BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Definsi akuntansi menurut warren (2006;10) yaitu: “Akuntansi dapat didefinisikan sebagai system akuntansi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”. Pengertian akuntansi menurut Ahmed Riahi belkaoui (2006;38) adalah: “Akuntansi adalah aktivitas jasa. Fungsnya adalah mnyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan tentang entitas ekonomi yang diperkirakan bermanfaat dalam pembuatan keputusan. Keputusan ekonomi dalam membuat pilihan diantara alternative tindakan yang ada”. Arens (2003;7) menyatakan bahwa akuntansi adalah: “ Acconting is the process of recording, classifying and summarizing of economical event in logical manner for the purpose of providing financial information for decision making”. Pengertian akuntansi menurut Aliminsyah dan Padji (2005;162) yaitu : “Akuntansi adalah suatu displin yang menyediakan informasi penting sehingga memungkinkan adanya pelaksanakan dan penilaian jalannya perusahaan. Akuntansi dapat pula didefinisikan sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur dan melaporkan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Batasan akuntansi menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2003;10) sebagai berikut : “Penyajian dengan cara-cara tertentu atas transaksi keuangan yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi lain serta penafsiran atas hasilnya.” Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Objek kegiatan akuntansi adalah transaksi keuangan, yaitu peristiwaperistiwa atau kejadian-kejadian yang menyangkut perubahan aktiva, hutang, dan modal 2. yang dinyatakan dalam satuan uang 3. kegiatan akuntansi terdiri dari pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian transaksi keuangan, meliputi juga penafsiran terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Definisi akuntansi tidak hanya berupa kegiatan mencatat dan melaporkan transaksi keuangan, tetapi akuntansi adalah aktivitas jasa, aktivitas yang berfungsi untuk menyajikan informasi kuantitatif, khususnya bersifat keuangan, mengenai entitas yang berguna bagi pengambilan keputusan 2.2 Pengertian Letter of Credit Ada beberapa definisi yang dikemukakan para pengarang. Tidak ada definisi yang dapat mencakup secara keseluruhan dari pengertian Letter of Credit. Setiap penulis mengemukakan definisinya tergantung dari setiap pendekatan yang dilakukannya. Tetapi, maksud dan tujuan hampir sama saja. Adapun diantara definisi yang dikemukakan para pengarang tersebut adalah sebagai berikut: “Letter of credit atau biasa disebut L/C adalah suatu instrument perbankan yang sangat penting. Khususnya dalam perdagangan ekspor-impor yang digunakan sebagai sarana untuk memudahkan penyelesaian utang-piutang”. Pengertian Letter of Credit menurut Amir M.S dalam (2005;1) : “Letter Of Credit adalah suatu surat yang dkeluarkan oleh bank devisa atas permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir diluar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut”. Pengertian Letter of Credit yang dibuat oleh Ramlan Ginting (2002;11) adalah sebagai berikut: “ Letter Of Credit adalah janji membayar dari bank penerbit kepada penerima yang pembayarannya hanya dapat dilakukan oleh bank penerbit jika penerima menyerahkan kepada bank penerbit dokumen-dokumen yang sesuai dengan persyaratan L/C”. Menurut C.F.G. Sunaryati Hartono yang dikutip oleh Ramlan Ginting (2002;16) menyatakan Letter of Credit adalah: “Secara harfiah Letter of Credit dapat diterjemahkan sebagai surat hutang surat piutang atau surat tagihan. Tetapi, sebenarnya Letter of Credit lebih merupakan suatu janji akan dilakukannya pembayaran apabila dan sudah terpenuhinya syarat-syarat tertentu”. Pengertian Letter Of Credit menurut Totok Budisantoso dan Sigit Triandaru (2006;128) yaitu: “Letter Of Credit adalah salah satu jasa yang ditawarkan bank dalam rangka pembelian barang, berupa penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli sejak L/C dibuka sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian”. Ada pula pengertian Letter Of Credit menurut Aliminsyah dan Padji (2005;92) menyatakan bahwa: “Letter Of Credit (surat perintah pengiriman) yaitu jenis surat perintah pengiriman barang yang berasal dari importir atau pembeli kepada eksportir atau penjual yang transaksi-transaksi pembayarannya dijamin oleh bank”. Dari definisi-definisi yang diutarakan di atas ternyata satu sama lain berbeda formulasi kata-katanya, namun demikian apabila diteliti lebih lanjut masing-masing definisi Letter of Credit itu mempunyai makna yang sama yaitu: - Suatu perjanjian bank untuk menyelesaikan transaksi perdagangan internasional; - Memberikan suatu bentuk pengamanan untuk semua pihak yang bersangkutan dengan transaksi tersebut; - Menjamin pembayaran yang disediakan apabila syarat-syarat dan kondisikondisi dalam L/C dipenuhi; - Bahwa setiap pembayaran yang dilakukan didasarkan hanya pada dokumen semata-mata dan tidak pada barang atau jasa yang bersangkutan. 2.2.1 Peranan Letter of Credit dalam Perdagangan Internasional Peranan Letter of Credit dalam perdagangan Internasional yang dikutip oleh Sanuri (wwwPTLnkompak.isom/artikel/makalahlengkap.pdf;2001) adalah : 1. Memudahkan pelunasan pembayaran transaksi ekspor 2. Mengamankan dana yang disediakan importir untuk membayar barang impor 3. Menjamin kelengkapan dokumen pengapalan 4. Memperlancar pelaksanaan transaksi perdagangan antar negara karena memberi jaminan baik bagi eksportir dalam mendapatkan pembayaran, maupun bagi importir dalam mendapatkan kepastian pengiriman barang yang diperjanjikan oleh penjual. 2.2.2 Isi Pokok Letter of Credit Isi pokok Letter Of Credit menurut Kasmir (2006;186) antara lain: 1. Nomor dan tanggal L/C 2. Jenis dan sifat L/C yang dibuka 3. Nama dan alamat eksportir (penerima L/C) yang lazim disebut “Beneficiary” 4. Jumlah dana yang tersedia 5. Uraian barang dan jumlahnya 6. Perincian dokumen pengapalan yang diisyaratkan seperti: - Bill of lading - Faktur perdagangan - Daftar pengepakan - Daftar kubikasi - Keterangan Negara asal - Sertifikat mutu - Laporan kebenaran pemeriksaan - Polis asuransi, dan lain-lain 7. Batas waktu pengapalan terakhir 8. Batas waktu berlakunya L/C 9. Syarat pengapalan seperti partial shipment, transhipment dll 10. Ketentuan negoisasi dokumen pengapalan 2.2.3 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pembukaan suatu Letter of Credit adalah sebagai berikut: Pihak-pihak yang terlibat dalam pembukaan suatu L/C adalah : I. Pihak Langsung yang dikutip dari (htpp//idwikipedia.org/wiki/LetterofCredit) 1. Opener atau Applicant Importir yang meminta bantuan bank devisanya untuk membuka L/C guna keperluan penjual atau eksportir, disebut sebagai Opener atau Applicant dari L/C itu. 2. Opening Bank atau Issuing Bank Bank devisa yang dimintai bantuannya oleh importir untuk membuka suatu L/C untuk keperluan eksportir disebut Opening Bank atau Issuing Bank. Bank devisa inilah yang memberikan jaminan kepada eksportir. 3. Advising Opening Bank membuka L/C untuk eksportir melalui bank lain di negara yang menjadi koresponden dari Opening Bank tersebut. Bank korespondensi ini berkewajiban untuk menyampaikan amanat yang terkandung dalam L/C kepada eksportir yang berhak. Oleh karena itu, bank koresponden bersangkutan disebut Advising Bank, atau Bank Penyampai Amanat. 4. Beneficiary Eksportir yang menerima pembukan L/C dan diberi hak untuk menaruh uang dari dana L/C yang tersedia itu disebut sebagai penerima L/C atau Beneficiary. 5. Negotiating Bank Di dalam L/C biasanya disebutkan bahwa Beneficiary boleh menggunakan (menegosiasikan shipping document) melalui bank mana saja yang disukainya asalkan memenuhi syarat L/C. Bank yang membayar dokumen itu disebut sebagai Negotiating Bank. 6. Carrier Yaitu penyimpanan barang yang diperjual belikan. 7. Playing Bank Bank secara khusus ditunjuk dalam L/C untuk melakukan pembayaran. 8. Confirming Bank Bank yang melakukan konfirmasi atas permintaan Issuing Bank dan menjamin sepenuhnya pembayaran. 9. Issuing Bank / Opening Bank Adalah bank pembuka L/C II. Pihak tidak Langsung yang dikutip dari (http//Trinanda.files.wordpress.com/2008/02/modul_exim_newI.doc) 1. Perusahaan pelayaran/perkapalan Menerima barang-barang dagang dari shipper/eksportir/freight for warder dan mengatur pengangkutan barang-barang tersebut. lalu menerbitkan bill of landing atau surat muat barang. 2. Bea dan Cukai/Pabean Bagi importir bertindak sebagai agen dan akan memberikan izin untuk pelepasan barang-barang bilamana dokumen B/L, atau di Indonesia ditambah P.P.U.D., menunjukkan telah dilakukan pembayaran. Bagi eksportir, pihak yang meneliti dokumen serta pembayaran pajak dan memberikan izin barang untuk dimuat di kapal. 3. Perusahaan Asuransi Perusahaan yang mengasuransikan barang-barang yang dikapalkan sesuai nilai yang disyaratkan 4. Badan-badan Pemeriksa atau SGS/Perwakilan Sucofindo (khusus Indonesia) Badan yang ditunjuk pemerintah atau pihak yang berwenang dalam pemeriksaan mutu, jenis, jumlah barang dan sebagainya. Badan yang ditunjuk secara khusus oleh pemerintah untuk meriksa kebenaran barang- barang impor di negara asal impor barang, dan barang-barang ekspor tertentu di negara tempat tibanya barang tersebut dengan penerbitan Surat Laporan Pemeriksaan (LPK). Keharusan pemeriksaan yang diisyaratkan dengan menyampaikan LPK tersebut kepada bank devisa di Indonesia dimaksud untuk memungkinkan pembayaran pajak-pajak ekspor/impor dan sertifikat ekspor (SE). 5. Badan-badan Penelitian lainnya Badan-badan yang ditunjuk pemerintah untuk mengeluarkan surat-surat keterangan atau sertifikat lainnya bagi barang-barang yang diperdagangkan. 2.2.4 Prosedur Pembukaan L/C 1. Pembeli dan penjual menandatangani kontrak jual-beli dengan mencantumkan syarat pembayaran melalui pembukaan L/C berdokumen 2. Pembeli meminta bank-nya, yaitu “issuing bank” untuk menerbitkan L/C berdokumen untuk penjual (beneficiary). 3. “Issuing Bank” membuka L/C dan minta kepada bank korespondennya (advising bank) lazimnya di negara penjual untuk menyampaikan (to advise) atau memberikan “konfirmasi” atas L/C tersebut. 4. “Advising Bank” memberitahukan kepada penjual bahwa L/C sudah dibuka untuknya 5. Segera setelah penjual menerima L/C tersebut dan ternyata sesuai dengan syarat kontrak jual-beli dan penjual sanggup memenuhi persyaratan L/C yang tercantum, maka penjual sudah dapat menyiapkan pengapalan barang. 6. Penjual menyampaikan dokumen yang diperlukan kepada bank dimana kredit itu tersedia (Bank yang ditunjuk) 7. Bank yang ditunjuk memeriksa dokumen tersebut dan mencocokannya dengan dokumen yang diisyaratkan dalam kredit itu. Jika dokumen itu cocok, maka bank itu akan melakukan pembayaran- mengakseptasi atau menegosiasi dengan persyaratan yang disebut dalam kredit itu. 8. Bank yang menerima dokumen itu lalu meneruskannya kepada bank yang membuka L/C (Issuing Bank). 9. “Issuing Bank” memeriksa lagi dokumen itu, dan sekiranya cocok dengan dokumen yang disyaratkan dalam L/C, maka “Issuing Bank” membayar kembali (reimburse) kepada dokumen itu seperti “Confirming Bank” atau bank yang ditunjuk sesuai dengan tata cara yang telah ditetapkan bersama sebelumnya di antara mereka. 10. Bila dokumen itu telah diperiksa oleh “Issuing Bank” dan ternyata cocok dengan persyaratkan L/C, maka dokumen diteruskan kepada pembeli. 11. “Issuing Bank” lantas memperoleh pelunasan dari pembeli sesuai dengan ketentuan yang disepakati sebelumnya. 12. Pembeli meneruskan dokumen pengangkutan kepada kantor pelayaran setempat atau agen pengangkut yang akan malakukan penyerahan barang kepada pembeli. 2.2.5 Membuka Suatu Letter of Credit Secara skematis pembukaan suatu L/C dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Skema Pembukaan L/C Opening/ Issuing BANK B 2 1 Opener BANK C 3 IMPORTIR EKSPORTIR A D Dalam Negeri Sumber : Amir M.S (1999;4) Sumber: Amir M.S (2005;4) Advising/ Negotiating Luar Negeri Beneficiary Keterangan : 1. Importir meminta banknya (bank devisa) membuka suatu L/C untuk dan atas nama eksportir. Dalam hal ini adalah importir yang bertindak sebagai Opener (A-B) 2. Bilamana importir sudah memenuhi ketentuan yang berlaku untuk impor seperti keharusan adanya surat izin impor, maka bank melakukan penutupan Kontrak Valuta (KV) dengan importir dan melaksanakan pembukaan L/C atas nama importir. Dalam hal ini bank bertindak sebagai Opening atau Issuing Bank. Pembukaan L/C ini dilakukan melalui salah satu koresponden bank di luar negeri. Koresponden bank yang bertindak sebagai perantara kedua ini disebut sebagai Advising Bank atau Notifying Bank (B-C). 3. Advising Bank memberitahukan kepada eksportir yang mengenai pembukaan L/C tersebut. Eksportir yang menerima L/C disebut Beneficiary (C-D). bila Advising Bank juga dikuasakan untuk membeli wesel-wesel yang ditarik oleh eksportir atas L/C itu, maka Advising Bank ini dapat juga disebut Negotiating Bank 2.2.6 Keuntungan L/C bagi Eksportir dan Importir Keuntungan L/C bagi eksportir dan importir menurut Haryadi Sarpin (HTTP//itserviceandfinance.blogspot.com;2006) adalah: Keuntungan yang diperoleh eksportir dari L/C 1. Dengan adanya unsure janji atau jaminan dari Issuing Bank maka eksportir dalam transaksi L/C dimungkinkan untuk memperoleh kemudahan dalam hal pembiayaan baik pembiyaan pra pengepalan maupun pasca pemngepalan. 2. Dalam hal eksportir menerima Irrevorable L/C dan tidak perlu cemas karena L/C tidak dapat diubah atau dibatalkan secara sepihak tanpa persetujuannya. Keuntungan yang diperoleh Importir dari L/C: 1. Importir lebih yakin Bank baru akan melaksanakan pembayaran setelah menerima dokumen asli pengepalan yang sesuai dengan persyaratan L/C dan pengiriman barang juga telah sesuai dengan jenis dan jumlah yang diminta oleh importir. 2. Importir dapat menentukan jadwal pengiriman barang sehingga dapat lebih merencanakan proses produksinya. 2.2.7 Jenis dan Macam-macam Letter of Credit Jenis dan manfaat Letter of Credit menurut Totok Budisantoso dan Sigit Triandar (2006;132-133) adalah : 1. Clean L/C Clean L/C adalah suatu L/C yang dapat dicairkan dananya dengan penyerahan wesel atau hanya kuitansi biasa. L/C ini tidak membutuhkan penyerahan dokumen pengapalan seperti bill of lading dan sebagainya. 2. Open L/C Open L/C adalah L/C yang memberi hak kepada eksportir penerima L/C untuk menegosiasi dokumen pengapalan melalui bank mana saja yang diinginkannya. Di dalam L/C tersebut biasanya tercantum kalimat sebagai berikut: “This letter of credit is negotiable” 3. Restricted L/C Restricted L/C adalah L/C yang membatasi hak eksportir penerima L/C untuk menegosiasi dokumen pengapalan pada bank tertentu yang disebutkan oleh Opening Bank di dalam L/C tersebut, biasanya terbatas pada Advising Bank saja. Di dalam L/C tersebut biasanya terdapat kalimat: “Negotitation under this credit are restricted to Bank XYZ only” 4. Straight L/C Straight L/C adalah L/C yang negosiasi atau pelunasan dokumen pengapalannya hanya dapat dilakukan di kassa Opening Bank sendiri. 5. Revocable L/C Revocable L/C adalah L/C yang dapat dibatalkan kembali kapan saja oleh importir tanpa memerlukan persetujuan eksportir. L/C ini mengandung resiko besar bagi eksportir, karena pelunasan barang yang dikirim bisa mengalami kelambatan. 6. Irrevocable L/C Irrevocable L/C adalah L/C yang dibuka oleh bank devisa untuk eksportir, dimana Opening Bank mengikatkan diri untuk melunasi wesel-wesel yang ditarik dalam jangka waktu berlakunya L/C. L/C tersebut tidak dapat dibatalkan selama jangka waktu yang dimaksud, kecuali dengan persetujuan semua pihak yang terlibat. 7. Irrevocable and Confirmed L/C Irrevocable and Confirmed L/C adalah L/C yang: 1. Tidak dapat dibatalkan atau diubah selama jangka waktu berlakunya, kecuali bila mendapat persetujuan dari semua pihak yang terlibat dengan L/C itu. 2. Mempunyai jaminan pelunasan berganda atas wesel dan atau penyerahan dokumen pengapalan yang diberikan oleh Opening Bank bersama Advising Bank. 3. Merupakan cara pembayaran yang paling aman dipandang dari sudut kepentingan eksportir penerima L/C. 8. Red Clause L/C Red Clause L/C adalah L/C yang: 1. Memberi hak kepada eksportir penerima L/C untuk mencairkan sebagian tertentu dari dana L/C tersebut sebagai uang panjar, dengan penyerahan kuitansi biasa dan surat pernyataan memenuhi janji. 2. Mengambil sisa dana yang tersedia dengan penyerahan dokumen pengapalan yang lengkap. 3. Sangat menguntungkan eksportir penerima L/C karena memperoleh Buyer’s Credit tanpa bunga, yang dapat dipakai untuk memulai produksi barang yang dipesan 9. Irrevocable Unconfirmed L/C Irrevocable Unconfirmed L/C sama dengan Irrevocable L/C biasa, hanya dalam menyampaikan amanat pembukaan L/C itu Advising Bank dengan tegas menyatakan bahwa mereka (Advising Bank) tidak ikut serta memberikan konfirmasi (jaminan) atas L/C tersebut. 10. Revolving L/C Revolving L/C adalah: 1. Kredit yang tersedia dapat dipakai ulang tanpa perlu mengadakan perubahan syarat. 2. Pemakaian ulang dapat dilakukan untuk ”waktu dan nilai”. Misalnya kredit disediakan sebesar US$ 15.000 sebulan, dengan jangka waktu 6 bulan. Ini berarti secara otomatis setiap bulannya tersedia kredit sebesar US$ 15.000 berturut-turut tidak perduli kredit itu dipakai atau tidak. 3. Pemakaian ulang juga dapat dilakukan untuk “nilai “ saja. Misalnya kredit disediakan sebesar US$ 100.000. Nilai kredit tersebut akan diperbaharui secara otomatis setiap kali jumlah itu dipakai, asal saja masih dalam jangka waktu berlakunya kredit (validity). 11. Transferable L/C Transferable L/C adalah L/C yang memberi hak kepada eksportir penerima untuk mengoperkan atau menguasakan haknya atas L/C itu kepada pihak lain atau eksportir lain yang menyanggupi. 12. Back-to-Back L/C Bila eksportir penerima L/C tidak sanggup melaksanakan pengiriman barang karena tidak punya, maka transaksi itu masih bisa diteruskan melalui 2 cara. • Pertama: eksportir melakukan pengoperan atas L/C itu kepada eksportir atau produsen lain. Hal ini mungkin dilakukan kalau L/C itu bersifat transferable • Kedua: eksportir penerima L/C pertama membuka L/C-nya sendiri untuk eksportir atau produsen kedua, dengan menjaminkan L/C yang diterimanya. Cara ini disebut Back-to-Back L/C, dan biasanya dipakai dalam perdagangan segitiga. 13. Standby L/C Standby L/C sesungguhnya adalah semacam bank garansi yang dikeluarkan oleh mitra dagang asing, untuk menjamin pinjaman yang dilakukan perusahaan lokal yang bekerja sama dengan mitra asing tersebut 14. Usance L/C Usance L/C adalah L/C yang mengharuskan eksportir penerima L/C untuk menarik wesel berjangka (Long Bill of Exchange) dan bukan wesel unjuk (Sight-Drafts) sebagaimana lazimnya. Ini berarti bahwa eksportir penerima L/C memberi kredit jangka pendek kepada importir untuk jangka waktu antara 90 hari sampai 180 hari. 15. Merchant L/C Merchant L/C adalah L/C yang dibuka oleh importir untuk eksportir, yang memberikan hak kepada eksportir penerima L/C untuk menarik wesel kepada importir, dan importir pembuka L/C itu menjamin untuk melunasi wesel-wesel tersebut pada saat jatuh temponya. Manfaat yang dapat diharapkan oleh bank dengan memberikan fasilitas L/C kepada nasabahnya antara lain adalah: 1. Penerimaan biaya administrasi berupa provisi/komisi yang merupakan fee based income. 2. Pengendapan dana setoran yang merupakan dana murah bagi Bank. 3. Pemberian pelayanan kepada nasabah sehingga nasabah menjadi lebih loyal kepada bank. 2.2.8 Syarat-syarat Permintaan Eksportir dari L/C yang dibuka oleh Importir Syarat-syarat permintaan Eksportir dari L/C yang dibuka oleh Importir menurut Amir M.S (2005;7) adalah : 1. L/C yang dibuka adalah irrevocable L/C, atau L/C yang tak dapat dibatalkan selama jangka waktu berlakunya (during validity time) 2. Confirmed L/C atau L/C yang pelunasannya dijamin oleh Advising Bank bersama Opening Bank 3. Red clause L/C yang dapat memberikan uang panjar 4. L/C yang bersyarat “partial shipment allowed” yang memungkinkan eksportir mengirim barang secara bertahap dan menerima pembayarannya secara bertahap pula 5. L/C yang bersyarat “transshipment allowed” yang memungkinkan eksportir “alih kapal” bila diperlukan 6. L/C yang jangka waktu berlakunya langgeng sehingga cukup waktu untuk: - memproduksi - mengurus pengapalan - mengurus negosiasi dokumen pengapalan dengan bank. 7. L/C dibuka dengan mata uang asing yang stabil dan converable 8. L/C dibuka melalui bank devisa kelas satu atau yang bonafide 9. Third party B/L acceptable 10. Throught B/L acceptable 11. Stale B/L acceptable 2.3 Perlakuan Akuntansi atas Transaksi Letter of Credit Standar Akuntansi Keuangan 2002 hal : 52 yang dikelurkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang mengatur ketentuan sebagai berikut: “Kegiatan usaha luar negeri (foreign operation) = suatu anak perusahan (subsidi diary), perusahaan asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau sebagai perusahan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara pelapor. Kegiatan usaha tersebut dapat merupakan suatu bagian integral dari suatu perusahan pelapor suatu entitas asing”. Pengakuan awal suatu transaksi dalam mata uang asing adalah suatu transaksi yang didenominasi atau membutuhkan penyelesaian mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul ketika suatu perusahaan: - Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya di denominasi dalam mata uang asing - Meminjam (hutang) atau meminjamkan (piutang) dana yang di denominasi dalam mata uang asing - Menjadi suatu pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum terlaksana - Memperoleh atau melepaskan aktiva, menimbulkan atau melunasi kewajiban, yang didenominasi dalam suatu mata uang asing. Standar akuntansi keuangan mengatur ketentuan sebagai berikut: a. Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi. b. Selisih penjabaran tersebut dan laba (rugi) kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan (dibebankan) pada perhitungan rugi/laba periode berjalan. Begitu pula pelaksanaaan transaksi L/C yang menggunakan mata uang asing dijabarkan ke dalam mata uang rupiah sesuai dengan kurs yang terjadi pada saat transaksi dilaksanakan. Perlakuan akuntansi transaksi valuta berjangka yang dilakukan untuk tujuan hutang piutang: a. Pada saat terjadinya transaksi; - Piutang atau hutang valuta asing dicatat sebesar kurs tunai yang berlaku pada saat itu - Hutang atau piutang rupiah dicatat sebesar kurs masa depan, yaitu kurs pertukaran mata uang asing dihari kemudian yang ditentukan berdasarkan perjanjian - Selisih kurs tunai dan kurs masa depan dicatat sebagai diskonto atau premi yang harus diamortisasi sesuai dengan jangka waktu transaksi valuta berjangka. b. Laba dan rugi kurs yang timbul sebagai akibat perbedaan kurs tunai tanggal neraca dan kurs tunai pada saat terjadinya transaksi valuta berjangka harus diakui pada periode bersangkutan c. Jika selisih kurs hutang atau piutang valuta asing akibat devaluasi ditangguhkan, maka selisih kurs akibat devaluasi atas transaksi valuta berjangka (yang dimaksudkan untuk hedging hutang atau piutang yang bersangkutan) yang harus ditangguhkan dan diamortisasi sesuai masa amortisasi selisih kurs akibat devaluasi atas hutang atau piutang yang di hedge. Selisih kurs transaksi valuta berjangka yang terjadi pada tanggal devaluasi dikurangi selisih kurs transaksi valuta berjangka akibat devaluasi harus diakui dalam periode yang bersangkutan. d. Dalam neraca, hutang atau piutang dan diskonto atau premi belum diamortisasi yang timbul dari kontrak valuta berjangka yang berhubungan harus dijadikan satu di bagian harta atau kewajiban, tergantung pada posisi saldo neto dari kontrak valuta berjangka tersebut. 2.4 Pengertian Pendapatan Penghasilan didefinisikan dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian L/K sebagai peningkatan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi tertentu dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue) meupun keuntungan (gain). Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalty dan sewa. Tujuan pernyataan ini adalah untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk pendapatan yang timbul dari transaksi dan peristiwa ekonomi tertentu. Pengertian Pendapatan menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2007;23:2) yaitu “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.” Committee on Accounting Concept and Standart of the American Accounting (Hendriksen dan Michael F Van Breda, 2000, hal. 376) : “Pendapatan adalah ekspresi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang ditransfer oleh suatu perusahaan kepada pelanggannya selama satu periode.” Dalam FASB SFAC, yang dikutip oleh Eldon S. Hendriksen dan Michael F Van Breda (2000;379) menjelaskan definisi pendapatan yang lebih sempit sebagai produk atau jasa sebagai berikut : “Pendapatan terjadi dari operasi utama atau operasi pusat perusahaan yang bersinambung selama satu periode.” Menurut Accounting Terminology Buletin yang dikutip oleh Ahmedriahi dan Blkaoui (2006;279) menyatakan bahwa: “Pendapatan berasal dari penjualan barang dan penyerahan jasa serta diukur dengan pembebanan yng dikenakan kepada pelanggan, klien atau penyewa barang dan jasa yang disediakan bagi mereka. Pendapatan juga mencakup penjualan dari keuntungan dari penjualan aktiva tetap, bunga, dividen, yang diperoleh dari investasi, dan peningkatan lainnya dalam ekuitas pemilik kecuali yang berasal dari kontribusi modal dan penyesuaian modal”. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan (revenue) merupakan peningkatan atau penambahan aktiva atau penurunan atau pengurangan liabilities yang mengakibatkan bertambahnya owner equity, tetapi bukan karena peningkatan aktiva dari pembelian harta, penambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan penambahan asset yang disebabkan karena penambahan liabilities. 2.4.1 Sumber Pendapatan Hendriksen dan Michael Fan Breda (2000;378) mengutip dalam Statement no.4, APB menyajikan pandangan yang komprehensif mengenai pendapatan. “Selain penjualan dan jasa, dalam pendapatan dimasukkan penjualan sumber-sumber daya selain produk perusahaan, seperti pabrik, peralatan dan investasi”. Paton dan Littleton (2000;379) juga menyatakan “bahwa keseluruhan kisaran barang dan jasa yang disediakan oleh perusahaan, tanpa mempertimbangkan jumlah relative dari pos-pos tertentu harus termauk dalam pendapatan dan mengakui arus penyelesaian sebagai sumber utama perusahaan”. Pendapatan (revenue) juga berasal dari : 1. Pendapatan Operasional (Operating Revenue) Semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan perusahaan. dalam hubungan ini pendapatan yang benar-benar diterima. 2. Pendapatan Non Operasional (Non Operating Revenue) Semua pendapatan yang benar-benar telah diterima dan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan perusahaan. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk ke dalam revenue dapat dibagi menjadi dua pengertian : 1. Dalam pengertian luas: revenue meliputi perubahan-perubahan, baik yang berasal dari hasil operasi normal perusahaan maupun yang tidak berasal dari operasi normal perusahaan. 2. Dalam pengertian sempit: revenue meliputi perubahan-perubahan yang berasal dari hasil operasi normal perusahaan. 2.4.2 Sumber-sumber Pendapatan Pada Bank Pendapatan pada bank lazimnya dicatat berdasarkan metode accrual, dimana akan dibukukan sebagai pendapatan pada saat jatuh waktu bukannya pada saat uang diterima. Pendapatan dalam bank terdiri dari beberapa komponen seperti pendapatan bunga, pendapatan provisi kredit, pendapatan komisi, dan pendapatan lainnya sebagai akibat dari transaksi bank baik yang merupakan kegiatan utama ataupun bukan dari bank. Sumber pendapatan yang diterima bank berasal dari pendapatan operasional dan non operasional. 1. Pendapatan Operasional Bank Semua pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank. Dalam hal ini pendapatan yang benar-benar telah diterima oleh bank. Pendapatan yang diperoleh dari pendapatan operasional bank antara lain adalah: a. Pendapatan Bunga Kredit Yang termasuk ke dalam rekening ini adalah pendapatan bunga, baik dari pinjaman yang diberikan maupun dari penanaman-penanaman yang dilakukan oleh bank yang bersangkutan, seperti: giro, simpanan berjangka, obligasi dan surat pengangkutan hutang lainnya. Pendapatan bunga yang diterima bank antara lain: - Bunga pinjaman kepada bank lain - Bunga pinjaman kepada program pemerintah - Bunga overdraft : pinjaman yang diberikan melebihi saldo yang ada pada rekening - Koran, jaminannya adalah kepercayaan bank terhadap nasabah Bunga pinjaman rekening Koran : pinjaman yang diberikan berdasarkan posisi rekening nasabah atau tergantung dari kebutuhan nasabah, tapi ada batas maksimum pengambilannya. - Bunga pinjaman installment : pinjaman yang diberikan dan kewajiban membayar pinjaman pokok dan bunganya setiap bulan tetap atau sama. - Bunga transaksi pasar uang - Bunga rekening antar cabang - Bunga lainnya dalam rupiah - Bunga lainnya dalam valuta asing b. Provisi dan Komisi Yang termasuk ke dalama rekening ini adalah provisi dan komisi yang dipungut atau diterima oleh bank yang bersangkutan dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Seperti provisi kredit, provisi transfer, komisi pembelian atau penjualan check dan lain-lain. Provisi kredit merupakan sumber pendapatan bank yang akan diterima dan diakui sebagai pendapatan pada saat kredit disetujui oleh bank. Biasanya provisi kredit langsung dibayarkan oleh nasabah yang bersangkutan. Sedangkan komisi merupakan pendapatan bank yang sedang digiatkan belakangan ini. Komisi ini merupakan beban yang diperhitungkan kepada nasabah bank yang mempergunakan jasa bank. Komisi juga lazimnya dibukukan langsung sebagai pendapatan pada saat bank menjual jasa kepada para nasabahnya. Pendapatan dari provisi dan komisi yang diterima bank antara lain adalah: - Provisi pinjaman rekening Koran - Provisi pinjaman installment - Provisi pinjaman regular - Pendapatan rekening antar kantor (rupiah) - Pendapatan rekening antar kantor (valuta asing) - Pendapatan provisi dan komisi dalam rupiah c. Pendapatan dari Transaksi Devisa Yang termasuk ke dalam rekening ini adalah keuntungan yang diperoleh bank yang bersangkutan dari berbagai transaksi devisa, misalnya: selisih kurs pembelian atau penjualan valuta asing, selisish kurs karena konversi provisi, komisi, dan bunga yang diterima dari bank-bank di luar negeri. Pendapatan dari transaksi devisa yang diterima bank adalah : - Pendapatan provisi dan komisi valuta asing ; provisi dan komisi L/C impor, provisi dan komisi L/C ekspor, provisi dan komisi traveler check, dan lainlain. - Pendapatan dari discount dan komisi kredit - Pendapatan Foreign Ekchange ; pendapatan dari nilai dan lain-lain. d. Pendapatan Bunga Debitur Pendapatan bunga dari aktiva produktif non-performing, tidak diakui sebagai pendapatan periode berjalan sejak aktiva tersebut dinyatakan nonperforming. Dengan demikian, bank tidak perlu melakukan penyesuaian terhadap pendapatan bunga yang telah diakui sebelum aktiva produktif tersebut dinyatakan non-performing. Bunga dari aktiva non-performing yang tidak diakui sebagai pendapatan akan dicatat dalam rekening administrative karena merupakan peristiwa kontinjensi. e. Pendapatan Operasional lainnya Yang termasuk ke dalam rekening ini adalah pendapatan lain yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank tidak termasuk ke dalam rekening pendapatan operasional pada butir “a” sampai “d” di atas, misalnya: deviden yang diperoleh bank yang bersangkutan dari berbagai saham yang dimilikinya, biaya telegram yang telah diterima dari nasabah, dan sebagainya. Pendapatan operasional lainnya adalah: - Jasa administrasi giro - Pendapatan telex - Pendapatan perangko - Penjualan benda pos - Penjualan materai umum - Dan lain-lain. 2. Pendapatan non Operasional Pendapatan non operasional adalah semua pendapatan yang benar-benar telah diterima dan tidak berhubungan langsung dengan kegiatan usaha bank, misalnya; sewa ruangan kantor dan sewa kendaraan bermotor yang dipergunakan oleh pihak lain, keuntungan karena penjualan benda-benda tetap inventaris, dan sebagainya. Pendapatan ini harus diakui sebagai pendapatan periode berjalan. Pendapatan non operasional yang diterima antara lain adalah: - Laba penjualan harta tetap - Laba penjualan aktiva tetap - Laba penjualan harta ekspor jaminan - Pendapatan non operasional lainnya. Disamping pendapatan operasional rutin dan non-operasional, bank kadangkala dihadapkan dengan suatu keuntungan yang diterima secara tiba-tiba atau tidak pernah diramalkan sebelumnya. Keuntungan ini merupakan suatu windfall profit, dan harus digolongkan sebagai keuntungan atau pendapatan luar biasa. Pendapatan luar biasa harus dipisahkan dari hasil usaha sehari-hari dan ditunjukkan secara terpisah dalam perhitungan laba-rugi disertai pengungkapan mengenai sifat dan jumlahnya. Dengan demikian perlu batasan atau definisi mengenai pos atau transaksi apa saja yang dapat digolongkan yang sifatnya luar biasa. Yang dimaksud dengan pos luar biasa adalah pos yang memenuhi kedua kriteria sebagai berikut. a. bersifat tidak normal (tidak biasa) Kejadian atau transaksi yang bersangkutan memilih tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak berhubungan dengan aktifitas perusahaan sehari-hari. b. Tidak sering terjadi Kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak dihubungkan akan terulang lagi dimasa yang akan datang. Jadi dalam menerapkan kedua kriteria tersebut, harus dipertimbangkan faktor lingkungan dari perusahaan dan frekuensi kejadian atau transaksi, seperti karakteristik industri dan perusahaan yang bersangkutan, faktor geografis perusahaan, dan faktor lainnya seperti politis dan lain sebagainya. 2.4.3 Karakteristik Pendapatan karakteristik pendapatan menurut PSAK no 23 yang dikutip dari (http//library.usu.ac.id/download/fe/akuntansi.Rustam2.pdf) yaitu bila dari sudut pandang perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk jumlah rupiah aktiva, pendapatan perusahaan akhirnya ditunjukkan dengan aliran dana yang masuk ke perusahaan dari konsumen atau rekening pendapatan adalah digunakan untuk mencerminkan dan mengukur tambahan kekayaan atau dana perusahan (resources) yang berasal dari hasil kegiatan usaha perusahaan tanpa memperhitungkan pengurangan-pengurangan dari sudut pandang pemilik perusahaan, pendapatan biasanya di pandang sebagai pendapatan netto : yaitu kelebihan jumlah rupiah aliran dana yang masuk di atas aliran jumlah rupiah dana yang keluar dalam bentuk biaya-biaya yang dapat dibebankan; atau dalam hal terjadi rugi, kelebihan biaya-biaya yang diperhitungkan diatas pendapatan yang dihasilkan dengan biaya-biaya tersebut. Secara umum konsep yang menekankan pendapatan sebagai jumlah rupiah total yang diukur dengan adanya tambahan jumlah rupiah elemen aktiva adalah lebih berarti dan bermanfaat dibandingkan dengan konsepsi neto (dipandang dari segi pemilik) khususnya untuk tujuan kepengelolaan perusahaan (managerial purpose) Sumber pendapatan jumlah rupiah aktiva perusahaan menjadi bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan timbulnya pendapatan. Bagian penting proses penentuan laba adalah membedakan tambahan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan dengan tambahan aktiva yang tidak menunjukan tebalnya pendapatan. 2.4.4 Pengukuran Pendapatan Menurut PSAK ( 23.2; 2007) Pendapatan dapat diukur dengan cara : 1. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima 2. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persekutuan antara perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang dibuktikan oleh perusahaan Pendapatan diakui hanya bila kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan mengalir kepada perusahaan. kadang-kadang, kemungkinan hal tersebut terjadi sangat kecil, sampai imbalan diterima atau sampai suatu ketidakpastian dihilangkan. Misalnya, belum ada kepastian bahwa perintah asing akan memberi izin untuk pengiriman imbalan untuk suatu perjalanan di suatu negara asing. Bila izin diberikan, maka ketidakpastian dapat dihilangkan dan pendapatan diakui. Namun, bila suatu ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sejumlah tertentu yang telah termasuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak tertagih atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinannya diakui sebagai beban, manggantikan penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula. Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang dapat diterima atau yang dapat diterima. Menurut PSAK (23.3;2007) Jika dari penjualan barang : Pendapatan dari penjualan barang harus diakui bila seluruh kondisi berikut dapat dipenuhi : a) Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli b) Perusahaan tidak lagi mengelola atau melakukan pengendalian efektifitas atas barang yang dijual c) Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan andal d) Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir kepada perusahaan tersebut ; dan e) Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan dapat diukur dengan andal. Menurut PSAK (23.5;2007) Jika dari Penjualan Jasa : Bila hasil suatu transaksi yang meliputi penjualan jasa dapat diestimasi dengan andal, pendapatan dengan transaksi tersebut harus diakui dengan acuan pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca. Hasil dari suatu transaksi dapat diestimasi dengan andal bila seluruh kondisi berikut ini dipenuhi a) Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal b) Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh perusahaan c) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur dengan andal ; dan d) Biaya yang terjadi oleh transaksi tersebut dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur dengan benar. Pada Bank “X” pendapatan dalam valuta asing diukur dengan nilai tukar (exchange value). Nilai tukar ini merupakan nilai sekarang dari tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi revenue ini. Valuta asing ini dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang berlaku pada tanggal laporan. Kurs tengah yaitu kurs jual ditambah kurs beli Bank Indonesia dibagi dua. Dalam hal kurs mata uang asing tidak tersedia di Bank Indonesia, digunakan kurs jual ditambah kurs beli bank yang bersangkutan dibagi dua. Kurs beli adalah perbandingan nilai tukar uang suatu Negara dengan uang negara asing, jika bank yang membelinya dan nasabah yang menjualnya. Sedangkan kurs jual adalah perbandingan nilai tukar uang suatu negara dengan uang Negara asing, jika bank yang menjualnya dan nasabahnya yang membelinya. Kurs jual dan beli ini digunakan pada saat transaksi dilakukan dengan nasabah. Laporan keuangan bank disajikan dalam mata uang rupiah. dalam hal bank memiliki kewajiban dan komitmen serta kontinjensi dalam valuta asing harus dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah yang berlaku pada tanggal laporan. Komitmen dan kontinjensi dapat terdiri atas komitmen dan kontinjensi yang bersifat sebagai tagihan bank serta komitmen dan kontinjensi yang bersifat sebagai tagihan bank. Komitmen adalah : suatu perikatan atau kontrak berupa janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi. Kontijensi adalah : tagihan atau kewajiban bank yang timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa dimasa yang akan datang. 2.4.5 Pengakuan Pendapatan Pengakuan pendapatan menurut PSAK (2007;23:7) yaitu: Pendapatan diakui bila besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi tersebut akan diperoleh. Namun bila ketidakpastian timbul tentang kolektibilitas sejumlah yang telah masuk dalam pendapatan, jumlah yang tidak dapat ditagih, atau jumlah yang pemulihannya tidak lagi besar kemungkinannya, diakui sebagai beban, daripada penyesuaian jumlah pendapatan yang diakui semula. Stice, Stice, Skousen (2004;567) menyatakan pengakuan pendapatan diperoleh melalui: 1. Pendapatan atau keuntungan tersebut sudah direalisasikan atau dapat direalisasikan 2. Pendapatan atau keuntungan tersebut diperoleh dari penyelesaian secara subtansial atas aktivitas-aktivitas yang terkait dengan proses menghasilkan. Kedua kriteria tersebut secara umum dipenuhi pada saat penjualan yang sering kali terjadi ketika barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan kepelanggan. Biasanya aktiva dan pendapatan diakui bersama. Pengakuan pendapatan merupakan hal yang sangat fundamental dan menjadi dasar utama untuk menentukan profitabilitas bank. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana yang pada umumnya berbunga dan menanamkanya dalam aktiva produktif. Seperti pada industri lain, dalam perbankan dapat terdapat kemungkinan perbedaan waktu antara diterimanya pendapatan dan terjadinya beban atas penggunaan sumber daya untuk menghasilkan pendapatan tersebut. oleh karena itu, pengaitan antara pendapatan dan bank tidak mudah dilakukan sehingga dalam pengakuan pendapatan dan beban bank diperhatikan karakteristik usaha bank tersebut. Karakter pengakuan pendapatan menurut Ahmedriahi dan Belkaoui yang dikutip dari American Accounting Association Comitte tahun 1973-1974 mengenai Concepts and External Reporting (2006;280), kriteria spesifik untuk pengakuan pendapatan dan laba yaitu sebagai berikut: 1. Diperoleh, dalam satu pengertian atau yan lain; 2. Dalam bentuk yang dapat didistribusikan; 3. Hasil dari konversi yang ditetapkan dalam transaksi antara perusahaan dengan pihak eksternal; 4. Hasil dari penjualan secara legal atau dari proses yang serupa; 5. Terpisah dari modal; 6. Dalam bentuk aktiva yang likuid; 7. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva atau sumber-sumber ekonomis perusahaan oleh pihak lain, seperti: pendapatan bunga, sewa dan royalty, diakui sejalan dengan berlalunya waktu atau pada saat digunakannya aktiva yang bersangkutan 8. Pendapatan dari penjualan aktiva di luar barang dagangan, seperti: penjualan aktiva tetap atau surat berharga, diakui pada tanggal neraca. Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban dari penyerahan atau produksi barang, jasa, dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama atau besar yang berkesinambungan selama suatu periode. Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatan. Prinsip pengakuan pendapatan menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (1) direalisasi atau dapat direalisasi dan (2) dihasilkan. Pendapatan direalisasi bila barang-barang dan jasa-jasa dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. Dan, pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan yakni, bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. Sesuai dengan prinsip ini; (a) pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, yang biasanya diinterprestasikan berarti tanggal pengiriman kepada pelanggan; (b) pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat ditagih; (c) pendapatan dari memberi kemungkinan bagi pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan royalty, diakui pada saat berlalunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan; (d) pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada tanggal penjualan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (2007), yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia menyatakan bahwa: “Pendapatan dihitung sesuai dengan prinsip realisasi, yaitu pada saat transaksi pertukaran telah terjadi”. Prinsip realisasi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: 1. Pendapatan dari realisasi penjualan produk diakui pada tanggal penjualan, biasanya merupakan tanggal penyerahan produk kepada langganan. 2 Pendapatan atas jasa yang diberikan oleh perusahaan jasa diakui pada saat jasa tersebut telah dilakukan dan dapat dibuatkan fakturnya Jika dilihat dari peristiwa atau kejadian yang mendukung terjadinya revenue, maka secara teoritis timing daripada revenue terdiri dari: 1. Pengakuan pendapatan selama berlangsungnya produksi Pendapatan dapat diakui secara bertahap sepanjang pekerjaan atau proses produksi berlangsung. Seperti: kontrak-kontrak pembangunan jangka panjang. Dasar akuntansi akrual yang tradisional mengakui pendapatan pada saat dihasilkan jika pada saat yang sama tagihan (klaim) terhadap pelanggan atau klien meningkat. Prinsip ini umumnya berlaku dalam industri jasa. Produk perusahaan terjadi ketika jasa diberikan. Jumlah tagihan biasanya ditentukan berdasarkan harga perdagangan yang telah ditetapkan, walaupun klien atau penyewa tidak dituntut membayar sampai suatu tanggal kemudian atau setidak-tidaknya sampai sejumlah jasa tertentu telah diberikan. Contoh dasar akrual (accrual basis) pengakuan pendapatan adalah sewa, bunga, dan jasa perseorangan yang dilaksanakan atas dasar waktu. 2. Pengakuan pendapatan setelah produksi selesai Pada saat produk diselesaikan, satu dari beberapa ketidakpastian terdahulu yaitu biaya produksi sekarang dapat dihitung dengan tingkat ketepatan yang wajar. Harga jual dan biaya tambahan penjualan serta penyerahan masih tetap belum pasti. Akan tetapi, bila biaya-biaya ini dapat ditaksir cukup tepat, maka pada saat penyelesaian produksi ini dapat dibenarkan untuk melaporkan pendapatan. Akan tetapi, pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian produksi tergantung pada tingkat kepastian di mana harga jual dan biaya tambahan dapat diestimasi. 3. Pengakuan pendapatan atas dasar saat penjualan Untuk kebanyakan perusahaan dasar penjualan sebagai saat pengakuan dan pengeluaran pendapatan adalah: yang jelas memenuhi norma akuntansi lebih efektif daripada dasar lain yang dapat di pakai. Alasan yang mendukung penjualan sebagai dasar yang paling efektif adalah: 1) Pendapatan merupakan jumlah rupiah yang menjadikan produk akhir operasi perusahaan dan oleh karena itu harus diakui dan di ukur pada tingkat atau titik kegiatan yang menentukan dalam aliran kegiatan operasi kegiatan 2) Pendapatan harus benar-benar terjadi dan di dukung dengan timbulnya aktiva baru yang dapat di percaya. Sebaiknya berupa kas atau piutang. Persyaratan di atas dapat dipenuhi secara baik bila digunakan dasar penjualan sebagai penguji terealisasinya pendapatan. Untuk perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi adalah perdagangan barang produk fisik, kegiatan penjualan merupakan hal yang paling menentukan dan mempunyai arti keuangan yang paling berharga dibandingkan dengan kegiatan lain dalam proses perusahaan; dengan kata lain kegiatan penjualan adalah merupakan puncak kegiatan yang merupakan kegiatan akhir untuk mengarahkan setiap upaya yang dilaksanakan. Pada saat terjadi penjualan jumlah rupiah harga telah disepakati dan produk telah keluar dari perusahaan dengan dilakukannya pengiriman atau ditandai (dipisahkan sebagai barang milik konsumen) untuk segera dikirimkan. Saat terjadinya penjualan secara yuridis penjualan baru dapat dikatakan terjadi dan selesai bilamana telah terjadi peralihan hak milik atas barang dan arti penting kriteria ini secara umum diakui oleh para akuntan. Akan tetapi perolehan hak milik merupakan masalah yang sangat teknis dan untuk dasar penentuan saat pencatatan dalam prosedur pembukuan dasar sehari-hari disarankan untuk tidak terlalu menekankan pada peraturaan tata cara yuridis normal. Kegiatan penjualan itu sendiri terdiri atas serangkaian kegiatan. Yaitu, order diterimanya dan disepakatinya barang produksi dan siap dikirim, barang dikirim atau dikonsinyasi ke perusahaan ekspedisi, faktur disiapkan dan dikirim, nota penerimaan barang diterima dari pembeli, kas diterima untuk piutang atas penjualan tersebut. Dalam serangkaian peristiwa tersebut kapankah penjualan itu sebenarnya telah dianggap terjadi. Untuk kasus perusahaan pada umunya, saat kegiatan pembuatan faktur bersamaan dengan pengiriman barang adalah saat yang paling tepat untuk pencatatan penjualan. Dalam kasus yang khusus (misalnya dalam penjualan angsuran) jelas jelaslah bahwa para akuntan harus mengadakan perlakuan yang hati-hati untuk tidak menyiratkan rekening/laporan yang menunjukan barang atau kekayaan atau hak atas barang atau kekayaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yuridis penjualan yang berlaku. Kalau produk perusahaan berupa jasa, misalnya saja untuk transportasi, perbankan dan sebagainya, maka kegiatan atau proses penyerahan jasa dapat dipandang sebagai kegiatan yang setara dengan penjualan untuk tujuan pengukuran dan pengakuan pendapatan. Pengakuan pendapatan dalam hal ini adalah pengakuan pendapatan yang berasal dari suatu kegiatan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa. Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa yang dibahas adalah sebuah lembaga Perbankan yang di dalam menjalankan kegiatannya adalah sebagai lembaga yang bermotif profit oriented. Maka bank pun akan memperhatikan keuntungan yang harus dicapainya. Pengakuan pendapatan pada bank lazimnya dibukukan sebagai pendapatan pada saat jatuh waktu bukanya pada saat uang diterima. Pendapatan dalam bank terdiri dari beberapa komponen seperti pendapatan bunga, pendapatan provisi kredit, pendapatan komisi, dan pendapatan lainnya akibat dari transaksi bank baik yang merupakan kegiatan utama ataupun bukan. Kegiatan utama bank adalah memupuk dana yang pada umumnya adalah berbunga dan menanamkannya dalam aktiva produktif. Kegiatan atau jasa yang salah satunya diberikan oleh Bank “X” adalah suatu transaksi yang dalam kegiatannya juga berhubungan dengan dunia luar (Internasional), yaitu transaksi Letter of Credit. Disebut berhubungan dengan dunia luar karena, dalam menjalankan transaksi ini juga melibatkan pihak di luar negeri dalam menjalankan kegiatan transaksinya. Pengakuan pendapatan pada bank menurut Lapoliwa dan Daniel S. kuswandi (2000, hal 263-275) diakui dengan dua metode pengakuan yaitu: “Pendapatan diakui pada saat uang diterima (cash basis) dan pengakuan pendapatan yang masih harus diterima (accrual basis”). Berdasarkan sumber-sumber pendapatan atas transaksi Letter of Credit pendapatan yang diakui pada saat uang diterima adalah pendapatan dari transaksi devisa dan pendapatan dari operasi lainnya dan pendapatan dariprovisi dan komisi. Sedangkan yang merupakan pendapatan yang masih harus diterima adalah pendapatan bunga nasabah. Berdasarkan pada operasionalisasi kegiatannya adalah sebagai berikut: a. Pengakuan pendapatan secara Cash Basis 1. Pendapatan dari Provisi dan Komisi Yang termasuk ke dalam rekening ini adalah provisi dan komisi yang dipungut atau diterima oleh bank yang bersangkutan dari berbagai kegiatan yang dilakukan. Seperti provisi kredit, provisi transfer, komisi pembelian atau penjualan check dan lain-lain. Provisi dan komisi yang tidak berkaitan secara langsung dengan kegiatan perkreditan namun terkait dengan jangka waktu diperlakukan sebagai pendapatan atau beban yang ditangguhkan secara sistematis selama jangka waktunya. Pendapatan atau beban komisi dan provisi tersebut disajikan sebagai bagian dari pendapatan dan beban operasional lainnya dalam tubuh laporan laba-rugi. Pendapatan dari provisi dan komisi yang diterima bank antara lain adalah: - Provisi pinjaman rekening Koran - Provisi pinjaman installment - Provisi pinjaman regular - Pendapatan rekening antar kantor (rupiah) - Pendapatan rekening antar kantor (valuta asing) - Pendapatan provisi dan komisi dalam rupiah 2. Pendapatan dari Transaksi Devisa Yang termasuk ke dalam rekening ini adalah keuntungan yang diperoleh bank yang bersangkutan dari berbagai transaksi devisa, misalnya: selisih kurs pembelian atau penjualan valuta asing, selisish kurs karena konversi provisi, komisi, dan bunga yang diterima dari bank-bank di luar negeri. Pendapatan dari transaksi devisa yang diterima bank adalah : - Pendapatan provisi dan komisi valuta asing ; provisi dan komisi L/C impor, provisi dan komisi L/C ekspor, provisi dan komisi traveler check, dan lainlain. - Pendapatan dari discount dan komisi kredit - Pendapatan Foreign Ekchange ; pendapatan dari nilai dan lain-lain. 3. Pendapatan dari operasional lainnya Yang termasuk ke dalam rekening ini adalah pendapatan lain yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank tidak termasuk ke dalam rekening pendapatan operasional utama bank. Pendapatan operasional lainnya adalah: - Jasa administrasi giro - Pendapatan telex - Pendapatan perangko - Penjualan benda pos - Penjualan materai umum - Dan lain-lain. b. Pengakuan pendapatan secara Accrual Basis .Pendapatan bunga nasabah (debitur) Pendapatan bunga dari aktiva produktif, tidak diakui sebagai pendapatan periode berjalan. Dengan demikian bank tidak perlu melakukan penyesuaian terhadap pendapatan bunga yang telah diakui sebelum aktiva produktif tersebut dinyatakan non performing. Bunga dari aktiva non-performing yang tidak diakui sebagai pendapatan akan dicatat dalam rekening administratife karena merupakan peristiwa kontinjensi.