Mempertahankan Warisan Keanekaragaman Hayati Kawasan Konservasi Pegunungan Muller Kalimantan Tengah untuk Generasi Selanjutnya HIMBA BAHALAP JE PANGKAHAI, AKAN ANAK ESUN ITAH (Hutan Lestari untuk Anak Cucu Kita) RENCANA KERJA Jhon Piter Manalu eLPaM (Lembaga Pendidikan dan Pemberdayaa Masyarakat) Jl. P. M. Noor No. 2 A, Kel. Panarung, Kec, Pahandut Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah Telepon/Fax : 0536 32........ E-mail : [email protected] Palangka Raya September 2007 RINGKASAN EKSEKUTIF Kawasan Konservasi Muller merupakan hulu dari hampir semua sungai terbesar di Kalimantan: Sungai Barito (900 km) di Kalimantan Tengah dan Selatan, Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah, Sungai Kapuas (1,143 km) di Kalimantan Barat, dan Sungai Mahakam (775 km) di Kalimantan Timur. Satu diantara sedikit kawasan hutan hujan tropis yang masih utuh yang tersisa di Indonesia dengan keanekaragaman hayati yang tinggi serta endemisitas flora and fauna tinggi, tidak kurang dari 34% flora endemik. Dalam 7 kali ekspedisi yang dilaksanakan oleh LIPI di kawasan tersebut, tahun 2003-2004, dari 3.200 spesimen tumbuhan dan satwa awetan dan 900 koleksi hidup ditemui bahwa: (i) sedikitnya 40 jenis tumbuhan, 9 jenis ikan dan 10 jenis burung merupakan jenis endemik [artinya tidak ditemukan di tempat lain]; (ii) 10 jenis tumbuhan dan 8 jenis satwa adalah jenis yang langka; (iii) 5 jenis ikan dan 1 jenis tumbuhan merupakan catatan baru [new record]; dan (iv) 2 jenis tumbuhan dan 2 jenis ikan merupakan temuan baru [new species]. Secara umum LIPI menilai bahwa Kawasan Peg. Muller memenuhi 3 dari 10 kriteria Natural World Heritage, yakni dalam hal: (i) memiliki gejala alam atau keindahan alam yang luar-biasa dan penting [kriteria ke-7]; (ii) merupakan contoh proses ekologis dan biologis yang perlu diperhatikan dalam evolusi dan perkembangan ekosistem daratan, air tawar, pantai dan laut serta komunitas tumbuhan dan satwa [kriteria ke-9]; dan (iii) merupakan habitat alamiah yang penting dan perlu diperhatikan dalam konservasi keanekaragaman hayati lokal, termasuk spesies langka yang terancam punah dan perlu dilindungi dari sudut pandang keilmuan dan konservasi [kriteria ke-10]. Minimnya data keanekaragaman hayati kawasan (tidak pernah diteliti secara ilmiah) dan berbatasan dengan kawasan konsesi serta adanya kegaiatan yang bertentangan dengan konversi misalnya kegiatan penambangan adalah gambaran beberapa permasalahan mendasar yang ada di kawasan ini. Dalam skala yang lebih luas, kawasan Jantung Borneo (Heart of Borneo) perlu dilestarikan, karena merupakan sisa hutan di Pulau Kalimantan. Silahkan lihat prediksi perubahan tutupan hutan Pulau Kalimantan di masa depan (WWF Germany, 2005). Kawasan Konservasi Muller mempunyai fungsi penting sebagai “paru-paru hijau” dan sumber kehidupan Masyarakat Dayak yang mempunyai tradisi dan budaya unik dalam pengelolaan sumber daya hutan (tidak kurang dari 16 anak puak). Hutan sebagai sumber daya seperti bahan pangan, madu, tanaman obat-obatan dan ketersediaan air bagi seluruh desa dan kota yang dilewati sungai besar yang melintas di tiga provinsi di Kalimantan. Berdasarkan hasil kajian lapangan melalui proses stakeholder workshop, Focus Group Discussion (FGD) dan survey pada masyarakat di 6 desa di Kecamatan Permata Intan Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah ditemukan bahwa ancaman terbesar adalah menurunnya fungsi ekologis Pegunungan Muller karena aktifitas perambahan hutan, pembukaan lahan, penambangan emas, perburuan hewan dan penjarahan sarang burung walet serta konversi. Ancaman ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti: motif ekonomi, lemahnya penegakan hukum, kesadaran masyarakat yang halaman 1 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) rendah, kurang sinerginya pengelolaan hutan antara pemerintah, masyarakat, dan pihakpihak lain yang terkait. Memperhatikan keadaan dan permasalahan di atas maka diperlukan sebuah rencana aksi untuk menjaga dan mempertahankan keberadaan Pegunungan Muller dengan tujuan untuk menjaga fungsi ekologis dan keanekaragaman hayati Pengunungan Muller sebagai hulu sungai-sungai besar di Pulau Kalimantan dengan menggunakan Metode Kampanye Bangga Melestarikan Alam “PRIDE CAMPAIGN”. Adapun tujuan khususnya adalah sebagai berikut: T.1. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap fungsi hutan, berkaitan dengan pelestarian keanekaragaman hayati dan fungsi ekologis Pegunungan Muller bagi masyarakat Kabupaten Murung Raya. T.2. Mendorong keikutsertaan masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan pegunungan Muller dengan mengangkat kearifan tradisonal dan interpretasi sederhana ilmu pengetahuan dalam pengelolan sumberdaya hutan yang lestari. T.3. Membangun data base keanekaragaman hayati dengan mengikutsertakan masyarakat setempat dalam merancang sistem pengelolaan keanekaragaman hayati dengan mengembangkan budidaya tanaman obat. Sedangkan sasaran-sasaran yang dicanangkan adalah: S.1. Peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap masyarakat sekitar hutan dalam menjaga keberadaan hutan dan mempertahankan fungsi hutan. S.2. Adanya perubahan sistem pengelolaan lahan disekitar hutan dalam mempertahankan ketahanan tanah untuk menghindari tingginya tingkat erosi yang berlebihan dengan memperhatikan prinsip pengolahan tanah dan tanaman lokal. S.3. Peningkatan kapasitas masyarakat sekitar hutan dengan membangun dan mengembangkan kelompok pengelola hutan sekitar desa. halaman 2 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) Rangkaian aktifitas yang disusun untuk setiap sasaran antara adalah sebagai berikut: Kegiatan Sasaran 1 Sasaran 2 Sasaran 3 Factsheet X X X Poster X X X Pin X X X Booklet keanekaragaman hayati X X X Billboard X X X Penjangkauan masyarakat X X X Workshop pengelolaan hutan X X X Lagu konservasi/Lomba Karungut X X X Lembar Berita Jemaat Gereja dan Balai Basarah X X X Kalender X X X Panggung boneka X X X Kostum X X X Kunjungan sekolah X X X Cerdas cermat X X X Lomba Masak Lemang X X X Karnaval konservasi X X X Pelatihan pembibitan karet X X X Kunjungan masyarakat X X X Rencana aksi perlindungan mata air X X X Tanaman Obat Keluarga X X X Arboretum X X X Pekan penanaman X X X Perencanaan pengelolaan hutan X X X Kontes buah lokal X X X Panggung kesenian X X X Slogan yang akan dibawa dalam kampanye Pride di kawasan Pegunungan Muller adalah “HIMBA BAHALAP JE PANGKAHAI, AKAN ANAK ESUN ITAH “ (hutan lestari untuk anak cucu kita). Sedangkan flagship spesies atau spesies perlambang kawasan yang dijadikan ikon kampanye ini adalah Burung Tingang (Rangkong Badak) yang dipercaya sebagai ‘dewa’ masih ada dikawasan ini meskipun keberadaannya semakin terancam. Bagi masyarakat Dayak beragama Kaharingan Burung Tingang adalah burung peliharaan Ranying Hatala Langit, Raja Tutung Matan Andau, Pambeleb Bulan (Tuhan Pencipta Langit dan Bumi) yang bertugas sebagai ‘malaikat’ menyampaikan pesan kepada manusia dan sebaliknya menyampaikan permohonan (doa untuk kesembuhan) manusia halaman 3 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) kepada Sang Pencipta. Jika burung tingang tidak ada maka hubungan dengan ‘Yang Kuasa’ akan terputus pula dan mengakibatkan bencana bagi manusia. Untuk mengurangi ancaman pembukaan lahan hutan di kawasan pegunungan Muller KalTeng, Kampanye Pride oleh Jhon Piter Manalu (eLPaM) akan merubah perilaku pemanfaatan hutan masyarakat petani di enam desa di sekitar kawasan. Menerapkan sistem agroforestry dengan prinsip ekologi serta manfaat jangka panjang untuk mengurangi ancaman pembukaan/konversi hutan. Strategi sosial marketing akan digunakan untuk mencapai perubahan perilaku tersebut, termasuk mengangkat pentingnya kawasan mereka dari segi budaya, ekonomi dan ekologi; melakukan pemetaan partisipatif agar petani memahami pentingnya keutuhan kawasan mereka; memberikan pelatihan agroforestry kepada masyarakat petani; dan pengembangkan demonstration plot untuk sistem agroforestry yang baik dan mudah dijalankan dan akan memberikan manfaat jangka panjang. Yang akan dilakukan adalah : melakukan penjangkauan tatap muka kepada semua lapisan masyarakat yang berhubungan langsung atau tidak dengan hutan disekitar desa dan melalui media komunikasi yang dikenal oleh mereka; pelibatan tokoh DKA (demang kepala adat) untuk mendorong adopsi sistem agroforestry; mendidik kelompok anakanak, pelibatan ibu-ibu, pemuka agama dan kelompok pemuda; serta staf pemerintah. Muara akhir kegiatan adalah : membandingkan luasan hutan di kawasan ini dan tingkat kejadian pembukaan lahan dibandingkan antara awal dan akhir kegiatan. halaman 4 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) 1. DESKRIPSI KAWASAN TARGET 1.1. Pendahuluan Berdasarkan (SK Menko Kesra no. 14/Kep/Menko/Kesra/V/2002) tentang pembentukan Tim Penyiapan dan Pengusulan Perubahan Status Pegunungan Muller menjadi World Natural Heritage. Peran dan fungsi Pegunungan Muller sangat penting mengingat kawasan ini adalah hulu dari 3 sungai besar di Kalimantan yaitu : sungai Barito di Kalimantan Tengah dan Selatan, Sungai Mahakam di Kalimantan Timur dan Sungai Kahayan di Kalimantan Tengah dan Sungai Kapuas di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Dengan mempertahankan kondisi kawasan ini tetap baik akan mempengaruhi hampir ekosisitem dan keanekaragaman hayati di kawasan dan luar kawasan yaitu Daerah Aliran Sungai di Kalimantan. Kawasan Pegunungn Muller perlu dilestarikan karena dari 7 kali ekspedisi yang dilaksanakan oleh LIPI di kawasan tersebut, tahun 2003-2004, dari 3.200 spesimen tumbuhan dan satwa awetan dan 900 koleksi hidup ditemui bahwa: (i) sedikitnya 40 jenis tumbuhan, 9 jenis ikan dan 10 jenis burung merupakan jenis endemik [artinya tidak ditemukan di tempat lain]; (ii) 10 jenis tumbuhan dan 8 jenis satwa adalah jenis yang langka; (iii) 5 jenis ikan dan 1 jenis tumbuhan merupakan catatan baru [new record]; dan (iv) 2 jenis tumbuhan dan 2 jenis ikan merupakan temuan baru [new species]. Secara umum LIPI menilai bahwa Kawasan Peg. Muller memenuhi 3 dari 10 kriteria Natural World Heritage, yakni dalam hal: (i) memiliki gejala alam atau keindahan alam yang luar-biasa dan penting [kriteria ke-7]; (ii) merupakan contoh proses ekologis dan biologis yang erlu diperhatikan dalam evolusi dan perkembangan ekosistem daratan, air tawar, pantai dan laut serta komunitas tumbuhan dan satwa [kriteria ke-9]; dan (iii) merupakan habitat alamiah yang penting dan perlu diperhatikan dalam konservasi keanekaragaman hayati lokal, termasuk spesies langka yang terancam punah dan perlu dilindungi dari sudut pandang keilmuan dan konservasi [kriteria ke-10]. Dari sisi ekologi, kawasan Peg. Muller merupakan sumber air dari setidaknya 3 sungai besar di Pulau Kalimantan, yakni S. Barito, S. Mahakam, dan S. Kapuas. Kawasan yang layak untuk dijadikan kawasan konservasi adalah yang saat ini berstatus Cagar Alam Sapathawung dan Hutan Lindung Batu Batikap. Dalam skala yang lebih luas, kawasan Jantung Borneo (Heart of Borneo) perlu dilestarikan karena merupakan sisa hutan di Pulau Kalimantan. Prediksi perubahan tutupan hutan Pulau Kalimantan di masa depan, yang dibuat oleh WWF Jerman. halaman 5 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) Gambar 1. Prediksi Perubahan Tutupan Hutan di Pulau Kalimantan. 1.2. Karakateristik Fisik Kawasan Pegunungan Muller 1.2.1. Batasan Lokasi Secara geografis Kabupaten Murung Raya terletak di daerah khatulistiwa berada di wilayah bagian utara Kalimantan Tengah, yaitu pada posisi antara 113° 20`– 115° 55` BT dan antara 0°53`48” LS – 0° 46` 06” LU. Sementara itu, batas-batas wilayah Kabupaten Murung Raya secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat dan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat Provinsi Kalimantan Timur dan Kecamatan Lahei Kabupaten Barito Utara. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Teweh Tengah Kabupaten Barito Utara dan Kecamatan Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas. halaman 6 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kahayan Hulu Utara Kabupaten Gunung Mas dan Kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat. Kabupaten Murung Raya meliputi 5 wilayah kecamatan, yang terdiri dari 116 desa dan 2 kelurahan. Kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Murung dengan luas wialyah 730 Km², Kecamatan Laung Tuhup dengan luas 3.111 Km², Kecamatan Tanah Siang dengan luas 1.549 Km², Kecamatan Permata Intan dengan luas 1.227 Km², dan Kecamatan Sumber Barito dengan luas 17.083 Km² Gambar 2. Kawasan Pegunungan Muller Kalimantan Tengah Sumber : Pokja HoB Kalteng Untuk kepentingan fokus Kampanye Pride (Pride Campaign), maka kawasan target dibatasi pada bagian Hilir Pegunungan Muller di 6 (enam) desa yang terdiri dari 3 (tiga) desa di bagian hulu mata air dan 3 (tiga) desa di bagian hilir mata air di kecamatan Permata Intan Kabupaten Murung Raya Provinsi Kalimantan Tengah. Gambar 3: Tata Guna dan Tutupan Lahan Kawasan Pegunungan Muller Sumber : Pokja HoB Kalteng halaman 7 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) 1.2.2. Gambaran Topografi Topografi Pegunungan Muller terletak di Tengah Pulau Kalimantan, wilayah bagian selatan hingga bagian Timur merupakan dataran agak rendah, sedangkan ke arah Utara dengan bentuk daerah berbukit-bukit lipatan, patahan yang dikelilingi oleh hamparan pegunungan Muller/Schwaner. Berdasarkan variasi ketinggian sebagian besar 72,08% dari luas wilayah Kabupaten Murung Raya terletak pada ketinggian 500-1.000 meter dari permukaan laut, terutama di daerah Kecamatan Sumber Barito. Kemudian 5,18% terletak pada ketinggian 100-500 meter dari permukaan laut. Bagian wilayah dengan lereng atau kemiringan 0 - 2 % terdapat di bagian selatan tepi sungai Barito, bagian wilayah dengan kemiringan 2 - 15% tersebar di semua kecamatan seluas 1.785 Km 2 ( 21,94% ), bagian wilayah dengan kemiringan 15 - 40% tersebar di semua kecamatan seluas 4.275 Km 2 ( 52,55% ) dan wilayah di atas 40% seluas 2.075 Km2 ( 25,51% ). Tumbangtupus Tumbangmulut Tumbangjojang Tumbangtujang Parahau Tumbangkeramu Takajung Kalasin Tumbangolong Tumbangtakunon Tumbangtuhan Tumbangnaan Muarajoloi 2 Muarajoloi 1 Tumbangkarimai Tumbangtanduk Tumbangbondan Telukbalo Tokung Batubua 1 Soloi Saruhung Laasbaru Target Village Telukjolo Sub-Village Ranganhiran Harowu Tumbangmasukih Tumbangmanyoi Mangkuhung Bontoi Kuroi Tumbangnapoi Tumbangponyoi Tumbangsiruk Karetausarian Tumbanglapan Tumbangtajungan Tumbangbukoi Karetaumanta'a Tumbangkaburai Tanjungbatik Tumbangkaruei Tumbangkajamei Ranganbahekang Ranganrondan Tumbanggaei Tumbanghabangoi Tumbangtabulus Tumbangkabayan Rangankawit Batupanahan Dehesasem Tumbangtuei Kuluksepang Rantaupandan Tumbangdahuei Teluktampang Tumbangkataei Tumbangtangoi Batubadak Tumbangjala Tumbangtundu Tumbangkuai Tumbangsalaman Tumbangtaei Rantaupuka Tumbanglambi Rangantangho Ranganputih Tumbangmangketai Rangansurai Tumbanglabaning Tumbangjiga Batubango Tumbangmanangei Pendamaping Tumbangdakei Tumbangsabetung Kulukleleng Tumbanggagu Tumbangramei Tumbanghejan Buntutleleng Tumbangbaraoi Tumbangatei Tumbangpangka Tumbangmandurei Tumbangpaku Tumbanghangei Kuluktelawang Tumbangmarak Tumbangngahan Sungaipuring Rantausuwang Tanjunguntung Sungairiang Tumbanghabaan Batunyiwuh Upunbatu Batutukan Rantaubahai Seinanjan Teluktampang Tumbangmaraya Nusakutau Tumbangtelawang Barunangdua Tehang Tumbangrahuyan Mujai Batuputer Jangkang Tumbangtakoi Tumbanglapan Tumbangmangara Tumbangkuayan Jangkit Tumbangkawei Tumbangoroi Tumbangmalahoi Tumbangsamui Tumbangbaringei Tumbangtaranei Rabambang Linau Tumbangkanei Tumbangdurei Kulukhabubus Tumbangbunut Luwukkantor Kamanto Hujungpata Jalemu Tumbangjalemu Bulan Tumbangmanggu Dapusahui Dehes Tumbangkalemei Sambakatung Rantauasem Sambabakumpai Teluk Tumbangkajuei Tumbangsepan Berengbelawan Luwuklangkuas Talangkah Pendasirun Ngarayan Batubua 2 Maruwei 1 Lakutan Nonokliwon Muwun Doanarung Muaratupus Tawaihawui Karamuan Paparpujung Jangkangbaru Muarabakanan Seipinang Batusapu Mukur Katunjung Tumbangpuron Tumbangsirat Jangkanglama Luwehulu Muarainu Luwehilir Muarabakah Jujub Hurung Lahei Ipu Bulaungandung Pendreh Tangirang Tumbangmayangan Tumbangtambirah Lemo 2 Lemo 1 Hajak Liangnaga Bintangninggi 2 Supang Barunang Tumbangtukun Tuyun Tanjungkaritah Sepayang Tumbangdirun Batubasambung Sungairingin Tampang Petakbahandang Hurungkampin Tumbanganyir Teluknyatu Kaburan Tanjungriu Tumbanglampahung Jangkang Manis Tewangpajangan Balaipanjang Tumbangmiwan Dandang Hurungbunut Tumbangtariak Bajuh Tumbanghakau Dahiyantambuk Pilangunduk Pengaran Tumbangdanau Rahung Kampuri Tumbangempas Tungku Pudukuntung Benangin 2 Benangin 3 Liju Sampirang 1 Sampirang 2 Muaramea Piuntun Paringlahung Walur Baliti Kandui Sikan Malungai Majangkan Rubei Montallat 2 Rarawa Pepas Montallat 1 Hulutampang Mampaing Panarukan Maruga Tarusan Reong Hingan Merawanbaru Danaubambure Tamparak Bundar Merawanlama Talekoi Payang Berong Pelari Sangkurang Siwau Tongka Ruji Merapit Hurungpukung Batapah Kayubolan Bauk Linonbesi Jaman Kotabaru Tambaba Tanjungharapan Kamawen Petakbahandang Pendamuntai Bambang Gandring Butong Karokos Tapen Karetau Rabauh Malawaken Bintangninggi 1 Buntokbaru Rangantate Tewaibaru Sepangkota Panain Muarawakat Sabuh Rahungbungai Hurungtabengan Kasintu Tumbangmantune Tumbangpajangei Sarerangan Hantapang Sumurmas Seiantai Tumbangulu Tumbangapat Masaha Hurungtampung Tumbanganoi Tumbangsian Karetaurambangan Tumbangmarikoi Tumbanghampatung Sandungtambun Tumbangposu Tumbangpasangon Batutangkoi Lawangkanji Sebaung Kihambatang Olonglikubaru Cangkang DirungpinangPelaci Tumbangkalan Tabulang Batumakap Dirungpundu Tumbangmasao Haragandang Dirungbakung Purukbatu Karangkaluh Biha Tumbangsirun Pantailaga Belawan Seilunuk Tumbangsaan Muarabunban Muaralaung 2 Mongkolisoi Baratu Karendan Berasbelange Tumbangbasian Nahangan Tumbangmuru Muaratuhup Jukingpajang Rantau Batumiran Jukingsupan Tahujanuntu Muarakunjung Muarababuat Purnama Danauusung Muarauntu Sungaigula Muarapari Bumbantuhup Rahaden Panuut Benaohulu Benaohilir Bengahon Tumbangmanyarung Bahitum Gusi Telukmelewa Tumbangtihis Muarajaan Lawangtanang Naraan Tumbangmahuroi Maruwei 2 Kolam Mantiatpari Tumbangtuan Socio-economic study by Univ. of P.Raya Muaramalangai Bintangara Gambar 3. Topografi Kawasan Pegunungan Muller Sumber : Pokja HoB Kalteng 1.4.1. Kondisi Hidrologis Secara geologis Kawasan Pegunungan Muller adalah wilayah tangkapan air dan hulu bagi 4 (empat) sungai besar di Kalimantan yang menjadi sumber penyangga ketersediaan air bagi kota dan desa di seluruh Daerah Aliran Sungai tersebut. Kabupaten Murung Raya dilintasi oleh sungai Barito dan beberapa cabang anak sungainya dengan panjang dan kedalaman dasar sungai sangat bervariasi. Sungai-sungai tersebut berfungsi sebagai urat nadi transportasi untuk angkutan barang dan penumpang di sebagian besar wilayah Kabupaten Murung Raya. Beberapa cabang atau anak sungai yang dapat dilayari yaitu : sungai Laung sepanjang 35,75 km, sungai Babuat sepanjang 29,25 km, sungai joloi sepanjang 40,75 km dan sungai Busang sepanjang 75,25 km. Kedalaman dasar berkisar antara 3-8 m dan lebar badan sungai lebih dari 25 m. halaman 8 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) 1.2.4. Jenis Tanah dan Penggunaan Lahan Secara umum jenis tanah yang dominan terdapat di Kabupaten Murung Raya terdiri dari 3 jenis yaitu : Podsolik seluas 30,17%, Oksisol ( Laterik ) seluas 61,98% dan Litosol seluas 7,85%. Jenis tanah Podsolik terdapat di Kecamatan Laung Tuhup, Murung, Tanah Siang, Permata Intan dan sedikit di Kecamatan Sumber Barito. Jenis tanah Oksisol ( Laterik ) banyak ditemukan di Kecamatan Sumber Barito dan sedikit di Kecamatan Tanah Siang. Sedangkan jenis tanah litosol hanya terdapat di Kecamatan Sumber Barito.sebanyak 57,69% dari jenis tanah sesuai untuk berbagai penggunaan seperti untuk perkebunan kelapa, kelapa sawit, karet, tanaman pangan, persawahan dan permukiman. Luasan Desa SUNGAI LOBANG SUNGAI GULA SUNGAI BATANG TUMBANG SALIO MUARA BAKANON PURNAMA TUMBANG LAHUNG MUARA BABUAT JUKING SUPAN BERATU PANTAI LAGA BATU MIRAU TUMBANG BANTIAN TUMBANG SAAN TUMBANG KOLON TAMBELUM TUMBANG APAT SEI BAKANON Desa Lahan Sawah 2,045 1,469 1,793 1,504 3,062 1,627 2,584 2,032 2,962 3,398 2,250 887 995 2,074 1,760 1,682 2,387 2,187 36,698 0 20 0 0 650 0 40 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 710 Tidak diusahakan sementara 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Bukan Sawah 0 10 0 0 20 0 10 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 40 Tabel 2. Luas Kawasan dan Kondisi Lahan di Kecamatan Permata Intan Sumber: BPS Kalteng 2005 1.4.1. Iklim dan Cuaca Kabupaten Murung Raya termasuk daerah beriklim tropis yang lembab dan panas, karena secara geografis terletak di garis khatulistiwa dengan curah hujan yang cukup tinggi ( berkisar dari 2.500 - 4.000 mm/tahun ). Suhu pada siang hari rata-rata 26,5 derajat Celcius, sedangkan pada malam hari rata-rata 23,2 derajat Celcius. Curah hujan rata-rata 2.909 mm/tahun dan kelembaban nisbi (RH) sekitar 85%. halaman 9 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) 1.3. Kondisi Umum Ekosistem Hutan Pegunungan Muller Keadaan flora dan fauna di kawasan Pegunungan Muller diketahui dari 7 (tujuh) kali ekspedisi yang dilaksanakan oleh LIPI di kawasan tersebut, tahun 2003-2004, dari 3.200 spesimen tumbuhan dan satwa awetan dan 900 koleksi hidup ditemui bahwa: (i) sedikitnya 40 jenis tumbuhan, 9 jenis ikan dan 10 jenis burung merupakan jenis endemik [artinya tidak ditemukan di tempat lain]; (ii) 10 jenis tumbuhan dan 8 jenis satwa adalah jenis yang langka; (iii) 5 jenis ikan dan 1 jenis tumbuhan merupakan catatan baru [new record]; dan (iv) 2 jenis tumbuhan dan 2 jenis ikan merupakan temuan baru [new species]. 1.4.1. Karakteristik Ekosistem Berdasarkan karakteristik yang dijelaskan oleh Sastra Pradja (1989), ekosistem yang terbentuk di kawasan Pegunungan Muller adalah ekosistem hutan hujan tropis dengan tipe riparian, hutan alluvium, hutan campuran Dipterocarp, hutan pegunungan, hutan kerangas, hutan batu berkapur sampai ketinggian 1600 m DPL, hutan sekunder. 1.3.2. Gambaran Keanekaragaman Hayati Secara umum pegunungan Muller dengan ekosistem hutan hujan tropis memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, namun belum ada penelitian mendalam tentang kawasan ini. Beberapa ekspedisi yang pernah dilaksanakan oleh LIPI di kawasan tersebut, tahun 20032004, dari 3.200 spesimen tumbuhan dan satwa awetan dan 900 koleksi hidup ditemui bahwa: (i) sedikitnya 40 jenis tumbuhan, 9 jenis ikan dan 10 jenis burung merupakan jenis endemik [artinya tidak ditemukan di tempat lain]; (ii) 10 jenis tumbuhan dan 8 jenis satwa adalah jenis yang langka; (iii) 5 jenis ikan dan 1 jenis tumbuhan merupakan catatan baru [new record]; dan (iv) 2 jenis tumbuhan dan 2 jenis ikan merupakan temuan baru [new species]. Jenis burung di atas tajuk, yaitu enggang gatal birah (anthracoceros malayanus) dan rangkong badak (buceros rhinoceros). Dua jenis enggang ini memiliki habitat di daerah hutan primer dataran rendah dan dominan berada di atas tajuk dalam aktivitasnya. Beberapa jenis burung pada tajuk adalah burung rimba murai coklat (alcippe bruneicauda) dan cekup perepat (gerygone sulphurea), cipoh kacat (aegithina tiphia), cipoh jantung (aegithina viridisima), burung madu sepah raja (aethopyga siparaja), burung madu polos (anthreptes simplex), cica daun kecil (chloropsis cyanopogon). Beberapa jenis burung di tempat terbuka, yaitu walet sarang putih (colocalia fuciphaga), walet sarang hitam (colocalia maxima), gagak kampung (corvus macrorhyncos), layanglayang api (hirundo rustica) dan layang-layang batu (hirundo tahitica), bondol kalimantan (lonchura fuscans), ciung air koreng (macronus gularis). Jenis burung di lantai hutan, yaitu sempidan biru (lophura ignita), taktarau melayu (eurostopodus temminckii), uncal kouron (macropygia ruficeps), tokhtor sunda (carpococcyx radiceus), bubut besar (centropus chinensis). Beberapa jenis burung halaman 10 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) endemik yang teridentifikasi antara lain bondol kalimantan (lonchura fuscans) dan paok kepala biru (pitta baudi). Sedangkan beberapa jenis burung langka antara lain tokhtor sunda (carpococcyx radiceus), sempidan biru (lophura ignita), ibis karau (pseudibis davisoni), dan cucakrowo (pycnonotus zeylanicus). Beberapa jenis burung komersial sering ditemukan murai batu (copsychus malabaricus), kacer atau kucica (copsychus saularis), tiung atau beo (gracula religiosa), serindit (loriculus galgulus). Di desa Tumbang Topus beberapa penduduk memiliki sampai enam ekor burung jenis pialing (psittinus cyanurus) atau burung nuri tanau. Jenis burung pelatuk termasuk yang cukup banyak teridentifikasi selama penelitian. Keberadaan jenis burung ini ditunjang kondisi habitat hutan yang masih relatif baik. Hutan di hulu Barito masih terlihat menyimpan jenis-jenis dari famili dipeterocarpaceae yang memiliki tajuk tinggi sampai sekitar lebih dari 30 meter. Jenis pohon besar lainnya yang juga mudah diidentifikasi adalah jenis kempas (koompasia excelsa) yang merupakan rumah bagi lebah liar penghasil madu. Sepanjang sungai didominasi oleh jenis jambu-jambuan (eugenia sp), jenis merbau (palaquium sp), dan jenis-jenis pelawan (tristania obovata) yang kulit luarnya berwarna jingga terkelupas. Selain burung, jenis mamalia juga terdapat di daerah Pegunungan Muller ini, mengingat sebagian peranannya sebagai pemencar dan penyebar biji-bijian di dalam hutan tropis. Jenis-jenis ini memang merupakan jenis arboreal (hidup di atas pohon) dan menyukai hutan primer sehingga mudah dijumpai di kaki Pegunungan Muller yang memiliki hutan relatif bagus. Jenis primata yang terlihat dan terdengar suaranya adalah owa (hylobates muelleri), lutung merah (presbytis rubicunda), dan monyet ekor panjang (macaca fascicularis). Owa ditemui di hulu Sungai barito (Tumbang Keramu-Tumbang Topus), Pegunungan Muller, dan Sungai Sebunut (anak Sungai Mahakam). Jenis endemik Kalimantan ini biasanya mudah ditemukan di hutan dataran rendah. Jenis lain yang biasa terlihat di sekitar Pegunungan Muller adalah monyet beruk (macaca nemestrina), lutung dahi putih (presbytis frontata), lutung banggat (presbytis hosei), dan kukang (nycticebus coucang). Jenis mamalia terestrial (hidup di daratan) yang paling banyak dijumpai adalah babi hutan (sus barbatus), payau (cervus unicolor), kijang (muntiacus muntjac), pelanduk (tragulus javanicus), dan sejenis musang. Jenis mamalia besar pernah ada di antaranya adalah behuang atau beruang (helarctos malayanus), kuleh atau macan dahan (neofelis nebulosa), sapi hutan atau banteng (bos javanicus), dan tomora atau badak (dicerorhinus sumatrensis). Sungai Barito dan Pegunungan Muller adalah laboratorium alam yang punya keragaman jenis dan endemisitas tinggi. 1.4. Gambaran Masyarakat di Lokasi Target 1.4.1. Demografi dan Populasi Masyarakat yang menjadi target dari program ini berasal dari enam desa yaitu DESA DESA DESA DESA DESA DESA dengan otal luas 290.012 hektar, dengan jumlah halaman 11 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) penduduk 16.215 jiwa. dalam tabel berikut ini: Desa SUNGAI LOBANG SUNGAI GULA SUNGAI BATANG TUMBANG SALIO MUARA BAKANON PURNAMA TUMBANG LAHUNG MUARA BABUAT JUKING SUPAN BERATU PANTAI LAGA BATU MIRAU TUMBANG BANTIAN TUMBANG SAAN TUMBANG KOLON TAMBELUM TUMBANG APAT SEI BAKANON Perincian jumlah penduduk di masing-masing desa, terlihat Laki-laki 206 614 149 187 2043 310 1277 731 553 104 187 153 184 127 160 183 158 187 36,698 Perempuan 209 563 126 173 2012 274 1236 673 545 103 173 138 175 121 167 176 152 173 710 Kepala Keluarga 101 253 63 104 586 162 604 357 230 53 81 55 93 37 94 71 84 104 Keluarga Miskin 42 113 26 92 122 65 162 50 76 16 26 20 46 32 30 22 42 51 40 Tabel 3. Jumlah Penduduk per Desa dan Kondisi Perekonomian Kepadatan penduduk Kabupaten Murung Raya masih termasuk kategori jarang yaitu 3,65 atau 4 jiwa/Km2. Kepadatan penduduk jika dibandingkan antar kecamatan, menunjukkan keadaan yang tidak merata. Kecamatan terpadat penduduknya adalah Kecamatan Murung ( 29,88 jiwa/Km2 ), Kecamatan Permata Intan ( 12,48 jiwa/Km2 ). Kecamatan Sumber Barito merupakan kecamatan yang paling jarang penduduknya (0,91 jiwa/km2 ). Penduduk Kabupaten Murung Raya menyebar dalam suatu wilayah yang relatif luas, dengan ukuran jumlah penduduk relatif kecil. Pada umumnya penduduk bermukim di daerah pedesaan di sepanjang daerah aliran sungai yang ada di masing-masing kecamatan. Penyebaran penduduk antar kecamatan relatif merata, jumlah penduduk terbanyak terdapat pada Kecamatan Murung yaitu 22 jiwa/Km2. Mayoritas penduduk lokal lebih dri 90% adalah suku Dayak beragama Kaharingan, Kristen dan Islam. Penduduk pendatang umumnya dari suku Banjar, Jawa umumnya beragama Islam. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Murung Raya sejak tahun 2000-2005 rata-rata 5,58% per tahun. Laju pertumbuhan penduduk per kecamatan berkisar antara 3,56% hingga 9,20%. Rata-rata laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat pada Kecamatan Sumber Barito ( 9,20% ), diikuti Kecamatan Murung ( 6,33% ) dan Permata Intan (6,04% ). Pertumbuhan penduduk terendah tercatat pada Kecamatan Laung Tuhup (3,56% ) dan Tanah Siang (4,08% ). Pertumbuhan penduduk di daerah ini masih termasuk rendah dibandingkan dengan laju pertumbuhan di Kabupaten Induk. Pertumbuhan penduduk di wilayah ini selain halaman 12 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) disebabkan oleh penduduk migran yang masuk, juga sebagai akibat dari adanya kelahiran. 1.4.2. Ekonomi dan Sosial Budaya Dilihat dari besarnya kontribusi dari sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB kabupaten, maka perekonomian Kabupaten Murung Raya didominasi oleh tiga sektor yaitu: sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, serta sektor Perdagangan. Pada tahun 2003 ketiga sektor tersebut mampu memberikan kontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Murung Raya masing-masing 41,21%; 21,04% dan 20,21%. Sedangkan kontribusi sektor-sektor lainnya hanya berkisar antara 0,25% hingga 5,66%. (Pemkab Mura, 2006) Kegiatan pertanian masyarakat umumnya pertanian padi tadah hujan, perkebunan karet dan perladangan tanaman pangan lainnya. Sektor pertanian masih sangat tergantung pada hutan berupa hasil hutan kayu dan non kayu seperti madu, gaharu, rotan dan palem untuk kerajinan serta tanaman obat seperti Spatholobus ferrugineu, Drymis pyperita. Sektor Kehutanan Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah ( RTRW) Kabupaten Murung Raya memiliki luas hutan sebesar 1.235.937 Ha. Dari luasan tersebut, kawasan hutan dibagi menurut fungsinya, yaitu : (1) Hutan Produksi dengan luas 226.115 ha (9,54%); (2) Hutan Lindung dengan luas 541.415 ha (22,85%); (3) Hutan Suaka/Wisata (Cagar Alam), dengan luas 200.055 ha (8,44%); (4) Hutan cadangan/Hutan Produksi yang dapat dikonversikan dengan luas 386.290 ha (16,30%); dan (5) Hutan Produksi Terbatas dengan luas 1.016.125 ha (42,87%). Besarnya potensi sumberdaya hutan yang tercermin dari luas kawasan hutannya menempatkan subsektor kehutanan sebagai subsektor andalan di Kabupaten Murung Raya, merupakan salah satu pilihan investasi yang strategis dan potensial dalam mendukung pembangunan otonomi daerah. Kontribusi subsektor kehutanan ini terhadap PDRB sektor pertanian pada tahun 2005 sangat besar yaitu 19,84%. Subsektor kehutanan telah sejak lama menjadi tulang punggung bagi pendapatan daerah Kabupaten Murung Raya. Jenis kayu hutan alam yang banyak diproduksi oleh perusahaan pemegang HPH dan masyarakat di Kabupaten ini adalah kayu meranti (produksi tahun 2004 sebesar 218.901,3 M3), kayu indah ( produksi tahun 2004 sebesar 261,33 M3) dan kayu rimba campuran (produksi tahun 2004 sebesar 9.479,24 M3). Kayu meranti merupakan jenis kayu log yang dominan terdapat di kawasan hutan Kabupaten Murung Raya. Kayu ini merupakan komoditi bernilai ekonomis tinggi sebagai bahan baku industri, seperti industri veneer, plywood dan meubel. Dengan harga kayu yang tinggi maka banyak masyarakat yang mengandalkan usaha ini sebagai sumber pendapatan utama, terlebih dengan berkembangnya industri veneer di daerah ini, maka bidang perkayuan mampu menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Dilihat dari peruntukan hutan menurut fungsinya tersebut, maka terdapat seluas 1.242.240 ha atau 52,41% (kawasan hutan produksi dan hutan produksi terbatas) yang masih potensial dikelola untuk pengembangan subsektor kehutanan. Untuk kawasan halaman 13 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) produksi tetap dan terbatas pengelolaannya telah dilakukan oleh 13 HPH/IUPHHK aktif yang mendapat perijinan yang sah, dengan luas 938,653 Ha termasuk 3 buah ijin pemanfaatan kayu (IPK). Spesies kayu ulin di dunia hanya terdapat di Pulau Kalimantan serta banyak tersebar di Kabupaten Murung Raya, namun belum tergali dan dieksploitasikan. Juga dapat dijumpai berbagai jenis anggrek dan satwa yang dilindungi sehingg perlu dijaga untuk kelestariannya. Selain produksi kayu yang merupakan komoditas andalan Kabupaten Murung Raya, juga terdapat potensi hasil hutan ikutan seperti rotan, jelutung, damar, kulit gemor dan sarang burung. Pengembangan rotan di Kabupaten Murung Raya memiliki prospek yang baik. Selama ini permintaan rotan jadi, setengah jadi maupun rotan batangan di pasar internasional terus meningkat. Sedangkan produktivitas rotan alam dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Sarang burung merupakan komoditas andalan yang cukup penting. Selama ini sarang burung diperoleh dari habitat alam. Hingga kini belum ada usaha penangkaran burung walet. Di era kecenderungan dunia saat ini yang semakin menyadari pentingnya nilai keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya sampai kepada perdagangan atau nilai ekonomi dari oksigen yang dihasilk oleh hutan, wilayah cagar alam Muller-Schwaner dan hutan lindung lainnya yang dimiliki wilayah Murung Raya merupakan potensipotensi alam yang sangat strategis untuk dimanfaatkan bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Sektor Perkebunan Luas areal perkebunan di Kabupaten Murung Raya pada tahun 2003 adalah seluas 40.604,33 ha meningkat menjadi 41.044,58 ha pada tahun 2004. Konstribusi subsektor perkebunan ini terhadap PDRB sektor pertanian pada tahun 2004 sebesar 11,3%. Perkebunan yang berkembang seluruhnya masih berupa perkebunan rakyat. Jenis komoditas perkebunan yang terdapat di Kabupaten ini adalah karet, kelapa, cengkeh, kopi, lada, kakao, jambu mete, kelapa sawit dan kemiri. Dari beberapa komoditas perkebunan tersebut, yang sudah banyak diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Murung Raya adalah karet, kelapa dan kopi. Potensi lahan yang sesuai untuk jenis tanaman perkebunan di Kabupaten Murung Raya seluas hampir 1.203.625 ha atau 50,75% dari luas wilayah Kabupaten ini. Berdasarkan kondisi tanah, iklim, dan berbagai karakteristik daerah serta nilai komersialnya, terdapat 4 komoditas perkebunan yang prospektif dan mengarah kepada kegiatan usaha agribisnis oleh petani pekebun dan perusahaan perkebunan, yaitu kelapa sawit, karet, kelapa dan lada. Karet mempunyai potensi pasar yang besar, mengingat komoditi ini merupakan komoditi ekspor bagi Kalimantan Tengah, disamping lokasi pasar lokal yang jelas yaitu industri-industri pengolahan (crum rubber) di wilayah Pulau Kalimantan. Selain diambil lateksnya untuk keperluan bahan baku industri, sebenarnya karet memiliki manfaat lain yang memberikan keuntungan tidak sedikit bagi pemilik perkebunan karet yaitu kayu atau pohon karet untuk bahan baku mebel yang permintaan pasarnya cukup tinggi karena harganya lebih murah dibandingkan jenis kayu lainnya. Masa produktif tanaman karet biasanya 25 tahun, pada masa ini karet bisa ditebang dan diremajakan. Pada tahun halaman 14 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) 2004, luas perkebunan karet mencapai 14.519 ha dengan produksi sebesar 35.853,5 ton dan tersebar di semua kecamatan. Perkebunan karet tersebut hanya dibudidayakan secara tradisional oleh penduduk berupa karet alam, umumnya diproduksi dalam bentuk slab, dan pasar masih dikuasai oleh tengkulak. Perkebunan kelapa di Kabupaten Murung Raya termasuk perkebunan yang cukup banyak diusahakan, namun masih berupa perkebunan kelapa rakyat dan pengelolaannya masih tradisional. Pada tahun 2004 luas perkebunan kelapa sebesar 855 ha, dengan produksi 252,65 ton. Produksi kelapa di daerah ini belum dimanfaatkan secara maksimal, umumnya dijual dalam bentuk buah kelapa untuk minyak kampung, keperluan dapur, dan konsumsi segar. Lada dibudidayakan secara tradisional oleh penduduk, khususnya di Kecamatan Murung dan Laung Tuhup, dengan luas lahan perkebunan lada pada tahun 2004 sebesar 12,2 ha dan produksi sebesar 1,69 ton. 1.4.3. Situasi Politik Secara umum kehidupan politik di Kabupaten Murung Raya kondusif dapat mendukung upaya-upaya memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, memantapkan kehidupan demokratis, memberdayakan masyarakat dalam kehidupan politik yang konstitusional, terbuka dan partisipatif. Kondisi ini diawali dengan tumbuhnya partai-partai politik sejak pemilu tahun 1999. Dalam era transparansi dan proses demokrasi serta tingkat kemajuan masyarakat yang semakin tinggi, maka segala bentuk ketidakadilan, kesenjangan dan distorsi sosial selalu dapat terjadi di masyarakat. Bila tuntutan masyarakat tersebut diatas tidak dapat terpenuhi secara baik, maka dapat menyebabkan terjadinya gejolak emosional, kerusuhan sosial dan gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat. Munculnya berbagai indikasi terjadinya demo masyarakat di Kabupaten Murung Raya merupakan akumulasi dari tuntutan masyarakat tidak terpenuhi nya kondisi sosial yang menggambarkan kesenjangan dan distorsi sosial yang semakin melebar. Selain itu timbulnya krisis kepercayaan terhadap pemerintah selama ini telah mengakibatkan menurunnya kewibawaan pemerintah, serta rendahnya responsibilitas masyarakat dalam menangkal berbagai friksi sosial. Sebagai indikatornya adalah dalam pemilu yang dilaksanakan pada tahun 2004 ini penduduk yang mempunyai hak pilih telah menggunakan hak pilihnya dalam pemilu. Partai-partai politik berfungsi dengan baik dalam merekrut, mengartikulasi dan menyatukan kepentingan masyarakat, walaupun ada beberapa kekurangan maupun kelemahan di dalam mengakomodir aspirasi masyarakat. 1.5. Sejarah penunjukan Kawasan Pegunungan Muller sebagai Cadangan Biosfer Secara umum LIPI menilai bahwa Kawasan Peg. Muller memenuhi 3 dari 10 kriteria Natural World Heritage, yakni dalam hal: (i) memiliki gejala alam atau keindahan alam yang luar-biasa dan penting [kriteria ke-7]; (ii) merupakan contoh proses ekologis dan biologis yang erlu diperhatikan dalam evolusi dan perkembangan ekosistem daratan, air tawar, pantai dan laut serta komunitas tumbuhan dan satwa [kriteria ke-9]; dan (iii) merupakan habitat alamiah yang penting dan perlu diperhatikan dalam konservasi halaman 15 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) keanekaragaman hayati lokal, termasuk spesies langka yang terancam punah dan perlu dilindungi dari sudut pandang keilmuan dan konservasi [kriteria ke-10]. Terbentuknya Tim Penyiapan dan Pengusulan Perubahan Status Pegunungan Muller menjadi World Natural Heritage (SK Menko Kesra no. 14/Kep/Menko/Kesra/V/2002) Beberapa persiapan yang telah dilakukan : TAHUN 2003: 1. Persiapan ekspedisi / koordinasi dengan Pemda Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Murung Raya 2. Pengiriman 3 tim ekspedisi ke: Bukit Batikap, Sapathawung, dan Gunung Lumut 3. Pemaparan hasil Ekspedisi tahun 2003, di Muara Teweh, tanggal 22 Desember 2003 TAHUN 2004: 1. Sosialisasi mengenai World Heritage (Puruk Cahu, 14 September 2004 & Muara Teweh, 15 September 2004). 2. Pengiriman 4 tim ekspedisi ke Batu Ayau, Sapathawung, Busang dan Gunung Lumut 3. Lokakarya: “Pegunungan Muller sebagai World Heritage” (Palangkaraya, 14 Desember 2004). Publikasi yang telah dilakukan dalam rangka penyipan dan mencari dukungan masyarakat dunia : 1. Publikasi Ilmiah dari hasil penelitian “Arthropoda Tanah di Gunung Gunting dan Takori” di Jurnal Berita Biologi, 2004. 2. Membawakan hasil penelitian dari gua-gua di Tumbang Topus, Hulu Barito berupa POSTER dalam Seminar Internasional Biospeleologi (Hidupan dalam gua) di Raipur, India 25-30 November 2004. Poster ini akan kami tulis ulang untuk terbit di Jurnal Internasional Biospeleologi Jika usulan ini disetujui UNESCO, pegunungan Muller akan menjadi warisan alam dunia yang kelima yang dimiliki Indonesia setelah Taman Nasional Ujung Kulon, Pulau Komodo, Daerah Aliran Sungai Membramo dan Pegunungan Lorentz.(bj) 1.6. Permasalahan Konservasi Deforestasi dan konversi hutan menjadi perkebunan, pertambangan dan perladangan masyarakat yang tidak memperhatikan aspek kelestarian menjadi masalah utama dalam mempertahankan Pegunungan Muller dari kehilangan fungsi ekologi dan kehilangan berbagai spesies endemik dan langka 1.7. Program Konservasi dan Lembaga Lain yang Terlibat YBSD (Yayasan Bina Sumberdaya) Puruk Cahu Kalimantan Tengah, Aliansi Masyarakat Adat (AMAN Kalteng). halaman 16 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya) MATRIKS ANALISA STAKEHOLDER halaman 17 Dokumen Rencana Kerja – Jhon Piter Manalu (eLPaM Palangka Raya)