BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah menyatakan bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Penjabaran tersebut menunjukan bahwa sampah tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, karena sampah sudah menjadi konsekuensi dari kehidupan manusia. Dampak dari sampah itu sendiri lebih terasa di daerah perkotaan daripada di daerah perdesaan, karena lingkungan perdesaan masih mampu menyerap dan menguraikan sampah menjadi senyawa-senyawa yang dapat dimanfaatkan kembali, misal untuk kegiatan pertanian. Sementara itu di daerah perkotaan, sampah yang timbul setiap harinya malah semakin memperbesar masalah lingkungan akibat kurangnya lahan untuk menyerap sampah yang dihasilkan (Sarudji, 2006). Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta telah mengalami perubahan fisik menjadi sebuah kota. Perubahan ini dipicu perkembangan pesat dari berbagai sektor baik jasa, properti, hiburan maupun pendidikan. Perkembangan tersebut akan mengakibatkan peningkatan jumlah volume sampah yang dihasilkan di Kecamatan Depok. Menurut Nukman (2006), semakin tinggi aktivitas penduduk pada suatu daerah maka semakin banyak pula sampah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Jenis sampah yang dihasilkan berbeda-beda, tergantung sumber penghasil sampah tersebut. Berdasarkan Standar Nasional Indoensia (SNI) 19-3694-1994 tentang Metode Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan, sampah dapat bersumber dari sektor rumah tangga maupun non-rumah tangga, sehingga terdapat jenis sampah rumah tangga (domestik) dan non rumah tangga (komersial). Besarnya jumlah produksi harian sampah di daerah perkotaan membuat kita tidak dapat memungkiri lagi bahwa masalah persampahan ini harus mendapatkan perhatian lebih dalam untuk kelangsungan kota yang berkelanjutan. 1 Sampah yang setiap hari timbul dapat mencemari lingkungan baik secara fisik, biologis dan kimiawi. Pencemaran sampah secara fisik berupa mengotori lingkungan sehingga menimbulkan kesan yang tidak nyaman dipandang secara fisik, karena sampah mengurangi nilai estetika dari lingkungan tersebut. Pencemaran sampah secara biologis terjadi apabila sampah-sampah telah membusuk, kemudian berubah fungsi menjadi media yang sangat baik untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme yang dapat menjadi sumber penyakit. Pencemaran sampah secara kimiawi terjadi apabila sampah yang mengandung bahan-bahan kimiawi tidak dikelola secara baik dan terpisah. Bahan kimiawi yang terkandung didalamnya dapat meresap kedalam tanah, kemudian mencemari daerah tersebut. Akibat jangka panjangnya dapat merusak ekosistem, apabila tanah yang tersemar tersebut tidak memiliki kemampuan untuk memurnikan tanahnya kembali (Sarudji, 2006). Keberadaan sampah ini dapat mempengaruhi kondisi lingkungan pada suatu daerah, baik dari segi estetika maupun segi kesehatan lingkungan. Penanganan sampah yang kurang baik dapat membuat sampah menumpuk di tempat-tempat tertentu yang mengurangi nilai estetika daerah tersebut. Selain itu penanganan sampah yang kurang baik juga dapat mengakibatkan masalah dari aspek kesehatan (Nukman, 2006), karena hampir semua penyakit disebabkan atau dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Kjellstrom et al., 1997). Sampah organik yang banyak dihasilkan dari dapur serta pasar tradisional yang mudah membusuk merupakan sumber makanan lalat dan tikus, padahal kedua binatang tersebut adalah vektor pembawa penyakit. Lalat membawa penyakit saluran-saluran pencernaan seperti thypus perut, kolera, diare, dan disentri, sedangkan tikus merupakan sumber penyakit pes, serta leptospirosis. Sampah yang seringkali tercampur dengan kotoran manusia, vomitus dari penderita penyakit, serta bahan kimia toksik yang bersifat infeksius, juga menjadi sumber penyakit yang dapat mengganggu kesehatan manusia. Selain itu sampah yang penanganannya tidak baik juga dapat mencemari air dan tanah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Sarudji, 2006). 2 Besarnya pengaruh dari pengolahan sampah terhadap kondisi lingkungan ini menyebabkan perlunya pengelolaan sampah yang baik. Dimana mata rantai pengelolaan sampah yang baik itu diawali dengan perhitungan volume sampah. Apabila volume sampah telah diketahui, barulah dapat ditentukan sistem pengelolaan sampah yang tepat untuk mengola seluruh sampah yang dihasilkan. Metode perhitungan volume sampah yang selama ini berkembang dilakukan dengan suatu studi (Kartikawan, 2007). Namun studi dengan pengambilan sampel secara langsung dilapangan membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain itu proses pengumpulan data lapangan tersebut membutuhkan biaya, waktu, serta tenaga yang cukup besar dalam pelaksanaannya. Pada saat yang bersamaan dinamika perkotaan terjadi lebih cepat dari waktu ke waktu, sehingga dibutuhkan suatu metode perhitungan volume sampah yang dapat memberikan informasi lebih cepat untuk mengimbangi dinamika perkotaan tersebut. Teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi telah banyak dimanfaatkan untuk kajian dengan tema perkotaan. Fenomena perkotaan yang dinamis dan mendetail mampu diimbangi secara spasial dan temporal oleh beberapa satelit penginderaan jauh dengan resolusi tinggi. Citra penginderaan jauh dengan resolusi tinggi yang dapat dimanfaatkan untuk kajian tema perkotaan relatif beragam, antara lain citra satelit Quickbird, Ikonos, Worldview serta GeoEye. Adapun citra penginderaan jauh resolusi tinggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra GeoEye-1 tahun perekaman 2011. Citra GeoEye-1 memiliki resolusi spasial tinggi, yakni mencapai 0,41 m untuk saluran pankromatik. Resolusi spasial dan temporal citra GeoEye-1 dirasa baik digunakan dalam penelitian ini karena mampu mengimbangi perkembangan kawasan perkotaan yang dinamis. Penginderaan jauh dapat digunakan untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh tanpa kontak langsung dengan obyek yang dikaji sedangkan sistem informasi geografi dapat digunakan untuk menganalisis informasi yang telah didapatkan tersebut secara lebih mendalam secara spasial. 3 1.2. Perumusan Masalah Kecamatan Depok mengalami pertumbuhan lahan terbangun yang sangat cepat dan diiringi dengan pertambahan penduduk yang signifikan. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah volume sampah dari berbagai sumber penghasil sampah. Oleh karena itu sampah yang muncul setiap harinya ini perlu dikelola secara tepat agar tidak mencemari lingkungan. Untuk mengetahui cara pengolahan sampah yang tepat bagi suatu daerah perencanaan, perlu diketahui karakteristik dan jumlah timbulan sampah yang diolah (Pamungkas, 2012). Mengingat pentingnya mengetahui volume sampah untuk penentuan sistem pengolahan yang tepat, maka dibutuhkan suatu metode perhitungan volume sampah. Kartikawan (2007) mengungkapkan bahwa idealnya, untuk mengetahui besarnya volume sampah harus dilakukan dengan studi. Volume sampah yang dihasilkan suatu daerah dapat diestimasi berdasarkan jumlah penduduknya. Namun metode perhitungan semacam itu membutuhkan waktu yang lama, padahal jumlah penduduk terus bertambah. Oleh karena itu mulai berkembang metode untuk estimasi volume sampah menggunakan penginderaan jauh dan sistem informasi geografi yang mampu memberikan informasi secara cepat, tepat, akurat dan lebih efisien. Idealnya citra penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian dengan tema perkotaan merupakan citra resolusi tinggi dan memiliki waktu perekaman yang paling mendekati dengan waktu pelaksanaan penelitian. Hal ini dimaksutkan agar dapat mengimbangi perkembangan kawasan perkotaan yang dinamis dan kebutuhan akan informasi yang detail pada kawasan perkotaann. Citra penginderaan jauh resolusi tinggi yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra GeoEye-1 tahun perekaman 2011. Citra GeoEye-1 memiliki resolusi spasial tinggi, yakni mencapai 0,41 m untuk saluran pankromatik. Tahun perekaman citra GeoEye-1 ini lebih mutakhir dibandingkan dengan citra resolusi tinggi jenis lain yang tersedia untuk daerah penelitian. Resolusi spasial dan temporal citra GeoEye-1 dirasa baik digunakan dalam penelitian ini karena mampu mengimbangi perkembangan serta kebutuhan informasi pada kawasan perkotaan. 4 Sampah yang timbul setiap hari membutuhkan wadah untuk penampungannya. Biasanya sampah yang dihasilkan ini ditampung dulu oleh masing-masing penghasil sampah, kemudian akan diangkut ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) Sampah oleh petugas untuk selanjutnya diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Oleh karena itu TPS memiliki peran penting dalam pengelolaan persampahan, sehingga membutuhkan perhatian khusus karena jika kondisi TPS ini tidak memadai dapat mengganggu lingkungan sekitar baik dari segi estetika maupun kesehatan lingkungan. 1.3. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kemampuan citra GeoEye-1 dalam perolehan data parameter estimasi volume sampah di Kecamatan Depok? 2. Bagaimana kondisi TPS di Kecamatan Depok dan pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan masyarakat disekitarnya? 1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengkaji kemampuan citra GeoEye-1 dalam perolehan data parameter estimasi volume sampah di Kecamatan Depok 2. Mengkaji kondisi TPS di Kecamatan Depok dan pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan masyarakat di sekitarnya 1.5. Sasaran Penelitian 1. Nilai akurasi interpretasi parameter estimasi volume sampah dari citra GeoEye-1 2. Nilai estimasi volume sampah di Kecamatan Depok 1.6. Manfaat Penelitian 1. Memberikan sumbangan ilmu dalam aplikasi penginderaan jauh khususnya dalam bidang pengelolaan sampah. 2. Memberikan informasi nilai volume sampah yang dihasilkan di Kecamatan Depok 5 3. Memberikan informasi kondisi TPS di Kecamatan Depok dan pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan masyarakat di sekitarnya. 6