tanah, air)
k.Transportasi
dan
distribusi
l. Program
eklologi
industri/
program
memadukan produk
sampingan
33
5. Program–program
Keterlibatan Stakeholder
6. Program–program
a.Survei
b.Komite manajemen
bersama
c.Dewan penasehat
d.Komunikasi
berbasis web
e.Pertemuan dengan
komunitas
atau
dibalai kota
a.Kajian atas pemasok
b.Komunikasi dengan
pemasok
c.Audit
pemasok
internal/ pihak ketiga
d.Pelatihan/
bekerjasama
pemasok
untuk
memperbaiki kinerja
a.Kode etik
b.Sistem akuntabilitas
c. Sistem
penunjang
kode etik
d. Kajian
investasi
(HAM lingkungan
hidup)
Pemasok
7.Program Tata Pamong
28
Budimanta, Arif, Prasetijo, Adi dan Radito, Bambang, Corporate Social Responsibility, Jawaban Bagi Model
Pembangunan Indonesia Masa Kini,ICSD-Indonesia Center for Sustainable Development, Jakarta ,2004
Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) diperlukan
untuk menciptakan keseimbangan dan keberlanjutan hidup dan hubungan
kemitraan yang saling timbal balik antara perusahaan dengan rekanannya.
Sehingga peran serta fungsi CSR sangatlah penting dalam perwujudan
berbagai program atau kegiatan perusahaan. Peran dan fungsi CSR secara
garis besarnya seperti menyusun rencana program CSR (Corporate Social
Responsibility), memasang iklan yang mengenai social and corporate,
menitoring website perusahaan, membuat company profile dan video
corporate.
28
Budimanta, Arif, Prasetijo, Adi dan Radito, Bambang, Corporate Social Responsibility, Jawaban Bagi Model
Pembangunan Indonesia Masa Kini,ICSD-Indonesia Center for Sustainable Development, Jakarta ,2004
34
2.4.4. Konsep Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Perusahaan yang ingin mendapat kepercayaan dan legitimasi
melalui kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), perlu memiliki
kapasitas untuk berkomunikasi dengan para pemangku kepentingan secara
efektif.
Sebagain
besar
perusahaan
besar
memang
berhasil
menginformasikan aktivitas CSR mereka melalui beragam media, baik
media elektronik (televisi, radio, internet) atau media cetak (surat kabar,
dan majalah). Perusahan tersebut mungkin juga telah mendapatkan
penghargaan dari aktivitas CSR yang mereka lakukan. Namun ketika
perusahaan menginginkan citra positif dari inisiatif CSR, perusahaan
harus merubah paradigma komunikasinya. Komunikasi pada dasarnya
tidak hanya dipahami sekedar transmisi informasi dari perusahaan kepada
para pemangku kepentingan, melainkan upaya dalam menciptakan
pemaknaan yang sama antar pelaku komunikasi. Karena dengan upaya
tersebut perusahaan memahami para pemangku kepentingan, termasuk
informasi yang mereka butuhkan, dan saluran komunikasi yang sesuai
dengan mereka.29
Komunikasi CSR merupakan proses pengkomunikasian dampak
sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi organisasi terhadap
kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap masyarakat secara
keseluruhan. Seperti dijelaskan Matte Morsing (2006), komunikasi CSR
merupakan komunikasi yang dirancang dan didistribusikan oleh
29
Rusdianto, Ujang, CSR Communication, A Framework for PR Practitioners, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hal 20
35
perusahaan tentang aktivitas CSR. Sementara menurut Jalal (2010),
mendefinisikan komunikasi CSR sebagai upaya perusahaan dalam
menyampaikan kepada serta menerima pesan dari pemangku kepentingan
terkait dengan komitmen, kebijakan, program dan kinerja perusahaan
dalam pilah ekonomi, lingkungan dan sosial (Majalah Bisnis dan CSR,
Edisi 23 – 29, Juli 2012:156).30
Penjelasan para ahli di atas dapat dipahami bahwa inisiatif CSR
yang telah disusun perusahaan perlu dikomunikasikan untuk mendapatkan
pengertian bersama antara perusahaan dengn stakeholder-nya. Kebijakan
komunikasi ini ditentukan visi, misi, budaya, lingkungan dan profil resiko
serta kondisi opersional masing – masing perusahaan. Selain bertujuan
untuk menyebarluaskan informasi kepada stakeholder, komunikasi CSR
bertujuan untuk mendapatkan citra positif. Seperti yang diungkapkan Mc
Wiliams dan Sigel (2001), bahwa upaya perusahaan mengkomunikasikan
CSR bertujuan untuk mendapatkan citra positif, meningkatkan reputasi,
mencapai diferensiasi produk, dan meningkatkan loyalitas konsumen
melalui CSR.31
Mengkomunikasikan CSR kepada stakeholder akan memberi
manfaat kepada citra perusahaan dan idealnya memberikan akses kepada
stakeholderuntuk dapat melakukan verifikasi dan memberi masukan atau
kritik bagi pengembangan program kedepan (Wilcox, 2006; Tanaya,
30
Rusdianto, Ujang, CSR Communication, A Framework for PR Practitioners, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hal 21
Rusdianto, Ujang, CSR Communication, A Framework for PR Practitioners, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hal 21-22
31
36
2004).32
2.5.
Citra
2.5.1. Definisi Citra
Setiap perusahaan mempunyai citra, disadari atau tidak telah
melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang dan jasa yang
dihasilkan perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumen.
Kotler menjelaskan bahwa “Corporate image is the consumer’s
response to the total offering and is defined as sum the belife, ideas, and
impressions that a public has an organization“, artinya citra perusahaan
adalah respon konsumen kepada keseluruhan penawaran yang diberikan
perusahaan dan didefinisikan sebagai sejumlah kepercayaan, ide – ide dan
kesan masyarakat pada suatu organisasi.33
Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan
prestasi yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat
(kehumasan) atau public relations. Pengertian citra itu sendiri abstrak dan
tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari
hasil penilaian baik atau buruk.
Citra dalam konteks perusahaan jasa, sesuai apa yang ditambahkan
oleh Rosady Ruslan bahwa citra dari suatu lembaga/ organisasi dan bentuk
32
Rusdianto, Ujang, CSR Communication, A Framework for P
R Practitioners, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2013, hal 23
33
Pengertian Citra Perusahaan, 1 Januari 2014, diakses dalam http://frommarketing.blogspot.com/2009/10/beberapapengertian-citra-perusahaan.htmlpk 10:05
37
pelayanan jasa dan lain sebagainya yang hendak dicapai oleh public
relations dalam sistem informasi terbuka pada era globalisasi serba
kompetitif tersebut intinya tidak terlepas dari bentuk kualitas jasa
pelayanan yang telah diberikan, nilai kepercayaan, dan merupakan
“amanah” dari publiknya, serta goodwill (kemauan baik) yang ditampilkan
oleh lembaga/ perusahaan yang bersangkutan.34
Menurut Nguyen dan Leblac, bahwa citra perusahaan sebagai:
“Corporate image is described as overall impression made on the minds
of the public about organization. It is related to business name,
architecture, variety of product/ services, tradition, ideology, an to the
impression og quality communicated by each employee interacting with
the
organization’s
keseluruhan
kesan
clients”. Artinya
yang
terbentuk
citra
perusahaan
dibenak
merupakan
masyarakat
tentang
perusahaan. Dimana citra tersebut berhubungan dengan nama bisnis
arsitektur, variasi dari produk/ jasa, tradisi, idelogi, dan kesan pada
kualitas komunikasi yang dilakukan oleh setiap karyawan yang
berinteraksi dengan klien organisasi.35
34
Ruslan SH,MM, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Rajawali Press, Jakarta 2005, hal 75–76
Pengertian Citra Perusahaan, 1 Januari 2014, diakses dalam http://frommarketing.blogspot.com/2009/10/beberapapengertian-citra-perusahaan.htmlpk 10:06
35
38
2.5.2. Konsep dan Proses Citra
Keinginan sebuah perusahaan atau organisasi untuk mempunyai
citra yang baik pada publik sasaran berawal dari pengertian yang tepat
mengenai citra sebagi stimulus adanya pengelolaan upaya yang perlu
dilaksanakan. Itulah konsep dan proses yang mendasari pembentukan
sebuah citra pada perusahaan.
Terdapat tiga hal penting dalam citra, yaitu:36
a.
Kesan obyek
Obyek meliputi individu maupun perusahaan yang terdiri dari
sekelompok orang didalamnya.
b.
Proses terbentuknya citra
Citra dapat terbentuk dengan memproses informasi yang tidak
menutup kemungkinan terjadinya perubahan citra pada obyek dari
adanya penerimaan informasi setiap waktu.
c.
Sumber terpercaya
Besarnya kepercayaan obyek terhadap sumber informasi memberikan
dasar penerimaan atau penolakan informasi. Sumber informasi dapat
berasal dari perusahaan secara langsung dan atau pihak – pihak lain
secara tidak langsung.
Pentingnya citra perusahaan dikemukakan Gronross (Sutisna,
2001:332) sebagai berikut:37
1.
36
37
Menceritakan harapan bersama kampanye pemasaran eksternal. Citra
Citra Perusahaan, 2 Januari 2014, diakses dalam http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf
Citra Perusahaan, 2 Januari 2014, diakses dalam http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf
39
positif memberikan kemudahan perusahaan untuk berkomunikasi dan
mencapai tujuan secara efektif sedangkan citra negrif sebaliknya.
2.
Sebagai penyaring yang mempengaruhi persepsi pada kegiatan
perusahaan. Citra positif menjadi pelindung terhadap kesalahan kecil,
kualitas teknis atau fungsional sedangkan citra negatif dapat
memperbesar kesalahan tersebut.
3.
Sebagai fungsi dari pengalaman dan harapan konsumen atas kualitas
pelayanan perusahaan.
4.
Mempunyai pengaruh penting terhadap manajemen atau dampak
internal. Citra perusahaan yang kurang jelas dan nyata mempengaruhi
sikap karyawan terhadap perusahaan.
Handi Irawan menyebutkan, “Citra perusahaan dapat memberikan
kemampuan pada perusahaan untuk merubah harga premium, menikmati
penerimaan lebih tinggi dibandingkan pesaing, membuat kepercayaan
pelanggan kepada perusahaan”.38
Perasaan puas atau tidaknya konsumen terjadi setelah mempunyai
pengalaman dengan produk maupun perusahaan yang diawali adanya
keputusan pembeli. Sehingga dapat disimpulkan keberadaan citra
perusahaan yang baik penting sebagai sumber daya internal obyek dalam
menentukan hubungannya dengan perusahaan. Citra perusahaan yang
bersumber dari pengalaman memberikan gambaran terlah terjadi
keterlibatan antara konsumen dengan perusahaan.
38
Citra Perusahaan, 2 Januari 2014, diakses dalam http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf
40
Proses terbentuknya citra perusahaan menurut Hawkins et all
diperlihatkan pada Gambar sebagi berikut:
Gambar 2.1. Proses Terbentuknya Citra Perusahaan
Attention
Image
Exposure
Behavior
Comprehensive
Sumber: Hawkins et all (2000), Consumer Behavior: Building Market
Strategy.39
Berdasarkan gambar proses terbentuknya citra perusahaan
berlangsung pada beberapa tahapan. Pertama, obyek mengetahui (melihat
atau mendengar) upaya yang dilakukan perusahaan dalam membentuk
citra perusahaan. Kedua, memperhatikan upaya perusahaan tersebut.
Ketiga, setelah adanya perhatian, obyek mencoba memahami semua yang
ada pada upaya perusahaan. Keempat, terbentuknya citra perusahaan pada
obyek yang kemudian tahap kelima citra perusahaan yang terbentuk akan
menentukan perilaku obyek sasaran dalam hubungan dengan perusahaan.
Menurut Shirley Harrison (1995:71), informasi yang lengkap
mengenai citra perusahaan meliput empat elemen sebagai berikut: 40
39
40
Citra Perusahaan, 2 Januari 2014, diakses dalam http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf
Citra Perusahaan, 2 Januari 2014, diakses dalam http://oeconomicus.files.wordpress.com/2007/07/citra-perusahaan.pdf
41
1.
Personality
Keseluruhan karekteristik perusahaan yang dipahami publik sasaran
seperti
perusahaan
yang
dapat
dipercaya,
perusahaan
yang
mempunyai tanggung jawab sosial.
2.
Reputation
Hal yang telah dilakukan perusahaan dan diyakini publik sasaran
berdasarkan pengalaman sendiri maupun pihak lain seperti kinerja
keamanan transaksi sebuah bank.
3.
Value
Nilai – nilai yang dimiliki suatu perusahaan dengan kata lain budaya
perusahaan seperti sikap manajemen yang peduli terhadap pelanggan,
karyawan yang cepat tanggap terhadap permintaan maupun keluhan
pelanggan.
4.
Corporate Identity
Komponen – komponen yang mempermudah pengenalan publik
sasaran terhadap perusahaan seperti logo, warna, dan slogan
2.5.3 Jenis Citra
Menurut Frank Jefkins dalam bukunya Hubungan Masyarakat
(Intermassa, 1992) ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia
aktifitas hubungan masyarakat (public relations), dan dapat dibedakan
satu dengan yang lain sebagai berikut:41
41
Ruslan SH,MM, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Rajawali Press, Jakarta 2005, hal 76 - 78
42
a.
Citra cermin (mirror image)
Pengertian disini bahwa citra cermin yang diyakini oleh perusahaan
bersangkutan – terutama para pimpinannya- yang selalu merasa dalam
posisi baik tanpa mengacuhkan kesan orang luar. Setelah diadakan
studi tentang tanggapan, kesan dan citra di masyarakat ternyata terjadi
perbedaan antara yang diharapkan dengan kenyataan citra di lapangan,
bisa terjadi justru mencerminkan “citra” negatifnya yang muncul.
b.
Citra kini (current image)
Citra merupakan kesan yang baik yang diperoleh dari orang lain
tentang perusahaan/organisasi atau hal lain yang berkaitan dengan
produknya. Berdasarkan pengalaman dan informasi kurang baik
penerimaannya, sehingga dalam posisi tersebut pihak Humas/PR akan
menghadapi resiko yang sifatnya permusuhan, kecurigaan, prasangka
buruk
(prejudice),
dan
hingga
muncul
kesalahpahaman
(misunderstanding) yang menyebabkan citra kini yang ditanggapi
secara tidak adil atau bahkan kesan yang negatif yang diperolehnya.
c.
Citra keinginan (wish image)
Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh
pihak manajemen terhadap lembaga atau perusahaan, atau produk
yang
ditampilkan
tersebut
lebih
dikenal
(good
awareness),
menyenangkan dan diterima degan kesan yang selalu positif diberikan
(take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum.
43
d.
Citra perusahaan (coorporate image)
Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai
tujuan
utamanya,
bagaimana
menciptakan
citra
perusahaan
(coorporate image) yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh
publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima,
keberhasilan dalam bidang marketing, dan hingga berkaitan dengan
tanggung jawab sosial (social care) sebagainya. Dalam hal ini pihak
Humas/PR berupaya atau bahkan ikut bertanggung jawab untuk
mempertahankan citra perusahaan, agar mampu mempengaruhi harga
sahamnya tetap bernilai tinggi (liquid) untuk berkompetisi di pasar
bursa saham.
e.
Citra serbaneka (multiple image)
Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan di atas, misalnya
bagaimana pihak Humas atau PRnya akan menampilkan pengenalan
(awareness) terhadap identitas perusahaan, atribut logo, brand’s name,
seragam (uniform) para front liner, sosok gedung, dekorasi lobby
kantor dan penampilan para profesionalnya. Semua itu kemudian
diunifikasikan atau diidentikkan ke dalam suatu citra serbaneka
(multiple image) yang diintregasikan terhadap citra perusahaan
(coorporate image).
f.
Citra penampilan (performace image)
Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subjeknya, bagaimana
kinerja atau penampilan diri (performance image) para professional
44
pada perusahaan yang bersangkutan. Misalnya dalam memberikan
berbagai bentuk dan kualitas pelayanannya, menyambut telepon,
tamu, dan pelanggan serta publiknya, harus serba menyenangkan dan
memberikan kesan selalu baik.Mungkin masalah citra penampilan ini
kurang diperhatikan atau banyak disepelekan orang. Misalnya dalam
hal mengangkat secara langsung telepon yang berdering tersebut
sebagai tindakan interupsi, termasuk si penerima telepon masuk tidak
menyebut identitas nama pribadi atau perusahaan bersangkutan
merupakan tindakan kurang bersahabat dan melanggar etika.
Citra perusahaan tidak dapat direkayasa, artinya citra tidak datang
dengan sendirinya melainkan dibentuk oleh masyarakat dari upaya
komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun citra
positif yang diharapkan. Dengan demikian citra merupakan salah satu aset
terpenting dari perusahaan atau organisasi yang selayaknya terus menerus
dibangun dan dipelihara. Citra yang baik merupakan perangkat kuat,
bukan hanya untuk menarik konsumen dalam memilih prouduk atau
perusahaan, melainkan juga dapat memperbaiki sikap dan kepuasan
pelanggan terhadap perusahaan.
Download