1 eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe tai (team

advertisement
1
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS
TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI
KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI
KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Indra Puji Astuti
S851308027
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015 to user
commit
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI
(TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DAN NHT (NUMBERED HEADS
TOGETHER) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI
KECERDASAN MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI
KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
TESIS
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
Indra Puji Astuti
S851308027
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015 to user
commit
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
4
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
5
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
MOTTO
Jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah bersama orangorang yang sabar ( Q.S Al Baqarah : 153)
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sunguh (urusan) yang lain (Q.S Al Insyiroh : 5-6)
Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan mereka sendiri (Q.S Ar Ra’du : 11)
commit to user
7
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, karya ini saya persembahkan
untuk Ayah dan Ibu tercinta (Iskandar, S.Pd ,SD dan Latifah),
Adek (Rosiana M.R) dan keluarga besar di Ngawi terimakasih
atas do’a dan semangat yang selama ini telah diberikan
yang selalu mengiringi setiap langkahku.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,
Alhamdulillahirobbil’alamien, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah
SWT, penulis telah menyelesaikan tesis yang berjudul “EKSPERIMENTASI
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAI (TEAM ASSISTED
INDIVIDUALIZATION)
DAN
NHT
(NUMBERED
HEADS
TOGETHER)
DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DITINJAU DARI KECERDASAN
MAJEMUK SISWA PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KELAS VIII SMP
NEGERI SE-KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2014/2015”. Tesis ini
disusun dan diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar kemagisteran
pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Berbagai pihak telah
banyak membantu selama proses penyusunan tesis ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.Si, Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah
memberikan kesempatan untuk menempuh studi pada Program Pascasarjana
Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Prof. Dr. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan yang berkenan memberikan ijin penelitian kepada penulis.
3. Prof. Dr. Budiyono, M,Sc, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana sekaligus sebagai Pembimbing I yang telah banyak
membimbing dan memberikan motivasi dalam penyusunan tesis ini.
4. Dr. Mardiyana, M.Si, Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika yang
telah memberikan pengarahan dalam penyelesaian tesis ini .
5. Dr. Sri Subanti, M,Si, Pembimbing II yang telah membimbing dengan penuh
kesabaran sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini.
6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana yang telah memberikan ilmu dan bekal dalam penyusunan tesis ini.
7. H. Darto, S.Pd, M.Pd, Wahyudi, S.Pd, M.Si, Wisnu Broto, S.Pd, M.Si, dan
Dra. Ari Yuni Purwati, M.Pd selaku
kepala
sekolah SMP Negeri 1 Ngawi, SMP
commit
to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Negeri 1 Paron, SMP Negeri 2 Geneng dan SMP Negeri 4 Ngawi yang berkenan
memberikan ijinnya kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan
mengumpulkan data di sekolah tersebut.
8. Bapak dan Ibu Guru bidang studi matematika di SMP Negeri 1 Ngawi, SMP
Negeri 1 Paron, SMP Negeri 2 Geneng, dan SMP Negeri 4 Ngawi yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan kepada penulis selama
penelitian.
9. Getut Pramesti, M.Si, Dra. N.Setyaningsih, M.Si, Cicilia Budi Ardiani, S.Pd,
Choiriyah Widyasari, M.Psi, Psi, Maslichah R, Janah, S.Psi, M.Psi dan Nur
Fauziyah, S.Psi, Psi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memvalidasi dan memberikan saran-saran untuk instrument penelitian.
10. Siswa-siswi kelas VIII SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron, dan
SMP Negeri 2 Geneng yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
penelitian.
11. Keluarga tercinta, terimakasih atas do’a, motivasi dan kesabaran serta
bimbingan yang selalu mengiringi langkah penulis.
12. Teman-teman mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2013 atas segala
kebersamaan dan dukungannya.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan tesis ini.
Penulis menerima kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis
ini. Semoga tesis ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Billahi taufik wal hidayah,
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh
Surakarta,
Penulis
commit to user
2015
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
HALAMAN PERNYATAAN
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
ix
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
ABSTRAK
xvi
ABSTRACT
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
1
B. Rumusan Masalah
6
C. Tujuan Penelitian
7
D. Manfaat Penelitian
8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
9
9
a. Belajar
9
b. Prestasi Belajar
10
c. Matematika
10
d. Prestasi Belajar Matematika
11
2. Pendekatan Pembelajaran
11
3. Model Pembelajaran
14
a. Model Pembelajaran Kooperatif
14
b. Model Pembelajaran Klasikal dengan Pendekatan
Saintifik (klasikal-PS)
22
4. Kecerdasan Majemuk
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
11
digilib.uns.ac.id
a. Teori Kecerdasan Majemuk
25
b. Eksistensi Teori Kecerdasan Majemuk
32
B. Penelitian yang Relevan
33
C. Kerangka Berfikir
37
D. Hipotesis Penelitian
43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
46
1. Tempat Penelitian
46
2. Waktu Penelitian
46
B. Jenis Penelitian
46
C. Populasi dan Sampel
48
1. Populasi
48
2. Sampel
48
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
50
1. Variabel Bebas
50
2. Variabel Terikat
51
E. Teknik Pengumpulan Data
52
1. Metode Angket
52
2. Metode Tes
52
3. Metode Dokumentasi
52
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data
52
1. Tahap Penyusunan
52
2. Uji Coba Instrumen
54
G. Teknik Analisis Data
59
1. Uji Prasyarat Analisis
59
2. Uji Hipotesis
63
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
71
1. Penentuan Sampel Penelitian
71
2. Analisis Kemampuan Awal Siswa
72
3. Analisis Instrumen Penelitian
74
4. Pelaksanaan Penelitian
commit to user
79
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Data-Data Penelitian
80
6. Analisis Uji Prasyarat
82
7. Analisis Uji Hipotesis
83
B. Pembahasan Hasil
93
1. Hipotesis Pertama
93
2. Hipotesis Kedua
94
3. Hipotesis Ketiga
96
4. Hipotesis Keempat
98
C. Keterbatasan Penelitian
101
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
102
B. Implikasi
104
C. Saran
104
DAFTAR PUSTAKA
106
LAMPIRAN
110
commit to user
13
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keterkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar
dan Maknanya
16
Tabel 2.2 Identifikasi Kecerdasan Majemuk Gardner
26
Tabel 2.3 Karakteristik Kecerdasan Majemuk
32
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
47
Tabel 3.2 Kategori Pengelompokan Sekolah
49
Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Angket
53
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran
58
Tabel 3.5 Tabel Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
67
Tabel 4.1 Kategori Pengelompokan Sekolah
71
Tabel 4.2 Daftar Kelas Penelitian
72
Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Ujian Akhir Semester Genap Tahun Pelajaran
2013/2014
72
Tabel 4.4 Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa
73
Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa
73
Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Konsistensi Internal Angket Kecerdasan
Majemuk
Tabel 4.7 Rangkuman
75
Hasil
Perhitungan
Koefisien
Reliabilitas
Angket
Kecerdasan Majemuk
76
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir Tes Prestasi
Belajar Matematika
78
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda Tes Prestasi
Belajar
Matematika
Tabel 4.10 Rangkuman
78
Data
Kecerdasan
Majemuk
Berdasarkan
Model
Pembelajaran
Tabel 4.11 Rangkuman
80
Data
Prestasi
Belajar
Matematika
Berdasarkan
Model Pembelajaran
Tabel 4.12 Rangkuman
Kecerdasan
Tabel 4.13 Rangkuman
Data
81
Prestasi
Belajar
Matematika
Berdasarkan
Majemuk
Data
Prestasicommit
Belajar
to user Matematika
81
Berdasarkan
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Majemuk
82
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Normalitas Data
83
Tabel 4.15 Rangkuman Uji Homogenitas Data
83
Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
84
Tabel 4.17 Rerata dan Rerata Marginal
85
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antar Baris
85
Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antar Kolom
87
Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antarsel Pada Baris
yang Sama
88
Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata antarsel Pada Kolom
yang Sama
91
commit to user
15
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Peringkat SMP di Kabupaten Ngawi
110
Lampiran 2 Daftar Pengkategorian Sekolah
111
Lampiran 3 Daftar Siswa dan Nilai Ulangan Semester Genap
112
Lampiran 4 Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa
119
Lampiran 5 Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa
124
Lampiran 6 Uji Keseimbangan Kemampuan Awal siswa
126
Lampiran 7 Kisi-Kisi Angket Kecerdasan Majemuk
129
Lampiran 8 Uji Coba Angket Kecerdasan Majemuk
130
Lampiran 9 Lembar Validasi Angket Kecerdasan Majemuk
132
Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk
144
Lampiran 11 Angket Kecerdasan Majemuk
150
Lampiran 12 Kisi-Kisi Tes Prestasi Belajar Matematika
152
Lampiran 13 Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika
153
Lampiran 14 Lembar Validasi Tes Prestasi Belajar Matematika
158
Lampiran 15 Uji Validitas dan Reliabilitas Tes Prestasi Belajar Matematika .. 170
Lampiran 16 Tes Prestasi Belajar Matematika
179
Lampiran 17 Kunci Jawaban Tes Prestasi Belajar Matematika
182
Lampiran 18 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
183
Lampiran 19 Lembar Kerja Siswa
201
Lampiran 20 Data Induk Penelitian
203
Lampiran 21 Uji Normalitas Data
210
Lampiran 22 Uji Homogenitas Data
216
Lampiran 23 Uji Hipotesis
220
Lampiran 24 Uji Komparasi Ganda
225
Surat keterangan penelitian
231
commit to user
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRAK
Indra Puji Astuti. S851308027. 2015. Eksperimentasi Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) dan NHT (Numbered Heads
Together) dengan Pendekatan Saintifik Ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Siswa
Pada Pokok Bahasan Fungsi Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Ngawi
Tahun Pelajaran 2014/2015. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Budiyono, M. Sc.,
Pembimbing II: Dr. Sri Subanti, M. Si. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang memberikan
prestasi belajar matematika lebih baik antara model pembelajaran TAI dengan
pendekatan saintifik (TAI-PS), NHT dengan pendekatan saintifik (NHT-PS) atau
klasikal dengan pendekatan saintifik (klasikal-PS), (2) manakah yang mempunyai
prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang memiliki kecerdasan
matematis-logis, linguistik atau interpersonal, (3) pada masing-masing kategori
kecerdasan, manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik,
model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS atau klasikal-PS, (4) pada masing-masing
kategori model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika
yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, linguistik, atau
interpersonal.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan rancangan
faktorial 3x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang
ada di Kabupaten Ngawi tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini menggunakan stratified cluster random sampling. Sampel penelitian
sebanyak 275 siswa. Metode pengumpulan data penelitian ini adalah dengan metode
angket, metode tes, dan metode dokumentasi. Teknik analisis data penelitian ini
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama yang kemudian
dilanjutkan dengan uji komparasi ganda dengan metode Scheffe. Sebelumnya dilakukan
uji prasyarat analisis terlebih dahulu yaitu uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan
uji homogenitas menggunakan uji Bartlett.
Hasil penelitian dengan menggunakan taraf signifikansi   5% adalah:
(1) prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS lebih
baik daripada model pembelajaran NHT-PS dan klasikal-PS, dan model pembelajaran
NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan model
pembelajaran klasikal-PS, (2) prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan
matematis-logis dan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan
linguistik, dan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis
sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan interpersonal, (3) pada model
pembelajaran TAI-PS, siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan
interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada model
pembelajaran NHT-PS siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik, dan
interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada model
pembelajaran klasikal-PS siswa dengan kecerdasan matematis logis dan interpersonal
mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan
linguistik, dan siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar
matematika sama baiknya dengan siswa dengan kecerdasan interpersonal, (4) pada
commit to user
kecerdasan matematis-logis, model pembelajaran
TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya, pada kecerdasan
linguistik, model pembelajaran TAI-PS memberikan presasi belajar matemaika yang
sama baiknya dengan NHT-PS , model pembelajaran NHT-PS dan TAI-PS memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada klasikal-PS, dan pada kecerdasan
interpersonal model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS memberikan
prestasi belajar matematika yang sama baiknya.
Kata Kunci : Kecerdasan Majemuk, Klasikal-PS, NHT-PS, Prestasi Belajar
Matematika, TAI-PS
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ABSTRACT
Indra Puji Astuti. S851308027. 2015. Experimentation of Cooperative Learning
Model of TAI (Team Assisted Individualization) and NHT (Numbered Heads
Together) with Scientific Approach Viewed from Multiple Intelligence on the
Topic of Function of the Students in Grade VIII of State Junior High Schools of
Ngawi Regency in Academic Year 2014/2015. THESIS. Advisor I: Prof. Dr
Budiyono, M. Sc., Advisor II: Dr. Sri Subanti, M. Si. Mathematics Education Study
Program, Teacher Training and Education Faculty, Graduate Program, Sebelas Maret
University Surakarta.
The aim of this research was to determine: (1) which gives better mathematics
learning achievement between learning model of TAI with scientific approach (TAIPS), NHT with scientific approach (NHT-PS) or classical with scientific approach
(classical-PS), (2) which have better mathematics learning achievement between
students whose logical-mathematical, linguistic or interpersonal intelligence, (3) in each
category of intelligence, which gives better mathematics learning achievement, TAI-PS,
NHT-PS or classical-PS, (4) in each category learning model, which have better
mathematics learning achievement, students whose logical-mathematical, linguistic, or
interpersonal intelligence.
This research was a quasi-experimental research with 3x3 factorial design. The
population of this research was all students in Grade VIII of Junior High School of
Ngawi Regency in academic year 2014/2015. This research used stratified cluster
random sampling technique. The sample of research consist of 275 students. The data
of this research were collected by questionnaire, test methods, and documentation. The
data analysis techniques of this research were used by two-way analysis of variance
with unequal cells, followed by a multiple comparison test with Scheffe method.
Prerequisite tests is a test for normality with Liliefors test and homogeneity test with
Bartlett's test.
With the 5% level of significance the result were as follows. (1) TAI-PS gave
better mathematics learning achievement than NHT-PS and classical-PS. In addition,
NHT-PS gave the same mathematics learning achievement as classical-PS. (2) Students
with logical-mathematical and interpersonal intelligence had better mathematics
learning achievement than students with linguistic intelligence. Students with logicalmathematical intelligence had the same mathematics learning achievement as students
with interpersonal intelligence. (3) At the TAI-PS, students with logical-mathematical,
linguistic, and interpersonal intelligence got same mathematics learning achievement.
At the NHT-PS, students with logical-mathematical, linguistic, and interpersonal
intelligence got same mathematics learning achievement. At the classical-PS, students
with logical-mathematical and interpersonal intelligence had better mathematics
learning achievement than linguistic intelligence. In addition, students with logicalmathematical intelligence had the same mathematics learning achievement as students
with interpersonal intelligence. (4) At the logical-mathematical intelligence, TAI-PS,
NHT-PS, and classical-PS gave the same mathematics learning achievement. At the
linguistic intelligence, TAI-PS gave the same mathematics learning achievement as
NHT-PS. In addition, NHT-PS and TAI-PS gave better mathematics learning
achievement than classical-PS. At the interpersonal intelligence, TAI-PS, NHT-PS, and
classical-PS gave the same mathematics learning achievement.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keywords: Multiple Intelligences, Classical-PS, NHT-PS, Mathematics Achievement,
TAI-PS
commit to user
20
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern dan mempunyai peran penting dalam mengembangkan daya pikir
manusia. Oleh karena itu, matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dari
sekolah dasar sampai sekolah menengah atas. Tujuan dari pendidikan matematika di
sekolah adalah untuk mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahanperubahan keadaan dalam kehidupan melalui pemikiran logis, rasional, cermat,
kritis dan efisien. Matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara
hierarkis dari konsep yang sederhana/dasar ke konsep yang lebih rumit. Dalam
pembelajarannya siswa harus menguasai konsep yang sederhana/dasar terlebih
dahulu. Jika siswa belum menguasai konsep yang sederhana/dasar, maka siswa akan
mengalami kesulitan menguasai konsep-konsep selanjutnya. Hal tersebut banyak
dirasakan oleh siswa sehingga muncul anggapan bahwa matematika merupakan
pelajaran yang sulit yang menyebabkan siswa cenderung menunjukkan minat dan
aktivitas yang rendah dalam matematika sehingga menyebabkan prestasi belajar
siswa yang tidak sesuai dengan harapan.
Pada setiap jenjang pendidikan matematika diajarkan dengan jumlah jam
pelajaran yang paling banyak dibandingkan mata pelajaran lainnya, tetapi rata-rata
prestasi belajar siswa di Kabupaten Ngawi masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari
rata-rata nilai ujian nasional mata pelajaran matematika tingkat SMP/MTs tahun
pelajaran 2012/2013 dari Badan Standar Nasional Pendidikan secara nasional adalah
5,74 dan pada tingkat provinsi adalah sebesar 6,15. Dari Badan Standar Nasional
Pendidikan juga diketahui bahwa Kabupaten Ngawi berada di posisi terendah kedua
bila dibandingkan dengan kota dan kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Timur
dengan rata-rata nilai ujian nasional matematika adalah 4,6. Data tersebut
menyatakan bahwa rata-rata nilai ujian nasional untuk mata pelajaran matematika di
Kabupaten Ngawi termasuk dalam kategori yang rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa banyak siswa mengalami kesulitan dalam matematika sehingga prestasi
belajarnya rendah. Sementara itu daya
serap
commit
to mata
user pelajaran matematika khususnya
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada pokok bahasan fungsi di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 masih
rendah hanya sebesar 43,94% bila dibandingkan daya serap tingkat provinsi sebesar
63,69% dan daya serap tingkat nasional sebesar 55,63%.
Kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh siswa SMP di Kabupaten
Ngawi dalam menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan fungsi
dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) maupun
dari luar diri siswa (faktor eksternal). Salah satu fakor penyebab dari diri siswa
adalah matematika yang memiliki banyak rumus dalam materi pembelajarannya
sehingga dimungkinkan siswa mengalami kesulitan dalam menerapkan pada soal.
Sementara itu dalam penerapannya untuk menyelesaikan soal-soal dengan tingkat
kesulitan yang berbeda masih kurang. Siswa cenderung menyukai soal-soal yang
mudah dan akan merasa kesulitan jika menemui soal yang merupakan
pengembangan yang membutuhkan penalaran. Sehingga prestasi belajar yang
didapat oleh siswa belum dapat optimal. Oleh karena itu tugas guru untuk
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa agar siswa dapat mencapai nilai
yang telah ditetapkan secara nasional.
Pemerintah telah melakukan upaya untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan pengembangan kurikulum
2013 yang menggunakan pendekatan saintifik di dalam pembelajarannya. Proses
pembelajaran pada kurikulum ini lebih menekankan kreativitas guru dan siswa
dengan menggunakan prinsip 5M yaitu melalui kegiatan mengamati (observing),
menanya (questioning), menalar (associating), mencoba (experimenting), dan
mengkomunikasikan (networking). Selain itu juga menekankan pengembangan
kemampuan siswa pada ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan siswa.
Suwarsono (2013) menyatakan untuk pembelajaran IPA dan ilmu-ilmu empiris yang
lain, daftar urutan kegiatan tersebut sangat sesuai. Tetapi, untuk pembelajaran
matematika rincian kegiatan dalam pendekatan saintifik tersebut masih perlu
dibahas lebih lanjut mengenai kesesuaiannya, khususnya pada bagian mencoba
(experimenting) mengingat matematika bukanlah ilmu empiris. Oleh karena itu
kreatifitas dari guru sangat diperlukan untuk menerapkan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran matematika.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22
digilib.uns.ac.id
Keberhasilan dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh banyak
faktor misalnya kecerdasan majemuk dan model pembelajaran. Pemilihan model
pembelajaran yang tepat akan berdampak positif terhadap prestasi belajar
matematika. Masih banyak yang terjadi di sekolah-sekolah, guru masih
menggunakan pembelajaran klasikal. Pembelajaran ini dirasa kurang dapat
mengeksplor kreatifitas yang dimiliki siswa karena pembelajaran ini bersifat
teacher center sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara optimal.
Guru harus mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang paling
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selain itu juga harus sesuai dengan
pembentukan karakter dan pengembangan kreativitas yang sesuai dengan
kurikulum 2013 dengan prinsip 5M. Chianson et al. (2011) menunjukkan bahwa
pembelajaran matematika lebih efektif sejak penerapan pembelajaran kooperatif
dan juga dibutuhkan kekreatifan guru untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu inovasi pembelajaran
yang membuat siswa belajar lebih aktif, berfikir lebih kritis, dan mampu
berinteraksi dengan siswa yang lainnya serta mampu mengembangkan kecerdasan
yang dimilikinya. Model pembelajaran yang seharusnya, hendaknya selalu ada
kegiatan interaksi timbal balik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa
lainnya yang saling menguntungkan sehingga tercapai tujuan pembelajaran. Model
pembelajaran yang dapat dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams
Assisted Individualization (TAI) dan Numbered Heads Together (NHT).
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran
yang membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa. Sebelum
membentuk kelompok tersebut, guru terlebih dahulu memberikan tes secara
individu yang nantinya hasil pekerjaan masing-masing siswa akan menjadi bahan
untuk diskusi. Selama kegiatan diskusi tersebut siswa aktif untuk memahami dan
menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan
bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang
pandai. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan kelompoknya karena pada tahap
selanjutnya guru akan memberikan kuis secara invidividual. Selain itu guru
memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil
belajar individual dari skor dasar kecommit
skor kuis
Sehingga siswa akan lebih
to berikutnya.
user
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang
maksimal.
Penelitian yang mendukung penerapan model pembelajaran TAI antara
lain Atit Indriyani (2011) menunjukkan pembelajaran yang penyajiannya dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI akan memperoleh hasil
belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang penyajiannya dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Reza Kusumah Setyansah
(2012) menunjukkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran
kooperatif tipe GI. Awofala & Nneji (2013) dalam jurnalnya menunjukkan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI lebih efektif dalam pembelajaran
matematika.
Model pembelajaran NHT adalah model pembelajaran yang membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru. La Suha Ishabu (2013)
menunjukkan penerapan model pembelajaran NHT dapat meningkatkan prestasi
belajar matematika. Model pembelajaran ini mendorong siswa untuk aktif dalam
mengolah, mencari dan melaporkan hasil diskusinya. Dalam pelaporan hasil diskusi
melalui presentasi di depan kelas guru memilih secara acak berdasarkan nomor
anggota dari masing-masing kelompok. Peran guru dalam model pembelajarn ini
hanya sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar
mandiri. Dengan cara ini diharapkan siswa siap untuk menyampaikan hasil
diskusinya dan harus aktif serta bertanggung jawab kepada kelompoknya.
Penelitian yang mendukung penerapan model pembelajaran NHT antara
lain Isna Farahsanti (2012) yang menunjukkan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT dengan pendekatan quantum learning dapat meningkatkan prestasi siswa
ditinjau dari kecerdasan matematis logis. Raodatul Jannah (2013) menunjukkan
prestasi belajar matematika siswa dengan menggunakan model NHT dengan
pendekatan realistik mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan metode langsung. Maheadi et al. (2006) menunjukkan
penerapan model pembelajaran koperatif NHT dengan pemberian penghargaan lebih
commit to user
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan model pembelajaran
koperatif NHT tanpa pemberian penghargaan.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah kecerdasan majemuk. Kecerdasan
majemuk merupakan kemampuan atau keterampilan dalam berbagai bidang yang
dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Yalmanci & Gozum (2013) menyatakan
Gardner membagi kecerdasan manusia dalam delapan kategori yaitu: (1)
kecerdasan linguistik (verbal-linguistic intelligence), (2) kecerdasan matematislogis (logical-mathematical intelligence), (3) kecerdasan ruang-visual (visual
spatial
inteligence),
(4)
kecerdasan
kinestetik-badani
(bodily
kinesthetic
intelligence), (5) kecerdasan musikal (musical rhythmic intelligence), (6)
kecerdasan sosial (interpersonal intelligence), (7) kecerdasan intrapersonal
(intrapersonal intelligence), (8) kecerdasan lingkungan/naturalis (naturalistic
intelligence). Setiap orang mempunyai semua tipe kecerdasan majemuk. Tetapi
masing-masing tipe kecerdasan tersebut dimiliki setiap orang dengan kadar yang
berbeda beda. Visser et al. (2006) dalam penelitiannya menunjukkan diantara 8
tipe kecerdasan majemuk terdapat tipe kecerdasan yang domain dimiliki oleh
seseorang ada kecerdasan yang lebih menonjol dan kecerdasan yang kurang
menonjol. Meskipun demikian diharapkan dalam pembelajaran di sekolah guru
mampu untuk menembangkan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa agar tujuan
belajar dapat tercapai maksimal.
Penelitian tentang kecerdasan majemuk dalam pembelajaran matematika
matematika telah banyak dilakukan. Fransiskus Gatot Iman Santoso (2010) meneliti
tentang empat tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis, ruang visual dan
interpersonal) pada pokok bahasan segitiga menunjukkan ada pengaruh kecerdasan
majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Endang Hariyati (2013) meneliti
tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal) pada
pokok bahasan bangun ruang menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk
terhadap prestasi belajar matematika. Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013)
meneliti tentang tiga tipe kecerdasan (matematis-logis, linguistik dan interpersonal)
pada pokok bahasan aritmetika sosial menunjukkan ada pengaruh kecerdasan
majemuk terhadap prestasi belajar matematika. Jemani (2013) meneliti tentang tiga
tipe kecerdasan (linguistik, matematis-logis
dan ruang visual) pada materi
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persamaan garis lurus menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap
prestasi belajar matematika. Dari penelitian-penelitian tentang kecerdasan majemuk
tersebut, secara umum hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika. Oleh karena itu peneliti
tertarik untuk meneliti tentang kecerdasan majemuk pada materi fungsi.
Peneliti hanya akan membatasi penelitian ini dengan mengambil tiga tipe
kecerdasan majemuk yaitu kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan
kecerdasan
interpersonal
berdasarkan
penelitian-penelitian
relevan
dan
permasalahan dalam pembelajaran matematika di Kabupaten Ngawi,. Ketiga tipe
kecerdasan tersebut sangat cocok dengan materi fungsi dan juga penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT. Siswa berkecerdasan matematis-logis
akan mudah mamahami materi fungsi dan penerapannya dalam soal dengan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa yang siswa yang suka membaca cenderung
menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa berkecerdasan linguistik cenderung
mudah memahami suatu soal cerita sehingga memudahkan mengerjakan soal. Siswa
berkecerdasan interpersonal cenderung suka kegiatan berkelompok dan mudah
menyesuaikan diri dalam kelompok-kelompok belajar. Mereka lebih nyaman belajar
secara berkelompok dan mudah menerima informasi dari teman sejawatnya.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya, maka
menyikapi penerapan Kurikulum 2013 peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dikombinasikan dengan
pendekatan saintifik yang ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa pada pokok
bahasan fungsi kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Ngawi tahun pelajaran
2014/2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, pembelajaran
matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS,
model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaran
commit to user
klasikal-PS?
26
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki
kecerdasan
matematis-logis,
kecerdasan
linguistik,
atau
kecerdasan
interpersonal?
3. Pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah yang memberikan
prestasi belajar yang lebih baik, siswa yang memiliki kecerdasan matematislogis, kecerdasan linguistik, atau kecerdasan interpersonal?
4. Pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan
menguji pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran
kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaran klasikal-PS terhadap prestasi
belajar matematika ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa. Sedangkan secara
khusus, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik antara
pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan
klasikal-PS.
2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar lebih baik antara
siswa yang memiliki kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, atau
kecerdasan interpersonal.
3. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori model pembelajaran, manakah
yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, antara siswa yang memiliki
kecerdasan
matematis-logis,
kecerdasan
linguistik,
atau
kecerdasan
interpersonal.
4. Untuk mengetahui pada masing-masing kategori kecerdasan, manakah yang
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik antara model pembelajaran
kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model
pembelajaan klasikal-PS.
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
tentang pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS atau model pembelajaan klasikal-PS
terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari kecerdasan majemuk siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi guru, memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam memperluas
pengetahuan dan wawasan tentang pemilihan model pembelajaran yang tepat
untuk meningkatkan kecerdasan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Bagi siswa, meningkatkan keaktifan, minat, motivasi dan kemandiriannya
dalam pembelajaran matematika.
c. Bagi sekolah, memberikan masukan dalam mengambil kebijakan yang tepat
untuk
menumbuhkan
keaktifan,
motivasi
pembelajaran matematika.
commit to user
dan
minat
siswa
dalam
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Belajar
Konstruktivisme merupakan respons terhadap berkembangnya harapanharapan baru berkaitan dengan proses pembelajaran yang menginginkan peran aktif
siswa dalam kegiatan belajar. Konstruktivisme merupakan filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri. Pengetahuan
merupakan akibat dari konstruksi kognitif melalui kegiatan seseorang. Dalam
mencermati realitas kehidupan sehari-hari, konstruktivis mempercayai bahwa
pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang berusaha mengetahui.
Pengetahuan tidak hanya dipindahkan begitu saja dari guru kepada siswa. Siswa
sendirilah yang mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan dengan
pengalaman yang mereka peroleh. Siswa sendiri yang mengolah informasi yang
diperoleh untuk selanjutnya menjadi pengetahuan yang ia bangun sendiri.
Konstruktivisme memandang kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif
siswa dalam upaya menemukan pengetahuan, konsep, kesimpulan, bukan
merupakan kegiatan mekanistik untuk mengumpulkan informasi atau fakta.
Terdapat beberapa definisi tentang belajar, antara lain diungkapkan Aunurrahman
(2010:18) belajar merupakan suatu proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
keterlibatan fisik dan mental siswa secara aktif. Belajar juga merupakan suatu proses
mengasimilasi dan menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalamanpengalaman yang dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya menjadi lebih kokoh.
Ketika siswa aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, maka guru membantu
berperan sebagai mediator untuk membangun pengetahuan mereka tersebut. Driver
& Bell (dalam Suyono & Hariyanto, 2011:13) belajar adalah suatu proses aktif
menyusun makna melalui setiap interaksi dengan lingkungan, dengan membangun
hubungan antara konsepsi yag telah dimiliki dengan fenomena yang sedang
dipelajari. Rusman (2012:113) belajar adalah kegiatan aktif siswa untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29
digilib.uns.ac.id
membangun pengetahuannya. Siswa sendiri yang bertanggungjawab atas peristiwa
belajar dan hasil belajarnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan aktif siswa untuk membangun pengetahuannya melalui
latihan, pengalaman dan pengembangan.
b. Prestasi Belajar
Prestasi dapat diartikan hasil diperoleh karena adanya aktivitas belajar
yang telah dilakukan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi
merupakan hasil dari proses belajar. Abdurrahman Mulyono (2003: 37)
mengemukakan bahwa prestasi belajar atau hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (1991:23), prestasi belajar adalah hasil
yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dari dalam diri
individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Menurut Sutartinah Tirtonegoro
(1998:43), prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang
dinyatakan dalam bentuk simbol, angka maupun huruf yang dapat mencerminkan
hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. Sedangkan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:895) menyatakan prestasi belajar
adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui
mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode tertentu setelah proses
pembelajaran.
c. Matematika
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan
mengembangkan daya pikir manusia. Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi
matematika oleh para ahli. Jujun S. Suriasumantri (2007:190) mengatakan,
matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan.
matematika bersifat
commit Lambang-lambang
to user
perpustakaan.uns.ac.id
30
digilib.uns.ac.id
artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan padanya. Tanpa
itu matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati.
Sedangkan menurut Evawati Alisah (2007:23) matematika adalah sebuah
bahasa, ini artinya matematika merupakan sebuah cara mengungkapkan atau
menerangkan dengan cara tertentu. Dalam hal ini yang dipakai oleh bahasa
matematika ialah dengan menggunakan simbol-simbol. Menurut James dan James
(1976) dalam Erman Suherman (2001:16) matematika adalah ilmu tentang logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan
satu sama lain yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, serta geometri.
Menurut Sutama (2010:82) matematika adalam bahasa simbolis yang
mengekspresikan ide-ide, struktur, atau hubungan yang logis termasuk konsepkonsep abstrak sehingga memudahkan manusia untuk berfikir. Menurut Ibrahim dan
Suparni (2009:35) matematika memiliki beberapa unit yang satu sama lain saling
berkaitan, maka yang penting dalam belajar matematika adalah bagaimana
kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah matematika. Hal ini didasarkan
pada salah satu pemikiran bahwa materi matematika merupakan materi yang abstrak
yang memiliki karakteristik berbeda dengan materi ilmu lainnya.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan secara sederhana,
bahwa matematika adalah ilmu yang memepelajari tentang perhitungan, pengkajian
dan menggunakan kemampuan berpikir seseorang secara nalar dan pikiran yang
jernih.
d. Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa pada periode
tertentu setelah proses pembelajaran matematika berlangsung yang dinyatakan
dalam hasil tes berupa nilai.
2. Pendekatan Pembelajaran
Corey (dalam Syaiful Sagala, 2011) mendefinisikan pembelajaran ialah
suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap
commit tosituasi
user tertentu. Menurut Syaiful Sagala
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2011:61)
pembelajaran
adalah
membelajarkan
siswa
menggunakan
asas
pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik.
Tujuan pembelajaran matematika di sekolah menurut Soedjadi (2000: 43),
mengacu pada fungsi matematika dan tujuan pendidikan nasional yang telah
dirumuskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Diungkapkan dalam
Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) matematika, bahwa tujuan umum
diberikannya matematika pada jenjang pendidikan dasar dan menengah meliputi dua
hal yaitu:
1) Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien.
2) Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu
pengetahuan.
Dalam pembelajaran matematika dengan paradigma belajar, guru harus
mampu bertindak sebagai pembimbing, pemimpin, dan fasilitator belajar bagi siswa.
Dalam hal ini guru harus melakukan pemilihan pendekatan atau model pembelajaran
yang tepat sehingga memungkinkan siswa dapat terlibat aktif sebagai pelaku utama
dalam pembelajaran. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran matematika adalah upaya-upaya yang dilakukan guru untuk
melibatkan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran matematika agar mereka
langsung dapat memperoleh pengalaman sekaligus sebagai penerima manfaat dari
proses dan hasil pembelajaran tersebut.
Menurut Arif Rahman (2009:180) pendekatan pembelajaran merupakan
strategi yang dipakai guru atau pengajar agar murid atau pembelajar bisa dengan
mudah belajar dalam rangka menyerap materi ajar secara lebih cepat. Dalam
kurikulum 2013 ini pendekatan pembelajaran yang dikembangkan adalah
pendekatan saintifik. Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2014:33-34) menyatakan
pengembangan kurikulum 2013 berdasarkan
pandangan filsafat eksperimentalis
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
harus dapat mendekatkan apa yang dipelajari siswa di sekolah dengan apa yang
terjadi di masyarakat. Penerapan pendekatan ilmiah atau saintifik dalam proses
pembelajaran sering disebut sebagai ciri khas Kurikulun 2013. Pendekatan ilmiah
tersebut terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut.
a. Mengamati (observing)
Kegiatan mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran.
Kegiatan ini memiliki keunggulan tertentu, seperti dapat menyajikan media
obyek secara nyata, siswa lebih merasa tertantang dalam pembelajaran, dan
mudah
pelaksanaannya.
Kegiatan
mengamati
sangat
bermanfaat
bagi
pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Dengan kegiatan mengamati ini siswa menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi pembelajaran.
b. Menanya (questioning)
Guru perlu membimbig peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan
mengenai hasil pengamatan obyek yang kongkrit sampai kepada yang abstrak
berkenaan dengan fakta, konsep, atau prosedur. Melalui kegiatan bertanya,
karakter rasa ingin tau siswa dapat dikembangkan.
c. Mengumpulkan informasi (experimenting)
Kegiatan ini mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi-informasi yang
berhubungan dengan materi pembelajaran melalui kegiatan berdiskusi, membaca
sumber selain buku teks maupun mengumpulkan data dari nara sumber melalui
angket ataupun wawancara.
d. Menalar (associating)
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan
terjemanan dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau
penalaran. Karena itu, kegiatan menalar dalam Kurikulum 2013 dengan
pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau
pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. commit
Pengalaman-pengalaman
yang sudah tersimpan
to user
33
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar.
e. Mengkomunikasikan/membentuk jejaring (networking)
Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberi kesempatan kepada siswa
untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui menuliskan kembali apa yang sudah ditemukan pada tahap
menanya, menalar dan mencoba. Hasil tersebut dapat disampaikan di kelas dan
dinilai oleh guru sebagai hasil belajar individu atau kelompok.
Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A kelima pembelajaran pokok
tersebut dapat dirinci dalam berbagai kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam
Tabel 2.1.
3. Model Pembelajaran
Joice dan Weil dalam Isjoni (2010:50) menyatakan model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi
petunjuk kepada pengajar di kelas. Arends dalam Agus Suprijono (2012:46)
menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk
di
dalamnya
tujuan-tujuan
pembelajaran,
tahap-tahap
kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan Agus
Suprijono (2012:46) mendefinisikan model pembelajaran merupakan landasan
praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar
yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan
implikasinya pada tingkat operasional di kelas.
Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah seperangkat cara yang digunakan oleh guru dalam
mengimplementasikan rencana yang telah disusun untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
a. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan merupakan suatu model
pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya
menekankan kerja sama atau gotong
royong.
Kelompok yang terbentuk bukanlah
commit
to user
34
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semata-mata kumpulan orang, tetapi menurut Shaw dalam Agus Suprijono
(2009:57) memberikan pengertian kelompok “as two or more people who interact
with and influence one another” yang artinya kelompok adalah dua orang atau lebih
yang saling berinteraksi, saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain.
Slavin (2009: 10) menyatakan bahwa semua model pembelajaran kooperatif
menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan
bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar
lebih baik.
Slavin (2009:10) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif terdapat tiga
konsep utama, yaitu:
1) Penghargaan tim
Tim akan mendapat penghargaan tim jika tim tersebut dapat melampaui kriteria
yang telah ditentukan.
2) Tanggung jawab individual
Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota
tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim dalam membentu
satu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap
untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya yang dilakukan siswa
tanpa bantuan satu timnya.
3) Kesempatan sukses yang sama
Semua siswa mempunyai kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan
kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan bahwa siswa dengan
prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya sama-sama ditantang untuk
melakukan yang terbaik dan kontribusi dari semua anggota tim ada nilainya.
Model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
aplikasi
dari
teori
konstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih
mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika berdiskusi dengan
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompoknya untuk saling membantu
memecahkan masalah. Interaksi sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi
aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2.1 Katerkaitan Antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan
Belajar dan Maknanya
Langkah
Pembelajaran
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan
informasi/
eksperimen
Mengasosiasi/
mengolah informasi
Mengkomunikasikan
Kegiatan Belajar
Kompetensi yang dikembangkan
Membaca, mendengar, menyimak,
melihat (tanpa atau dengan alat)
Mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan
untuk
mendapatkan
informasi
tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik)
 Melakukan eksperimen
 Membaca sumber lain selain
buku teks
 Mengamati
objek/kejadian/aktivitas
 Wawancara dengan nara sumber
Melatih kesungguhan, ketelitian,
mencari informasi.
Mengembangkan kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang hayat.
Mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen
maupun
hasil
dari
kegiatan
mengamati
Pengolahan
informasi
yang
dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi
yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai
kepada yang bertentangan
Menyampaikan hasil pengamatan,
kesimpulan berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis atau media
lainnya.
commit to user
Mengembangkan sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang
lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang hayat.
Mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur
dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam penyimpulan.
Mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi,
kemampuan
berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat
dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
36
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam penelitian ini model pembelajaran kooperatif yang digunakan
adalahm model pembelajaran kooperatif tipe TAI dan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
1) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dengan Pendekatan Saintifik
(TAI-PS)
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model pembelajaran
yang membentuk kelompok-kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang
cara berfikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan. Dalam model pembelajaran ini, diterapkan bimbingan antar
teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu siswa yang kurang pandai. Di
samping itu juga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok. Siswa yang
pandai dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilannya, sedangkan siswa
yang kurang pandai dapat terbantu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen (Amin
Suyitno, 2006:10) sebagai berikut.
a) Tim (teams) yaitu pembentukan kelompok yang terdiri atas 4-5 siswa.
b) Tes penempatan (placement test) yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada
bidang tertentu.
c) Siswa kreatif (student creative) yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok
dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau
dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
d) Pembelajaran kelompok (team study) yaitu tahapan tindak belajar yang harus
dilaksanakan oleh kelompok. Dalam tahap ini guru dapat memberikan bantuan
secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.
e) Skor tim dan rekognisi tim (team scores and team recognition) yaitu pemberian
skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan
terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.
f) Kelompok pengajaran (teaching group) yaitu pemberian materi singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok.
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Tes fakta (facts test) yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang
diperoleh siswa.
h) Unit seluruh kelas (whole class units) yaitu pemberian materi oleh guru kembali
pada akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sangat
tergantung kepada penguasaan materi sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk
melanjutkan materi pelajaran berikutnya, sehingga dimungkinkan bagi siswa yang
menguasai materi prasyarat akan lebih mudah menerima pembelajaran.
Kelebihan model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.
a) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dalam pengelolaan
rutin.
b) Guru setidaknya akan menghabiskan waktunya untuk mengajar kelompokkelompok kecil.
c) Pelaksanaan model pembelajaran cukup sederhana. Siswa akan termotivasi
mempelajari materi secara cepat dan akurat dan tidak akan bisa berbuat curang.
d) Para siswa dapat melakukan pengecekan satu sama lain.
e) Model pembelajaran ini akan membagun kondisi untuk terbentuknya sikap
positif terhadap siswa berkemampuan di bawahnya.
Kekurangan model pembelajaran TAI adalah sebagai berikut.
a) Membutuhkan
waktu
yang
tidak
sedikit
dalam
membuat
perangkat
pembelajaran.
b) Dalam kelas yang besar dengan jumlah siswa yang banyak, guru akan kesulitan
dalam membimbing mereka.
Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik,
maka
dalam
penelitian
ini
digunakan
pula
model
pembelajaran
yang
dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran
TAI tersebut dimodifikasi sebagai berikut.
a) Siswa membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan  4-5 orang
(mengadopsi komponen teams).
b) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi pembelajaran secara individu
melalui pengamatan misalkan siswa diminta untuk mengamati peristiwa yang
berhubungan dengan pokok bahasan
fungsi
commit to
user misalnya antara siswa dengan
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan
mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam
tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang
relasi. (mengamati).
c) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa,
misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian
fungsi dan lain sebagainya (menanya). Kemudian siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan pamahaman tentang fungsi.
d) Guru memberikan materi secara singkat (mengadopsi komponen teaching
group).
e) Siswa diberikan LKS yang berisi pertanyaan atau masalah dan guru
mengarahkan dan membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian
masalah tersebut. Dalam hal ini siswa mencatat hal-hal yang penting dalam
diskusi kelas tersebut (mencoba). Kemudian siswa diberikan kuis secara
individual untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal (mengadopsi komponen
placement test).
f) Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok dan setiap
anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok. Setiap
siswa diminta mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk
mengkoreski jawaban yang diberikan dengan menerapkan konsep dan
keterampilan
yang
telah
dipelajari
sebelumnya
(mengasosiasi).
Guru
memberikan tugas kelompok berupa LKS (mengadopsi komponen student
creative).
g) Masing-masing kelompok diminta untuk menampilkan jawabannya di depan
kelas dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan
kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan (mengkomunikasikan).
Dalam hal ini guru memberikan bimbingan jika ada yang belum dipahami
(mengadopsi team study).
h) Ketua kelompok harus dapat menentukan bahwa setiap anggota telah memahami
materi dan siap diberikan tes oleh guru (mengadopsi komponen teams scores
and team recognition).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
39
digilib.uns.ac.id
i) Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai
peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
j) Guru memberikan tes secara individu untuk mengukur seberapa paham siswa
terhadap materi yang telah dipelajari (mengadopsi komponen fact test).
k) Menjelang akhir pembelajaran, guru memberikan latihan pendalaman secara
klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah (mengadopsi
komponen whole class unit).
2) Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dengan Pendekatan Saintifik
(NHT-PS)
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Heads Together) ini
dikembangkan oleh Spenser Kagan. Model pembelajaran ini melibatkan banyak
aktivitas siswa dalam pembelajaran terutama dalam mereview, saling bertukar ide
dan mendiskusikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru. Selain itu model
pembelajaran ini juga dapat mendorong semangat siswa untuk meningkatkan kerja
sama dalam kelompok. Model pembelajaran ini dapat digunakan pada semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
Pada dasarnya, model pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan
variasi dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya hampir sama dengan diskusi
kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk berkelompok. Masing-masing
anggota kelompok diberi nomor. Setelah selesai berdiskusi, guru memanggil nomor
tertentu untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Guru tidak
memberitahukan nomor berapa yang akan menyampaikan hasil diskusi selanjutnya.
Pemangggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat
dalam diskusi serta fokus pada pembelajaran. Selain itu juga menumbuhkan sikap
tanggung jawab pada diri siswa.
Menurut Trianto (2007:62) dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh
kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks model pembelajaran
kooperatif tipe NHT sebagai berikut.
a) Fase 1 : penomoran (numbering)
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan kepada
setiap anggota kelompok diberi nomor 1 sampai 5.
b) Fase 2 : mengajukan pertanyaancommit
(questionering)
to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok melalui LKS dan kepada setiap
kelompok mendiskusikan jawabannya.
c) Fase 3 : berfikir bersama (heads together)
Siswa menyatakan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d) Fase 4 : menjawab pertanyaan (answering)
Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil kerjasama mereka.
Menurut Miftahul A’la (2010:101) pembelajaran kooperatif tipe NHT
memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT adalah sebagai berikut.
a) Siswa menjadi siap dalam pembelajaran. Setiap anggota kelompok mempunyai
tanggung jawab yang sama untuk menjawab pertanyaan.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Siswa yang kurang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai
berikut.
a) Kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru.
b) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
c) Tidak
semua
anggota
kelompok
mempunyai
kesempatan
untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, guru dapat membuat catatan kecil
terkait dengan nomor-nomor yang sudah dipanggil dalam setiap pertemuan. Untuk
nomor yang belum dipanggil, dapat dipanggil pada pertemuan berikutnya.
Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik,
maka
dalam
penelitian
ini
digunakan
pula
model
pembelajaran
yang
dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran
NHT tersebut dimodifikasi sebagai berikut.
a) Siswa membentuk kelompok yang beranggotakan  4-5 orang secara heterogen.
Masing-masing anggota kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain
(fase numbering).
commit to user
41
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Masing-masing kelompok mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru melalui
pengamatan dengan tujuan siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
pemahamannya (fase questioning). Misalkan siswa diminta untuk mengamati
peristiwa yang berhubungan dengan materi fungsi misalnya antara siswa dengan
dengan jenis menu makanan yang disukai di kantin sekolah atau siswa dengan
mata pelajaran yang disukainya. Hubungan tersebut kemudian disajikan dalam
tabel. Dari tabel tersebut siswa akan menemukan sebuat permasalahan tentang
fungsi. (mengamati).
c) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa,
misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian
fungsi dan lain sebagainya (menanya).
d) Masing-masing kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengerti jawaban
tersebut (fase heads together). Dalam tahap ini guru mengarahkan dan
membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut.
Selama kegiatan diskusi berlangsung, guru berperan sebagai fasilitator.
(mencoba)
e) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan dengan menerapkan konsep dan keterampilan yang telah
dipelajari (fase answering dan mengasosiasi)
f) Siswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat boleh
menampilkan dan mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas
dan siswa lain diminta untuk memberikan tanggapan. (mengkomunikasikan)
g) Guru memberikan evaluasi.
b. Model Pembelajaran Klasikal dengan Pendekatan Saintifik (klasikal-PS)
Pembelajaran klasikal
adalah kegiatan mengajar guru yang menitik
beratkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu
secara umum. Dimyati dan Mudjiono (2009:162) menyatakan ciri-ciri yang
menonjol pada pembelajaran klasikal dapat ditinjau dari segi-segi berikut ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42
digilib.uns.ac.id
1) Tujuan pengajaran
Perilaku belajar mengajar di sekolah yang menganut sistem klasikal tampak
serupa. Dalam kelas terdapat siswa yang rata-rata berjumlah empat puluhan
siswa. Guru membantu siswa menghadapi kesukaran. Tujuan pembelajaran
yang menonjol adalah pemberian kesempatan dan keleluasaan siswa untuk
belajar berdasarkan kemampuan sendiri. Dalam pengajaran klasikal guru
menggunakan ukuran kemampuan rata-rata kelas.
2) Siswa dalam pembelajaran
Dalam pembelajaran klasikal guru mempunyai mempunyai tanggung jawab
yang besar dalam membelajarkan siswa.
3) Guru sebagai pembelajar
Peran guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran sangat besar. Peran
guru tersebut adalah membantu merencanakan kegiatan belajar siswa, dengan
musyawarah guru membantu siswa menetapkan tujuan belajar, membuat
program belajar sesuai kemampuan siswa, membicarakan pelaksanaan belajar,
menentukan kriteria keberhasilan belajar, menentukan waktu dan kondisi
belajar; berperan sebagai penasehat atau pembimbing dan membantu siswa
dalam penilaian hasil belajar.
Dalam pembelajaran klasikal berarti melaksanakan dua kegiatan sekaligus
yaitu pengelolaan kelas dan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan kelas adalah
penciptaan kondisi yang memungkinkan terselenggaranya kegiatan belajar dengan
baik. Pengelolaan pembelajaran bertujuan mencapai tujuan belajar. Tekanan utama
pembelajaran adalah seluruh anggota kelas.
Kelebihan model pembelajaran klasikal adalah sebagai berikut.
1) Secara ekonomis pembiayaan kelas lebih murah.
2) Mudah digunakan dalam kelas dengan jumlah siswa besar.
Kelemahan model pembelajaran klasikal adalah sebagai berikut.
1) Gangguan belajar dapat berasal dari individu maupun sekelompok individu.
2) Dalam pengelolaan kelas dapat terjadi masalah yang bersumber dari kondisi
tempat belajar misal ruang kelas kotor, papan tulis rusak, meja & kursi rusak
yang dapat mengganggu pembelajaran.
3) Siswa merasa cepat bosan karena
dominan
dengan metode ceramah.
commit
to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menyikapi implementasi kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik,
maka
dalam
penelitian
ini
digunakan
pula
model
pembelajaran
yang
dikombinasikan dengan pendekatan saintifik, sehingga sintaks model pembelajaran
kasikal tersebut dimodifikasi sebagai berikut.
a) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan kompetensi dasar
yang akan dicapai tentang materi fungsi.
b) Guru memberikan apersepsi dengan cara menyebutkan dan mendeskripsikan
hal-hal disekitar yang terkait dengan materi fungsi. Misalkan siswa diminta
untuk mengamati peristiwa yang berhubungan dengan pokok bahasan fungsi
misalnya antara siswa dengan dengan jenis menu makanan yang disukai di
kantin sekolah atau siswa dengan mata pelajaran yang disukainya. Hubungan
tersebut kemudian disajikan dalam tabel. Dari tabel tersebut siswa akan
menemukan sebuat permasalahan tentang fungsi.
c) Siswa diberikan tugas untuk mempelajari materi pembelajaran secara individu
melalui pengamatan terhadap peristiwa yang berkaitan dengan fungsi
(mengamati)
d) Melalui kegiatan mengamati, akan muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa,
misal: apa yang dimaksud dengan relasi, fungsi, bagaimana cara pernyajian
fungsi dan lain sebagainya (menanya)
e) Siswa mencermati masalah yang ada dalam LKS dan guru mengarahkan dan
membimbing siswa untuk menemukan sendiri penyelesaian masalah tersebut.
Dalam hal ini siswa mencatat hal-hal yang penting dalam diskusi kelas tersebut
(mencoba)
f) Siswa diminta mengungkapkan apa yang didapat dari hasil diskusi kelas untuk
menyelesaikan masalah yang diberikan dengan menerapkan konsep dan
keterampilan yang telah dipelajari (mengasosiasi)
g) Beberapa siswa diminta untuk menampilkan jawabannya di depan kelas dan
mempresentasikan jawabannya kepada seluruh anggota kelas dan siswa lain
diminta untuk memberikan tanggapan. (mengkomunikasikan)
h) Guru menutup pembelajaran dan membimbing siswa untuk meyimpulkan materi
yang telah dipelajari.
i) Siswa diberikan tugas untuk dikerjakan
commit di
to rumah.
user
44
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4.
Kecerdasan Majemuk
a. Teori Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan majemuk adalah kemampuan atau keterampilan dalam
berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan majemuk
(multiple intelligence) ini dicetuskan oleh Prof. Howard Gardner dari Harvard.
Garner mengembangkan multiple intelligence dengan menggunakan dasar dari hasil
kerja para pakar, salah satunya adalah Jean Piaget. Gardner akhirnya sampai pada
satu pandangan bahwa kecerdasan bukanlah sesuatu yang bersifat tetap. Kecerdasan
akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau
keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Kecerdasan bersifat
laten, ada pada setiap manusia tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda.
Menurut Gardner manusia mempunyai lebih dari satu kecerdasan. Teori kecerdasan
Gardner mengatakan bahwa seorang manusia paling tidak mempunyai delapan
kecerdasan yaitu kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan musikal, kecerdasan naturalis,
kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan kinestetik. Definisi kecerdasan majemuk
Howard Gardner (Danang T.Laksono & Kusumo Ekowati, 2012:100-102) adalah
sebagai berikut.
1) Kecerdasan bahasa adalah kepekaan pada makna dan susunan kata, kemampuan
seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan untuk
mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Kemampuan
ini berkaitan dengan pengembangan bahasa secara umum.
2) Kecerdasan
matematis-logis
adalah
kemampuan
untuk
menangani
relevansi/argumentasi serta mengenali pola dan urutan, kemampuan penggunaan
bilangan dan logika secara efektif, kepekaan pada logika, abstraksi, kategorisasi
dan perhitungan.
3) Kecerdasan
musikal
adalah
kemampuan
untuk
mengembangkan
dan
mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap
pola titinada, melodi, irama, dan nada ritme, melodi dan intonasi serta
kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, mencipta lagu, musik dan
nyanyian.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
4) Kecerdasan kinestesis tubuh adalah kemampuan seseorang untuk secara aktif
menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan
memecahkan masalah.
5) Kecerdasan spasial adalah kemampuan mengenal bentuk benda, melakukan
perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut,
menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk
nyata serta mengungkapkan data dalam bentuk grafik.
6) Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasi
aneka spesies, flora, dan fauna dalam lingkungan.
7) Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk memahami orang lain dan
membina komunikasi dengan orang lain, mengerti dan menjadi peka terhadap
perasaan, tekanan, motivasi, watak, dan temperamen orang lain.
8) Kecerdasan intrapersonal adalah pengetahuan tentang diri sendiri dan mampu
bertindak secara adaptif berdasarkan pengenalan diri, kemampuan berefleksi dan
menyimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan,
mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup,
dapat mengendalikan emosi.
Masing-masing tipe kecerdasan majemuk tersebut dapat diidentifikasi
berdasarkan kegiatan ataupun kecenderungan tingkah laku yang dilakukan oleh
siswa. Hoerr (2000:18-19) menyatakan identifikasi tersebut yang disajikan dalam
Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Identifikasi Kecerdasan Majemuk Gardner
Kecerdasan
Bahasa
Matematislogis
Musikal
Kinestetis
tubuh
Karakteristik
Menulis cerita dan esai; menceritakan lelucon, cerita, plesetan;
menggunakan kosakata luas; bermain word game; menggunakan
kata untuk menggambarkan sebuah citra.
Bekerja dengan angka, memecahkan masalah, menganalisis
situasi; memahami cara kerja sesuatu; memperlihatkan ketepatan
dalam pemecahan masalah; bekerja dalam situasi yang
mengandung jawaban yang jelas.
Mendengar dan bermain musik, menyesuaikan perasaan dengan
musik dan irama; bernyanyi dan bersenandung; menciptakan dan
meniru lagu.
Berolahraga dan aktif secara fisik; berani mengambil resiko
dengan tubuh mereka; menari, bermain peran, dan meniru gerak;
commit
to user dengan benda mekanis
membuat hasta karya
dan bermain
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Karakteristik
Kecerdasan
Spasial
Mencoret-coret, melukis atau menggambar; menciptakan tampilan
tiga dimensi; mengamati dan menciptakan peta dan diagram;
membongkar dan menyusun kembali barang-barang.
Naturalis
Meluangkan waktu di luar ruangan; mengumpulkan tanaman,
bebatuan, binatang; mendengarkan bunyi-bunyian di luar;
memperhatikan hubungan di alam; mengelompokkan flora dan
fauna.
Senang berteman banyak; memimpin, berbagi, menengahi;
membuat kesepakatan; membantu teman memecahkan masalah;
menjadi anggota tim yang efektif.
Interpersonal
Intrapersonal
Merenung; mengendalikan perasaan dan suasana hati sendiri;
mengejar minat pribadi dan menyusun agenda; belajar dengan
mengamati dan mendengarkan; menggunakan kecakapan
metakognitif.
Selama ini kita telah terlalu percaya bahwa kecerdasan identik dengan
hasil tes IQ. Semakin tinggi nilai IQ seseorang, maka semakin cerdas orang tersebut.
Selama ini kita juga percaya bahwa kecerdasan semata-mata ditentukan oleh faktor
genetik atau keturunan. Kepercayaan ini bertahan cukup lama hingga para ahli
menemukan hal penting yang turut berperan dalam menentukan perkembangan
kecerdasan. Adi W. Gunawan (2007) menyatakan ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan, yaitu
1) Lingkungan
Lingkungan yang kaya akan stimulus dan tantangan, dengan kadar yang
seimbang dan ditunjang dengan faktor dukungan dan pemberdayaan, akan
menguatkan “otot” mental dan kecerdasan seseorang. Riset yang dilakukan
Dr. Marian Diamond, pada tikus, membuktikan bahwa lingkungan yang kaya
stimulasi sangat membantu pertumbuhan koneksi sel otak. Hal yang sama juga
dapat terjadi pada otak manusia.
2) Kemauan dan Keputusan
Faktor kedua yang sangat erat hubungannya dengan faktor lingkungan, dalam
menentukan perkembangan kecerdasan, adalah faktor kemauan dan keputusan.
Kedua faktor ini adalah faktor motivasi. Motivasi yang positif akan muncul
sejalan dengan lingkungan yang kondusif. Sebaliknya bila lingkungannya sama
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
sekali tidak kondusif atau menantang, otak yang paling cerdas sekalipun tidak
akan dapat mengembangkan potensi intelektualnya.
3) Pengalaman Hidup
Hasil riset terkini menunjukkan bahwa potensi otak kita berkembang sejalan
dengan pengalaman hidup, khususnya pada masa bayi dan kanak-kanak. Bayi
yang lapar, lalu menangis, kemudian mendapatkan perhatian dan diberi susu,
akan merasakan suatu perasaan sukses. Sebaliknya bayi yang dibiarkan
menangis dalam waktu lama tanpa mendapat perhatian akan merasakan
kegagalan. Hal-hal kecil yang menunjukkan sukses maupun kegagalan yang
dialami oleh anak, bila terjadi berulang-ulang akan menjadi suatu program yang
menentukan seberapa besar potensi kecerdasan yang digunakan.
4) Genetika
Saat ini para pakar masih berbeda pendapat mengenai besarnya peran genetika
atau keturunan dan faktor lingkungan dalam menentukan perkembangan
kecerdasan. Namun hasil riset di bidang ilmu pengetahuan dan ilmu saraf
menunjukkan bahwa keduanya berpengaruh. Seperti yang telah dijelaskan,
pengalaman hidup mempunyai pengaruh terhadap respon kognitif. Gen kita
sebaliknya mempunyai pengaruh pada kewaspadaan, memori, kemampuan
sensori dan juga faktor kecerdasan lainnya.
5) Gaya Hidup
Entah kita sadari atau tidak, pilihan gaya hidup yang kita jalani sangat
berpengaruh terhadap level perkembangan kognitif kita. Mulai dari makanan
yang kita makan, orang yang menjadi kawan kita, jumlah jam tidur, olahraga,
obat, minuman, merokok, seberapa sering kita menggunakan otak kita untuk
berpikir, apa level berpikir yang digunakan dan masih banyak faktor lain.
Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tiga kategori kecerdasan
majemuk dari delapan kategori kecerdasan majemuk yang dikemukakan oleh
Howard Gardner tersebut. Tipe kecerdasan yang digunakan adalah kecerdasan
matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal. Ketiga tipe
kecerdasan tersebut sangat sesuai dengan materi fungsi dan model pembelajaran
kooperatif. Siswa berkecerdasan matematis-logis akan mudah mamahami materi
fungsi dan penerapannya dalam soal
dengan
kemampuan yang dimilikinya. Siswa
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
yang siswa yang suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik.
Siswa berkecerdasan linguistik cenderung mudah memahami suatu soal cerita
sehingga memudahkan mengerjakan soal. Siswa berkecerdasan interpersonal
cenderung suka kegiatan berkelompok dan mudah menyesuaikan diri dalam
kelompok-kelompok belajar. Mereka lebih nyaman belajar secara berkelompok dan
mudah menerima informasi dari teman sejawatnya.
1) Kecerdasan Matematis-Logis
Kecerdasan matematis-logis berhubungan dengan berhitung atau
menggunakan angka dalam kehidupan sehari-hari. Kecerdasan matematis-logis
menuntut seseorang berpikir secara logis, linier, teratur yang dalam teori belahan
otak disebut berpikir konvergen, atau dalam fungsi belahan otak, kecerdasan
matematis-logis merupakan fungsi kerja otak belahan kiri. Dalam perjalanan
hidup seseorang, kecerdasan matematis-logis memberikan andil yang sangat
besar terutama dalam membantu memberikan makna secara kuantitatif atas
suatu hasil yang dilakukannya.
Anak dengan kecerdasan matematis-logis yang berkembang adalah anak
yang mampu memecahkan masalah, mampu memikirkan dan menyusun solusi
dengan urutan yang logis. Mereka menyukai angka, urutan, logika dan
keteraturan. Mereka dapat mengerti pola dan hubungan serta mampu melakukan
proses berfikir deduktif dan induktif.
Menurut Gardner, model perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh
Jean Piaget secara garis besar sebenarnya merupakan gambaran dari
pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan matematika dan logika. Anak
dengan kecerdasan matematis-logis yang terasah dengan baik akan suka sekali
dalam mencari penyelesaian suatu masalah, menunjukkan minat yang besar
terhadap analogi dan silogisme. Mereka menyukai aktivitas yang melibatkan
angka, urutan, pengukuran, dan perkiraan.
Anak dengan kecerdasan matematis-logis menyukai kegiatan bermain
yang berkaitan dengan berpikir logis, seperti dam-daman, mencari jejak,
menghitung benda-benda, timbang menimbang, dan permainan strategi, suka
menyusun sesuatu dalam kategori seperti urutan besar ke kecil, panjang ke
pendek, dan mengklasifikasikan
benda-benda
yang memiliki sifat sama.
commit
to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecerdasan matematis-logis dikategorikan sebagai kecerdasan akademik, karena
dukungannya yang tinggi dalam keberhasilan studi seseorang. Dalam tes IQ,
kecerdasan
matematis-logis sangat diutamakan (Tadkiroatun Musfiroh,
2008:47-48).
2) Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan untuk menggunakan kata-kata
secara efektif, baik lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini mencakup kemampuan
untuk menangani struktur bahasa (sintaksis), suara (fonologi), dan arti
(semantik).
Kecerdasan linguistik bersifat universal. Daerah Broca di otak kita
bertanggung jawab terhadap kemampuan berkomunikasi, menghasilkan kalimat
denga struktur tata bahasa yang benar. Sedangkan daerah yang menangani
pengertian terhadap informasi verbal yang kita dengar adalah daerah Wernick,
pada Lobus Temporal.
Kecerdasan linguistik mencakup kepekaan terhadap arti kata, urutan
kata, suara, ritme dan intonasi dari kata yang diucapkan. Termasuk kemampuan
untuk mengerti kekuatan kata dalam mengubah kondisi pikiran dan
menyampaikan informasi.
Anak dengan kecerdasan linguistik yang terasah dengan baik akan
menunjukkan kesukaan dalam bermain dan manipulasi kata. Mereka biasanya
mempunyai perbendaharaan kata yang luas. Mereka menyukai puisi, rima,
permainan kata, dan pintar mengekspresikan diri mereka melalui tulisan maupun
lisan.
Anak
memfasilitasi
dengan
kecerdasan
kebutuhan
anak
linguistik
untuk
menyukai
berbicara,
kegiatan
yang
bernegosiasi
dan
mengekspresikan perasaan melalui kata-kata. Anak tersebut juga menikmati
permainan yang berkaitan dengan huruf-huruf, seperti mencocokkan huruf,
menukarkan huruf, menebak kata-kata dan kegiatan bermain lain yang
melibatkan bahasa baik lisan maupun tulisan.
Anak dengan kecerdasan linguistik memiliki minat terhadap buku. Anak
tersebut suka membuka lembar-lembar buku, bahkan ketika mereka belum
mampu membaca. Menurut Gardner,
commit to anak
user dengan kecerdasan linguistik
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mungkin telah menguasai kemampuan membaca dan menulis lebih dini daripada
akan-anak seusianya. Tadkiroatun Musfiroh (2008) menyatakan stimulasi
terhadap kecerdasan linguistik sangat penting, karena kecerdasan ini sangat
diperlukan dalam hampir semua bidang kehidupan. Tidak ada satu profesi pun
yang dapat dilepaskan dari pemanfaatan dan peran bahasa dalam berbagai
variasi bentuknya.
3) Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan
mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain. Peka pada ekpresi wajah,
suara dan gerakan tubuh orang lain dan ia mampu memberikan respon secara
efektif dalam berkomunikasi. Kecerdasan ini juga mampu untuk masuk ke
dalam diri orang lain, mengerti dunia orang lain, mengerti pandangan, sikap
orang lain dan umumnya dapat memimpin kelompok. Kecerdasan ini juga
melibatkan kepekaan pada ekspresi wajah, suara, dan gerakan tubuh dari orang
lain dan mampu memberikan respon secara efektif dalam berkomunikasi.
Dengan menggunakan kecerdasan interpersonal, kita akan mampu
mengamati perubahan kecil yang terjadi pada mood, perilaku, motivasi dan
perhatian orang lain. Siswa dengan kecerdasan interpersonal yang berkembang
dengan baik akan sangat menikmati kegiatan kelompok dan collaborative
learning. Mereka juga sangat suka dengan kegiatan yang mengharuskan mereka
melakukan pengamatan interaksi manusia, melakukan wawancara dengan orang
dewasa, menetapkan aturan kelas, menentukan dan membagi tugas dan tanggung
jawab dan mengikuti permainan yang melibatkan suatu konflik.
Menurut Gardner (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2008:54) kecerdasan
interpersonal dibangun oleh kemampuan inti untuk mengenali perbedaan
khususnya perbedaan besar dalan suasana hati, temperamen, motivasi, dan
takanan. Selain itu, kecerdasan interpersonal juga dipengaruhi oleh interaksi
sosial manusia. Menurut Armstrong (dalam Tadkiroatun Musfiroh, 2008:55-56)
siswa-siswa dengan kecerdasan interpersonal mempunyai banyak teman, mudah
bersosialisasi serta senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok,
menikmati permainan-permainan yang dilakukan secara berpasangan atau
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berkelompok, suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang
lain termasuk masalah ilmu dan informasi.
Karakteristik kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan
kecerdasan interpersonal yang digunakan dalam penelitian ini akan dijelaskan
dalam tabel berikut ini
Tabel 2.3 Karakteristik Kecerdasan Majemuk
Tipe Kecerdasan
Majemuk
Kecerdasan
Matematis-Logis
Karakteristik
a) Bekerja dengan angka, memecahkan masalah,
menganalisis situasi
b) Memahami cara kerja sesuatu
c) Memperlihatkan ketepatan dalam pemecahan
masalah
d) Bekerja dalam situasi yang mengandung jawaban
yang jelas
a) Menulis cerita dan esai
Kecerdasan
b) Menceritakan lelucon, cerita, dan plesetan
Linguistik
c) Menggunakan kosa kata yang luas
d) Bermain word game
e) Menggunakan kata untuk menggambarkan sebuah
citra
a) Senang berteman banyak
Kecerdasan
b) Memimpin, berbagi, menengahi
Interpersonal
c) Membuat kesepakatan
d) Membantu teman memecahkan masalah
e) Menjadi anggota tim yang efektif
b. Eksistensi Teori Kecerdasan Majemuk
Menurut teori kecerdasan majemuk, siswa belajar melalui berbagai macam
cara yang tidak selalu sama karena setiap siswa adalah unik. Namun, pada umumnya
siswa belajar melalui kombinasi dari beberapa cara. Cara-cara ini menunjukkan
peran kecerdasan yang berbeda pula. Siswa dengan kecerdasan linguistik mungkin
mengalami kesulitan memecahkan masalah angka, tetapi dapat memahami jika
permasalahan dibuat dalam bentuk cerita. Siswa dengan kecerdasan matematis-logis
mungkin mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada rangkaian huruf, tetapi
mudah terlibat angka dan senang berhitung. Siswa dengan kecerdasan matematislogis belajar melalui angka dan berpikir logis, belajar melalui pengkategorian,
mengelompokkan, manandai persamaan dan perbedaan benda-benda di sekeliling
mereka. Siswa dengan kecerdasan interpersonal cepat belajar dengan unteraksi
commit to user
verbal dengan guru dan teman mereka. Karena siswa memiliki cara yang berbeda
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dalam belajar, maka siswa cenderung belajar sesuatu yang disukainya. Siswa
menunjukkan minat yang berbeda pada setiap pembelajaran. Anak melakukan
interaksi positif dengan materi dan kecenderungannya.
B. Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan dipaparkan beberapa penelitian yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Atit Indriyani (2011) melakukan penelitian tentang efektivitas model
pembelajaran TAI dan TPS ditinjau dari sikap percaya diri siswa pada materi limit
fungsi dengan menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan
penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran yang penyajiannya dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI memperoleh hasil belajar
yang lebih
baik
dibandingkan pembelajaran
yang penyajiannya
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Persamaan penelitian ini
dengan penelitan yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran
TAI. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu
TPS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI
dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
Novi
Andri
Nurcahyono
(2013)
melakukan
penelitian
tentang
eksperimentasi model pembelajaran TPS dan NHT dengan pendekatan kontekstual
ditinjau dari inteligensi siswa pada materi pecahan dengan menggunakan metode
stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa
pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TPS memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan
pembelajaran yang penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dan pembelajaran langsung. Persamaan penelitian ini dengan
penelitan yang akan dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran NHT.
Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan yaitu TPS.
Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI dengan
NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
Reza Kusumah Setyansyah (2012) melakukan penelitian tentang
efektivitas model pembelajaran TAI
dan GI
ditinjau dari konsep diri pada materi
commit
to user
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
persamaan garis lurus dengan menggunakan metode stratified cluster random
sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe GI dan model pembelajaran
konvensional. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah penggunaan model pembelajaran TAI. Sedangkan perbedaannya adalah
model pembanding yang digunakan yaitu GI. Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
Sri Hartati Ningsih (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi
model pembelajaran GI dan TPS pada materi trigonometri ditinjau dari kecerdasan
logika matematika dengan menggunakan metode stratified cluster random
sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan bahwa pembelajaran yang
penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI
memperoleh hasil belajar yang lebih baik dibandingkan pembelajaran yang
penyajiannya dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.
Persamaan penelitian ini dengan penelitan yang akan dilakukan adalah penggunaan
tipe kecerdasan yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah model yang
digunakan yaitu GI dan TPS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model
pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
Isna Farahsanti (2012) melakukan penelitian tentang efektivitas model
NHT dan NHT dengan pendekatan Quantum Learning ditinjau dari kecerdasan
matematis logis pada materi persamaan garis lurus menggunakan metode stratified
cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan NHT dengan
pendekatan quantum learning dan dapat meningkatkan prestasi siswa ditinjau dari
kecerdasan matematis-logis. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah penggunaan model pembelajaran NHT dan tipe kecerdasan
majemuknya. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan
yaitu NHT dengan pendekatan quantum learning. Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
54
digilib.uns.ac.id
Raodatul Jannah (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi
model pembelajaran NHT, SNH dengan pendekatan realistik dan pembelajaran
langsung ditinjau dari kemandirian belajar menggunakan metode stratified custer
random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan prestasi belajar matematika
siswa dengan menggunakan model NHT mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan model
pembelajaran NHT. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang
digunakan yaitu SNH dengan pendekatan realistik. Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
Endang Hariyati (2013) melakukan penelitian tentang efektivitas model
pembelajaran TAI dan PBL ditinjau dari kecerdasan majemuk menggunakan
metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan
kecerdasan majemuk berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika dan pada
peserta didik yang dikenai model pembelajaran TAI, kategori matematis logis
memberikan prestasi belajar lebih baik daripada kategori interpersonal, kategori
linguistik memberikan prestasi belajar yang sama baiknya dengan kategori
interpersonal, kategori linguistik secara signifikan memberikan prestasi belajar
sama baiknya dengan kategori interpersonal. Peserta didik yang dikenai model
pembelajaran PBL, kategori linguistik memberikan prestasi yang lebih baik
daripada interpersonal, kategori matematis logis memberikan prestasi belajar sama
baiknya dengan kategori interpersonal. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu tipe TAI
dan tipe kecerdasan majemuk yang digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah
model pembanding yang digunakan yaitu PBL. Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) melakukan penelitian tentang
eksperimentasi model pembelajaran NHT dan Jigsaw ditinjau dari kecerdasan
majemuk menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan
penelitiannya menunjukkan bahwa
kecerdasan
matematis-logis, kecerdasan
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
55
digilib.uns.ac.id
linguistik dan kecerdasan interpersonal mempunyai pengaruh yang sama terhadap
prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan
dilakukan adalah model pembelajaran NHT dan tipe kecerdasan majemuk yang
digunakan. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan
yaitu Jigsaw. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran
TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
Jemani (2013) melakukan penelitian tentang eksperimentasi model
pembelajaran Jigsaw dan GI ditinjau dari kecerdasan majemuk menggunakan
metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan
bahwa kecerdasan linguistic, matematis-logis dan ruang visual mempunyai
pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tipe kecerdasan majemuk yang
digunakan (matematis-logis dan linguistik). Sedangkan perbedaannya adalah model
pembelajaran yang digunakan yaitu Jigsaw dan GI. Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
Fransiskus Gatot Iman Santoso (2010) melakukan penelitian tentang
efektivitas model pembelajaran PBL dan GI ditinjau dari kecerdasan majemuk
menggunakan metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya
menunjukkan bahwa kecerdasan linguistik, matematis-logis, ruang visual dan
interpersonal mempunyai pengaruh yang sama terhadap prestasi belajar
matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah tipe kecerdasan majemuk yang digunakan (matematis-logis, linguistic dan
interpersona). Sedangkan perbedaannya adalah model pembelajaran yang
digunakan yaitu PBL dan GI. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model
pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
Awofala & Nneji (2013) dalam jurnalnya meneliti tentang efektivitas
Model Framing (CFS) dan TAI terhadap prestasi siswa dalam matematika dengan
menggunakan metode random sampling. Temuan penelitiannya menyatakan bahwa
penggunaan pembelajaran kooperatif tipe TAI efektif dalam pembelajaran
matematika. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah model pembelajaran yang commit
digunakan
yaitu tipe TAI dalam pembelajaran
to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
matematika. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding yang digunakan
yaitu CFS. Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model pembelajaran TAI
dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
Maheadi et al. (2006) meneliti tentang keefektifan model pembelajaran
NHT tanpa penghargaan dan NHT dengan penghargaan dengan menggunakan
metode stratified cluster random sampling. Temuan penelitiannya menunjukkan
penerapan model pembelajaran koperatif NHT dengan pemberian penghargaan
lebih efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa dibandingkan model
pembelajaran koperatif NHT tanpa pemberian penghargaan. Persamaan penelitian
ini dengan penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang
digunakan yaitu tipe NHT. Sedangkan perbedaannya adalah model pembanding
yang digunakan yaitu NHT dengan penghargaan. Dalam penelitian ini peneliti
membandingkan model pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan
dengan pendekatan saintifik.
La Suha Ishabu (2013) malakukan penelitian tentang penggunaan model
pembelajaran NHT pada pembelajaran matematika. Metode yang digunakan adalah
dengan
metode
observasi,
dokumentasi
dan
catatan
lapangan.
Temuan
penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran NHT dapat
meningkatkan prestasi belajar matematika. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian yang akan dilakukan adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu
tipe NHT. Sedangkan perbedaannya adalah tidak adanya model pembelajaran yang
digunakan sebagai pembanding karena jenis penelitiannya adalan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini peneliti membandingkan model
pembelajaran TAI dengan NHT yang dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.
C. Kerangka Berpikir
Menurut Purwanto (2011:110) kerangka berfikir adalah argumentasi dalam
merumuskan hipotesis yang merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap
masalah yang diajukan. Pada kenyataannya, selama ini pembelajaran matematika
kurang efektif karena siswa lebih sering menghafal dibandingkan memahami materi
pembelajaran. Sehingga pembelajaran matematika kurang berhasil dicapai oleh
siswa. Terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi
keberhasilan pembelajaran
commit
to user
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
matematika. Salah satu faktor yang paling menentukan adalah model pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Guru sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk aktif mengikuti pembelajaran sehingga siswa dapat
mengalami sendiri dan lebih mendalami materi yang diajarkan. Sehingga dengan
cara ini diharapkan prestasi belajar matematika dapat meningkat.
1. Kaitan model pembelajaran dengan prestasi belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran besar pengaruhnya terhadap keberhasilan
siswa dalam pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi siswa dan kesesuaiannya dengan materi yang disampaikan oleh guru akan
memudahkan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang maksimal. Penggunaan
model pembelajaran yang tepat akan membuat siswa merasa nyaman dan
bersemangat dalam pembelajaran matematika. Sehingga dengan cara ini diharapkan
dapat meningkatkan prestasi belajar yang diperoleh siswa dalam pelajaran
matematika. Model pembelajaran yang akan diterapkan dalam penelitian ini adalah
model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe
NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS.
Model
pembelajaran
kooperatif
tipe
TAI-PS
merupakan
model
pembelajaran yang membentuk kelompok-kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
siswa dengan latar belakang cara berfikir yang berbeda. Namun sebelum
membentuk kelompok tersebut, guru terlebih dahulu memberikan tes secara
individu yang nantinya hasil pekerjaan masing-masing siswa akan menjadi bahan
untuk diskusi. Dalam kegiatan diskusi tersebut siswa diharapkan aktif untuk
memahami dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Dalam model pembelajaran
ini, diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa yang pandai dapat membantu
terhadap siswa yang kurang pandai. Hal ini dilakukan untuk keberhasilan
kelompoknya karena pada tahap selanjutnya guru akan memberikan kuis secara
individual. Selain itu guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan
perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis
berikutnya. Di samping itu diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
kelompok.
Siswa
keterampilannya,
yang
pandai
sedangkan
dapat
siswa
yang
mengembangkan
kurang
commit to user
pandai
kemampuan
dapat
dan
terbantu
perpustakaan.uns.ac.id
58
digilib.uns.ac.id
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Sehingga siswa akan lebih mempunyai
tanggung jawab individual untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS melibatkan
banyak aktivitas siswa dalam pembelajaran terutama dalam mereview, saling
bertukar ide dan mendiskusikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.
Selain itu model pembelajaran ini juga dapat mendorong semangat siswa untuk
meningkatkan kerja sama dalam kelompok. Dalam penerapannya pertama-tama,
guru meminta siswa untuk berkelompok. Masing-masing anggota kelompok diberi
nomor. Setelah selesai, berdiskusi, guru memanggil nomor untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan
menyampaikan hasil diskusi selanjutnya. Pemangggilan secara acak ini akan
memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi serta fokus pada
pembelajaran. Selain itu juga menumbuhkan sikap tanggung jawab pada diri siswa.
Namun dalam penerapannya ada kemungkinan tidak semua anggota kelompok
dipanggil oleh guru, sehingga tidak semua anggota kelompok mempunyai
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Disisi lain ada
kemungkinan nomor yang sudah dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru. Hasil
diskusi yang diperoleh bisa jadi tidak berasal dari diskusi semua anggota kelompok
tersebut. Ada anggota kelompok yang hanya bergantung pada hasil akhir diskusi
kelompoknya. Dalam hal ini tanggung jawab individual dalam penerapan model
pembelajaran koperatif tipe NHT-PS dimungkinkan lebih rendah dibandingkan
model pembelajaran koperatif tipe TAI-PS.
Pada model pembelajaran klasikal-PS dengan metode ceramah, bagi siswa
cenderung monoton dan membosankan jika diterapkan pada pembelajaran
matematika. Dengan demikian diduga penggunaan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI-PS memberikan hasil belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model
pembelajaran klasikal-PS.
2. Kaitan kecerdasan majemuk dengan prestasi belajar matematika.
Prestasi belajar matematika siswa tidak hanya dipengaruhi oleh model
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Faktor internal yang berasal dari diri siswa
seperti minat, motivasi, sikap, intelegensi
(kecerdasan)
dan aktivitas belajar juga
commit to
user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mempunyai peran penting dalam pencapaian prestasi belajar matematika.
Kecerdasan majemuk yang dimiliki siswa tentunya berbeda antara siswa satu
dengan siswa yang lainnya. Keserdasan majemuk tersebut diketegorikan menjadi
delapan kelompok, yaitu (1) kecerdasan linguistik, (2) kecerdasan matematis-logis,
(3) kecerdasan ruang-visual, (4) kecerdasan kinestetik-badani, (5) kecerdasan
musikal, (6) kecerdasan sosial, (7) kecerdasan intrapersonal, (8) kecerdasan
lingkungan/naturalis.
Dalam penelitian ini tipe kecerdasan majemuk yang digunakan adalah
kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal.
Siswa yang suka dengan angka cenderung menggunakan kecerdasan matematislogis. Siswa dengan kecerdasan matematis-logis akan lebih mudah menyesuaikan
diri dan dapat dengan mudah memahami materi serta mandiri dalam belajar
matematika. Hal ini dikarenakan karakteristik pelajaran matematika yang memiliki
objek kajian yang abstrak, berpola deduktif dan pemecahan masalah. Tetapi pada
siswa dengan kecerdasan selain kecerdasan matematis-logis masih memerlukan
bantuan guru untuk memahami materi yang kurang jelas.
Siswa yang suka bekerja dalam kelompok cenderung menggunakan
kecerdasan interpersonal. Pada pembelajaran matematika diperlukan juga kerja
sama dalam satu kelompok dalam suatu model pembelajaran kooperatif. Siswa
tersebut akan lebih mudah bersosialisasi dan berinteraksi dengan siswa lainnya
sehingga siswa dapat memperoleh pemahaman dari siswa yang lainnya. Siswa yang
suka membaca cenderung menggunakan kecerdasan linguistik. Siswa dengan
kecerdasan linguistik hanya mempunyai kemampuan untuk menjelaskan dengan
bahasa yang lebih baik.
Dengan demikian dimungkinkan prestasi belajar matematika siswa
berkecerdasan matematis-logis lebih baik dibandingkan dengan siswa berkecerdasan
linguistik atau interpersonal. Dan prestasi belajar matematika siswa berkecerdasan
interpersonal lebih baik dibandingkan dengan berkecerdasan linguistik. Dengan
perbedaan kadar tersebut, diharapkan dapat bekerja sama dengan baik pada
pembelajaran matematika.
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Kaitan kecerdasan majemuk dengan prestasi belajar matematika pada
masing-masing model pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap
prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Selain itu juga berpengaruh terhadap
motivasi,
minat,
kecerdasan
dan
aktivitas
belajar.
Pembelajaran
yang
menggabungkan antara model pembelajaran dan kecerdasan yang dimiliki siswa
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Penggunaan model
pembelajaran tidak selalu
efektif di setiap situasi karena adanya perbedaan
kecerdasan majemuk pada siswa.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS siswa diberi
bekerja secara individu dan membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan latar
belakang cara berpikir yang berbeda dan saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan. Dalam hal ini diterapkan bimbingan antar teman yaitu siswa
yang pandai bertanggungjawab terhadap siswa yang kurang pandai. Dengan hal ini
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalan kelompok kecil. Ini berarti
siswa berkecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan
interpersonal dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang sama baiknya.
Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS siswa akan
dibagi ke dalam kelompok belajar yang heterogen. Dalam menyampaikan hasil
diskusi ada kemungkinan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru,
sehingga tidak semua anggota kelompok mempunyai kesempatan untuk
mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Hasil diskusi yang diperoleh bisa
jadi tidak berasal dari diskusi semua anggota kelompok tersebut. Ada anggota
kelompok yang hanya bergantung pada hasil akhir diskusi kelompoknya. Dalam hal
ini tanggung jawab individual dalam penerapan model pembelajaran koperatif tipe
NHT-PS lebih rendah dibandingkan model pembelajaran koperatif tipe TAI-PS.
Pada model pembelajaran ini, siswa berkecerdasan interpersonal dan matematislogis dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan
siswa berkecerdasan linguistik.
Dan siswa berkecerdasan matematis-logis
dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang sama baiknya dengan siswa
berkecerdasan interpersonal.
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran klasikal-PS yang berpusat pada guru masih sering digunakan
dalam pembelajaran sehari-hari. Model pembelajaran ini biasanya menggunakan
metode ceramah dalam pelaksanaannya. Pada model pembelajaran ini, siswa
berkecerdasan matematis-logis dimungkinkan akan mencapai prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan siswa berkecerdasan linguistik dan siswa berkecerdasan
interpersonal. Siswa berkecerdasan linguistik mempunyai prestasi belajar yang sama
lebih baik daripada siswa berkecerdasan interpersonal.
Terlepas dari hal tersebut, model pembelajaran dan tipe kecerdasan siswa
adalah faktor yang penting dalam pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe
TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran
klasikal-PS sama-sama menuntut keaktifan dari siswa untuk mengembangkan
kecerdasan yang dimilikinya dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar yang
diperoleh bisa meningkat.
4. Kaitan model pembelajaran dengan prestasi belajar matematika pada
masing-masing kecerdasan majemuk.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap
kecerdasan dan prestasi belajar yang diperoleh oleh siswa. Pembelajaran yang
menggabungkan antara model pembelajaran dan kecerdasan yang dimiliki siswa
diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika. Penggunaan model
pembelajaran tidak selalu efektif di setiap situasi karena adanya perbedaan
kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh siswa.
Pada siswa berkecerdasan matematis logis dimungkinkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran apapun, model pembelajaran TAI-PS,
NHT-PS ataupun model pembelajaran klasikal-PS akan mencapai prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan tipe kecerdasan linguistik dan
interpersonal. Hal ini disebabkan karena kemampuan matematika yang dimilikinya
dalam menyelesaikan masalah matematika. Siswa berkecerdasan matematis-logis
cenderung bisa bekerja dengan angka, pola, memecahkan masalah dan
menganalisis situasi pada situasi apapun baik dalam kegiatan belajar secara
berkelompok maupun sendirian.
commit to user
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada siswa berkecerdasan linguistik dimungkinkan prestasi belajar
matematika dengan menggunakan model pembelajaran TAI-PS lebih baik daripada
menggunakan model pembelajaran NHT-PS ataupun model pembelajaran
klasikal-PS. Prestasi belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran
NHT-PS lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran klasikal-PS. Hal
ini disebabkan siswa berkecerdasan linguistik cenderung menyukai pola belajar
dengan mendengar, mencatat,
dan membaca. Pada penggunaaan model
pembelajaran TAI-PS dan NHT-PS siswa dituntut untuk berfikir, berdiskusi dan
mengungkapkan hasil diskusinya. Namun pada model pembelajaran TAI-PS siswa
lebih punya tanggung jawab secara individu untuk lebih mamahami materi
pembelajaran. Pada penggunaan model pembelajaran klasikal dengan pendekatan
saintifik siswa dituntut untuk mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari
guru.
Pada siswa berkecerdasan interpersonal dimungkinkan prestasi belajar
dengan penggunaan model pembelajaran TAI-PS sama baiknya dengan
menggunakan model pembelajaran NHT-PS. Prestasi belajar matematika dengan
menggunakan model pembelajaran TAI-PS atau NHT-PS lebih baik daripada
menggunakan model pembelajaran klasikal-PS. Hal ini dikarenakan siswa dengan
kecerdasan interpersonal lebih menyukai bekeja kelompok dibandingkan bekerja
sendirian. Selain itu siswa berkecerdasam interpersonal cenderung mudah
berinterksi dan bersosialissi dengan orang lain.
Terlepas dari hal tersebut, model pembelajaran dan tipe kecerdasan siswa
adalah faktor yang penting dalam pembelajaran. Kecerdasan majemuk kategori
kecerdasan matematis logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan anterpersonal
sama-sama menuntut siswa untuk mengembangkan kecerdasan yang dimilikinya
dalam penggunaan model pembelajaran sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat
optimal.
D. Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011: 64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah
dinyatakan dalam bentuk kalimatcommit
pernyataan”.
to user Berdasarkan kajian teori dan
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kerangka berfikir yang telah dikemukakan, maka dalam penelitian ini dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut.
1.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model
pembelajaran
klasikal-PS.
Pembelajaran
dengan
menggunakan
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika
yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran
klasikal-PS.
2.
Siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik dan
kecerdasan interpersonal. Sedangkan siswa dengan kecerdasan interpersonal
mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan
kecerdasan linguistik.
3.
a. Pada model
matematika
pembelajaran kooperatif
siswa
dengan
tipe TAI-PS, prestasi belajar
kecerdasan
matematis-logis,
kecerdasan
interpersonal dan kecerdasan interpersonal adalah sama baik.
b. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS, prestasi belajar
matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis maupun siswa
dengan kecerdasan interpersonal sama baiknya. Prestasi belajar matematika
siswa dengan kecerdasan matematis-logis atau interpersonal lebih baik
daripada siswa dengan kecerdasan linguistik.
c. Pada model pembelajaran klasikal-PS, prestasi belajar matematika siswa
dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan
kecerdasan interpersonal atau siswa dengan kecerdasan linguistik. Pestasi
belajar matematika siswa dengan kecerdasan linguistik lebih baik daripada
prestasi belajar matemetika siswa dengan kecerdasan interpersonal.
4.
a. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis, pengunaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS, model pembelajaran kooperatif tipe
NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS memberikan prestasi belajar
matematika yang sama baiknya.
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik, prestasi belajar matematika
dengan
model
dibandingkan
pembelajaran
dengan
prestasi
kooperatif
belajar
tipe
TAI-PS
matematika
lebih
dengan
baik
model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS.
Prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT-PS lebih baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika
dengan model pembelajaran klasikal-PS.
c. Pada
siswa
dengan
kecerdasan
interpersonal,
penggunaan
model
pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS dan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT-PS memberikan prestasi belajar matematika yang sama baiknya.
Penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS dan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS memberikan prestasi belajar yang
lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS.
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri di Kabupaten Ngawi pada
siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai bulan Maret 2014 sampai
bulan Januari 2015 yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap
analisis data dan tahap penyelesaian. Adapun rincian tahap penelitian tersebut
adalah sebagai berikut.
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan yang meliputi penyusunan proposal tesis, permohonan
ijin penelitian, dan penyusunan instrumen penelitian dilaksanakan pada
bulan Maret 2014 sampai bulan Agustus 2014.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yang meliputi pengambilan data kemampuan awal siswa,
uji keseimbangan, uji coba instrumen, pengambilan data kecerdasan
majemuk siswa, pelaksanaan pembelajaran (eksperimen) sebanyak 6 kali
pertemuan, dan pengambilan data prestasi belajar siswa. Tahap ini
dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai bulan November 2014.
c. Tahap analisis data
Tahap analisis data dilaksanakan pada bulan November 2014 sampai
Desember 2014
d. Tahap penyelesaian tesis
Tahap penyelesaian meliputi penyusunan laporan dan penulisan tesis yang
dimulai pada bulan Desember 2014 sampai bulan Januari 2015.
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu karena
peneliti tidak mungkin melakukan
kontrol
atau manipulasi semua variabel yang
commit
to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
relevan kecuali beberapa dari variabel yang diteliti. Hal ini sesuai dengan
pendapat Budiyono (2003:82) bahwa tujuan penelitian eksperimental semu
adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan informasi yang
dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas yaitu model
pembelajaran dan kecerdasan majemuk dengan variabel terikat adalah prestasi
belajar matematika siswa. Model pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran
klasikal-PS sedangkan tipe kecerdasan majemuk yang akan diteliti adalah
kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal.
Dalam penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3x3 yang digambarkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tipe Kecerdasan Majemuk (B)
Model Pembelajaran (A)
MatematisLogis (b1)
Linguistik (b2)
Interpersonal
(b3)
TAI-PS (a1)
(ab)11
(ab)12
(ab)13
NHT-PS(a2)
(ab)21
(ab)22
(ab)23
Klasikal-PS(a3)
(ab)31
(ab)32
(ab)33
Keterangan:
A
: Model pembelajaran
B
: Tipe kecerdasan majemuk
a1
: Model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS
a2
: Model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS
a3
: Model pembelajaran klasikal-PS
b1
: Kecerdasan matematis-logis
b2
: Kecerdasan linguistik
b3
: Kecerdasan interpersonal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
(ab) 11 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan memiliki kecerdasan matematis- logis.
(ab) 12 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan memiliki kecerdasan linguistik.
(ab)
13
: Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan memiliki kecerdasan interpersonal.
(ab) 21 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS dan memiliki kecerdasan matematis- logis.
(ab) 22 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS dan memiliki kecerdasan linguistik.
(ab)
23
: Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS dan memiliki kecerdasan interpersonal.
(ab) 31 : Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
klasikal-PS dan memiliki kecerdasan matematis-logis.
(ab)
32
: Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
klasikal-PS dan memiliki kecerdasan linguistik.
(ab)
33
: Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran
klasikal-PS dan memiliki kecerdasan interpersonal.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas
VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2014/2015.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah masing-masing tiga
kelas dari tiga sekolah yang diambil dan masing-masing kelas tersebut
digunakan sebagai kelas eksperimen. Masing-masing kelas eksperimen akan
diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran TAI-PS pada kelas
eksperimen pertama, model pembelajaran NHT-PS pada kelas eksperimen kedua
dan model pembelajaran klasikal-PS pada kelas eksperimen ketiga.
commit to user
68
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan stratified
cluster random sampling. Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel
didasarkan pada nilai Ujian Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi. Data
nilai Ujian Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 1. Cara menentukan sampelnya adalah sebagai berikut.
a.
Dari seluruh SMP Negeri di Kabupaten Ngawi dilakukan stratified random
sampling yaitu pengelompokkan peringkat sekolah pada nilai Ujian
Nasional 2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi menjadi tiga tingkatan yaitu
tinggi, sedang, dan rendah. Kategori pengelompokan sekolah disajikan pada
tabel berikut.
Tabel 3.2 Kategori Pengelompokan Sekolah
Kategori
Tinggi
Sedang
Rendah
Skor
1
X  
2
1
1
   X  
2
2
1
X  
2
Keterangan:
X : rata-rata nilai ujian nasional matematika yang diperoleh oleh masing-
masing SMP di Kabupaten Ngawi
 : rerata dari rata-rata nilai ujian nasional matematika semua SMP
se-Kabupaten Ngawi
 : standar deviasi nilai ujian nasional matematika semua SMP
se-Kabupaten Ngawi
b.
Dari masing-masing tingkatan (tinggi, sedang, dan rendah) dilakukan
cluster random sampling dengan memilih satu sekolah secara acak.
c.
Dari sekolah yang terpilih masing-masing diambil 3 kelas penelitian sebagai
kelas eksperimen.
Sebelum diberikan perlakuan pada masing-masing kelas eksperimen,
terlebih dahulu dilakukan uji keseimbangan untuk memastikan bahwa
kemampuan awal ketiga kelas dalam keadaan seimbang. Uji keseimbangan ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean pada ketiga populasil
commit to user
69
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang diambil. Namun sebelumnya diperlukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
dan uji homogenitas.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan
variabel terikat.
1. Variabel Bebas
a. Model Pembelajaran
1) Definisi Operasional
Model pembelajaran adalah seperangkat cara yang digunakan
oleh guru dalam mengimplementasikan rencana yang telah disusun
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2) Indikator
Pemberian
eksperimen
perlakuan
yaitu
yang
perlakuan
berbeda
dengan
terhadap
tiga
menggunakan
kelas
model
pembelajaran TAI-PS pada kelas eksperimen pertama, model
pembelajaran NHT-PS pada kelas eksperimen kedua dan model
pembelajaran klasikal-PS pada kelas eksperimen ketiga.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala nominal yang
terdiri dari tiga kategori kelas eksperimen yaitu kelas yang diberi
perlakuan dengan model pembelajaran TAI-PS pada kelas pertama,
model pembelajaran NHT-PS pada kelas kedua dan model
pembelajaran Klasikal-PS pada kelas ketiga.
4) Simbol : ai ; i  1,2,3
a1  Model pembelajaran kooperatif TAI-PS
a 2  Model pembelajaran kooperatif NHT-PS
a3  Model pembelajaran klasikal-PS
b. Kecerdasan Majemuk
1) Definisi Operasional
Kecerdasan majemuk adalah kemampuan atau keterampilan
commit to user
dalam berbagai bidang yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.
perpustakaan.uns.ac.id
70
digilib.uns.ac.id
Dalam penelitian ini meliputi kecerdasan matematis-logis, linguistik,
dan interpersonal yang datanya diperoleh melalui angket kecerdasan
majemuk.
2) Indikator
Skor angket kecerdasan majemuk siswa.
3) Skala Pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval yang
kemudian diubah ke dalam skala nominal yang terdiri dari tiga
kategori yaitu tiga tipe kecerdasan majemuk yang dominan dimiliki
oleh siswa antara kecerdasan matematis logis, kecerdasan linguistik
dan kecerdasan interpersonal.
4) Simbol : b j ; j  1,2,3
b1  Siswa berkecerdasan matematis-logis
b2  Siswa berkecerdasan linguistik
b3  Siswa berkecerdasan interpersonal
2. Variabel Terikat
a. Definisi operasional
Prestasi belajar matematika adalah hasil yang dicapai oleh siswa
pada periode tertentu setelah proses pembelajaran matematika pokok
bahasan fungsi berlangsung yang dinyatakan dalam hasil tes berupa nilai.
b. Indikator
Nilai prestasi belajar matematika diperoleh dengan tes pada
pokok bahasan fungsi setelah menggunakan model pembelajaran TAIPS, model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS.
c. Skala pengukuran
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala interval.
d. Simbol : ABij ; i  1,2 ; j  1,2,3
Ai  Jumlah data pada baris ke-i
B j  Jumlah data pada kolom ke-j
ABij  Jumlah data pada baris ke-i dan kolom ke-j
commit to user
71
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Angket
Menurut
Budiyono
(2003:47)
metode
angket
adalah
cara
pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan
pula secara tertulis. Angket ini diberikan secara langsung kepada siswa
untuk mendapatkan data tentang tipe kecerdasan majemuk.
2. Metode Tes
Metode tes adalah cara pengumpulan data yang menghadapkan
sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau suruhan-suruhan kepada subjek
penelitian. Metode tes ini berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda untuk
memperoleh data tentang prestasi belajar matematika siswa dan diberikan
pada akhir pembelajaran.
3. Metode Dokumentasi
Metode dukumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dengan melihat dokumen-dokumen yang telah ada. Metode dokumentasi ini
digunakan untuk mengetahui nilai awal siswa sebagai pedoman prestasi
belajar matematika siswa sebelum penelitian. Nilai awal diambil dari nilai
Ujian Akhir Semester Genap tahun pelajaran 2013/2014.
F. Teknik dan Instrumen untuk Mengumpulkan Data
1. Tahap Penyusunan
a. Tes
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang prestasi
belajar matematika. Bentuk tes yang digunakan adalah tes objektif
(pilihan ganda) yang diberikan kepada ketiga kelas eksperimen setelah
diberi
perlakuan
dengan
model
pembelajaran
TAI-PS,
model
pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS. Soal tes
prestasi belajar yang digunakan sebanyak 20 butir soal namun uji coba
tes tersebut akan diberikan sebanyak 30 butir soal. Langkah-langkah
penyusunan tes adalah sebagai berikut:
1) Menyusun materi yang
digunakan
commit
to useruntuk membuat soal tes.
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Menyusun kisi-kisi soal tes.
3) Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat
sebelumnya.
4) Memberikan skor pada jawaban soal tes yaitu bernilai 1 untuk
jawaban benar dan bernilai 0 untuk jawaban salah. Nilai yang
diperoleh siswa dihitung dengan cara N=Bx5 dengan B adalah
jumlah jawaban yang benar. Sehingga rentang nilai untuk tes prestasi
belajar adalah 0  N  100 .
b. Angket
Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data tentang
tipe kecerdasan majemuk siswa. Angket kecerdasan majemuk yang
digunakan sebanyak 30 butir angket yang terdiri dari 10 butir angket
kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik, dan
10 butir angket kecerdasan interpersonal yang terdiri dari 10 butir angket
kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik, dan
10 butir angket kecerdasan interpersonal. Namun uji coba tes tersebut
akan diberikan sebanyak 48 butir angket. Langkah-langkah penyusunan
angket adalah sebagai berikut.
1) Menyusun materi yang digunakan untuk membuat angket.
2) Membuat kisi-kisi angket.
3) Menyusun
angket
berdasarkan
kisi-kisi
yang
telah
sebelumnya.
4) Menentukan skor angket.
Tabel 3.3 Kriteria Pemberian Skor Angket
Jenis Pernyataan
Pernyataan positif
Alternatif Jawaban
A (selalu)
B (sering)
C (kadang-kadang)
D (tidak pernah)
Pernyataan negatif
A (selalu)
B (sering)
C (kadang-kadang)
D user
(tidak pernah)
commit to
Skor
4
3
2
1
1
2
3
4
dibuat
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Skor yang diperoleh siswa dihitung dengan cara menjumlahkan skor
yang diperoleh siswa berdasarkan kriteria penskoran pada masingmasing butir angket. Skor untuk kecerdasan matematis-logis,
linguistik, dan interpersonal dihitung sendiri-sendiri. Pengkategorian
siswa ke dalam tipe kecerdasan tertentu dilakukan dengan melihat
skor yang paling dominan di antara ketiga skor kecerdasan tersebut.
Sehingga rentang nilai untuk angket kecerdasan majemuk adalah
10  skor  40 .
2. Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan
reliabilitas instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Instrumen yang
bisa dikenakan kepada sampel penelitian hanyalah instrumen yang telah
terbukti baik dan reliabel.
a. Uji coba instrumen angket
1) Uji validitas angket
Validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur
secara tepat sesuatu yang diinginkan untuk diukur. Validitas yang
dipakai dalam penelitian ini adalah validitas isi. Penilaian ini
dilakukan melalui penilaian para pakar. Para pakar menilai apakah
kisi-kisi yang dibuat telah mewakili substansi yang akan diukur.
Selanjutnya, para pakar menilai apakah masing-masing butir
instrumen yang telah disusun relevan dengan kisi-kisi yang telah
ditentukan.
2) Uji reliabilitas angket
Reliabilitas menunjukkan keajegan hasil pengukuran dalam
angket. Untuk reliabilitas angket pada penelitian ini digunakan rumus
Cronbach Alpha, yaitu:
2
 n   s i
r11  
 1
2
 n  1 
st
Keterangan:
r11 = indeks reliabilitas instrumen
commit to user
n  banyaknya butir instrumen




74
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
 s i2 = jumlah variansi butir
s 2t = variansi total
Angket dikatakan reliabel jika r11  0,7. Instrumen angket yang
digunakan dalam penelitian ini ada tiga tipe yaitu angket kecerdasan
matematis-logis, angket kecerdasan linguistik dan angket kecerdasan
interpersonal.
Masing-masing
reliabilitasnya sendiri-sendiri.
angket
tersebut
dihitung
Dalam penellitian ini, angket
digunakan jika indeks reliabilitas r11  0,7.
Budiyono (2003:70)
3) Konsistensi Internal
Semua butir instrumen harus mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Ini berarti ada korelasi
positif antara skor masing-masing butir tersebut. Konsistensi internal
masing-masing butir dilihat dari korelasi antara skor butir-butir
tersebut dengan skor totalnya. Biasanya
untuk menghitung
konsistensi internal untuk butir ke-i, rumus yang digunakan adalah
rumus korelasi momen produk dari Karl Pearson berikut.
rxy 
n  XY   X  Y 
n X
2

  X  n  Y 2   Y 
2
2

Dengan:
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir soal ke-i
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen)
X = skor butir ke-i (dari subjek uji coba)
Y = skor total (dari subjek uji coba)
Butir soal tersebut angket dipakai jika indeks konsistensi internal
rxy  0,3. Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini ada
tiga tipe yaitu angket kecerdasan matematis-logis, angket kecerdasan
linguistik dan angket kecerdasan interpersonal. Masing-masing
commit to user
angket tersebut dihitung indeks konsistensi internalnya sendiri-
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sendiri. Jika indeks konsistensi internal untuk butir ke-i rxy  0,3
maka butir tersebut harus dibuang.
Budiyono (2003:65)
b. Uji coba instrumen tes
Instrumen tes digunakan untuk mengetahui prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan fungsi. Sebelum instrumen digunakan,
terlebih dahulu dilakukan uji coba instrumen untuk mengetahui validitas
isi, daya beda, tingkat kesukaran dan reliabilitas.
1) Uji validitas isi
Menurut
Anastasi
&
Urbina
(1997:113),
validitas
berhubungan dengan apakah tes mengukur apa yang mesti diukurnya
dan seberapa baik dia melakukannya. Purwanto (2011) menyatakan
validitas isi adalah pengujian validitas dilakukannya atas isinya untuk
memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang
ingin diukur.
Pengujian validitas isi dilakukan dengan menelaah
butir yaitu dengan cara mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis
dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Menurut
Budiyono (2003:58) untuk tes hasil belajar, agar tes mempunyai
validitas isi, harus diperhatikan hal-hal berikut
a) Bahan ujian (tes) harus merupakan sampel yang representatif
untuk mengukur sampai seberapa jauh tujuan pembelajaran
tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan maupun dari sudut
proses belajar.
b) Titik berat bahan yang harus diujikan harus seimbang dengan titik
berat bahan yang telah diajarkan.
c) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum
diajarkan untuk menjawab soal-soal ujian dengan benar.
2) Uji Daya Beda
Menurut
Purwanto
(2011:102)
daya
beda
adalah
kemampuan butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan
to user dihitung atas dasar pembagian
rendah. Daya beda commit
pada dasarnya
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa ke dalam dua kelompok yaitu kelompok atas (berkemampuan
tinggi) dan kelompok bawah (berkemampuan rendah). Indeks daya
pembeda suatu butir dicari dengan mencari koefisien korelasi antara
skor butir tersebut dengan skor total pesera tes. Rumus uji daya beda
dengan menggunakan koefisien biserial titik adalah sebagai beriku.
D  rbis
n  XY   X  Y 
n X
2

  X  n  Y 2   Y 
2
2

Dengan:
X adalah skor butir dan Y adalah skor total.
Budiyono (2003:65)
Indeks daya pembeda ini merentang dari -1 sampai dengan 1.
Berdasarkan nilai rentang daya pembeda di atas terdapat tiga
kemungkinan yaitu,
a) Jika semua siswa baik kelompok atas maupun kelompok bawah
sama-sama menjawab benar atau sama-sama menjawab salah
maka butir soal tidak mempunyai kemampuan membedakan yang
ditunjukkan oleh indeks daya pembedanya sama dengan nol.
b) Jika siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih
banyak daripada kelompok bawah yang menjawab benar maka
indeks daya pembeda akan bernilai positif.
c) Jika siswa kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih
sedikit daripada kelompok bawah yang menjawab benar maka
indeks daya pembeda akan bernilai negatif.
d) Butir soal mempunyai indeks daya pembeda tinggi apabila siswa
kelompok atas yang dapat menjawab benar lebih banyak daripada
siswa kelompk bawah yang dapat menjawab benar dengan
perbandingan tertentu hingga indeks daya pembeda minimal
+0,30.
Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir
soal dengan indeks daya pembeda D  0,3 . Jika tidak memenuhi
indeks daya pembeda tersebut, butir soal tidak digunakan dalam
commit to user
penelitian.
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tingkat Kesukaran
Anas Sudijono (2011) menyatakan bermutu atau tidaknya
butir-butir item tes pertama-tama dapat diketahui dari derajat
kesukaran atau taraf kesulitan yang dimiliki oleh masing-masing
butir item tersebut. Butir-butir item tes dapat dinyatakan sebagai
butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak
terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat
kesukaran item itu adalah sedang. Rumus untuk menentukan tingkat
kesukaran adalah
P
B
JS
Dengan
P = angka indeks kesukaran item
B = banyaknya siswa yang menjawab benar terhadap butir item yang
bersangkutan
JS = jumlah siswa yang mengikuti tes prestasi belajar
Nilai tingkat kesukaran butir ini merentang antara 0 sampai 1.
Tingkat kesukaran sebuah butir sama dengan 0 terjadi bila semua
siswa tidak ada yang menjawab dengan benar, sebaliknya tingkat
kesukaran sebuah butir sama dengan 1 apabila semua siswa
menjawab dengan benar pada butir tersebut. Berikut penafsiran
(interpretasi) terhadap angka indeks kesukaran item.
Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran
Besarnya P
P  0,3
Interpretasi
sukar
0,3  P  0,7
sedang
P  0,7
mudah
Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir
soal dengan kategori sedang yaitu butir soal yang memiliki indeks
kesukaran 0,3  P  0,7 . Butir soal yang memiliki indeks kesukaran
P  0,3 atau P  0,7 tidak digunakan dalam penelitian.
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika hasil pengukuran
tersebut memberikan hasil yang relatif sama apabila dilakukan
beberapa kali pengukuran pada orang ataupun waktu yang berlainan.
Dalam penelitian ini menggunakan rumus Kuder-Richardson karena
instrumen bersifat dikotomi yaitu untuk jawaban yang benar diberi
skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0. Rumus Kuder
Richardson adalah sebagai berikut.
2
 n  st   pi qi
r11  

2
st
 n  1 




Dengan:
r11 =indeks reliabilitas instrumen
n =banyaknya butir instrumen
p i =proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada butir ke-i
qi  1  pi
2
s t =variansi total
Suatu butir instrumen dikatakan dikatakan reliabel jika
indeks reliabilitas instrumen r11  0,7 . Dalam penelitian ini, butir
soal digunakan apabila indeks reliabilitas butir soal lebih dari 0,7.
G. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Menurut Budiyono (2009:168) uji normalitas digunakan untuk
mengetahui sampel yang berasal dari populasi berdistribusi nornal atau
tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Liliefors
dengan
mempertimbangkan
kelebihannya
yaitu
penggunaan/
perhitungannya yang sederhana serta cukup kuat meskipun dengan
ukuran sampel yang kecil. Langkah-langkah uji normalitas dengan uji
Liliefors adalah sebagai berikut
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Hipotesis
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2) Taraf signifikansi a  5%
3) Statistik uji
L  maks F(zi )  S(z i )
Dimana:
F(zi )  P(Z  z i ) ; Z ~ N(0,1)
S(z i )  proporsi cacah Z  z i terhadap seluruh cacah z i
z  skor standar, dimana z 
i
i
X
X X
i
SD
 Xi
n
SD 
 Xi
2

( X i ) 2
n 1
n
dengan
SD  standar deviasi sampel
X  mean sampel
4) Daerah Kritik
DK  {L | L  Lα ;n } dengan Lα ;n dari tabel Lilliefors
5) Keputusan Uji
H 0 ditolak jika L  DK atau H 0 tidak ditolak jika L  DK
(Budiyono, 2009 :170-172)
b. Uji Homogenitas
Menurut Budiyono (2009:174) uji homogenitas digunakan untuk
mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang mempunyai
variansi yang homogen. Uji homogenitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji Bartlett dengan langkah-langkah sebagai berikut:
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Hipotesis
H 0 : σ1  σ 2  σ 3 ( variansi populasi homogen)
2
2
2
H1 : tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen)
2) Taraf signifikansi a  5%
3) Statistik uji
χ2 

2,303
2
f log RKG   f j lo g s j
c

dengan
χ 2 ~ χ 2 (k  1)
c  1
1  1 1 
 
3(k  1)  f j f 
RKG  rerata kuadrat galat 
 SS
f
 X 

 n  1s
n
j
j
2
SS j 
X
2
j
j
j
2
j
j
k  banyak populasi  banyak sampel
k
f  derajat kebebasan untuk RKG  N  k   f j
j1
f j  derajat kebebasan untuk s j 2  n j  1
j  1, 2, ..., k
N  banyak seluruh nilai (ukuran)
n j  banyaknya nilai (ukuran) sampel ke  j
4) Daerah kritik

DK  χ 2 | χ 2  χ 2 ;k 1

5) Keputusan uji
H 0 ditolak jika χ 2  DK atau H 0 diterima jika χ 2  DK
(Budiyono, 2009:176-177)
c. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan sebelum sub populasi dikenai
commit to user
perlakuan yang berbeda. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah sub
81
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
populasi tersebut berasal dari populasi yang seimbang. Dengan kata lain,
secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari tiga
populasi yang independen. Statistik uji yang digunakan adalah anava
satu jalan dengan sel tak sama. Model dari analisis variansi satu jalan
dengan frekuensi sel tak sama adalah sebagai berikut:
X ij     j   ij
dengan:
X ij = data ke-i pada perlakuan ke-j
 = rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
 j =  j   = efek perlakukan ke-j pada variabel terikat
 ij = X ij   j = deviasi data X ij terhadap rerata populasinya yang
berdistribusi normal dengan rerata 0 dan variansi  2  ij .
i  1,2,..., n j
;
j  1,2,..., k
k = cacah populasi (cacah perlakuan, cacah klasifikasi)
(Budiyono,2009:195-196)
Prosedur uji hipotesis dalam analisis variansi satu jalan dengan sel tak
sama adalah sebagai berikut.
1) Hipotesis
H 0 : 1   2   3 (ketiga sub populasi mempunyai kemampuan awal
yang sama)
H 1 : paling sedikit ada dua rerata yang tidak sama (ketiga sub
populasi mempunyai kemampuan awal yang berbeda)
2) Taraf Signifikansi a  5%
3) Statistik Uji
F
RKA
RKG
4) Daerah kritik
DK  F | F  F ;k -1,N-k 
5) Keputusan Uji
commit to user
Ho ditolak jika F DK
82
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Budiyono, 2009:199-200)
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan frekuensi sel tak sama. Model analisis variansi dua jalan
dengan frekuensi sel tak sama adalah
X ijk     i   j  ( ) ij   ijk
dengan:
X ijk
: data amatan ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j

: rerata dari seluruh data amatan
i
: efek baris ke-i pada variabel terikat
j
: efek kolom ke-j pada variabel terikat
( ) ij : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
 ijk
: deviasi data amatan terhadap rataan populasinya (  ij )
yang berdistribusi normal dengan rataan 0 dan variansi   ij .
2
i = 1,2,3 dengan 1 = model pembelajaran kooperatif tipe TAI-PS
2 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT-PS
3 = model pembelajaran klasikal-PS
j = 1,2,3 dengan 1 = tipe kecerdasan matematis-logis
2 = tipe kecerdasan linguistik
3 = tipe kecerdasan interpersonal
k  1,2,..., nij ; nij = banyaknya data amatan pada sel ij
(Budiyono, 2009:207-208)
Langkah-langkah analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak
sama adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis
Analisis variansi dua jalur ini terdapat tiga pasang hipotesis
1) H 0 A :  i  0 untuk setiap i  1, 2, 3, ..., p
(tidak ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar
commit to user
matematika siswa)
83
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H 1 A : paling sedikit ada satu  i yang tidak nol
(ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar
matematika siswa)
2) H 0 B :  j  0 untuk setiap j  1, 2, 3, ..., q
(tidak ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi
belajar matematika siswa)
H 1B : paling sedikit ada satu  j yang tidak nol
(ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar
matematika siswa)
3) H 0 AB : ( ) ij  0
untuk
setiap
i  1, 2, 3, ..., p
dan
j  1, 2, 3, ..., q
(tidak ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
majemuk terhadap prestasi belajar matematika siswa)
H 1 AB : paling sedikit ada satu  ij yang tidak nol
(ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
majemuk terhadap prestasi belajar matematika siswa)
b. Taraf Signifikansi   5%
c. Statistik Uji
Analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama
didefinisikan dengan notasi-notasi sebagai berikut.
nij  ukuran sel ij (sel pada baris ke  i dan kolom ke  j )
 banyaknya data amatan pada sel ij
 frekuensi sel ij
nh  rerata harmonik frekuensi seluruh sel 
N   nij  banyaknya seluruh data amatan
i, j
commit to user
pq
1

i , j nij
84
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
SS ij   X ijk2
k


  X ijk 

 k
nij
2
 jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
AB ij  rerata pada sel ij
Ai   AB ij  jumlah rerata pada baris ke  i
j
B j   AB ij  jumlah rerata pada kolom ke  j
i
G   AB ij  jumlah rerata semua sel
i, j
Untuk memudahkan proses perhitungan, didefinisikan besaran
(1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut.
(1) 
G2
pq
(3)  
i
(2)   SS ij
i, j
Ai2
q
(4)  
j
B 2j
p
(5)   AB ij
2
i, j
Analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama terdapat
lima macam jumlah kuadrat sebagai berikut.
1) Jumlah kuadrat baris (JKA)
JKA  n h (3)  (1)
2) Jumlah kuadrat kolom (JKB)
JKB  n h (4)  (1)
3) Jumlah kuadrat interaksi (JKAB)
JKAB  n h (1)  (5)  (3)  (4)
4) Jumlah kuadrat galat (JKG)
JKG  (2)
5) Jumlah kuadrat total (JKT)
JKT  JKA  JKB  JKAB  JKG
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Derajat kebebasan masing-masing jumlah kuadrat adalah sebagai
berikut.
dkA  p  1
dkB  q  1
dkAB  ( p  1)(q  1)
dkG  N  pq
dkT  N  1
Rerata kuadrat yang diperoleh berdasarkan jumlah kuadrat dan
derajat kebebasan adalah sebagai berikut.
RKA 
JKA
dkA
RKB 
JKB
dkB
RKAB 
RKG 
JKAB
dkAB
JKG
dkG
Statistik uji analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama
terdapat tiga macam, yaitu
a) Untuk H 0 A adalah Fa 
RKA
merupakan nilai dari variabel
RKG
random berdistribusi F dengan derajat kebebasan ( p  1) dan
( N  pq)
b) Untuk H 0 B adalah Fb 
RKB
merupakan nilai dari variabel
RKG
random berdistribusi F dengan derajat kebebasan (q  1) dan
commit to user
( N  pq)
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) Untuk H 0 AB adalah Fab 
RKAB
merupakan nilai dari variabel
RKG
random berdistribusi F dengan derajat kebebasan ( p  1)(q  1)
dan ( N  pq)
d. Daerah Kritik
Daerah kritik untuk masing-masing nilai F di atas adalah
1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK  F | F  F ; p 1, N  pq 
2) Daerah kritik untuk Fb adalah DK  F | F  F ;q 1, N  pq 
3) Daerah kritik untuk Fab adalah
DK  F | F  F ;( p 1)( q 1), N  pq 
e. Keputusan Uji
1) Jika Fa  DK maka H 0 A ditolak
2) Jika Fb  DK maka H 0 B ditolak
3) Jika Fab  DK maka H 0 AB ditolak
(Budiyono, 2009: 229-231)
Berikut akan disajikan tabel rangkuman dari analisis variansi dua jalan.
Tabel 3.5
Tabel Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Sumber
Variansi
JK
dk
RK
F
Baris ( A)
JKA
p 1
RKA
Fa
F ; p 1, N  pq
Kolom ( B)
JKB
q 1
RKB
Fb
F ;q 1, N  pq
Fab
F ;( p 1)( q 1), N  pq
Interaksi ( AB) JKAB
( p  1)(q  1) RKAB
Galat
JKG
N  pq
Total
JKT
N 1
Ftabel
RKG
3. Uji Komparasi Ganda
Analisis variansi jika dibandingkan dengan uji beda mean, maka analisis
variansi mempunyai keuntungan yaitu dapat dilakukan uji beda mean untuk
commit to user
lebih dari dua kelompok. Namun demikian analisis variansi mempunyai
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kelemahan yaitu apabila H 0 ditolak, peneliti hanya mengetahui ada
perbedaan efek yang diberi perlakuan berbeda. Namun peneliti belum
mengetahui bahwa perlakuan-perlakuan mana yang secara signifikan
berbeda dengan yang lain.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, jika H 0 ditolak maka perlu
dilakukan uji lanjut anova. Salah satu model yang dapat digunakan adalah
dengan model Scheffe’ untuk uji komparasi ganda. Langkah-langkah untuk
menggunakan model Scheffe’ adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi mean yang ada
Jika terdapat k perlakuan, maka ada
k (k  1)
pasangan mean dan
2
rumusan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
2) Taraf signifikansi   5%
3) Menentukan hipotesis, statistik uji dan daerah kritik
a) Komparasi rerata antar baris
Hipotesis
H 1 :  i.   j .
H 0 :  i.   j .
Statistik uji
Fi. j . 
X
i.
 X j.

2
1
1 
RKG  
n

 i. n j . 
Keterangan:
Fi. j.  nilai Fobs pada perbandingan baris ke  i dan baris ke  j
X i.  rerata pada baris ke  i
X j .  rerata pada baris ke  j
RKG  rerata kuadrat galat , yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ni.  ukuran sampel baris ke  i
n j.  ukuran sampel baris ke  j
commit to user
88
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Daerah Kritik
DK  F | F  ( p  1) F ; p 1, N  pq 
b) Komparasi rerata antar kolom
Hipotesis
H 1 : .i  . j
H 0 : .i  . j
Statistik uji
F.i . j 
X
.i
 X. j

2
1
1 
RKG   
n

 .i n. j 
Daerah kritik
DK  F | F  (q  1) F ;q 1, N  pq 
c) Komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
Hipotesis
H 1 :  ij   kj
H 0 :  ij   kj
Statistik uji
Fij  kj 
X
ij
 X kj

2
 1
1 
RKG 

n

 ij nkj 
Keterangan:
Fij  kj = nilai Fobs pada perbandingan rerata sel ij dan rerata
pada sel kj
X ij  rerata pada sel ij
X kj  rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat
nij  ukuran sel ij
nkj  ukuran sel kj
Daerah kritik
DK  F | F  ( pq  1) F ; pq1, N  pq 
commit to user
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d) Komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
Hipotesis
H 1 :  ij   ik
H 0 :  ij   ik
Statistik uji
Fij ik 
X
ij
 X ik

2
 1
1 
RKG  
n

 ij nik 
Daerah kritik
DK  F | F  ( pq  1) F ; pq1, N  pq 
4) Keputusan uji
H 0 ditolak jika F  DK atau H 0 diterima jika F DK
(Budiyono, 2009:215-217)
commit to user
90
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian
Pada bab sebelumnya telah dibahas bahwa populasi penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri yang ada di Kabupaten Ngawi tahun
pelajaran 2014/2015. Pengambilan sampel didasarkan pada nilai Ujian Nasional
2012/2013 SMP di Kabupaten Ngawi. Berdasarkan Lampiran 1 nilai-nilai
tersebut dikelompokkan dari yang tertinggi ke yang terendah dan diperoleh ratarata sebesar 4,32 dan simpangan baku sebesar 0,93. Data nilai tersebut
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah.
Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1 Kategori Pengelompokan Sekolah
Kategori
Tinggi
Skor
rata  rata  4,79
Sedang
3,86  rata  rata  4,79
Rendah
rata  rata  3,86
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 4.1 yang termasuk kategori
tinggi antara lain SMP N 2 Ngawi, SMP N 1 Ngawi, dan SMP N 1 Geneng.
Sekolah yang ternasuk kategori sedang antara lain SMP N Kwadungan, SMP N 1
Paron, dan SMP N 3 Kedunggalar. Sekolah dengan kategori rendah antara lain
SMP N 2 Geneng, SMP N 2 Jogorogo, dan SMP N 4 Kendal. Selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 2. Kemudian dari masing-masing kategori (kategori
tinggi, sedang, dan rendah) dipilih satu sekolah secara cluster random sampling.
Pada SMP kategori tinggi terpilih SMP N 1 Ngawi, pada SMP kategori sedang
terpilih SMP N 1 Paron, dan pada SMP kategori rendah terpilih SMP N 2
Geneng. Dari sekolah yang terpilih, masing-masing diambil 3 kelas sebagai kelas
eksperimen yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran
NHT-PS, dan model pembelajaran klasikal-PS. Pemilihan kelas tersebut
berdasarkan diskusi antara peneliti dan guru pelajaran matematika sehingga
diperoleh kelas penelitian sebagai berikut.
commit to user
91
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.2 Daftar Kelas Penelitian
No
1
2
3
Sekolah
Kelas Model Pembelajaran Banyak Siswa
8G
TAI-PS
34
SMP N 1 Ngawi
8F
NHT-PS
34
8E
klasikal-PS
34
8D
TAI-PS
32
SMP N 1 Paron
8F
NHT-PS
32
8E
klasikal-PS
31
8D
TAI-PS
26
SMP N 2 Geneng
8C
NHT-PS
26
8B
klasikal-PS
26
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat jumlah sampel penelitian yang dikenai
model pembelajaran TAI-PS adalah 92 siswa, dikenai model pembelajaran
NHT-PS adalah 92 siswa, dan yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS
adalah 91 siswa. Sehingga jumlah semua sampel penelitian sebanyak 275 siswa.
2. Analisis Kemampuan Awal Siswa
Sebelum penelitian dilaksanakan terlebih dahulu dikumpulkan data-data
prestasi belajar siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Data prestasi
siswa tersebut diambil dari nilai Ujian Akhir Semester Genap tahun pelajaran
2013/2014 yang disajikan dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Deskripsi Data Nilai Ujian Akhir Semester Genap
Tahun Pelajaran 2013/2014
Populasi
N
Nilai
Nilai
Rata-rata
Maksimal Minimal
TAI-PS
92
83
30
61,1304
NHT-PS
92
85
30
64,0326
klasikal-PS
91
83
33
65,7033
Data tersebut digunakan pada uji keseimbangan
Standar
Deviasi
15,7370
13,9445
12,5481
untuk mengetahui
apakah populasi mempunyai kemampuan awal yang sama. Sebelum peneliti
melakukan uji keseimbangan terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji
homogenitas variansi populasi sebagai uji prasyarat pada uji keseimbangan.
a. Uji Normalitas Kemampuan Awal
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikansi sebesar 5%.
commit to user
Uji normalitas ini dilakukan sebanyak tiga kali yaitu uji normalitas terhadap
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
populasi model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS, dan
model pembelajaran klasikal-PS. Uji normalitas selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4. Rangkuman uji normalitas kemampuan awal dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4 Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa
Populasi
Lmax
Ltabel
TAI-PS
0,0874
NHT-PS
klasikal -PS
Kesimpulan
0,0924
Keputusan
H 0 diterima
0,0727
0,0924
H 0 diterima
Normal
0,0852
0,0929
H 0 diterima
Normal
Normal
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa untuk ketiga populasi H 0 diterima. Hal ini
menunjukkan populasi untuk model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan
klasikal-PS berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas Kemampuan Awal
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berasal
dari variansi-variansi yang sama. Uji homogenitas ini menggunakan uji
Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas ini dilakukan
sebanyak satu kali pada ketiga kelas eksperimen. Uji homogenitas
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Rangkuman uji homogenitas
kemampuan awal siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Rangkuman Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa
 2 hitung
 2 tabel
Populasi
k
Keputusan
Kesimpulan
TAI-PS, NHT-PS,
H 0 diterima
3
4,6289
5,9915
Homogen
dan klasikal-PS
Pada Tabel 4.5 terlihat bahwa H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa
populasi untuk model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS
mempunyai variansi yang sama.
c. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal
Setelah dipenuhi bahwa populasi model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS,
dan klasikal-PS berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan
mempunyai variansi yang sama, peneliti melakukan uji keseimbangan
menggunakan analisis variansi satu jalur dengan frekuensi sel tak sama
dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Berdasarkan perhitungan diperoleh
commit to user
Fobs  2,4519 dengan F0,05;2;272  3,0290 dan diperoleh keputusan uji
perpustakaan.uns.ac.id
93
digilib.uns.ac.id
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan ketiga populasi penelitian mempunyai
rerata yang sama. Dapat disimpulkan populasi untuk model pembelajaran
TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS mempunyai kemampuan awal yang sama.
Uji keseimbangan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
3. Analisis Instrumen Penelitian
Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti menyusun
instrumen penelitian berupa angket kecerdasan majemuk dan tes prestasi belajar
matematika. Angket kecerdasan majemuk terdiri dari kisi-kisi dan uji coba
angket. Selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7 dan 8. Tes prestasi belajar
terdiri dari kisi-kisi, ujicoba tes, kunci jawaban dan lembar jawab. Selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 12, 13 dan 17. Setelah menyusun instrumen
penelitian, peneliti harus melakukan beberapa pengujian agar instrumen tersebut
layak digunakan untuk mengambil data-data penelitian.
a. Instrumen Angket Kecerdasan Majemuk
Instrumen angket kecerdasan majemuk yang disusun berupa pernyataanpernyataan singkat dengan empat alternatif jawaban yaitu selalu, sering,
kadang, dan tidak pernah. Instrumen angket kecerdasan majemuk yang dibuat
sebanyak 48 butir angket untuk uji coba berdasarkan kisi-kisi yang dibuat
yang terdiri dari 16 butir angket kecerdasan matematis-logis, 16 butir angket
kecerdasan linguistik, dan 16 butir angket kecerdasan interpersonal. Dari 48
butir soal tersebut diambil 30 butir angket yang terdiri dari 10 butir angket
kecerdasan matematis-logis, 10 butir angket kecerdasan linguistik, dan 10
butir angket kecerdasan interpersonal yang digunakan untuk mengumpulkan
data kecerdasan majemuk.
1) Uji Validitas Isi Angket Kecerdasan Majemuk
Angket kecerdasan majemuk terlebih dahulu perlu divalidasi oleh
validator yang ahli di bidangnya untuk mengetahui kelayakan butir-butir
pernyataan yang dibuat. Uji validasi isi ini dilakukan oleh tiga orang
dosen psikologi yang ahli di bidang pendidikan yaitu Choiriyah
Widyasari, M.Psi, Psi, Maslichah R, Janah, S.Psi, M.Psi dan Nur
Fauziyah, S.Psi, Psi. Terdapat beberapa saran dari validator berkaitan
commit
to user
dengan validasi antara lain
bahasa
yang digunakan dalam butir angket
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibuat sesederhana mungkin karena subjek penelitian masih anak SMP,
item pernyataan disesuaikan dengan bidang penelitian, tata bahasa dan
format penulisan angket menggunakan EYD yang benar.
2) Uji Coba Angket Kecerdasan Majemuk
Selain divalidasi, angket ini harus diujicoba terlebih dahulu dengan
tujuan untuk mengetahui kekonsistenan dan kereliabelan angket. Uji
coba angket kecerdasan majemuk ini dilakukan pada kelas VIIIA SMP
Negeri 4 Ngawi sebanyak 34 siswa.
Data hasil ujicoba angket
kecerdasan majemuk dapat dilihat pada Lampiran 10.
a) Uji Konsistensi Internal Angket Kecerdasan Majemuk
Butir angket dipakai jika indeks konsistensi internal
rxy  0,3 .
Instrumen angket yang digunakan dalam penelitian ini ada tiga tipe
yaitu angket kecerdasan matematis-logis, angket kecerdasan linguistik
dan angket kecerdasan interpersonal. Masing-masing tipe kecerdasan
dihitung konsistensi internalnya sendiri-sendiri dengan menggunakan
rumus korelasi produk momen Karl Pearson. Perhitungan konsistensi
internal angket kecerdasan majemuk dapat dilihat pada Lampiran 10.
Rangkuman perhitungan konsistensi internal dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.6 Rangkuman Perhitungan Konsistensi Internal Angket
Kecerdasan Majemuk
Tipe Kecerdasan
Majemuk
rxy
Nomor Item
Keterangan
rxy  0,3
5, 9, 11, 13,
tidak dipakai
Matematis-logis
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 10, 12,
rxy  0,3
dipakai
14, 15, 16
rxy  0,3
22, 24, 25, 28
tidak dipakai
Linguistik
17, 18, 19, 20, 21, 23, 26,
rxy  0,3
dipakai
27, 29, 30, 31, 32
rxy  0,3
37, 41, 46
tidak dipakai
Interpersonal
33, 34, 35, 36, 38, 39, 40,
rxy  0,3
dipakai
42, 43, 44, 45, 47, 48
Pada Tabel 4.6 dapat dilihat bahwa dari 16 item untuk kecerdasan
matematis-logis butir pernyataan yang dapat digunakan sebanyak 12
commit to user
item, dari 16 item untuk kecerdasan linguistik butir pernyataan yang
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat digunakan sebanyak 12 item, dan dari 16 item untuk kecerdasan
interpersonal butir pernyataan yang dapat digunakan sebanyak 13
item.
Berdasarkan analisis konsistensi internal tersebut, dari item
pernyataan yang baik hanya diambil 10 item untuk masing-masing
tipe kecerdasan. Dengan demikian terdapat item pernyataan yang
konsistensinya tinggi tetapi tidak disertakan untuk mengumpulkan
data penelitian yaitu item pernyataan nomor 3, 14, 23, 34, 35, 39, dan
42. Item tersebut tidak digunakan untuk mengumpulkan data karena
item yang terpilih telah mewakili semua indikator kecerdasan
majemuk yang diukur.
b) Uji Reliabilitas Angket Kecerdasan Majemuk
Suatu butir instrumen dikatakan dikatakan reliabel jika indeks
reliabilitas instrumen r11  0,7 . Dalam penelitian ini, butir soal
digunakan apabila indeks reliabilitas butir soal lebih dari 0,7. Dalam
penelitian
ini
menggunakan
rumus
Cronbach
Alpha
yang
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 10. Rangkuman hasil
perhitungan koefisien reliabilitas angket kecerdasan majemuk dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Perhitungan Koefisien Reliabilitas
Angket Kecerdasan Majemuk
r11
Tipe Kecerdasan Majemuk
Matematis-logis
0,837
Linguisik
0,821
Interpersonal
0,876
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat koefisien
r11  0,7 Kesimpulan
r11  0,7
reliabel
r11  0,7
reliabel
r11  0,7
reliabel
reliabilitas ketiga angket
kecerdasan majemuk tersebut r11  0,7 berarti angket tersebut reliabel
dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian.
b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika
Instrumen tes prestasi belajar matematika yang disusun berupa tes
objektif berbentuk pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yaitu A, B,
C, dan D. Instrumen tes prestasi belajar yang digunakan sebanyak 30 butir
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
soal untuk uji coba. Dari 30 butir soal tersebut diambil 20 butir soal yang
digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika.
1) Uji Validitas Isi Tes Prestasi Belajar Matematika
Uji validitas tes prestasi belajar matematika diakukan dengan
menggunakan pedoman validasi berupa lembar check list (√) oleh tiga
orang validator yang ahli di bidangnya yaitu Getut Pramesti, M.Si, dosen
Universitas
Sebelas
Maret,
Dra.
N.Setyaningsih,
M.Si,
dosen
Universitas Muhammadiyah Surakarta dan Cicilia Budi Ardiani, S.Pd
guru matematika SMP Negeri 1 Paron. Terdapat beberapa saran dari
validator terkait dengan validasi tes prestasi belajar matematika antara
lain menggunakan kata kerja operasional, perumusan indikator lebih
spesifik, dan ada beberapa soal yang kurang sesuai dengan aspek
kognitif.
2) Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika
Setelah instrumen tes prestasi belajar matematika divalidasi dan
diperbaiki sesuai dengan saran validator, peneliti melakukan uji coba
untuk mengetahui kelayakan tes yang akan diberikan di kelas
eksperimen. Uji coba tes prestasi belajar matematika dilakukan di kelas
VIII A SMP Negeri 4 Ngawi sebanyak 34 siswa. Alasan mengambil
kelas VIII kerena pada saat itu materi pokok bahasan fungsi sudah
selesai diberikan oleh guru sementara pada sekolah eksperimen materi
belum selesai diberikan oleh peneliti. Hasil uji coba tes prestasi belajar
matematika selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15. Pada uji coba
tes prestasi belajar matematika akan dianalisis tingkat kesukaran, daya
beda dan reliabilitasnya.
a) Uji Tingkat Kesukaran
Butir soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah butir
soal dengan kategori sedang yang mempunyai indeks kesukaran
0,3  P  0,7 . Butir soal yang memiliki indeks kesukaran P  0,3
atau P  0,7 tidak digunakan dalam penelitian. Rangkuman hasil
perhitungan indeks kesukaran butir tes prestasi belajar matematika
commit
to user
dapat dilihat pada tabel
berikut
ini.
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Butir
Tes Prestasi Belajar Matematika
Indeks
Kesukaran
P  0,3
Nomor Butir Soal
Kategori
15, 17, 23, 29
Sukar
1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16,
0,3  P  0,7
Sedang
18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30
P  0,7
2, 4, 6, 7, 28
Mudah
Berdasarkan Tabel 4.8 terdapat 21 butir soal dengan
kategori sedang yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
prestasi belajar matematika yaitu butir soal nomor 1, 3, 5, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, dan 30.
b) Uji Daya Beda
Dalam penelitian ini, butir soal yang digunakan adalah butir soal
dengan indeks daya pembeda D  0,3 . Jika tidak memenuhi indeks
daya pembeda tersebut, butir soal tidak digunakan dalam penelitian.
Rangkuman hasil perhitungan daya beda dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Perhitungan Daya Beda
Indeks
Daya Beda
D  0,3
Nomor Butir Soal
Kategori
2, 4, 6, 7, 15, 17, 23, 28, 29
tidak dipakai
1, 3, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 16,
D  0,3
dipakai
18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30
Berdasarkan Tabel 4.9 terdapat 21 butir soal dengan daya
beda D  0,3 yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data
prestasi belajar matematika yaitu butir soal nomor 1, 3, 5, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, dan 30.
Berdasarkan analisis indeks kesukaran indeks daya beda butir
soal yang dapat digunakan adalah butir soal nomor 1, 3, 5, 8, 9, 10,
11, 12, 13, 14, 16, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, dan 30. Berarti
terdapat 21 soal yang mungkin diberikan pada kelas eksperimen.
Dalam penelitian ini penaliti hanya mengambil 20 soal. Oleh karena
itu peneliti memilah butir soal yang baik berdasarkan indikator yang
commit to user
diukur dan diperoleh bahwa butir soal nomor 25 tidak dipakai dengan
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alasan masih ada beberapa soal yang baik dengan indikator yang
sama dengan soal nomor 25.
c) Uji Reliabilitas
Suatu butir instrumen dikatakan dikatakan reliabel jika indeks
reliabilitas instrumen r11  0,7 . Dalam penelitian ini, butir soal
digunakan apabila indeks reliabilitas butir soal r11  0,7 . Dalam
penelitian
ini
menggunakan
rumus
Kuder-Richardson
yang
perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 15. Berdasarkan
perhitungan tersebut diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,800.
Koefisien tersebut lebih dari 0,7 berarti tes tersebut reliabel dan dapat
digunakan untuk mengumpulkan data prestasi belajar matematika.
4. Pelaksanaan Penelitian
Setelah dipenuhi syarat bahwa kelas penelitian dalam keadaan yang
seimbang berdasarkan analisis variansi satu jalan dengan frekuensi sel tak sama,
maka peneliti dapat memulai menerapkan model pembelajaran pada kelas
eksperimen. Masing-masing kelas eksperimen akan diberi perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran TAI-PS pada kelas eksperimen pertama,
model pembelajaran NHT-PS pada kelas eksperimen kedua dan model
pembelajaran klasikal-PS pada kelas eksperimen ketiga. Sebelum pembelajaran
dilaksanakan, peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian berupa Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
dan
Lermbar
Kerja
Siswa
(LKS.).
selengkapnya untuk RPP dapat dilihat pada Lampiran 18 dan untuk LKS dapat
dilihat pada Lampiran 19.
Sebelum instrumen penelitian yang berupa angket dan tes diberikan di
kelas penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba di SMP Negeri 4 Ngawi pada
minggu pertama bulan September 2014 dan minggu pertama bulan Oktober
2014. Sementara penelitian pada SMP Negeri 1 Ngawi, SMP Negeri 1 Paron,
dan SMP Negeri 2 Geneng dilakukan mulai minggu ketiga bulan September
2014 sampai minggu pertama bulan November 2014. Eksperimen dilakukan
selama enam kali pertemuan dan satu kali pertemuan untuk tes. Kemudian dari
data-data yang telah terkumpul, peneliti melakukan uji prasyarat analisis berupa
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
uji normalitas dan uji homogenitas untuk selanjutnya dilakukan uji hipotesis
menggunakan analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama.
5. Data-Data Penelitian
a. Data Kecerdasan Majemuk Berdasarkan Model Pembelajaran
Pada masing-masing kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS,
NHT-PS, dan klasikal-PS, siswa mengerjakan angket yang terdiri dari 30
butir angket yang terdiri dari 10 butir angket kecerdasan matematis-logis, 10
butir angket kecerdasan linguistik dan 10 butir angket kecerdasan
interpersonal. Pengkategorian siswa ke dalam tipe kecerdasan tertentu
dilakukan dengan melihat skor yang paling dominan di antara ketiga skor
kecerdasan tersebut. Perolehan skor kecerdasan majemuk siswa yang terdiri
dari kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal selengkapnya
dapat diihat pada Lampiran 20. Rangkuman data kecerdasan majemuk
berdasarkan model pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.10 Rangkuman Data Kecerdasan Majemuk Berdasarkan Model
Pembelajaran
Model Pembelajaran
Tipe Kecerdasan Majemuk
MatematisLinguistik Interpersonal
logis
Jumlah
TAI-PS
35
35
22
92
NHT-PS
56
17
19
92
Klasikal-PS
35
37
19
91
Jumlah
126
89
60
275
b. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Model Pembelajaran
Data prestasi belajar matematika diperoleh setelah siswa mengerjakan
tes yang terdiri dari 20 butir soal pilihan ganda. Perolehan nilai prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS,
NHT-PS dan klasikal-PS selengkapnya dapat diihat pada Lampiran 20.
Rangkuman
data
prestasi
belajar
matematika
pembelajaran tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
commit to user
berdasarkan
model
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.11 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Model Pembelajaran
Kelas
N
Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Ratarata
Standar
Deviasi
TAI-PS
92
25
95
63,8043
15,4488
NHT -PS
92
25
90
56,7391
13,7368
Klasikal-PS
91
25
85
52,8571
17,2907
c. Data Prestasi Belajar Berdasarkan Kecerdasan Majemuk
Data kecerdasan majemuk diperoleh setelah siswa mengerjakan
angket yang terdiri dari 30 butir pernyataan yang masing-masing terdiri dari
10 butir pernyataan tentang kecerdasan matematis-logis, 10 butir pernyataan
tentang kecerdasan linguistik dan 10 butir pernyataan tentang kecerdasan
interpersonal. Perolehan skor kecerdasan siswa yang terdiri dari kecerdasan
matematis-logis, linguistik dan interpersonal selengkanya dapat diihat pada
Lampiran 20. Rangkuman data prestasi belajar matematika berdasarkan
kecerdasan majemuk tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.12 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Kecerdasan Majemuk
Tipe
Kecerdasan
N
Nilai
Minimal
Nilai
Maksimal
Rata-rata
Standar
Deviasi
Matematis-logis
126
25
95
60,2381
15,1639
Linguistik
89
25
85
52,3034
17,7267
Interpersonal
60
25
90
60,9167
13,6696
d. Data
Prestasi
Belajar
Berdasarkan
Model
Pembelajaran
dan
Kecerdasan Majemuk
Untuk mempermudah perhitungan analisis uji hipotesis menggunakan
analisis variansi dua jalan dengan frekuensi sel tak sama, peneliti perlu
mengelompokkan data prestasi siswa berdasarkan model pembelajaran dan
kecerdasan majemuk. Pengelompokan tersebut selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 20. Rangkuman data prestasi belajar matematika berdasarkan
model pembelajaran dan kecerdasan majemuk dapat dilihat pada tabel
berikut.
commit to user
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.13 Rangkuman Data Prestasi Belajar Matematika Berdasarkan
Model Pembelajaran dan Kecerdasan Majemuk
Model
Pembelajaran
TAI dengan
pendekatan
saintifik
NHT dengan
pendekatan
saintifik
Klasikal
dengan
pendekatan
saintifik
N
Nilai
Minimal
Nilai
maksimal
Rata-rata
Standar
Deviasi
N
Nilai
Minimal
Nilai
maksimal
Rata-rata
Standar
Deviasi
N
Nilai
Minimal
Nilai
maksimal
Rata-rata
Standar
Deviasi
Kecerdasan Majemuk
MatematisLinguistik Interpersonal
Logis
35
35
22
25
25
45
95
85
90
65,1429
62,7143
63,4091
16,9552
14,3662
15,1490
56
17
19
25
35
30
90
85
75
54,8214
63,2353
56,5789
13,7499
12,8624
13,3388
35
37
19
35
25
40
85
60
80
64,0000
37,4324
62,3684
12,8223
10,5160
11,7104
6. Analisis Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian
berasal dari populasi berdistribusi nornal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Liliefors dengan taraf signifikansi sebesar 5%.
Uji normalitas ini dilakukan sebanyak enam kali yaitu uji normalitas terhadap
populasi model pembelajaran TAI-PS, model pembelajaran NHT-PS, model
pembelajaran klasikal-PS, siswa dengan kecerdasan matematis-logis, siswa
dengan kecerdasan linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal.
Perhitungan uji normalitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21.
commit to user
Rangkuman uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut.
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.14 Rangkuman Uji Normalitas Data
Populasi
N
Lmax
Ltabel
TAI-PS
92
0,0860
NHT-PS
92
Klasikal-PS
Kesimpulan
0,0924
Keputusan
H 0 diterima
0,0694
0,0924
H 0 diterima
Normal
91
0,0827
0,0929
H 0 diterima
Normal
matematis-logis
126
0,0777
0,0789
H 0 diterima
Normal
linguistik
89
0,0868
0,0939
H 0 diterima
Normal
interpersonal
60
0,1044
0,1144
H 0 diterima
Normal
Pada Tabel 4.14 Dapat dilihat bahwa semua nilai
Normal
Lmax < Ltabel
sehingga diperoleh keputusan uji H 0 diterima . Hal ini menunjukkan semua
sampel pada penelitian ini berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah populasi berasal
dari variansi-variansi yang sama. Uji homogenitas ini menggunakan uji
Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Uji homogenitas ini dilakukan
sebanyak dua kali yaitu pada kategori model pembelajaran dan kategori
kecerdasan majemuk. Perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 22. Rangkuman uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.15 Rangkuman Uji Homogenitas Data
 2 tabel
Populasi
k  2 hitung
Keputusan
Kesimpulan
TAI-PS, NHT-PS, dan
H 0 diterima
3 4,7432 5,9915
Homogen
klasikal-PS
kecerdasan matematis-logis,
H 0 diterima
3 5,1493 5,9915
Homogen
linguistik dan interpersonal
Pada Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa nilai  2 hitung <  2 tabel , sehingga
diperoleh H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa populasi untuk model
pembelajaran dan kecerdasan majemuk mempunyai variansi yang sama.
7. Analisis Uji Hipotesis
a. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Setelah persyaratan analisis yang berupa uji normalitas dan uji
homogrnitas dipernuhi maka peneliti dapat melakukan uji hipotesis dengan
menggunakan analisis variansi
dua jalan
dengan sel tak sama dengan taraf
commit
to user
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
signifikansi 5%. Perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23. Rangkuman analisis variansi
dua jalan dengan frekuensi sel tak sama dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.16 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak
Sama
JK
dk
RK
Fobs
Ftabel
Keputusan
Uji
3376,0130
2
1688,0065
8,9985
3,0297
H 0 A ditolak
2311,5348
2
1155,7674
6,1612
3,0297
H 0 B ditolak
10546,8016
49898,1536
66132,5030
4
266
274
2636,7004
187,5870
14,0559
2,4056
H 0 AB ditolak
Sumber
Model
Pembelajaran (A)
Tipe Kecerdasan
(B)
Interaksi (AB)
Galat
Total
1) Hipotesis Efek Antar Baris
Berdasarkan rangkuman perhitungan pada Tabel 4.16 untuk efek
antar baris (model pembelajaran) diperoleh nilai Fobs  8,9985 dan
Ftabel  3,0297 sehingga didapatkan DK  F | F  3,0297. Ini berarti
Fobs  8,9985 berada di daerah kritik sehingga H 0 A ditolak. Hal ini
menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar
matematika.
2) Hipotesis Efek Antar Kolom
Berdasarkan rangkuman perhitungan pada Tabel 4.16 untuk efek
antar kolom (kecerdasan majemuk) diperoleh nilai Fobs  6,1612 dan
Ftabel  3,0297 sehingga didapatkan DK  F | F  3,0297. Ini berarti
Fobs  6,1612 berada di daerah kritik sehingga H 0 B ditolak. Hal ini
menunjukkan ada pengaruh kecerdasan majemuk terhadap prestasi belajar
matematika.
3) Hipotesis Interaksi Baris dan Kolom
Berdasarkan rangkuman perhitungan pada Tabel 4.16 untuk efek
interaksi
baris
dan
kolom
diperoleh
nilai
Fobs  14,0559
dan
Ftabel  2,4056 sehingga commit
DK  F | F  2,4056. Ini berarti
didapatkan
to user
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fobs  14,0559 berada di daerah kritik sehingga H 0 AB ditolak. Hal ini
menunjukkan ada interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan
majemuk terhadap prestasi belajar matematika.
b. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda dilakukan untuk mengetahui beda rerata secara
signifikan dari kategori yang ada. Uji ini menggunakan metode Scheffe’
dengan taraf signifikansi 5%. Uji komparasi ganda ini dilakukan pada rerata
antar baris, antar kolom, antar sel pada baris yang sama dan antar sel pada
kolom yang sama karena untuk H 0 A ditolak, H 0 B ditolak, dan H 0 AB ditolak.
Rerata masing-masing sel dan rerata marginal dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 4.17 Rerata dan Rerata Marginal
Kecerdasan
Model
Pembelajaran
Mat-Logis Linguistik Interpersonal
65,1429
62,7143
63,4091
TAI-PS
54,8214
63,2353
56,5789
NHT-PS
64,0000
37,4324
62,3684
klasikal-PS
60,2381
52,3034
60,9167
Rerata Marginal
1) Komparasi Rerata Antar Baris
Rerata
Marginal
63,8043
56,7391
52,8571
Berdasarkan pembahasan hipotesis efek antar baris diperoleh
H 0 A ditolak yang menunjukkan ada pengaruh model pembelajaran
terhadap prestasi belajar matematika. Ketiga model pembelajaran yang
dibandingkan memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Uji
komparasi rerata antar baris perlu dilakukan untuk mengetahui model
pembelajaran mana yang memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik. Perhitungan uji komparasi rerata antar baris dapat dilihat pada
Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antar baris dapat
dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Baris
Komparasi
1. vs  2.
 2. vs  3.
1. vs  3.
H0
Fobs
1.   2.
12,2407
 2.   3.
3,6752
commit to user
1.   3.
29,2268
6,0595
Keputusan
Uji
H 0 ditolak
6,0595
H 0 diterima
6,0595
H 0 ditolak
Ftabel
perpustakaan.uns.ac.id
105
digilib.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 4.18 diperoleh kesimpulan sebagai berikut
a) Untuk 1. vs  2. dikarenakana F1.2.  12,2407  Ftabel  6,0595 maka
H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Berdasarkan
rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata model pembelajaran
TAI-PS sebesar 63,8043 dan untuk model pembelajaran NHT-PS
sebesar 56,7391. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada model pembelajaran NHT-PS.
b) Untuk  2. vs  3. dikarenakan F2.3..  3,6752  Ftabel  6,0595 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS.
c) Untuk 1. vs  3. dikarenakan F1.3.  29,2268  Ftabel  6,0595 maka
H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan
rerata marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata model pembelajaran
TAI-PS sebesar 63,8043 dan untuk model pembelajaran klasikal-PS
sebesar 52,8571. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada model pembelajaran klasikal-PS.
2) Komparasi Rerata Antar Kolom
Berdasarkan pembahasan hipotesis efek antar kolom diperoleh
H 0 B ditolak yang menunjukkan ada pengaruh kecerdasan terhadap
prestasi belajar matematika. Ketiga tipe kecerdasan yang dibandingkan
memberikan prestasi belajar matematika yang berbeda. Uji komparasi
rerata antar kolom perlu dilakukan untuk mengetahui kecerdasan mana
yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik.
commit to user
Perhitungan uji komparasi rerata antar kolom selengkapnya dapat dilihat
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi rerata antar kolom
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.19 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom
Komparasi
H0
Fobs
Ftabel
.1vs .2
.2 vs .3
.1vs .3
.1  .2
.2  .3
.1  .3
17,5058
6,0595
Keputusan
Uji
H 0 ditolak
14,1739
6,0595
H 0 ditolak
H 0 diterima
0,0998
6,0595
Berdasarkan Tabel 4.19 diperoleh kesimpulan sebagai berikut
a) Untuk .1vs .2 dikarenakan F.1.2  17,5058  Ftabel  6,0595 maka
H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan
siswa dengan
kecerdasan linguistik. Berdasarkan rerata marginal
pada Tabel 4.17 diperoleh rerata kecerdasan matematis-logis sebesar
60,2381 dan untuk kecerdasan linguistik sebesar 52,3034. Dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan matematis-logis memberikan prestasi
belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik.
b) Untuk .2 vs .3 dikarenakan F.2.3  14,1739  Ftabel  6,0595 maka
H 0 . ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi
belajar matematika siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa
dengan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan rerata marginal pada
Tabel 4.17 diperoleh rerata kecerdasan linguistik sebesar 52,3034 dan
kecerdasan interpersonal sebesar 60,9167. Dapat disimpulkan bahwa
kecerdasan interpersonal memberikan prestasi belajar matematika
yang lebih baik daripada kecerdasan linguistik.
c) Untuk .1vs .3 dikarenakan F.1.3  0,0998  Ftabel  6,0595 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis
dan siswa dengan kecerdasan interpersonal.
commit to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Baris yang Sama
Berdasarkan pembahasan hipotesis efek interaksi baris dan kolom
diperoleh H 0 AB ditolak yang menunjukkan ada interaksi antara model
pembelajaran dan kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika.
Model pembelajaran dan kecerdasan tersebut memberikan prestasi belajar
matematika yang berbeda. Uji komparasi rerata antar sel pada baris yang
sama perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimana perbedaan prestasi
belajar matematika yang lebih baik pada baris yang sama (model
pembelajaran) antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik
dan interpersonal. Perhitungan uji komparasi rerata antarsel pada baris
yang sama selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24. Rangkuman
hasil uji komparasi rerata antarsel pada baris yang sama dapat dilihat pada
tabel berikut ini
Tabel 4.20 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada
Baris yang Sama
Komparasi
H0
Fobs
Ftabel
11 vs 12
12 vs 13
11 vs 13
 21 vs  22
 22 vs  23
 21 vs  23
 31 vs  32
 32 vs  33
 31 vs  33
11  12
12  13
11  13
 21   22
 22   23
 21   23
 31   32
 32   33
 31   33
0,5502
15,7864
Keputusan
Uji
H 0 diterima
0,0348
15,7864
H 0 diterima
0,2165
15,7864
H 0 diterima
4,9216
15,7864
H 0 diterima
2,1192
15,7864
H 0 diterima
0,2336
15,7864
H 0 diterima
67,6765
15,7864
H 0 ditolak
41,6119
15,7864
H 0 ditolak
0,1748
15,7864
H 0 diterima
Berdasarkan Tabel 4.20 diperoleh kesimpulan sebagai berikut
a) Untuk 11 vs 12 dikarenakan F1112  0,5502  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan
siswa dengan kecerdasan
linguistik.
commit
to user
108
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Untuk 12 vs 13 dikarenakan F1213  0,0348  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa
dengan kecerdasan interpersonal.
c) Untuk 11 vs 13 dikarenakan F1113  0,2165  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan
siswa dengan kecerdasan interpersonal.
d) Untuk  21 vs  22 dikarenakan F2122  4,9216  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan
siswa dengan kecerdasan linguistik.
e) Untuk  22 vs  23 dikarenakan F2223  2,1192  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa
dengan kecerdasan interpersonal.
f)
Untuk  21 vs  23 dikarenakan F2123  0,2336  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan
siswa dengan kecerdasan interpersonal.
g) Untuk  31 vs  32
dikarenakan
F3132  67,6765  Ftabel  15,7864
maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang
dikenai model pembelajaran klasikal-PS ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis
commit to user
dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Berdasarkan rerata marginal
109
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan kecerdasan matematislogis yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 64,0000
dan untuk siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model
pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324. Dapat disimpulkan bahwa
pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi
belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih
baik daripada siswa dengan kecerdasan linguistik
h) Untuk  32 vs  33 dikarenakan F3233  41,6119  Ftabel  15,7864 maka
H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran klasikal-PS ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa
dengan kecerdasan interpersonal. Berdasarkan rerata marginal pada
Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan kecerdasan linguistik yang
dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324 dan untuk
siswa
dengan
kecerdasan
interpersonal
yang
dikenai
model
pembelajaran klasikal-PS sebesar 62,3684. Dapat disimpulkan bahwa
pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi
belajar matematika siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih baik
daripada siswa dengan kecerdasan linguistik.
i)
Untuk  31 vs  33 dikarenakan F3133  0,1748  Ftabel  15,7864 maka
H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelas yang dikenai
model pembelajaran klasikal-PS tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan
siswa dengan kecerdasan interpersonal.
4) Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom yang Sama
Berdasarkan pembahasan hipotesis efek interaksi baris dan kolom
diperoleh H 0 AB ditolak yang menunjukkan ada interaksi antara model
pembelajaran dan kecerdasan terhadap prestasi belajar matematika.
Model pembelajaran dan kecerdasan tersebut memberikan prestasi belajar
matematika yang berbeda. Uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang
sama perlu dilakukan untuk
mengetahui
commit
to user bagaimana perbedaan prestasi
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar matematika yang lebih baik pada kolom yang sama (kecerdasan)
antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan
klasikal-PS. Perhitungan uji komparasi rerata antarsel pada kolom yang
sama dapat dilihat pada Lampiran 24. Rangkuman hasil uji komparasi
rerata antarsel pada kolom yang sama dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 4.21 Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antarsel Pada
Kolom yang Sama
Komparasi
H0
Fobs
Ftabel
Keputusan
Uji
11 vs  21
11   21
12,2318
15,7864
H 0 diterima
 21 vs  31
 21   31
9,6730
15,7864
H 0 diterima
11 vs  31
11   31
0,1218
15,7864
H 0 diterima
12 vs  22
12   22
0,0166
15,7864
H 0 diterima
 22 vs  32
 22   32
41,3418
15,7864
H 0 ditolak
12 vs  32
12   32
61,2847
15,7864
H 0 ditolak
13 vs  23
13   23
2,5354
15,7864
H 0 diterima
 23 vs  33
 23   33
1,6975
15,7864
H 0 diterima
13 vs  33
13   33
0,0589
15,7864
H 0 diterima
Berdasarkan Tabel 4.21 diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a) Untuk 11 vs  21 dikarenakan F1121  12,2318  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS.
b) Untuk  21 vs  31 dikarenakan F2131  9,6730  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
111
digilib.uns.ac.id
c) Untuk 11 vs  31 dikarenakan F1131  0,1218  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS.
d) Untuk 12 vs  22 dikarenakan F1222  0,0166  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan linguistik tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS.
e) Untuk  22 vs  32 dikarenakan F2232  41,3418  Ftabel  15,7864
maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan
kecerdasan linguistik ada perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS dan siswa
yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan rerata
marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan
kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran NHT-PS
sebesar 63,2353 dan untuk siswa dengan kecerdasan linguistik
yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324.
Dapat disimpulkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan
linguistik yang dikenai model pembelajaran NHT-PS lebih baik
daripada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model
pembelajaran klasikal-PS.
f) Untuk 12 vs  32 dikarenakan F1232  61,2847  Ftabel  15,7864
maka H 0 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa dengan
kecerdasan linguistik ada perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa
yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Berdasarkan rerata
marginal pada Tabel 4.17 diperoleh rerata siswa dengan
kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
commit to user
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebesar 62,7143 dan untuk siswa dengan kecerdasan linguistik
yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS sebesar 37,4324.
Dapat disimpulkan bahwa pada siswa dengan kecerdasan
linguistik yang dikenai model pembelajaran TAI-PS lebih baik
daripada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model
pembelajaran klasikal-PS.
g) Untuk 13 vs  23 dikarenakan F1323  2,5354  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS.
h) Untuk  23 vs  33 dikarenakan F2333  1,6975  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS.
i) Untuk 13 vs  33 dikarenakan F1333  0,0589  Ftabel  15,7864
maka H 0 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pada siswa
dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS.
B. Pembahasan Hasil
1. Hipotesis Pertama
Hipotesis pertama penelitian ini adalah model pembelajaran TAI-PS
memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan
model pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS; model
pembelajaran
NHT-PS
memberikan
prestasi
belajar
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan model pembelajaran klasikal-PS.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek
to userada pengaruh model pembelajaran
baris diperoleh H ditolak. Ini commit
menunjukkan
0A
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS) terhadap prestasi
belajar matematika. Untuk mengetahui model pembelajaran mana yang
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik maka diperlukan
komparasi rerata antar baris. Dari uji komparasi rerata antar baris tersebut
diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
a. Model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini sesuai
dengan hipotesis.
b. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran
klasikal-PS. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis. Penelitian di
lapangan menunjukkan
adanya
kelemahan
dalam penerapan model
pembelajaran NHT-PS. Meskipun dalam pembagian kelompok telah
dilakukan secara heterogen, namun sayangnya siswa kurang menyadari
perannya sehingga pada saat pemanggilan nomor siswa cenderung
melemparkan tanggung jawab dan sussana kelas cenderung ramai sehingga
mengurangi keefektifan pembelajaran. Hanya siswa dari beberapa kelompok
saja yang menampilkan hasil diskusinya di depan kelas.
c. Model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis. Hal ini sesuai dengan Slavin (1984) temuan
penelitiannya menyatakan dibandingkan pembelajaran langsung, TAI dapat
meningkatkan prestasi belajar dan menyelesaikan masalah matematika.
2. Hipotesis Kedua
Hipotesis kedua penelitian ini adalah siswa dengan kecerdasan
matematis-logis mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada
siswa dengan kecerdasan linguistik dan kecerdasan interpersonal; siswa dengan
kecerdasan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa dengan kecerdasan linguistik.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek
kolom diperoleh H 0 B ditolak.commit
Ini menunjukkan
ada pengaruh kecerdasan
to user
114
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
majemuk (kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal) terhadap
prestasi belajar matematika. Menurut Weschler (1958) & Freeman (1962) dalam
Saifuddin Azwar (1996:163) menyatakan inteligensi merupakan kemampuan
untuk belajar. Karena berbeda dalam segi inteligensinya, maka individu satu
dengan yang lainnya tidak sama kemampuan dalam memecahkan masalah yang
dihadapi. Untuk mengetahui kecerdasan majemuk mana yang memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih baik maka diperlukan komparasi rerata
antar kolom. Dari uji komparasi rerata antar kolom tersebut diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
a. Kecerdasan matematis-logis memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Hariyati
(2013) yang menyimpulkan peserta didik kategori matematis logis
memberikan prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan kategori
linguistik
b. Kecerdasan interpersonal memberikan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis.
c. Tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan
matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian
ini tidak sesuai dengan hipotesis tetapi sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) yang menyimpulkan
tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan
kecerdasan matematis-logis dan interpersonal. Berdasarkan pengkajian teori
di BAB II, peneliti mangambil hipotesis bahwa siswa dengan kecerdasan
matematis-logis mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa
dengan kecerdasan interpersonal. Namun kenyataannya di lapangan berbeda.
Awalnya siswa dengan kecerdasan matematis-logis mempunyai kemampuan
matematika yang lebih daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal.
Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan
kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materi yang belum
commit to user
115
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
difahaminya.
Sehingga
dengan
cara
ini
siswa
dengan
kecerdasan
interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran.
3. Hipotesis Ketiga
Hipotesis keempat penelitian ini adalah (a) pada kelas yang dikenai
model
pembelajaran TAI-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan
kecerdasan
matematis-logis,
kecerdasan
interpersonal
dan
kecerdasan
interpersonal adalah sama baik; (b) pada kelas yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis
maupun siswa dengan kecerdasan interpersonal sama baiknya. Prestasi belajar
siswa dengan kecerdasan matematis-logis atau interpersonal lebih baik daripada
siswa dengan kecerdasan linguistik; (c) pada kelas yang dikenai model
pembelajaran klasikal-PS, prestasi belajar matematika siswa dengan kecerdasan
matematis-logis lebih baik daripada siswa dengan kecerdasan interpersonal atau
siswa dengan kecerdasan linguistik. Pestasi belajar siswa dengan kecerdasan
linguistik lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan kecerdasan
interpersonal.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek
interaksi diperoleh H 0 AB ditolak. Ini menunjukkan ada interaksi antara model
pembelajaran (model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS) dan
kecerdasan (kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan
interpersonal) terhadap prestasi belajar matematika. Untuk mengetahui
bagaimana perbedaan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada baris
yang sama (model pembelajaran) antara siswa dengan kecerdasan matematislogis, linguistik dan interpersonal bagaimana perbedaan prestasi belajar
matematika yang lebih baik pada baris yang sama (model pembelajaran) antara
siswa dengan kecerdasan matematis-logis, linguistik dan interpersonal maka
diperlukan komparasi rerata antarsel pada baris yang sama. Dari uji komparasi
rerata antarsel pada baris yang sama tersebut diperoleh kesimpulan
a.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis
commit to user
116
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis.
b.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan
siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis.
c.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis
dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis.
d.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis
dan siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hipotesis. Hal ini bisa saja terjadi karena siswa dengan kecerdasan
linguistik
mempunyai
permasalahan
kemampuan
matematika.
Namun
yang
karena
lebih
sifat
dalam
memahami
keingintahuannya,
memungkinkan siswa dengan kecerdasan linguistik bertanya lebih dalam
tentang materri yang belum dipahaminya.
e.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan
siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hipotesis. Awalnya siswa dengan kecerdasan matematis-logis
mempunyai kemampuan matematika yang lebih daripada siswa dengan
kecerdasan
interpersonal.
Namun
karena
sifat
keingintahuannya,
memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam
tentang materri yang belum difahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa
dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam
pembelajaran.
f.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis
dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis.
commit to user
117
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar
matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada
siswa dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hipotesis.
h.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar
matematika siswa dengan kecerdasan interpersonal lebih baik daripada siswa
dengan kecerdasan linguistik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis.
i.
Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis
dan siswa dengan kecerdasan interpersonal. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hipotesis. Awalnya siswa dengan kecerdasan matematis-logis
mempunyai kemampuan matematika yang lebih daripada siswa dengan
kecerdasan
interpersonal.
Namun
karena
sifat
keingintahuannya,
memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam
tentang materri yang belum dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa
dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam
pembelajaran.
4. Hipotesis Keempat
Hipotesis keempat penelitian ini adalah: (a) Pada kelompok siswa dengan
kecerdasan matematis-logis, pengunaan model pembelajaran TAI-PS, model
pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS memberikan
prestasi belajar yang sama baiknya, (b) Pada kelompok siswa dengan kecerdasan
linguistik, prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran TAI-PS lebih
baik dibandingkan dengan prestasi belajar matematika dengan model
pembelajaran NHT-PS dan model pembelajaran klasikal-PS ; prestasi belajar
matematika dengan model pembelajaran NHT-PS lebih baik dibandingkan
dengan prestasi belajar matematika dengan model pembelajaran klasikal-PS, (c)
Pada kelompok siswa dengan kecerdasan interpersonal, penggunaan model
pembelajaran TAI-PS dan model pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi
belajar yang sama baiknya. Penggunaan model pembelajaran TAI-PS dan model
commit to user
118
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran NHT-PS memberikan prestasi yang lebih baik daripada model
pembelajaran klasikal-PS.
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek
interaksi diperoleh H 0 AB ditolak. Ini menunjukkan ada interaksi antara model
pembelajaran (model pembelajaran TAI-PS, NHT-PS, dan klasikal-PS) dan
kecerdasan (kecerdasan matematis-logis, kecerdasan linguistik, dan kecerdasan
interpersonal) terhadap prestasi belajar matematika. Untuk mengetahui
bagaimana perbedaan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada kolom
yang sama (kecerdasan majemuk) antara siswa yang dikenai model
pembelajaran TAI-PS, NHT-PS dan klasikal-PS maka diperlukan komparasi
rerata antarsel pada kolom yang sama. Dari uji komparasi rerata antarsel pada
baris yang sama tersebut diperoleh kesimpulan
a. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis.
b. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis.
c. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis.
d. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa
yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini tidak sesuai
dengan hipotesis. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis. Hal ini bisa
saja terjadi karena siswa dengan kecerdasan linguistik mempunyai
kemampuan yang lebih dalam memahami permasalahan matematika. Namun
karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan kecerdasan
commit to user
119
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
linguistik bertanya lebih dalam tentang materri yang belum difahaminya. Hal
ini didukung juga oleh guru yang menggunakan pembelajaran kooperatif.
e. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan
kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Rosa Rosdiana Retno Handayani (2013) yang menyimpulkan
pada masing-masing kecerdasan majemuk model pembelajaran NHT
memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaram
konvensional.
f. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan
kecerdasan linguistik
yang dikenai model pembelajaran klasikal dengan
pendekatan saintifik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis.
g. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Endang Hariyati (2013) yang menyimpulkan peserta didik dengan kategori
linguistik, model pembelajaran kooperatif tipe TAI mempunyai prestasi yang
lebih baik daripada konvensional.
h. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan hipotesis. Siswa dengan kecerdasan interpersonal
mempunyai kemampuan bersosialisasi yang baik dalam pembelajaran.
Namun karena sifat keingintahuannya, memungkinkan siswa dengan
kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam tentang materri yang belum
dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa dengan
kecerdasan
interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam pembelajaran. Selain
itu juga didukun dengam metode mengajar guru yang menggunakan
pembelajaran kooperatif.
commit to user
120
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
i. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS. Siswa dengan
kecerdasan interpersonal mempunyai kemempuan bersosialisasi yang
baikdalam
pembelajaran.
Namun
karena
sifat
keingintahuannya,
memungkinkan siswa dengan kecerdasan interpersonal bertanya lebih dalam
tentang materri yang belum dipahaminya. Sehingga dengan cara ini siswa
dengan kecerdasan interpersonal memiliki konsep yang bagus juga dalam
pembelajaran. Selain itu juga didukung dengam metode mengajar guru yang
menggunakan pembelajaran kooperatif.
C. Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa kemungkinan yang menyebabkan hipotesis penelitian
tidak sesuai dengan hasil penelitian. Diantaranya adalah pengelompokan siswa
berdasarkan kecerdasan majemuk hanya dilakukan dengan pengisian angket. Peneliti
tidak melihat karakteristik siswa secara langsung untuk menggolongkan kecerdasan
yang dimilikinya ke dalam kategori tertentu. Peneliti hanya melihat skor yang paling
dominan dari pengisian masing-masing kategori angket tersebut. Hasil penelitian
model pembelajaran NHT-PS menghasilkan prestasi belajar yang sama dengan
model pembelajaran klasikal-PS tidak sesuai dengan hipotesis. Hal ini dikarenakan
beberapa kendala di lapangan, antara lain karakteristik siswa yang heterogen, dimana
siswa saling melemparkan tanggung jawabnya ketika nomor siswa yang
menampilkan jawaban kelompoknya di depan kelas. Selain itu juga peneliti hanya
berfokus pada dua variabel saja yaitu model pembelajaran dan kecerdasan majemuk
siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dan tidak memperhatikan variabelvariabel lainnya yang mungkin berpengaruh pada prestasi belajar siswa.
commit to user
121
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah peneliti lakukan, maka
untuk taraf signifikansi sebesar 5% dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1.
Model pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada model pembelajaran NHT-PS, tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS, dan
model
pembelajaran TAI-PS memberikan prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada model pembelajaran klasikal-PS.
2.
Kecerdasan matematis-logis memberikan prestasi belajar matematika yang
lebih
baik
daripada
kecerdasan
linguistik,
kecerdasan
interpersonal
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada kecerdasan
linguistik, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika siswa dengan
kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal.
3.
a. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran TAI-PS, tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan matematislogis dan siswa dengan kecerdasan linguistik, tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan linguistik dan siswa
dengan kecerdasan interpersonal, dan tidak ada perbedaan prestasi belajar
matematika antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa
dengan kecerdasan interpersonal;
b. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran NHT-PS tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan
matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan linguistik, tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan
linguistik dan siswa dengan kecerdasan interpersonal, dan tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa dengan kecerdasan
matematis-logis dan siswa dengan kecerdasan interpersonal;
commit to user
122
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Pada kelas yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS prestasi belajar
matematika siswa dengan kecerdasan matematis-logis lebih baik daripada
siswa dengan kecerdasan linguistik, prestasi belajar matematika siswa
dengan kecerdasan interpersonal lebih baik daripada siswa dengan
kecerdasan linguistik, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika
antara siswa dengan kecerdasan matematis-logis dan siswa dengan
kecerdasan interpersonal.
4.
a. Pada siswa dengan kecerdasan matematis-logis tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS, tidak ada
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model
pembelajaran NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran
klasikal-PS, tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa
yang dikenai model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model
pembelajaran klasikal-PS;
b. Pada siswa dengan kecerdasan linguistik tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan
siswa
yang
dikenai
model
pembelajaran
NHT-PS,
model
pembelajaran NHT-PS lebih baik daripada model pembelajaran klasikalPS, model pembelajaran TAI-PS lebih baik daripada model pembelajaran
klasikal-PS;
c. Pada siswa dengan kecerdasan interpersonal tidak ada perbedaan prestasi
belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran TAI-PS
dan siswa yang dikenai model pembelajaran NHT-PS, tidak ada perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai model pembelajaran
NHT-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran klasikal-PS, dan
tidak ada perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang dikenai
model pembelajaran TAI-PS dan siswa yang dikenai model pembelajaran
klasikal-PS.
commit to user
123
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini penggunaan model pembelajaran TAI-PS
memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik bila dibandingkan
dengan model pembelajaran NHT-PS dan klasikal-PS. Ini dapat dijadikan
masukan dalam pemilihan model pembelajaran dalam peningkatan prestasi
belajar matematika. Adanya kecerdasan majemuk juga berpengaruh terhadap
prestasi belajar matematika. Siswa yang cenderung berkecerdasan matematislogis dan interpersonal mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran matematika di sekolah agar tujuan pembelajaran dapat
tercapai dengan baik.
C. Saran
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya lebih aktif dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan
diskusi agar siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuannya.
b. Siswa hendaknya bersikap positif terhadap pelajaran matematika dan
mengubah pola pikir yang beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran
yang sulit.
2. Bagi Guru
a. Dalam pembelajajan guru hendaknya memilih model pembelajaran yang
menarik untuk siswa misalnya TAI-PS, tetapi dalam penerapannya guru
juga harus memperhatikan efisiensi waktu yang digunakan,
b. Hendaknya guru memperhatikan semua siswa sehingga semua siswa dapat
berperan aktif dalam pembelajaran,
c. Guru hendaknya memperhatikan tipe kecerdasan majemuk siswa tetapi guru
tidak harus membeda-bedakan antara siswa dengan kecerdasan matematislogis, linguistik, ataupun interpersonal dalam pembelajaran.
commit to user
124
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Bagi Sekolah
a.
Memberikan wewenang sepenuhnya kepada guru untuk mengatur kelas
dalam pembelajaran di kelas dan melakukan pementauan pembelajaran
secara berkala.
b.
Menyediakan fasilitas yang diperlukan oleh guru untuk menunjang
keberhasilan pembelajaran di kelas.
commit to user
125
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Adi W. Gunawan. 2007. Genius Learning Strategi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Agus Suprijono. 2012. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Amin Suyitno. 2006. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:
Jurusan Matematika FMIPA UNNES.
Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pandidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Anastasi, A.& Urbina, S. 1997. Psycological Testing. Seventh Edition. Upper Saddle
River, NJ:Prentice Hall Inc.
Arif
Rahman.
2009.
Memahami
Yogyakarta:Laksbang Mediatama.
Pendidikan
dan
Ilmu
Pendidikan.
Atit Indriyani. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Tipe TAI dan TPS Ditinjau Dari
Sikap Percaya Diri Peserta Didik Pada Materi Limit Fungsi Kelas XI IPA SMA
Kota Kediri Tahun Pelajaran 2012/2011. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Awofala, A.O.A, Arigbabu, A. A & Awofala, A.A. 2013. Effect of Framing and Team
Assisted Individualized Instructional Strategies on Senior Secondary School
Students’ Attitude Toward Mathematics. Acta Didactica Naponesia ISSN 20651430. vol.6, no.1, pp 1-22.
Budiyono. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surakarta: UNS Press.
Budiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press.
Chianson, M.M, Kurumeh, M.S & Obida, J.A. 2011. Effect of Cooperative Learning
Strategy on Students’ Retention in Circle Geometry in Secondari School in
Benue State, Nigeria. America Journal of Scientific and Industrial Research.
Vol.2, No.1, pp 33-36.
Danang T.Laksono & Kusumo Ekowati. 2012. Pendidikan Belajar dan Pembelajaran.
Sukoharjo: Pustaka AbadiSejahtera.
commit to user
Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:Rineka Cipta.
perpustakaan.uns.ac.id
126
digilib.uns.ac.id
Endang Hariyati. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Assisted Individualization (TAI) dan Problem Based Learning (PBL) Pada
Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Multiple Intelegences Siswa SMP
Kabupaten Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013. Tesis. UNS (Tidak
Dipublikasikan).
Erman Suherman. 2001. Strategi Belajar Mengajar Matematika Kontemporer. Jakarta:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Evawati Alisah & Eko P. Dharmawan. 2007. Filsasafat Dunia Matematika Pengantar
untuk Memahami Konsep-Konsep Matematika. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Fransiskus Gatot Iman Santoso. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Pembelajaran Kooperatif Bertipe Group Investigasion Terhadap Prestasi Belajar
Matematika Ditinjau Dari Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VII SMP Negeri
Kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
Hoerr, T.R. 2000. Buku Kerja Multiple Intelligences: Pengalaman New City School di
St. Louis, Missouri, AS, Dalam Menghargai Keceerdasan Anak. Bandung: Kaifa
Ibrahim dan Suparni. 2009. Pembelajaram Matematika Teori dan Aplikasinya.
Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga.
Imas Kurniasih & Berlin Sani. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep &
Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Isna Farahsanti. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dengan
Pendekatan Quantum Learning Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau
Dari Kecerdasan Matematis Logis Siswa SMP Negeri di Kabupaten Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2011/2012. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
Jemani. 2013. Eksperimentasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Group
Investigation Terhadap Prestasi Belajar Persamaan Garis Lurus Ditinjau Dari
Kecerdasan Majemuk Siswa Kelas VIII SMP di Kabupaten Bojonegoro. Tesis.
UNS (Tidak Dipublikasikan).
Jujun S. Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pusataka Sinar Harapan. Diakses tanggal 5 Februari 2014 pukul 10.00 WIB.
La Suha Ishabu. 2013. The Improve Learning Result and Creativity Student to Lesson
Operation Count Number Through Cooperative Learning Type Numbered
Heads Together (NHT) In Class IV SD District 63 Ambon-Indonesia.
Mathematical Teory and Modelling, International Institute for Science
Technology and Education (IISTE) Journal. vol.3, no.5, pp.68-72.
Maheadi, L., Michielli-Pendl, J., Harper, G. F., dan Mallete, B. 2006. The Effect of
Numbered Heads Together with and without an incentive Package on the
science The Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. Journal of
commit to user
Behavior Education. vol.15, no.1, hlm.25-39.
perpustakaan.uns.ac.id
127
digilib.uns.ac.id
Miftahul A’la. 2010. Quantum Teaching. Yogyakarta: Diva Press.
Novi Andri Nurcahyono. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
TPS dan NHT dengan Pendekatan CTL Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari
Tingkat Intelegensi Siswa Kelas V SD Se-Kecamatan Banyuurip Kabupaten
Purworejo. Tesis UNS (Tidak Dipublikasikan).
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Raodatul Jannah. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Strucrured Numbered Heads (SNH) dan Numbered Heads Together (NHT)
Dengan Pendekatan Matematika Realistik Pada Prestasi Belajar Matematika
Ditinjau Dari Kemandirian Belajar siswa kelas VIII SMP Negeri di Kota
Mataram tahun pelajaran 2012/2013. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
Reza Kusumah Setyansah. 2012. Efektivitas Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI dan GI
pada Materi Persamaan Garis Lurus ditinjau dari Konsep Diri Siswa Kelas VIII
SMP Negeri se kota Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
Rosa Rosdiana Retno Handayani. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Numbered
Heads Together dan Jigsaw dengan Pendekatan Konstektual Terhadap Prestasi
Belajar Matematika ditinjau dari Kecerdasan Majemuk Siswa SMP Negeri Kota
Madiun. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
Rusman. 2012. Belajar dan Pembelajaran.Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta.
Saifuddin Azwar. 1996. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Slavin, R. E., Madden, N. A. & Leavey, M. 1984. Effect of Team Assisted
Individualization on the Mathematics Achievement of Academically Handicapped
and Nonhandicapped Students. Journal of Educational Psychology.vol.76, no.5,
hlm 813-819.
Slavin, R.E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung:Nusa
Media.
Soedjadi. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi Depdiknas.
Sri Hartati Ningsih. 2013. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation (GI) dan Think Pair Share (TPS) Pada Materi Trigonometri
Ditinjau Dari Kecerdasan Logika Matematika Siswa Kelas X SMA di
Kabupaten Sukoharjo. Tesis. UNS (Tidak Dipublikasikan).
commit to Kualitatif,
user
Sugiyono. 2011. Prosedur Penelitian Kuantitatif,
R & D. Bandung: Alfabeta.
128
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan (Teori dan praktek dalam PTK, PTS, dan PTBK).
Semarang : Surya Offset.
Sutartinah Tirtonegoro. 1998. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta:
Bumi Aksara.
Suwasono. 2013. Pengembangan Kreativitas Dalam Pembelajaran Matematika Pada
Kurikulum 2013. hlm 1-12. Seminar Nasional Pendidikan Matematika di UNS.
Surakarta.
Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar.
Bandung:PT.Remaja Rosdakarya Offset.
Syaiful Bahri Djamarah. 1991. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha
Nasional.
Syaiful Sagala. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Tadkirotun Musfiroh. 2008. Cerdas Melalui Bermain : Cara Mengasah Multiple
Intelligences. Jakarta: Grasinsdo
Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Visser, B.A, Ashton M.C, & Vernon, P.A. 2006. Beyond g: Putting Multiple
Intelligence Theory to the Test, Journal of Intelligence. vol.34 no. 4 hlm 487502.
Yalmanci, S.G. & Gozum, C.A. 2013. The Effect of Multiple Intelligence Theory Based
Teaching On Students’ Achievement And Retention Of Knowledge (Examole
Of The Enzymes Subject). International Journal on New Trends in Education
and Their Implications. vol.4, no 3, hlm 27-36.
commit to user
Download