PSIKOLOGI PENDIDIKAN Dosen Pengampu : Saiful Amien, S.Ag, M.Pd Oleh Kelompok 8 : 1. 2. 3. 4. Alfiya Senja Muhammad Faiesal Ulfa Utari M. Alif Hakim (201510010311024) (201510010311025) (201510010311026) (201510010311028) PROGRAM STUDI TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG A. PENDAHULUAN Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang relatif muda usianya. Mengingat ruang gerak psikologi yang diamati semakin meluas, maka gejala jiwa melalui tingkah laku dan perbuatan dalam berbagai keadaan merupakan kawasan psikologi. Seiring dengan perkembangan zaman, maka percobaan demi percobaan telah dilakukan dengan membawa keberhasilan. Para tokoh psikologi meneruskan alam melakukan perobaan pada manusia, khususnya pada tingkah laku manusia. Secara sadar atau tidak, bahwa tingkah laku tersebut akan berdampak pada perubahan tingkah laku manusia baik sebagai makhluk individual mauoun sosial yang diwujudkan dalam berbagai aktivitas seharihari, Dengan demikian, para ilmuwan dan para filosofis saat itu berupaya untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memahami akal fikiran dan tingkah lakunya yang beraneka ragam dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup melalui aktivitasnya. Salah satu yang termasuk di dalamnya adalah psikologi yang menangani belajar, aplikasi dari prinsip-prinsip belajar-mengajar, mengembangkan dan menerapkan program-program belajar , baik dilakukan dalam rumah tangga, sekolah maupun masyarakat. Berbagai kegiatan belajar ini disebut dengan psikologi pendidikan (Jeanne Ellis Omrod, 2008 : 87). B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Psikologi Pendidikan Pengertian Psikologi Psikologi berasal dari bahasa Yunani “psyche” yang artinya jiwa dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Beberapa pengertian lain tentang Psikologi: Abu (dalam Syah Muhibbin, 2003 : 3) menyebutkan psikologi dapat diartikan ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia atau gejala-gejala jiwa manusia. Pengertian psikologi dalam tiga bagian yang pada prinsipnya saling berhubungan. Pertama, psikologi adalah studi (pendidikan) mengenai “ruh”. Kedua, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “kehidupan mental”. ketiga, psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai “tingkah laku” organisme. Dalam dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan dalam sekitar dan peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang mengubah lingkungan Bruno (dalam Purwanto Ngalim, 2007 : 23). Pengertian Pendidikan Adapun mengenai pendidikan, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya bpengajaran dan pelatihan KBBI (dalam Dalyono,2009 :232). Dalam bahasa inggris, pendidikan berarti education yang berasal dari kata educate yang artinya memberikan peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop). Dalam arti sempit berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan Mc. Leoc (dalam Dalyono, 2009 : 240). Sementara itu menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spriritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdesan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian Psikologi Pendidikan Abu (dalam Syah Muhibbin 2003 : 7) menyebutkan psikologi pendidikan yaitu psikologi yang khusus menguraikan kegiatan-kegiatan atau aktivitasaktivitas manusia dalam hubungannya dengan situasi pendidikan, misalnya bagaimana cara menarik perhatian agar pelajaran dapat dengan mudah diterima oleh peserta didik, bagaimana cara belajar dan mengajar yang baik dan sebagainya.Pendidikan memerlukan psikologi karena dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, seorang guru harus memperhatikan kondisi kejiwaan peserta didiknya. Semakin siap kondisi jiwa peserta didik dalam menerima materi pelajaran, akan semakin baik hasil yang diperoleh Wiji (dalam Dalyono, 2009 : 250). Pengertian lain Psikologi Pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan – penemuan dan menerapkan prinsip – prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Dari uraian di atas, kita dapat mengetahu pengertian dari psikologi dan pengertian pendidikan itu sendiri. Sepanjang atau selagi kita masih berpendapat bahwa psikologi adalah suatu ilmu yang berusaha menyelidiki semua aspek keperibadian dasar tingkah laku manusia, baik yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah, baik secara teoritis maupun dengan melihat kegunaannya di dalam praktek, baik secara individual maupun dalam hubungannya dengan manusia lain atau lingkungannya, mungkin kita akan mengatakan bahwa ‘psikologi pendidikan’ itu sebenarnya sudah termasuk di dalam psikologi, dan tidak perlu dipersoalkan atau dipisahkan menjadi sesuatu disiplin ilmu tersendiri. Psikologi pendidikan dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada maslah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungannya dalam masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar. َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ َْ ُ ْ َ ْ َ ْ : هللا َع َل ْيه َو َس َل َم ُ ص َلى َ ال َر ُس ْو ُل هللا َ املئ ِم ُن ق : عن ابى هريرة ر ِضياهلل عنه قال ِ ِ َ َ ََ َْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ ْ ْ َّ َ ْ َْ ص َعلى َما َي ْنف َع َك احر.هللا املؤ ِم ِن الض ِعي ِف ِفي ك ِل خي ِر ِ الق ِو ُي خي ٌر واح ُّب ِالى َ َ َ َ ْ َ َ َ ََ َ َو َا ْس َتع ْن با هللا َو َال َت ْح َز ْن َوِا ْن َا ْلو ا ِنى ف َعل ُت كذا َوكذ َو: ص َاب َك ش ْي ٌئ َوال ت ْق ْل ِ ِ ِ َ َّ َ ُ َ َ َ َ َ َ ُ َ َّ َ ْ ُ ْ )ش َء ف َع َل ف ِا ْن ل ْو تف َّت ُح َع َم َل الش ْيطان َ(ر َو ُاه ُم ْس ِل ُم قدر هللا وما: كن قل Artinya : “Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah dari pada seorang mukmin yang lemah, dalam semua kebajikan. Perhatikanlah dengan senang atas apa yang memberikan manfaat kepadamu, dan mintalah pertolongan kepada Allah, dan janganlah kamu lemah atau tidak berdaya, jika ada sesuatu yang menimpamu maka janganlah kamu mengatakan : “Jika seandainya aku melakukan seperti ini maka akan seperti itu, tetapi ucapkanlah : “Allah sudah menetukan, dan yang dikehendaki Allah jadilah maka terjadi dilakukan. Maka sesungguhnya kalimat “seandainya” adalah kalimat pembuka perbuatan setan”. (H.R Muslim) 2. Tingkah Laku dan Aktivitas Manusia Mengingat ilmu tentang psikologi pendidikan itu sangat bermanfaat bagi kehdupan manusia, terlebih bagi orang-orang yang menggeluti di bidang pendidikan (khususnya pendidikan formal). Untuk mengetahui keutuhan pribadi anak didik secara jasmani maupun rohani tidak semudah membalikkan tangan, tetapi mereka dituntut untuk memiliki bekal pengetahuan tentang psikologi dalam memahami dirinya secara pribadi, juga diri anak didiknya. Hal ini sangat penting mengingat keterampilan dalam mendidik anak tidak diwariskan dari orang tua, tetapi perlu belajar dari siapa pun, termasuk orang tuanya yang sudah mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam rumah tangga. Namun, pengalaman orang tua dalam mendidik putera puterinya itupun belum cukup, manakala menginginkan pengalaman yang lebih luas dalam mendidik, selain pengalaman orang tuanya, terlebih bila keterampilan orang tua dalam mendidik putera puterinya kurang berkenang atau tidak cocok dengan kondisi perkembangan anak- anaknya. Untuk lebih memahami unsur manusianya sebagai makhluk yang memiliki jiwa, dan lebih ditekankan pada gejala jiwanya yang terjadi secara serempak antara organ tubuh dengan organ jiwanya. Kemudia manusia melahirkan tingkah laku maupun aktifitas lainnyadalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai makhluk individual maupun makhluk sosial. Hal ini menunjukkan bahwa dalam diri manusia terdapat kemampuan untuk menerima stimulus dari luar, dimana kemampuan ini selalu berhubungan dengan pengenalan (kognisi). Juga adanya kemampuan untuk melahirkan sesuatu yang terjadi dalam jiwanya, kemampuan ini selalu berhubungan dengan motif maupun kemauan (konasi) Bimo Walgito (dalam Romlah, 2010 : 43-44). Kemudian sejalan dengan penjelasan diatas maka, tingkah laku atau aktivitas setiap individu tentunya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat adanya rangsangan atau stimulus yang mengenai individu tersebut. Bagaimana pun juga, tingkah laku atau aktivitas manusia merupakan jawaban atau respon terhadap stimulus yang mengenainya dan terjadi secara serentak. Untuk mengetahui lebih jauh, maka dapat di jabarkan menjadi 4, yaitu (1) Pengenalan (kognisi), (2) Perasaan (emosi), (3) Kehendak (konasi), (4) Campuran (kombinasi) Dimyati Mahmud (dalam Romlah, 2010 : 44). Selanjutnya keempat tersebut akan di jelaskan sebagai berikut : A. Pengenalan (Kognisi) 1. Pengamatan Pengamatan dapat diartikan sebagai pengenalan objek dengan mempergunakan alat indera, bukan hanya penglihatan atau mata saja. Juga dapat diartikan sebagai belajar mengenal benda-benda disekitarnya. Dengan demikian, pengamatan lebih ditekankan pada gejala psychis yang terkait dengan seluruh pancaindra dan tidak hanya mengfokuskan salah satu indra saja. Tetapi tidak menutup kemungkinan, jika pengamatan hanya menggunakan salah satu alat indra apabila hanya memerlukan satu alat. Contoh, mengingat hanya satu objek yang diamati, dalam hal ini individu atau seseorang harus lebih konsentrasi atau memusatkan perhatiannya pada seluruh aktivitas yang ditujukan pada benda atau sesuatu hal yang diamati. 2. Tanggapan Tanggapan biasanya didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Juga bayangan yang tinggi dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Tanggapan juga dikatakan terlepas dari unsur tempat, keadaan, dan waktu. 3. Ingatan Manusia sebagai pribadi maupun aktifitasnya tidaklah semata-mata dipengaruhi dan ditentukan oleh sesuatu yang berlangsung pada masa sekarang, tetapi juga dipengaruhi oleh masa lalu, sehingga masa lalu pun ikut menentukannya. Dengan demikian, maka faktor ingatan seseorang sangat diperlukan dalam berbagai hal, termasuk juga aktifitas yang sedang dikerjakan, seperti makan, minum, berpakaian bahkan dalam memecahkan persoalan yang sedang atau telah dihadapinya. Mengingat berarti menyerap atau meletakkan pengetahuan dengan jalan pencaman secara aktif. 4. Fantasi Terkait dengan aktifitas rohani setiap individu, maka bayangan-bayangan masa silam (baik positif maupun negatif) kadangkala menyertai dibenaknya ketika melakukan aktifitas yang hampir ada kesamaannya. Dengan demikian, fantasi merupakan media yang dapat dimanfaatkan oleh setiap komponen manusia dalam berbagai hal dengan kemampuan jiwa untuk membentuk tanggapan-tanggapan atau bayangan-bayangan baru. 5. Berfikir Ketika seseorang melakukan aktifitas yang terkait dengan jasmani dan rohani, maka aspek berpikir tidak apat dilepaskan, terlebih jenis aktifitas tersebut melibatkan unsur persoalan yang harus dicarikan jalan keluarnya. Dengan demikian, maka berpikir dapat dikatakan memegang peran dalam melakukan, memecahkan dan memutuskan persoalan yang sedang atau telah dihadapi (Romlah, 2010 : 44-57). B. Perasaan dan Emosi 1. Perasaan Perasaan merupakan salah satu gejala kejiwaan yang dimiliki oleh seseorang yang biasanya melahirkan sifat suka maupun tidak suka terhadap sesuatu objek yang dituju, selanjutnya memberikan penilaian terhadap objek yang bersifat subjektif (karena lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan perasaannya). Oleh karena itu, perasaan kebanyakan menyertai proses psikis lainnya, seperti proses berpikir, motivasi, ingatan, dan lain sebagainya. 2. Emosi Perlu diketahui bahwa emosi dengan perasaan hampir sama. Karena emosi adalah suatu perasaan yang timbul melebihi batas, sehingga kadang-kadang tidak dapat menguasai diri dan menyebabkan hubungan pribadi dengan dunia luar menjadi putus. Emosi tidak hanya selalu bersifat negatif, tetapi emosi juga bisa karena unsur gembira, hal ini mendorong individu untuk melakukan perubahan pada suasana hati, sehingga menyebabkan tertawa begitupun sebaliknya (Jeanne Ellis Omrod, 2008 : 98). Sejalan dengan kaitan tentang emosi dalam manusia ,maka tidak lepas dari tingkah laku dan aktivitas manusia dalam hadits ini : َ ُ َّ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ ْ َ ْ ْ َ ْ ُّ ْ َ ْ َ ُ ال َر ُس ْو َ ل هللا َعل ْي ِه هللا صلى ق : عن ا ِبى النعمان ِبن ب ِشير ر ِض ي هللا عنه قال ِ ْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ُ َت َرى ْاملُ ْؤمن ْي َن ف ْي َت َر: َو َس َّل َم اح ِم ِه ْم َوت َو ِد ِه ْم َو ت َعاف ِت ِه ْم ك َمث ِل ال َج َس ِد ِإذا الش َتكى ِ ِِ ْ ْ َ ْ ُع َّ ض ٌو َت َد َاعى َل ُه َسا ِئ ُر َج َس ِده ب )الس ْه ِر َوال ُح َّمى َ(ر َو ُاه ال ُبخ ِار ْى ِ ِ Dari Nu’man R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Ciri-ciri orang mukmin dalam menyayangi, kecintaannya dan kasih sayangnya seperti anggota badan apabila salah satu anggota badannya merasa sakit maka anggota badan yang lainnya merasa gelisah dan cemas” (H.R Bukhori) (Bukhari Umar, 2012 : 180). C. Konasi (Kehendak) Manusia yang hidup dan berkehidupan sebagai makhluk individual maupun sosial tidak lepas adanya aktifitas yang bersifat spontanisitas maupun terencana, dan dilakukan secara sadar atau tidak, terpaksa atau tidak. Sehingga dapat mengerjakan berbagai perbuatan yang dikehendakinya atau yang dihindarinya, baik perbuatan yang bersifat terpuji maupun tercela sebagai tujuan akhir (disebut kehendak). D.Campuran 1. Perhatian Syarat psikologis individu untuk mengadakan konsentrasi pada pemusatan untuk seluruh aktivitas individu. Apa saja yang diperhatikan betulbetul disadari dan jelas bagi yang bersangkutan. Sebagai akibat dari apa yang diperhatikan dan disadarinya, maka akan melekat paa pusat kesadaran, begitu sebaliknya. 2. Kelelahan Kelelahan selalu tidak lepas dari tubuh atau jasmani seseorang setelah melakukan aktivitas keseharian, selanjutnya akan menampakan psikis dengan diikuti menurunnya aktifitas kerja. Sebagai dampak dari kelelahan , maka timbullah ketengangan otot dan syaraf kita. 3. Sugesti Merupakan pengaruh yang diterima oleh jiwa, sehingga perbuatannya tidak lagi berdasarkan cipta, rasa, dan karsa, juga tanpa pertimbangan yang mendalam.Dengan demikian, perasaan, pikiran dan kemauan benar-benar disampingkan dan yang lebih diutamakan adalah desakan dari keyakinan yang diterima dari seseorang (Romlah, 2010 : 79-85). 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia dalam Proses Pendidikan Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua proses yang berjalan sejajar dan berdampingan. Jadi proses pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pertumbuhan merupakan proses pertambahan ukuran yang tidak dapat kembali ke asal (irreversibel), yang meliputi pertambahan volume dam pertambahan massa, sedangkan perkembangan yaitu proses menuju tercapainya kedewasaan. Pertumbuhan dan perkembangan setiap manusia itu berbeda, karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibedakan menjadi faktor dari dalam dan faktor dari luar tubuh. Adapun faktor dari dalam ialah gen dan keadaan hormon, sedangkan faktor dari luar ialah faktor lingkungan. Mengkaji ilmu merupakan suatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia. Dan selama mengkaji suatu ilmu manusia melalui beberapa proses pertumbuhan dan perkembangan dalam pendidikan. Dan ilmu ialah satu jabang dari berbagai ragam pengetahuan dan kajian atau pengujian hakikat, metode, dan konsep dasar yang dikaji melalui ekperimen dan premis. Dalam kitab-kitab islam klasik ilmu merupakan suatu keyakinan yang sesuai dengan realitas yang ada dan juga menelusuri hakikat sesuatu atau mengungkapkan karakteristik sesuatu dengan optimal(Izzuddin, 2006 : 209-210). Dilihat dari sudut pandang sumbernya, ilmu berasal dari pemikiran akal melalui pengamatan dan eksperimen dan ilmu yang berasal dari jalan wahyu. Melihat salah satu asal ilmu ialah berasal dari wahyu maka dari itu Allah SWT menyuruh manusia untuk mencari ilmu dan didalam ayatNya Allah berfirman: َ َ ُ ً َ َ َ ُْْ َ ََ َ َ ً َ َ َو َما َك ـان ِم َن املؤ ِم ُن ْون ِل َي ْن ِف ُر كافة فل ْوالنف َر ِم ْن ك ِل ف ِرق ٍة ِم ْن ُه ْم طا ِئفة َ َ َ َ َ ِل َي َتفق ُهوأ ِفى الد ْي ِن َوِل ُي ْن ِذ ُر ْوا ق ْو ُم ُه ْم ِاذأ َر َج ُع ْو ِال ْي ِه ْم ل َعل ُه ْم َي ْحذ ُر ْو َن Artinya : "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi kemedan perang, mengapa sebagian diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya " (QS. At-Taubah ayat :122). Adapun dalam hadits nabi Muhammad SAW bersabda : ْ ْ ََ َ ْع ْن َا َنس ِا ْب ُن َم ِال ٍك َق َل َق ال َر ُس ْول هللا صلى هللا عليه وسلـم طل ُب ال ِعلم ٍ ْ ْ َ ُ ً َ ْْ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ ضة على كل ُم ْس ِل ٍم وو ِض ًع ال ِعل ِم ِعند غي ُرأه ِل ِه ك ُم ِق ِل ِد الخنا ِزْي ِر فري ْ َّ َ ُ ْ َ ل َج ْو َه َروللؤلؤ َوالذ َه َب Artinya : "Dari Anas bin Malik ia berkata, Rasulullah saw, bersabda: Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim, memberikan ilmu kepada orang yang bukan ahlinya seperti orang yang mengalungi babi dengan permata, mutiara, atau emas" HR.Ibnu Majah Dalam mencari dan menimba sebuah ilmu, setiap orang harus memiliki usaha, niat dan motifasi yang besar, dimana dengan memilkinya mereka akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat baginya. Situasi pendidikan pun juga harus diperhatikan dan diusahakan dengan sengaja bahkan sering kali dengan tingkat keseriusan tinggi. Tanpa kesengajaan yang tinggi itu jangan-jangan bukan situasi pendidikan yang timbul, melainkan situasi yang justru berlawanan dengan pendidikan itu yang mana seharusnya ditumbuh kembangkan. Salah satu dampak dari sebuah pendidikan ialah terciptanya hubungan sosial dengan sesama, yang mana hungan sosial itu mendidik menjadi orang yang ramah dan bermanfaat bagi orang lain hal itulah yang menimbulkan rasa kepedulian antar sesama. Dan dijelaskan dalam sebuah hadits : َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ َّ َ ُ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ْ َال ُي ْؤم ُن َأ َح ُد ُكم:ال َ س ر ِض ي هللا عنه ع ِن الن ِب ِي صلى هللا علي ِه وسلم ق ِ ٍ عن أن َ ) (رواه البخارى ومسلم وأحمد والسساىى.َح َّتى ُي ِح َّب َِأل ِخ ْي ِه َم ُاي ِح ُّب ِل َن ْف ِس ِه Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i) Sikap individualis adalah sikap mementingkan diri sendiri, tidak memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut agama, sebagaimana di sampaikan dalam hadits di atas adalah termasuk golongan orang-orang yang tidak (smpurna) keimanannyanya. Seorang mukmin yang ingin mendapat ridha Allah SWT harus berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang diridhaiNya. Salah satunya ialah dengan mencintai sesama saudaranya sebagaimana dinyatakan dalam hadits (Priyatno, 2005 : 37). Pendidikan pula merupakan suatu proses perbaikan, penguatan dan penyempurnaan terhadap semua kemampuan dan potensi manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu ikhtiyar manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan yang ada dalam masyarakat sekalipun dalam masyarakat yang perdabannya sederhana dan telah ada proses pendidikan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika sering dikatakan bahwa pendidikan telah ada semenjak munculnya peradaban umat manusia. Semenjak awal manusia diciptakan upaya membangun peradaban selalu dilakukan. Manusia menciptakan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Melalui proses kependidikan yang benar dan baik maka cita-cita yang diyakini akan terwujud dalam realitas kehidupan manusia. Adapun sabda Rasulullah yang menerangkan tentang hikmah dari ilmu ialah : ََ إ َذا َما:ال ُ ص َّلى َ َع ْن َأب ْي ُه َرْي َر َة َرض َي هللا َع ْن ُه َأن َر ُس ْول هللا َ هللا َع َل ْي ِه َو َس َّل َم َق ِ ِ ٌَ َ َ َ َ ْ ُ َِ ْ ْ ْ ُ َ َ َ ٌ ٌ َّ َ ُ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َ ُ ُ َ ٌ وولد، و ِعلم ينـتفـع ِب ِه، صدقة جا ِرية:اْلنسـان انـقـطـع عـمله ِإال ِمن ثال ٍث ِ ُ.صال ٌح َي ْد ُع َوله َ ِ Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendo’akan kepadanya”. (HR. Muslim)1[15] Secara historis, proses pendidikan telah ada semenjak manusia pertama diciptakan di bumi ini yaitu nabi Adam a.s. Yang mana dalam Al Quran telah dijelaskan bahwa proses pendidikan terjadi pada saat nabi Adam a.s. berdialog dengan Tuhan. Dialog tersebut muncul karena ada motivasi dalam diri Adam a.s. untuk menggapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Dialog tersebut didasarkan pada motivasi yang selalu ingin selalu berkembang sesuai dengan kondisi dan konteks lingkungannya(Roqib 2009, 16). Dialog merupakan bagian dari proses pendidikan dan ia membutuhkan lingkungan yang kondusif dan strategis yang memungkinkan peserta didik bebas berapresasi dan tidak takut salah, tetapi tetap beradab dan mendepankan etika. Pendidikan diperlukan dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga terutama orang tua. Dengan mempertimbangkan efektifitas dan efesiensi oleh karena keterbatasan waktu dan fasilitas yang dimiliki oleh orang tua akhirnya didirikan lah lembaga pendidikan dengan maksud untuk mengatasi keterbatasan tersebut. 4. Keberadaan Peserta Didik dan Pendidik dalam Dunia Pendidikan Kedudukan dan Fungsi Pendidik memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan, karena pendidik adalah pihak yang bersentuhan langsung dengan unsur- unsur yang ada dalam sebuah aktivitas pendidikan, terutama anak didik. Sebagai wujud dari kedudukan yang sangat penting tersebut, fungsi pendidik adalah berupaya untuk mengembangkan segenap potensi anak didiknya, agar memiliki kesiapan dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupannya. Untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik hendaknya bertolak pada prinsip amar ma’ruf nahi mungkar karena pendidik sebagai panutan bagi peserta didiknya. Dari pandangan tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa fungsi utama pendidik pada umunya adalah mentransfer ilmu pengetahuan dan mentransformasikan nilai dan norma kepada peserta didik sehingga terbentuk kepribadian yang soleh. Tugas pendidik tersebut merupakan tugas mulia dan melebihi tanggung jawab moral yang diembangnya, karena dengan demikian pendidik akan mempertanggung jawabkan kepada Allah SWT atas segala tugas yang dilaksakannya. Sesungguhnya peranan dan fungsi guru tidak hanya terbatas pada empat dinding kelas, ia mempunyai tugas di kelas, di dalam dan di luar sekolah serta di masyarakat. Beberapa peranan dan fungsi pendidik tersebut sebagai berikut: a) Guru sebagai pengajar dan pendidik b) Guru sebagai anggota masyarakat c) Guru sebagai pemimpin d) Guru sebagai pelaksana administrasi e) Guru sebagai pengelola proses belajar mengajar. Bahwa pendidikan menempati posisi sentral dalam rangka membentuk manusia ideal yang diinginkan. Dalam sekolah anak didik (siswa) belajar berperan sebagai anggota sekolah: menjalankan aturan, bekerja sama dengan teman, guru, konselor, administrator, belajar mengembangkan minat. Terutama dalam bidang ilmu pengetahuan sehingga mempunyai kemampuan berfikir ilmiah dalam memecahkan persoalan yang dihadapi. Minat yang telah muncul diikuti oleh tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar-mengajar dengan sendirinya telah membawa murid kesuasana partisipasi aktif dalam kegiatan belajarmengajar. Prinsip ini merupakan prinsip yang amat penting didalam ilmu mengajar.Pendidikan sebagai suatu upaya dalam membentuk manusia ideal, mencoba mengajarkan dan mengajak manusia untuk berpikir mengenai segala sesuatu yang ada di muka bumi, sehingga hasrat ingin tahunya dapat terpenuhi.(Ramli, 2015 : 78). Pendidik sebagai perencana dan pengatur proses pendidikan, seperti yang dicontohkan Rasulullah dalam salat : َ : قال َ ، - صلى هللا عليه وسلم- عن النبي، عن أنس بن مالك ((س ُّووا َ ُُ ُ ُّ َفإ َّن َت ْسو َي َة،وف ُك ْم َ َ ْ َّ ) (البخاري. ))الة صف ِ الصف ِ وف ِمن ِإقام ِة الص ِ ِ Dari Anas bin Malik, dari Nabi saw bersabda: “Luruskan dan rapatkan (barisan salat kalian), karena ketertiban barisan dalam salat merupakan bagian dari mendirikan (ksesmpurnaan) salat”. (H.R Bukhari). Pendidik sebagai pelaksana kegiatan pendidikan, seperti di contohkan dalam hadits berikut ini : ْ ْ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ َ َ ُ ُل ُ َ ْ صلى- َّلل ا و س ال ق : ال ق عنه هللا ي ض ث ر ي و ح ال وعن م ِال ِك ب ِن ر ِِ ر ِ َْ َ ص ُّلوا َك َما َ َرأ ْي ُت ُموني ُأ َ - هللا عليه وسلم َر َو ُاه ال ُب َخ ِار ُّي.ص ِلي ِ Dari Malik bin Huwairis r.a berkata: Rasululah saw bersabda: “Salatlah kalian sebagaimana kalian lihat aku salat”. (H.R Bukhari) Peserta Didik Harus Dihormati Memberikan kemudahan kepada peserta didik, sesuai dengan hadits berikut ini : َُ َُ َّ َع ْن َأ َنس َعن ( َي َّس ُر ْوا َوال ت ًع ِس ُر ْوا َو َب ِش ُر ْوا َوال ت َن ِف ُر ْوا )البخارى:م قال.الن ِب ِي ص ِ ٍ Dari Anas, dari Nabi saw beliau bersabda:” mudahkanlah dan jangan dipersulit, gembirakanlah dan jangan membuat mereka takut”. (H.R Bukhari). Peserta didik harus diarahkan kepada kebenaran jika melakukan kesalahan ُ ُ َ َ ُ َ هللا َوك ْل ِب َي ِم ْي ِس ْي َك َوك ْل ِم َّما َي ِل ْي َك (البخاري ياغال ُم َس ِم:م.قال رسول هللا ص )واملسلم Rasulullah saw bersabda: “Hai anak, sebutlah nama Allah (sebelum makan) dan makanlah dengan tangan kanan serta makanlah dulu apa yang ada di dekatmu”. (H.R Bukhari dan Muslim) C. KESIMPULAN Sudut pandang psikologi alam proses belajar mengajar, pada dasarnya adalah membicarakan aspek-aspek perilaku individu yang terkait dengan proses pembelajaran. Psikologi pendidikan adalah pada dasarnya mencurahkan perhatiannya pada perilaku atau gerak gerik orang dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar. Peran guru sebagai sentral alam proses pembelajran, guru dituntut untuk mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar terjadi perilaku belajar yang efektif pula dalam diri peserta didik. Proses belajar apat terjadi apabila individu merasakan adanya kebutuhan dalam dirinya yang tidak apat dipenuhi dengan cara-cara yang refleks atau kebiasaan. D. DAFTAR PUSTAKA Dalyono, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Muhibbin, Syah. 2003. Psikologi Pendidikan Dengen Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ngalim, Purwanto. Rosdakarya. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Ormrod, Jeanne Ellis.2008. Psikologi Pendidikan Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta : Penerbit Erlangga. Prayitno.2005.Dasar teori dan Praksis pendidikan.Jakarta : Grasindo Ramli. Hakikat Pendidikan dan Peserta Didik. Vol.5. 2015. hlm:78 Romlah. 2010. Psikologi Pendidikan. Malang : UMM Press. Roqib,Muhammad. 2009. Ilmu pendidikan Islam. Yogyakarta:LkiS Yogyakarta Taufiq, Muhammad Izzuddin. 2006.Panduan lengkap dan praktis psikologi islam.Jakarta :Gema Insani Press Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi (Pendidikan Dalam Perspektif Hadits). Jakarta: HAMZAH.