1 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: Indra Puji Astuti S851308027 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 to user commit 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: Indra Puji Astuti S851308027 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 to user commit 3 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id commit to user 4 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id commit to user 5 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id MOTTO Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orangorang yang sabar ( Q.S Al Baqarah : 153) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sunguh (urusan) yang lain (Q.S Al Insyiroh : 5-6) Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan mereka sendiri (Q.S Ar Ra’du : 11) commit to user 7 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, karya ini saya persembahkan untuk Ayah dan Ibu tercinta (Iskandar, S.Pd ,SD dan Latifah), Adek (Rosiana M.R) dan keluarga besar di Ngawi terimakasih atas do’a dan semangat yang selama ini telah diberikan yang selalu mengiringi setiap langkahku. commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Alhamdulillahirobbil’alamien, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, penulis telah menyelesaikan tesis yang berjudul “EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. Tesis ini disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar kemagisteran pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berbagai pihak telah banyak membantu selama proses penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih banyak kepada: 1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si, Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh studi pada Program Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada penulis. 3. Prof. Dr. Budiyono, M,Sc, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah banyak membimbing dan memberikan motivasi dalam penyusunan tesis ini. 4. Dr. Mardiyana, M.Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian tesis ini . 5. Dr. Sri Subanti, M,Si, Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh kesabaran sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini. 6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana yang telah memberikan ilmu dan bekal dalam penyusunan tesis ini. 7. H. Darto, S.Pd, M.Pd, Wahyudi, S.Pd, M.Si, Wisnu Broto, S.Pd, M.Si, dan Dra. Ari Yuni Purwati, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Ngawi, SMP commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Negeri 1 Paron, SMP Negeri 2 Geneng dan SMP Negeri 4 Ngawi yang berkenan memberikan ijinnya kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan mengumpulkan data di sekolah tersebut. 8. Bapak dan Ibu Guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron, SMP Negeri 2 Geneng, dan SMP Negeri 4 Ngawi yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama penelitian. 9. Getut Pramesti, M.Si, Dra. N.Setyaningsih, M.Si, Cicilia Budi Ardiani, S.Pd, Choiriyah Widyasari, M.Psi, Psi, Maslichah R, Janah, S.Psi, M.Psi dan Nur Fauziyah, S.Psi, Psi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memvalidasi dan memberikan saran-saran untuk instrument penelitian. 10. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron, dan SMP Negeri 2 Geneng yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penelitian. 11. Keluarga tercinta, terimakasih atas do’a, motivasi dan kesabaran serta bimbingan yang selalu mengiringi langkah penulis. 12. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013 atas segala kebersamaan dan dukungannya. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Billahi taufik wal hidayah, Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Surakarta, Penulis commit to user 2015 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN ii HALAMAN PENGESAHAN iii HALAMAN PERNYATAAN iv HALAMAN MOTTO v HALAMAN PERSEMBAHAN vi KATA PENGANTAR vii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xii DAFTAR LAMPIRAN xiv ABSTRAK xvi ABSTRACT xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan Masalah 6 C. Tujuan Penelitian 7 D. Manfaat Penelitian 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika 9 9 a. Belajar 9 b. Prestasi Belajar 10 c. Matematika 10 d. Prestasi Belajar Matematika 11 2. Pendekatan Pembelajaran 11 3. Model Pembelajaran 14 a. Model Pembelajaran Kooperatif 14 b. Model Pembelajaran Klasikal dengan Pendekatan Saintifik (klasikal-PS) 22 4. Kecerdasan Majemuk commit to user 25 perpustakaan.uns.ac.id 11 digilib.uns.ac.id a. Teori Kecerdasan Majemuk 25 b. Eksistensi Teori Kecerdasan Majemuk 32 B. Penelitian yang Relevan 33 C. Kerangka Berfikir 37 D. Hipotesis Penelitian 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 46 1. Tempat Penelitian 46 2. Waktu Penelitian 46 B. Jenis Penelitian 46 C. Populasi dan Sampel 48 1. Populasi 48 2. Sampel 48 D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 50 1. Variabel Bebas 50 2. Variabel Terikat 51 E. Teknik Pengumpulan Data 52 1. Metode Angket 52 2. Metode Tes 52 3. Metode Dokumentasi 52 F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data 52 1. Tahap Penyusunan 52 2. Uji Coba Instrumen 54 G. Teknik Analisis Data 59 1. Uji Prasyarat Analisis 59 2. Uji Hipotesis 63 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 71 1. Penentuan Sampel Penelitian 71 2. Analisis Kemampuan Awal Siswa 72 3. Analisis Instrumen Penelitian 74 4. Pelaksanaan Penelitian commit to user 79 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5. Data-Data Penelitian 80 6. Analisis Uji Prasyarat 82 7. Analisis Uji Hipotesis 83 B. Pembahasan Hasil 93 1. Hipotesis Pertama 93 2. Hipotesis Kedua 94 3. Hipotesis Ketiga 96 4. Hipotesis Keempat 98 C. Keterbatasan Penelitian 101 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan 102 B. Implikasi 104 C. Saran 104 DAFTAR PUSTAKA 106 LAMPIRAN 110 commit to user 13 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Keterkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya 16 Tabel 2.2 Identifikasi Kecerdasan Majemuk Gardner 26 Tabel 2.3 Karakteristik Kecerdasan Majemuk 32 Tabel 3.1 Rancangan Penelitian 47 Tabel 3.2 Kategori Pengelompokan Sekolah 49 Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Angket 53 Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran 58 Tabel 3.5 Tabel Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan 67 Tabel 4.1 Kategori Pengelompokan Sekolah 71 Tabel 4.2 Daftar Kelas Penelitian 72 Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Ujian Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 72 Tabel 4.4 Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa 73 Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 73 Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Konsistensi Internal Angket Kecerdasan Majemuk Tabel 4.7 Rangkuman 75 Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk 76 Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Tes Prestasi Belajar Matematika 78 Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Tes Prestasi Belajar Matematika Tabel 4.10 Rangkuman 78 Data Kecerdasan Majemuk Berdasarkan Model Pembelajaran Tabel 4.11 Rangkuman 80 Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran Tabel 4.12 Rangkuman Kecerdasan Tabel 4.13 Rangkuman Data 81 Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Majemuk Data Prestasicommit Belajar to user Matematika 81 Berdasarkan 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Model Pembelajaran dan Kecerdasan Majemuk 82 Tabel 4.14 Rangkuman Uji Normalitas Data 83 Tabel 4.15 Rangkuman Uji Homogenitas Data 83 Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama 84 Tabel 4.17 Rerata dan Rerata Marginal 85 Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antar Baris 85 Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antar Kolom 87 Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antarsel Pada Baris yang Sama 88 Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antarsel Pada Kolom yang Sama 91 commit to user 15 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Peringkat SMP di Kabupaten Ngawi 110 Lampiran 2 Daftar Pengkategorian Sekolah 111 Lampiran 3 Daftar Siswa dan Nilai Ulangan Semester Genap 112 Lampiran 4 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa 119 Lampiran 5 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 124 Lampiran 6 Uji Keseimbangan Kemampuan Awal siswa 126 Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Majemuk 129 Lampiran 8 Uji Coba Angket Kecerdasan Majemuk 130 Lampiran 9 Lembar Validasi Angket Kecerdasan Majemuk 132 Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk 144 Lampiran 11 Angket Kecerdasan Majemuk 150 Lampiran 12 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika 152 Lampiran 13 Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika 153 Lampiran 14 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika 158 Lampiran 15 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika .. 170 Lampiran 16 Tes Prestasi Belajar Matematika 179 Lampiran 17 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika 182 Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 183 Lampiran 19 Lembar Kerja Siswa 201 Lampiran 20 Data Induk Penelitian 203 Lampiran 21 Uji Normalitas Data 210 Lampiran 22 Uji Homogenitas Data 216 Lampiran 23 Uji Hipotesis 220 Lampiran 24 Uji Komparasi Ganda 225 Surat keterangan penelitian 231 commit to user 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ABSTRAK Indra Puji Astuti. S851308027. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan NHT (Numbered Heads Together) dengan Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Siswa Pada Pokok Bahasan Fungsi Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2014/2015. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M. Sc., Pembimbing II: Dr. Sri Subanti, M. Si. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TAI dengan pendekatan saintifik (TAI-PS), NHT dengan pendekatan saintifik (NHT-PS) atau klasikal dengan pendekatan saintifik (klasikal-PS), (2) manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, linguistik atau interpersonal, (3) pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS atau klasikal-PS, (4) pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, linguistik, atau interpersonal. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan faktorial 3x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan stratified cluster random sampling. Sampel penelitian sebanyak 275 siswa. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode angket, metode tes, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelumnya dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett. Hasil penelitian dengan menggunakan taraf signifikansi 5% adalah: (1) prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS lebih baik daripada model pembelajaran NHT-PS dan klasikal-PS, dan model pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan model pembelajaran klasikal-PS, (2) prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik, dan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan interpersonal, (3) pada model pembelajaran TAI-PS, siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada model pembelajaran NHT-PS siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada model pembelajaran klasikal-PS siswa dengan kecerdasan matematis logis dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik, dan siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar matematika sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan interpersonal, (4) pada commit to user kecerdasan matematis-logis, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada kecerdasan linguistik, model pembelajaran TAI-PS memberikan presasi belajar matemaika yang sama baiknya dengan NHT-PS , model pembelajaran NHT-PS dan TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada klasikal-PS, dan pada kecerdasan interpersonal model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya. Kata Kunci : Kecerdasan Majemuk, Klasikal-PS, NHT-PS, Prestasi Belajar Matematika, TAI-PS commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ABSTRACT Indra Puji Astuti. S851308027. 2015. Experimentation of Cooperative Learning Model of TAI (Team Assisted Individualization) and NHT (Numbered Heads Together) with Scientific Approach Viewed from Multiple Intelligence on the Topic of Function of the Students in Grade VIII of State Junior High Schools of Ngawi Regency in Academic Year 2014/2015. THESIS. Advisor I: Prof. Dr Budiyono, M. Sc., Advisor II: Dr. Sri Subanti, M. Si. Mathematics Education Study Program, Teacher Training and Education Faculty, Graduate Program, Sebelas Maret University Surakarta. The aim of this research was to determine: (1) which gives better mathematics learning achievement between learning model of TAI with scientific approach (TAIPS), NHT with scientific approach (NHT-PS) or classical with scientific approach (classical-PS), (2) which have better mathematics learning achievement between students whose logical-mathematical, linguistic or interpersonal intelligence, (3) in each category of intelligence, which gives better mathematics learning achievement, TAI-PS, NHT-PS or classical-PS, (4) in each category learning model, which have better mathematics learning achievement, students whose logical-mathematical, linguistic, or interpersonal intelligence. This research was a quasi-experimental research with 3x3 factorial design. The population of this research was all students in Grade VIII of Junior High School of Ngawi Regency in academic year 2014/2015. This research used stratified cluster random sampling technique. The sample of research consist of 275 students. The data of this research were collected by questionnaire, test methods, and documentation. The data analysis techniques of this research were used by two-way analysis of variance with unequal cells, followed by a multiple comparison test with Scheffe method. Prerequisite tests is a test for normality with Liliefors test and homogeneity test with Bartlett's test. With the 5% level of significance the result were as follows. (1) TAI-PS gave better mathematics learning achievement than NHT-PS and classical-PS. In addition, NHT-PS gave the same mathematics learning achievement as classical-PS. (2) Students with logical-mathematical and interpersonal intelligence had better mathematics learning achievement than students with linguistic intelligence. Students with logicalmathematical intelligence had the same mathematics learning achievement as students with interpersonal intelligence. (3) At the TAI-PS, students with logical-mathematical, linguistic, and interpersonal intelligence got same mathematics learning achievement. At the NHT-PS, students with logical-mathematical, linguistic, and interpersonal intelligence got same mathematics learning achievement. At the classical-PS, students with logical-mathematical and interpersonal intelligence had better mathematics learning achievement than linguistic intelligence. In addition, students with logicalmathematical intelligence had the same mathematics learning achievement as students with interpersonal intelligence. (4) At the logical-mathematical intelligence, TAI-PS, NHT-PS, and classical-PS gave the same mathematics learning achievement. At the linguistic intelligence, TAI-PS gave the same mathematics learning achievement as NHT-PS. In addition, NHT-PS and TAI-PS gave better mathematics learning achievement than classical-PS. At the interpersonal intelligence, TAI-PS, NHT-PS, and classical-PS gave the same mathematics learning achievement. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keywords: Multiple Intelligences, Classical-PS, NHT-PS, Mathematics Achievement, TAI-PS commit to user 20 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Tujuan dari pendidikan matematika di sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahanperubahan keadaan dalam kehidupan melalui pemikiran logis, rasional, cermat, kritis dan efisien. Matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara hierarkis dari konsep yang sederhana/dasar ke konsep yang lebih rumit. Dalam pembelajarannya siswa harus menguasai konsep yang sederhana/dasar terlebih dahulu. Jika siswa belum menguasai konsep yang sederhana/dasar, maka siswa akan mengalami kesulitan menguasai konsep-konsep selanjutnya. Hal tersebut banyak dirasakan oleh siswa sehingga muncul anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit yang menyebabkan siswa cenderung menunjukkan minat dan aktivitas yang rendah dalam matematika sehingga menyebabkan prestasi belajar siswa yang tidak sesuai dengan harapan. Pada setiap jenjang pendidikan matematika diajarkan dengan jumlah jam pelajaran yang paling banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya, tetapi rata-rata prestasi belajar siswa di Kabupaten Ngawi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai ujian nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs tahun pelajaran 2012/2013 dari Badan Standar Nasional Pendidikan secara nasional adalah 5,74 dan pada tingkat provinsi adalah sebesar 6,15. Dari Badan Standar Nasional Pendidikan juga diketahui bahwa Kabupaten Ngawi berada di posisi terendah kedua bila dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur dengan rata-rata nilai ujian nasional matematika adalah 4,6. Data tersebut menyatakan bahwa rata-rata nilai ujian nasional untuk mata pelajaran matematika di Kabupaten Ngawi termasuk dalam kategori yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika sehingga prestasi belajarnya rendah. Sementara itu daya serap commit to mata user pelajaran matematika khususnya 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada pokok bahasan fungsi di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 masih rendah hanya sebesar 43,94% bila dibandingkan daya serap tingkat provinsi sebesar 63,69% dan daya serap tingkat nasional sebesar 55,63%. Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa SMP di Kabupaten Ngawi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fungsi dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun dari luar diri siswa (faktor eksternal). Salah satu fakor penyebab dari diri siswa adalah matematika yang memiliki banyak rumus dalam materi pembelajarannya sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan pada soal. Sementara itu dalam penerapannya untuk menyelesaikan soal-soal dengan tingkat kesulitan yang berbeda masih kurang. Siswa cenderung menyukai soal-soal yang mudah dan akan merasa kesulitan jika menemui soal yang merupakan pengembangan yang membutuhkan penalaran. Sehingga prestasi belajar yang didapat oleh siswa belum dapat optimal. Oleh karena itu tugas guru untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa agar siswa dapat mencapai nilai yang telah ditetapkan secara nasional. Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan pengembangan kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik di dalam pembelajarannya. Proses pembelajaran pada kurikulum ini lebih menekankan kreativitas guru dan siswa dengan menggunakan prinsip 5M yaitu melalui kegiatan mengamati (observing), menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan mengkomunikasikan (networking). Selain itu juga menekankan pengembangan kemampuan siswa pada ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa. Suwarsono (2013) menyatakan untuk pembelajaran IPA dan ilmu-ilmu empiris yang lain, daftar urutan kegiatan tersebut sangat sesuai. Tetapi, untuk pembelajaran matematika rincian kegiatan dalam pendekatan saintifik tersebut masih perlu dibahas lebih lanjut mengenai kesesuaiannya, khususnya pada bagian mencoba (experimenting) mengingat matematika bukanlah ilmu empiris. Oleh karena itu kreatifitas dari guru sangat diperlukan untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran matematika. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 22 digilib.uns.ac.id Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya kecerdasan majemuk dan model pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan berdampak positif terhadap prestasi belajar matematika. Masih banyak yang terjadi di sekolah-sekolah, guru masih menggunakan pembelajaran klasikal. Pembelajaran ini dirasa kurang dapat mengeksplor kreatifitas yang dimiliki siswa karena pembelajaran ini bersifat teacher center sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara optimal. Guru harus mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selain itu juga harus sesuai dengan pembentukan karakter dan pengembangan kreativitas yang sesuai dengan kurikulum 2013 dengan prinsip 5M. Chianson et al. (2011) menunjukkan bahwa pembelajaran matematika lebih efektif sejak penerapan pembelajaran kooperatif dan juga dibutuhkan kekreatifan guru untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu inovasi pembelajaran yang membuat siswa belajar lebih aktif, berfikir lebih kritis, dan mampu berinteraksi dengan siswa yang lainnya serta mampu mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya. Model pembelajaran yang seharusnya, hendaknya selalu ada kegiatan interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lainnya yang saling menguntungkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT). Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Sebelum membentuk kelompok tersebut, guru terlebih dahulu memberikan tes secara individu yang nantinya hasil pekerjaan masing-masing siswa akan menjadi bahan untuk diskusi. Selama kegiatan diskusi tersebut siswa aktif untuk memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan kelompoknya karena pada tahap selanjutnya guru akan memberikan kuis secara invidividual. Selain itu guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar kecommit skor kuis Sehingga siswa akan lebih to berikutnya. user 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mempunyai tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Penelitian yang mendukung penerapan model pembelajaran TAI antara lain Atit Indriyani (2011) menunjukkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI akan memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Reza Kusumah Setyansah (2012) menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Awofala & Nneji (2013) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih efektif dalam pembelajaran matematika. Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. La Suha Ishabu (2013) menunjukkan penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dalam mengolah, mencari dan melaporkan hasil diskusinya. Dalam pelaporan hasil diskusi melalui presentasi di depan kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor anggota dari masing-masing kelompok. Peran guru dalam model pembelajarn ini hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Dengan cara ini diharapkan siswa siap untuk menyampaikan hasil diskusinya dan harus aktif serta bertanggung jawab kepada kelompoknya. Penelitian yang mendukung penerapan model pembelajaran NHT antara lain Isna Farahsanti (2012) yang menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan prestasi siswa ditinjau dari kecerdasan matematis logis. Raodatul Jannah (2013) menunjukkan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model NHT dengan pendekatan realistik mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode langsung. Maheadi et al. (2006) menunjukkan penerapan model pembelajaran koperatif NHT dengan pemberian penghargaan lebih commit to user 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan model pembelajaran koperatif NHT tanpa pemberian penghargaan. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecerdasan majemuk. Kecerdasan majemuk merupakan kemampuan atau keterampilan dalam berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Yalmanci & Gozum (2013) menyatakan Gardner membagi kecerdasan manusia dalam delapan kategori yaitu: (1) kecerdasan linguistik (verbal-linguistic intelligence), (2) kecerdasan matematislogis (logical-mathematical intelligence), (3) kecerdasan ruang-visual (visual spatial inteligence), (4) kecerdasan kinestetik-badani (bodily kinesthetic intelligence), (5) kecerdasan musikal (musical rhythmic intelligence), (6) kecerdasan sosial (interpersonal intelligence), (7) kecerdasan intrapersonal (intrapersonal intelligence), (8) kecerdasan lingkungan/naturalis (naturalistic intelligence). Setiap orang mempunyai semua tipe kecerdasan majemuk. Tetapi masing-masing tipe kecerdasan tersebut dimiliki setiap orang dengan kadar yang berbeda beda. Visser et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukkan diantara 8 tipe kecerdasan majemuk terdapat tipe kecerdasan yang domain dimiliki oleh seseorang ada kecerdasan yang lebih menonjol dan kecerdasan yang kurang menonjol. Meskipun demikian diharapkan dalam pembelajaran di sekolah guru mampu untuk menembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa agar tujuan belajar dapat tercapai maksimal. Penelitian tentang kecerdasan majemuk dalam pembelajaran matematika matematika telah banyak dilakukan. Fransiskus Gatot Iman Santoso (2010) meneliti tentang empat tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis, ruang visual dan interpersonal) pada pokok bahasan segitiga menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Endang Hariyati (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal) pada pokok bahasan bangun ruang menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal) pada pokok bahasan aritmetika sosial menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Jemani (2013) meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis dan ruang visual) pada materi commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id persamaan garis lurus menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Dari penelitian-penelitian tentang kecerdasan majemuk tersebut, secara umum hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang kecerdasan majemuk pada materi fungsi. Peneliti hanya akan membatasi penelitian ini dengan mengambil tiga tipe kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan interpersonal berdasarkan penelitian-penelitian relevan dan permasalahan dalam pembelajaran matematika di Kabupaten Ngawi,. Ketiga tipe kecerdasan tersebut sangat cocok dengan materi fungsi dan juga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT. Siswa berkecerdasan matematis-logis akan mudah mamahami materi fungsi dan penerapannya dalam soal dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang siswa yang suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa berkecerdasan linguistik cenderung mudah memahami suatu soal cerita sehingga memudahkan mengerjakan soal. Siswa berkecerdasan interpersonal cenderung suka kegiatan berkelompok dan mudah menyesuaikan diri dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka lebih nyaman belajar secara berkelompok dan mudah menerima informasi dari teman sejawatnya. Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka menyikapi penerapan Kurikulum 2013 peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik yang ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa pada pokok bahasan fungsi kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 1. Manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaran commit to user klasikal-PS? 26 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal? 3. Pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematislogis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal? 4. Pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS? C. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaran klasikal-PS terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa. Sedangkan secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS. 2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal. 3. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, antara siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal. 4. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik antara model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS. commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam memperluas pengetahuan dan wawasan tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan siswa dalam proses pembelajaran. b. Bagi siswa, meningkatkan keaktifan, minat, motivasi dan kemandiriannya dalam pembelajaran matematika. c. Bagi sekolah, memberikan masukan dalam mengambil kebijakan yang tepat untuk menumbuhkan keaktifan, motivasi pembelajaran matematika. commit to user dan minat siswa dalam 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Prestasi Belajar Matematika a. Belajar Konstruktivisme merupakan respons terhadap berkembangnya harapanharapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif siswa dalam kegiatan belajar. Konstruktivisme merupakan filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Pengetahuan merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Dalam mencermati realitas kehidupan sehari-hari, konstruktivis mempercayai bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang berusaha mengetahui. Pengetahuan tidak hanya dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa. Siswa sendirilah yang mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan dengan pengalaman yang mereka peroleh. Siswa sendiri yang mengolah informasi yang diperoleh untuk selanjutnya menjadi pengetahuan yang ia bangun sendiri. Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta. Terdapat beberapa definisi tentang belajar, antara lain diungkapkan Aunurrahman (2010:18) belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Belajar juga merupakan suatu proses mengasimilasi dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalamanpengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya menjadi lebih kokoh. Ketika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, maka guru membantu berperan sebagai mediator untuk membangun pengetahuan mereka tersebut. Driver & Bell (dalam Suyono & Hariyanto, 2011:13) belajar adalah suatu proses aktif menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun hubungan antara konsepsi yag telah dimiliki dengan fenomena yang sedang dipelajari. Rusman (2012:113) belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id 29 digilib.uns.ac.id membangun pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggungjawab atas peristiwa belajar dan hasil belajarnya. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya melalui latihan, pengalaman dan pengembangan. b. Prestasi Belajar Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Abdurrahman Mulyono (2003: 37) mengemukakan bahwa prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1991:23), prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Menurut Sutartinah Tirtonegoro (1998:43), prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Sedangkan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) menyatakan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu setelah proses pembelajaran. c. Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan mengembangkan daya pikir manusia. Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi matematika oleh para ahli. Jujun S. Suriasumantri (2007:190) mengatakan, matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. matematika bersifat commit Lambang-lambang to user perpustakaan.uns.ac.id 30 digilib.uns.ac.id artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Sedangkan menurut Evawati Alisah (2007:23) matematika adalah sebuah bahasa, ini artinya matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang dipakai oleh bahasa matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Menurut James dan James (1976) dalam Erman Suherman (2001:16) matematika adalah ilmu tentang logika, mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lain yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, serta geometri. Menurut Sutama (2010:82) matematika adalam bahasa simbolis yang mengekspresikan ide-ide, struktur, atau hubungan yang logis termasuk konsepkonsep abstrak sehingga memudahkan manusia untuk berfikir. Menurut Ibrahim dan Suparni (2009:35) matematika memiliki beberapa unit yang satu sama lain saling berkaitan, maka yang penting dalam belajar matematika adalah bagaimana kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini didasarkan pada salah satu pemikiran bahwa materi matematika merupakan materi yang abstrak yang memiliki karakteristik berbeda dengan materi ilmu lainnya. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan secara sederhana, bahwa matematika adalah ilmu yang memepelajari tentang perhitungan, pengkajian dan menggunakan kemampuan berpikir seseorang secara nalar dan pikiran yang jernih. d. Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu setelah proses pembelajaran matematika berlangsung yang dinyatakan dalam hasil tes berupa nilai. 2. Pendekatan Pembelajaran Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011) mendefinisikan pembelajaran ialah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap commit tosituasi user tertentu. Menurut Syaiful Sagala 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (2011:61) pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Soedjadi (2000: 43), mengacu pada fungsi matematika dan tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua hal yaitu: 1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. 2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan. Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru harus mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator belajar bagi siswa. Dalam hal ini guru harus melakukan pemilihan pendekatan atau model pembelajaran yang tepat sehingga memungkinkan siswa dapat terlibat aktif sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya-upaya yang dilakukan guru untuk melibatkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran matematika agar mereka langsung dapat memperoleh pengalaman sekaligus sebagai penerima manfaat dari proses dan hasil pembelajaran tersebut. Menurut Arif Rahman (2009:180) pendekatan pembelajaran merupakan strategi yang dipakai guru atau pengajar agar murid atau pembelajar bisa dengan mudah belajar dalam rangka menyerap materi ajar secara lebih cepat. Dalam kurikulum 2013 ini pendekatan pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan saintifik. Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:33-34) menyatakan pengembangan kurikulum 2013 berdasarkan pandangan filsafat eksperimentalis commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id harus dapat mendekatkan apa yang dipelajari siswa di sekolah dengan apa yang terjadi di masyarakat. Penerapan pendekatan ilmiah atau saintifik dalam proses pembelajaran sering disebut sebagai ciri khas Kurikulun 2013. Pendekatan ilmiah tersebut terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut. a. Mengamati (observing) Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran. Kegiatan ini memiliki keunggulan tertentu, seperti dapat menyajikan media obyek secara nyata, siswa lebih merasa tertantang dalam pembelajaran, dan mudah pelaksanaannya. Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan kegiatan mengamati ini siswa menemukan fakta bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran. b. Menanya (questioning) Guru perlu membimbig peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan mengenai hasil pengamatan obyek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep, atau prosedur. Melalui kegiatan bertanya, karakter rasa ingin tau siswa dapat dikembangkan. c. Mengumpulkan informasi (experimenting) Kegiatan ini mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran melalui kegiatan berdiskusi, membaca sumber selain buku teks maupun mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket ataupun wawancara. d. Menalar (associating) Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, kegiatan menalar dalam Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. commit Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan to user 33 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. e. Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking) Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan kembali apa yang sudah ditemukan pada tahap menanya, menalar dan mencoba. Hasil tersebut dapat disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar individu atau kelompok. Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1. 3. Model Pembelajaran Joice dan Weil dalam Isjoni (2010:50) menyatakan model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas. Arends dalam Agus Suprijono (2012:46) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan Agus Suprijono (2012:46) mendefinisikan model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah seperangkat cara yang digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan rencana yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. a. Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya menekankan kerja sama atau gotong royong. Kelompok yang terbentuk bukanlah commit to user 34 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id semata-mata kumpulan orang, tetapi menurut Shaw dalam Agus Suprijono (2009:57) memberikan pengertian kelompok “as two or more people who interact with and influence one another” yang artinya kelompok adalah dua orang atau lebih yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain. Slavin (2009: 10) menyatakan bahwa semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar lebih baik. Slavin (2009:10) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif terdapat tiga konsep utama, yaitu: 1) Penghargaan tim Tim akan mendapat penghargaan tim jika tim tersebut dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan. 2) Tanggung jawab individual Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membentu satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa tanpa bantuan satu timnya. 3) Kesempatan sukses yang sama Semua siswa mempunyai kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk melakukan yang terbaik dan kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya. Model pembelajaran kooperatif merupakan aplikasi dari teori konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompoknya untuk saling membantu memecahkan masalah. Interaksi sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 2.1 Katerkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan Maknanya Langkah Pembelajaran Mengamati Menanya Mengumpulkan informasi/ eksperimen Mengasosiasi/ mengolah informasi Mengkomunikasikan Kegiatan Belajar Kompetensi yang dikembangkan Membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat) Mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik) Melakukan eksperimen Membaca sumber lain selain buku teks Mengamati objek/kejadian/aktivitas Wawancara dengan nara sumber Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi. Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau media lainnya. commit to user Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam penyimpulan. Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. 36 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalahm model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. 1) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Saintifik (TAI-PS) Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. Di samping itu juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa yang kurang pandai dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen (Amin Suyitno, 2006:10) sebagai berikut. a) Tim (teams) yaitu pembentukan kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa. b) Tes penempatan (placement test) yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. c) Siswa kreatif (student creative) yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. d) Pembelajaran kelompok (team study) yaitu tahapan tindak belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok. Dalam tahap ini guru dapat memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya. e) Skor tim dan rekognisi tim (team scores and team recognition) yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas. f) Kelompok pengajaran (teaching group) yaitu pemberian materi singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id g) Tes fakta (facts test) yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. h) Unit seluruh kelas (whole class units) yaitu pemberian materi oleh guru kembali pada akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sangat tergantung kepada penguasaan materi sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk melanjutkan materi pelajaran berikutnya, sehingga dimungkinkan bagi siswa yang menguasai materi prasyarat akan lebih mudah menerima pembelajaran. Kelebihan model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut. a) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dalam pengelolaan rutin. b) Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar kelompokkelompok kecil. c) Pelaksanaan model pembelajaran cukup sederhana. Siswa akan termotivasi mempelajari materi secara cepat dan akurat dan tidak akan bisa berbuat curang. d) Para siswa dapat melakukan pengecekan satu sama lain. e) Model pembelajaran ini akan membagun kondisi untuk terbentuknya sikap positif terhadap siswa berkemampuan di bawahnya. Kekurangan model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut. a) Membutuhkan waktu yang tidak sedikit dalam membuat perangkat pembelajaran. b) Dalam kelas yang besar dengan jumlah siswa yang banyak, guru akan kesulitan dalam membimbing mereka. Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, maka dalam penelitian ini digunakan pula model pembelajaran yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran TAI tersebut dimodifikasi sebagai berikut. a) Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-5 orang (mengadopsi komponen teams). b) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi pembelajaran secara individu melalui pengamatan misalkan siswa diminta untuk mengamati peristiwa yang berhubungan dengan pokok bahasan fungsi commit to user misalnya antara siswa dengan 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang relasi. (mengamati). c) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa, misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian fungsi dan lain sebagainya (menanya). Kemudian siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pamahaman tentang fungsi. d) Guru memberikan materi secara singkat (mengadopsi komponen teaching group). e) Siswa diberikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini siswa mencatat hal-hal yang penting dalam diskusi kelas tersebut (mencoba). Kemudian siswa diberikan kuis secara individual untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal (mengadopsi komponen placement test). f) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok dan setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Setiap siswa diminta mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk mengkoreski jawaban yang diberikan dengan menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya (mengasosiasi). Guru memberikan tugas kelompok berupa LKS (mengadopsi komponen student creative). g) Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan jawabannya di depan kelas dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan (mengkomunikasikan). Dalam hal ini guru memberikan bimbingan jika ada yang belum dipahami (mengadopsi team study). h) Ketua kelompok harus dapat menentukan bahwa setiap anggota telah memahami materi dan siap diberikan tes oleh guru (mengadopsi komponen teams scores and team recognition). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 39 digilib.uns.ac.id i) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. j) Guru memberikan tes secara individu untuk mengukur seberapa paham siswa terhadap materi yang telah dipelajari (mengadopsi komponen fact test). k) Menjelang akhir pembelajaran, guru memberikan latihan pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah (mengadopsi komponen whole class unit). 2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Pendekatan Saintifik (NHT-PS) Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini dikembangkan oleh Spenser Kagan. Model pembelajaran ini melibatkan banyak aktivitas siswa dalam pembelajaran terutama dalam mereview, saling bertukar ide dan mendiskusikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu model pembelajaran ini juga dapat mendorong semangat siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam kelompok. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik. Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan variasi dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk berkelompok. Masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Setelah selesai berdiskusi, guru memanggil nomor tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan menyampaikan hasil diskusi selanjutnya. Pemangggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi serta fokus pada pembelajaran. Selain itu juga menumbuhkan sikap tanggung jawab pada diri siswa. Menurut Trianto (2007:62) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai berikut. a) Fase 1 : penomoran (numbering) Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5. b) Fase 2 : mengajukan pertanyaancommit (questionering) to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok melalui LKS dan kepada setiap kelompok mendiskusikan jawabannya. c) Fase 3 : berfikir bersama (heads together) Siswa menyatakan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim. d) Fase 4 : menjawab pertanyaan (answering) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil kerjasama mereka. Menurut Miftahul A’la (2010:101) pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut. a) Siswa menjadi siap dalam pembelajaran. Setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menjawab pertanyaan. b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh. c) Siswa yang kurang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut. a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. c) Tidak semua anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, guru dapat membuat catatan kecil terkait dengan nomor-nomor yang sudah dipanggil dalam setiap pertemuan. Untuk nomor yang belum dipanggil, dapat dipanggil pada pertemuan berikutnya. Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, maka dalam penelitian ini digunakan pula model pembelajaran yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran NHT tersebut dimodifikasi sebagai berikut. a) Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain (fase numbering). commit to user 41 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui pengamatan dengan tujuan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan pemahamannya (fase questioning). Misalkan siswa diminta untuk mengamati peristiwa yang berhubungan dengan materi fungsi misalnya antara siswa dengan dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang fungsi. (mengamati). c) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa, misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian fungsi dan lain sebagainya (menanya). d) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengerti jawaban tersebut (fase heads together). Dalam tahap ini guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut. Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator. (mencoba) e) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari (fase answering dan mengasosiasi) f) Siswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat boleh menampilkan dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan siswa lain diminta untuk memberikan tanggapan. (mengkomunikasikan) g) Guru memberikan evaluasi. b. Model Pembelajaran Klasikal dengan Pendekatan Saintifik (klasikal-PS) Pembelajaran klasikal adalah kegiatan mengajar guru yang menitik beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu secara umum. Dimyati dan Mudjiono (2009:162) menyatakan ciri-ciri yang menonjol pada pembelajaran klasikal dapat ditinjau dari segi-segi berikut ini. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 42 digilib.uns.ac.id 1) Tujuan pengajaran Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut sistem klasikal tampak serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat puluhan siswa. Guru membantu siswa menghadapi kesukaran. Tujuan pembelajaran yang menonjol adalah pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk belajar berdasarkan kemampuan sendiri. Dalam pengajaran klasikal guru menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas. 2) Siswa dalam pembelajaran Dalam pembelajaran klasikal guru mempunyai mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membelajarkan siswa. 3) Guru sebagai pembelajar Peran guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Peran guru tersebut adalah membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat program belajar sesuai kemampuan siswa, membicarakan pelaksanaan belajar, menentukan kriteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi belajar; berperan sebagai penasehat atau pembimbing dan membantu siswa dalam penilaian hasil belajar. Dalam pembelajaran klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus yaitu pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan baik. Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Tekanan utama pembelajaran adalah seluruh anggota kelas. Kelebihan model pembelajaran klasikal adalah sebagai berikut. 1) Secara ekonomis pembiayaan kelas lebih murah. 2) Mudah digunakan dalam kelas dengan jumlah siswa besar. Kelemahan model pembelajaran klasikal adalah sebagai berikut. 1) Gangguan belajar dapat berasal dari individu maupun sekelompok individu. 2) Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi tempat belajar misal ruang kelas kotor, papan tulis rusak, meja & kursi rusak yang dapat mengganggu pembelajaran. 3) Siswa merasa cepat bosan karena dominan dengan metode ceramah. commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik, maka dalam penelitian ini digunakan pula model pembelajaran yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran kasikal tersebut dimodifikasi sebagai berikut. a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai tentang materi fungsi. b) Guru memberikan apersepsi dengan cara menyebutkan dan mendeskripsikan hal-hal disekitar yang terkait dengan materi fungsi. Misalkan siswa diminta untuk mengamati peristiwa yang berhubungan dengan pokok bahasan fungsi misalnya antara siswa dengan dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang fungsi. c) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi pembelajaran secara individu melalui pengamatan terhadap peristiwa yang berkaitan dengan fungsi (mengamati) d) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa, misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian fungsi dan lain sebagainya (menanya) e) Siswa mencermati masalah yang ada dalam LKS dan guru mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini siswa mencatat hal-hal yang penting dalam diskusi kelas tersebut (mencoba) f) Siswa diminta mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari (mengasosiasi) g) Beberapa siswa diminta untuk menampilkan jawabannya di depan kelas dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan siswa lain diminta untuk memberikan tanggapan. (mengkomunikasikan) h) Guru menutup pembelajaran dan membimbing siswa untuk meyimpulkan materi yang telah dipelajari. i) Siswa diberikan tugas untuk dikerjakan commit di to rumah. user 44 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4. Kecerdasan Majemuk a. Teori Kecerdasan Majemuk Kecerdasan majemuk adalah kemampuan atau keterampilan dalam berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan majemuk (multiple intelligence) ini dicetuskan oleh Prof. Howard Gardner dari Harvard. Garner mengembangkan multiple intelligence dengan menggunakan dasar dari hasil kerja para pakar, salah satunya adalah Jean Piaget. Gardner akhirnya sampai pada satu pandangan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan bersifat laten, ada pada setiap manusia tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Menurut Gardner manusia mempunyai lebih dari satu kecerdasan. Teori kecerdasan Gardner mengatakan bahwa seorang manusia paling tidak mempunyai delapan kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalis, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan kinestetik. Definisi kecerdasan majemuk Howard Gardner (Danang T.Laksono & Kusumo Ekowati, 2012:100-102) adalah sebagai berikut. 1) Kecerdasan bahasa adalah kepekaan pada makna dan susunan kata, kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Kemampuan ini berkaitan dengan pengembangan bahasa secara umum. 2) Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan, kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif, kepekaan pada logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan. 3) Kecerdasan musikal adalah kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap pola titinada, melodi, irama, dan nada ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, mencipta lagu, musik dan nyanyian. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 45 digilib.uns.ac.id 4) Kecerdasan kinestesis tubuh adalah kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. 5) Kecerdasan spasial adalah kemampuan mengenal bentuk benda, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam bentuk grafik. 6) Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi aneka spesies, flora, dan fauna dalam lingkungan. 7) Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain dan membina komunikasi dengan orang lain, mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, tekanan, motivasi, watak, dan temperamen orang lain. 8) Kecerdasan intrapersonal adalah pengetahuan tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri, kemampuan berefleksi dan menyimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup, dapat mengendalikan emosi. Masing-masing tipe kecerdasan majemuk tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan kegiatan ataupun kecenderungan tingkah laku yang dilakukan oleh siswa. Hoerr (2000:18-19) menyatakan identifikasi tersebut yang disajikan dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Identifikasi Kecerdasan Majemuk Gardner Kecerdasan Bahasa Matematislogis Musikal Kinestetis tubuh Karakteristik Menulis cerita dan esai; menceritakan lelucon, cerita, plesetan; menggunakan kosakata luas; bermain word game; menggunakan kata untuk menggambarkan sebuah citra. Bekerja dengan angka, memecahkan masalah, menganalisis situasi; memahami cara kerja sesuatu; memperlihatkan ketepatan dalam pemecahan masalah; bekerja dalam situasi yang mengandung jawaban yang jelas. Mendengar dan bermain musik, menyesuaikan perasaan dengan musik dan irama; bernyanyi dan bersenandung; menciptakan dan meniru lagu. Berolahraga dan aktif secara fisik; berani mengambil resiko dengan tubuh mereka; menari, bermain peran, dan meniru gerak; commit to user dengan benda mekanis membuat hasta karya dan bermain 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Karakteristik Kecerdasan Spasial Mencoret-coret, melukis atau menggambar; menciptakan tampilan tiga dimensi; mengamati dan menciptakan peta dan diagram; membongkar dan menyusun kembali barang-barang. Naturalis Meluangkan waktu di luar ruangan; mengumpulkan tanaman, bebatuan, binatang; mendengarkan bunyi-bunyian di luar; memperhatikan hubungan di alam; mengelompokkan flora dan fauna. Senang berteman banyak; memimpin, berbagi, menengahi; membuat kesepakatan; membantu teman memecahkan masalah; menjadi anggota tim yang efektif. Interpersonal Intrapersonal Merenung; mengendalikan perasaan dan suasana hati sendiri; mengejar minat pribadi dan menyusun agenda; belajar dengan mengamati dan mendengarkan; menggunakan kecakapan metakognitif. Selama ini kita telah terlalu percaya bahwa kecerdasan identik dengan hasil tes IQ. Semakin tinggi nilai IQ seseorang, maka semakin cerdas orang tersebut. Selama ini kita juga percaya bahwa kecerdasan semata-mata ditentukan oleh faktor genetik atau keturunan. Kepercayaan ini bertahan cukup lama hingga para ahli menemukan hal penting yang turut berperan dalam menentukan perkembangan kecerdasan. Adi W. Gunawan (2007) menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan, yaitu 1) Lingkungan Lingkungan yang kaya akan stimulus dan tantangan, dengan kadar yang seimbang dan ditunjang dengan faktor dukungan dan pemberdayaan, akan menguatkan “otot” mental dan kecerdasan seseorang. Riset yang dilakukan Dr. Marian Diamond, pada tikus, membuktikan bahwa lingkungan yang kaya stimulasi sangat membantu pertumbuhan koneksi sel otak. Hal yang sama juga dapat terjadi pada otak manusia. 2) Kemauan dan Keputusan Faktor kedua yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan, dalam menentukan perkembangan kecerdasan, adalah faktor kemauan dan keputusan. Kedua faktor ini adalah faktor motivasi. Motivasi yang positif akan muncul sejalan dengan lingkungan yang kondusif. Sebaliknya bila lingkungannya sama commit to user perpustakaan.uns.ac.id 47 digilib.uns.ac.id sekali tidak kondusif atau menantang, otak yang paling cerdas sekalipun tidak akan dapat mengembangkan potensi intelektualnya. 3) Pengalaman Hidup Hasil riset terkini menunjukkan bahwa potensi otak kita berkembang sejalan dengan pengalaman hidup, khususnya pada masa bayi dan kanak-kanak. Bayi yang lapar, lalu menangis, kemudian mendapatkan perhatian dan diberi susu, akan merasakan suatu perasaan sukses. Sebaliknya bayi yang dibiarkan menangis dalam waktu lama tanpa mendapat perhatian akan merasakan kegagalan. Hal-hal kecil yang menunjukkan sukses maupun kegagalan yang dialami oleh anak, bila terjadi berulang-ulang akan menjadi suatu program yang menentukan seberapa besar potensi kecerdasan yang digunakan. 4) Genetika Saat ini para pakar masih berbeda pendapat mengenai besarnya peran genetika atau keturunan dan faktor lingkungan dalam menentukan perkembangan kecerdasan. Namun hasil riset di bidang ilmu pengetahuan dan ilmu saraf menunjukkan bahwa keduanya berpengaruh. Seperti yang telah dijelaskan, pengalaman hidup mempunyai pengaruh terhadap respon kognitif. Gen kita sebaliknya mempunyai pengaruh pada kewaspadaan, memori, kemampuan sensori dan juga faktor kecerdasan lainnya. 5) Gaya Hidup Entah kita sadari atau tidak, pilihan gaya hidup yang kita jalani sangat berpengaruh terhadap level perkembangan kognitif kita. Mulai dari makanan yang kita makan, orang yang menjadi kawan kita, jumlah jam tidur, olahraga, obat, minuman, merokok, seberapa sering kita menggunakan otak kita untuk berpikir, apa level berpikir yang digunakan dan masih banyak faktor lain. Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tiga kategori kecerdasan majemuk dari delapan kategori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh Howard Gardner tersebut. Tipe kecerdasan yang digunakan adalah kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal. Ketiga tipe kecerdasan tersebut sangat sesuai dengan materi fungsi dan model pembelajaran kooperatif. Siswa berkecerdasan matematis-logis akan mudah mamahami materi fungsi dan penerapannya dalam soal dengan kemampuan yang dimilikinya. Siswa commit to user perpustakaan.uns.ac.id 48 digilib.uns.ac.id yang siswa yang suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa berkecerdasan linguistik cenderung mudah memahami suatu soal cerita sehingga memudahkan mengerjakan soal. Siswa berkecerdasan interpersonal cenderung suka kegiatan berkelompok dan mudah menyesuaikan diri dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka lebih nyaman belajar secara berkelompok dan mudah menerima informasi dari teman sejawatnya. 1) Kecerdasan Matematis-Logis Kecerdasan matematis-logis berhubungan dengan berhitung atau menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan matematis-logis menuntut seseorang berpikir secara logis, linier, teratur yang dalam teori belahan otak disebut berpikir konvergen, atau dalam fungsi belahan otak, kecerdasan matematis-logis merupakan fungsi kerja otak belahan kiri. Dalam perjalanan hidup seseorang, kecerdasan matematis-logis memberikan andil yang sangat besar terutama dalam membantu memberikan makna secara kuantitatif atas suatu hasil yang dilakukannya. Anak dengan kecerdasan matematis-logis yang berkembang adalah anak yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan yang logis. Mereka menyukai angka, urutan, logika dan keteraturan. Mereka dapat mengerti pola dan hubungan serta mampu melakukan proses berfikir deduktif dan induktif. Menurut Gardner, model perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget secara garis besar sebenarnya merupakan gambaran dari pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan matematika dan logika. Anak dengan kecerdasan matematis-logis yang terasah dengan baik akan suka sekali dalam mencari penyelesaian suatu masalah, menunjukkan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme. Mereka menyukai aktivitas yang melibatkan angka, urutan, pengukuran, dan perkiraan. Anak dengan kecerdasan matematis-logis menyukai kegiatan bermain yang berkaitan dengan berpikir logis, seperti dam-daman, mencari jejak, menghitung benda-benda, timbang menimbang, dan permainan strategi, suka menyusun sesuatu dalam kategori seperti urutan besar ke kecil, panjang ke pendek, dan mengklasifikasikan benda-benda yang memiliki sifat sama. commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Kecerdasan matematis-logis dikategorikan sebagai kecerdasan akademik, karena dukungannya yang tinggi dalam keberhasilan studi seseorang. Dalam tes IQ, kecerdasan matematis-logis sangat diutamakan (Tadkiroatun Musfiroh, 2008:47-48). 2) Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan untuk menangani struktur bahasa (sintaksis), suara (fonologi), dan arti (semantik). Kecerdasan linguistik bersifat universal. Daerah Broca di otak kita bertanggung jawab terhadap kemampuan berkomunikasi, menghasilkan kalimat denga struktur tata bahasa yang benar. Sedangkan daerah yang menangani pengertian terhadap informasi verbal yang kita dengar adalah daerah Wernick, pada Lobus Temporal. Kecerdasan linguistik mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan menyampaikan informasi. Anak dengan kecerdasan linguistik yang terasah dengan baik akan menunjukkan kesukaan dalam bermain dan manipulasi kata. Mereka biasanya mempunyai perbendaharaan kata yang luas. Mereka menyukai puisi, rima, permainan kata, dan pintar mengekspresikan diri mereka melalui tulisan maupun lisan. Anak memfasilitasi dengan kecerdasan kebutuhan anak linguistik untuk menyukai berbicara, kegiatan yang bernegosiasi dan mengekspresikan perasaan melalui kata-kata. Anak tersebut juga menikmati permainan yang berkaitan dengan huruf-huruf, seperti mencocokkan huruf, menukarkan huruf, menebak kata-kata dan kegiatan bermain lain yang melibatkan bahasa baik lisan maupun tulisan. Anak dengan kecerdasan linguistik memiliki minat terhadap buku. Anak tersebut suka membuka lembar-lembar buku, bahkan ketika mereka belum mampu membaca. Menurut Gardner, commit to anak user dengan kecerdasan linguistik 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mungkin telah menguasai kemampuan membaca dan menulis lebih dini daripada akan-anak seusianya. Tadkiroatun Musfiroh (2008) menyatakan stimulasi terhadap kecerdasan linguistik sangat penting, karena kecerdasan ini sangat diperlukan dalam hampir semua bidang kehidupan. Tidak ada satu profesi pun yang dapat dilepaskan dari pemanfaatan dan peran bahasa dalam berbagai variasi bentuknya. 3) Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah, suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan ini juga melibatkan kepekaan pada ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh dari orang lain dan mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi. Dengan menggunakan kecerdasan interpersonal, kita akan mampu mengamati perubahan kecil yang terjadi pada mood, perilaku, motivasi dan perhatian orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang dengan baik akan sangat menikmati kegiatan kelompok dan collaborative learning. Mereka juga sangat suka dengan kegiatan yang mengharuskan mereka melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara dengan orang dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas dan tanggung jawab dan mengikuti permainan yang melibatkan suatu konflik. Menurut Gardner (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2008:54) kecerdasan interpersonal dibangun oleh kemampuan inti untuk mengenali perbedaan khususnya perbedaan besar dalan suasana hati, temperamen, motivasi, dan takanan. Selain itu, kecerdasan interpersonal juga dipengaruhi oleh interaksi sosial manusia. Menurut Armstrong (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2008:55-56) siswa-siswa dengan kecerdasan interpersonal mempunyai banyak teman, mudah bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok, menikmati permainan-permainan yang dilakukan secara berpasangan atau commit to user 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id berkelompok, suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain termasuk masalah ilmu dan informasi. Karakteristik kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan dalam tabel berikut ini Tabel 2.3 Karakteristik Kecerdasan Majemuk Tipe Kecerdasan Majemuk Kecerdasan Matematis-Logis Karakteristik a) Bekerja dengan angka, memecahkan masalah, menganalisis situasi b) Memahami cara kerja sesuatu c) Memperlihatkan ketepatan dalam pemecahan masalah d) Bekerja dalam situasi yang mengandung jawaban yang jelas a) Menulis cerita dan esai Kecerdasan b) Menceritakan lelucon, cerita, dan plesetan Linguistik c) Menggunakan kosa kata yang luas d) Bermain word game e) Menggunakan kata untuk menggambarkan sebuah citra a) Senang berteman banyak Kecerdasan b) Memimpin, berbagi, menengahi Interpersonal c) Membuat kesepakatan d) Membantu teman memecahkan masalah e) Menjadi anggota tim yang efektif b. Eksistensi Teori Kecerdasan Majemuk Menurut teori kecerdasan majemuk, siswa belajar melalui berbagai macam cara yang tidak selalu sama karena setiap siswa adalah unik. Namun, pada umumnya siswa belajar melalui kombinasi dari beberapa cara. Cara-cara ini menunjukkan peran kecerdasan yang berbeda pula. Siswa dengan kecerdasan linguistik mungkin mengalami kesulitan memecahkan masalah angka, tetapi dapat memahami jika permasalahan dibuat dalam bentuk cerita. Siswa dengan kecerdasan matematis-logis mungkin mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada rangkaian huruf, tetapi mudah terlibat angka dan senang berhitung. Siswa dengan kecerdasan matematislogis belajar melalui angka dan berpikir logis, belajar melalui pengkategorian, mengelompokkan, manandai persamaan dan perbedaan benda-benda di sekeliling mereka. Siswa dengan kecerdasan interpersonal cepat belajar dengan unteraksi commit to user verbal dengan guru dan teman mereka. Karena siswa memiliki cara yang berbeda 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dalam belajar, maka siswa cenderung belajar sesuatu yang disukainya. Siswa menunjukkan minat yang berbeda pada setiap pembelajaran. Anak melakukan interaksi positif dengan materi dan kecenderungannya. B. Penelitian yang Relevan Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Atit Indriyani (2011) melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran TAI dan TPS ditinjau dari sikap percaya diri siswa pada materi limit fungsi dengan menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Persamaan penelitian ini dengan penelitan yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran TAI. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu TPS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Novi Andri Nurcahyono (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi model pembelajaran TPS dan NHT dengan pendekatan kontekstual ditinjau dari inteligensi siswa pada materi pecahan dengan menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran langsung. Persamaan penelitian ini dengan penelitan yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran NHT. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu TPS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Reza Kusumah Setyansyah (2012) melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran TAI dan GI ditinjau dari konsep diri pada materi commit to user 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id persamaan garis lurus dengan menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan model pembelajaran konvensional. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran TAI. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu GI. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Sri Hartati Ningsih (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi model pembelajaran GI dan TPS pada materi trigonometri ditinjau dari kecerdasan logika matematika dengan menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Persamaan penelitian ini dengan penelitan yang akan dilakukan adalah penggunaan tipe kecerdasan yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah model yang digunakan yaitu GI dan TPS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Isna Farahsanti (2012) melakukan penelitian tentang efektivitas model NHT dan NHT dengan pendekatan Quantum Learning ditinjau dari kecerdasan matematis logis pada materi persamaan garis lurus menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan NHT dengan pendekatan quantum learning dan dapat meningkatkan prestasi siswa ditinjau dari kecerdasan matematis-logis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran NHT dan tipe kecerdasan majemuknya. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu NHT dengan pendekatan quantum learning. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 54 digilib.uns.ac.id Raodatul Jannah (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi model pembelajaran NHT, SNH dengan pendekatan realistik dan pembelajaran langsung ditinjau dari kemandirian belajar menggunakan metode stratified custer random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model NHT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran NHT. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu SNH dengan pendekatan realistik. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Endang Hariyati (2013) melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran TAI dan PBL ditinjau dari kecerdasan majemuk menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan kecerdasan majemuk berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika dan pada peserta didik yang dikenai model pembelajaran TAI, kategori matematis logis memberikan prestasi belajar lebih baik daripada kategori interpersonal, kategori linguistik memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan kategori interpersonal, kategori linguistik secara signifikan memberikan prestasi belajar sama baiknya dengan kategori interpersonal. Peserta didik yang dikenai model pembelajaran PBL, kategori linguistik memberikan prestasi yang lebih baik daripada interpersonal, kategori matematis logis memberikan prestasi belajar sama baiknya dengan kategori interpersonal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu tipe TAI dan tipe kecerdasan majemuk yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu PBL. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi model pembelajaran NHT dan Jigsaw ditinjau dari kecerdasan majemuk menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa kecerdasan matematis-logis, kecerdasan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 55 digilib.uns.ac.id linguistik dan kecerdasan interpersonal mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran NHT dan tipe kecerdasan majemuk yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu Jigsaw. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Jemani (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi model pembelajaran Jigsaw dan GI ditinjau dari kecerdasan majemuk menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa kecerdasan linguistic, matematis-logis dan ruang visual mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tipe kecerdasan majemuk yang digunakan (matematis-logis dan linguistik). Sedangkan perbedaannya adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu Jigsaw dan GI. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Fransiskus Gatot Iman Santoso (2010) melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran PBL dan GI ditinjau dari kecerdasan majemuk menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang visual dan interpersonal mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tipe kecerdasan majemuk yang digunakan (matematis-logis, linguistic dan interpersona). Sedangkan perbedaannya adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu PBL dan GI. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Awofala & Nneji (2013) dalam jurnalnya meneliti tentang efektivitas Model Framing (CFS) dan TAI terhadap prestasi siswa dalam matematika dengan menggunakan metode random sampling. Temuan penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI efektif dalam pembelajaran matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang commit digunakan yaitu tipe TAI dalam pembelajaran to user 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id matematika. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu CFS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. Maheadi et al. (2006) meneliti tentang keefektifan model pembelajaran NHT tanpa penghargaan dan NHT dengan penghargaan dengan menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan penerapan model pembelajaran koperatif NHT dengan pemberian penghargaan lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan model pembelajaran koperatif NHT tanpa pemberian penghargaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu tipe NHT. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu NHT dengan penghargaan. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. La Suha Ishabu (2013) malakukan penelitian tentang penggunaan model pembelajaran NHT pada pembelajaran matematika. Metode yang digunakan adalah dengan metode observasi, dokumentasi dan catatan lapangan. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu tipe NHT. Sedangkan perbedaannya adalah tidak adanya model pembelajaran yang digunakan sebagai pembanding karena jenis penelitiannya adalan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik. C. Kerangka Berpikir Menurut Purwanto (2011:110) kerangka berfikir adalah argumentasi dalam merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah yang diajukan. Pada kenyataannya, selama ini pembelajaran matematika kurang efektif karena siswa lebih sering menghafal dibandingkan memahami materi pembelajaran. Sehingga pembelajaran matematika kurang berhasil dicapai oleh siswa. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran commit to user 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id matematika. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami sendiri dan lebih mendalami materi yang diajarkan. Sehingga dengan cara ini diharapkan prestasi belajar matematika dapat meningkat. 1. Kaitan model pembelajaran dengan prestasi belajar matematika. Penggunaan model pembelajaran besar pengaruhnya terhadap keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa dan kesesuaiannya dengan materi yang disampaikan oleh guru akan memudahkan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan membuat siswa merasa nyaman dan bersemangat dalam pembelajaran matematika. Sehingga dengan cara ini diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar yang diperoleh siswa dalam pelajaran matematika. Model pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS merupakan model pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda. Namun sebelum membentuk kelompok tersebut, guru terlebih dahulu memberikan tes secara individu yang nantinya hasil pekerjaan masing-masing siswa akan menjadi bahan untuk diskusi. Dalam kegiatan diskusi tersebut siswa diharapkan aktif untuk memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu terhadap siswa yang kurang pandai. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan kelompoknya karena pada tahap selanjutnya guru akan memberikan kuis secara individual. Selain itu guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. Di samping itu diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok. Siswa keterampilannya, yang pandai sedangkan dapat siswa yang mengembangkan kurang commit to user pandai kemampuan dapat dan terbantu perpustakaan.uns.ac.id 58 digilib.uns.ac.id menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sehingga siswa akan lebih mempunyai tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS melibatkan banyak aktivitas siswa dalam pembelajaran terutama dalam mereview, saling bertukar ide dan mendiskusikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu model pembelajaran ini juga dapat mendorong semangat siswa untuk meningkatkan kerja sama dalam kelompok. Dalam penerapannya pertama-tama, guru meminta siswa untuk berkelompok. Masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Setelah selesai, berdiskusi, guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan menyampaikan hasil diskusi selanjutnya. Pemangggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi serta fokus pada pembelajaran. Selain itu juga menumbuhkan sikap tanggung jawab pada diri siswa. Namun dalam penerapannya ada kemungkinan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, sehingga tidak semua anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Disisi lain ada kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. Hasil diskusi yang diperoleh bisa jadi tidak berasal dari diskusi semua anggota kelompok tersebut. Ada anggota kelompok yang hanya bergantung pada hasil akhir diskusi kelompoknya. Dalam hal ini tanggung jawab individual dalam penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT-PS dimungkinkan lebih rendah dibandingkan model pembelajaran koperatif tipe TAI-PS. Pada model pembelajaran klasikal-PS dengan metode ceramah, bagi siswa cenderung monoton dan membosankan jika diterapkan pada pembelajaran matematika. Dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. 2. Kaitan kecerdasan majemuk dengan prestasi belajar matematika. Prestasi belajar matematika siswa tidak hanya dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Faktor internal yang berasal dari diri siswa seperti minat, motivasi, sikap, intelegensi (kecerdasan) dan aktivitas belajar juga commit to user 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mempunyai peran penting dalam pencapaian prestasi belajar matematika. Kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa tentunya berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya. Keserdasan majemuk tersebut diketegorikan menjadi delapan kelompok, yaitu (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan matematis-logis, (3) kecerdasan ruang-visual, (4) kecerdasan kinestetik-badani, (5) kecerdasan musikal, (6) kecerdasan sosial, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan lingkungan/naturalis. Dalam penelitian ini tipe kecerdasan majemuk yang digunakan adalah kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal. Siswa yang suka dengan angka cenderung menggunakan kecerdasan matematislogis. Siswa dengan kecerdasan matematis-logis akan lebih mudah menyesuaikan diri dan dapat dengan mudah memahami materi serta mandiri dalam belajar matematika. Hal ini dikarenakan karakteristik pelajaran matematika yang memiliki objek kajian yang abstrak, berpola deduktif dan pemecahan masalah. Tetapi pada siswa dengan kecerdasan selain kecerdasan matematis-logis masih memerlukan bantuan guru untuk memahami materi yang kurang jelas. Siswa yang suka bekerja dalam kelompok cenderung menggunakan kecerdasan interpersonal. Pada pembelajaran matematika diperlukan juga kerja sama dalam satu kelompok dalam suatu model pembelajaran kooperatif. Siswa tersebut akan lebih mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan siswa lainnya sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman dari siswa yang lainnya. Siswa yang suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa dengan kecerdasan linguistik hanya mempunyai kemampuan untuk menjelaskan dengan bahasa yang lebih baik. Dengan demikian dimungkinkan prestasi belajar matematika siswa berkecerdasan matematis-logis lebih baik dibandingkan dengan siswa berkecerdasan linguistik atau interpersonal. Dan prestasi belajar matematika siswa berkecerdasan interpersonal lebih baik dibandingkan dengan berkecerdasan linguistik. Dengan perbedaan kadar tersebut, diharapkan dapat bekerja sama dengan baik pada pembelajaran matematika. commit to user 60 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Kaitan kecerdasan majemuk dengan prestasi belajar matematika pada masing-masing model pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Selain itu juga berpengaruh terhadap motivasi, minat, kecerdasan dan aktivitas belajar. Pembelajaran yang menggabungkan antara model pembelajaran dan kecerdasan yang dimiliki siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Penggunaan model pembelajaran tidak selalu efektif di setiap situasi karena adanya perbedaan kecerdasan majemuk pada siswa. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS siswa diberi bekerja secara individu dan membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara berpikir yang berbeda dan saling membantu terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan. Dalam hal ini diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai bertanggungjawab terhadap siswa yang kurang pandai. Dengan hal ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalan kelompok kecil. Ini berarti siswa berkecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang sama baiknya. Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS siswa akan dibagi ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Dalam menyampaikan hasil diskusi ada kemungkinan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, sehingga tidak semua anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hasil diskusi yang diperoleh bisa jadi tidak berasal dari diskusi semua anggota kelompok tersebut. Ada anggota kelompok yang hanya bergantung pada hasil akhir diskusi kelompoknya. Dalam hal ini tanggung jawab individual dalam penerapan model pembelajaran koperatif tipe NHT-PS lebih rendah dibandingkan model pembelajaran koperatif tipe TAI-PS. Pada model pembelajaran ini, siswa berkecerdasan interpersonal dan matematislogis dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa berkecerdasan linguistik. Dan siswa berkecerdasan matematis-logis dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa berkecerdasan interpersonal. commit to user 61 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pembelajaran klasikal-PS yang berpusat pada guru masih sering digunakan dalam pembelajaran sehari-hari. Model pembelajaran ini biasanya menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaannya. Pada model pembelajaran ini, siswa berkecerdasan matematis-logis dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa berkecerdasan linguistik dan siswa berkecerdasan interpersonal. Siswa berkecerdasan linguistik mempunyai prestasi belajar yang sama lebih baik daripada siswa berkecerdasan interpersonal. Terlepas dari hal tersebut, model pembelajaran dan tipe kecerdasan siswa adalah faktor yang penting dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS sama-sama menuntut keaktifan dari siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh bisa meningkat. 4. Kaitan model pembelajaran dengan prestasi belajar matematika pada masing-masing kecerdasan majemuk. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap kecerdasan dan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Pembelajaran yang menggabungkan antara model pembelajaran dan kecerdasan yang dimiliki siswa diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Penggunaan model pembelajaran tidak selalu efektif di setiap situasi karena adanya perbedaan kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa. Pada siswa berkecerdasan matematis logis dimungkinkan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran apapun, model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS ataupun model pembelajaran klasikal-PS akan mencapai prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan tipe kecerdasan linguistik dan interpersonal. Hal ini disebabkan karena kemampuan matematika yang dimilikinya dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa berkecerdasan matematis-logis cenderung bisa bekerja dengan angka, pola, memecahkan masalah dan menganalisis situasi pada situasi apapun baik dalam kegiatan belajar secara berkelompok maupun sendirian. commit to user 62 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pada siswa berkecerdasan linguistik dimungkinkan prestasi belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran TAI-PS lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran NHT-PS ataupun model pembelajaran klasikal-PS. Prestasi belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran NHT-PS lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran klasikal-PS. Hal ini disebabkan siswa berkecerdasan linguistik cenderung menyukai pola belajar dengan mendengar, mencatat, dan membaca. Pada penggunaaan model pembelajaran TAI-PS dan NHT-PS siswa dituntut untuk berfikir, berdiskusi dan mengungkapkan hasil diskusinya. Namun pada model pembelajaran TAI-PS siswa lebih punya tanggung jawab secara individu untuk lebih mamahami materi pembelajaran. Pada penggunaan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik siswa dituntut untuk mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru. Pada siswa berkecerdasan interpersonal dimungkinkan prestasi belajar dengan penggunaan model pembelajaran TAI-PS sama baiknya dengan menggunakan model pembelajaran NHT-PS. Prestasi belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran TAI-PS atau NHT-PS lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran klasikal-PS. Hal ini dikarenakan siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih menyukai bekeja kelompok dibandingkan bekerja sendirian. Selain itu siswa berkecerdasam interpersonal cenderung mudah berinterksi dan bersosialissi dengan orang lain. Terlepas dari hal tersebut, model pembelajaran dan tipe kecerdasan siswa adalah faktor yang penting dalam pembelajaran. Kecerdasan majemuk kategori kecerdasan matematis logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan anterpersonal sama-sama menuntut siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya dalam penggunaan model pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat optimal. D. Hipotesis Menurut Sugiyono (2011: 64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimatcommit pernyataan”. to user Berdasarkan kajian teori dan 63 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. 1. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran klasikal-PS. 2. Siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal. Sedangkan siswa dengan kecerdasan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik. 3. a. Pada model matematika pembelajaran kooperatif siswa dengan tipe TAI-PS, prestasi belajar kecerdasan matematis-logis, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan interpersonal adalah sama baik. b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis maupun siswa dengan kecerdasan interpersonal sama baiknya. Prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis atau interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik. c. Pada model pembelajaran klasikal-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal atau siswa dengan kecerdasan linguistik. Pestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan linguistik lebih baik daripada prestasi belajar matemetika siswa dengan kecerdasan interpersonal. 4. a. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis, pengunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya. commit to user 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik, prestasi belajar matematika dengan model dibandingkan pembelajaran dengan prestasi kooperatif belajar tipe TAI-PS matematika lebih dengan baik model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. Prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran klasikal-PS. c. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS. commit to user 65 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri di Kabupaten Ngawi pada siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai bulan Maret 2014 sampai bulan Januari 2015 yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data dan tahap penyelesaian. Adapun rincian tahap penelitian tersebut adalah sebagai berikut. a. Tahap perencanaan Tahap perencanaan yang meliputi penyusunan proposal tesis, permohonan ijin penelitian, dan penyusunan instrumen penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014 sampai bulan Agustus 2014. b. Tahap pelaksanaan Tahap pelaksanaan yang meliputi pengambilan data kemampuan awal siswa, uji keseimbangan, uji coba instrumen, pengambilan data kecerdasan majemuk siswa, pelaksanaan pembelajaran (eksperimen) sebanyak 6 kali pertemuan, dan pengambilan data prestasi belajar siswa. Tahap ini dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai bulan November 2014. c. Tahap analisis data Tahap analisis data dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai Desember 2014 d. Tahap penyelesaian tesis Tahap penyelesaian meliputi penyusunan laporan dan penulisan tesis yang dimulai pada bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu karena peneliti tidak mungkin melakukan kontrol atau manipulasi semua variabel yang commit to user 66 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id relevan kecuali beberapa dari variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiyono (2003:82) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu model pembelajaran dan kecerdasan majemuk dengan variabel terikat adalah prestasi belajar matematika siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS sedangkan tipe kecerdasan majemuk yang akan diteliti adalah kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal. Dalam penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3x3 yang digambarkan pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Tipe Kecerdasan Majemuk (B) Model Pembelajaran (A) MatematisLogis (b1) Linguistik (b2) Interpersonal (b3) TAI-PS (a1) (ab)11 (ab)12 (ab)13 NHT-PS(a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23 Klasikal-PS(a3) (ab)31 (ab)32 (ab)33 Keterangan: A : Model pembelajaran B : Tipe kecerdasan majemuk a1 : Model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS a2 : Model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS a3 : Model pembelajaran klasikal-PS b1 : Kecerdasan matematis-logis b2 : Kecerdasan linguistik b3 : Kecerdasan interpersonal commit to user perpustakaan.uns.ac.id 67 digilib.uns.ac.id (ab) 11 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan memiliki kecerdasan matematis- logis. (ab) 12 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan memiliki kecerdasan linguistik. (ab) 13 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan memiliki kecerdasan interpersonal. (ab) 21 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan memiliki kecerdasan matematis- logis. (ab) 22 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan memiliki kecerdasan linguistik. (ab) 23 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan memiliki kecerdasan interpersonal. (ab) 31 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS dan memiliki kecerdasan matematis-logis. (ab) 32 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS dan memiliki kecerdasan linguistik. (ab) 33 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS dan memiliki kecerdasan interpersonal. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015. 2. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masing-masing tiga kelas dari tiga sekolah yang diambil dan masing-masing kelas tersebut digunakan sebagai kelas eksperimen. Masing-masing kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TAI-PS pada kelas eksperimen pertama, model pembelajaran NHT-PS pada kelas eksperimen kedua dan model pembelajaran klasikal-PS pada kelas eksperimen ketiga. commit to user 68 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan stratified cluster random sampling. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel didasarkan pada nilai Ujian Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi. Data nilai Ujian Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1. Cara menentukan sampelnya adalah sebagai berikut. a. Dari seluruh SMP Negeri di Kabupaten Ngawi dilakukan stratified random sampling yaitu pengelompokkan peringkat sekolah pada nilai Ujian Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kategori pengelompokan sekolah disajikan pada tabel berikut. Tabel 3.2 Kategori Pengelompokan Sekolah Kategori Tinggi Sedang Rendah Skor 1 X 2 1 1 X 2 2 1 X 2 Keterangan: X : rata-rata nilai ujian nasional matematika yang diperoleh oleh masing- masing SMP di Kabupaten Ngawi : rerata dari rata-rata nilai ujian nasional matematika semua SMP se-Kabupaten Ngawi : standar deviasi nilai ujian nasional matematika semua SMP se-Kabupaten Ngawi b. Dari masing-masing tingkatan (tinggi, sedang, dan rendah) dilakukan cluster random sampling dengan memilih satu sekolah secara acak. c. Dari sekolah yang terpilih masing-masing diambil 3 kelas penelitian sebagai kelas eksperimen. Sebelum diberikan perlakuan pada masing-masing kelas eksperimen, terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan untuk memastikan bahwa kemampuan awal ketiga kelas dalam keadaan seimbang. Uji keseimbangan ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean pada ketiga populasil commit to user 69 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id yang diambil. Namun sebelumnya diperlukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel Bebas a. Model Pembelajaran 1) Definisi Operasional Model pembelajaran adalah seperangkat cara yang digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan rencana yang telah disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2) Indikator Pemberian eksperimen perlakuan yaitu yang perlakuan berbeda dengan terhadap tiga menggunakan kelas model pembelajaran TAI-PS pada kelas eksperimen pertama, model pembelajaran NHT-PS pada kelas eksperimen kedua dan model pembelajaran klasikal-PS pada kelas eksperimen ketiga. 3) Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang terdiri dari tiga kategori kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran TAI-PS pada kelas pertama, model pembelajaran NHT-PS pada kelas kedua dan model pembelajaran Klasikal-PS pada kelas ketiga. 4) Simbol : ai ; i 1,2,3 a1 Model pembelajaran kooperatif TAI-PS a 2 Model pembelajaran kooperatif NHT-PS a3 Model pembelajaran klasikal-PS b. Kecerdasan Majemuk 1) Definisi Operasional Kecerdasan majemuk adalah kemampuan atau keterampilan commit to user dalam berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. perpustakaan.uns.ac.id 70 digilib.uns.ac.id Dalam penelitian ini meliputi kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan interpersonal yang datanya diperoleh melalui angket kecerdasan majemuk. 2) Indikator Skor angket kecerdasan majemuk siswa. 3) Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yang kemudian diubah ke dalam skala nominal yang terdiri dari tiga kategori yaitu tiga tipe kecerdasan majemuk yang dominan dimiliki oleh siswa antara kecerdasan matematis logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal. 4) Simbol : b j ; j 1,2,3 b1 Siswa berkecerdasan matematis-logis b2 Siswa berkecerdasan linguistik b3 Siswa berkecerdasan interpersonal 2. Variabel Terikat a. Definisi operasional Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu setelah proses pembelajaran matematika pokok bahasan fungsi berlangsung yang dinyatakan dalam hasil tes berupa nilai. b. Indikator Nilai prestasi belajar matematika diperoleh dengan tes pada pokok bahasan fungsi setelah menggunakan model pembelajaran TAIPS, model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. c. Skala pengukuran Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval. d. Simbol : ABij ; i 1,2 ; j 1,2,3 Ai Jumlah data pada baris ke-i B j Jumlah data pada kolom ke-j ABij Jumlah data pada baris ke-i dan kolom ke-j commit to user 71 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id E. Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Angket Menurut Budiyono (2003:47) metode angket adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket ini diberikan secara langsung kepada siswa untuk mendapatkan data tentang tipe kecerdasan majemuk. 2. Metode Tes Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian. Metode tes ini berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda untuk memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa dan diberikan pada akhir pembelajaran. 3. Metode Dokumentasi Metode dukumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan melihat dokumen-dokumen yang telah ada. Metode dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui nilai awal siswa sebagai pedoman prestasi belajar matematika siswa sebelum penelitian. Nilai awal diambil dari nilai Ujian Akhir Semester Genap tahun pelajaran 2013/2014. F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data 1. Tahap Penyusunan a. Tes Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi belajar matematika. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif (pilihan ganda) yang diberikan kepada ketiga kelas eksperimen setelah diberi perlakuan dengan model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. Soal tes prestasi belajar yang digunakan sebanyak 20 butir soal namun uji coba tes tersebut akan diberikan sebanyak 30 butir soal. Langkah-langkah penyusunan tes adalah sebagai berikut: 1) Menyusun materi yang digunakan commit to useruntuk membuat soal tes. 72 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2) Menyusun kisi-kisi soal tes. 3) Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat sebelumnya. 4) Memberikan skor pada jawaban soal tes yaitu bernilai 1 untuk jawaban benar dan bernilai 0 untuk jawaban salah. Nilai yang diperoleh siswa dihitung dengan cara N=Bx5 dengan B adalah jumlah jawaban yang benar. Sehingga rentang nilai untuk tes prestasi belajar adalah 0 N 100 . b. Angket Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data tentang tipe kecerdasan majemuk siswa. Angket kecerdasan majemuk yang digunakan sebanyak 30 butir angket yang terdiri dari 10 butir angket kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik, dan 10 butir angket kecerdasan interpersonal yang terdiri dari 10 butir angket kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik, dan 10 butir angket kecerdasan interpersonal. Namun uji coba tes tersebut akan diberikan sebanyak 48 butir angket. Langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut. 1) Menyusun materi yang digunakan untuk membuat angket. 2) Membuat kisi-kisi angket. 3) Menyusun angket berdasarkan kisi-kisi yang telah sebelumnya. 4) Menentukan skor angket. Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Angket Jenis Pernyataan Pernyataan positif Alternatif Jawaban A (selalu) B (sering) C (kadang-kadang) D (tidak pernah) Pernyataan negatif A (selalu) B (sering) C (kadang-kadang) D user (tidak pernah) commit to Skor 4 3 2 1 1 2 3 4 dibuat 73 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Skor yang diperoleh siswa dihitung dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh siswa berdasarkan kriteria penskoran pada masingmasing butir angket. Skor untuk kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan interpersonal dihitung sendiri-sendiri. Pengkategorian siswa ke dalam tipe kecerdasan tertentu dilakukan dengan melihat skor yang paling dominan di antara ketiga skor kecerdasan tersebut. Sehingga rentang nilai untuk angket kecerdasan majemuk adalah 10 skor 40 . 2. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen yang bisa dikenakan kepada sampel penelitian hanyalah instrumen yang telah terbukti baik dan reliabel. a. Uji coba instrumen angket 1) Uji validitas angket Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang diinginkan untuk diukur. Validitas yang dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi. Penilaian ini dilakukan melalui penilaian para pakar. Para pakar menilai apakah kisi-kisi yang dibuat telah mewakili substansi yang akan diukur. Selanjutnya, para pakar menilai apakah masing-masing butir instrumen yang telah disusun relevan dengan kisi-kisi yang telah ditentukan. 2) Uji reliabilitas angket Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam angket. Untuk reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus Cronbach Alpha, yaitu: 2 n s i r11 1 2 n 1 st Keterangan: r11 = indeks reliabilitas instrumen commit to user n banyaknya butir instrumen 74 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id s i2 = jumlah variansi butir s 2t = variansi total Angket dikatakan reliabel jika r11 0,7. Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga tipe yaitu angket kecerdasan matematis-logis, angket kecerdasan linguistik dan angket kecerdasan interpersonal. Masing-masing reliabilitasnya sendiri-sendiri. angket tersebut dihitung Dalam penellitian ini, angket digunakan jika indeks reliabilitas r11 0,7. Budiyono (2003:70) 3) Konsistensi Internal Semua butir instrumen harus mengukur hal yang sama dan menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti ada korelasi positif antara skor masing-masing butir tersebut. Konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Biasanya untuk menghitung konsistensi internal untuk butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut. rxy n XY X Y n X 2 X n Y 2 Y 2 2 Dengan: rxy = indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen) X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba) Y = skor total (dari subjek uji coba) Butir soal tersebut angket dipakai jika indeks konsistensi internal rxy 0,3. Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga tipe yaitu angket kecerdasan matematis-logis, angket kecerdasan linguistik dan angket kecerdasan interpersonal. Masing-masing commit to user angket tersebut dihitung indeks konsistensi internalnya sendiri- 75 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sendiri. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i rxy 0,3 maka butir tersebut harus dibuang. Budiyono (2003:65) b. Uji coba instrumen tes Instrumen tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika pada pokok bahasan fungsi. Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas isi, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas. 1) Uji validitas isi Menurut Anastasi & Urbina (1997:113), validitas berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya dan seberapa baik dia melakukannya. Purwanto (2011) menyatakan validitas isi adalah pengujian validitas dilakukannya atas isinya untuk memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi dilakukan dengan menelaah butir yaitu dengan cara mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Menurut Budiyono (2003:58) untuk tes hasil belajar, agar tes mempunyai validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut a) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut proses belajar. b) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik berat bahan yang telah diajarkan. c) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar. 2) Uji Daya Beda Menurut Purwanto (2011:102) daya beda adalah kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan to user dihitung atas dasar pembagian rendah. Daya beda commit pada dasarnya 76 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id siswa ke dalam dua kelompok yaitu kelompok atas (berkemampuan tinggi) dan kelompok bawah (berkemampuan rendah). Indeks daya pembeda suatu butir dicari dengan mencari koefisien korelasi antara skor butir tersebut dengan skor total pesera tes. Rumus uji daya beda dengan menggunakan koefisien biserial titik adalah sebagai beriku. D rbis n XY X Y n X 2 X n Y 2 Y 2 2 Dengan: X adalah skor butir dan Y adalah skor total. Budiyono (2003:65) Indeks daya pembeda ini merentang dari -1 sampai dengan 1. Berdasarkan nilai rentang daya pembeda di atas terdapat tiga kemungkinan yaitu, a) Jika semua siswa baik kelompok atas maupun kelompok bawah sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah maka butir soal tidak mempunyai kemampuan membedakan yang ditunjukkan oleh indeks daya pembedanya sama dengan nol. b) Jika siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih banyak daripada kelompok bawah yang menjawab benar maka indeks daya pembeda akan bernilai positif. c) Jika siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih sedikit daripada kelompok bawah yang menjawab benar maka indeks daya pembeda akan bernilai negatif. d) Butir soal mempunyai indeks daya pembeda tinggi apabila siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih banyak daripada siswa kelompk bawah yang dapat menjawab benar dengan perbandingan tertentu hingga indeks daya pembeda minimal +0,30. Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal dengan indeks daya pembeda D 0,3 . Jika tidak memenuhi indeks daya pembeda tersebut, butir soal tidak digunakan dalam commit to user penelitian. 77 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Tingkat Kesukaran Anas Sudijono (2011) menyatakan bermutu atau tidaknya butir-butir item tes pertama-tama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing butir item tersebut. Butir-butir item tes dapat dinyatakan sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang. Rumus untuk menentukan tingkat kesukaran adalah P B JS Dengan P = angka indeks kesukaran item B = banyaknya siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang bersangkutan JS = jumlah siswa yang mengikuti tes prestasi belajar Nilai tingkat kesukaran butir ini merentang antara 0 sampai 1. Tingkat kesukaran sebuah butir sama dengan 0 terjadi bila semua siswa tidak ada yang menjawab dengan benar, sebaliknya tingkat kesukaran sebuah butir sama dengan 1 apabila semua siswa menjawab dengan benar pada butir tersebut. Berikut penafsiran (interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item. Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran Besarnya P P 0,3 Interpretasi sukar 0,3 P 0,7 sedang P 0,7 mudah Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal dengan kategori sedang yaitu butir soal yang memiliki indeks kesukaran 0,3 P 0,7 . Butir soal yang memiliki indeks kesukaran P 0,3 atau P 0,7 tidak digunakan dalam penelitian. commit to user 78 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 4) Uji Reliabilitas Suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasil pengukuran tersebut memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan beberapa kali pengukuran pada orang ataupun waktu yang berlainan. Dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson karena instrumen bersifat dikotomi yaitu untuk jawaban yang benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Rumus Kuder Richardson adalah sebagai berikut. 2 n st pi qi r11 2 st n 1 Dengan: r11 =indeks reliabilitas instrumen n =banyaknya butir instrumen p i =proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i qi 1 pi 2 s t =variansi total Suatu butir instrumen dikatakan dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas instrumen r11 0,7 . Dalam penelitian ini, butir soal digunakan apabila indeks reliabilitas butir soal lebih dari 0,7. G. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis a. Uji Normalitas Menurut Budiyono (2009:168) uji normalitas digunakan untuk mengetahui sampel yang berasal dari populasi berdistribusi nornal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors dengan mempertimbangkan kelebihannya yaitu penggunaan/ perhitungannya yang sederhana serta cukup kuat meskipun dengan ukuran sampel yang kecil. Langkah-langkah uji normalitas dengan uji Liliefors adalah sebagai berikut commit to user 79 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Hipotesis H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Taraf signifikansi a 5% 3) Statistik uji L maks F(zi ) S(z i ) Dimana: F(zi ) P(Z z i ) ; Z ~ N(0,1) S(z i ) proporsi cacah Z z i terhadap seluruh cacah z i z skor standar, dimana z i i X X X i SD Xi n SD Xi 2 ( X i ) 2 n 1 n dengan SD standar deviasi sampel X mean sampel 4) Daerah Kritik DK {L | L Lα ;n } dengan Lα ;n dari tabel Lilliefors 5) Keputusan Uji H 0 ditolak jika L DK atau H 0 tidak ditolak jika L DK (Budiyono, 2009 :170-172) b. Uji Homogenitas Menurut Budiyono (2009:174) uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang mempunyai variansi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett dengan langkah-langkah sebagai berikut: commit to user 80 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 1) Hipotesis H 0 : σ1 σ 2 σ 3 ( variansi populasi homogen) 2 2 2 H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen) 2) Taraf signifikansi a 5% 3) Statistik uji χ2 2,303 2 f log RKG f j lo g s j c dengan χ 2 ~ χ 2 (k 1) c 1 1 1 1 3(k 1) f j f RKG rerata kuadrat galat SS f X n 1s n j j 2 SS j X 2 j j j 2 j j k banyak populasi banyak sampel k f derajat kebebasan untuk RKG N k f j j1 f j derajat kebebasan untuk s j 2 n j 1 j 1, 2, ..., k N banyak seluruh nilai (ukuran) n j banyaknya nilai (ukuran) sampel ke j 4) Daerah kritik DK χ 2 | χ 2 χ 2 ;k 1 5) Keputusan uji H 0 ditolak jika χ 2 DK atau H 0 diterima jika χ 2 DK (Budiyono, 2009:176-177) c. Uji Keseimbangan Uji keseimbangan dilakukan sebelum sub populasi dikenai commit to user perlakuan yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah sub 81 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id populasi tersebut berasal dari populasi yang seimbang. Dengan kata lain, secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari tiga populasi yang independen. Statistik uji yang digunakan adalah anava satu jalan dengan sel tak sama. Model dari analisis variansi satu jalan dengan frekuensi sel tak sama adalah sebagai berikut: X ij j ij dengan: X ij = data ke-i pada perlakuan ke-j = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean) j = j = efek perlakukan ke-j pada variabel terikat ij = X ij j = deviasi data X ij terhadap rerata populasinya yang berdistribusi normal dengan rerata 0 dan variansi 2 ij . i 1,2,..., n j ; j 1,2,..., k k = cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi) (Budiyono,2009:195-196) Prosedur uji hipotesis dalam analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama adalah sebagai berikut. 1) Hipotesis H 0 : 1 2 3 (ketiga sub populasi mempunyai kemampuan awal yang sama) H 1 : paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama (ketiga sub populasi mempunyai kemampuan awal yang berbeda) 2) Taraf Signifikansi a 5% 3) Statistik Uji F RKA RKG 4) Daerah kritik DK F | F F ;k -1,N-k 5) Keputusan Uji commit to user Ho ditolak jika F DK 82 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Budiyono, 2009:199-200) 2. Uji Hipotesis Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama. Model analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama adalah X ijk i j ( ) ij ijk dengan: X ijk : data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j : rerata dari seluruh data amatan i : efek baris ke-i pada variabel terikat j : efek kolom ke-j pada variabel terikat ( ) ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat ijk : deviasi data amatan terhadap rataan populasinya ( ij ) yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi ij . 2 i = 1,2,3 dengan 1 = model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS 2 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS 3 = model pembelajaran klasikal-PS j = 1,2,3 dengan 1 = tipe kecerdasan matematis-logis 2 = tipe kecerdasan linguistik 3 = tipe kecerdasan interpersonal k 1,2,..., nij ; nij = banyaknya data amatan pada sel ij (Budiyono, 2009:207-208) Langkah-langkah analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama adalah sebagai berikut. a. Hipotesis Analisis variansi dua jalur ini terdapat tiga pasang hipotesis 1) H 0 A : i 0 untuk setiap i 1, 2, 3, ..., p (tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar commit to user matematika siswa) 83 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id H 1 A : paling sedikit ada satu i yang tidak nol (ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa) 2) H 0 B : j 0 untuk setiap j 1, 2, 3, ..., q (tidak ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika siswa) H 1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol (ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika siswa) 3) H 0 AB : ( ) ij 0 untuk setiap i 1, 2, 3, ..., p dan j 1, 2, 3, ..., q (tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika siswa) H 1 AB : paling sedikit ada satu ij yang tidak nol (ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika siswa) b. Taraf Signifikansi 5% c. Statistik Uji Analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama didefinisikan dengan notasi-notasi sebagai berikut. nij ukuran sel ij (sel pada baris ke i dan kolom ke j ) banyaknya data amatan pada sel ij frekuensi sel ij nh rerata harmonik frekuensi seluruh sel N nij banyaknya seluruh data amatan i, j commit to user pq 1 i , j nij 84 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id SS ij X ijk2 k X ijk k nij 2 jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij AB ij rerata pada sel ij Ai AB ij jumlah rerata pada baris ke i j B j AB ij jumlah rerata pada kolom ke j i G AB ij jumlah rerata semua sel i, j Untuk memudahkan proses perhitungan, didefinisikan besaran (1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut. (1) G2 pq (3) i (2) SS ij i, j Ai2 q (4) j B 2j p (5) AB ij 2 i, j Analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama terdapat lima macam jumlah kuadrat sebagai berikut. 1) Jumlah kuadrat baris (JKA) JKA n h (3) (1) 2) Jumlah kuadrat kolom (JKB) JKB n h (4) (1) 3) Jumlah kuadrat interaksi (JKAB) JKAB n h (1) (5) (3) (4) 4) Jumlah kuadrat galat (JKG) JKG (2) 5) Jumlah kuadrat total (JKT) JKT JKA JKB JKAB JKG commit to user 85 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Derajat kebebasan masing-masing jumlah kuadrat adalah sebagai berikut. dkA p 1 dkB q 1 dkAB ( p 1)(q 1) dkG N pq dkT N 1 Rerata kuadrat yang diperoleh berdasarkan jumlah kuadrat dan derajat kebebasan adalah sebagai berikut. RKA JKA dkA RKB JKB dkB RKAB RKG JKAB dkAB JKG dkG Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama terdapat tiga macam, yaitu a) Untuk H 0 A adalah Fa RKA merupakan nilai dari variabel RKG random berdistribusi F dengan derajat kebebasan ( p 1) dan ( N pq) b) Untuk H 0 B adalah Fb RKB merupakan nilai dari variabel RKG random berdistribusi F dengan derajat kebebasan (q 1) dan commit to user ( N pq) 86 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c) Untuk H 0 AB adalah Fab RKAB merupakan nilai dari variabel RKG random berdistribusi F dengan derajat kebebasan ( p 1)(q 1) dan ( N pq) d. Daerah Kritik Daerah kritik untuk masing-masing nilai F di atas adalah 1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK F | F F ; p 1, N pq 2) Daerah kritik untuk Fb adalah DK F | F F ;q 1, N pq 3) Daerah kritik untuk Fab adalah DK F | F F ;( p 1)( q 1), N pq e. Keputusan Uji 1) Jika Fa DK maka H 0 A ditolak 2) Jika Fb DK maka H 0 B ditolak 3) Jika Fab DK maka H 0 AB ditolak (Budiyono, 2009: 229-231) Berikut akan disajikan tabel rangkuman dari analisis variansi dua jalan. Tabel 3.5 Tabel Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sumber Variansi JK dk RK F Baris ( A) JKA p 1 RKA Fa F ; p 1, N pq Kolom ( B) JKB q 1 RKB Fb F ;q 1, N pq Fab F ;( p 1)( q 1), N pq Interaksi ( AB) JKAB ( p 1)(q 1) RKAB Galat JKG N pq Total JKT N 1 Ftabel RKG 3. Uji Komparasi Ganda Analisis variansi jika dibandingkan dengan uji beda mean, maka analisis variansi mempunyai keuntungan yaitu dapat dilakukan uji beda mean untuk commit to user lebih dari dua kelompok. Namun demikian analisis variansi mempunyai 87 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id kelemahan yaitu apabila H 0 ditolak, peneliti hanya mengetahui ada perbedaan efek yang diberi perlakuan berbeda. Namun peneliti belum mengetahui bahwa perlakuan-perlakuan mana yang secara signifikan berbeda dengan yang lain. Untuk mengatasi kelemahan tersebut, jika H 0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anova. Salah satu model yang dapat digunakan adalah dengan model Scheffe’ untuk uji komparasi ganda. Langkah-langkah untuk menggunakan model Scheffe’ adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi mean yang ada Jika terdapat k perlakuan, maka ada k (k 1) pasangan mean dan 2 rumusan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut. 2) Taraf signifikansi 5% 3) Menentukan hipotesis, statistik uji dan daerah kritik a) Komparasi rerata antar baris Hipotesis H 1 : i. j . H 0 : i. j . Statistik uji Fi. j . X i. X j. 2 1 1 RKG n i. n j . Keterangan: Fi. j. nilai Fobs pada perbandingan baris ke i dan baris ke j X i. rerata pada baris ke i X j . rerata pada baris ke j RKG rerata kuadrat galat , yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi ni. ukuran sampel baris ke i n j. ukuran sampel baris ke j commit to user 88 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Daerah Kritik DK F | F ( p 1) F ; p 1, N pq b) Komparasi rerata antar kolom Hipotesis H 1 : .i . j H 0 : .i . j Statistik uji F.i . j X .i X. j 2 1 1 RKG n .i n. j Daerah kritik DK F | F (q 1) F ;q 1, N pq c) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama Hipotesis H 1 : ij kj H 0 : ij kj Statistik uji Fij kj X ij X kj 2 1 1 RKG n ij nkj Keterangan: Fij kj = nilai Fobs pada perbandingan rerata sel ij dan rerata pada sel kj X ij rerata pada sel ij X kj rerata pada sel kj RKG = rerata kuadrat galat nij ukuran sel ij nkj ukuran sel kj Daerah kritik DK F | F ( pq 1) F ; pq1, N pq commit to user 89 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id d) Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama Hipotesis H 1 : ij ik H 0 : ij ik Statistik uji Fij ik X ij X ik 2 1 1 RKG n ij nik Daerah kritik DK F | F ( pq 1) F ; pq1, N pq 4) Keputusan uji H 0 ditolak jika F DK atau H 0 diterima jika F DK (Budiyono, 2009:215-217) commit to user 90 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Penentuan Sampel Penelitian Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel didasarkan pada nilai Ujian Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi. Berdasarkan Lampiran 1 nilai-nilai tersebut dikelompokkan dari yang tertinggi ke yang terendah dan diperoleh ratarata sebesar 4,32 dan simpangan baku sebesar 0,93. Data nilai tersebut dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.1 Kategori Pengelompokan Sekolah Kategori Tinggi Skor rata rata 4,79 Sedang 3,86 rata rata 4,79 Rendah rata rata 3,86 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.1 yang termasuk kategori tinggi antara lain SMP N 2 Ngawi, SMP N 1 Ngawi, dan SMP N 1 Geneng. Sekolah yang ternasuk kategori sedang antara lain SMP N Kwadungan, SMP N 1 Paron, dan SMP N 3 Kedunggalar. Sekolah dengan kategori rendah antara lain SMP N 2 Geneng, SMP N 2 Jogorogo, dan SMP N 4 Kendal. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Kemudian dari masing-masing kategori (kategori tinggi, sedang, dan rendah) dipilih satu sekolah secara cluster random sampling. Pada SMP kategori tinggi terpilih SMP N 1 Ngawi, pada SMP kategori sedang terpilih SMP N 1 Paron, dan pada SMP kategori rendah terpilih SMP N 2 Geneng. Dari sekolah yang terpilih, masing-masing diambil 3 kelas sebagai kelas eksperimen yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS, dan model pembelajaran klasikal-PS. Pemilihan kelas tersebut berdasarkan diskusi antara peneliti dan guru pelajaran matematika sehingga diperoleh kelas penelitian sebagai berikut. commit to user 91 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.2 Daftar Kelas Penelitian No 1 2 3 Sekolah Kelas Model Pembelajaran Banyak Siswa 8G TAI-PS 34 SMP N 1 Ngawi 8F NHT-PS 34 8E klasikal-PS 34 8D TAI-PS 32 SMP N 1 Paron 8F NHT-PS 32 8E klasikal-PS 31 8D TAI-PS 26 SMP N 2 Geneng 8C NHT-PS 26 8B klasikal-PS 26 Dari Tabel 4.2 dapat dilihat jumlah sampel penelitian yang dikenai model pembelajaran TAI-PS adalah 92 siswa, dikenai model pembelajaran NHT-PS adalah 92 siswa, dan yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS adalah 91 siswa. Sehingga jumlah semua sampel penelitian sebanyak 275 siswa. 2. Analisis Kemampuan Awal Siswa Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dikumpulkan data-data prestasi belajar siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Data prestasi siswa tersebut diambil dari nilai Ujian Akhir Semester Genap tahun pelajaran 2013/2014 yang disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Ujian Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014 Populasi N Nilai Nilai Rata-rata Maksimal Minimal TAI-PS 92 83 30 61,1304 NHT-PS 92 85 30 64,0326 klasikal-PS 91 83 33 65,7033 Data tersebut digunakan pada uji keseimbangan Standar Deviasi 15,7370 13,9445 12,5481 untuk mengetahui apakah populasi mempunyai kemampuan awal yang sama. Sebelum peneliti melakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas variansi populasi sebagai uji prasyarat pada uji keseimbangan. a. Uji Normalitas Kemampuan Awal Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikansi sebesar 5%. commit to user Uji normalitas ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu uji normalitas terhadap 92 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id populasi model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS, dan model pembelajaran klasikal-PS. Uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Rangkuman uji normalitas kemampuan awal dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.4 Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa Populasi Lmax Ltabel TAI-PS 0,0874 NHT-PS klasikal -PS Kesimpulan 0,0924 Keputusan H 0 diterima 0,0727 0,0924 H 0 diterima Normal 0,0852 0,0929 H 0 diterima Normal Normal Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa untuk ketiga populasi H 0 diterima. Hal ini menunjukkan populasi untuk model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berasal dari variansi-variansi yang sama. Uji homogenitas ini menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas ini dilakukan sebanyak satu kali pada ketiga kelas eksperimen. Uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Rangkuman uji homogenitas kemampuan awal siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa 2 hitung 2 tabel Populasi k Keputusan Kesimpulan TAI-PS, NHT-PS, H 0 diterima 3 4,6289 5,9915 Homogen dan klasikal-PS Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa populasi untuk model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS mempunyai variansi yang sama. c. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal Setelah dipenuhi bahwa populasi model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang sama, peneliti melakukan uji keseimbangan menggunakan analisis variansi satu jalur dengan frekuensi sel tak sama dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan perhitungan diperoleh commit to user Fobs 2,4519 dengan F0,05;2;272 3,0290 dan diperoleh keputusan uji perpustakaan.uns.ac.id 93 digilib.uns.ac.id H 0 diterima. Hal ini menunjukkan ketiga populasi penelitian mempunyai rerata yang sama. Dapat disimpulkan populasi untuk model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS mempunyai kemampuan awal yang sama. Uji keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. 3. Analisis Instrumen Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti menyusun instrumen penelitian berupa angket kecerdasan majemuk dan tes prestasi belajar matematika. Angket kecerdasan majemuk terdiri dari kisi-kisi dan uji coba angket. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Tes prestasi belajar terdiri dari kisi-kisi, ujicoba tes, kunci jawaban dan lembar jawab. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12, 13 dan 17. Setelah menyusun instrumen penelitian, peneliti harus melakukan beberapa pengujian agar instrumen tersebut layak digunakan untuk mengambil data-data penelitian. a. Instrumen Angket Kecerdasan Majemuk Instrumen angket kecerdasan majemuk yang disusun berupa pernyataanpernyataan singkat dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu, sering, kadang, dan tidak pernah. Instrumen angket kecerdasan majemuk yang dibuat sebanyak 48 butir angket untuk uji coba berdasarkan kisi-kisi yang dibuat yang terdiri dari 16 butir angket kecerdasan matematis-logis, 16 butir angket kecerdasan linguistik, dan 16 butir angket kecerdasan interpersonal. Dari 48 butir soal tersebut diambil 30 butir angket yang terdiri dari 10 butir angket kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik, dan 10 butir angket kecerdasan interpersonal yang digunakan untuk mengumpulkan data kecerdasan majemuk. 1) Uji Validitas Isi Angket Kecerdasan Majemuk Angket kecerdasan majemuk terlebih dahulu perlu divalidasi oleh validator yang ahli di bidangnya untuk mengetahui kelayakan butir-butir pernyataan yang dibuat. Uji validasi isi ini dilakukan oleh tiga orang dosen psikologi yang ahli di bidang pendidikan yaitu Choiriyah Widyasari, M.Psi, Psi, Maslichah R, Janah, S.Psi, M.Psi dan Nur Fauziyah, S.Psi, Psi. Terdapat beberapa saran dari validator berkaitan commit to user dengan validasi antara lain bahasa yang digunakan dalam butir angket 94 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dibuat sesederhana mungkin karena subjek penelitian masih anak SMP, item pernyataan disesuaikan dengan bidang penelitian, tata bahasa dan format penulisan angket menggunakan EYD yang benar. 2) Uji Coba Angket Kecerdasan Majemuk Selain divalidasi, angket ini harus diujicoba terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengetahui kekonsistenan dan kereliabelan angket. Uji coba angket kecerdasan majemuk ini dilakukan pada kelas VIIIA SMP Negeri 4 Ngawi sebanyak 34 siswa. Data hasil ujicoba angket kecerdasan majemuk dapat dilihat pada Lampiran 10. a) Uji Konsistensi Internal Angket Kecerdasan Majemuk Butir angket dipakai jika indeks konsistensi internal rxy 0,3 . Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga tipe yaitu angket kecerdasan matematis-logis, angket kecerdasan linguistik dan angket kecerdasan interpersonal. Masing-masing tipe kecerdasan dihitung konsistensi internalnya sendiri-sendiri dengan menggunakan rumus korelasi produk momen Karl Pearson. Perhitungan konsistensi internal angket kecerdasan majemuk dapat dilihat pada Lampiran 10. Rangkuman perhitungan konsistensi internal dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Konsistensi Internal Angket Kecerdasan Majemuk Tipe Kecerdasan Majemuk rxy Nomor Item Keterangan rxy 0,3 5, 9, 11, 13, tidak dipakai Matematis-logis 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12, rxy 0,3 dipakai 14, 15, 16 rxy 0,3 22, 24, 25, 28 tidak dipakai Linguistik 17, 18, 19, 20, 21, 23, 26, rxy 0,3 dipakai 27, 29, 30, 31, 32 rxy 0,3 37, 41, 46 tidak dipakai Interpersonal 33, 34, 35, 36, 38, 39, 40, rxy 0,3 dipakai 42, 43, 44, 45, 47, 48 Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 16 item untuk kecerdasan matematis-logis butir pernyataan yang dapat digunakan sebanyak 12 commit to user item, dari 16 item untuk kecerdasan linguistik butir pernyataan yang 95 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dapat digunakan sebanyak 12 item, dan dari 16 item untuk kecerdasan interpersonal butir pernyataan yang dapat digunakan sebanyak 13 item. Berdasarkan analisis konsistensi internal tersebut, dari item pernyataan yang baik hanya diambil 10 item untuk masing-masing tipe kecerdasan. Dengan demikian terdapat item pernyataan yang konsistensinya tinggi tetapi tidak disertakan untuk mengumpulkan data penelitian yaitu item pernyataan nomor 3, 14, 23, 34, 35, 39, dan 42. Item tersebut tidak digunakan untuk mengumpulkan data karena item yang terpilih telah mewakili semua indikator kecerdasan majemuk yang diukur. b) Uji Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk Suatu butir instrumen dikatakan dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas instrumen r11 0,7 . Dalam penelitian ini, butir soal digunakan apabila indeks reliabilitas butir soal lebih dari 0,7. Dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 10. Rangkuman hasil perhitungan koefisien reliabilitas angket kecerdasan majemuk dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk r11 Tipe Kecerdasan Majemuk Matematis-logis 0,837 Linguisik 0,821 Interpersonal 0,876 Dari Tabel 4.7 dapat dilihat koefisien r11 0,7 Kesimpulan r11 0,7 reliabel r11 0,7 reliabel r11 0,7 reliabel reliabilitas ketiga angket kecerdasan majemuk tersebut r11 0,7 berarti angket tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Instrumen tes prestasi belajar matematika yang disusun berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yaitu A, B, C, dan D. Instrumen tes prestasi belajar yang digunakan sebanyak 30 butir commit to user 96 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id soal untuk uji coba. Dari 30 butir soal tersebut diambil 20 butir soal yang digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. 1) Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika Uji validitas tes prestasi belajar matematika diakukan dengan menggunakan pedoman validasi berupa lembar check list (√) oleh tiga orang validator yang ahli di bidangnya yaitu Getut Pramesti, M.Si, dosen Universitas Sebelas Maret, Dra. N.Setyaningsih, M.Si, dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Cicilia Budi Ardiani, S.Pd guru matematika SMP Negeri 1 Paron. Terdapat beberapa saran dari validator terkait dengan validasi tes prestasi belajar matematika antara lain menggunakan kata kerja operasional, perumusan indikator lebih spesifik, dan ada beberapa soal yang kurang sesuai dengan aspek kognitif. 2) Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika Setelah instrumen tes prestasi belajar matematika divalidasi dan diperbaiki sesuai dengan saran validator, peneliti melakukan uji coba untuk mengetahui kelayakan tes yang akan diberikan di kelas eksperimen. Uji coba tes prestasi belajar matematika dilakukan di kelas VIII A SMP Negeri 4 Ngawi sebanyak 34 siswa. Alasan mengambil kelas VIII kerena pada saat itu materi pokok bahasan fungsi sudah selesai diberikan oleh guru sementara pada sekolah eksperimen materi belum selesai diberikan oleh peneliti. Hasil uji coba tes prestasi belajar matematika selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada uji coba tes prestasi belajar matematika akan dianalisis tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitasnya. a) Uji Tingkat Kesukaran Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir soal dengan kategori sedang yang mempunyai indeks kesukaran 0,3 P 0,7 . Butir soal yang memiliki indeks kesukaran P 0,3 atau P 0,7 tidak digunakan dalam penelitian. Rangkuman hasil perhitungan indeks kesukaran butir tes prestasi belajar matematika commit to user dapat dilihat pada tabel berikut ini. 97 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Tes Prestasi Belajar Matematika Indeks Kesukaran P 0,3 Nomor Butir Soal Kategori 15, 17, 23, 29 Sukar 1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 0,3 P 0,7 Sedang 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30 P 0,7 2, 4, 6, 7, 28 Mudah Berdasarkan Tabel 4.8 terdapat 21 butir soal dengan kategori sedang yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika yaitu butir soal nomor 1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, dan 30. b) Uji Daya Beda Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal dengan indeks daya pembeda D 0,3 . Jika tidak memenuhi indeks daya pembeda tersebut, butir soal tidak digunakan dalam penelitian. Rangkuman hasil perhitungan daya beda dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Indeks Daya Beda D 0,3 Nomor Butir Soal Kategori 2, 4, 6, 7, 15, 17, 23, 28, 29 tidak dipakai 1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, D 0,3 dipakai 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30 Berdasarkan Tabel 4.9 terdapat 21 butir soal dengan daya beda D 0,3 yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika yaitu butir soal nomor 1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, dan 30. Berdasarkan analisis indeks kesukaran indeks daya beda butir soal yang dapat digunakan adalah butir soal nomor 1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, dan 30. Berarti terdapat 21 soal yang mungkin diberikan pada kelas eksperimen. Dalam penelitian ini penaliti hanya mengambil 20 soal. Oleh karena itu peneliti memilah butir soal yang baik berdasarkan indikator yang commit to user diukur dan diperoleh bahwa butir soal nomor 25 tidak dipakai dengan 98 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id alasan masih ada beberapa soal yang baik dengan indikator yang sama dengan soal nomor 25. c) Uji Reliabilitas Suatu butir instrumen dikatakan dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas instrumen r11 0,7 . Dalam penelitian ini, butir soal digunakan apabila indeks reliabilitas butir soal r11 0,7 . Dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson yang perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,800. Koefisien tersebut lebih dari 0,7 berarti tes tersebut reliabel dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika. 4. Pelaksanaan Penelitian Setelah dipenuhi syarat bahwa kelas penelitian dalam keadaan yang seimbang berdasarkan analisis variansi satu jalan dengan frekuensi sel tak sama, maka peneliti dapat memulai menerapkan model pembelajaran pada kelas eksperimen. Masing-masing kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TAI-PS pada kelas eksperimen pertama, model pembelajaran NHT-PS pada kelas eksperimen kedua dan model pembelajaran klasikal-PS pada kelas eksperimen ketiga. Sebelum pembelajaran dilaksanakan, peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lermbar Kerja Siswa (LKS.). selengkapnya untuk RPP dapat dilihat pada Lampiran 18 dan untuk LKS dapat dilihat pada Lampiran 19. Sebelum instrumen penelitian yang berupa angket dan tes diberikan di kelas penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba di SMP Negeri 4 Ngawi pada minggu pertama bulan September 2014 dan minggu pertama bulan Oktober 2014. Sementara penelitian pada SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron, dan SMP Negeri 2 Geneng dilakukan mulai minggu ketiga bulan September 2014 sampai minggu pertama bulan November 2014. Eksperimen dilakukan selama enam kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk tes. Kemudian dari data-data yang telah terkumpul, peneliti melakukan uji prasyarat analisis berupa commit to user 99 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id uji normalitas dan uji homogenitas untuk selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama. 5. Data-Data Penelitian a. Data Kecerdasan Majemuk Berdasarkan Model Pembelajaran Pada masing-masing kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS, siswa mengerjakan angket yang terdiri dari 30 butir angket yang terdiri dari 10 butir angket kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik dan 10 butir angket kecerdasan interpersonal. Pengkategorian siswa ke dalam tipe kecerdasan tertentu dilakukan dengan melihat skor yang paling dominan di antara ketiga skor kecerdasan tersebut. Perolehan skor kecerdasan majemuk siswa yang terdiri dari kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal selengkapnya dapat diihat pada Lampiran 20. Rangkuman data kecerdasan majemuk berdasarkan model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.10 Rangkuman Data Kecerdasan Majemuk Berdasarkan Model Pembelajaran Model Pembelajaran Tipe Kecerdasan Majemuk MatematisLinguistik Interpersonal logis Jumlah TAI-PS 35 35 22 92 NHT-PS 56 17 19 92 Klasikal-PS 35 37 19 91 Jumlah 126 89 60 275 b. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran Data prestasi belajar matematika diperoleh setelah siswa mengerjakan tes yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Perolehan nilai prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS selengkapnya dapat diihat pada Lampiran 20. Rangkuman data prestasi belajar matematika pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. commit to user berdasarkan model 100 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.11 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran Kelas N Nilai Minimal Nilai Maksimal Ratarata Standar Deviasi TAI-PS 92 25 95 63,8043 15,4488 NHT -PS 92 25 90 56,7391 13,7368 Klasikal-PS 91 25 85 52,8571 17,2907 c. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kecerdasan Majemuk Data kecerdasan majemuk diperoleh setelah siswa mengerjakan angket yang terdiri dari 30 butir pernyataan yang masing-masing terdiri dari 10 butir pernyataan tentang kecerdasan matematis-logis, 10 butir pernyataan tentang kecerdasan linguistik dan 10 butir pernyataan tentang kecerdasan interpersonal. Perolehan skor kecerdasan siswa yang terdiri dari kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal selengkanya dapat diihat pada Lampiran 20. Rangkuman data prestasi belajar matematika berdasarkan kecerdasan majemuk tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.12 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Kecerdasan Majemuk Tipe Kecerdasan N Nilai Minimal Nilai Maksimal Rata-rata Standar Deviasi Matematis-logis 126 25 95 60,2381 15,1639 Linguistik 89 25 85 52,3034 17,7267 Interpersonal 60 25 90 60,9167 13,6696 d. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Majemuk Untuk mempermudah perhitungan analisis uji hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, peneliti perlu mengelompokkan data prestasi siswa berdasarkan model pembelajaran dan kecerdasan majemuk. Pengelompokan tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20. Rangkuman data prestasi belajar matematika berdasarkan model pembelajaran dan kecerdasan majemuk dapat dilihat pada tabel berikut. commit to user 101 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.13 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan Model Pembelajaran dan Kecerdasan Majemuk Model Pembelajaran TAI dengan pendekatan saintifik NHT dengan pendekatan saintifik Klasikal dengan pendekatan saintifik N Nilai Minimal Nilai maksimal Rata-rata Standar Deviasi N Nilai Minimal Nilai maksimal Rata-rata Standar Deviasi N Nilai Minimal Nilai maksimal Rata-rata Standar Deviasi Kecerdasan Majemuk MatematisLinguistik Interpersonal Logis 35 35 22 25 25 45 95 85 90 65,1429 62,7143 63,4091 16,9552 14,3662 15,1490 56 17 19 25 35 30 90 85 75 54,8214 63,2353 56,5789 13,7499 12,8624 13,3388 35 37 19 35 25 40 85 60 80 64,0000 37,4324 62,3684 12,8223 10,5160 11,7104 6. Analisis Uji Prasyarat a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi berdistribusi nornal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Uji normalitas ini dilakukan sebanyak enam kali yaitu uji normalitas terhadap populasi model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS, model pembelajaran klasikal-PS, siswa dengan kecerdasan matematis-logis, siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21. commit to user Rangkuman uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut. 102 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.14 Rangkuman Uji Normalitas Data Populasi N Lmax Ltabel TAI-PS 92 0,0860 NHT-PS 92 Klasikal-PS Kesimpulan 0,0924 Keputusan H 0 diterima 0,0694 0,0924 H 0 diterima Normal 91 0,0827 0,0929 H 0 diterima Normal matematis-logis 126 0,0777 0,0789 H 0 diterima Normal linguistik 89 0,0868 0,0939 H 0 diterima Normal interpersonal 60 0,1044 0,1144 H 0 diterima Normal Pada Tabel 4.14 Dapat dilihat bahwa semua nilai Normal Lmax < Ltabel sehingga diperoleh keputusan uji H 0 diterima . Hal ini menunjukkan semua sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berasal dari variansi-variansi yang sama. Uji homogenitas ini menggunakan uji Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada kategori model pembelajaran dan kategori kecerdasan majemuk. Perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22. Rangkuman uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.15 Rangkuman Uji Homogenitas Data 2 tabel Populasi k 2 hitung Keputusan Kesimpulan TAI-PS, NHT-PS, dan H 0 diterima 3 4,7432 5,9915 Homogen klasikal-PS kecerdasan matematis-logis, H 0 diterima 3 5,1493 5,9915 Homogen linguistik dan interpersonal Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa nilai 2 hitung < 2 tabel , sehingga diperoleh H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa populasi untuk model pembelajaran dan kecerdasan majemuk mempunyai variansi yang sama. 7. Analisis Uji Hipotesis a. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama Setelah persyaratan analisis yang berupa uji normalitas dan uji homogrnitas dipernuhi maka peneliti dapat melakukan uji hipotesis dengan menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama dengan taraf commit to user 103 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id signifikansi 5%. Perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Rangkuman analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama JK dk RK Fobs Ftabel Keputusan Uji 3376,0130 2 1688,0065 8,9985 3,0297 H 0 A ditolak 2311,5348 2 1155,7674 6,1612 3,0297 H 0 B ditolak 10546,8016 49898,1536 66132,5030 4 266 274 2636,7004 187,5870 14,0559 2,4056 H 0 AB ditolak Sumber Model Pembelajaran (A) Tipe Kecerdasan (B) Interaksi (AB) Galat Total 1) Hipotesis Efek Antar Baris Berdasarkan rangkuman perhitungan pada Tabel 4.16 untuk efek antar baris (model pembelajaran) diperoleh nilai Fobs 8,9985 dan Ftabel 3,0297 sehingga didapatkan DK F | F 3,0297. Ini berarti Fobs 8,9985 berada di daerah kritik sehingga H 0 A ditolak. Hal ini menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika. 2) Hipotesis Efek Antar Kolom Berdasarkan rangkuman perhitungan pada Tabel 4.16 untuk efek antar kolom (kecerdasan majemuk) diperoleh nilai Fobs 6,1612 dan Ftabel 3,0297 sehingga didapatkan DK F | F 3,0297. Ini berarti Fobs 6,1612 berada di daerah kritik sehingga H 0 B ditolak. Hal ini menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. 3) Hipotesis Interaksi Baris dan Kolom Berdasarkan rangkuman perhitungan pada Tabel 4.16 untuk efek interaksi baris dan kolom diperoleh nilai Fobs 14,0559 dan Ftabel 2,4056 sehingga commit DK F | F 2,4056. Ini berarti didapatkan to user 104 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Fobs 14,0559 berada di daerah kritik sehingga H 0 AB ditolak. Hal ini menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar matematika. b. Uji Komparasi Ganda Uji komparasi ganda dilakukan untuk mengetahui beda rerata secara signifikan dari kategori yang ada. Uji ini menggunakan metode Scheffe’ dengan taraf signifikansi 5%. Uji komparasi ganda ini dilakukan pada rerata antar baris, antar kolom, antar sel pada baris yang sama dan antar sel pada kolom yang sama karena untuk H 0 A ditolak, H 0 B ditolak, dan H 0 AB ditolak. Rerata masing-masing sel dan rerata marginal dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.17 Rerata dan Rerata Marginal Kecerdasan Model Pembelajaran Mat-Logis Linguistik Interpersonal 65,1429 62,7143 63,4091 TAI-PS 54,8214 63,2353 56,5789 NHT-PS 64,0000 37,4324 62,3684 klasikal-PS 60,2381 52,3034 60,9167 Rerata Marginal 1) Komparasi Rerata Antar Baris Rerata Marginal 63,8043 56,7391 52,8571 Berdasarkan pembahasan hipotesis efek antar baris diperoleh H 0 A ditolak yang menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika. Ketiga model pembelajaran yang dibandingkan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Uji komparasi rerata antar baris perlu dilakukan untuk mengetahui model pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik. Perhitungan uji komparasi rerata antar baris dapat dilihat pada Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antar baris dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris Komparasi 1. vs 2. 2. vs 3. 1. vs 3. H0 Fobs 1. 2. 12,2407 2. 3. 3,6752 commit to user 1. 3. 29,2268 6,0595 Keputusan Uji H 0 ditolak 6,0595 H 0 diterima 6,0595 H 0 ditolak Ftabel perpustakaan.uns.ac.id 105 digilib.uns.ac.id Berdasarkan Tabel 4.18 diperoleh kesimpulan sebagai berikut a) Untuk 1. vs 2. dikarenakana F1.2. 12,2407 Ftabel 6,0595 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata model pembelajaran TAI-PS sebesar 63,8043 dan untuk model pembelajaran NHT-PS sebesar 56,7391. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT-PS. b) Untuk 2. vs 3. dikarenakan F2.3.. 3,6752 Ftabel 6,0595 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. c) Untuk 1. vs 3. dikarenakan F1.3. 29,2268 Ftabel 6,0595 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata model pembelajaran TAI-PS sebesar 63,8043 dan untuk model pembelajaran klasikal-PS sebesar 52,8571. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS. 2) Komparasi Rerata Antar Kolom Berdasarkan pembahasan hipotesis efek antar kolom diperoleh H 0 B ditolak yang menunjukkan ada pengaruh kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Ketiga tipe kecerdasan yang dibandingkan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Uji komparasi rerata antar kolom perlu dilakukan untuk mengetahui kecerdasan mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik. commit to user Perhitungan uji komparasi rerata antar kolom selengkapnya dapat dilihat 106 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antar kolom dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom Komparasi H0 Fobs Ftabel .1vs .2 .2 vs .3 .1vs .3 .1 .2 .2 .3 .1 .3 17,5058 6,0595 Keputusan Uji H 0 ditolak 14,1739 6,0595 H 0 ditolak H 0 diterima 0,0998 6,0595 Berdasarkan Tabel 4.19 diperoleh kesimpulan sebagai berikut a) Untuk .1vs .2 dikarenakan F.1.2 17,5058 Ftabel 6,0595 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata kecerdasan matematis-logis sebesar 60,2381 dan untuk kecerdasan linguistik sebesar 52,3034. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan matematis-logis memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik. b) Untuk .2 vs .3 dikarenakan F.2.3 14,1739 Ftabel 6,0595 maka H 0 . ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata kecerdasan linguistik sebesar 52,3034 dan kecerdasan interpersonal sebesar 60,9167. Dapat disimpulkan bahwa kecerdasan interpersonal memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik. c) Untuk .1vs .3 dikarenakan F.1.3 0,0998 Ftabel 6,0595 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. commit to user 107 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris yang Sama Berdasarkan pembahasan hipotesis efek interaksi baris dan kolom diperoleh H 0 AB ditolak yang menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Model pembelajaran dan kecerdasan tersebut memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada baris yang sama (model pembelajaran) antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal. Perhitungan uji komparasi rerata antarsel pada baris yang sama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antarsel pada baris yang sama dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada Baris yang Sama Komparasi H0 Fobs Ftabel 11 vs 12 12 vs 13 11 vs 13 21 vs 22 22 vs 23 21 vs 23 31 vs 32 32 vs 33 31 vs 33 11 12 12 13 11 13 21 22 22 23 21 23 31 32 32 33 31 33 0,5502 15,7864 Keputusan Uji H 0 diterima 0,0348 15,7864 H 0 diterima 0,2165 15,7864 H 0 diterima 4,9216 15,7864 H 0 diterima 2,1192 15,7864 H 0 diterima 0,2336 15,7864 H 0 diterima 67,6765 15,7864 H 0 ditolak 41,6119 15,7864 H 0 ditolak 0,1748 15,7864 H 0 diterima Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh kesimpulan sebagai berikut a) Untuk 11 vs 12 dikarenakan F1112 0,5502 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan linguistik. commit to user 108 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b) Untuk 12 vs 13 dikarenakan F1213 0,0348 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. c) Untuk 11 vs 13 dikarenakan F1113 0,2165 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. d) Untuk 21 vs 22 dikarenakan F2122 4,9216 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan linguistik. e) Untuk 22 vs 23 dikarenakan F2223 2,1192 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. f) Untuk 21 vs 23 dikarenakan F2123 0,2336 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. g) Untuk 31 vs 32 dikarenakan F3132 67,6765 Ftabel 15,7864 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis commit to user dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Berdasarkan rerata marginal 109 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan kecerdasan matematislogis yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 64,0000 dan untuk siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324. Dapat disimpulkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik h) Untuk 32 vs 33 dikarenakan F3233 41,6119 Ftabel 15,7864 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324 dan untuk siswa dengan kecerdasan interpersonal yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 62,3684. Dapat disimpulkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik. i) Untuk 31 vs 33 dikarenakan F3133 0,1748 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. 4) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom yang Sama Berdasarkan pembahasan hipotesis efek interaksi baris dan kolom diperoleh H 0 AB ditolak yang menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Model pembelajaran dan kecerdasan tersebut memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama perlu dilakukan untuk mengetahui commit to user bagaimana perbedaan prestasi 110 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id belajar matematika yang lebih baik pada kolom yang sama (kecerdasan) antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS. Perhitungan uji komparasi rerata antarsel pada kolom yang sama dapat dilihat pada Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antarsel pada kolom yang sama dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada Kolom yang Sama Komparasi H0 Fobs Ftabel Keputusan Uji 11 vs 21 11 21 12,2318 15,7864 H 0 diterima 21 vs 31 21 31 9,6730 15,7864 H 0 diterima 11 vs 31 11 31 0,1218 15,7864 H 0 diterima 12 vs 22 12 22 0,0166 15,7864 H 0 diterima 22 vs 32 22 32 41,3418 15,7864 H 0 ditolak 12 vs 32 12 32 61,2847 15,7864 H 0 ditolak 13 vs 23 13 23 2,5354 15,7864 H 0 diterima 23 vs 33 23 33 1,6975 15,7864 H 0 diterima 13 vs 33 13 33 0,0589 15,7864 H 0 diterima Berdasarkan Tabel 4.21 diperoleh kesimpulan sebagai berikut. a) Untuk 11 vs 21 dikarenakan F1121 12,2318 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. b) Untuk 21 vs 31 dikarenakan F2131 9,6730 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 111 digilib.uns.ac.id c) Untuk 11 vs 31 dikarenakan F1131 0,1218 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. d) Untuk 12 vs 22 dikarenakan F1222 0,0166 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan linguistik tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. e) Untuk 22 vs 32 dikarenakan F2232 41,3418 Ftabel 15,7864 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan linguistik ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran NHT-PS sebesar 63,2353 dan untuk siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324. Dapat disimpulkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran NHT-PS lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. f) Untuk 12 vs 32 dikarenakan F1232 61,2847 Ftabel 15,7864 maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan linguistik ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran TAI-PS commit to user 112 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebesar 62,7143 dan untuk siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324. Dapat disimpulkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran TAI-PS lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. g) Untuk 13 vs 23 dikarenakan F1323 2,5354 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. h) Untuk 23 vs 33 dikarenakan F2333 1,6975 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. i) Untuk 13 vs 33 dikarenakan F1333 0,0589 Ftabel 15,7864 maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. B. Pembahasan Hasil 1. Hipotesis Pertama Hipotesis pertama penelitian ini adalah model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS; model pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek to userada pengaruh model pembelajaran baris diperoleh H ditolak. Ini commit menunjukkan 0A 113 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS) terhadap prestasi belajar matematika. Untuk mengetahui model pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik maka diperlukan komparasi rerata antar baris. Dari uji komparasi rerata antar baris tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut. a. Model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. b. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Penelitian di lapangan menunjukkan adanya kelemahan dalam penerapan model pembelajaran NHT-PS. Meskipun dalam pembagian kelompok telah dilakukan secara heterogen, namun sayangnya siswa kurang menyadari perannya sehingga pada saat pemanggilan nomor siswa cenderung melemparkan tanggung jawab dan sussana kelas cenderung ramai sehingga mengurangi keefektifan pembelajaran. Hanya siswa dari beberapa kelompok saja yang menampilkan hasil diskusinya di depan kelas. c. Model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. Hal ini sesuai dengan Slavin (1984) temuan penelitiannya menyatakan dibandingkan pembelajaran langsung, TAI dapat meningkatkan prestasi belajar dan menyelesaikan masalah matematika. 2. Hipotesis Kedua Hipotesis kedua penelitian ini adalah siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal; siswa dengan kecerdasan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik. Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek kolom diperoleh H 0 B ditolak.commit Ini menunjukkan ada pengaruh kecerdasan to user 114 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id majemuk (kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal) terhadap prestasi belajar matematika. Menurut Weschler (1958) & Freeman (1962) dalam Saifuddin Azwar (1996:163) menyatakan inteligensi merupakan kemampuan untuk belajar. Karena berbeda dalam segi inteligensinya, maka individu satu dengan yang lainnya tidak sama kemampuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Untuk mengetahui kecerdasan majemuk mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik maka diperlukan komparasi rerata antar kolom. Dari uji komparasi rerata antar kolom tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut. a. Kecerdasan matematis-logis memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariyati (2013) yang menyimpulkan peserta didik kategori matematis logis memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan kategori linguistik b. Kecerdasan interpersonal memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. c. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis tetapi sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) yang menyimpulkan tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan interpersonal. Berdasarkan pengkajian teori di BAB II, peneliti mangambil hipotesis bahwa siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal. Namun kenyataannya di lapangan berbeda. Awalnya siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai kemampuan matematika yang lebih daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materi yang belum commit to user 115 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id difahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran. 3. Hipotesis Ketiga Hipotesis keempat penelitian ini adalah (a) pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis, kecerdasan interpersonal dan kecerdasan interpersonal adalah sama baik; (b) pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis maupun siswa dengan kecerdasan interpersonal sama baiknya. Prestasi belajar siswa dengan kecerdasan matematis-logis atau interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik; (c) pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal atau siswa dengan kecerdasan linguistik. Pestasi belajar siswa dengan kecerdasan linguistik lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek interaksi diperoleh H 0 AB ditolak. Ini menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran (model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS) dan kecerdasan (kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan interpersonal) terhadap prestasi belajar matematika. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada baris yang sama (model pembelajaran) antara siswa dengan kecerdasan matematislogis, linguistik dan interpersonal bagaimana perbedaan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada baris yang sama (model pembelajaran) antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal maka diperlukan komparasi rerata antarsel pada baris yang sama. Dari uji komparasi rerata antarsel pada baris yang sama tersebut diperoleh kesimpulan a. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis commit to user 116 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. b. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. c. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. d. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Hal ini bisa saja terjadi karena siswa dengan kecerdasan linguistik mempunyai permasalahan kemampuan matematika. Namun yang karena lebih sifat dalam memahami keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan linguistik bertanya lebih dalam tentang materri yang belum dipahaminya. e. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Awalnya siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai kemampuan matematika yang lebih daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materri yang belum difahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran. f. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. commit to user 117 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id g. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. h. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. i. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Awalnya siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai kemampuan matematika yang lebih daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materri yang belum dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran. 4. Hipotesis Keempat Hipotesis keempat penelitian ini adalah: (a) Pada kelompok siswa dengan kecerdasan matematis-logis, pengunaan model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS memberikan prestasi belajar yang sama baiknya, (b) Pada kelompok siswa dengan kecerdasan linguistik, prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TAI-PS lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS ; prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran NHT-PS lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran klasikal-PS, (c) Pada kelompok siswa dengan kecerdasan interpersonal, penggunaan model pembelajaran TAI-PS dan model pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi belajar yang sama baiknya. Penggunaan model pembelajaran TAI-PS dan model commit to user 118 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi yang lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek interaksi diperoleh H 0 AB ditolak. Ini menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran (model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS) dan kecerdasan (kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan interpersonal) terhadap prestasi belajar matematika. Untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada kolom yang sama (kecerdasan majemuk) antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS maka diperlukan komparasi rerata antarsel pada kolom yang sama. Dari uji komparasi rerata antarsel pada baris yang sama tersebut diperoleh kesimpulan a. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. b. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. c. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. d. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. Hal ini bisa saja terjadi karena siswa dengan kecerdasan linguistik mempunyai kemampuan yang lebih dalam memahami permasalahan matematika. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan commit to user 119 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id linguistik bertanya lebih dalam tentang materri yang belum difahaminya. Hal ini didukung juga oleh guru yang menggunakan pembelajaran kooperatif. e. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran NHT-PS prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) yang menyimpulkan pada masing-masing kecerdasan majemuk model pembelajaran NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaram konvensional. f. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran TAI-PS prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. g. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariyati (2013) yang menyimpulkan peserta didik dengan kategori linguistik, model pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai prestasi yang lebih baik daripada konvensional. h. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Siswa dengan kecerdasan interpersonal mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dalam pembelajaran. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materri yang belum dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran. Selain itu juga didukun dengam metode mengajar guru yang menggunakan pembelajaran kooperatif. commit to user 120 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id i. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Siswa dengan kecerdasan interpersonal mempunyai kemempuan bersosialisasi yang baikdalam pembelajaran. Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materri yang belum dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran. Selain itu juga didukung dengam metode mengajar guru yang menggunakan pembelajaran kooperatif. C. Keterbatasan Penelitian Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan hipotesis penelitian tidak sesuai dengan hasil penelitian. Diantaranya adalah pengelompokan siswa berdasarkan kecerdasan majemuk hanya dilakukan dengan pengisian angket. Peneliti tidak melihat karakteristik siswa secara langsung untuk menggolongkan kecerdasan yang dimilikinya ke dalam kategori tertentu. Peneliti hanya melihat skor yang paling dominan dari pengisian masing-masing kategori angket tersebut. Hasil penelitian model pembelajaran NHT-PS menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan model pembelajaran klasikal-PS tidak sesuai dengan hipotesis. Hal ini dikarenakan beberapa kendala di lapangan, antara lain karakteristik siswa yang heterogen, dimana siswa saling melemparkan tanggung jawabnya ketika nomor siswa yang menampilkan jawaban kelompoknya di depan kelas. Selain itu juga peneliti hanya berfokus pada dua variabel saja yaitu model pembelajaran dan kecerdasan majemuk siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dan tidak memperhatikan variabelvariabel lainnya yang mungkin berpengaruh pada prestasi belajar siswa. commit to user 121 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka untuk taraf signifikansi sebesar 5% dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran NHT-PS, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS, dan model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS. 2. Kecerdasan matematis-logis memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik, kecerdasan interpersonal memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. 3. a. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematislogis dan siswa dengan kecerdasan linguistik, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal, dan tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal; b. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan linguistik, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal, dan tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal; commit to user 122 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id c. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. 4. a. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS; b. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS, model pembelajaran NHT-PS lebih baik daripada model pembelajaran klasikalPS, model pembelajaran TAI-PS lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS; c. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS, dan tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. commit to user 123 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Berdasarkan hasil penelitian ini penggunaan model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik bila dibandingkan dengan model pembelajaran NHT-PS dan klasikal-PS. Ini dapat dijadikan masukan dalam pemilihan model pembelajaran dalam peningkatan prestasi belajar matematika. Adanya kecerdasan majemuk juga berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Siswa yang cenderung berkecerdasan matematislogis dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik. 2. Implikasi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. C. Saran 1. Bagi Siswa a. Siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan diskusi agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. b. Siswa hendaknya bersikap positif terhadap pelajaran matematika dan mengubah pola pikir yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. 2. Bagi Guru a. Dalam pembelajajan guru hendaknya memilih model pembelajaran yang menarik untuk siswa misalnya TAI-PS, tetapi dalam penerapannya guru juga harus memperhatikan efisiensi waktu yang digunakan, b. Hendaknya guru memperhatikan semua siswa sehingga semua siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran, c. Guru hendaknya memperhatikan tipe kecerdasan majemuk siswa tetapi guru tidak harus membeda-bedakan antara siswa dengan kecerdasan matematislogis, linguistik, ataupun interpersonal dalam pembelajaran. commit to user 124 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3. Bagi Sekolah a. Memberikan wewenang sepenuhnya kepada guru untuk mengatur kelas dalam pembelajaran di kelas dan melakukan pementauan pembelajaran secara berkala. b. Menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh guru untuk menunjang keberhasilan pembelajaran di kelas. commit to user 125 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Adi W. Gunawan. 2007. Genius Learning Strategi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Amin Suyitno. 2006. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pandidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Anastasi, A.& Urbina, S. 1997. Psycological Testing. Seventh Edition. Upper Saddle River, NJ:Prentice Hall Inc. Arif Rahman. 2009. Memahami Yogyakarta:Laksbang Mediatama. Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Atit Indriyani. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Tipe TAI dan TPS Ditinjau Dari Sikap Percaya Diri Peserta Didik Pada Materi Limit Fungsi Kelas XI IPA SMA Kota Kediri Tahun Pelajaran 2012/2011. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Awofala, A.O.A, Arigbabu, A. A & Awofala, A.A. 2013. Effect of Framing and Team Assisted Individualized Instructional Strategies on Senior Secondary School Students’ Attitude Toward Mathematics. Acta Didactica Naponesia ISSN 20651430. vol.6, no.1, pp 1-22. Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press. Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press. Chianson, M.M, Kurumeh, M.S & Obida, J.A. 2011. Effect of Cooperative Learning Strategy on Students’ Retention in Circle Geometry in Secondari School in Benue State, Nigeria. America Journal of Scientific and Industrial Research. Vol.2, No.1, pp 33-36. Danang T.Laksono & Kusumo Ekowati. 2012. Pendidikan Belajar dan Pembelajaran. Sukoharjo: Pustaka AbadiSejahtera. commit to user Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta. perpustakaan.uns.ac.id 126 digilib.uns.ac.id Endang Hariyati. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI) dan Problem Based Learning (PBL) Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Multiple Intelegences Siswa SMP Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Erman Suherman. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika Kontemporer. Jakarta: Universitas Pendidikan Indonesia. Evawati Alisah & Eko P. Dharmawan. 2007. Filsasafat Dunia Matematika Pengantar untuk Memahami Konsep-Konsep Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka. Fransiskus Gatot Iman Santoso. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah dan Pembelajaran Kooperatif Bertipe Group Investigasion Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VII SMP Negeri Kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Hoerr, T.R. 2000. Buku Kerja Multiple Intelligences: Pengalaman New City School di St. Louis, Missouri, AS, Dalam Menghargai Keceerdasan Anak. Bandung: Kaifa Ibrahim dan Suparni. 2009. Pembelajaram Matematika Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga. Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta. Isna Farahsanti. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan Pendekatan Quantum Learning Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau Dari Kecerdasan Matematis Logis Siswa SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011/2012. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Jemani. 2013. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Group Investigation Terhadap Prestasi Belajar Persamaan Garis Lurus Ditinjau Dari Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VIII SMP di Kabupaten Bojonegoro. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pusataka Sinar Harapan. Diakses tanggal 5 Februari 2014 pukul 10.00 WIB. La Suha Ishabu. 2013. The Improve Learning Result and Creativity Student to Lesson Operation Count Number Through Cooperative Learning Type Numbered Heads Together (NHT) In Class IV SD District 63 Ambon-Indonesia. Mathematical Teory and Modelling, International Institute for Science Technology and Education (IISTE) Journal. vol.3, no.5, pp.68-72. Maheadi, L., Michielli-Pendl, J., Harper, G. F., dan Mallete, B. 2006. The Effect of Numbered Heads Together with and without an incentive Package on the science The Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. Journal of commit to user Behavior Education. vol.15, no.1, hlm.25-39. perpustakaan.uns.ac.id 127 digilib.uns.ac.id Miftahul A’la. 2010. Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press. Novi Andri Nurcahyono. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS dan NHT dengan Pendekatan CTL Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Tingkat Intelegensi Siswa Kelas V SD Se-Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo. Tesis UNS (Tidak Dipublikasikan). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Raodatul Jannah. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Strucrured Numbered Heads (SNH) dan Numbered Heads Together (NHT) Dengan Pendekatan Matematika Realistik Pada Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Kemandirian Belajar siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota Mataram tahun pelajaran 2012/2013. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Reza Kusumah Setyansah. 2012. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan GI pada Materi Persamaan Garis Lurus ditinjau dari Konsep Diri Siswa Kelas VIII SMP Negeri se kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Rosa Rosdiana Retno Handayani. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Numbered Heads Together dan Jigsaw dengan Pendekatan Konstektual Terhadap Prestasi Belajar Matematika ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Siswa SMP Negeri Kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran.Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta. Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Slavin, R. E., Madden, N. A. & Leavey, M. 1984. Effect of Team Assisted Individualization on the Mathematics Achievement of Academically Handicapped and Nonhandicapped Students. Journal of Educational Psychology.vol.76, no.5, hlm 813-819. Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Nusa Media. Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan Tinggi Depdiknas. Sri Hartati Ningsih. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS) Pada Materi Trigonometri Ditinjau Dari Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas X SMA di Kabupaten Sukoharjo. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan). commit to Kualitatif, user Sugiyono. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif, R & D. Bandung: Alfabeta. 128 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sutama. 2010. Penelitian Tindakan (Teori dan praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK). Semarang : Surya Offset. Sutartinah Tirtonegoro. 1998. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta: Bumi Aksara. Suwasono. 2013. Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran Matematika Pada Kurikulum 2013. hlm 1-12. Seminar Nasional Pendidikan Matematika di UNS. Surakarta. Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya Offset. Syaiful Bahri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Tadkirotun Musfiroh. 2008. Cerdas Melalui Bermain : Cara Mengasah Multiple Intelligences. Jakarta: Grasinsdo Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Visser, B.A, Ashton M.C, & Vernon, P.A. 2006. Beyond g: Putting Multiple Intelligence Theory to the Test, Journal of Intelligence. vol.34 no. 4 hlm 487502. Yalmanci, S.G. & Gozum, C.A. 2013. The Effect of Multiple Intelligence Theory Based Teaching On Students’ Achievement And Retention Of Knowledge (Examole Of The Enzymes Subject). International Journal on New Trends in Education and Their Implications. vol.4, no 3, hlm 27-36. commit to user