PENGGUNAAN INDIKATOR WHO UNTUK MEMONITOR IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OBAT NASIONAL ( Hubungan antara karakter Negara dan Indikator Latar Belakang, Struktur, proses, dan Keluaran ) Oleh :Dripa Sjabana’ dan Sri Suryawati Kebijakan obat nasional mempunyai tujuan uatama yaitu terpenuhinya kebutuhan seluruh populasi akan ketersediaan obat dan keterjangkauan obat murah,efektif serta aman serta menjamin bahwa obat tersebut aman dan berkualiatas untuk digunakan. Masing-masing negara berbeda-beda dalam menerapkan kebijakan tersebut menyesuaikan dengan karaktersistik negara tersebut antara lain tingkat ekonomi dan halhal lain yang terukur dalam indikator WHO. Dalam menerapkan kebikjakan tersebut dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menjabarkan pola hubungan indikator- indikator antar kategori latar belakang, struktur, proses dan keluaran pada karakteristik negara pengguna indikator WHO. Penelitian yang dialkukan merupakan noneksperimental, retrospektif, dan bersifat analisis terhadap hasil pemamntauan implementasi kebijakan obat. Materi penelitian merupakan data hasil penggunaan indikator kebijakan obat nasional WHO dari 13 Negara WHO. Selanjutnya data dikumpulkan diskrining dan ditabulasi berdasar negara serta seluruh indikator implementasi kebijakan obat nasional. Kemudian di analisis dalam dua tahap yaitu analisis isi dan analisis statistik. Analisis statistik meliputi analisis kelompok dan analisis hubungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi pricing policy sebagai strategi kunci kebijakan obat nasional memerlukan status informasi sektor obat yang baik. Belanja obat publik total dan nilai total produksi lokal yang terjual didalam negeri menentukan secara spesifik capaian implementasi kebijakan harga. Pada sisi lain juga diperlukan dukungan jumlah asisten apoteker dan apoteker yang mamadai. Selain itu, implementasi kebijakan harga juga memerlukan kapsitas sistem farmasetika yang baik khususnya komponen struktur kebijakan harga itu sendiri. Terdapat dua komponen kunci atau strategi kunci dalam pola hubungan antar kategori yaitu kebijakan harga obat dan komponen informasi dan pendidikan berkelanjutan penggunaan obat,serta diperlukannya jumlah apoteker yang memadai. Ditribusi dan logistik obat merupakan salah satu titik kritis dalam rantai upaya mencapai segala tujuan kebijakan obat nasional. Diperlukan penelitian – penelitian lebih lanjut untuk menentukan secara ilmiah tentunya dengan melibatkan lebih banyak data dari negara yang dianalisis, karena pencapaian tujuan kebijakan obat nasional dipengaruhi oleh karakter negara dalam hal latar belakang,kapasitas sistem fermasetika dan implementasi kebijakan obat nasional. ANALISIS HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN TERHADAP PERILAKU KARYAWAN DALAM RANGKA MENJADI RUMAH SAKIT BADAN LAYANAN UMUM DAERAH Oleh : Shinta Wardhani Suryanegara, Wiku Adisasmito Perubahan sistem manajemen rumah sakit daerah, dari sistem manajemen korporat dikenal dengan nama Badan Layanan Umum (BLU) merupakan salah satu langkah perubahan manajemen rumah sakit yang diterapkan oleh pemerintah untuk menghadapi persaingan globalisasi. BLU mempunyai pengertian instansi di lingkungan pemerintahan yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan atau jasa yg dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan keiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktifitas. RSUD R Syamsudin SH adalah salah satu RSUD yg sedang dalam taraf pembenahan manajemennya dalam rangka menjadi rumah sakit BLUD. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan budaya organisasi dan kepemimpinan terhadap perilaku karyawan RSUD R Syamsudin SH dalam rangka menjadi rumah sakit BLUD serta untuk mengetahui perbedaan antara karyawan dengan jabatan struktural dan karyawan dengan jabatan fungsional dalam menyikapi budaya organisasi, kepemimpinan dan perilaku dalam rangka menjadi RS-BLUD. Penelitian yang dilakukan menggunakan model kuantitatif denagan desain cross sectional. Dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2006. Data yang digunakan adalah data primer melalui kuisioner. Analisis data menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Sampel penelitian berjumlah 283 orang yang dipilih berdasarkan stratifikasi random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan dengan jabatan fungsional di RSUD R Syamsudin SH lebih menunjukkan perilaku denial dan resistance, sedang untuk karyawan dengan jabatan struktural lebih kearah perilaku eksploratif dan komitmen dalam menyingkapi perubahn menjadi RS BLUD. Terdapat hubungan yang bermakna antara budaya organisasi terhadap perilaku dn kepemimpinan terhadap perilaku. Dari kedua variabel, ternyata variabel budaya organisasi merupakan pembentuk perilaku yang lebih besar dibandingkan dengan variabel kepemimpinan walaupun pengaruhnya adalah negatif. Dalam rangka menjadi RS BLUD, RSUD R Syamsudin SH perlu melakukan pembenahan pada budaya organisasi melalui perbaikan indikator masculinity-feminity yang merupakan pembentuk utama budaya organisasi di RSUD R Syamsudin SH. DETERMINAN KEPUASAN DOKTER PUSKESMAS TERHADAP SISTEM PEMBAYARAN KAPITASI PESERTA WAJIB PT ASKES DI KABUPATEN DONGGALA PROVINSI SULAWESI TENGAH Oleh : I Gede Made Wintara dan Julita Hendrartini Sistem pembayaran kapitasi telah diterapkan di indonesia sejak tahun 1993, dan di Kabupaten Donggala sejak tahun 1996 penelitian yang dilakukan adalah analitik cross sectional yang bertujuan untuk melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepuasan dokter puskesmas terhadap sistem pembayaran kapitasi peserta wajib PT ASKES. Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah semua dokter di puskesmas sekabupaten Donggala yaitu 26 orang. Data dalam bentuk tabel dan dianalisis deskriptif dan diuji menggunakan analisis rank correlation. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian dokter mempunyai tingkat kepuasan yang rendah meskipun 76,9 % dari mereka memiliki pengetahuan yang baik mengenai sistem kapitasi. Uji ststistik menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara poengetahuan dan besaran jasa medis terhadap kepuasan dokter. Adapun masa kerja dan jumlah peserta menujukan hubungan yang bermakna terhadap kepuasan dokter puskesmas dengan keerata hubungan yang sedang. Artinya semakin lama masa kerja semakin tinggi tingkat kepuasan. Semakin banyak peserta semakin tinggi pula tingkat kepuasan dokter puskesmas. Kesimpulannya adalah sebagian besar dokter puskesmas tidak puas terhadap sistem pembayaran kapitasi peserta wajib PT ASKES di Kabupaten Donggala. Berdasarkan data kualitatif, faktor - faktor yang mempengaruhi kepuasan dokter puskesmas dikarenakan besaran kapitasi yang sangat kecil, keterlambatan dalam pembayaran dan sulitnya mengklaim biaya rawat inap.