tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Klasifikasi dari tanaman kedelai menurut Rukmana dan Yuyun, 1996
adalah sebagai berikut :
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Rosales
Famili
: Papilionaceae
Genus
: Glycine
Spesies
: Glycine max (L). Merrill
Susunan tubuh kedelai terdiri atas dua macam alat (organ) utama yaitu
pertama organ vegetatif meliputi akar, batang, dan daun yang berfungsi sebagai
alat pengambil, pengangkut, pengolah, pengedar dan penyimpanan makanan
sehingga disebut alat hara (organ nitritivum). Kedua organ generatif meliputi
bunga, buah dan biji yang berfungsi sebagai alat berkembangbiak/organum
reproduktivum (Rukmana dan Yuyun, 1996).
Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik. Pertumbuhan akar
tunggang lurus masuk ke dalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada
akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum, yang
mempunyai kemampuan mengikat zat lemas bebas (N2) dari udara yang kemudian
dipergunakan untuk menyuburkan tanah (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kedelai berbatang semak dengan tinggi 30-100 cm. Batang dapat
dibedakan membentuk 3-6 cabang. Tipe pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 3
macam yakni determinat, indeterminat dan semi determinat. Batang kedelai
berwarna ungu dominan berwarna hijau (Departemen Pertanian, 1990).
Universitas Sumatera Utara
Daun kedelai merupakan daun majemuk yang terdiri dari tiga helai anak
daun umumnya berwarna hijau muda kekuning-kuningan. Bentuk daun ada yang
oval, juga ada yang segitiga. Warna dan bentuk daun kedelai ini tergantung pada
varietas masing-masing (Andrianto dan Indarto,2004)
Bunga kedelai berwarna putih, ungu pucat atau ungu. Bunga dapat
menyerbuk sendiri. Saat berbunga bergantung pada kultivar (varietas) dan iklim.
Suhu mempengaruhi proses pembungaan. Semakin pendek penyinaran dan
semakin
tinggi
suhu
udaranya,
akan
semakin
cepat
berbunga
(Rubatzky dan Yumaguchi, 1998).
Tanaman kedelai memiliki bunga sempurna (hermaphrodite), yakni pada
tiap kuntum bunga terdapat alat kelamin betina (putik) dan kelamin jantan
(benang sari). Mekarnya bunga berlangsung pada jam 08.00-09.00 dan
penyerbukannya bersifat sendiri (self pollinated). Kuntum bunga tersusun dalam
rangkaian bunga, namun tidak semua bunga dapat menjadi polong (buah).sekitar
60% bunga akan rontok sebelum membentuk polong. Tiap polong kedelai berisi
antara 1-4 biji. Jumlah polong pertanaman tergantung pada varietas kedelai,
kesuburan tanah dan jarak tanam yang digunakan. Kedelai yang ditanam pada
tanah yang subur pada umumnya dapat menghasilkan 100-200 polong/pohon
(Rukmana dan Yuyun, 1996).
Polong kedelai muda berwarna hijau. Warna polong matang beragam
antara kuning hingga kuning kelabu, coklat atau hitam. Jumlah polong tiap
tanaman dan ukuran biji ditentukan secara genetik, namun jumlah nyata polong
dan ukuran nyata biji yang terbentuk dipengaruhi oleh lingkungan semasa proses
pengisian biji. Periode pengisian biji merupakan periode paling kritis dalam masa
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan kedelai. Apabila terdapat gangguan dalam periode ini akan berakibat
berkurangnya hasil (Hidajat, dkk., 1985).
Biji kedelai berkeping dua yang terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak
diantara keping biji. Warna kulit biji bermacam-macam, ada yang kuning, hitam,
hijau dan coklat. Pusar biji atau hilum adalah jaringan bekas biji kedelai yang
menempel pada dinding buah. Bentuk biji kedelai pada umumnya bulat lonjong,
ada yang bundar atau bulat agak pipih. Besar biji bervariasi, tergantung varietas.
Di Indonesia besar biji sering diukur dengan bobot per 100 biji kering dan
bervariasi dari 6-30 gram. Kedelai digolongkan berbiji kecil bila bobot 100
bijinya antara 6-10 gram, berbiji sedang bila bobot 100 biji 13 gram, dan lebih
dari 13 gram termasuk berbiji besar (Suprapto, 2001).
Semua varietas kedelai mempunyai bulu pada batang, cabang, daun dan
polongnya. Lebat atau tidaknya bulu serta kasar atau halusnya bulu tergantung
pada varietas masing-masing. Begitu pula warna bulu berbeda-beda, ada yang
berwarna coklat dan ada pula putih kehijauan (Andrianto dan Indarto, 2004).
Syarat Tumbuh
Iklim
Melihat kondisi iklim di negara kita maka kedelai umumnya ditanam pada
musim kemarau, yakni setelah panen pada musim hujan. Lamanya musim hujan
sangat mempengaruhi aktivitas bakteri tanah dalam menyediakan nitrogen namun
ketergantungan ini dapat diatasi, asalkan selama 30-40 hari suhu didalam dan
dipermukaan tanah pada musim panas sekitar 350-390 C, dengan kelembaban
sekitar 60-70% (Andrianto dan Indarto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Kedelai menghendaki air yang cukup pada masa pertumbuhannya,
terutama pada saat pengisian biji. Curah hujan yang optimal untuk budidaya
kedelai adalah 100-200 mm/bulan, sedangkan tanaman kedelai dapat tumbuh baik
di daerah yang memiliki curah hujan sekitar 100-400 mm/bulan (Irwan, 2006a).
Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 210-340 C, akan tetapi
suhu optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 230-270 C. pada prose
perkecambahan suhu yang cocok sekitar 300C (Warintek, 2008).
Pertumbuhan kedelai sangat peka terhadap perubahan lingkungan tumbuh
yang disebabkan oleh kondisi iklim, baik mikro maupun makro. Pada stadia
tumbuh, berbunga, pembentukan dan pengisian polong, ketersediaan air sangat
diperlukan. Pemanenan kedelai harus dilakukan pada saat umur masak optimal
(masak fisiologis) agar diperoleh mutu hasil dan produksi yang tinggi, umur
masak optimal sangat beragam sesuai dengan varietasnya. Pada umumnya varietas
unggul dikembangkan saat umur masak optimal, juga dapat melalui tanda-tanda
visual polong dan panen dilakukan bila tanaman sudah matang dimana 95%
polong telah matang, berwarna kecoklatan, dan daun telah rontok (Deptan, 2003).
Tanah
Tanaman kedelai dapat tumbuh di berbagai agroekosistem dengan jenis
tanah, kesuburan tanah, iklim, dan pola tanam yane berbeda. Hal ini
mengindikasikan adanya spesifikasi cara bertanam kedelai. Kedelai bersifat
adaptif untuk daerah pertanaman tertentu misalnya di tanah asam, hendaknya
memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap
tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal. Selain itu, varietas yang
ditanam tersebut harus sudah bersifat adaptif dengan kondisi lahan yang akan
Universitas Sumatera Utara
ditanami
sehingga
tidak
mengalami
hambatan
dalam
pertumbuhannya
(Irwan, 2006a).
Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai satu
persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak
masam pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan
memyebabkan busuk akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah,
asal drainase dan aerase tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu :
alluvial,regosol,grumosol, dan andosol. Kedelai juga membutuhkan tanah yang
kaya akan humus/bahan organic (Warintek, 2008).
Toleransi pH yang baik sebagai syarat tumbuh yaitu antara 5,8-7, namun
pada tanah dengan pH 4,5 kedelai masih dapat tumbuh baik, yaitu dengan
menambah kapur 2,4 ton per ha (Andrianto dan Indarto, 2004).
Mutu Benih
Penangkaran benih di lapangan sangat menentukan mutu benih yang akan
dihasilkan. Biji yang bermutu rendah tidak akan menjadi bermutu tinggi meskipun
disimpan dengan teknologi penyimpanan modern. Pentingnya mutu benih
sebelum disimpan sangat berkaitan erat dengan teknologi produksi benih. Benih
kedelai yang baru dipanen dan akan disimpan dalam jangka waktu agak lama
hendaknya mempunyai daya tumbuh di atas 85% (Rumiati, dkk. 1993).
Faktor yang mempengaruhi mutu benih antara lain faktor genetik,
lingkungan dan status benih (kondisi fisik dan fisiologis benih). Genetik
merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan komposisi genetik benih. Setiap
varietas memiliki identitas genetika yang berbeda. Faktor lingkungan yang
Universitas Sumatera Utara
berpengaruh terhadap mutu benih berkaitan dengan kondisi dan perlakuan selama
prapanen, pascapanen, maupun saat pemasaran benih. Faktor kondisi fisik dan
fisiologis benih berkaitan dengan performa benih seperti tingkat kemasakan,
tingkat kerusakan mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan
lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis, komposisi kimia,
struktur,tingkat kadar air dan dormansi benih (Wirawan dan Sri, 2002).
Kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi kemunduran
benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air
benih. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya kecambah benih kedelai selama
penyimpanan adalah mutu dan daya kecambah sebelum disimpan, kadar air benih,
kelembapan ruangan penyimpanan, suhu tempat penyimpanan, hama dan penyakit
di tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Menurut Direktorat Bina
Perbenihan (1995), untuk mendapatkan benih bermutu tinggi, sebelum disimpan
biji kedelai calon benih harus dibersihkan dari kotoran dan benih lainnya seperti
kulit polong, potongan batang dan ranting, batu, krikil atau tanah, biji luka,
memar retak atau yang kulitnya terkelupas, biji yang mempunyai bercak ungu, biji
berbelang coklat yang mungkin mengandung virus mosaik, biji yang kulitnya
keriput
atau
warnanya
tidak
mengkilat
dan
biji-biji
tanaman
lain
(Direktorat Bina Pertanian, 1996).
Perkecambahan Kedelai
Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari
perubahan-perubahn morfologi, fisiologis dan biokimia. Tahap pertama suatu
perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,
melunaknya kulit benih, dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai
Universitas Sumatera Utara
dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi
benih. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan
ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahanbahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi
bagi kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel-sel baru. Tahap
kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui pembelahan, perbesaran dan
pembagian sel-sel pada titik tumbuh. Sementara daun belum
apat berfungsi
sebagai organ untuk fotosintesis sama pertumbuhan kecambah sangat tergantung
pada persedian makanan yang ada dalam biji (Sutopo, 2004).
Metabolisme benih yang berkaitan dengan proses kehidupan benih, pada
umumnya menjabarkan proses perkecambahan benih dan proses deteriorasi
(kemunduran). Nilai akhir dari uji viabilitas merupakan resultante pengaruh faktor
genetik dan faktor lingkungan melalui proses metabolisme. Proses metabolisme
perkecambahan terdiri dari proses katabolisme dan anabolisme. Katabolisme
terhadap simpanan bahan makanan sehingga menghasilkan energi terjadi pada
organ penyimpanan bahan cadangan seperti endosperm dan daun lembaga, dan
anabolisme yang menghasilkan sintesa protein baik sebagai umpan katabolisme
ataupun untuk pembentukan sel-sel baru bagi pertumbuhan terjadi dalam poros
lembaga (Sadjad, 1994).
Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang
cukup. Bila biji kedelai ditanam di dalam tanah, air dalam kapasitas lapang selama
5 hari setelah tanam merupakan keadaan yang baik untuk perkecambahan biji.
Suhu optimumnya sekitar 270-300 C. Biji kedelai mudah menurun daya
Universitas Sumatera Utara
kecambahnya, terutama bila kadar air dalam biji di atas 13% dan disimpan pada
ruangan yang suhunya diatas 250C, serta kelembaban nisbah ruang diatas 80%.
Biji kedelai yang disimpan pada gudang tanpa pendingin hanya tahan sekitar 3-5
bulan. Lebih dari 6 bulan sebagian besar biji tidak dapat tumbuh lagi bila ditanam.
Kedelai yang bijinya kecil lebih tahan dalam penyimpanan daripada yang bijinya
besar. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yang berarti keping biji muncul di
atas tanah. Bagian batang berkecambah di bawah keping disebut hipokotil. Warna
hipokotil ungu atau hijau, dan erat hubungannya dengan warna bunga. Kedelai
yang hipokotilnya ungu bunganya ungu. Dan yang hijau bunganya berwarna putih
(Suprapto, 2001).
Benih bermutu ialah benih yang telah dinyatakan sebagai benih yang
berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul dan memiliki daya tumbuh lebih dari
90%.
Memiliki
viabilitas
atau
dapat
mempertahankan
kelangsungan
pertumbuhannya menjadi tanaman yang baik atau mampu berkecambah juga
tumbuh dengan normal. Disebut sebagai benih yang matang terdiri dari tiga
struktur dasar yaitu embrio, jaringan penyimpanan bahan makanan dan kulit
benih. Embrio terdiri dari sumbu embrio yang mengandung daun lembaga atau
kotiledon, plumula, hipokotil dan bahan akar. Jaringan penyimpanan bahan
makanan dari suatu benih mungkin dalam bentuk daun lembaga, endosperma atau
perisperma (Kartasapoetra, 2003).
Benih tanaman dengan ukuran yang lebih besar akan memiliki cadangan
makanan yang lebih banyak dari pada benih dengan ukuran yang lebih kecil
sehingga kemampuan berkecambah juga akan lebih tinggi karena cadangan
makanan yang dirubah menjadi energi juga semakin banyak. Walaupun benih
Universitas Sumatera Utara
berasal dari varietas yang sama, ukuran yang lebih besar akan mampu tumbuh
relatif cepat dibandingkan dengan ukuran benih yang lebih kecil. Kandungan
cadangan makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini tentu akan
mempengaruhi besar produksi dan kecepatan tumbuh benih, karena benih yang
berat dengan kandungan cadangan makanan yang banyak akan menghasilkan
energi yang lebih besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan
mempengaruhi besarnya kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.
Kecepatan tumbuh kecambah juga akan meningkat dengan meningkatnya besar
benih (Deptan, 2003).
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai
tidak mempunyai viabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih
yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingakat tersebut
benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan
embrio sebelum sempurna (Sutopo, 2004).
Viabilitas Benih
Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih dapat
dikelompokkan ke dalam
viabilitas benih dalam kondisi lingkungan sesuai
(favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai
(unfavorable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak sesuai
termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan dengan kondisi lingkungan
sesuai sebelum benih berkecambah tergolong untuk menduga parameter vigor
daya simpan benih, sedangkan jika kondisi lingkungan tidak sesuai diberikan
selama pengecambahan benih maka tergolong dalam pengujian untuk menduga
parameter vigor kekuatan tumbuh benih (Mugnisjah dkk, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan benih
kedelai adalah viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami penurunan. Sering
terjadi viabilitas benih kedelai menurun sampai kurang dari 80% dalam waktu 2-3
bulan. Faktor-faktor yang berperan sebagai penyebab tingginya laju penurunan
viabilitas benih kedelai selama penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan
memiliki vigor awal yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air
yang tinggi, kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan benih
oleh hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis
(Purwantoro, 2009).
Biasanya benih diuji benih kecambah dan viabilitasnya di laboratorium
yang dilengkapi dengan alat dan para pekerja untuk menentukan mutu benihnya.
Pada uji daya kecambanh, benih dikatakan berkecambah bila dapa menghasilkan
kecambah dengan bagian-bagian yang normal atau mendekati normal. Ada suatu
pengujian viabilitas yang bertujuan untuk mengetahui dengan cepat semua benih
yang hidup, baik dorman maupun tidak dorman yaitu dengan pengirisan bagian
embrio benih dan uji tetrazolium (Justice dan Louis, 1994)
Vigor Benih
Analisa uji daya kecambah dilakukan dua kali masing-masing pada hari
ketiga dan kelima sesudah penanaman. Maksudnya agar kondisi dalam medai
pasir dapat dioptimasi, dihindarkan dari benih yang membusuk, atau dari yang
tumbuh terlalu kuat. Benih yang sudah tumbuh normal sesuai ukuran yang sudah
dibakukan diambil dan dihitung. Umumnya kenormalannya ditentukan berdasar
ketegaran struktur tumbuh yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder,
hipokotil, kotiledon, dan daun pertama yang tumbuh dalam kotiledon, atau
Universitas Sumatera Utara
koleoptil dan daun pertama yang tumbuh di dalamnya. Jumlah kecambah normal
dihitung dalam persen terhadap semua benih yang ditanam dan menjadi gambaran
persentase tanaman yang mampu tumbuh secara normal dilapangan yang
berkondisi optimum. Dalam media ada juga yang tumbuh abnormal menurut
standar dicatat jumlahnya, demikian juga yang mati umtuk menghitung jumlah
total benih yang diuji. Benih yang abnormal dianggap tidak berpotensi untuk
hidup dilapangan dan sama nilainya dengan yang mati (Sadjad, 1993).
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan tanaman
induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki viabilitas dan vigor
benih yang maksimal, demikian pula dengan berat keringnya. Pertumbuhan
tanaman induk yang baik merupakan syarat yang mantap sewaktu kematangan
benihnya. Hal inilah yang menjamin tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut.
Selanjutnya penyakit dan hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik
pada tanaman induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada
waktu pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh
terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).
Garam NaCl
Salinitas tidak ditentukan oleh garam NaCl saja tetapi oleh berbagai jenis
garam yang berpengaruh dan menimbulkan stres pada tanaman antara lain ialah
Na2SO4, CaCl2, MgSO4, MgCl2 yang terlarut dalam air. Dalam larutan tanah,
garam-garam ini mempengaruhi pH dan daya hantar listrik. Dalam proses fisiologi
tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan air oleh tanaman sehingga
menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan. Sedangkan Cl- diperlukan pada
reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan produksi oksigen. Sementara
Universitas Sumatera Utara
penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan mengakibatkan pembengkakan
dan penutupan pori-pori tanah yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi
material koloid tanah (Sipayung, 2003).
Tanaman mempunyai ketahanan yang berbeda terhadap keberadaan garam
dalam tanah. Kadar kegaraman yang tinggi menyebabkan penurunan produksi
tanaman yang lebih tinggi pula (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Selain itu, salinitas juga menekan proses pertumbuhan tanaman dengan
efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta
penambahan biomassa tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya
tidak menunjukkan respon dalam bentuk kerusakan langsung tetapi pertumbuhan
yang tertekan dan perubahan secara perlahan (Sipayung, 2003).
Beberapa proses fisiologis dan biokimia terlibat dalam mekanisme
toleransi dan adaptasi tanaman terhadap salinitas. Sebagai contoh (i) cekaman
garam menginduksi akumulasi senyawa organik spesifik di dalam sitosol sel yang
dapat bertindak sebagai osmoregulator; (ii) tanaman juga dapat mencegah
akumulasi Na dan Cl dalam sitoplasma melalui eksklusi Na dan Cl ke lingkungan
eksternal (media tumbuh); (iii) kompartementasi ke dalam vakuola atau
mentranslokasi
Na
dan
Cl
ke
jaringan-jaringan
lain
(Marschner, 1995 dalam Yuniati, 2004).
Selain proses fisiologi yang terlibat dalam mekanisme toleransi dan
adaptasi tanaman terhadap salinitas, adaptasi morfologi juga terlibat. Bahkan,
Mekanisme yang paling jelas adalah dengan adaptasi morfologi. Seperti, ukuran
daun yang lebih kecil sangat penting untuk mempertahankan turgor. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
lignifikansi akar diperlukan untuk penyesuaian osmosis yang sangat penting untuk
memelihara turgor yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman dan aktivitas
normal (Sipayung, 2003).
Giberelin
Dormansi dapat diatasi dengan penggunaan zat kimia dalam perangsangan
perkecambahan benih, dengan bahan kimia misalnya:KNO3) sebagai pengganti
fungsi cahayadan suhu serta untuk mempercepat penerimaan benih akan O2; untuk
mengatasi dormansi digunakan juga sitokinin serta 2,4-D; dan giberelin (GA)
dapat digunakan untuk memulihkan kembali vigor benih yang telah menurun
(Kartasapoetra,2003).
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak
tanaman. Biji-biji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk
berkecambah seperti suhu rendah akan segera berkecambah apabila disemprot
dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di dalam biji merupakan
penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang menyebabkan
pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang
mendorong perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang
terdapat di dalam biji (Anonimous,2008).
Universitas Sumatera Utara
Download