BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Sinyal Teori sinyal menunjukan masalah-masalah asimetris informasi di pasar. Teori ini memperlihatkan bagaimana asimetri ini dapat dikurangi oleh sekelompok orang dengan memberikan lebih banyak sinyal informasi kepada pihak lain (Jogianto, 1998). Harga saham akan dinilai lebih rendah jika pembeli tidak mengetahui keuntungan yang diperolehnya dan dapat juga dinilai lebih tinggi jika pembeli tidak mengetahui kerugian yang akan dirasakannya. Untuk memperkecil asimetri informasi antara manajemen harga dari sekuritas yang bersangkutan dan investor, manajer memberi sinyal yang membawa informasi ke publik. Sinyal tersebut dapat berupa laporan keuangan yang dipublikasikan maupun pengumuman dividen. Laporan keuangan menggambarkan kinerja suatu perusahaan, semakin baik kinerja emiten maka semakin besar pengaruhnya terhadap return dan kenaikan harga saham begitu juga sebaliknya. Pendekatan analisis rasio dapat dilakukan untuk memastikan kondisi emiten. Keputusan investasi akan berdampak pada kinerja perusahaan dalam jangka panjang sementara menejemen memiliki kebebasan yang sangat besar dalam penggunaan kas perusahaan. Menyadari hal ini maka beberapa peneliti mencoba mengembangkan model signaling dimana investasi merupakan suatu sinyal yang dapat digunakan oleh menejer untuk menunjukkan bahwa perusahaan memiliki 7 prospek kinerja (profitabilitas) yang tinggi. John, dan Nachman (1985), Miller dan Rock (1985), dan Ambarish, john, dan williams (1987) mengembangkan model dimana tingkat pengeluaran investasi yang di pilih oleh manejer dapat memberikan sinyal yang terpercaya tentang aliran kas perusahaaan. Sinyal ini di percaya karena jika perusahaan memang dalam posisi yang lemah maka perusahaan tersebut tidak akan dapat melakukan pengeluaran investasi tanpa harus menguras cadangan kasnya. Akibatnya, peningkatan investasi merupakan sinyal bagus (akan direspon positif) bagi investor dan penurunan investasi akan merupakan sinyal buruk (Arifin, 2005). Diamond (1991) memodelkan pilihan maturalis sebagai pilihan antara keinginan peminjam untuk menerbitkan hutang jangka pendek (untuk menunjukkan bahwa prospek perusahaan bagus) dengan resiko likuiditas yang melekat pada pinjaman jangka pendek. Resiko likuiditas dalam hal ini merupakan resiko bahwa pemberi pinjaman tidak mau lagi memberi pinjaman ketika terjadi berita buruk. Dalam model ini ditunjukkan bahwa perusahaan dengan rating tinggi akan memilih menerbitkan hutang jangka pendek, perusahaan dengan rating sangat rendah tidak punya pilihan lain kecuali hutang jangka pendek, dan perusahaan dengan rating menengah cenderung menerbitkan hutang jangka panjang. Signaling model memprediksi bahwa perusahaan kuat akan cenderung menerbitkan hutang jangka pendek (Arifin, 2005). 2.1.2 Profitabilitas Rasio profitabilitas, menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, terdiri dari gross profit margin, net profit margin, 8 operating return on assets, return on investment, return on equity, dan operating ratio. Profitabilitas merupakan perbandingan antara laba operasi dengan jumlah seluruh aktiva perusahaan pada suatu periode. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti: laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik (Ang, 1997). ROI merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva. Analisa ROI ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Return on investment itu sendiri adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. ROI sering disebut juga Return on Assets (ROA). 2.1.3 Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Pengertian lain adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya. Menurut Riyanto (2001) rasio ini terdiri dari: 1) Current ratio, kemampuan membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar. 2) Cash ratio, kemampuan membayar utang yang segera harus dipenuhi dengan kas yang tersedia dalam perusahaan dan efek yang dapat segera diuangkan. 9 3) Quick Ratio, kemampuan untuk membayar utang yang secara segera harus dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih likuid. 4) Working Capital to Total Asset Ratio, yaitu likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Menurut Sartono (2001), likuiditas perusahaan menunjukan kemampuan untuk membayar kewajiban finansial jangka pendek tepat pada waktunya. Likuiditas ditunjukan oleh besar kecilnya aktiva lancar yaitu aktiva yang mudah diubah menjadi kas yang meliputi kas, surat berharga, piutang, dan persediaan. Semakin tinggi nilai Current Ratio suatu perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan meningkat. 2.1.4 Set Kesempatan Investasi (IOS) Munculnya istilah IOS pertama kali dikemukakan oleh Myers (1977, dalam Subekti 2001) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan ini kemudian dikenal sebagai set kesempatan investasi atau Investment Opportunity Set (IOS). Investment Opportunity Set perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Potensi pertumbuhan dapat ditunjukan dengan perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku dan adanya kesempatan investasi yang dapat menghasilkan keuntungan (Chung dan Charoenwong, 1991). Proksi IOS dapat diklasifikasikan dalam tiga tipe yaitu proksi yang berbasis pada harga, investasi dan varian. Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah proksi yang berbasis pada harga ( Ratio Market to Book Value of Equity), 10 Smith dan Watts (1992) dan Hartono (1999) menyatakan bahwa rasio ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan akan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. 2.1.5 Return Saham Tujuan utama para investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan pendapatan yang sebesar-besarnya. Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, return ini dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi diharapkan akan terjadi di masa yang akan datang. Return terdiri dari capital gain (loss) dan yield. Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu, dan yield merupakan persentasi penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi (Jogiyanto, 2000). 2.2 Pembahasan Penelitian Sebelumnya. Penelitian Jati (2002) berjudul “Relevansi nilai dividend yield dan Price Earning Ratio (PER) dengan moderasi Investment Opportunity Set dalam penilaian harga saham”. Teknik analisis data yang digunakan adalah analsis factor, analisis regresi linier berganda dan uji Wald. Simpulan yang diperoleh adalah terdapat perbedaan relevansi nilai antara dividen dengan laba ditahan bagi perusahaan-perusahaan yang memiliki level IOS rendah, tidak terdapat perbedaan relevansi nilai dividen antara perusahaan-perusahaan level IOS tinggi. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah penggunaan variabel IOS sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan terletak pada penggunaan teknik analisis Moderated 11 Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga atau moderating, tahun observasi serta sampel yang diteliti. Lestari (2003) meneliti pengaruh kebijakan utang, kebijakan dividen, risiko, dan profitabilitas perusahaan terhadap set kesempatan investasi pada perusahaan manufaktur di BEJ periode 1999-2002. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis faktor dan regresi logistik, hasil penelitiannya menyatakan bahwa hubungan set kesempatan investasi dengan kebijakan utang, risiko dan kebijakan dividen negatif yang berarti perusahaan yang bertumbuh cenderung untuk membayar dividen lebih kecil, karena laba akan di investasikan kembali untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Terdapat hubungan positif antara set kesempatan investasi dengan profitabilitas, yang mendukung teori sinyal yaitu proftabilitas perusahaan merupakan sinyal pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada teknik yang digunakan dan periode penelitian serta variabel pemoderasinya. Persamaan terletak pada perusahaan yang diteliti dan profitabilitas sebagai variabel bebas. Sasongko dan Wulandari yang meneliti mengenai pengaruh EVA dan rasiorasio profitabilitas terhadap harga saham. Teknik analisis yang digunakan adalah pengujian ketepatan perkiraan (Goodness of Fit Test) dan pengujian koefisien regresi secara parsial (Uji t) dan hasil uji parsial menunjukkan bahwa Return on Asset, Return on Equity, Return on Sale, Basic Earning Power, dan Economic Value Added tidak berpengaruh terhadap harga saham. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah penggunaan profitabilitas sebagai variabel bebas. 12 Perbedaan terletak pada penggunaan teknik analisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga atau moderating dan tahun observasi. Ulupui (2007) yang meneliti analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan kategori industri barang konsumsi di Bursa Efek Jakarta), penelitan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda. Variabel dalam penelitian ini adalah return saham sebagai variabel terikat dan variabel bebasnya adalah current ratio, return on asset, debt to equity ratio, dan total asset turn over. Hasil penelitian menyatakan bahwa current ratio memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan dan variabel return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham satu periode ke depan. Hasil ini konsisten dengan teori dan pendapat Mogdiliani dan Miller (MM) yang menyatakan bahwa nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari aset perusahaan. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah penggunaan profitabilitas dan likuiditas sebagai variabel bebas dan return saham sebagai variabel pemoderasi. Perbedaan terletak pada penggunaan teknik analisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear untuk menentukan hubungan antara dua variabel yang dipengaruhi oleh variabel ketiga atau moderating, tahun observasi serta sampel penelitian. 13 Natarsyah (2002) dalam Ulupui (2006) menganalisis pengaruh beberapa faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham. Penelitiannya merupakan studi terhadap 16 industri barang konsumsi yang go public di pasar modal dalam periode 8 tahun (1990-1997) dengan mengasumsikan bahwa harga saham merupakan fungsi dari ROA, ROE, beta, book value, debt/equity dan required rate of return. Setelah melakukan pengujian terhadap hipotesis diperoleh hasil bahwa faktor fundamental seperti return on assets, dividend payout ratio, debt to equity ratio, book value equity pershare, dan indeks beta berpengaruh terhadap harga saham perusahaan. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah penggunaan factor fundamental sebagai variabel bebas. Perbedaan terletak pada penggunaan teknik analisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear, penggunaan sampel dan tahun observasi. Penelitian ini tidak menggunakan variabel moderating. Wirawan (2007) meneliti pengaruh kinerja keuangan dan variabel makro ekonomi terhadap harga saham pada industri tekstil dan garmen di BEJ periode 2000-2006. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda yang hasilnya menyatakan bahwa Current ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham dan Return on investment tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham pada industri tekstil dan garmen yang terdaftar di PT. Bursa Efek Jakarta periode 2000-2006. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah penggunaan kinerja keuangan sebagai variabel bebas. Perbedaan terletak pada penggunaan teknik analisis Moderated Regression Analysis (MRA) yang merupakan aplikasi khusus regresi berganda linear, tahun observasi dan sampel yang digunakan. 14 Yanuarto (2005), dengan judul “Pengaruh Faktor Fundamental dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Industri Rokok Yang Terdaftar di BEJ” dengan menganalisis pengaruh current ratio, debt to equity ratio, total assets turnover, return on investment, price earning ratio, earning per share, Price to book value, dan tingkat suku bunga terhadap harga saham industri rokok periode 1994-2003. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Regresi Linear Berganda dan dengan program SPSS diperoleh hasil bahwa variabel bebas CR, DER, Price to book value, dan tingkat suku bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Persamaan dengan penelitian tersebut adalah penggunaan faktor fundamental sebagai variabel bebas. Perbedaan terletak pada tahun observasi, sampel penelitian dan tidak menggunakan variabel pemoderasi. 2.3 Rumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara dari pokok permasalahan penelitian yang diuji kebenarannya. Tingkat profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang memperoleh tingkat keuntungan tinggi maka akan memperbesar investasi. Hubungan antara profitabilitas dan IOS yang dilakukan pengujiannya oleh Alnajjar dan Belkoui (2001) serta Lestari (2004) menunjukan hasil yang signifikan positif. Penelitian yang dilakukan oleh Pagalung (2002) dalam Hamzah (2007) antara likuiditas dan IOS tidak menunjukan pengaruh yang signifikan. Hamzah (2007) menyatakan bahwa pada tahap pendirian dan ekspansi awal rasio keuangan berpengaruh secara signifikan, sedangkan pada tahap ekspansi akhir, kedewasaan, dan decline tidak berpengaruh signifikan terhadap IOS. Uji parsial menyatakan bahwa pada tahap 15 ekspansi awal rasio yang berpengaruh adalah rasio aktivitas dan solvabilitas. Tahap ekspansi akhir, kedewasaan dan decline tidak ada satu pun rasio yang mempengaruhi IOS. John, dan Nachman (1985), Miller dan Rock (1985), dan Ambarish, john, dan williams (1987) dalam Arifin (2005) mengembangkan model dimana tingkat pengeluaran investasi yang di pilih oleh manejer dapat memberikan sinyal yang terpercaya tentang aliran kas perusahaaan. Sinyal ini di percaya karena jika perusahaan memang dalam posisi yang lemah maka perusahaan tersebut tidak akan dapat melakukan pengeluaran investasi tanpa harus menguras cadangan kasnya. Akibatnya, peningkatan investasi merupakan sinyal bagus (akan direspon positif) bagi investor dan penurunan investasi akan merupakan sinyal buruk. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: H1: Set Kesempatan Investasi yang dimiliki mempengaruhi hubungan antara profitabilitas dan return saham perusahaan. H2: Set Kesempatan Investasi yang dimiliki mempengaruhi hubungan antara likuiditas dan return saham perusahaan. 16