LANDASAN TEORI Kontrol Optimum dengan f0 fungsi yang diberikan. T tidak Teori kontrol optimum berkembang secara pesat pada tahun 50-an, dengan adanya penemuan dua metode penyelesaian masalah kontrol optimum yaitu dynamic programming (pemrograman dinamik) yang ditemukan oleh Richard Bellman (1957) dan maximum principle (prinsip maksimum) oleh Pontryagin (1962). Pembahasan akan difokuskan pada teknik prinsip maksimum Pontryagin. Saat waktu t , sistem berada dalam keadaan atau kondisi (state), yang dapat diungkapkan dengan peubah keadaan (state variable) x1 (t ), x2 (t ), ..., xn (t ) , atau dalam harus fixed (ditentukan) dan xT mempunyai kondisi tertentu. Di antara semua fungsi atau peubah kontrol yang diperoleh, ditentukan salah satu sehingga J menjadi maksimum. Kontrol yang bersifat demikian disebut kontrol optimum. Permasalahan kontrol optimum dapat dinyatakan sebagai masalah memaksimumkan suatu fungsional dengan kendala: bentuk vektor x(t ) ∈ℜn . Dengan nilai t yang berbeda, vektor x (t ) menempati posisi yang berbeda di ruang ℜ n sehingga dapat dikatakan bahwa sistem bergerak sepanjang suatu kurva di ℜn . x (t ) adalah peubah keadaan (state variable) yang dapat dikontrol atau dikendalikan. Artinya ada fungsi atau peubah kontrol u (t ) yang mempengaruhi proses. Dinamika sistem dapat dinyatakan secara matematik melalui persamaan diferensial: x = f ( x(t ), u(t ), t ). Misalkan diketahui keadaan pada (2.1) (state) waktu dari t0 sistem yaitu x(t0 ) = x0 ∈ℜ . Jika dipilih peubah kontrol u (t ) = (u1(t ), u2 (t ),....uk (t )) ∈ ℜ k yang terdefinisi untuk t > t0 , maka diperoleh sistem x(t). x(t) merupakan respons terhadap kontrol u(t). Karena x0 diberikan, maka (2.1) mempunyai solusi tunggal. Solusi yang diperoleh merupakan respons terhadap u yang dilambangkan dengan x u ( t ). Dengan memiliki fungsi kontrol yang sesuai, berbagai solusi dapat diperoleh. Agar solusi yang diperoleh adalah solusi yang diinginkan, diperlukan adanya kriteria bagi solusi yang diinginkan, artinya untuk setiap kontrol u (t ) dan responsnya state x (t ) dihubungkan dengan fungsi T J (u ) = ∫ f 0 [ x (t ), u (t ), t ]dt , t0 x = f ( x(t ), u(t ), t ), sehingga dapat dilihat bahwa dengan mengganti peubah x dengan u pada fungsional J , maka permasalahan kalkulus variasi sama dengan permasalahan kontrol optimum. [Tu, 1993] Syarat Perlu Prinsip Maksimum Pontryagin Misalkan terdapat masalah suatu vektor kontrol u (t ) = [u1 (t ), u 2 (t ), ..., u r (t )] dari himpunan semua fungsi yang kontinu bagian demi bagian (admissible control). Kontrol optimum dipilih untuk membawa sistem dinamik x = f ( x(t ), u(t ), t ), dari keadaan awal [ x 0 , t 0 ] ke keadaan akhir [ xT , T ] sehingga memaksimumkan T J (u ) = S ( xT , T ) + ∫ f 0 ( x (t ), u (t ), t ) dt 0 x (t ) dengan variable keadaan (state variable) dan S[ xT , T ] yang didefinisikan sebagai fungsi scrap. [Tu, 1993] Teorema 1 (Pontryagin) sebagai kontrol Misalkan u∗ (t ) admissible yang membawa state awal [ x ( t 0 ), t 0 ] dengan (2.2) memilih kepada state akhir xT dan ditentukan. T Misalkan [ xT , T ] , secara umum tidak x∗ (t ) merupakan 3 trajektori dari sistem yang berkaitan dengan u∗ (t ) . Supaya kontrol u∗ (t ) merupakan kontrol optimum maka perlu terdapat fungsi vektor p∗ (t ) ≠ 0 sedemikian sehingga 1. p ∗ (t ) dan x∗ (t ) merupakan solusi dari sistem kanonik x ∗ (t ) = ∂H ∗ [ x (t ), u ∗ (t ), p∗ (t ), t ], ∂p p ∗ (t ) = − ∂H ∗ [ x (t ), u ∗ (t ), p∗ (t ), t ], ∂x dengan fungsi Hamilton oleh H diberikan H [ x , u , p , t ] = f 0 [ x , u , t ] + p. f [ x , u , t ]. 2. 3. H [ x∗ , u ∗ , p∗ , t ] ≥ H [ x, u, p, t ]. Semua syarat batas terpenuhi. 5. 6. memberikan syarat perlu untuk masalah yang dibicarakan. 7. Syarat batas diberikan oleh persamaan arti, kecuali maksimum dari H diberikan oleh bagian dalam (interior) himpunan U . Jika H fungsi monoton naik dalam peubah u dan U tertutup, maka kontrol optimum adalah uimax untuk masalah uimin untuk masalah meminimumkan. Jika fungsi monoton turun, maka kontrol optimum adalah uimin untuk masalah memaksimumkan dan uimax untuk masalah meminimumkan. Hal ini juga berlaku apabila H adalah fungsi linear dalam u . Sehingga peubah kontrol optimum ui adalah kontinu bagian dan 3. 4. 0 loncat dari satu verteks ke verteks lainnya. Hal ini merupakan kasus khusus dari kontrol bang-bang. H [ x ∗ , u ∗ , p ∗ , t ] ≥ H [ x, u , p, t ] juga mencakup syarat cukup. Vektor p disebut juga vektor adjoin, memiliki peranan sebagai pengali Lagrange. Dalam masalah optimisasi dinamis, peubah atau vektor adjoin, merupakan shadow price nilai marginal t =T t =T 0 0 p (t )δ x (t ) t = t + H (t )δ t t = t = 0 (2.4) Khususnya pada waktu awal t0 dan x (t0 ) telah ditentukan, sedangkan T dan x(T ) belum ditentukan, maka syarat batas menjadi − p(T )δ x(T ) + H (T )δ T = 0 (2.5) [Tu, 1993] tertutup, maka H u = 0 tidak memiliki dan t =T 0 Apabila fungsi scrap S = 0 , maka persamaan (2.3) menjadi H uu < 0 . Jika u ∈ U dan U himpunan memaksimumkan t =T [ S x − p ]δ x t = t + [ H + St ]δ t t = t = 0 (2.3) Bukti : [Lihat lampiran 1] Catatan: disebut 1. H [ x∗ , u ∗ , p∗ , t ] ≥ H [ x, u, p, t ] dengan prinsip maksimum Pontryagin. Kondisi ini dipenuhi oleh H u = 0 dan 2. x, dari vektor atau peubah menunjukkan jumlah kenaikan atau penurunan untuk setiap kenaikan atau penurunan dalam nilai x pada waktu t yang berkontribusi terhadap fungsional objektif optimum J sedangkan p mengindikasikan tingkat kenaikan p > 0 ) (appresiasi untuk atau penurunan (depresiasi untuk p < 0 ) dalam nilai dari tiap unit modal. dH ∂H = ∂t dt p = − H x , Hu = 0 , x = H p Current-Value Hamilton Dalam penggunaan teori kontrol optimum pada masalah ekonomi, fungsi integran f0 sering memuat faktor diskon − rt e . Dengan demikian, fungsi integran f0 secara umum dapat dituliskan menjadi f 0 (t , x , u ) = G (t , x , u ) e − rt , sehingga masalah kontrol optimum menjadi memaksimumkan fungsi nilai T max V = ∫ G (t , x,u )e− rt dt 0 terhadap kendala x = f (t , x, u ) ditambah dengan syarat batas. Dengan definisi standar, fungsi Hamilton dapat dituliskan dalam bentuk H (t , x , u , p ) = G (t , x , u ) e − rt + p ( t ) f ( t , x , u ). Akan tetapi, karena prinsip maksimum menggunakan prinsip turunan fungsi Hamilton terhadap x dan u, dengan hadirnya 4 faktor diskon akan menambah kerumitan penentuan turunan tersebut. Untuk itu, dikenalkan fungsi Hamilton baru, yang sering disebut dengan current-value Hamilton. Untuk menerapkan konsep current-value Hamilton, diperlukan konsep current-value fungsi adjoin. Misalkan λ (t ) menyatakan current-value fungsi adjoin, yang didefinisikan dengan λ ( t ) = p ( t ) e rt , − rt yang berimplikasi p (t ) = λ (t ) e . Sehingga fungsi current-value Hamilton yang dinotasikan dengan H c , dapat dituliskan menjadi rt Hˆ ≡ He = G ( t , x , u ) + λ ( t ) f ( t , x , u ) Perhatikan bahwa Ĥ , sebagaimana yang diinginkan sudah tidak memuat faktor ˆ − rt . diskon. Juga, perhatikan bahwa H ≡ He Kemudian penerapan prinsip maksimum Pontryagin terhadap Ĥ harus disesuaikan. Karena u yang memaksimumkan H juga akan memaksimumkan Ĥ , maka max Hˆ , ∀t ∈ [0, T ]. u Persamaan state yang muncul dalam sistem ∂H kanonik, aslinya adalah x (t ) = . Karena ∂p ∂H ∂Hˆ , = f 0 (t , x , u ) = ∂p ∂λ maka persamaan state disesuaikan menjadi ∂Hˆ x (t ) = . ∂λ Persamaan untuk peubah adjoin yang muncul dalam sistem kanonik, aslinya ∂H adalah dalam bentuk p (t ) = − . Pertama∂x tama, transformasikan masing-masing suku dalam bentuk yang melibatkan peubah adjoin baru, λ (t ) , kemudian hasilnya disamakan. Untuk suku kiri, − rt − rt p (t ) = λ(t )e − rλ (t )e . Dengan memanfaatkan definisi H , suku kanan dapat dituliskan kembali dalam bentuk ∂H ∂Hˆ − rt − =− e ∂x ∂x Dengan menyamakan kedua persamaan di atas, persamaan adjoin menjadi ∂Hˆ + r λ (t ). ∂x Selanjutnya akan diperiksa kondisi (syarat) batas. Untuk syarat batas p(T ) = 0 , syarat λ (t ) = − batas yang sesuai adalah λ (T )e − rT = 0 dan untuk syarat batas [ H ]t =T = 0 , syarat batas yang sesuai adalah ⎡⎣ Hˆ e − rt ⎤⎦ t =T = 0. [Tu, 1993] Syarat Cukup Syarat Legendre-Clebsch Didefinisikan fungsi ekstra E sebagai berikut: E ( x , x , p , t ) = f ( x , x , t ) − f ( x , p , t ) − ( x − p ) f p dengan p(t , x) adalah fungsi kemiringan atau slope dari ekstremum yang melalui titik (t , x) . Jika f ( x, x , t ) diperluas dengan formula Taylor akan diperoleh bentuk: f ( x, x , t ) = f ( x, p, t ) + ( x − p) f p + ( x − p)2 f xx (t , x, q ) 2! dengan q = θ x + (1 − θ ) p , 0 < θ < 1. Subtitusikan ke persamaan akan diperoleh bentuk sederhana dari fungsi ekstra, yaitu: E ( x, x, p , t ) = ( x − p )2 f xx (t , x , q ) 2! dengan q = θ x + (1 − θ ) p , 0 < θ < 1. Supaya x (t ) mencapai minimum (atau maksimum), cukup dipenuhi syarat Legendre-Clebsch, yaitu E ≥ 0 (≤ 0) yang berarti f xx ≥ 0 (≤ 0) atau dalam bentuk yang lebih umum, matriks [ f xx ] merupakan semi-definit positif (atau negatif). [Tu, 1993] Syarat Batas dan Syarat Transversalitas Masalah kontrol optimum yang memaksimumkan fungsional objektif T max J = S [ xT , T ] + ∫ f [ x(t ), u (t ), t ]dt u ( t )∈u 0 0 (2.6) 5 terhadap kendala Sistem Persamaan Diferensial x ( t ) = f ( x ( t ), u ( t ), t ), x ( t 0 ) = x 0 , x ( t ) ∈ ℜ n (2.7) Syarat transversalitas atau syarat batas diberikan oleh [ S x − p ]δ x t =T + [ H + St ]δ t t =T = 0 (2.8) Pada kasus di mana x (T ) taknegatif [ xi (T ) ≥ 0] dengan i dan T besar (dalam hal ini T → ∞ ), syarat batas yang harus dipenuhi adalah: xi* (T ), pi* (T ) ≥ 0 dan pi* (T ) xi* (T ) = 0 dengan fungsi scrap didefinisikan dengan: n S ( x) ≡ ∑ ci min( xi ,0) 1 di mana ∂S { c , x <0 = 0,i x i≥0 i ∂x sehingga syarat batas pi (T ) = S x disederhanakan menjadi: pi (T ) ≥ 0, xi (T ) ≥ 0 pi (T ) xi (T ) = 0. Syarat batas tersebut dikenal dengan istilah syarat Arrow-Kurz. Walaupun syarat batas ini sering digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah ekonomi, terdapat juga beberapa kesulitan dalam penggunaannya. Syarat Arrow-Kurz untuk waktu takhingga [ p(∞) x* (∞) = 0] ini dapat digunakan untuk kasus tertentu dengan syarat batas p∂x* ≥ 0 . Untuk t yang berukuran besar akan berlaku: p (t )∂x* (t ) ≡ p(t )[ x(t ) − x* (t )] ≥ 0 ≡ p (t )[ x(t )] − p(t )[ x* (t )] ≥ 0 lim p (t ) x (t ) − lim p (t ) x (t ) ≥ 0, * t→∞ sehingga syarat batas yang dapat digunakan: lim p (t ) x * (t ) = 0, t→∞ lim p(t ) x(t ) > 0. t →∞ [Tu, 1993] dx = x = f ( x) ; x = [ x1 , x2 ,..., xn ]T dt dengan f ( x ) merupakan fungsi dari x . [Kreyszig, 1993] Sistem Persamaan Diferensial Mandiri Diberikan sistem persamaan diferensial (SPD) sebagai berikut: x = F ( x, y), (2.9) y = G( x, y). SPD (2.9) disebut sistem persamaan mandiri karena secara eksplisit f dan g tidak bergantung oleh waktu (t), dengan f dan g adalah fungsi kontinu bernilai real dari x dan y serta mempunyai turunan parsial kontinu dengan x dan y adalah peubah bernilai real. [Verhulst, 1990] Sistem Persamaan Diferensial Linear Suatu persamaan diferensial linear (PDL) orde 1 dinyatakan sebagai berikut: x + a(t ) x = g (t ). (2.10) dan x→∞ Sistem Dinamik Sistem Dinamik (SD) adalah suatu sistem yang berubah sesuai dengan waktu. Sistem Dinamik dinyatakan sebagai berikut: Jika g (t ) = 0 maka persamaan (2.10) disebut PDL homogen dan jika g (t ) ≠ 0 maka disebut PDL takhomogen. [Farlow, 1994] Definisi 1 (Titik Tetap) Misalkan suatu sistem persamaan diferensial dituliskan seperti persamaan (2.9), solusi yang memenuhi sistem F ( x, y ) = 0 persamaan dengan dan G ( x, y ) = 0 disebut titik tetap. (Kreyszig 1993) Titik Tetap Stabil Misalkan x* adalah titik tetap stabil sebuah sistem persamaan diferensial yang tidak bergantung pada waktu secara eksplisit dan x(t) adalah solusi yang memenuhi kondisi awal x(0) = x0 , dengan x0 ≠ x *. Titik x* dikatakan titik tetap stabil jika untuk sebarang radius ε > 0 , terdapat r > 0 sehingga posisi awal x0 memenuhi 6 x0 − x * < r , maka solusi x(t) memenuhi x(t ) − x * < ε untuk t > 0. (Verhulst 1990) Titik Tetap Takstabil Misalkan x* adalah titik tetap stabil sebuah sistem persamaan diferensial yang tidak bergantung pada waktu secara eksplisit dan x(t) adalah solusi yamg memenuhi kondisi awal x(0) = x0 , dengan x0 ≠ x *. Titik x* dikatakan titik tetap takstabil jika untuk sebarang radius ε > 0 , terdapat r > 0 sehingga posisi awal x0 memenuhi x0 − x * < r , maka solusi x(t) memenuhi x(t ) − x * ≥ ε untuk paling sedikit satu t > 0. (Verhulst 1990) Pelinearan Diberikan sistem persamaan diferensial tak linear x = f ( x) , x ∈ R n . (2.11) Dengan menggunakan perluasan Taylor pada titik tetapnya, maka diperoleh x = A( x) + ϕ ( x), (2.12) Ax = λ x , (2.15) nilai skalar λ dinamakan nilai eigen dari A. Untuk mencari nilai λ dari matriks A, maka persamaan (2.15) dapat ditulis kembali sebagai (2.16) ( A − λ I ) x = 0, dengan I matriks identitas. Persamaan di atas mempunyai solusi tak trivial jika dan hanya jika A − λ I = 0. (2.17) Persamaan (2.17) disebut persamaan karakteristik dari matriks A. (Anton 1995) Analisis Kestabilan Titik Tetap Suatu titik tetap dikatakan stabil jika setiap solusi pada persamaan (2.9) yang berawal dari suatu titik x(0) akan menuju ke titik tetap tersebut dan akan tetap berada disana sepanjang waktu. Misalkan terdapat SPDL sebagai berikut: ⎡a b ⎤ A=⎢ ⎥, ⎣c d ⎦ dan memiliki persamaan karakteristik det ( A − λ I ) = 0, dengan ⎡ ∂f1 ⎢ ∂x ⎢ 1 A=⎢ # ⎢ ⎢ ∂f n ⎢⎣ ∂x1 ∂f1 ⎤ " ∂xn ⎥ ⎥ % # ⎥ ⎥ ∂f n ⎥ " ∂xn ⎥⎦ λ 2 − τλ + ∆ = 0, ∆ = det A = ad − bc, maka diperoleh nilai eigen dari A adalah ⎡ a11 " a1n ⎤ = ⎢⎢ # % # ⎥⎥ ⎢⎣ an1 " ann ⎥⎦ dan fungsi ϕ ( x) memenuhi lim ϕ ( x) = 0. x →0 Akibatnya persamaan diferensial (2.12) dapat dihampiri oleh persamaan x = Ax . (2.13) Persamaan (2.13) disebut pelinearan dari persamaan diferensial (2.12). (Tu 1994) Vektor Eigen dan Nilai Eigen Diberikan matriks koefisien konstan A berukuran n × n , dan sistem persamaan diferensial homogen berikut x = Ax , x(0) = x0 , x ∈ R . n (2.14) Suatu vektor taknol x dalam ruang Rn disebut vektor eigen dari A jka untuk suatu skalar λ berlaku τ = tr( A) = a + b dan dengan λ1,2 = ( ) 1 τ ± τ 2 − 4∆ . 2 (2.18) Analisis kestabilan titik tetap dilakukan untuk setiap nilai eigen yang diperoleh, sehingga terdapat dua kasus yang bergantung pada (τ 2 − 4 ∆ ). Kasus I (τ 2 − 4δ ) > 0 Nilai eigen yang diperoleh real dan berbeda (λ1 ≠ λ2 ) dengan solusi yang dapat dituliskan kembali sebagai berikut : x(t ) = c1v1eλ1t + c2 v2 eλ2t (2.19) dengan λ1 , λ2 adalah nilai-nilai eigen dari matriks A . Vektor v1 dan v2 adalah vektor-vektor eigen yang bersesuaian dengan nilai- nilai eigen tersebut. Pada kasus ini kestabilan titik tetap mempunyai tiga sifat, yaitu 7 i. Jika nilai eigen negatif (λ1 < 0 dan λ2 < 0) dengan τ < 0 dan δ > 0 , maka dari persamaan (2.19) diperoleh lim x(t ) = 0 , sehingga titik tetapnya Nilai eigen yang diperoleh adalah nilai eigen real ganda (λ1 = λ2 = λ ) dengan solusi yang dapat dituliskan kembali sebagai berikut x(t ) = c1v1eλt + c2 (tv1 + v2 )eλt t →∞ bersifat simpul stabil. (2.20) Pada kasus ini kestabilan titik tetap mempunyai dua sifat, yaitu a. Jika nilai eigen negatif (λ1 < 0 dan 1.0 0.5 λ2 < 0) maka dari persamaan (2.20) 0.0 diperoleh lim x(t ) = 0 , sehingga titik t →∞ -0.5 -1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 b. 1.0 Gambar 1 Simpul stabil. λ2 > 0) maka dari persamaan (2.20) ii. Jika nilai eigen positif (λ1 > 0 dan λ2 > 0) dengan τ > 0 dan δ > 0 , maka dari persamaan (2.19) diperoleh lim x(t ) = ∞ , sehingga titik tetapnya t →∞ bersifat simpul takstabil. 1.0 0.5 diperoleh lim x(t ) = ∞ , sehingga titik t →∞ tetapnya bersifat takstabil. Kasus III (τ 2 − 4δ ) < 0 Nilai eigen yang diperoleh adalah nilai eigen kompleks. Misalkan nilai eigen yang diperoleh adalah λ1,2 = α ± i β . Sistem yang memiliki nilai eigen dilambangkan dengan 0.0 ⎡α x = ⎢ ⎣−β -0.5 -1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 iii. Jika nilai eigen λ1 < 0 dan λ2 > 0 atau sebaliknya, dengan τ < 0 dan δ < 0 maka persamaan (2.19) diperoleh λ1 < 0 dan lim x(t ) = 0 untuk t →∞ lim x(t ) = ∞ t →∞ λ2 > 0 untuk atau x(t) akan menuju nol sepanjang vektor v1 dan menuju takhingga sepanjang vektor v2 atau sebaliknya, sebaliknya sehingga membentuk asimtot pada bidang v1 dan v2 . Titik tetap ini adalah titik sadel. 1.0 0.5 0.0 -0.5 -0.5 0.0 0.5 1.0 Gambar 3 Titik sadel. Kasus II (τ − 4δ ) = 0 dapat β⎤ α ⎥⎦ atau dalam bentuk skalar x = α x + β y y = − β x + α y (2.21) Dalam bentuk koordinat polar (r,θ ) , x = r cos(θ ) dan y = r sin(θ ) , sehingga y diperoleh r 2 = x 2 + y 2 dan tan(θ ) = . x Selanjutnya dengan menurunkan terhadap waktu t , diperoleh 2rr = 2 xx + 2 yy jika setiap ruas dikalikan diperoleh 1/ 2 r maka rr = xx + yy (2.22) dengan mensubtitusi persamaan (2.21) ke dalam persamaan (2.22), maka akan didapatkan rr = x(α x + β y ) + y (− β x + α y ) rr = xα x + x β y − y β x + yα y rr = xα x + yα y rr = α ( x 2 + y 2 ) 2 tersebut 1.0 Gambar 2 Simpul takstabil. -1.0 -1.0 tetapnya bersifat stabil. Jika nilai eigen positif (λ1 > 0 dan Jadi diperoleh solusi 8 r (t ) = r0 eα t membentuk suatu lingkaran dengan titik tetapnya sebagai pusat. Titik tetap tersebut disebut center. (2.23) y diturunkan terhadap t , x maka akan menghasilkan Jika tan(θ ) = 1.0 0.5 xy − yx sec (θ )θ = x2 x 2 sec 2 (θ )θ = xy − yx 2 (2.24) 0.0 -0.5 Dengan mensubtitusi persamaan (2.21) dan x 2 sec 2 (θ ) = r 2 pada persamaan (2.24), akan diperoleh -1.0 -1.0 c. r 2θ = x ( − β x + α y ) − y (α x + β y ) r 2θ = − β ( x 2 + y 2 ) r 2θ = − β r 2 θ = − β θ (t ) = −β t + θ0 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 Gambar 4 Spiral stabil. b. α =0 r(t) pada Jika α = 0 , maka persamaan (2.23) tidak berubah sepanjang waktu t . Jika β > 0 maka θ (t ) pada persamaan (2.25) akan membesar dan jika β < 0 maka θ (t ) pada persamaan (2.25) akan mengecil. Karena r(t) tetap, maka gerak orbit 0.0 0.5 1.0 α >0 r(t) pada Jika α > 0 , maka persamaan (2.23) akan semakin besar pada saat t bertambah. Jika β > 0 maka θ (t ) pada persamaan (2.25) akan berkurang pada saat t bertambah besar, sehingga arah gerak orbit akan bergerak searah jarum jam menjauhi titik tetap. Jika β < 0 , maka arah gerak orbitnya akan berlawanan dengan arah jarum jam. Titik tetap yang terjadi bersifat spiral takstabil. Jadi diperoleh solusi (2.25) Solusi di atas mempunyai tiga kasus yang bergantung pada nilai α dan β seperti pada persamaan (2.23) dan (2.25), yaitu a. α < 0 r(t) pada Jika α < 0 , maka persamaan (2.23) berkurang pada saat t bertambah. Jika β > 0 maka θ (t ) pada persamaan (2.25) akan berkurang pada saat t bertambah besar, sehinga arah gerak orbitnya akan bergerak searah jarum jam menuju titik tetap. Jika β < 0 , maka arah gerak orbitnya akan berlawanan dengan arah jarum jam menuju titik tetap. Dalam hal ini titik tetapnya bersifat spiral stabil. -0.5 Gambar 5 Center. 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 Gambar 6 Spiral takstabil. [Strogatz 1994] Isoklin Diketahui persamaan diferensial x = f ( x, t ). Kemiringan kurva dari persamaan di atas merupakan sebuah konstanta yang disebut sebagai isoklin dari persamaan tersebut. Selain itu, isoklin merupakan himpunan solusi dari persamaan f (x, t) = m, untuk beberapa nilai m. Cara yang baik untuk menciptakan medan arah adalah dengan menghubungkan beberapa isoklin (terutama null-cline, di mana f (x, t) = 0). (Tu 1994)