BAB V SIMPULAN DAN SARAN

advertisement
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
V.1.
Simpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis terhadap rasio keuangan
PT Pan Brothers Tbk, maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Secara keseluruhan rasio likuiditas Perusahaan sudah sangat baik, hal ini
dapat dilihat dari current ratio yang dimiliki Perusahaan sebesar 2,93x pada
periode 2002, 2,59x pada periode 2003, dan 2,42x pada periode 2004. Jika dilihat
berdasarkan current ratio standar yang dianggap baik yaitu 1,5x-2x, current ratio
Perusahaan tergolong sangat tinggi current ratio karena terdapatnya aktiva dalam
jumlah yang besar yang dapat dipandang sebagai aktiva menganggur (idle assets).
Hal ini terlihat dari Perusahaan yang tidak memiliki investasi dan aktiva
perusahaan berupa kas di tahun 2002 yang berjumlah 15,79% dari jumlah aktiva
lancar dimana kas ini dapat dikatakan sebagai kas yang menganggur (idle cash).
Meskipun mengalami penurunan selama tiga periode, current ratio Perusahaan
tetap berada di atas standar, yaitu 2x.
Demikian juga yang terjadi pada quick ratio perusahaan yang tetap berada
diatas standar, yaitu 1x walaupun mengalami penurunan dari 2,18x pada periode
2002, menjadi 1,75x pada periode 2003, kemudian menjadi 1,59x pada periode
2004. Ini disebabkan karena dalam perhitungan quick ratio, persediaan dengan
jumlahnya yang terus menunjukkan peningkatan yaitu mencapai 25,78%; 32,56%;
34,25% di tahun 2002, 2003, dan 2004 tidak diperhitungkan.
94
Tingginya current ratio dan quick ratio Perusahaan dibanding rasio pada
perusahaan sejenisnya dan dibanding standar rasio yang secara umum dikatakan
baik, menunjukkan bahwa Perusahaan memiliki tingkat likuiditas yang baik.
2. Rasio Leverage
Debt to equity ratio Perusahaan mengalami penurunan, yaitu dari periode
2002 sebesar 0,91x turun menjadi 0,52x pada periode 2003, kemudian naik
menjadi 0,57x pada periode 2004. Kondisi serupa juga terjadi pada debt ratio,
yaitu pada periode 2002 sebesar 0,47x, mengalami penurunan menjadi 0,34x,
kemudian meningkat menjadi 0,36x. Hasil analisis debt ratio dan debt to equity
ratio menunjukkan bahwa Perusahaan lebih banyak menggunakan pembiayaan
yang berasal dari ekuitas.
Times-interest earned ratio Perusahaan adalah sebesar 259,23x untuk
periode 2002, 74,44x untuk periode 2004, untuk periode 2003 tidak dapat
dianalisis karena pada tahun yang bersangkutan, Perusahaan tidak memiliki hutang
bank, hutang obligasi, ataupun hutang-hutang berbunga lainnya.
Rasio-rasio leverage berupa debt to equity ratio dan debt total ratio di atas
menunjukkan
angka
yang
terus
meningkat
selama
periode
2002-2004
menunjukkan Perusahaan terus meningkatkan sumber pembiayaan yang berasal
dari hutang. Peningkatan penggunaan hutang ini telah, seperti yang telah dibahas
pada bab sebelumnya, membuat ROE dan laba bersih per saham menjadi naik yang
menunjukkan bahwa penggunaan sumber pembiayaan hutang merupakan hal yang
harus dipertimbangkan di masa mendatang. Sedangkan times-interest earned ratio
yang selama periode 2002-2004 menunjukkan angka yang tinggi mengindikasikan
95
bahwa Perusahaan tidak kesulitan untuk membayar bunga pinjaman maupun
pokok pinjamannya.
3. Rasio Rentabilitas
Gross margin ratio terus mengalami penurunan dari periode ke periode,
yaitu 19,78% pada periode 2002, turun menjadi 14,65% pada periode 2003 dan
turun lagi menjadi 14,35% pada periode 2004. Penurunan tersebut disebabkan
karena penurunan jumlah penjualan pada periode 2003 dan peningkatan jumlah
penjualan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan jumlah laba kotor Perusahaan.
Profit on sales ratio mengalami penurunan dari periode 2002 sebesar
5,38%, menjadi 2,2% pada periode 2003, kemudian naik menjadi 2,78% pada
periode 2004 tetapi Perusahaan menunjukkan profit on sales ratio yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan pembandingnya.
ROE sebesar 21,99%
pada periode 2002 turun menjadi 7,92% untuk
periode 2003 yang disebabkan karena penurunan pada jumlah laba bersih
Perusahaan, kemudian naik menjadi 10,68% untuk periode 2004 karena adanya
peningkatan pada penjualan yang pada akhirnya meningkatkan jumlah laba bersih.
ROA mengalami penurunan pada periode 2002 dari sebesar 11,46%
menjadi
5,18% pada periode 2003 karena penurunan jumlah laba bersih,
kemudian naik menjadi 6,75% pada periode 2004 karena adanya jumlah aktiva
yang meningkat.
EPS turun dari Rp 210 pada periode 2002 menjadi Rp 15 pada periode
2003, kemudian naik menjadi Rp 22 pada periode 2004. DPS turun dari Rp 75
pada periode 2002 menjadi Rp 5 pada periode 2003, dan belum dapat dihitung
pada periode 2004 karena RUPS belum menentukan jumlah dividen untuk laba
96
tahun 2004. Turunnya EPS dan DPS sama-sama disebabkan karena Perusahaan
melakukan stock split.
Keseluruhan rasio di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
penjualan selama periode 2002-2004 tetapi peningkatan penjualan pada tahun 2003
bersamaan dengan persentase peningkatan beban pokok penjualan yang lebih besar
dan meningkatnya beban pemasaran. Tetapi jika dibandingkan dengan perusahaan
sejenis, rasio rentabilitas PT Pan Brothers Tbk menunjukkan tingkat profitabilitas
yang lebih baik.
4. Rasio Aktivitas
Inventory turnover ratio pada periode 2002 sebesar 10,5x mengalami
penurunan menjadi menjadi 7,55x pada periode 2003, dan meningkat menjadi
8,06x pada periode 2004.
Jika dibandingkan dengan perusahaan sejenisnya,
tingkat perputaran persediaan Perusahaan menunjukkan tingkat perputaran yang
lebih baik.
Fixed assets turnover ratio mengalami peningkatan dari periode ke
periode. Pada periode 2002 sebesar 13,38x, naik menjadi 14,59x pada periode
2003, dan kembali naik menjadi 15,78x pada periode 2004. Angka fixed assets
turnover ratio yang cukup tinggi ini menunjukkan mampu mengelola aktiva
tetapnya untuk menghasilkan penjualan dengan baik.
Account receivable turnover ratio juga mengalami kenaikan selama tiga
periode, yaitu pada periode 2002 sebesar 5,7x, kemudian pada periode 2003 naik
menjadi 6,03x, dan naik lagi menjadi 7,04x pada periode 2004.
Hal ini
disebabkan karena jumlah penjualan yang menurun dan didukung dengan adanya
penurunan pada jumlah rata-rata piutang usaha.
Average collection period
97
berangsur-angsur menurun dari periode ke periode, yaitu 63 hari untuk periode
2002, 60 hari untuk periode 2003, dan 51 hari untuk periode 2004.
Total assets turnover ratio sebesar 2,13x pada periode 2002, 2,35x pada
periode 2003, dan 2,43x pada periode 2004. Inventory turnover dan fixed asset
turnover yang tinggi, dan account receivable yang cukup tinggi menjelaskan
peningkatan pada total assets turnover ratio di atas.
V.2.
Saran
Berdasarkan hasil analisis dan simpulan yang telah disebutkan di atas,
maka saran-saran yang dapat penulis berikan sebagai bahan pertimbangan bagi
manajemen perusahaan dalam membuat keputusan di masa yang akan datang
yaitu sebagai berikut:
1.
Perusahaan dapat mengurangi jumlah aktiva yang menganggur dan tetap
menjaga tingkat likuiditasnya yang sudah baik dengan meningkatkan
kemampuan pengelolaan aktiva, salah satunya kemampuan pengelolaan
kas, misalnya dengan menginvetasikan kas yang berlebihan dengan
membeli surat-surat berharga yang berjangka waktu lebih dari tiga bulan
yang dapat dijual sewaktu-waktu untuk mendapatkan keuntungan karena
meningkatnya harga efek tersebut, sedangkan kemampuan pengelolaan
piutang dapat dilakukan dengan memperketat syarat kredit.
2.
Perusahaan dapat meningkatkan gross margin ratio dengan mengendalikan
beban pokok penjualan diantaranya dengan memilih pemasok yang
menawarkan harga yang lebih murah.
Selain itu, Perusahaan dapat
menggunakan lindung nilai (hedging) untuk menghindari kerugian karena
selisih kurs atas transaksi pembelian persediaan dengan pemasok luar
98
negeri
yang menggunakan mata uang asing, serta kemungkinan
melemahnya Rupiah.
3.
Perusahaan dapat terus meningkatkan kegiatan/aktivitas penjualan dengan
memperluas pangsa pasar luar negeri dan juga pangsa pasar dalam negeri,
dimana penjualan terbatas pada pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa. Perluasan pangsa luar negeri dapat dilakukan dengan memasang
iklan di internet, dan secara aktif mengirimkan surat penawaran kepada
perusahaan-perusahaan asing. Sedangkan pangsa pasar dalam negeri dapat
dilakukan
dengan
membuka
agen-agen
penjualan
guna
melayani
pelanggan-pelanggan individu, dan secara aktif mengirimkan surat
penawaran untuk lebih meningkatkan jumlah penjualan kepada perusahaanperusahaan.
Dengan adanya peningkatan pangsa pasar baik di dalam
maupun luar negeri tersebut maka diharapkan juga akan dapat
meningkatkan profit on sales ratio Perusahaan yang lebih baik lagi dari
sebelumnya.
99
Download