BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metropolitan Area Network (MAN) MAN adalah singkatan MetropolitanArea Network, yaitu jaringan yang mempunyai cakupan yang relatif luas dibanding cakupan LAN. Dalam hal ini jaringan menghubungkan beberapa buah jaringan kecil ke dalam lingkungan area yang lebih besar, seperti jaringan beberapa kantor cabang sebuah bank di dalam sebuah kota besar yang dihubungkan antara satu dengan lainnya yang ditunjukkan pada Gambar 1 [3]. Gambar 2.1 MetropolitanArea Network (MAN) Kelebihan MAN: 1. Server kantor pusat dapat berfungsi sebagai pusat data dari kantor cabang. 6 Universitas Sumatera Utara 2. Informasi dapat disebarkan dengan lebih meluas dan cepat. 3. Transaksi yang Real Time (data di server pusat di-update saat itu juga). 4. Komunikasi antar kantor bisa menggunakan e-mail, chatting dan VideoConference (ViCon). Kekurangan MAN: 1. Biaya operasional mahal. 2. Instalasi infrastrukturnya tidak mudah. 3. Jika sebuah komputer pribadi digunakan sebagai terminal, memindahkan file (filetransfersoftware) membolehkan pengguna untuk mengambil file (download) dari host ataupun menghantar data ke host (upload). 4. Rumit jika terjadi trouble jaringan (networktroubleshooting). 2.2 IP Address Versi 4 IP address versi 4 (IPv4) yang umum dipakai saat ini, terdiri atas 4 oktet, yang mana setiap oktet mampu menangani 255 buah komputer yang mampu menangani jumlah pengguna maksimal sebanyak 4.228.250.625 buah komputer [4]. Pengalamatan IP menurut pembagian kelasnya yakni kelas A, B dan C dapat dipisahkan menjadi dua bagian yakni bagian network bit dan bagian host bit. Network bit berperan sebagai pembeda antarjaringan ataunetwork identification (ID), sedangkan host bit berperan sebagai host identification(ID). Ilustrasi networkdanhost ID diperlihatkan pada Gambar 2.2 [5]. 7 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.2 Ilustrasi Network ID dan Host ID Berikut ini penjelasan masing-masing kelas IPaddress: a. Kelas A Bagan IP address kelas A diperlihatkan pada Gambar 2.3 [5]. Gambar 2.3 Bagan IP AddressKelas A Bit pertama bernilai 0 dan 7 bit berikutnya (8 bit pertama) merupakan bit-bit untuk network. Sisanya, yaitu 24 bit terakhir merupakan bit-bit untuk host. b. Kelas B Bagan IP addresskelas B diperlihatkan pada Gambar 2.4 [5]. Gambar 2.4 Bagan IP AddressKelas B Dua bit pertama bernilai 10 dan 14 bit berikutnya (16 bit pertama) merupakan bit untuk network. Sisanya, yaitu 16 bit terakhir merupakan bitbit untuk host. c. Kelas C Bagan IP address kelas C diperlihatkan pada Gambar 2.5 [5]. 8 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Bagan IP AddressKelas C Tiga bit pertama bernilai 110 dan 21 bit berikutnya (24 bit pertama) merupakan bit-bit untuk network. Sisanya, yaitu 8 bit terakhir merupakan bit-bit untuk host. 2.3 Static Routing Static routing merupakan sebuah mekanisme pengisian tabel routing yang dilakukan oleh administrator secara manual pada tiap-tiap router. Static routing memiliki beberapa keuntungan: 1. Meringankan kerja processor yang terdapat di router. 2. Tidak ada bandwidth yang digunakan untuk pertukaran informasi (isi dari tabel routing) antar router. 3. Tingkat keamanan lebih tinggi dibanding dengan mekanisme lainnya. Sedangkan kekurangan yang dimiliki oleh static routing antara lain: 1. Administrator harus mengetahui informasi tiap-tiap router yang terhubung dengan jaringan. 2. Jika terdapat penambahan atau perubahan topologi jaringan, administrator harus mengubah isi tabel routing. 3. Tidak cocok untuk jaringan router yang besar. 9 Universitas Sumatera Utara 2.4 Dynamic Routing Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh administrator. Router akan saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan memelihara tabel routing. Pemilihan jalur dilakukan berdasarkan pada jarak terpendek antara device pengirim dan device tujuan. Untuk merepresentasikan jarak, dynamic routing menggunakan nilai metric. Parameter-parameter yang biasa digunakan untuk menghasilkan sebuah nilai metric, diantaranya: 1. Hop count, berdasarkan pada banyaknya router yang dilewati. 2. Ticks, berdasarkan waktu yang diperlukan dengan satuan waktu ticks. 3. Cost, berdasarkan pada perbandingan sebuah nilai patokan standard dengan bandwidth yang tersedia. 4. Compose metric, berdasarkan hasil perhitungan dari parameter-parameter berikut [6]: - Bandwidth - Delay - Load - Reliability - MTU (Maximum Transmit Unit) 2.5 RoutingProtocol Routing table berisikan berbagai routing jaringan baik dari perangkat yang terhubung langsung, konfigurasi manual dari static routing dan dynamic routingmenggunakan routing protocol.Berdasarkan kegunaannya, routing 10 Universitas Sumatera Utara protocol dapat dibagi menjadi dua bagian seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.6, yakni [7]: 1. Interior Gateway Protocol (IGP) yakni protokol yang digunakan untuk melakukan routing dalam sebuah AS (Autonomous System). Routing ProtocolIGP mencakup RIP, EIGRP, OSPF dan IS-IS. 2. Exterior Gateway Protocol (EGP) yakni protokol yang digunakan untuk melakukan routing antarsistem AS (inter-AS). Gambar 2.6 Klasifikasi Routing Protocol 2.5.1 Open Shortest Path First (OSPF) OSPF merupakan protokol routing yang dikembangkan untuk jaringan IP dengan Interior GatewayProtocol (IGP) oleh working group Internet Engineering Task Force (IETF). Working group ini mendesain IGP didasarkan pada algoritma Shortest Path First (SPF) yang digunakan di Internet. OSPF adalah protocol routing link-state yang akan mengirimkan Link-State Advertisements (LSA) ke semua router dengan area hierarkis yang sama. Pada OSPF LSA, informasi akan disertakan pada interface beserta variabel yang lain. 11 Universitas Sumatera Utara Router OSPF akan mengakumulasi informasi link-state dan menggunakan algoritma SPF untuk menghitung jalur terpendek pada setiap node [8]. OSPF banyak digunakan sebagai IGP, terutama dalam jumlah jaringan yang besar. Jaringan ini dapat dihubungkan ke jaringan penyedia layanan yang besar yang menggunakan routing protokol lain seperti IS-IS [9]. 2.5.2 Routing Information Protocol(RIP) RIP merupakan protokol distance-vector yang menggunakan hitungan lompatan dalam pengukurannya. RIP sangat banyak digunakan pada lalu lintas router Internet secara global. RIP akan mengirimkan pesan routing-update pada interval tertentu secara reguler termasuk perubahan-perubahan pada entrinya, sehingga tabel routing-nya akan selalu ter-update. Router RIP akan selalu mempertahankan rute yang terbaik melalui nilai perhitungan terkecil menuju ke tujuannya. Setelah melakukan update pada tabel routing, router tersebut akan segera memulai transmisi updating ke seluruh router jaringan. Update ini sama sekali tidak tergantung dengan update yang secara reguler dilakukan. RIP merupakan routing protocol yang paling mudah di konfigurasi. RIP pada awalnya ditentukan dalam RFC 1058 ini memiliki karakteristik utama sebagai berikut [3] [8]: 1. Hop digunakan sebagai metrik untuk pemilihan path. 2. Jika jumlah hop untuk jaringan lebih besar dari 15, RIP tidak dapat menyediakan rute ke jaringan itu. 3. Updating Routing disiarkan atau multicast setiap 30 detik, secara default . 12 Universitas Sumatera Utara 2.5.3 Border Gateway Protocol (BGP) Ada 2 aktivitas dasar yang terjadi dalam proses routing, yaitu penentuan jalur paling optimal dan transportasi kumpulan informasi atau paket melalui Internetwork. BGP merupakan protokol yang menggunakan penentuan jalur paling optimal. BGP menampilkan interdomain routing pada jaringan TCP/IP. BGP merupakan EGP, yang berarti bahwa BGP melakukan routing antara sistem autonomous atau domain. BGP dikembangkan untuk menggantikan EGP yang sudah ketinggalan zaman. Seperti pada protokol routing yang lain, BGP akan mengolah tabel routing, dan mentransmisikan update routing. Fungsi utama dari sistem BGP adalah melakukan pertukaran informasi jaringan termasuk informasi tentang daftar jalur secara autonomous dengan sistem BGP yang lain. Informasi ini dapat digunakan untuk membangun konektivitas sistem autonomous dengan menggunakan pemangkasan loop routing. BGP digunakan untuk menghindari routing loop pada jaringan internet [10] [8]. BGP sebenarnya routing protocol interdomain primer, dan telah digunakan sejak komersialisasi internet. Karena sistem yang terhubung ke internet berubah secara konstan, maka jalan yang paling efisien antara sistem harus diperbaharui secara teratur. Jika tidak, komunikasi akan terlambat atau berhenti. Tanpa BGP, e-mail, transmisi halaman web, dan komunikasi internet lainnya tidak mencapai tujuan yang dimaksudkan. Walaupun BGP jauh lebih kompleks dibandingkan dengan protokolprotokol vektor jarak pada umumnya, protokol ini masih tetap rentan terhadap 13 Universitas Sumatera Utara permasalahan looping yang muncul karena mekanisme routing ‘mouth-to-mouth’. Untuk mengatasi hal ini, BGP memanfaatkan metode-metode yang sama, seperti misalnya split horizon, sebagaimana protokol-protokol vektor jarak lainnya [11] [12]. 2.6 Teknologi Jaringan Berbasis MPLS Konsep utama MPLS adalah teknik peletakan label dalam setiap paket yang dikirim pada jaringan ini. Label tersebut akan memuat informasi penting yang berhubungan dengan informasi routing suatu paket, antara lain berisi tujuan paket serta prioritas paket mana yang harus dikirimkan terlebih dahulu. Routingprotocol pada layer 3sistem OSI berperan dalam menyampaikan paket-paket data dalam jaringan ini sedangkan MPLS berada di antara layer 2 dan layer 3 [13].Jaringan ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu [14]: 1. MPLS mengurangi banyaknya proses pengolahan yang terjadi di IP routerserta memperbaiki kinerja pengiriman suatu paket data. 2. MPLS juga bisa menyediakan Quality of Service (QoS) dalam jaringan backbonedengan menggunakan teknik Differentiated Services (Diffserv) sehingga setiap layanan paket yang dikirimkan akan mendapat perlakuan yang berbeda sesuai dengan skala prioritasnya. 2.7 Struktur Header MPLS Header MPLS adalah sebuah field yang berisi 32 bit dengan struktur khusus. Susunan dari sebuah label MPLS ditunjukkan pada Gambar 2.7 [14]: 14 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.7 Susunan HeaderMPLS Struktur penyusun sebuah header MPLS diantaranya adalah[14]: a. Nilai Label, yakni 20 bit pertamadengan rentang dari 0 sampai 1.048.575. Namun 16 nilai label pertama dikecualikan dari penggunaan umum. b. Bit EXP, yakni bit 20 sampai 22 sebagai tiga bit eksperimen yang digunakan hanya untuk Quality of Service (QoS). c. Bit S (1 bit), yakni bit 23 sebagai bit Bottom of Stack (BoS), bernilai 0 kecuali jika label ini berada dalam stack maka BoS bernilai 1. d. Bit TTL, yakni 8 bit terakhir yang digunakan sebagai Time ToLive (TTL) yang memiliki fungsi yang sama seperti TTL pada IP header. 2.8 Label Stacking Router yang berkemampuan menjalankan MPLS memerlukan lebih dari satu label pada bagian atas dari paket untuk proses merutekan paket melalui jaringan MPLS dengan mengemas label ke dalam stack. Gambar 2.8 memperlihatkan struktur dari label stack [14]. 15 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.8 Label Stack 2.9 MPLS dan Model Referensi OSI Umumnya teknologi MPLS ini menggunakan model referensi Open System Interconnection (OSI)yang terdiri atas tujuh layer berdasarkan Gambar 2.9 [14], yaitu: Gambar 2.9 Letak Jaringan MPLS pada OSI Layer Physical layer menyangkut karakteristik pengkabelan, mekanis dan elektris. Data link layer menyangkut format frame seperti Ethernet, PPP, HDLC, Asynchronous Transfer Mode (ATM) dan Frame Relay. Network layermenyangkut format dari paket end to end seperti IP. MPLS bukan menggantikan protokol data link layer karena enkapsulasi layer tersebut masih tetap ada dengan paket terlabel dan bukan protokol network layerkarena protokol layer tersebut juga masih digunakan pada header paket data. Teknologi labelforwarding dariMPLS tidak menggantikan IP forwarding, tetapi menyempurnakan IP forwardingdengan mengatasi kekurangan yang dimilikinya melalui proses enkapsulasi paket data layer ketiga ke dalam sebuah label. MPLS 16 Universitas Sumatera Utara bekerja diantara layer kedua dan layer ketiga sehingga tidak sesuai dengan model OSI dan dianggap sebagai layer2,5[14] [15]. 2.10 Arsitektur MPLS Jaringan MPLS terdiri atas jalur yang disebut label-switched path (LSP), yang menghubungkan titik-titik yang disebut label-switched router (LSR). Setiap LSP dikaitkan dengan sebuah Forwarding Equivalence Class (FEC) yang merupakan kumpulan paket yang menerima perlakuan forwarding yang sama di sebuah LSR[14]. 2.10.1 Label Switch Router (LSR) Router LSR adalah router yang mendukung layanan MPLS yang berkemampuan untuk mengolah label MPLS baik saat menerima maupun mengirim sebuah paket berlabel pada lapisan data link. Ada tiga jenis LSR yang dibutuhkan pada sebuah jaringan MPLS[14], yakni: 1. Ingress LSR, yaitu LSR yang menerima sebuah paket yang belum terlabel, menyisipkan sebuah label (stack) di depan paket tersebut dan mengirimkannya pada lapisan data link. 2. Egress LSR, yaitu LSR yang menerima paket yang terlabel, menghapus label dan mengirimnya pada sebuah lapisan data link. 3. Intermediate LSR, yaitu LSR yang menerima paket berlabel yang datang, mengolah, mengganti dan mengirim paket pada data link yang benar. LSR harus mampu untuk melakukan operasi pop, yaitu menghapus satu atau lebih label dari labelstack atas sebelum paket dikirimkan keluar 17 Universitas Sumatera Utara (disposingLSR) oleh Egress LSR. Kemudian,LSR juga harus mampu melakukan operasi push satu atau lebih label ke atas paket yang diterima. Jika paket yang diterima sudah dilabel, router LSR melakukan operasi pushterhadap satu atau lebih label lagi ke atas label stack dan meneruskan paket tersebut, termasuk pada sebuah paket yang belum dilabel (imposing LSR) karena merupakan LSR pertama untuk memaksakan label ke atas paket oleh IngressRouter. Sebuah LSR juga harus mampu melakukan operasi swap, yakni penggantian label stack bagian atas dengan sebuah label baru yang dilakukan pada saluran outgoingdatalink [14]. Gambar 2.10 menunjukkan beberapa operasi pada label[14]. Gambar 2.10 Operasi pada Label 2.10.2 Label Switched Path (LSP) LSP adalah sebuah jalur paket data pada jaringan MPLS berupa rangkaian LSR yang menukarkan paket-paket berlabel secara unidirectional. LSR pertama dari sebuah LSP ialah ingress LSR sedangkan LSR terakhir dari LSP adalah egress LSR. Semua LSR diantara ingress danegress LSR ialah IntermediateLSR[14]. Untuk membentuk LSP, diperlukan protokol 18 Universitas Sumatera Utara pensinyalan. Protokol ini menentukan forwarding berdasarkan label pada paket. Label yang pendek dan berukuran tetap mempercepat proses forwardingdan mempertinggi fleksibilitas pemilihan jalur [14].LSP sebagai jalur MPLS dapat dilihat pada Gambar 2.11 [14]. Gambar 2.11 LSP Melalui Sebuah Jaringan MPLS 2.10.3 Forwarding Equivalence Class (FEC) FEC adalah suatu kelompok paket yang diteruskan di sepanjang jalur yang sama dan diperlakukan dengan perlakuan forwarding yang sama. Semua paket yang dimiliki oleh FEC yang sama memiliki label yang sama. Namun demikian, tidak semua paket yang memiliki label yang sama dimiliki oleh FEC yang sama karena nilai EXP label yang berbeda. Router yang memutuskan paket mana yang dimiliki oleh FEC ialah ingress LSR. Hal ini disebabkan ingress LSR mengklasifikasikan dan melabeli paket-paket. Beberapa contoh dari FEC, yaitu[14]: 1. Paket layer 3 alamat IP tujuan disesuaikan prefix tertentu. 2. Paket multicast yang dimiliki oleh sebuah grup tertentu. 3. Paket berdasarkan precedence ataufield IP Diffserv Code Point (DSCP). 4. Paket dengan alamat IP tujuan layer 3 dariprefixBorder Gateway Protocol. 19 Universitas Sumatera Utara 2.11 Label Distribution Protocol Operasi distribusi label pada jaringan MPLS membutuhkan peran protokol pensinyalan untuk memungkinkan penukaran ikatan label tiap router. Label Distribution Protocol (LDP) adalah salah satu protokol distribusi label yang merupakan protokol sederhana dalam membangun LSP. Masing-masing LSR membuat sebuah ikatan lokal yang mengikat sebuah label ke prefix IPv4 melalui routing protocol Interior GatewayProtocol (IGP) dalam routing table untuk tiap prefix IP. Kemudian LSR menyalurkan ikatan ini ke semua LDP neighbor (LDP tetangga) dan menjadi ikatan remote. LDP neighbor kemudian menyimpan ikatan remote dan lokal ini dalam sebuah tabel khusus yang disebut Label Forwarding Information Base (LFIB). Dari semua ikatan remote untuk sebuah prefix, LSR hanya perlu mengambil satu ikatan remote dan menggunakannya untuk menentukan outgoing label untuk IP prefix tersebut. Routing table dalam RIB menentukan rute selanjutnya dari prefix IPv4 tersebut. LSR memilih ikatanremote yang diterima dari downstream LSR, yang merupakan next-hop dari routing table dan menggunakannya untuk membangun LFIB dimana label dari ikatan lokal melayani incoming label dan label dari satu ikatan remote dipilih melalui routing table yang melayani outgoing label[14]. Oleh karena itu, saat sebuah LSR menerima paket berlabel, maka saat itu kemampuan penukaran incoming label dan outgoing label ditugaskan oleh LSR yang berdekatan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.12 [14]. 20 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.12 Jaringan IPv4-over-MPLS yang Menjalankan LDP Berdasarkan Gambar 2.12,paket data yang sedang memasuki jaringan MPLS pada ingress LSR yang ditandai dengan label 129 dan dihubungkan ke LSR berikutnya. LSR kedua menukarkan incoming label 129 dengan outgoing label 17 dan meneruskan paket ke LSR ketiga. LSR ketiga menukarkan incoming label 17 dengan outgoing label 33 dan meneruskan paket ke LSR berikutnya[14]. 2.12 Metode MPLS Label Forwarding pada Paket Data IP forwarding konvensional paket data diteruskan dari satu router ke router selanjutnya dengan membuat keputusan secara independen untuk meneruskan paket tersebut. Setiap router dalam sebuah jaringan selalu menganalisis alamat tujuan dan alamat asal dari header paket tersebut kemudianmenjalankan algoritma routing protocol dalam menentukan next hop dari paket tersebut berdasarkan pemeriksaan pada routing table. Keputusan forwardingpaket data merupakan hasil dari pengelompokan paket data dalam FEC berdasarkan longest-match address prefix dan pemetaan FEC ke sebuah next hop. Jaringan MPLS yang menggunakan labelforwarding menjadikan label sebagai identifier yang digunakan pada paket dalam suatu jaringan MPLS terdiri 21 Universitas Sumatera Utara atas 20 bit, berbeda dengan penggunaan IP sebagai identifier pada jaringan IP konvensional yang melakukan IP forwarding terdiri atas 32 bit sehingga memberikan waktu proses komputasi oleh router yang lebih sedikit dibanding IPkonvensional saat melakukan mekanisme look up terhadap header paket data. Label dari paket tersebut digunakan sebagai indeks pada routing table yang berisi next hop dan label baru yang selalu diganti setiap kali menuju next hop. Selain itu tugas pengelompokan paket data dalam FEC dilakukan hanya satu kali ketika paket memasuki jaringan. FEC dari paket tersebut disisipkan label yang panjangnya tetap. Pada next hop router sepanjang jaringan dari paket yang berlabel tersebut tidak dilakukan analisis terhadap header paket data atau mengabaikan IP header dan mengoperasikan forwarding berdasarkan label paket data tersebut. Router pada IP forwarding konvensional juga menganalisis headerpaket data untuk menetapkan class of service (CoS). MPLS menyediakan pengelolaan QoS berdasarkan IP precedence atau CoS sepenuhnya berdasarkan label [16]. Proses penerusan paket berlabel dengan domain MPLS diperlihatkan pada Gambar 2.13 [17]. 22 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.13 Operasi Forwarding Paket Berlabel: (a) Paket Data Diteruskan Berdasarkan Labelnya, (b) Paket Diteruskan Berdasarkan IP Gambar 2.13 diatas menjelaskan proses perjalanan sebuah paket data dalam sebuah LSP yangditeruskan berdasarkan label dengan penentuan FEC dan nilai label yang sudah disepakati sebelumnya untuk masing-masing incoming dan outgoing link tiap router berdasarkan tabel LFIB pada saat paket data melewati router Bsebagai LSR ingress yang diperlihatkan pada Gambar 2.13(a). Kemudian pada Gambar 2.13(b) paket ini diteruskan kembali hingga ke alamat tujuan sepanjang intermediate LSR, yakni LSR C dengan mekanisme look upberdasarkan incoming label, outgoing label dan outgoing interface. hingga egressLSR atau edge router paket tersebut akan menghapus label dari header paket data tersebut dan meneruskannya ke host tujuan berdasarkan IP address [17]. 23 Universitas Sumatera Utara 2.13 Prinsip Kerja MPLS Prinsip kerja MPLS ialah penggabungan kecepatan switching pada layer kedua dengan kemampuan routing dan skalabilitas pada layer ketiga dengan menyelipkan label di antara header layer kedua dan layer ketiga pada paket yang diteruskan yang dikenal dengan mekanisme forwarding berdasarkan label, yakni setiap paket data hanya dianalisis sekali di dalam router dimana paket tersebut masuk ke dalam jaringan LSP untuk pertama kali dikenal dengan LSR. Label yang dihasilkan oleh Label Switching Router (LSR) bertindak sebagai penghubung jaringan MPLS dengan jaringan luar. Kemudian, paket diteruskan ke LSR berikutnya, di LSR ini label pada paket akan dilepas dan diberikan label yang baru berisikan tujuan berikutnya yang diteruskan dalam sebuah jalur yang disebut LSP. Mekanisme prinsip kerja jaringan MPLS sangat bergantung pada operasi swap terhadap label paket data. Penggantian label berdasarkan informasi dari router sebelumnya untuk keperluan transfer paket data dari pengirim menuju sisi penerima [18]. Gambar 2.14 memperlihatkan prinsip kerja suatu jaringan MPLS [18]. 24 Universitas Sumatera Utara Gambar 2.14 Prinsip Kerja Jaringan MPLS 2.14 Protokol Internet Control Message Protocol Internet Control Message Protocol (ICMP) merupakan protokol pada jaringan komputer yang bertugas dalam memberitahukan kepada pengguna tentang ada tidaknya koneksi jaringan, terjangkau atau tidaknya sebuah komputer server atau komputer tujuan, serta kemungkinan adanya balasan dari server tujuan atau komputer tujuan tersebut. Pesan ICMP dikirim oleh IP sebagai muatan dari datagram IP. Sistem ICMP bekerja dengan cara mengirimkan ICMP echo request dan ICMP echo reply kepada pengguna komputer melalui perintah ping dan menyediakan sebuah mekanisme untuk menghubungkan control message dan error reports [4] [19]. Gambar 2.15 menunjukkan susunan dan komposisi sebuah pesan ICMP [19]. Gambar 2.15 Susunan dari Pesan ICMP 2.15 Parameter Kinerja Jaringan Salah satu lembaga yang menetapkan standardisasi kinerja jaringan adalah Telecommunication and Internet Protocol Harmonization Over Network(TIPHON). TIPHON mendefinisikan Quality of Service (QoS) sebagai 25 Universitas Sumatera Utara pengaruh kolektif atas kinerja layanan yang menentukan tingkat kepuasan pemakailayanan [18].Parameter-parameter sistem yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Throughput Throughput adalah kemampuan sebenarnya suatu jaringan dalam melakukan pengiriman data yang diukur dalam bps.Persamaan untuk menghitung throughput: ππβππππππππβππππππ = ππππππππππ β ππππππππ ππππππππππππππ (ππππππππ ) ππππππππππ β π€π€π€π€π€π€π€π€π€π€ ππππππππππππππππππππ ππππππππ (π π π π π π ) (2.1) 2. Delay (latency) Latency (Delay) adalah lama waktu suatu paket yang diakibatkan oleh proses transmisi dari suatu titik ke titik lain yang menjadi tujuannya. Waktu tunda ini bisa dipengaruhi oleh jarak (misalnya akibat pemakaian satelit), atau kongesti (yang memperpanjang antrian), atau bisa juga akibat waktu olah yang lama (misalnya untuk digitizing dan kompresi data). Satuan yang digunakan pada perhitungan delay adalah milisecond (ms). Persamaan untuk menghitung delay[20]: π·π·π·π·π·π·π·π·π·π· = ππππππππππ β π€π€π€π€π€π€π€π€π€π€ ππππππππππππππππππππ ππππππππ (π π π π π π ) ππππππππππ β ππππππππππ ππππππππ ππππππππππππππππ (2.2) Nilai delay pada suatu jaringan dapat dikategorikan berdasarkan standardisasi TIPHON pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Delay versi TIPHON [20] 26 Universitas Sumatera Utara Kategori Besar Delay Sangat Bagus <150 ms Bagus 150 s/d 300 ms Sedang 300 s/d 450 ms Buruk >450 ms 3. Packet Loss PacketLoss adalah kegagalan transmisi paket data mencapai tujuannya. Umumnya perangkat network memiliki buffer untuk menampung data yang diterima. Jika terjadi kongesti yang cukup lama, buffer akan penuh, dan data baru tidak diterima. Satuan yang digunakan pada perhitungan packetloss adalah persen. Persamaan untuk menghitung packetloss [20]: ππππππππππππ πΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏπΏ = (ππππππππππ ππππππππ ππππππππππππππ −ππππππππππ ππππππππ ππππππππππππππππ ) ππππππππππ ππππππππ ππππππππππππππ π₯π₯100 % (2.3) Nilai packet loss pada suatu jaringan dapat dikategorikan berdasarkan standardisasi TIPHON pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Kategori Jaringan Berdasarkan Nilai Packet Loss versi TIPHON [20] Kategori Packet Loss Sangat Bagus 0% Bagus 3% Sedang 15% Buruk 25% 27 Universitas Sumatera Utara