1 pendahuluan - IPB Repository

advertisement
1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah menetapkan beberapa
komoditas pertanian secara nasional yang dijadikan sebagai unggulan nasional
dalam menunjang pendapatan negara dari sektor non migas. Penetapan komoditas
pertanian unggulan nasional tersebut didasarkan atas beberapa kriteria yaitu
promosi ekspor, substitusi impor, eksistensi kelembagaan kemitraan usaha,
kesesuaian dengan komoditas unggulan spesifik daerah. Buah Manggis ini
dijadikan buah unggulan nasional, sehubungan dengan keunikan yang terdapat di
dalamnya (bentuk unik dan manfaat yang diperoleh daripadanya banyak), selain
untuk konsumsi buah segar pada bagian kulitnya juga dapat dijadikan untuk bahan
baku industri farmasi, industri makanan dan industri lainnya. Dari sisi jumlah
negara produsen, buah Manggis hingga saat ini masih dibudidayakan dan diekspor
oleh beberapa negara tertentu, sehingga potensi pasarnya masih terbuka lebar.
Walaupun Manggis sebagai buah unggulan nasional, akan tetapi dalam
kenyataannya masih terkendala dalam pengembangannya (Saptana et al. 2005).
Dari sisi konsumen, adanya tanggapan positif tentang komoditas buah
Manggis, baik konsumen lokal dan terutama konsumen manca negara. Selain dari
rasa (segar manis sedikit masam), tampilan (bentuk, warna dan tekstur yang
eksotik) dan kegunaan (kulit, daun dan batang) sebagai bahan baku zat pewarna,
kosmetik dan jamu. Manggis juga memiliki sifat dan kandungan zat dengan
kemampuan penyembuhan dan terapi berbagai penyakit (xanthones, anti-oksidan,
anti-inflamatori, dsb). Tentunya dengan banyaknya kegunaan buah Manggis ini
akan semakin meningkatkan permintaan akan buah Manggis sebagai buah ekspor
unggulan di manca negara.
Dari sisi produksi secara umum, menurut data BPS perkembangan produksi
buah Manggis dua (2) tahun terakhir, yaitu pada tahun 2010-2011 mengalami
peningkatan dari 84.538 ton menjadi 2.131.139 ton, sehingga terjadi pertambahan
produksi 2.046.601 ton. Khusus pada provinsi Jawa Barat terjadi peningkatan dari
27.983 ton menjadi 357.188 ton, sehingga terjadi pertambahan produksi 329.205
ton (BPS 2012). Namun hal ini tidak selaras dengan peningkatan volume dan nilai
ekspor buah Manggis.
Dalam menyelaraskan peningkatan produksi dengan volume ekspor
diperlukan penerapan manajemen rantai pasok yang baik pada semua stakeholder
rantai pasok buah Manggis. Peningkatan volume ekspor sangat berkaitan dengan
peningkatkan nilai ekspor dan peningkatkan pendapatan atau keuntungan bagi
seluruh anggota rantai pasok. Kerjasama antara mitra bisnis dan tanggung jawab
terhadap kebutuhan konsumen merupakan strategi bersaing dengan tetap
mempertahankan kebutuhan peningkatan efisiensi dalam operasi. Oleh karena itu,
manajemen rantai pasok mulai sangat dibutuhkan.
Peluang meningkatkan ekspor komoditas hortikultura, khususnya buah
Manggis dari Indonesia ke manca negara cukup besar, apabila penanganan mulai
di tingkat on farm hingga pasca panen melalui pengembangan rantai pasok yang
dilakukan dengan baik. Pengembangan rantai pasok buah Manggis dapat
dilakukan dengan memperhatikan aspek jumlah, kontinyuitas, mutu dan distribusi
2
yang memadai dengan melakukan penanganan rantai pasok yang baik melalui
pembentukan manajemen rantai pasok yang tangguh.
Namun, masalah besar (risiko) dalam pengembangan industri hortikultura
adalah sifat komoditas yang mudah rusak, khususnya buah dan sayuran hampir
tidak pernah ada yang mempunyai umur kesegaran panjang setelah dipanen.
Kondisi produk tersebut adalah produk hayati yang masih melakukan proses
respirasi setelah panen. Selain itu, tanaman holtikultura juga bersifat kamba,
sehingga membutuhkan tempat yang lapang, produk biasa dikonsumsi dalam
keadaan segar, mutu produk sangat memengaruhi pasaran, dan harga selalu
berubah-ubah (Sunarjono, 1984). Di sisi lain sistem produksi di lokasi yang
terpencar, serta skala usaha kecil dan belum efisien juga menjadi penyebab utama
yang menjadi risiko, atau ketidakpastian produk buah nasional sehingga kurang
dapat bersaing di pasar internasional.
Karena risiko dan ketidakpastian dapat berdampak pada keandalan, biaya
dan efisiensi kegiatan produksi, pengolahan dan pemasaran, maka saat ini tidak
cukup hanya dengan mengandalkan SCM saja dalam pengembangan rantai pasok
buah Manggis, karena risiko menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan manajemen risiko pada konteks manajemen rantai pasok yang
biasa disebut sebagai manajemen risiko rantai pasok (SCRM). Tujuan manajemen
risiko adalah minimisasi kerugian dan meningkatkan kesempatan, ataupun
peluang pada rantai pasok. Sasaran utama dari implementasi manajemen risiko
adalah melindungi perusahaan terhadap kerugian yang mungkin timbul, Sehingga
diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat
ditangani dengan baik, dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam rantai
pasok untuk dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh (Peck and Cristopher
2004).
Hal di atas diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti et al.
(2012) dimana dikemukakan bahwa salah satu tujuan rantai pasok yang paling
penting ialah menurunkan risiko setelah membangun kekuatan finansial dan
meningkatkan akses informasi. Jadi kebutuhan akan peningkatan kemampuan,
atau kompetensi dari SCRM buah Manggis sangat penting sebagai salah satu
syarat untuk usaha mengembangkan SCM buah Manggis dalam membentuk suatu
SCM yang tangguh bagi rantai pasok buah Manggis, khususnya pada rantai pasok
buah Manggis di Jawa Barat yang saat ini masih diabaikan.
SCRM merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan
menjalankan manajemen rantai pasok dan bisnis untuk mengelola risiko yang
mungkin akan terjadi. Suatu manajemen risiko memiliki tahapan yang terdiri dari
identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko, monitor dan review, serta
komunikasi dan konsultasi. Tahapan-tahapan ini dilakukan untuk menguraikan
prioritas sumber dan jenis risiko yang terjadi pada rantai pasok buah Manggis,
serta prioritas faktor yang memengaruhi peningkatan manajemen rantai pasok
pada buah Manggis. Oleh karena itu, hasil dari manajemen risiko rantai pasok
dapat dijadikan panduan dalam meminimalkan risiko pada rantai pasok buah
Manggis.
3
1.2 Perumusan Masalah
Manajemen rantai pasok (Supply Chain Management) produk pertanian
mewakili manajemen proses produksi secara keseluruhan dari kegiatan
pengolahan, distribusi dan pemasaran, sehingga produk yang diinginkan sampai
ke tangan konsumen. Tujuan yang mendasari manajemen rantai pasok pertanian
adalah menyediakan produk tepat (jumlah dan mutu), dalam jumlah tepat, ke
tempat tepat, pada waktu tepat dan dengan biaya yang kompetitif dan untuk
mendapatkan uang/keuntungan dari kegiatan tersebut. Manajemen rantai pasok
produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur
lainnya. Bila dibandingkan dengan perusahaan manufaktur maka, perusahaan
yang mengelola sektor pertanian memiliki tingkat kebergantungan dan
kompleksitas yang tinggi pada jaringan rantai pasoknya.
Menurut data dari Direktorat Jenderal Hortikultura dalam Astuti et al.
(2010) sentra produksi buah Manggis terbesar di Indonesia adalah Provinsi Jawa
Barat dengan Kabupaten Purwakarta, Subang, Bogor dan Tasikmalaya merupakan
Kabupaten penghasil buah Manggis yang terbanyak. Produksi buah Manggis dari
empat (4) kabupaten tersebut memberikan kontribusi 90% terhadap produksi buah
Manggis di Provinsi Jawa Barat dan 29% terhadap produksi buah Manggis
nasional, sehingga potensi pengembangan kawasan buah Manggis di Provinsi
Jawa Barat dapat dijadikan tolak ukur dalam meningkatkan potensi peningkatan
volume ekspor nasional.
Peluang inilah yang menarik minat PT Agung Mustika Selaras untuk
mendapatkan keuntungan sebagai salah satu eksportir buah Manggis terbesar di
Indonesia yang hampir menguasai pangsa pasar 50% dan berada di 12 provinsi.
Untuk itu, melalui kerjasama yang baik antara PT AMS dengan mitra rantai pasok
khususnya para petani Manggis di Jawa Barat dapat memberikan peningkatan
kesejahteraan tidak hanya bagi PT AMS, tetapi juga bagi para petani Manggis,
baik yang tergabung dalam kelompok tani maupun yang tergabung dalam
Koperasi Bina Usaha melalui bagi hasil keuntungan yang merata.
Menciptakan keunggulan kompetitif tidak cukup hanya dengan
mengandalkan manajemen rantai pasok, karena risiko menjadi lebih canggih
daripada sebelumnya dan hal ini memerlukan pendekatan baru, serta metodologi,
termasuk manajemen risiko dalam mengelola dunia bisnis global yang penuh
dengan kejutan, terutama pada rantai pasok. Di sisi lain peningkatan
ketidakpastian dalam rantai pasok mengharuskan perusahaan lebih banyak
menghabiskan sumber daya dalam mengatasi permintaan, penawaran, serta
ketidakpastian untuk keberlanjutan yang lebih baik dari rantai pasok perusahaan.
Menariknya peningkatan ketidakpastian tidak hanya disebabkan oleh bisnis
eksternal, tetapi juga disebabkan oleh internal seperti peningkatan kompleksitas
struktur rantai pasok dan mekanisme yang bervariasi, dimulai dari rantai pasok
bisnis perusahaan.
Dengan menggabungkan manajemen rantai pasok dan manajemen risiko ini,
maka diharapkan tantangan bisnis masa depan berupa ketidakpastian bisnis dapat
ditangani dengan baik, yaitu dengan cara mengelola dan mengurangi risiko dalam
rantai pasok, sehingga dapat menghasilkan rantai pasok yang tangguh. SCRM
merupakan salah satu unsur penting dalam keberlanjutan menjalankan manajemen
rantai pasok dan bisnis perusahaan dalam mengelola risiko yang mungkin akan
4
terjadi karena semakin berkembangnya dunia perusahaan dan meningkatnya
kompleksitas aktivitas perusahaan mengakibatkan meningkatnya tingkat risiko
yang dihadapi perusahaan, khususnya pada aktivitas rantai pasok perusahaan.
Dengan tingginya tingkat ketergantungan dan kompleksitas dari rantai pasok buah
Manggis, maka perlu dirancang dan diterapkan suatu manajemen risiko dengan
tahapan yang terdiri dari identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian risiko,
monitor dan review, serta komunikasi dan konsultasi.
Analisis manajemen risiko pada rantai pasok disalah satu perusahaan
eksportir Manggis di Jawa Barat dilakukan dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif dan metode Analytic Network Process (ANP). Metode
deskriptif digunakan untuk melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah Manggis
berupa kajian pustaka dan wawancara dengan para narasumber untuk
mengidentifikasi sumber risiko dan faktor yang memengaruhi manajemen risiko
rantai pasok Manggis yang menjadi obyek penelitian.
Metode ANP digunakan untuk menganalisis dan mengevaluasi sumber
risiko dan faktor risiko yang teridentifikasi pada suatu rantai pasok dan untuk
menentukan alternatif solusi dari pengendalian risiko diperusahaan. Proses
analisis dan evaluasi dengan metode ini dilakukan dengan wawancara dan
penggunaan kuesioner yang diberikan pada narasumber ahli yang
pendapat/penilaiannya dianggap mewakili para pelaku rantai pasok dalam
menentukan prioritas. Penggunaan metode ANP ini didasarkan dari kekuatan
ANP untuk mengidentifikasi adanya hubungan saling keterkaitan antar obyek
(selama ini diabaikan). Hal ini memungkinkan interaksi dan umpan balik dalam
klaster (inner dependence) dan antara klaster (outer dependence). Umpan balik
yang lebih baik dapat menangkap pengaruh kompleks yang saling memengaruhi
dengan penggunaan skala prioritas rasio dari distribusi pengaruh antar unsur-unsur
dan diantara kelompok.
Tujuan penggunaan metode ANP diharapkan dapat menangkap interaksi
ketergantungan yang tinggi antar jenis risiko dan faktor-faktor risiko yang
memengaruhi dalam meningkatkan manajemen risiko rantai pasok buah Manggis,
sehingga dapat ditentukan prioritas risiko dan pilihan alternatif pengendalian
risiko yang akurat untuk membuat keputusan yang lebih baik dalam mengatasi
risiko yang akan dihadapi oleh rantai pasok perusahaan.
Untuk mengembangkan rantai pasok buah Manggis dengan tujuan
menurunkan risiko, terdapat lima (5) pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan manajemen rantai pasok buah Manggis yang
dilakukan ?
2. Apa sumber permasalahan rantai pasok buah Manggis yang dapat
menimbulkan risiko yang berpotensi menyebabkan ketidakpastian pada
kegiatan rantai pasok buah Manggis ?
3. Bagaimana prioritas dari risiko yang paling berpotensi menyebabkan kerugian
bagi rantai pasok buah Manggis ?
4. Bagaimana pemilihan solusi pengendalian risiko dan faktor-faktor pendorong
risiko yang paling penting dalam meningkatkan manajemen risiko rantai
pasok ?
5. Bagaimana proses manajemen risiko dapat menciptakan perbaikan
berkelanjutan (continuous improvement) ?
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian
ini:
1. Mengidentifikasi kegiatan rantai pasok buah Manggis.
2. Mengidentifikasi sumber dan jenis risiko pada kegiatan rantai pasok buah
Manggis.
3. Menganalisis risiko yang paling berpotensi menimbulkan kerugian pada
kegiatan rantai pasok buah Manggis.
4. Menganalisis pemilihan alternatif solusi pengendalian risiko dan faktor-faktor
pendorong risiko lain dalam meningkatkan kemampuan manajemen risiko
rantai pasok.
5. Merancang manajemen risiko rantai pasok buah Manggis untuk perbaikan
berkelanjutan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk:
1. Pihak perusahaan untuk menangani risiko rantai pasok buah Manggis, serta
mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya.
2. Dapat membantu pemangku kepentingan untuk pengambilan keputusan dalam
membuat perencanaan manajemen rantai pasok buah Manggis dengan
pertimbangan meminimalkan risiko dan optimalisasi keuntungan.
3. Untuk meningkatkan kewaspadaan pada semua pelaku rantai pasok terhadap
munculnya risiko yang dapat memengaruhi kinerja rantai pasok secara
keseluruhan.
4. Dapat mempermudah melakukan pengawasan risiko dan penanganannya
sehingga menajemen risiko menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini dapat dijadikan referensi, atau bahan
literatur yang berhubungan dengan manajemen risiko pada rantai pasok buah
Manggis.
Download