psikologi pendidikan

advertisement
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu : Saiful Amien, S.Ag, M.Pd
Oleh Kelompok 8 :
1.
2.
3.
4.
Alfiya Senja
Muhammad Faiesal
Ulfa Utari
M. Alif Hakim
(201510010311024)
(201510010311025)
(201510010311026)
(201510010311028)
PROGRAM STUDI TARBIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
A. PENDAHULUAN
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda usianya.
Mengingat ruang gerak psikologi yang diamati semakin meluas, maka gejala
jiwa melalui tingkah laku dan perbuatan dalam berbagai keadaan merupakan
kawasan psikologi.
Seiring dengan perkembangan zaman, maka percobaan demi percobaan
telah dilakukan dengan membawa keberhasilan. Para tokoh psikologi
meneruskan alam melakukan perobaan pada manusia, khususnya pada
tingkah laku manusia. Secara sadar atau tidak, bahwa tingkah laku tersebut
akan berdampak pada perubahan tingkah laku manusia baik sebagai makhluk
individual mauoun sosial yang diwujudkan dalam berbagai aktivitas seharihari, Dengan demikian, para ilmuwan dan para filosofis saat itu berupaya
untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memahami akal fikiran dan
tingkah lakunya yang beraneka ragam dalam memenuhi berbagai kebutuhan
hidup melalui aktivitasnya.
Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah psikologi yang
menangani
belajar,
aplikasi
dari
prinsip-prinsip
belajar-mengajar,
mengembangkan dan menerapkan program-program belajar , baik dilakukan
dalam rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Berbagai kegiatan belajar
ini disebut dengan psikologi pendidikan (Jeanne Ellis Omrod, 2008 : 87).
B.
PEMBAHASAN
1. Pengertian Psikologi Pendidikan
Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos”
yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejalanya, prosesnya maupun
latar belakangnya. Beberapa pengertian lain tentang Psikologi:
Abu (dalam Syah Muhibbin, 2003 : 3) menyebutkan psikologi dapat
diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa
manusia. Pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling
berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) mengenai
“ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan
mental”. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku”
organisme.
Dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu
pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan
terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi
arus dan perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan
yang mengubah lingkungan Bruno (dalam Purwanto Ngalim, 2007 : 23).
Pengertian Pendidikan
Adapun mengenai pendidikan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
bpengajaran dan pelatihan KBBI (dalam Dalyono,2009 :232). Dalam bahasa
inggris, pendidikan berarti education yang berasal dari kata educate yang
artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give rise to), dan
mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam arti sempit berarti perbuatan
atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan Mc. Leoc (dalam
Dalyono, 2009 : 240).
Sementara itu menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdesan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Pengertian Psikologi Pendidikan
Abu (dalam Syah Muhibbin 2003 : 7) menyebutkan psikologi pendidikan
yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya
bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah
diterima oleh peserta didik, bagaimana cara belajar dan mengajar yang baik
dan
sebagainya.Pendidikan
memerlukan
psikologi
karena
dalam
menyampaikan suatu materi pelajaran, seorang guru harus memperhatikan
kondisi kejiwaan peserta didiknya. Semakin siap kondisi jiwa peserta didik
dalam menerima materi pelajaran, akan semakin baik hasil yang diperoleh Wiji
(dalam Dalyono, 2009 : 250).
Pengertian lain Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi
yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Sedangkan
menurut
ensiklopedia
amerika,
Pengertian
psikologi
pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang
terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan
cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahu pengertian dari psikologi dan
pengertian pendidikan itu sendiri. Sepanjang atau selagi kita masih
berpendapat bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menyelidiki
semua aspek keperibadian dasar tingkah laku manusia, baik yang bersifat
jasmaniah maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat
kegunaannya di dalam praktek, baik secara individual maupun dalam
hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita akan
mengatakan bahwa ‘psikologi pendidikan’ itu sebenarnya sudah termasuk di
dalam psikologi, dan tidak perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi sesuatu
disiplin ilmu tersendiri. Psikologi pendidikan dapat disimpulkan bahwa
psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan
penelitiannya
lebih
menekankan
pada
maslah
pertumbuhan
dan
perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya
dalam masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan
keberhasilan belajar.
َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َْ ُ ْ َ ْ َ
ْ : ‫هللا َع َل ْيه َو َس َل َم‬
ُ ‫ص َلى‬
َ ‫ال َر ُس ْو ُل هللا‬
َ
‫املئ ِم ُن‬
‫ق‬
: ‫عن ابى هريرة ر ِضياهلل عنه قال‬
ِ
ِ
َ َ ََ َْ
َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ْ َّ
َ
ْ
َْ
‫ص َعلى َما َي ْنف َع َك‬
‫ احر‬.‫هللا املؤ ِم ِن الض ِعي ِف ِفي ك ِل خي ِر‬
ِ ‫الق ِو ُي خي ٌر واح ُّب ِالى‬
َ َ َ َ ْ َ َ
َ
ََ
َ ‫َو َا ْس َتع ْن با هللا َو َال َت ْح َز ْن َوِا ْن َا‬
‫ ْلو ا ِنى ف َعل ُت كذا َوكذ َو‬: ‫ص َاب َك ش ْي ٌئ َوال ت ْق ْل‬
ِ ِ ِ
َ َّ
َ ُ َ َ َ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ ُ ْ
)‫ش َء ف َع َل ف ِا ْن ل ْو تف َّت ُح َع َم َل الش ْيطان َ(ر َو ُاه ُم ْس ِل ُم‬
‫ قدر هللا وما‬: ‫كن قل‬
Artinya : “Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasulullah SAW bersabda :
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari
pada seorang mukmin yang lemah, dalam semua kebajikan.
Perhatikanlah dengan senang atas apa yang memberikan manfaat
kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah
kamu lemah atau tidak berdaya, jika ada sesuatu yang menimpamu
maka janganlah kamu mengatakan : “Jika seandainya aku
melakukan seperti ini maka akan seperti itu, tetapi ucapkanlah :
“Allah sudah menetukan, dan yang dikehendaki Allah jadilah maka
terjadi dilakukan. Maka sesungguhnya kalimat “seandainya”
adalah kalimat pembuka perbuatan setan”. (H.R Muslim)
2. Tingkah Laku dan Aktivitas Manusia
Mengingat ilmu tentang psikologi pendidikan itu sangat bermanfaat bagi
kehdupan manusia, terlebih bagi orang-orang yang menggeluti di bidang
pendidikan (khususnya pendidikan formal). Untuk mengetahui keutuhan
pribadi anak didik secara jasmani maupun rohani tidak semudah
membalikkan tangan, tetapi mereka dituntut untuk memiliki bekal
pengetahuan tentang psikologi dalam memahami dirinya secara pribadi, juga
diri anak didiknya. Hal ini sangat penting mengingat keterampilan dalam
mendidik anak tidak diwariskan dari orang tua, tetapi perlu belajar dari siapa
pun, termasuk orang tuanya yang sudah mempraktekkan dalam kehidupan
sehari-hari di dalam rumah tangga. Namun, pengalaman orang tua dalam
mendidik putera puterinya itupun belum cukup, manakala menginginkan
pengalaman yang lebih luas dalam mendidik, selain pengalaman orang tuanya,
terlebih bila keterampilan orang tua dalam mendidik putera puterinya kurang
berkenang atau tidak cocok dengan kondisi perkembangan anak- anaknya.
Untuk lebih memahami unsur manusianya sebagai makhluk yang memiliki
jiwa, dan lebih ditekankan pada gejala jiwanya yang terjadi secara serempak
antara organ tubuh dengan organ jiwanya. Kemudia manusia melahirkan
tingkah laku maupun aktifitas lainnyadalam kehidupan sehari-hari, baik
sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam diri manusia terdapat kemampuan untuk menerima stimulus
dari luar, dimana kemampuan ini selalu berhubungan dengan pengenalan
(kognisi). Juga adanya kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang terjadi
dalam jiwanya, kemampuan ini selalu berhubungan dengan motif maupun
kemauan (konasi) Bimo Walgito (dalam Romlah, 2010 : 43-44).
Kemudian sejalan dengan penjelasan diatas maka, tingkah laku atau
aktivitas setiap individu tentunya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi
sebagai akibat adanya rangsangan atau stimulus yang mengenai individu
tersebut. Bagaimana pun juga, tingkah laku atau aktivitas manusia merupakan
jawaban atau respon terhadap stimulus yang mengenainya dan terjadi secara
serentak. Untuk mengetahui lebih jauh, maka dapat di jabarkan menjadi 4,
yaitu (1) Pengenalan (kognisi), (2) Perasaan (emosi), (3) Kehendak (konasi),
(4) Campuran (kombinasi) Dimyati Mahmud (dalam Romlah, 2010 : 44).
Selanjutnya keempat tersebut akan di jelaskan sebagai berikut :
A. Pengenalan (Kognisi)
1. Pengamatan
Pengamatan dapat diartikan sebagai pengenalan objek dengan
mempergunakan alat indera, bukan hanya penglihatan atau mata saja. Juga
dapat diartikan sebagai belajar mengenal benda-benda disekitarnya. Dengan
demikian, pengamatan lebih ditekankan pada gejala psychis yang terkait
dengan seluruh pancaindra dan tidak hanya mengfokuskan salah satu indra
saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan, jika pengamatan hanya
menggunakan salah satu alat indra apabila hanya memerlukan satu alat.
Contoh, mengingat hanya satu objek yang diamati, dalam hal ini individu atau
seseorang harus lebih konsentrasi atau memusatkan perhatiannya pada
seluruh aktivitas yang ditujukan pada benda atau sesuatu hal yang diamati.
2. Tanggapan
Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan
yang dihasilkan dari pengamatan. Juga bayangan yang tinggi dalam ingatan
setelah melakukan pengamatan. Tanggapan juga dikatakan terlepas dari unsur
tempat, keadaan, dan waktu.
3. Ingatan
Manusia sebagai pribadi maupun aktifitasnya tidaklah semata-mata
dipengaruhi dan ditentukan oleh sesuatu yang berlangsung pada masa
sekarang, tetapi juga dipengaruhi oleh masa lalu, sehingga masa lalu pun ikut
menentukannya. Dengan demikian, maka faktor ingatan seseorang sangat
diperlukan dalam berbagai hal, termasuk juga aktifitas yang sedang
dikerjakan, seperti makan, minum, berpakaian bahkan dalam memecahkan
persoalan yang sedang atau telah dihadapinya. Mengingat berarti menyerap
atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pencaman secara aktif.
4. Fantasi
Terkait dengan aktifitas rohani setiap individu, maka bayangan-bayangan
masa silam (baik positif maupun negatif) kadangkala menyertai dibenaknya
ketika melakukan aktifitas yang hampir ada kesamaannya. Dengan demikian,
fantasi merupakan media yang dapat dimanfaatkan oleh setiap komponen
manusia dalam berbagai hal dengan kemampuan jiwa untuk membentuk
tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru.
5. Berfikir
Ketika seseorang melakukan aktifitas yang terkait dengan jasmani dan
rohani, maka aspek berpikir tidak apat dilepaskan, terlebih jenis aktifitas
tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya.
Dengan demikian, maka berpikir dapat dikatakan memegang peran dalam
melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau telah
dihadapi (Romlah, 2010 : 44-57).
B. Perasaan dan Emosi
1. Perasaan
Perasaan merupakan salah satu gejala kejiwaan yang dimiliki oleh
seseorang yang biasanya melahirkan sifat suka maupun tidak suka terhadap
sesuatu objek yang dituju, selanjutnya memberikan penilaian terhadap objek
yang bersifat subjektif (karena lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan
perasaannya). Oleh karena itu, perasaan kebanyakan menyertai proses psikis
lainnya, seperti proses berpikir, motivasi, ingatan, dan lain sebagainya.
2. Emosi
Perlu diketahui bahwa emosi dengan perasaan hampir sama. Karena emosi
adalah suatu perasaan yang timbul melebihi batas, sehingga kadang-kadang
tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan hubungan pribadi dengan dunia
luar menjadi putus. Emosi tidak hanya selalu bersifat negatif, tetapi emosi juga
bisa karena unsur gembira, hal ini mendorong individu untuk melakukan
perubahan pada suasana hati, sehingga menyebabkan tertawa begitupun
sebaliknya (Jeanne Ellis Omrod, 2008 : 98).
Sejalan dengan kaitan tentang emosi dalam manusia ,maka tidak lepas dari
tingkah laku dan aktivitas manusia dalam hadits ini :
َ ُ َّ َ
َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َ ْ ُّ ْ َ ْ َ
ُ ‫ال َر ُس ْو‬
َ
‫ل‬
‫هللا َعل ْي ِه‬
‫هللا صلى‬
‫ق‬
: ‫عن ا ِبى النعمان ِبن ب ِشير ر ِض ي هللا عنه قال‬
ِ
ْ َ َ َ َ
َ ْ َ
َ
ُ ‫ َت َرى ْاملُ ْؤمن ْي َن ف ْي َت َر‬: ‫َو َس َّل َم‬
‫اح ِم ِه ْم َوت َو ِد ِه ْم َو ت َعاف ِت ِه ْم ك َمث ِل ال َج َس ِد ِإذا الش َتكى‬
ِ ِِ
ْ
ْ
َ
ْ ‫ُع‬
َّ ‫ض ٌو َت َد َاعى َل ُه َسا ِئ ُر َج َس ِده ب‬
)‫الس ْه ِر َوال ُح َّمى َ(ر َو ُاه ال ُبخ ِار ْى‬
ِ ِ
Dari Nu’man R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Ciri-ciri orang
mukmin dalam menyayangi, kecintaannya dan kasih sayangnya seperti
anggota badan apabila salah satu anggota badannya merasa sakit maka
anggota badan yang lainnya merasa gelisah dan cemas” (H.R Bukhori)
(Bukhari Umar, 2012 : 180).
C. Konasi (Kehendak)
Manusia yang hidup dan berkehidupan sebagai makhluk individual
maupun sosial tidak lepas adanya aktifitas yang bersifat spontanisitas maupun
terencana, dan dilakukan secara sadar atau tidak, terpaksa atau tidak. Sehingga
dapat mengerjakan berbagai perbuatan yang dikehendakinya atau yang
dihindarinya, baik perbuatan yang bersifat terpuji maupun tercela sebagai
tujuan akhir (disebut kehendak).
D.Campuran
1. Perhatian
Syarat psikologis
individu
untuk
mengadakan
konsentrasi
pada
pemusatan untuk seluruh aktivitas individu. Apa saja yang diperhatikan betulbetul disadari dan jelas bagi yang bersangkutan. Sebagai akibat dari apa yang
diperhatikan dan disadarinya, maka akan melekat paa pusat kesadaran, begitu
sebaliknya.
2. Kelelahan
Kelelahan selalu tidak lepas dari tubuh atau jasmani seseorang setelah
melakukan aktivitas keseharian, selanjutnya akan menampakan psikis dengan
diikuti menurunnya aktifitas kerja. Sebagai dampak dari kelelahan , maka
timbullah ketengangan otot dan syaraf kita.
3. Sugesti
Merupakan pengaruh yang diterima oleh jiwa, sehingga perbuatannya
tidak lagi berdasarkan cipta, rasa, dan karsa, juga tanpa pertimbangan yang
mendalam.Dengan demikian, perasaan, pikiran dan kemauan benar-benar
disampingkan dan yang lebih diutamakan adalah desakan dari keyakinan yang
diterima dari seseorang (Romlah, 2010 : 79-85).
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia dalam Proses
Pendidikan
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan
sejajar dan berdampingan. Jadi proses pertumbuhan dan perkembangan tidak
dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pertumbuhan merupakan proses
pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal (irreversibel), yang
meliputi pertambahan volume dam pertambahan massa, sedangkan
perkembangan yaitu proses menuju tercapainya kedewasaan. Pertumbuhan
dan perkembangan setiap manusia itu berbeda, karena adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan
menjadi faktor dari dalam dan faktor dari luar tubuh. Adapun faktor dari dalam
ialah gen dan keadaan hormon, sedangkan faktor dari luar ialah faktor
lingkungan.
Mengkaji ilmu merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia.
Dan selama mengkaji suatu ilmu manusia melalui beberapa proses
pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan. Dan ilmu ialah satu
jabang dari berbagai ragam pengetahuan dan kajian atau pengujian hakikat,
metode, dan konsep dasar yang dikaji melalui ekperimen dan premis. Dalam
kitab-kitab islam klasik ilmu merupakan suatu keyakinan yang sesuai dengan
realitas yang ada dan juga menelusuri hakikat sesuatu atau mengungkapkan
karakteristik sesuatu dengan optimal(Izzuddin, 2006 : 209-210).
Dilihat dari sudut pandang sumbernya, ilmu berasal dari pemikiran akal
melalui pengamatan dan eksperimen dan ilmu yang berasal dari jalan wahyu.
Melihat salah satu asal ilmu ialah berasal dari wahyu maka dari itu Allah SWT
menyuruh manusia untuk mencari ilmu dan didalam ayatNya Allah berfirman:
َ َ ُ
ً َ َ
َ ُْْ
َ ََ َ َ ً َ
َ ‫َو َما َك‬
‫ـان ِم َن املؤ ِم ُن ْون ِل َي ْن ِف ُر كافة فل ْوالنف َر ِم ْن ك ِل ف ِرق ٍة ِم ْن ُه ْم طا ِئفة‬
َ َ
َ
َ
َ
‫ِل َي َتفق ُهوأ ِفى الد ْي ِن َوِل ُي ْن ِذ ُر ْوا ق ْو ُم ُه ْم ِاذأ َر َج ُع ْو ِال ْي ِه ْم ل َعل ُه ْم َي ْحذ ُر ْو َن‬
Artinya : "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi
kemedan perang, mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi
untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk
memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali,
agar mereka dapat menjaga dirinya " (QS. At-Taubah ayat :122).
Adapun dalam hadits nabi Muhammad SAW bersabda :
ْ ْ ََ
َ ‫ْع ْن َا َنس ِا ْب ُن َم ِال ٍك َق َل َق‬
‫ال َر ُس ْول هللا صلى هللا عليه وسلـم طل ُب ال ِعلم‬
ٍ
ْ
ْ
َ
ُ
ً َ ْْ َ
َ
َ
َ
َ
ْ
ْ
ْ
َ
‫ضة على كل ُم ْس ِل ٍم وو ِض ًع ال ِعل ِم ِعند غي ُرأه ِل ِه ك ُم ِق ِل ِد الخنا ِزْي ِر‬
‫فري‬
ْ
َّ َ ُ ْ َ
‫ل َج ْو َه َروللؤلؤ َوالذ َه َب‬
Artinya
: "Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda:
Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada
orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan
permata, mutiara, atau emas" HR.Ibnu Majah
Dalam mencari dan menimba sebuah ilmu, setiap orang harus memiliki
usaha, niat dan motifasi yang besar, dimana dengan memilkinya mereka akan
mendapatkan ilmu yang bermanfaat baginya. Situasi pendidikan pun juga
harus diperhatikan dan diusahakan dengan sengaja bahkan sering kali dengan
tingkat keseriusan tinggi. Tanpa kesengajaan yang tinggi itu jangan-jangan
bukan situasi pendidikan yang timbul, melainkan situasi yang justru
berlawanan dengan pendidikan itu yang mana seharusnya ditumbuh
kembangkan. Salah satu dampak dari sebuah pendidikan ialah terciptanya
hubungan sosial dengan sesama, yang mana hungan sosial itu mendidik
menjadi orang yang ramah dan bermanfaat bagi orang lain hal itulah yang
menimbulkan rasa kepedulian antar sesama. Dan dijelaskan dalam sebuah
hadits :
َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ
ْ‫ َال ُي ْؤم ُن َأ َح ُد ُكم‬:‫ال‬
َ
‫س ر ِض ي هللا عنه ع ِن الن ِب ِي صلى هللا علي ِه وسلم ق‬
ِ
ٍ ‫عن أن‬
َ
)‫ (رواه البخارى ومسلم وأحمد والسساىى‬.‫َح َّتى ُي ِح َّب َِأل ِخ ْي ِه َم ُاي ِح ُّب ِل َن ْف ِس ِه‬
Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman
seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)
Sikap individualis adalah sikap mementingkan diri sendiri, tidak
memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut
agama, sebagaimana di sampaikan dalam hadits di atas adalah termasuk
golongan orang-orang yang tidak (smpurna) keimanannyanya. Seorang
mukmin yang ingin mendapat ridha Allah SWT harus berusaha untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhaiNya. Salah satunya ialah
dengan mencintai sesama saudaranya sebagaimana dinyatakan dalam hadits
(Priyatno, 2005 : 37).
Pendidikan pula merupakan suatu proses perbaikan, penguatan dan
penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia.
Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiyar manusia untuk
membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada
dalam masyarakat sekalipun dalam masyarakat yang perdabannya sederhana
dan telah ada proses pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika
sering dikatakan bahwa pendidikan telah ada semenjak munculnya peradaban
umat manusia. Semenjak awal manusia diciptakan upaya membangun
peradaban selalu dilakukan. Manusia menciptakan kehidupan yang bahagia
dan sejahtera. Melalui proses kependidikan yang benar dan baik maka cita-cita
yang diyakini akan terwujud dalam realitas kehidupan manusia. Adapun sabda
Rasulullah yang menerangkan tentang hikmah dari ilmu ialah :
ََ ‫ إ َذا َما‬:‫ال‬
ُ ‫ص َّلى‬
َ ‫َع ْن َأب ْي ُه َرْي َر َة َرض َي هللا َع ْن ُه َأن َر ُس ْول هللا‬
َ ‫هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق‬
ِ
ِ
ٌَ َ َ
َ َ ْ ُ َِ ْ ْ
ْ
ُ
َ
َ
َ
ٌ
ٌ
َّ
َ
ُ
َ
ْ
ُ
ْ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ُ
ُ
َ
ٌ
‫ وولد‬،‫ و ِعلم ينـتفـع ِب ِه‬،‫ صدقة جا ِرية‬:‫اْلنسـان انـقـطـع عـمله ِإال ِمن ثال ٍث‬
ِ
ُ.‫صال ٌح َي ْد ُع َوله‬
َ
ِ
Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda “Apabila
manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya
kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak
shalih yang mendo’akan kepadanya”. (HR. Muslim)1[15]
Secara historis, proses pendidikan telah ada semenjak manusia pertama
diciptakan di bumi ini yaitu nabi Adam a.s. Yang mana dalam Al Quran telah
dijelaskan bahwa proses pendidikan terjadi pada saat nabi Adam a.s. berdialog
dengan Tuhan. Dialog tersebut muncul karena ada motivasi dalam diri Adam
a.s. untuk menggapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Dialog tersebut
didasarkan pada motivasi yang selalu ingin selalu berkembang sesuai dengan
kondisi dan konteks lingkungannya(Roqib 2009, 16).
Dialog merupakan bagian dari proses pendidikan dan ia membutuhkan
lingkungan yang kondusif dan strategis yang memungkinkan peserta didik
bebas berapresasi dan tidak takut salah, tetapi tetap beradab dan
mendepankan etika. Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama kali oleh
anggota keluarga terutama orang tua. Dengan mempertimbangkan efektifitas
dan efesiensi oleh karena keterbatasan waktu dan fasilitas yang dimiliki oleh
orang tua akhirnya didirikan lah lembaga pendidikan dengan maksud untuk
mengatasi keterbatasan tersebut.
4. Keberadaan
Peserta
Didik
dan
Pendidik
dalam
Dunia
Pendidikan
Kedudukan dan Fungsi Pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting
dalam pelaksanaan pendidikan, karena pendidik adalah pihak yang
bersentuhan langsung dengan unsur- unsur yang ada dalam sebuah aktivitas
pendidikan, terutama anak didik. Sebagai wujud dari kedudukan yang sangat
penting tersebut, fungsi pendidik adalah berupaya untuk mengembangkan
segenap potensi anak didiknya, agar memiliki kesiapan dalam menghadapi
berbagai tantangan dalam kehidupannya. Untuk melaksanakan tugas sebagai
pendidik hendaknya bertolak pada prinsip amar ma’ruf nahi mungkar karena
pendidik sebagai panutan bagi peserta didiknya. Dari pandangan tersebut di
atas maka dapat dipahami bahwa fungsi utama pendidik pada umunya adalah
mentransfer ilmu pengetahuan dan mentransformasikan nilai dan norma
kepada peserta didik sehingga terbentuk kepribadian yang soleh. Tugas
pendidik tersebut merupakan tugas mulia dan melebihi tanggung jawab moral
yang diembangnya, karena dengan demikian pendidik akan mempertanggung
jawabkan kepada Allah SWT atas segala tugas yang dilaksakannya.
Sesungguhnya peranan dan fungsi guru tidak hanya terbatas pada empat
dinding kelas, ia mempunyai tugas di kelas, di dalam dan di luar sekolah serta
di masyarakat.
Beberapa peranan dan fungsi pendidik tersebut sebagai berikut: a) Guru
sebagai pengajar dan pendidik b) Guru sebagai anggota masyarakat c) Guru
sebagai pemimpin d) Guru sebagai pelaksana administrasi e) Guru sebagai
pengelola proses belajar mengajar. Bahwa pendidikan menempati posisi
sentral dalam rangka membentuk manusia ideal yang diinginkan. Dalam
sekolah anak didik (siswa) belajar berperan sebagai anggota sekolah:
menjalankan
aturan,
bekerja
sama
dengan
teman,
guru,
konselor,
administrator, belajar mengembangkan minat. Terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan sehingga mempunyai kemampuan berfikir ilmiah dalam
memecahkan persoalan yang dihadapi. Minat yang telah muncul diikuti oleh
tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar-mengajar dengan sendirinya
telah membawa murid kesuasana partisipasi aktif dalam kegiatan belajarmengajar. Prinsip ini merupakan prinsip yang amat penting didalam ilmu
mengajar.Pendidikan sebagai suatu upaya dalam membentuk manusia ideal,
mencoba mengajarkan dan mengajak manusia untuk berpikir mengenai segala
sesuatu yang ada di muka bumi, sehingga hasrat ingin tahunya dapat
terpenuhi.(Ramli, 2015 : 78).
Pendidik sebagai perencana dan pengatur proses pendidikan, seperti yang
dicontohkan Rasulullah dalam salat :
َ : ‫قال‬
َ ، - ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ عن النبي‬، ‫عن أنس بن مالك‬
‫((س ُّووا‬
َ ُُ
ُ ُّ ‫ َفإ َّن َت ْسو َي َة‬،‫وف ُك ْم‬
َ َ ْ
َّ
)‫ (البخاري‬. ))‫الة‬
‫صف‬
ِ ‫الصف‬
ِ ‫وف ِمن ِإقام ِة الص‬
ِ
ِ
Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw bersabda: “Luruskan dan rapatkan
(barisan salat kalian), karena ketertiban barisan dalam salat
merupakan bagian dari mendirikan (ksesmpurnaan) salat”. (H.R
Bukhari).
Pendidik sebagai pelaksana kegiatan pendidikan, seperti di contohkan dalam
hadits berikut ini :
ْ ْ َ ْ َ َ
َّ َ ‫َ َ َ َ َ ُ ُل‬
ُ
َ
ْ
‫ صلى‬- ‫َّلل‬
‫ا‬
‫و‬
‫س‬
‫ال‬
‫ق‬
:
‫ال‬
‫ق‬
‫عنه‬
‫هللا‬
‫ي‬
‫ض‬
‫ث‬
‫ر‬
‫ي‬
‫و‬
‫ح‬
‫ال‬
‫وعن م ِال ِك ب ِن‬
‫ر‬
‫ِِ ر‬
ِ
َْ
َ ‫ص ُّلوا َك َما َ َرأ ْي ُت ُموني ُأ‬
َ - ‫هللا عليه وسلم‬
‫ َر َو ُاه ال ُب َخ ِار ُّي‬.‫ص ِلي‬
ِ
Dari Malik bin Huwairis r.a berkata: Rasululah saw bersabda: “Salatlah
kalian sebagaimana kalian lihat aku salat”. (H.R Bukhari)
Peserta Didik Harus Dihormati
Memberikan kemudahan kepada peserta didik, sesuai dengan hadits berikut
ini :
َُ
َُ
َّ ‫َع ْن َأ َنس َعن‬
(‫ َي َّس ُر ْوا َوال ت ًع ِس ُر ْوا َو َب ِش ُر ْوا َوال ت َن ِف ُر ْوا )البخارى‬:‫م قال‬.‫الن ِب ِي ص‬
ِ ٍ
Dari Anas, dari Nabi saw beliau bersabda:” mudahkanlah dan jangan
dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka takut”. (H.R
Bukhari).
Peserta didik harus diarahkan kepada kebenaran jika melakukan kesalahan
ُ
ُ َ
َ ُ َ
‫هللا َوك ْل ِب َي ِم ْي ِس ْي َك َوك ْل ِم َّما َي ِل ْي َك (البخاري‬
‫ياغال ُم َس ِم‬:‫م‬.‫قال رسول هللا ص‬
)‫واملسلم‬
Rasulullah saw bersabda: “Hai anak, sebutlah nama Allah (sebelum
makan) dan makanlah dengan tangan kanan serta makanlah dulu apa
yang ada di dekatmu”. (H.R Bukhari dan Muslim)
C.
KESIMPULAN
Sudut pandang psikologi alam proses belajar mengajar, pada dasarnya
adalah membicarakan aspek-aspek perilaku individu yang terkait dengan
proses
pembelajaran.
Psikologi
pendidikan
adalah
pada
dasarnya
mencurahkan perhatiannya pada perilaku atau gerak gerik orang dalam
melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Peran guru sebagai sentral alam
proses pembelajran, guru dituntut untuk mampu mewujudkan perilaku
mengajar secara tepat agar terjadi perilaku belajar yang efektif pula dalam diri
peserta didik. Proses belajar apat terjadi apabila individu merasakan adanya
kebutuhan dalam dirinya yang tidak apat dipenuhi dengan cara-cara yang
refleks atau kebiasaan.
D.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Muhibbin, Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Dengen Pendekatan Baru.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim, Purwanto.
Rosdakarya.
2007.
Psikologi
Pendidikan.
Bandung:
Remaja
Ormrod, Jeanne Ellis.2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh
dan Berkembang. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Prayitno.2005.Dasar teori dan Praksis pendidikan.Jakarta : Grasindo
Ramli. Hakikat Pendidikan dan Peserta Didik. Vol.5. 2015. hlm:78
Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press.
Roqib,Muhammad. 2009. Ilmu pendidikan Islam. Yogyakarta:LkiS
Yogyakarta
Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006.Panduan lengkap dan praktis psikologi
islam.Jakarta :Gema Insani Press
Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi (Pendidikan Dalam Perspektif Hadits).
Jakarta: HAMZAH.
Download