analisis pengaruh penerimaan remitansi terhadap

advertisement
ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN REMITANSI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
HAYLUL MAHARANI PUTRI
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Pengaruh
Penerimaan Remitansi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2016
Haylul Maharani Putri
NIM H14120040
ABSTRAK
HAYLUL MAHARANI PUTRI. Analisis Pengaruh Penerimaan Remitansi
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN
HAKIM.
Penerimaan remitansi merupakan sumber pendapatan yang penting bagi
beberapa negara berkembang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perkembangan migrasi tenaga kerja dan penerimaan remitasi, serta menganalisis
pengaruh penerimaan remitansi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Data yang digunakan adalah data time series dari periode 1983 hingga 2014.
Metode Error Correction Model (ECM) digunakan untuk menganalisis pengaruh
jangka pendek dan jangka panjang penerimaan remitansi dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Jumlah tenaga kerja Indonesia cenderung berfluktuatif
selama delapan tahun terakhir, tetapi penerimaan remitansi memiliki tren yang
meningkat sepuluh tahun terakhir. Hasil uji menunjukkan bahwa dalam jangka
pendek penerimaan remitansi memiliki hubungan yang positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan dalam jangka panjang penerimaan
remitansi memiliki hubungan yang positif, tetapi tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Kata kunci: error correction model, pertumbuhan ekonomi, remitansi
ABSTRACT
HAYLUL MAHARANI PUTRI. Analysis of Effect Workers’ Remittances on
Economic Growth in Indonesia Supervised by DEDI BUDIMAN HAKIM.
Workers’ remittances are an important source of income to some developing
countries. The purposes of this study were to determine the development of the
labor migration and workers’ remittances, and to analyze the effect of workers’
remittances on economic growth in Indonesia. This study used time series data
over the period of 1983-2014. Method of Error Correction Model (ECM) was
used to analyze the effect of short-run and long-run between workers’ remittances
and economic growth in Indonesia. Total Indonesian workers tend to fluctuate
over the past eight years, but workers’ remittances have an upward trend the last
ten years. The test result showed that in the short-run workers’ remittances have a
positive effect and significant to economic growth, while the long-run workers’
remittances have a positive relationship to economic growth, but it was not
significant.
Keywords: economic growth, error correction model, workers’ remittances
ANALISIS PENGARUH PENERIMAAN REMITANSI
TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA
HAYLUL MAHARANI PUTRI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga karya ilmiah ini mampu penulis selesaikan. Penelitian telah
dilaksanakan sejak bulan Desember 2015. Tema yang diambil dalam penelitian ini
adalah migrasi tenaga kerja dan penerimaan remitansi, dengan judul Analisis
Pengaruh Penerimaan Remitansi terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dedi Budiman Hakim,
MAEc selaku pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan arahan, motivasi,
dan ilmu yang bermanfaat. Kepada Ibu Dr Lukytawati Anggraeni, S.P., M.Si
penulis ucapkan terima kasih atas arahan dan masukannya yang sangat
bermanfaat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen penguji yaitu
Ibu Dr Ir Wiwiek Rindayati, M.Si dan Bapak Khalifah Muhamad Ali, M.Si yang
telah memberikan banyak masukan pada penelitian ini. Ungkapan terima kasih
juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua Abdul Haris dan Luluk Mei, serta
saudara Haylul Febryanta dan Haylul Karina yang selalu memberikan cinta, doa,
dan dukungan. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada sahabat
terdekat, rekan-rekan Ilmu Ekonomi 49, dan DNA (Discussion and Analysis)
HIPOTESA 2014.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2016
Haylul Maharani Putri
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
3
Tujuan Penelitian
4
Manfaat Penelitian
4
Ruang Lingkup Penelitian
4
TINJAUAN PUSTAKA
5
Tinjauan Teoritis
5
Penelitian Terdahulu
8
Kerangka Pemikiran
9
Hipotesis Penelitian
10
METODE PENELITIAN
11
Jenis dan Sumber Data
11
Metode Analisis Data
11
Pengujian Sebelum Estimasi
14
Pengujian Setelah Estimasi
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
17
Perkembangan Migrasi Tenaga Kerja dan Penerimaan Remitansi
17
Pengujian Sebelum Estimasi
20
Pengujian Setelah Estimasi
22
Analisis Pengaruh Penerimaan Remitansi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dalam Jangka Pendek
23
Analisis Pengaruh Penerimaan Remitansi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dalam Jangka Panjang
25
SIMPULAN DAN SARAN
27
Simpulan
27
Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
28
LAMPIRAN
31
RIWAYAT HIDUP
39
DAFTAR TABEL
1 Total remitansi dan tingkat pertumbuhan remitansi di negara
berkembang tahun 2009-2013
2 Total penerimaan remitansi, share remitansi dan GDP riil di Indonesia
tahun 2007-2014
3 Jenis dan sumber data
4 Hasil uji kausalitas Granger
5 Uji stasioneritas data
6 Hasil estimasi Error Correction Model (ECM)
7 Hasil estimasi model jangka panjang
1
2
11
20
21
23
25
DAFTAR GAMBAR
1 Model Migrasi Harris-Todaro
2 Kerangka Pemikiran
3 Jumlah dan penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan sektor
usaha di seluruh negara tujuan periode 2008-2015
4 Total penerimaan remitansi Indonesia periode 2005-2014 (milyar US$)
5
10
17
19
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
Uji kausalitas Granger
Uji kointegrasi Engle Granger
Uji normalitas
Uji multikolinearitas
Uji heteroskedastisitas
Uji autokorelasi
Model jangka pendek (Model ECM)
Model jangka panjang
32
33
34
34
35
36
37
38
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Migrasi memberikan dampak ekonomi yang beragam pada rumah tangga
migran, negara asal maupun negara tujuan migran. Migrasi dan remitansi
memiliki efek langsung dan tidak langsung pada kesejahteraan penduduk di
negara asal migran. Remitansi yang dihasilkan oleh para migran berpotensi untuk
meningkatkan pendapatan negara dan dapat menurunkan tingkat kemiskinan.
Selain itu, remitansi juga dapat meningkatkan pembangunan sektor keuangan,
sehingga dapat merangsang pertumbuhan ekonomi. Dampak positif lainnya dari
remitansi yaitu pada tingkat kredit suatu negara, menyediakan sumber dan
menstabilkan mata uang asing, membantu mengatasi neraca pembayaran dari
krisis. Akan tetapi, remitansi juga dapat memberikan dampak negatif dengan
menurunkan upaya kerja dan pada jangka panjang dapat mengurangi pertumbuhan
ekonomi (Ratha et al. 2011). Selain itu, remitansi dapat memberikan dampak
negatif terhadap perekonomian nasional apabila remitansi lebih banyak digunakan
untuk belanja barang impor (Belmimoun et al. 2014).
Remitansi mengacu pada uang dan barang yang dikirim ke rumah tangga
oleh pekerja yang bekerja di luar daerah asal, baik di luar kota asal maupun di luar
negeri asal pekerja. Mulai abad ke-21 transfer sumber daya merupakan salah satu
isu utama dalam ekonomi pembangunan. Sementara total remitansi internal di
negara berkembang tidak diketahui. Remitansi internasional pada tahun 2007 di
negara berkembang sebesar US$ 239 milyar (Adams dan Cuecuecha 2010).
Tabel 1. Total remitansi dan tingkat pertumbuhan remitansi di negara berkembang
tahun 2009-2013
Remitansi
ke
negara Tingkat pertumbuhan remitansi
berkembang (US$ milyar)
ke negara berkembang (persen)
2009
303
-6.3
2010
334
10.2
2011
373
11.9
2012
389
4.3
2013
414
6.3
Sumber : World Bank (2015), data diolah
Tahun
Remitansi telah menjadi perhatian dalam literatur keuangan internasional
karena volume dan potensi remitansi untuk mengurangi kemiskinan. Arus
remitansi terus meningkat dengan meningkatnya jumlah migran di seluruh dunia
dan kemungkinan akan terus meningkat. Pada tahun 1995 remitansi ke negara
berkembang sebesar US$ 57.8 milyar dan meningkat hingga mencapai US$ 305
milyar pada tahun 2008. Berdasarkan Tabel 1 pertumbuhan remitansi negatif pada
tahun 2009 sebesar 6.3 persen, total remitansi turun menjadi US$ 303 milyar
akibat terjadinya resesi ekonomi. Tahun berikutnya remitansi ke negara
berkembang terus mengalami peningkatan. Dengan demikian, remitansi telah
berkembang menjadi sumber penting pendapatan bagi sebagian besar negara
2
berkembang, tetapi krisis ekonomi yang terjadi menyebabkan penurunan
penerimaan remitansi. Remitansi yang tinggi berkaitan dengan arus eksternal
lainnya dan GDP (Gross Domestic Product) di banyak negara.
Peningkatan penerimaan remitansi sangat membantu negara-negara
berkembang untuk meminimalkan masalah yang timbul dari kekurangan cadangan
devisa, yang sangat dibutuhkan untuk membayar tagihan impor. Tidak bisa
dipungkiri bahwa selama tahap pembangunan, negara-negara berkembang seperti
Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, dan Thailand membutuhkan valuta asing
untuk membayar tagihan impor. Besarnya peningkatan dalam pembayaran
penerimaan remitansi selama periode ini mungkin disebabkan dua faktor yang
signifikan. Pertama, migrasi antara negara berkembang dan negara maju
meningkat secara dramatis dalam 20 tahun terakhir. Kedua, biaya transaksi
menurun karena kemajuan teknologi, memungkinkan pengiriman menjadi lebih
cepat, dan mekanisme biaya yang rendah untuk pembayaran transfer internasional
antar individu (Siddique et al. 2010).
Tabel 2 Total penerimaan remitansi, share remitansi dan GDP riil di Indonesia
tahun 2009-2014
2009
Total remitansi
(juta US$)
6792.90
Share remitansi terhadap
GDP (persen)
1.258
GDP riil (juta
US$)
355757.09
2010
6916.05
0.915
377898.90
2011
6923.97
0.775
402408.03
2012
7212.19
0.785
427613.55
2013
7614.41
0.836
452334.84
Tahun
2014
8551.16
0.962
475404.08
Sumber : UNCTAD dan World Bank (2016), data diolah
Berdasarkan Tabel 2 total remitansi yang masuk ke Indonesia mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Penerimaan remitansi sempat mengalami penurunan
pada tahun 2009 sebesar US$ 1.3 juta akibat krisis ekonomi yang terjadi. Dampak
dari krisis ekonomi tersebut tidak berlangsung lama pada penerimaan remitansi,
tahun 2010 penerimaan remitansi meningkat sebesar US$ 123.15 juta.
Peningkatan penerimaan remitansi lebih besar dibandingkan penurunan yang
terjadi akibat krisis, tetapi persentase remitansi terhadap GDP pada tahun 2010
mengalami penurunan menjadi sebesar 0.91 persen. Pada tahun 2008 dan 2009
persentase remitansi terhadap GDP sebesar 1.33 persen dan 1.25 persen.
Penurunan share remitansi terhadap GDP dikarenakan penerimaan remitansi lebih
banyak digunakan untuk belanja yang tidak produktif.
Penelitian yang menganalisis pengaruh remitansi terhadap pertumbuhan
ekonomi telah banyak dilakukan, dengan mengambil studi kasus dibeberapa
negara berkembang. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Chami et al.
(2009), Siddique et al. (2010), Jawaid dan Raza (2012), dan Goschin (2013).
Akan tetapi, penelitian dengan mengambil studi kasus di Indonesia masih terbatas.
Hal tersebut akan dianalisis lebih lanjut pada penelitian ini, sehingga penulis dan
3
pembaca dapat mengetahui dan memahami pengaruh penerimaan remitansi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Perumusan Masalah
Banyak penelitian yang telah meneliti pengaruh penerimaan remitansi
terhadap pertumbuhan ekonomi di beberapa negara berkembang. Abida dan
Sghaier (2014) menemukan bahwa remitansi dan pertumbuhan ekonomi memiliki
hubungan positif yang signifikan, dalam studi empat negara (Tunisia, Maroko,
Algeria, dan Mesir) di Afrika Utara dengan menggunakan sistem Generalized
Method of Moment (GMM) analisis panel data. Dhungel (2014) menganalisis
pengaruh remitansi terhadap Gross Domestic Product (GDP) di Nepal,
menunjukkan bahwa remitansi memiliki pengaruh yang kecil terhadap GDP. Hal
tersebut menunjukkan bahwa rata-rata remitansi dibelanjakan ke dalam sektor
yang tidak produktif. Tahir et al. (2015) menganalisis pengaruh penerimaan
remitansi terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan menggunakan variabel
penerimaan remitansi, Foreign Direct Investmnet (FDI), total impor, dan
pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Peneliti menemukan bahwa penerimaan
remitansi dan FDI memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi, sedangkan impor memiliki pengaruh yang negatif
terhadap pertumbuhan ekonomi.
Siddique et al. (2010) meneliti pengaruh penerimaan remitansi terhadap
pertumbuhan ekonomi di Bangladesh, India, dan Sri Lanka. Studi menunjukkan
bahwa remitansi tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di
negara Bangladesh dan India. Akan tetapi, remitansi memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi di Sri Lanka. Penelitian lain seperti Chami et al. (2009)
menemukan bahwa remitansi memiliki pengaruh yang negatif
terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penerimaan remitansi memang membantu rumah tangga
keluar dari kemiskinan. Akan tetapi, penerimaan remitansi tidak digunakan untuk
pengeluaran yang produktif atau tidak digunakan sebagai modal untuk menjadi
entrepreneur. Belmimoun et al. (2014) juga menemukan bahwa remitansi
memiliki pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di Algeria.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa remitansi memiliki pengaruh secara
langsung terhadap barang impor atau pembelian lahan pertanian, yang
mengakibatkan harga lahan pertanian meningkat.
Sebelumnya telah dikemukakan mengenai kondisi penerimaan remitansi,
hasil penelitian dari beberapa penelitian terdahulu dan menunjukkan hasil yang
berbeda-beda dengan studi kasus di negara yang berbeda. Oleh karena itu, hal ini
menarik untuk dianalisis, sehingga penulis dan pembaca dapat mengetahui
pengaruh penerimaan remitansi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Terkait masalah tersebut, ada beberapa hal yang akan dianalisis dalam penelitian
ini, yaitu:
1. Bagaimana perkembangan migrasi tenaga kerja Indonesia dan penerimaan
remitansi di Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh penerimaan remitansi terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Indonesia?
4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis perkembangan migrasi tenaga kerja Indonesia dan
penerimaan remitansi di Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh penerimaan remitansi terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang di Indonesia.
Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang
jelas mengenai perkembangan migrasi tenaga kerja Indonesia dan penerimaan
remitansi yang masuk ke Indonesia. Selain itu, diharapkan dapat memberi
informasi bagi pemerintah mengenai pengaruh penerimaan remitansi terhadap
pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah memiliki gambaran mengenai
pentingnya penerimaan remitansi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan
ekonomi. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dapat membuat kebijakan
yang tepat mengenai tenaga kerja Indonesia, dan mengembangkan lembaga
keuangan formal agar memudahkan pengiriman remitansi, mudah dijangkau oleh
tenaga kerja Indonesia dan rumah tangga penerima remitansi, serta dapat
memonitor remitansi yang masuk ke Indonesia dengan baik.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mempunyai batasan objek yaitu menganalisis
perkembangan tenaga kerja Indonesia selama delapan tahun terakhir, dengan
menggunakan analisis deskriptif untuk melihat keterkaitan antara total TKI
dengan penerimaan remitansi di Indonesia. Analisis modeling menggunakan
beberapa variabel makroekonomi yaitu variabel Gross Domestic Product (GDP),
penerimaan remitansi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), total tenaga
kerja, dan total impor yang tercatat di World Bank dan UNCTAD. Data yang
digunakan dari periode 1983 hingga 2014. Penelitian ini menganalisis pengaruh
penerimaan remitansi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Langkah awal
analisis dilakukan untuk melihat pengaruh penerimaan remitansi terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, kemudian dilakukan analisis jangka
pendek untuk melihat pengaruhnya.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
A
B
q’
WB
Z
WA
WA*
WA**
OA
Tingkat upah di negara B
Tingkat upah di negara A
Model Migrasi
Model migrasi Todaro bertolak dari asumsi bahwa migrasi pada dasarnya
merupakan suatu fenomena ekonomi. Oleh karena itu, keputusan untuk
melakukan migrasi juga merupakan suatu keputusan yang telah dirumuskan secara
rasional. Model migrasi Todaro mendasarkan diri pada pemikiran bahwa arus
migrasi berlangsung sebagai tanggapan terhadap adanya perbedaan pendapatan
antara suatu wilayah dengan wilayah yang lainnya. Namun, pendapatan yang
dipersoalkan pada model ini bukanlah penghasilan aktual, melainkan penghasilan
yang diharapkan (expected income). Dalil dasar dalam model migrasi Todaro
adalah bahwa para migran mempertimbangkan dan membandingkan berbagai
macam pasar tenaga kerja yang tersedia di suatu wilayah, kemudian memilih salah
satu diantaranya yang memaksimumkan keuntungan yang diharapkan (expected
gains) dari migrasi.
q
E
W B*
B’
A’
LA
LB
LA*LB*
OB
LUS
Sumber: Todaro dan Smith (2006)
Gambar 1 Model Migrasi Harris-Todaro
Proses pencapaian titik ekuilibrium pengangguran (yang akan tercapai
setelah tingkat pendapatan yang diharapkan di negara B sama dengan tingkat
pendapatan aktual di negara A) yang akan menghentikan arus migrasi (bukan
keseimbangan tingkat upah di negara A dan di negara B seperti yang
6
dikemukakan oleh model pasar bebas neoklasik) tersebut bisa pula dijelaskan
secara diagramatis menurut model dasar Harris-Todaro dalam Gambar 1.
Asumsikanlah bahwa hanya ada dua perekonomian (atau negara), yakni negara A
dan negara B. Garis AA’ melambangkan tingkat permintaan tenaga kerja di
negara A. Tingkat permintaan tenaga kerja di negara B ditunjukkan oleh garis
BB’. Total angkatan kerja yang tersedia disimbolkan oleh OAOB, dalam
perekonomian pasar neoklasik (upah ditentukan oleh mekanisme pasar dan semua
tenaga kerja dapat terserap). Tingkat upah ekuilibrium akan tercipta bila
WA*=WB*, dengan pembagian tenaga kerja sebanyak OALA* untuk negara A, dan
OBLB* untuk negara B. Tenaga kerja yang tersedia akan terserap oleh kedua
negara tersebut, sesuai dengan asumsi full employment yang diterapkan.
Negara B memiliki tingkat upah sebesar WB yang terletak lebih besar
dibandingkan WA* dan diasumsikan tidak ada pengangguran yang terjadi. Jumlah
tenaga kerja yang bekerja di negara B sebesar OBLB, dan tenaga kerja yang
bekerja di negara A sebesar OALB dengan tingkat upah sebesar WA** (lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat upah pasar W A*). Dengan demikian, akan tercipta
kesenjangan atau selisih tingkat upah antara negara B dan negara A sebanyak WBWA**. Apabila pekerja yang bekerja di negara A bebas melakukan migrasi, maka
meskipun di negara A tersedia lapangan pekerjaan sebesar OALB, pekerja akan
tetap melakukan migrasi ke negara B untuk mendapatkan tingkat upah yang lebih
tinggi.
Selisih tingkat upah antara negara A dan negara B akan mendorong
terjadinya migrasi dari negara A ke negara B. Nilai peluang untuk mendapatkan
pekerjaan yang diinginkan dapat digambarkan oleh kurva qq’. Titik equilibrium
yang baru adalah titik Z, selisih pendapatan aktual di negara A dan di negara B
sebesar WB-WA. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di negara A sebanyak OALA
dengan tingkat upah sebesar WA, sedangkan tenaga kerja yang bekerja di negara B
sebanyak OBLB dengan tingkat upah sebesar WB. Sisanya sebesar OBLA – OBLB
akan menganggur atau memasuki kegiatan sektor informal yang berpendapatan
rendah.
Migrasi Tenaga Kerja
Perbedaan tingkat upah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tenaga kerja untuk melakukan migrasi. Tingkat upah memperhitungkan total
pendapatan yang akan diterima dan biaya dari migrasi. Selain faktor tersebut,
terdapat beberapa faktor lainnya yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja
untuk melakukan migrasi (McConnell et al. 2010), yaitu:
1. Umur
Studi tentang migrasi secara konsisten menemukan bahwa umur adalah
faktor terbesar yang mempengaruhi kemungkinan tenaga kerja
melakukan migrasi. Semakin tua umur seseorang, semakin kecil
kemungkinan orang tersebut melakukan migrasi.
2. Faktor keluarga
Biaya yang dikeluarkan untuk migrasi akan meningkat sesuai dengan
kenaikan jumlah anggota keluarga. Oleh karena itu, tenaga kerja yang
telah menikah memiliki peluang yang lebih kecil untuk bermigrasi
dibandingkan dengan tenaga kerja yang belum menikah.
7
3. Pendidikan
Studi yang diperoleh dengan menggolongkan umur, semakin tinggi
tingkat pendidikan, semakin tinggi peluang tenaga kerja untuk
melakukan migrasi.
4. Jarak
Kemungkinan tenaga kerja melakukan migrasi berkebalikan dengan
jarak yang harus ditempuh untuk pindah. Semakin besar jaraknya, maka
semakin minim informasi, dan biaya untuk migrasi akan meningkat
dengan meningkatnya jarak.
5. Tingkat pengangguran
Hasil studi menemukan bahwa jika kepala keluarga pengangguran, maka
kemungkinan migrasi menjadi tinggi. Selain itu, tingkat pengangguran
pada suatu wilayah memiliki efek yang positif terhadap migrasi keluar.
Model Pertumbuhan Solow
Model pertumbuhan Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana
pertumbuhan persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan
teknologi berinteraksi dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya
terhadap output barang dan jasa suatu negara secara keseluruhan. Model
pertumbuhan Solow juga memperhatikan penawaran dan permintaan tehadap
barang, sehingga dapat mengetahui apa yang menentukan banyaknya output dan
bagaimana output dialokasikan. Penawaran barang dalam model Solow
didasarkan pada fungsi produksi, yang menyatakan bahwa output (Y) bergantung
pada persediaan modal (K) dan angkatan kerja (L) (Mankiw 2007). Bentuk umum
dari model Solow adalah sebagai berikut:
π‘Œ = 𝐹 (𝐾, 𝐿)
Gross Domestic Product (GDP)
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama pembangunan
suatu wilayah atau negara. Pertumbuhan ekonomi diperoleh melalui perhitungan
terhadap GDP atau pendapatan nasional suatu negara. Adapun GDP diperoleh
melalui penjumlahan agregat seluruh sektor-sektor yang mempengaruhinya
(Mankiw 2007). Persamaan GDP atau pendapatan nasional sebagai berikut:
π‘Œ = 𝐢 + 𝐼 + 𝐺 + (𝑋 − 𝑀)
Y adalah Gross Domestic Product (GDP), C adalah konsumsi, I adalah investasi,
G adalah pengeluaran atau pembelian pemerintah, dan ekspor neto terdiri dari
ekspor (X) dikurangi impor (M).
Remitansi
Remitansi adalah bagian (portion) dari gaji atau penghasilan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang dikirim dari luar negeri kepada keluarganya di dalam
negeri. Data remitansi TKI tersebut dicatat dalam pos Current Transfer (Transfer
Berjalan) pada Current Account (Transaksi Berjalan) (Bank Indonesia 2009).
Remitansi mempunyai dampak positif bagi peningkatan keuangan inklusif.
Remitansi dapat meningkatkan permintaan untuk tabungan atau uang elektronik
sebagai sarana untuk menyimpan uang lebih aman. Meskipun biaya remitansi
8
Indonesia cukup rendah dibanding rata-rata dunia dan Asia, namun biaya
keseluruhan untuk melakukan cash-out cukup besar, hal ini disebabkan beberapa
faktor, antara lain karena Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lebih memilih
menggunakan sarana remitansi informal akibat kurangnya pengetahuan remitansi
yang benar, kurangnya outlet cash-in formal yang berada dalam jangkauan TKI
dan masih terbatasnya outlet cash-out sehingga membutuhkan biaya dan waktu,
serta masih rendahnya tingkat literasi keuangan TKI dan keluarganya1.
Dampak ekonomi makro dari remitansi di negara-negara penerima,
remitansi cenderung meningkatkan konsumsi keluarga dan tidak diinvestasikan
dalam aset yang produktif. Apabila remitansi diinvestasikan dalam aktiva
produktif selain real estate, dapat memiliki efek multiplier Keynesian yang
berdampak terhadap perekonomian dalam jangka pendek. Pada jangka panjang
menunjukkan bahwa remitansi dapat merugikan perekonomian dengan
mengurangi partisipasi angkatan kerja, atau karena informasi asimetris antara
penerima dan jasa pengiriman. Hal ini dapat mengarah ke masalah moral hazard
lainnya (Hagbe 2004).
Penelitian Terdahulu
Belmimoun et al. (2014) menganalisis dampak dari penerimaan remitansi
terhadap pertumbuhan ekonomi di Algeria. Menggunakan GDP per kapita
terhadap purchasing power parity sebagai variabel dependen, dan variabel
independen meliputi penerimaan remitansi per kapita, Gross Fixed Capital
Formation (GFCF), dan Household Final Consumption Expenditure (HFCE).
Menggunakan Vector Error Correction Model (VECM). Pada penelitian tersebut
ditemukan penerimaan remitansi memiliki pengaruh yang langsung terhadap
barang impor atau pembelian lahan pertanian, sehingga penerimaan remitansi
memiliki efek negatif terhadap perekonomian nasional, karena meningkatkan
impor dan meningkatkan harga lahan pertanian.
Ahmed (2010) melihat hubungan antara penerimaan remitansi pekerja
migran terhadap pertumbuhan ekonomi di Bangladesh, dengan menambah
beberapa variabel lainnya yaitu GDP per kapita tahun sebelumnya (t-1), rasio
ekspor terhadap GDP, rasio gross domestic investment terhadap GDP, dan rasio
foreign direct investment inflow terhadap GDP. Menggunakan metode Tes
Johansen Kointegrasi ditemukan bahwa penerimaan remitansi memiliki efek yang
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, berbeda dengan investasi dan ekspor
yang memiliki efek positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tidak seperti
kebanyakan negara berkembang lainnya, penerimaan remitansi di Bangladesh
tidak signifikan terhadap sumber kapital untuk pembangunan ekonomi.
Jawaid dan Raza (2012) menganalisis hubungan antara remitansi dan
pertumbuhan ekonomi di Cina dan Korea, menggunakan data time series periode
1980 sampai 2009. Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan jangka panjang
yang positif dan signifikan antara remitansi dan pertumbuhan ekonomi di Korea,
sedangkan di Cina remitansi dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan
jangka panjang yang negatif dan signifikan. Hasil uji Error Correction Model
1
bi.go.id/id/perbankan/keuanganinklusif/program/remitansi
Februari 2016 pukul 21.52
diakses
pada
tanggal
5
9
(ECM) menunjukkan bahwa dalam jangka pendek ada hubungan yang positif dan
signifikan antara remitansi dan pertumbuhan ekonomi di Korea, sedangkan tidak
signifikan di Cina. Uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa terdapat hubungan
satu arah antara remitansi dan pertumbuhan ekonomi di Korea dan Cina, dimana
remitansi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Tahir et al. (2015) menganalisis pengaruh penerimaan remitansi terhadap
pertumbuhan ekonomi, dengan menggunakan variabel penerimaan remitansi,
Foreign Direct Investmnet (FDI), total impor, dan pertumbuhan ekonomi di
Pakistan. Analisis menggunakan analisis time series Autoregressive Distributed
Lag Models (ARDL), dan menggunakan data dari periode 1977-2013. Hasil
menunjukkan bahwa remitansi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Kemudian analisis Error
Correction Model (ECM) dilakukan untuk melihat pengaruh jangka pendek.
Hasilnya menunjukkan bahwa remitansi tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek.
Goschin (2013) menganalisis pengaruh penerimaan remitansi dan
pertumbuhan ekonomi di Romania. Analisis dilakukan dengan menggunakan dua
model atau persamaan dan menggunakan analisis regresi berganda. Model
pertama dianalisis dengan metode Ordinary Least Square (OLS) pada tingkat
level, menghasilkan bahwa remitansi tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, sedangkan model kedua dianalisis
dengan metode OLS pada tingkat diferensial pertama, hasil menunjukkan bahwa
remitansi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek di Romania.
Kerangka Pemikiran
Penerimaan remitansi menjadi sumber pendapatan utama bagi beberapa
negara berkembang di dunia. Remitansi yang masuk ke Indonesia memiliki tren
yang meningkat dan remitansi juga memberikan kontribusi yang cukup besar pada
neraca pembayaran Indonesia, meskipun jumlah TKI yang dikirim oleh Indonesia
cenderung mengalami penurunan. Selain itu, remitansi menjadi sumber
pendapatan tambahan untuk rumah tangga TKI yang berada di Indonesia,
sehingga berpotensi meningkatkan konsumsi, meningkatkan investasi, bahkan
dapat mengurangi kemiskinan. Selanjutnya penerimaan remitansi diharapkan
dapat berkontribusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan pada tujuan penelitian yang telah diuraikan sebelumnya,
berikut adalah beberapa tahapan analisis yang akan dilakukan. Tahap pertama
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menganalisis hubungan sebab akibat
antara pertumbuhan ekonomi dan penerimaan remitansi dengan menggunakan
analisis Granger Causality. Kemudian dilakukan analisis untuk mengetahui ada
atau tidaknya kointegrasi antara penerimaan remitansi dan pertumbuhan ekonomi
dengan menggunakan uji kointegrasi Engle Granger. Uji kointegrasi dilakukan
untuk mengetahui apakah terdapat keseimbangan jangka panjang antara
pertumbuhan ekonomi dan penerimaan remitansi. Tahap analisis selanjutnya
adalah menganalisis pengaruh penerimaan remitansi terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia dengan memasukkan faktor-faktor makroekonomi lainnya,
10
yaitu diantaranya Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), total tenaga kerja,
dan total impor. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Error
Correction Model (ECM) untuk melihat hubungan jangka pendek dan jangka
panjang antar variabel yang digunakan. Kerangka pemikiran pada penelitian ini
akan dijelaskan pada Gambar 2.
Tenaga
kerja
Migrasi
tenaga kerja
Tabungan
Penerimaan remitansi
Konsumsi
Barang domestik
Pertumbuhan
ekonomi
Investasi
Barang impor
Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan, dan penelitian
terdahulu yang telah dipaparkan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. Penerimaan remitansi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
2. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memiliki pengaruh yang
positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek maupun
jangka panjang.
3. Tenaga kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
4. Total impor berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam
jangka pendek maupun jangka panjang.
11
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
relevan dengan teori dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data yang
digunakan merupakan data time series tahunan dengan periode waktu dari tahun
1983 hingga 2014. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Tabel 3 Jenis dan sumber data
Variabel penelitian
Gross Domestic Product
(GDP)
Keterangan
Sumber
Total GDP dalam harga konstan UNCTAD
2005
Penerimaan remitansi
Total transfer yang dikirim
dalam bentuk tunai atau barang
World Bank
Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB)
Pengeluaran untuk barang
modal yang memiliki umur
pemakaian lebih dari satu tahun
World Bank
Tenaga kerja
Jumlah angkatan kerja
UNCTAD
Impor
Jumlah impor barang dan jasa
World Bank
Data diambil dari UNCTAD dan World Bank versi online. Penulis juga
melakukan studi pustaka dengan membaca literatur seperti jurnal dan artikel yang
berkaitan dengan penelitian, baik dari media cetak maupun internet. Proses
menganalisis data, peneliti menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2010
dan Eviews 6.
Metode Analisis Data
Metode Analisis Error Correction Model (ECM)
Metode analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM)
yang biasa digunakan untuk data time series yang tidak stasioner dan
terkointegrasi. Kointegrasi adalah kombinasi linear variabel-variabel yang tidak
stasioner. Variabel yang terkointegrasi memiliki hubungan keseimbangan jangka
panjang. Akan tetapi, dalam jangka pendek bisa saja variabel tidak mencapai
keseimbangan (Enders 2004). Artinya, apa yang diinginkan oleh para pelaku
ekonomi dalam jangka pendek, tidak pasti sama dengan apa yang terjadi
sebenarnya (Widarjono 2013). Secara umum model ECM sebagai berikut :
βˆ†π‘¦π‘‘ = πœ‡ + π›Όβˆ†π‘₯𝑑 + 𝛽𝐸𝐢𝑑−1 + 𝑒𝑑
dimana : 𝑦𝑑 = πœ‹0 + πœ‹1 π‘₯𝑑 + 𝐸𝐢𝑑
𝐸𝐢𝑑−1 = 𝑦𝑑−1 − πœ‹0 − πœ‹1 π‘₯𝑑−1
(1)
(2)
(3)
12
Keterangan :
βˆ†π‘¦π‘‘ = 𝑦𝑑 − 𝑦𝑑−1
βˆ†π‘₯𝑑 = π‘₯𝑑 − π‘₯𝑑−1
𝑦
: variabel independen
πœ‡
: intersep
π‘₯
: variabel dependen
𝛽
: parameter penyesuaian (speed of adjustment)
𝐸𝐢𝑑−1 : residual dari persamaan jangka panjang pada periode sebelumnya
Metode Analisis Ordinary Least Square (OLS)
Metode Ordinary Least Square (OLS) adalah persamaan regresi yang
menggambarkan hubungan antara beberapa peubah bebas, atau variabel
independen ( π‘₯𝑖 ) dan peubah tak bebas atau variabel dependen ( 𝑦 ). Dugaan
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dapat digambarkan
sebagai suatu garis lurus (Juanda 2009). Persamaan model regresi linear berganda
secara umum adalah sebagai berikut :
𝑦𝑖 = 𝛽1 + 𝛽2 π‘₯2𝑖 + 𝛽3 π‘₯3𝑖 + β‹― + π›½π‘˜ π‘₯π‘˜π‘– + πœ€π‘–
(4)
Subskrip i menunjukan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data
populasi, atau sampai n untuk data sampel. π‘₯π‘˜π‘– merupakan pengamatan ke-i untuk
peubah bebas π‘₯π‘˜ . Koefisien 𝛽1 merupakan intersep dan π›½π‘˜ merupakan parameter
penduga dari peubah bebas. Asumsi model regresi linear berganda yaitu :
1. Spesifikasi model ditetapkan seperti dalam persamaan (4)
2. Peubah π‘₯π‘˜ merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah
ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu, tidak ada hubungan linear
sempurna antar peubah bebas π‘₯π‘˜ .
3. Memenuhi asumsi-asumsi klasik sebagai berikut :
a. Komponen sisaan πœ€π‘– mempunyai nilai harapan sama dengan nol,
dan ragam konstan untuk semua pengamatan i. E( πœ€π‘– )=0 dan
Var(πœ€π‘– )=𝜎 2 .
b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan πœ€π‘–
sehingga Cov(πœ€π‘– , πœ€π‘— )=0, untuk i≠j.
c. Komponen sisaan menyebar normal atau πœ€π‘– ~𝑁(0, 𝜎 2 ).
Model Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Error Correction Model
(ECM). Metode tersebut digunakan karena variabel-variabel yang digunakan
terkointegrasi atau memiliki keseimbangan jangka panjang. Selain itu, ECM
digunakan untuk melihat pergerakan dalam jangka pendek sehingga dapat
mencapai keseimbangan dalam jangka panjang. Variabel dan metode yang
digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori dan penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya. Persamaan jangka panjang pada penelitian ini sebagai
berikut:
𝑙𝑛𝐺𝐷𝑃𝑑 = 𝛿0 + 𝛿1 π‘™π‘›π‘…π‘’π‘šπ‘‘ + 𝛿2 𝑙𝑛𝑃𝑀𝑑 + 𝛿3 𝑙𝑛𝑇𝐾𝑑 + 𝛿4 π‘™π‘›πΌπ‘šπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘ + 𝐸𝐢𝑑
(5)
13
Kemudian hasil dari estimasi jangka panjang dapat diperoleh residual (𝐸𝐢𝑑 ) yang
digunakan untuk menguji apakah terdapat kointegrasi atau keseimbangan jangka
panjang. Persamaan residual (𝐸𝐢𝑑−1 ) pada periode sebelumnya sebagai berikut:
𝐸𝐢𝑑−1 = 𝑙𝑛𝐺𝐷𝑃𝑑−1 − 𝛿0 − 𝛿1 π‘™π‘›π‘…π‘’π‘šπ‘‘−1 − 𝛿2 𝑙𝑛𝑃𝑀𝑑−1 − 𝛿3 π‘™π‘›πΏπ‘Žπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘−1 −
𝛿4 π‘™π‘›πΌπ‘šπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘−1
(6)
Apabila residual (𝐸𝐢𝑑 ) stasioner pada tingkat level, maka terdapat kointegrasi atau
keseimbangan jangka panjang, sehingga model ECM dapat digunakan dalam
penelitian. Persamaan ECM dalam penelitian ini adalah:
βˆ†π‘™π‘›πΊπ·π‘ƒπ‘‘ = πœ‡0 + πœ‡1 βˆ†π‘™π‘›π‘…π‘’π‘šπ‘‘ + πœ‡2 βˆ†π‘™π‘›π‘ƒπ‘€π‘‘ + πœ‡3 βˆ†π‘™π‘›π‘‡πΎπ‘‘ + πœ‡4 βˆ†π‘™π‘›πΌπ‘šπ‘π‘œπ‘Ÿπ‘‘ +
𝛽𝐸𝐢𝑑−1 + 𝑒𝑑
(7)
GDP adala gross domestict product riil, Rem adalah total penerimaan remitansi,
PM adalah pembentukan modal tetap bruto, TK adalah total tenaga kerja, Impor
adalah total impor Indonesia, 𝑙𝑛 adalah logaritma natural dari variabel, 𝑑
menunjukkan waktu atau periode, dan 𝑑 − 1 menunjukkan periode sebelumnya.
Uji Kausalitas Granger
Persamaan regresi memusatkan perhatian pada hubungan bersifat satu arah
yaitu bagaimana pengaruh variabel independen ke variabel dependen. Dalam
kenyataannya perilaku variabel ekonomi tidak hanya mempunyai hubungan satu
arah, tetapi menunjukkan adanya hubungan dua arah atau dikenal dengan konsep
kausalitas. Dengan demikian, jika terjadi kausalitas di dalam perilaku ekonomi
maka di dalam model ekonometrika tidak terdapat variabel independen, semua
variabel merupakan variabel dependen. Ada beberapa uji kausalitas, namun
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengujian kausalitas
Granger (Widarjono 2013). Model persamaan kausalitas secara umum dapat
ditulis sebagai berikut:
π‘Œπ‘‘ = ∑𝑛𝑖=1 𝛼𝑖 π‘Œπ‘‘−𝑖 + ∑𝑛𝑖=1 𝛽𝑖 𝑋𝑑−𝑖 + 𝑒1𝑑
(8)
π‘š
𝑋𝑑 = ∑π‘š
𝑖=1 𝛼𝑖 𝑋𝑑−𝑖 + ∑𝑖=1 𝛽𝑖 π‘Œπ‘‘−𝑖 + 𝑒2𝑑
(9)
Pengujian hubungan sebab akibat atau kausalitas Granger dilakukan pada
dua varibel. F statistik digunakan untuk menguji apakah variabel memberikan
pengaruh yang signifikan pada lag tertentu. Nilai F statistik dihitung berdasarkan
Wald statistik dengan menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : 𝛽1 = 𝛽2 = β‹― = 𝛽𝑖 = 0 (variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen)
H1 : 𝛽1 = 𝛽2 = β‹― = 𝛽𝑖 ≠ 0 (variabel independen mempengaruhi variabel
dependen)
Apabila nilai probabilitas dari F statistik lebih kecil dari taraf nyata yang
digunakan, maka hipotesis nol (H0) ditolak dan dapat disimpilkan bahwa variabel
independen signifikan mempengaruhi variabel dependen.
14
Pengujian Sebelum Estimasi
Uji Stasioneritas Data
Sebelum melakukan pemodelan data time series, perlu dilakukan beberapa
pengujian berupa uji stasioneritas data. Secara umum data time series memiliki
sifat stokastik atau random. Data dikatakan stasioner apabila nilai rataan konstan
untuk setiap periode pengamatan, varian atau ragam konstan, dan kovarian
konstan. Sebaliknya, data dikatakan tidak stasioner jika ketiga asumsi tersebut
tidak terpenuhi. Apabila data yang tidak stasioner diregresikan, maka akan
menyebabkan regresi lancung atau regresi palsu (spurious regression), meskipun
jumlah observasi yang digunakan sudah sangat banyak. Kejanggalan dari hasil
regresi dapat dilihat dari nilai Durbin-Watson yang sangat kecil, dan nilai
koefisien determinasi yang sangat besar. Hal ini menunjukkan bahwa adanya
autokorelasi yang cukup kuat.
Uji stasioneritas pada penelitian ini menggunakan Augmented Dickey Fuller
Test (ADF-test). Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak
dengan cara membandingkan antara nilai statistik ADF dengan nilai kritis dari
distribusi statistik Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari
nilai kritisnya, maka dapat disimpulkan data yang diamati stasioner. Sebaliknya,
apabila nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya, maka dapat
disimpulkan data tidak stasioner.
Uji Kointegrasi
Regresi yang menggunakan data time series yang tidak stasioner
kemungkinan besar akan menghasilkan regresi lancung (spurious regression).
Regresi lancung terjadi jika koefisien determinasi cukup tinggi, tetapi hubungan
antara variabel bebas dan variabel tidak bebas tidak signifikan atau tidak
mempunyai makna. Apabila terdapat persamaan sebagai berikut:
𝑦𝑑 = 𝛽0 + 𝛽1 π‘₯𝑑 + 𝑒𝑑
(10)
Jika variabel yang digunakan pada persamaan (10) tidak stasioner pada tingkat
level, maka kombinasi kedua variabel mungkin saja stasioner. Untuk
menunjukkan hal tersebut maka persamaan (10) dapat ditulis kembali dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
𝑒𝑑 = 𝑦𝑑 − 𝛽0 − 𝛽1 π‘₯𝑑
(11)
𝑒𝑑 adalah kombinasi linear dari 𝑦𝑑 dan π‘₯𝑑 . Konsep kointegrasi Engle Granger
mensyaratkan bahwa jika 𝑒𝑑 tidak mengandung akar unit atau stasioner pada
tingkat level, maka variabel terkointegrasi yang berarti mempunyai keseimbangan
jangka panjang. Secara umum dapat dikatakan bahwa jika data time series 𝑦 dan π‘₯
tidak stasioner pada tingkat level, tetapi menjadi stasioner pada diferensial
(difference) yang sama yaitu 𝑦 adalah I(𝑑) dan π‘₯ adalah I(𝑑), dimana 𝑑 tingkat
diferensial yang sama maka kedua data adalah terkointegrasi. Dengan kata lain,
uji kointegrasi hanya bisa dilakukan ketika data yang digunakan dalam penelitian
terintegrasi pada derajat yang sama (Widarjono 2013).
15
Pengujian Setelah Estimasi
Uji Diagnostik Model
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model yang digunakan
adalah model terbaik. Oleh karena itu, model harus memenuhi asumsi-asumsi
klasik OLS. Uji yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Uji normalitas
Uji signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas
melalui uji t hanya akan valid jika residual yang didapat mempunyai
distribusi normal. Pada penelitian ini digunakan uji Jarque-Bera untuk
mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal atau tidak. Hipotesis
nol yang digunakan adalah residual terdistribusi normal. Jika nilai
probabilitas dari Jarque-Bera lebih besar dari taraf nyata, maka hipotesis
nol gagal ditolak, sehingga residual mempunyai distribusi normal karena
nilai statistik dari Jarque-Bera mendekati nol.
2. Uji heteroskedastisitas
Model regresi yang diduga dengan menggunakan metode OLS harus
memenuhi asumsi bahwa ragam dari residual adalah konstan
(homoskedastisitas). Heteroskedastisitas dalam penelitian ini dideteksi
dengan menggunakan metode uji heteroskedastisitas White. Hipotesis nol
yang digunakan adalah ragam dari residual konstan (homoskedastisitas). Uji
White didasarkan pada jumlah sample ( 𝑛 ) dikalikan dengan 𝑅 2 (Obs*Rsquared) yang akan mengikuti distribusi chi-square (χ2) dengan derajat
bebas (degree of freedom) sebanyak variabel bebas tidak termasuk konstanta.
Jika nilai probabilitas chi-square lebih besar dari taraf nyata, maka hipotesis
nol gagal ditolak sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji autokorelasi
Autokorelasi kaitannya dalam asumsi metode OLS berarti adanya korelasi
antara satu residual dengan residual lainnya. Pengujian autokorelasi dalam
penelitian ini menggunakan serial correlation LM test. Hipotesis nol yang
digunakan adalah tidak ada autokorelasi dengan hipotesis alternatif terdapat
autokorelasi. Penentuan ada tidaknya masalah autokorelasi dapat dilihat dari
nilai probabilitas chi-squared (χ2). Jika nilai probabilitasnya lebih besar dari
taraf nyata yang dipilih, maka gagal menolak hipotesis nol berarti tidak ada
autokorelasi.
4. Uji multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan linear
antara variabel independen di dalam regresi berganda. Hubungan linear
antara variabel independen dapat terjadi dalam bentuk hubungan linear yang
sempurna dan hubungan linear yang kurang sempurna. Mendeteksi
multikolinearitas pada penelitian ini dengan menghitung nilai koefisien
korelasinya. Apabila nilai koefisien korelasi lebih besar dari 0.8, maka
disimpulkan bahwa terdapat multikolinearitas dalam model. Begitu pula
sebaliknya, apabila nilai koefisien korelasi lebih kecil dari 0.8 maka tidak
terdapat multikolinearitas.
16
Uji Kriteria Statistik
1. Uji – F
Uji F dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh semua variabel bebas
terhadap variabel tidak bebas atau yang biasa disebut uji signifikansi model.
Hipotesis yang digunakan dalam uji F adalah sebagai berikut:
H0 : 𝛽1 = … = 𝛽𝑑 = 0 (semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel tak bebas).
H1 : minimal ada satu 𝛽𝑑 ≠ 0 (minimal ada satu variabel bebas yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel tak bebas).
Jika probabilitas dari F-statistik lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan,
maka hipotesis nol ditolak sehingga minimal ada satu variabel bebas yang
berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas.
2. Uji – t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas (π‘₯𝑖 )
berpengaruh signifikan terhadap variabel tidak bebas (𝑦i ). Hipotesis yang
digunakan dalam uji – t penelitian ini adalah hipotesis dua sisi dapat
dinyatakan sebagai berikut:
H0 : 𝛽𝑖 = 0 (variabel bebas ( π‘₯𝑖 ) tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel tidak bebas (𝑦i )).
H1 : 𝛽𝑖 ≠ 0 (variabel bebas (π‘₯i ) berpengaruh signifikan terhadap variabel
tidak bebas (𝑦i )).
Jika probabilitas dari t – statistik masing-masing variabel bebas lebih kecil
dari taraf nyata yang digunakan, maka hipotesis nol ditolak sehingga
variabel bebas (π‘₯𝑖 ) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
tidak bebas (𝑦i ).
3. Uji R-squared dan uji R-squared yang disesuaikan
Uji R-squared dilakukan untuk melihat seberapa besar keragaman dari
variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas. Nilai Rsquared dan R-squared yang disesuaikan berkisar antara 0 hingga 1.
Apabila nilai R-squared mendekati satu, maka semakin baik model yang
digunakan. Akan tetapi, nilai R-squared biasanya lebih besar dari nilai Rsquared yang disesuaikan. Hal ini dikarenakan, nilai R-squared tidak pernah
menurun jika variabel bebas terus ditambahkan di dalam model, walaupun
variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model kurang atau tidak relevan.
R-squared yang disesuaikan adalah nilai R-squared yang telah disesuaikan
dengan nilai derajat kebebasan (𝑑𝑓 ), ∑ 𝑒𝑖2 mempunyai derajat kebebasan
sebesar 𝑛 − π‘˜ dan ∑(𝑦𝑖 − Σ―) dengan derajat kebebasan sebesar 𝑛 − 1.
17
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Migrasi Tenaga Kerja dan Penerimaan Remitansi
Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
Ketersediaan lapangan pekerjaan yang terbatas, tidak mampu menyerap semua
angkatan kerja. Akibatnya pengangguran banyak terjadi di Indonesia, pada tahun
2013 jumlah pengangguran sebanyak 7.39 juta orang. Jumlah pengangguran
meningkat sebesar 150 ribu orang pada tahun 2013, sebelumnya pada tahun 2012
jumlah pengangguran sebesar 7.24 juta orang. Selain itu, pengangguran yang ada
di Indonesia rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Pada tahun 2014
jumlah pengangguran terbesar memiliki tingkat pendidikan akhir SD, SLTP, dan
SLTA. Hal tersebut juga mencerminkan bahwa angkatan kerja di Indonesia ratarata masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah2.
Lapangan pekerjaan yang terbatas dan tingginya jumlah pengangguran
membuat banyak pekerja Indonesia yang melakukan migrasi tenaga kerja untuk
mendapatkan pekerjaan. Rata-rata pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri
adalah mereka yang memiliki keterampilan yang rendah atau low skill. Pekerja
Indonesia yang bekerja di luar negeri biasa disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Malaysia, Taiwan, Saudi Arabia, Hongkong, dan Singapura merupakan lima
negara terbesar penempatan TKI untuk periode tahun 2012 sampai dengan 2015.
Pekerjaan yang paling banyak dilakukan oleh para TKI di negara penempatan
yaitu Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT), perawat jompo, pekerja kebun,
pelayan restoran, dan deckhand (kelasi).
650,000
Jumlah Tenaga Kerja
Indonesia (TKI)
550,000
450,000
Tenaga Kerja
Indonesia di Sektor
Formal
350,000
250,000
Tenaga Kerja
Indonesia di Sektor
Informal
150,000
50,000
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia
(BNP2TKI, 2016), data diolah
Gambar 3 Jumlah dan penempatan tenaga kerja Indonesia berdasarkan sektor
usaha di seluruh negara tujuan periode 2008-2015
Jumlah tenaga kerja Indonesia berfluktuatif setiap tahunnya dari tahun 2008
sampai dengan tahun 2015, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 3. Pada tahun
2
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973 diakses pada tanggal 4 Februari 2016
pukul 15.03
18
2008 jumlah TKI yang dikirim oleh pemerintah sebesar 644731 orang, ini adalah
jumlah pengiriman TKI terbesar selama delapan tahun terakhir. Selama dua tahun
selanjutnya jumlah TKI mengalami penurunan, pada tahun 2009 jumlah TKI yang
dikirim sebesar 632172 orang dan pada tahun 2010 sebesar 575804 orang. Pada
tahun 2011 jumlah TKI mengalami kenaikan sebesar 10998 orang menjadi
sebesar 586802 orang, dan pada tahun 2012 jumlah TKI mengalami penurunan
menjadi sebesar 494609 orang. Jumlah TKI yang dikirim menurun drastis pada
tahun 2015, penurunan jumlah TKI sebesar 154136 orang. Pada tahun 2014
jumlah TKI yang dikirim sebesar 429872 orang, turun menjadi sebesar 275736
orang pada tahun 2015.
Tenaga kerja Indonesia banyak yang bekerja di sektor informal daripada di
sektor formal dari tahun 2008 hingga 2011. Pada tahun 2008 jumlah TKI yang
bekerja di sektor informal sebesar 462292 orang dan pada tahun 2009 sebanyak
528254 orang TKI atau sekitar 83 persen yang bekerja di sektor informal,
sedangkan sebanyak 103918 orang TKI atau sekitar 17 persen yang bekerja di
sektor formal. Tenaga kerja Indonesia yang bekerja di sektor informal terus
mengalami penurunan, pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 77133
orang menjadi sebesar 451121 orang, sedangkan pada tahun 2011 penurunan
jumlah TKI yang bekerja di sektor informal cukup besar yaitu sebesar 130510
orang. Selama empat tahun terakhir, jumlah TKI yang bekerja di sektor formal
lebih besar dibandingkan dengan yang bekerja di sektor informal. Pada tahun
2012 TKI yang bekerja disektor formal sebanyak 258411 orang atau sekitar 52
persen. Angka tersebut terus meningkat hingga pada tahun 2014 jumlah TKI yang
bekerja di sektor formal sebesar 247610 orang atau sekitar 58 persen dari jumlah
TKI. Kemudian menurun menjadi sebesar 152394 orang pada tahun 2015. Hal ini
terjadi karena pada tahun 2015 jumlah TKI yang dikirim oleh pemerintah
mengalami penurunan yang drastis.
Penurunan jumlah TKI yang bekerja di sektor informal dan peningkatan
TKI yang bekerja di sektor formal disebabkan oleh beberapa hal. Pertama,
penurunan jumlah TKI yang bekerja di sektor informal karena adanya
pembenahan penempatan TKI di beberapa negara kawasan Timur Tengah.
Pemerintah memberlakukan penundaan penempatan (moratorium) untuk TKI
yang bekerja pada sektor informal, khususnya TKI yang bekerja pada sektor
Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) di enam negara, yaitu: Arab Saudi,
Yordania, Kuwait, Suriah, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Diberlakukannya
moratorium TKI untuk sektor PLRT di negara-negara tersebut karena pemerintah
di negara tersebut tidak memberikan jaminan perlindungan kepada TKI. Kedua,
adanya pengetatan penempatan TKI dengan pemberlakuan durasi waktu pelatihan,
yang dibuktikan melalui kehadiran dengan sistem absen menggunakan sidik jari
(finger print). Ketiga, ketersediaan tenaga kerja unskill di daerah-daerah
berkurang. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas tenaga kerja di Indonesia
mengalami peningkatan (BNP2TKI 2014).
Penurunan jumlah TKI tidak terlalu berpengaruh pada penerimaan remitansi
Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4, penerimaan remitansi Indonesia
memiliki tren yang meningkat selama sepuluh tahun terakhir, walaupun
kenaikannya tidak cukup besar. Penerimaan remitansi sebesar US$ 5.41 milyar
pada tahun 2005, kemudian terus mengalami peningkatan hingga tahun 2008
menjadi sebesar US$ 6.79 milyar. Resesi ekonomi yang terjadi pada tahun 2008
19
memberikan dampak pada penerimaan remitansi, pada tahun 2009 penerimaan
remitansi mengalami penurunan sebesar US$ 1,29 juta. Pada tahun 2010
penerimaan remitansi mengalami kenaikan menjadi sebesar US$ 6.91 milyar,
tetapi penerimaan remitansi menurun pada tahun 2011 sebesar US$ 7.91 juta.
Selama tiga tahun terakhir penerimaan remitansi terus mengalami peningkatan,
total penerimaan remitansi tahun 2012 sebesar US$ 7.21 milyar dan tahun 2013
sebesar 7.61 milyar. Walaupun jumlah TKI mengalami penurunan pada tahun
2014 yaitu sebesar 82296 orang, tetapi penerimaan remitansi mengalami
peningkatan yang cukup besar yaitu sebesar US$ 0,93 milyar. Penerimaan
remitansi mengalami peningkatan, karena jumlah TKI yang bekerja pada sektor
formal lebih besar dibandingkan dengan yang bekerja pada sektor informal. TKI
yang bekerja pada sektor formal mendapatkan gaji yang lebih besar dan kondisi
kerja yang lebih baik, dibandingkan dengan TKI yang bekerja pada sektor
informal.
9
8
7
6
5
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Sumber : World Bank (2016), data diolah
Gambar 4 Total penerimaan remitansi Indonesia periode 2005-2014 (milyar US$)
Tenaga kerja Indonesia tidak hanya memberikan solusi untuk permasalahan
kurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan di Indonesia. Remitansi yang
dihasilkan TKI juga menjadi sumber devisa alternatif negara, yang digunakan
untuk pembiayaan eksternal. Oleh karena itu, remitansi dapat mempengaruhi
posisi neraca pembayaran Indonesia. Selain itu, remitansi juga berpengaruh
menurunkan tingkat kemiskinan melalui peningkatan pendapatan, peningkatan
standar hidup keluarga TKI, dan peningkatan kesejahteraan ekonomi tenaga kerja,
serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi (Nizar 2014). Penerimaan remitansi
Indonesia yang cukup besar dan terus meningkat setiap tahunnya memiliki potensi
yang cukup baik untuk membantu perekonomian, selama Indonesia masih belum
mampu memenuhi kebutuhan lapangan pekerjaan sesuai dengan jumlah
permintaan.
Remitansi yang dikirim oleh TKI digunakan untuk konsumsi atau investasi.
Menurut Adams dan Cuecuecha (2010) setidaknya ada tiga pandangan tentang
bagaimana penerimaan remitansi dibelanjakan dan efeknya pada pertumbuhan
ekonomi. Pertama, ada pandangan bahwa penerimaan remitansi yang diterima
dan dibelanjakan seperti pendapatan dari sumber lainnnya. Artinya, pendapatan
20
dari penerimaan remitansi oleh rumah tangga diperlakukan sama seperti
pendapatan dari upah, dan pendapatan dari penerimaan remitansi dibelanjakan
seperti sumber pendapatan lain. Kedua, penerimaan remitansi dapat menyebabkan
perubahan perilaku pada rumah tangga, dan penerimaan remitansi cenderung
dibelanjakan untuk konsumsi dan bukan untuk investasi. Ketiga, pandangan yang
muncul dari hipotesis pendapatan permanen adalah penerimaan remitansi
dipandang sebagai jenis pendapatan sementara. Penerimaan remitansi cenderung
dibelanjakan untuk barang-barang investasi, investasi modal manusia dan fisik
daripada dibelanjakan untuk barang-barang konsumsi. Hal ini dapat memberikan
kontribusi yang positif bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi.
Pengujian Sebelum Estimasi
Uji Kausalitas Granger
Uji kausalitas Granger dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat
antara dua variabel ekonomi, apakah memiliki hubungan dua arah, satu arah, atau
saling bebas. Uji kausalitas Granger dalam penelitian ini dilakukan pada semua
variabel yang digunakan.
Tabel 4 Hasil uji kausalitas Granger
Cause
GDP
Remitansi
Pembentukan
modal
Impor
Tenaga
kerja
-
7.62244**
3.09302*
6.62355**
0.04345
Remitansi
0.43713
-
3.65075*
8.07225**
4.08616*
Pembentukan
modal
1.03075
2.57398
-
0.83312
0.12767
Impor
0.46134
7.36352**
0.99168
-
0.07869
Tenaga kerja
0.92143
9.97184**
2.90705*
8.25674**
-
Effect
GDP
Keterangan : * adalah signifikan pada taraf nyata 10 persen
** adalah signifikan pada taraf nyata 5 persen
Hasil pengujian kausalitas Granger pada Tabel 4 dilakukan dengan panjang
lag sama dengan 1. Berdasarkan hasil di atas menunjukkan bahwa remitansi dan
impor memiliki hubungan dua arah atau kausalitas pada taraf nyata lima persen,
sedangkan remitansi dan tenaga kerja memiliki hubungan dua arah atau kausalitas
pada taraf nyata sepuluh persen. Remitansi dan pertumbuhan ekonomi memiliki
hubungan yang searah, hasil menunjukkan remitansi tidak signifikan
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi pertumbuhan ekonomi
signifikan mempengaruhi remitansi pada taraf nyata lima persen. Selain itu,
pertumbuhan ekonomi, pembentukan modal, dan impor memiliki hubungan satu
arah, pertumbuhan ekonomi signifikan mempengaruhi pembentukan modal pada
21
taraf nyata sepuluh persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi signifikan
mempengaruhi impor pada taraf nyata lima persen.
Uji Stasioneritas Data
Uji stasioneritas data atau uji akar unit dalam penelitian ini menggunakan
metode pengujian Augmented Dickey Fuller Test (ADF-test). Pengujian data
dilakukan pada tingkat level dan diferensial pertama untuk setiap variabel yang
digunakan. Menggunakan automatic lag selection berdasarkan kriteria Schwarz
Info Criterion (SIC) dengan panjang lag maksimum berjumlah 7. Data yang
digunakan dikatakan stasioner apabila nilai absolut t-statistik ADF lebih besar
daripada nilai absolut kritis MacKinnon.
Tabel 5 Uji stasioneritas data
Variabel
GDP
Series
Nilai t- statistik ADF
Level
-2.039541
Diferensial pertama -3.824158**
Remitansi
Level
-4.609514**
Diferensial pertama -7.773590**
Pembentukan modal
Level
-2.739157
Diferensial pertama -4.331754**
Tenaga kerja
Level
-2.094682
Diferensial pertama -3.969815**
Impor
Level
-2.677125
Diferensial pertama -4.790418**
Keterangan : ** Signifikan pada taraf nyata 5 persen
Uji Kointegrasi
Pengujian kointegrasi dilakukan setelah melakukan uji stasioneritas data.
Apabila data yang digunakan stasioner pada tingkat diferensial pertama, maka
data telah memenuhi syarat perlu dari regresi kointegrasi. Penguji kointegrasi
dilakukan dengan menggunakan uji Engle Granger, hasil residual ( 𝐸𝐢𝑑 ) dari
model harus stasioner pada tingkat level. Uji kestasioneran residual ( 𝐸𝐢𝑑 )
menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF-test). Berdasarkan hasil uji
kointegrasi Engle Granger, nilai t-statistik ADF sebesar -3.276711 pada tingkat
level atau nilai probabilitasnya sebesar 0.0249. Artinya, residual (𝐸𝐢𝑑 ) stasioner
pada tingkat level dengan taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa variabel yang digunakan memiliki hubungan kointegrasi atau
terdapat keseimbangan jangka panjang. Hasil pengujian kointegrasi lebih
lengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
22
Pengujian Setelah Estimasi
Uji Diagnostik Model
Hasil estimasi output Error Correction Model (ECM) yang didapat dengan
menggunakan GDP sebagai variabel dependen adalah sebagai berikut:
1. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mendeteksi apakah residual memiliki
distribusi normal atau tidak. Apabila nilai probabilitas Jarque-Bera lebih
besar dari taraf nyata lima persen, maka residual memiliki distribusi normal.
Berdasarkan hasil pengujian nilai probabilitas Jarque-Bera sebesar 0.8596,
lebih besar dari taraf nyata lima persen. Artinya, residual terdistribusi secara
normal pada model yang digunakan. Hasil pengujian dapat dilihat pada
lampiran.
2. Uji heteroskedastisitas
Model terbebas dari masalah heteroskedastisitas apabila nilai probabilitas
chi-square (χ2) pada Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata lima persen.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai probabilitas chi-square sebesar
0.0855, lebih besar dari taraf nyata lima persen. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa model yang digunakan terbebas dari masalah
heteroskedastisitas.
3. Uji autokorelasi
Uji autokorelasi menggunakan serial correlation LM test untuk
mendeteksi apakah ada korelasi antara satu residual dengan residual lainnya.
Apabila nilai probabilitas chi-squared (χ2) lebih besar dari taraf nyata lima
persen, maka model tidak mengandung autokorelasi. Berdasarkan hasil
pengujian nilai probabilitas chi-squared (χ2) sebesar 0.9994, lebih besar dari
taraf nyata lima persen. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa model yang
digunakan terbebas dari masalah autokorelasi.
4. Uji multikolinearitas
Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai koefisien korelasi antara
variabel independen. Apabila nilai koefisien korelasi lebih kecil dari 0.8,
maka tidak terdapat multikolinearitas atau tidak ada hubungan yang linear
antara variabel independen. Berdasarkan hasil yang didapatkan, nilai
koefisien korelasi lebih kecil dari 0.8, sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat hubungan yang linear antara variabel independen.
Uji Kriteria Statistik
Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 6 dilakukan uji kriteria untuk
menentukan apakah model yang digunakan merupakan model terbaik.
1. Uji – F
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen
berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen. Hal ini dapat dilihat
dari nilai probabilitas F statistik. Apabila nilai probabilitas F statistik lebih
kecil dari taraf nyata lima persen, maka hipotesis nol ditolak sehingga
minimal ada satu variabel independen yang berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hasil estimasi menunjukkan bahwa nilai probabilitas
F statistik lebih kecil dari taraf nyata lima persen, sehingga dapat disimpulkan
bahwa minimal ada satu variabel independen (remitansi, pembentukan modal,
23
impor, dan tenaga kerja) yang mempengaruhi variabel pertumbuhan ekonomi
dalam model tersebut pada tingkat kepercayaan sembilan puluh lima persen.
2. Uji – t
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Apabila nilai
probabilitas t statistik lebih kecil dari taraf nyata lima persen, maka variabel
independen secara individu berpengaruh secara nyata terhadap variabel
dependen. Hasil estimasi pada Tabel 6 menunjukkan bahwa variabel
remitansi, pembentukan modal, dan tenaga kerja memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Akan tetapi,
variabel impor dalam jangka pendek tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi.
3. Uji R-squared yang disesuaikan
Uji R-squared dilakukan untuk melihat seberapa besar keragaman dari
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Apabila
nilai R-squared semakin mendekati satu, maka semakin besar keragaman
variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen.
Berdasarkan nilai estimasi pada Tabel 6, nilai R-squared yang disesuaikan
(Adjusted R-squared) sebesar 0.8189. Artinya, sebesar 81.89 persen
perubahan variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi yang dapat
dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 18.11
persen dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
Analisis Pengaruh Penerimaan Remitansi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dalam Jangka Pendek
Tabel 6 Hasil estimasi Error Correction Model (ECM)
Variabel
C
D(remitansi)
D(pembentukan modal)
D(impor)
Koefisien
0.0163
(0.0062)
0.0187
(0.0087)
Probabilitas
0.0146
0.2969
(0.0410)
0.0202
(0.0273)
0.0000
0.0417
0.4656
D(tenaga kerja)
0.4713
0.0261
(0.1992)
ECt (-1)
-0.4668
0.0058
(0.1548)
R-squared
0.8491
F-statistik
Adjusted R-squared
0.8189
Prob(F-statistik)
Keterangan : dalam kurung adalah standar residual
28.1394
0.0000
24
Model ECM yang digunakan merupakan model yang valid atau baik apabila
ECt(-1) berpengaruh signifikan pada taraf nyata lima persen. Hasil estimasi
menunjukkan bahwa ECt (-1) memiliki pengaruh yang signifikan pada taraf nyata
lima persen, sehingga model tidak hanya memiliki hubungan jangka pendek tetapi
memiliki hubungan dalam keseimbangan jangka panjang. Berdasarkan hasil
estimasi model ECM pada Tabel 6, dalam jangka pendek penerimaan remitansi
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan pada taraf nyata lima persen
terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh penerimaan remitansi terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.018, artinya setiap perubahan penerimaan
remitansi naik sebesar 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi akan naik sebesar
0.018 persen. Hasil tersebut sesuai dengan teori dan hipotesis awal penelitian.
Akan tetapi, penerimaan remitansi memiliki pengaruh yang kecil terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Penerimaan remitansi yang terus meningkat dapat memberikan pengaruh
yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, bagaimana penerimaan
remitansi dibelanjakan oleh rumah tangga dapat mempengaruhi besar atau kecil
pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Menurut Adams dan Cuecuecha
(2010) bahwa rumah tangga yang menerima pengiriman remitansi di Indonesia
lebih banyak menggunakannya untuk belanja barang konsumsi dan makanan,
apabila dibandingkan ketika rumah tangga tidak menerima pengiriman remitansi.
Selain itu, penerimaan remitansi mengurangi pengeluaran untuk investasi barang
atau untuk investasi perumahan, apabila dibandingkan ketika rumah tangga tidak
menerima pengiriman remitansi. Hal ini dikarenakan rata-rata rumah tangga yang
menerima pengiriman remitansi Internasional di Indonesia adalah rumah tangga
yang tergolong miskin atau yang berada di bawah garis kemiskinan. Oleh karena
itu, remitansi yang diterima oleh rumah tangga lebih banyak digunakan untuk
belanja barang dan makanan, daripada untuk belanja barang-barang investasi atau
perumahan.
Penerimaan remitansi dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
pertumbuhan ekonomi, apabila penerimaan remitansi lebih banyak digunakan
untuk investasi dalam bentuk barang modal daripada untuk konsumsi. Rumah
tangga yang menerima remitansi akan memperoleh informasi yang lebih banyak
mengenai lembaga keuangan formal yang mampu memberi bantuan untuk
meningkatkan tingkat investasinya. Selain itu, remitansi dapat memberikan
pengaruh yang positif, apabila penerimaan remitansi digunakan untuk
memfasilitasi peningkatan modal manusia, dengan asumsi akan berpartisipasi
dalam pasar tenaga kerja dan tidak melakukan migrasi tenaga kerja, sehingga
penerimaan remitansi dapat meningkatkan tingkat produktivitas, dan akan
berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi. Penerimaan remitansi memiliki
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi apabila remitansi
mempengaruhi sistem finansial dari negara penerima remitansi. Pengiriman
remitansi akan meningkatkan permintaan uang di negara penerima remitansi,
kemudian remitansi juga akan membuat bank meningkatkan penawaran simpanan
atau tabungan (Chami et al. 2008). Kondisi di Indonesia sebagian besar uang yang
diterima dari remitansi digunakan untuk konsumsi. Selain itu, digunakan untuk
25
residential investment dan dalam porsi yang lebih kecil disimpan atau
ditabungkan di bank3.
Berdasarkan hasil estimasi ECM yang ditunjukkan pada Tabel 6 dalam
jangka pendek pembentukan modal memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi pada taraf nyata lima persen. Besar pengaruh
pembentukan modal terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0.296. Artinya,
setiap perubahan pembentukan modal naik sebesar 1 persen, maka pertumbuhan
ekonomi akan meningkat sebesar 0.296 persen. Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Belmimoun et al. (2014),
peneliti menemukan ada hubungan yang positif dalam jangka pendek antara
pembentukan modal dan pertumbuhan ekonomi. Teori pertumbuhan Harrod
Domar juga menyatakan bahwa pembentukan modal dapat memacu pertumbuhan
ekonomi. Selain itu, pembentukan modal juga memiliki hubungan langsung
dengan jumlah pendapatan nasional atau output.
Hasil estimasi menunjukkan bahwa dalam jangka pendek variabel tenaga
kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi. Besar pengaruh tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar
0.471 persen. Setiap perubahan tenaga kerja naik sebesar 1 persen, akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.471 persen. Menurut Todaro dan
Smith (2006) peningkatan tenaga kerja secara tradisional dapat dianggap sebagai
faktor positif yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Analisis Pengaruh Penerimaan Remitansi terhadap Pertumbuhan Ekonomi
dalam Jangka Panjang
Tabel 7 Hasil estimasi model jangka panjang
Variabel
Koefisien
0.1911
(1.7608)
Probabilitas
0.9144
Remitansi
0.0133
(0.0134)
0.3285
Pembentukan modal
0.2758
(0.0384)
0.0000
Impor
0.1237
(0.0222)
0.0000
Tenaga kerja
0.8609
(0.1189)
0.0000
C
R-squared
0.9972
F-statistik
Adjusted R-squared
0.9968
Prob(F-statistik)
2427.165
Keterangan : dalam kurung adalah standar residual
3
Laporan Survei Nasional Pola Remitansi TKI Tahun 2008. Bank Indonesia
0.0000
26
Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 7, penerimaan remitansi memiliki
pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi tidak berpengaruh
signifikan pada taraf nyata lima persen. Banyak penelitian yang menemukan
bahwa remitansi yang diterima oleh rumah tangga migran kebanyakan digunakan
untuk konsumsi, dan sebagian kecilnya digunakan untuk investasi dan tabungan.
Hal yang sama juga ditemukan oleh Adams dan Cuecuecha (2010) bahwa
penerimaan remitansi di Indonesia sebagian besar digunakan oleh rumah tangga
untuk belanja barang dan makanan. Hal ini diakibatkan sebagian besar pengiriman
remitansi diterima oleh rumah tangga yang miskin atau yang berada dibawah garis
kemiskinan. Menurut Chami et al. (2008) aliran remitansi tenaga kerja memiliki
pengaruh terhadap perekonomian dalam jangka pendek apabila aliran remitansi
yang masuk tidak digunakan untuk belanja barang modal dan pengeluaran
investasi lainnya. Oleh karena itu, penerimaan remitansi tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam jangka
panjang.
Variabel pembentukan modal tetap memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Pengaruh
pembentukan modal tetap terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0.275. Artinya,
setiap kenaikan pembentukan modal tetap sebesar 1 persen, maka pertumbuhan
ekonomi akan meningkat sebesar 0.275 persen. Pembentukan modal sangatlah
penting dalam perekonomian suatu negara, karena pembentukan modal dapat
meningkatkan output dan mendorong perekonomian. Selain itu, pembentukan
modal memiliki pengaruh yang langsung terhadap perekonomian suatu negara,
sehingga pengeluaran untuk pembentukan modal berpengaruh pada pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Pada jangka panjang variabel impor memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengaruh impor terhadap
pertumbuhan ekonomi sebesar 0.123. Peningkatan impor sebesar 1 persen akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.123 persen. Impor yang dilakukan
oleh Indonesia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan
impor dapat berupa impor barang modal dan teknologi baru yang dapat membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi di negara pengimpor Tahir et al. (2015).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Indonesia, impor yang masuk ke
Indonesia lebih banyak didominasi oleh bahan baku pendukung dan barang modal,
sehingga impor yang masuk ke Indonesia dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi di Indonesia. Hasil tersebut tidak sesuai dengan hipotesis awal pada
penelitian ini.
Tenaga kerja memiliki pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan
ekonomi dalam model yang digunakan pada penelitian. Pengaruh tenaga kerja
terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0.86. Tenaga kerja memiliki pengaruh
yang sangat besar dibandingkan dengan variabel lainnya. Jika tenaga kerja yang
tersedia meningkat lebih besar, maka ketersediaan tenaga kerja yang produktif
meningkat. Tenaga kerja dapat memberikan pengaruh yang positif atau negatif
terhadap perekonomian tergantung dari kemampuan sistem perekonomian untuk
menyerap dan mempekerjakannya secara produktif (Todaro dan Smith 2006).
Dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia memiliki kemampuan untuk
menyerap dan mempekerjakan tenaga kerja secara produktif.
27
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah tenaga kerja Indonesia yang dikirim tidak terlalu berpengaruh
terhadap aliran remitansi yang masuk ke Indonesia. Penurunan jumlah tenaga
kerja Indonesia selama delapan tahun terakhir tidak terlalu berdampak pada
aliran remitansi yang masuk. Penerimaan remitansi memiliki tren yang
meningkat selama sepuluh tahun terakhir, sedangkan penempatan tenaga
kerja Indonesia yang dikirim lebih memberikan dampak terhadap aliran
remitansi yang masuk. Selama empat tahun terakhir jumlah tenaga kerja
Indonesia yang bekerja di sektor formal lebih banyak dibandingkan yang
bekerja di sektor informal. Hal ini dikarenakan tenaga kerja Indonesia yang
bekerja di sektor formal mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan kondisi kerja
yang lebih baik.
2. Hasil uji kausalitas Granger menunjukkan bahwa remitansi tidak memberikan
pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, justru sebaliknya pertumbuhan
ekonomi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan
remitansi. Analisis error correction model menunjukkan bahwa penerimaan
remitansi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek, tetapi tidak berpengaruh
signifikan dalam jangka panjang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan
sebelumnya, maka saran yang dapat diberikan adalah:
1. Penerimaan remitansi memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu
rumah tangga terlepas dari kemiskinan dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Aliran remitansi yang masuk ke Indonesia dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan kualitas TKI yang akan dikirim, sehingga TKI dapat bekerja di
sektor formal. Selain itu, perlu dilakukannya sosialisasi dari pemerintah atau
lembaga keuangan formal, untuk meningkatkan minat rumah tangga agar
remitansi yang diterimanya digunakan untuk investasi atau untuk membuka
usaha, sehingga manfaat yang diterima oleh rumah tangga dari penerimaan
remitansi bisa lebih besar dan dapat dirasakan dalam jangka panjang.
2. Biaya pengiriman remitansi ke Indonesia cukup rendah dibanding rata-rata
dunia dan Asia, namun biaya keseluruhan untuk mengambil remitansi dari
lokasi pengambilan membutuhkan biaya yang cukup besar. Hal ini
dikarenakan lokasi pengiriman dan pengambilan remitansi kurang dapat
dijangkau oleh tenaga kerja Indonesia dan rumah tangga penerima remitansi,
sehingga banyak tenaga kerja Indonesia yang memilih mengirim
menggunakan jasa pengiriman informal. Oleh karena itu, pemerintah dan
lembaga keuangan formal perlu memperluas jaringan lokasi pengiriman dan
28
pengambilan remitansi, sehingga lebih mudah dijangkau oleh tenaga kerja
Indonesia dan rumah tangga penerima remitansi.
3. Penerimaan remitansi memiliki pengaruh yang kecil terhadap pertumbuhan
ekonomi secara nasional. Akan tetapi, ada kemungkinan penerimaan
remitansi memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian suatu
daerah, terutama daerah yang mengirimkan jumlah TKI terbanyak. Oleh
karena itu, penelitian selanjutnya dapat dilakukan dengan menganalisis
pengaruh penerimaan remitansi suatu daerah terhadap kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Abida Z, Sghaier MI. 2014. Remittances Financial Development and Economic
Growth: The Case of North African Countries. The Romanian Economic
Journal: 137-170. [diunduh 2015 Maret 07]. Tersedia pada:
http://www.rejournal.eu/sites/rejournal.versatech.ro/files/articole/2014-0301/1897/7zouheirimen.pdf
Adams RH, Cuecuecha A. 2010. The Economic Impact of International
Remittances on Poverty and Household Consumption and Investment
in Indonesia. World Bank. Policy Research Working Paper no: 5433;
[diunduh
2015
Maret
7]
Tersedia
pada:
http://wwwwds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2010/09/27/0001
58349_20100927093138/Rendered/PDF/WPS5433.pdf
Ahmed MS. 2010. Migrant Workers Remittances and Economic Growth:
Evidence from Bangladesh. ASA University Review. 4(1): 1-13.
[diunduh
2015
Maret
10].
Tersedia
pada:
www.asaub.edu.bd/data/asaubreview/v4n1sl1.pdf
[BI] Bank Indonesia. 2009. Laporan Survei Pola Remitansi Tenaga Kerja
Indonesia tahun 2008 [Internet]. [diunduh 2016 Februari 06]. Tersedia pada:
http://www.bi.go.id/id/publikasi/lain/lainnya/Pages/remitansi_tki_2008.aspx
[BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia. 2016. Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia tahun 2015 [Internet]. [diunduh 2016 Februari 05]. Tersedia pada:
http://www.bnp2tki.go.id/uploads/data/data
[BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia. 2015. Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia tahun 2014 [Internet]. [diunduh 2016 Februari 05]. Tersedia pada:
http://www.bnp2tki.go.id/uploads/data/data
[BNP2TKI] Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia. 2014. Data Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia tahun 2013 [Internet]. [diunduh 2016 Februari 05]. Tersedia pada:
http://www.bnp2tki.go.id/uploads/data/data
Belmimoun A, Kerbouche M, Adouka L, Mokeddem R. 2014. The Impact of
Remittances on Economic Growth Empirical Study: Case of Algeria (1970-
29
2010). European Scientific Journal. 10(13): 364-378. [diunduh 2015 Maret
10]. Tersedia pada: eujournal.org/index.php/esj/article/viewFile/3362/3126
Chami R, Barajas A, Cosimano T, Connel Fullenkakamp, Gapen M, Montiel P.
2008. Macroeconomic Consequences of Remittances. International
Monetary Fund Occasional Paper 259; [diunduh 2015 Desember 18]
Tersedia pada: https://www.imf.org/external/pubs/ft/op/259/op259.pdf
Chami R, Barajas A, Fullenkamp C, Gapen M, Montiel P. 2009. Do Workers’
Remittances Promote Economic Growth?. International Monetary Fund
Working Paper 09/153; [diunduh 2015 Maret 25] Tersedia pada:
https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2009/wp09153.pdf
Dhungel KR. 2014. Does Remittance in Nepal Cause Gross Domestic Product?
An Empirical Evidence Using Vector Error Correction Model. International
Journal of Econometrics and Financial Management. 2(5): 168-174.
[diunduh
2015
Maret
17].
Tersedia
pada:
pubs.sciepub.com/ijefm/2/5/1/ijefm-2-5-1.pdf
Enders W. 2004. Applied Econometric Time Series. Ed ke-2. New York (US):
John Willey & Sons, Inc.
Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika untuk Data Panel dan Time Series.
Bogor(ID): IPB Pr.
Goschin Z. 2013. The Remittances as A Potential Economic Growth Resource For
Romania [Jurnal]. Annales Apulensis Economic Series. 15(2): 655-661.
[diunduh
2015
Maret
17].
Tersedia
pada:
www.oeconomica.uab.ro/upload/lucrari/1520132/29.pdf
Gujarati D. 2007. Dasar-dasar Ekonometrika. Mulyadi JA, Andri Y, penerjemah;
Barnadi D, Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemah
dari: Essentials of Econometrics. Ed ke-3.
Hagbe JB. 2004. A Theory of Workers’ Remittances with an Application to
Morocco. International Monetary
Fund Working Paper 04/194;
[diunduh
2015
Desember
18].
Tersedia
pada:
https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2004/wp04194.pdf
Jawaid ST, Raza SA. 2012. Workers’ Remittances and Economic growth in China
and Korea: an Empirical Analysis. MPRA Paper no. 39003, posted 24.
[diunduh 2015 Desember 6] Tersedia pada: http://mpra.ub.unimuenchen.de/39003/
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Pr.
Mankiw NG. 2007. Makroekonomi. Liza F, Nurmawan I, penerjemah; Hardani W,
Barnadi D, Saat S, editor. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemah dari:
Macroeconomics. Ed ke-6.
McConnell CR, Brue SL, Macpherson DA. 2010. Contemporary Labor
Economics. New York (US): The McGraw-Hill Companies.
Nizar MA. 2014. Pengaruh Aliran Masuk Devisa Tenaga Kerja (Workers’
Remittances) terhadap Nilai Tukar Rupiah. MPRA paper no. 65728, posted
23. [diunduh pada 2016 Februari 07]. Tersedia pada: https://mpra.ub.unimuenchen.de/65728/1/MPRA_paper_65728.pdf
Ratha D, Mohapatra S, Scheja E. 2011. Impact of Migration on Economic
and
Social
Development: A Review of Evidence and Emerging
Issues. World Bank. Policy Research Working Paper no: 5558;
30
[diunduh
2016 Januari 31] Tersedia pada: http://wwwwds.worldbank.org/servlet/WDSContentServer/WDSP/IB/2011/02/07/0001
58349_20110207093552/Rendered/PDF/WPS5558.pdf
Siddique A, Selvanathan EA, Selvanathan S. 2010. Remittances and Economic
Growth: Empirical Evidence From Bangladesh India and Sri Lanka.
Australia (AU): Discussion Paper 10:27; [diunduh 2015 Maret 10] Tersedia
pada:http://www.business.uwa.edu.au/__data/assets/pdf_file/0006/1371948/
10-27-Remittances-and-Economic-Growth.pdf
Tahir M, Khan I, Shah AM. 2015. Foreign Remittances Foreign Direct Investment
Foreign Impor and Economic Growth in Pakistan: A Time Series Analysis
[Jurnal]. Arab economic and business journal: 82-89. [diunduh pada 2015
Desember 06] Tersedia pada: http://dx.doi.org/10.1016/j.aebj.2015.06.001
Todaro MP, Smith SC. 2006. Pembangunan Ekonomi. Munandar H, Puji,
penerjemah; Barnadi D, Saat S, Hardani W, editor. Jakarta (ID): Penerbit
Erlangga. Terjemah dari: Economic Development. Ed ke-9.
UNCTAD [Internet]. [diunduh 2015 Desember 08] Tersedia pada:
http://unctadstat.unctad.org/wds/ReportFolders/reportFolders.aspx?sCS_Ch
osenLang=en
Widarjono A. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. Yogyakarta (ID):
Penerbit UPP STIM YKPN.
[WB] World Bank [Internet]. [diunduh 2015 Desember 08]. Tersedia pada:
http://databank.worldbank.org/data/
31
LAMPIRAN
32
Lampiran 1 Uji kausalitas Granger
Pairwise Granger Causality Tests
Date: 03/11/16 Time: 19:03
Sample: 1983 2014
Lags: 1
Null Hypothesis:
LNREM does not Granger Cause LNGDP
LNGDP does not Granger Cause LNREM
LNPM does not Granger Cause LNGDP
LNGDP does not Granger Cause LNPM
LNIMPOR does not Granger Cause LNGDP
LNGDP does not Granger Cause LNIMPOR
LNTK does not Granger Cause LNGDP
LNGDP does not Granger Cause LNTK
LNPM does not Granger Cause LNREM
LNREM does not Granger Cause LNPM
LNIMPOR does not Granger Cause LNREM
LNREM does not Granger Cause LNIMPOR
LNTK does not Granger Cause LNREM
LNREM does not Granger Cause LNTK
LNIMPOR does not Granger Cause LNPM
LNPM does not Granger Cause LNIMPOR
LNTK does not Granger Cause LNPM
LNPM does not Granger Cause LNTK
LNTK does not Granger Cause LNIMPOR
LNIMPOR does not Granger Cause LNTK
Obs
31
31
31
31
31
31
31
31
31
31
F-Statistic
0.43713
7.62244
1.03075
3.09302
0.46134
6.62355
0.92143
0.04345
2.57398
3.65075
7.36352
8.07225
9.97184
4.08616
0.99168
0.83312
2.90705
0.12767
8.25674
0.07869
Prob.
0.5139
0.0101
0.3187
0.0896
0.5026
0.0156
0.3453
0.8364
0.1199
0.0663
0.0113
0.0083
0.0038
0.0529
0.3279
0.3692
0.0993
0.7235
0.0077
0.7811
33
Lampiran 2 Uji kointegrasi Engle Granger
Null Hypothesis: EC has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=7)
t-Statistic
Augmented Dickey-Fuller test statistic
-3.276711
Test critical values: 1% level
-3.661661
5% level
-2.960411
10% level
-2.619160
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Prob.*
0.0249
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(EC)
Method: Least Squares
Date: 03/06/16 Time: 20:33
Sample (adjusted): 1984 2014
Included observations: 31 after adjustments
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob.
EC(-1)
-0.631722 0.192792 -3.276711
0.0027
C
0.001701 0.004101 0.414747
0.6814
R-squared
0.270199 Mean dependent var
0.002954
Adjusted R-squared
0.245033 S.D. dependent var
0.026162
S.E. of regression
0.022732 Akaike info criterion -4.667779
Sum squared resid
0.014985 Schwarz criterion
-4.575264
Log likelihood
74.35058 Hannan-Quinn criter. -4.637621
F-statistic
10.73684 Durbin-Watson stat
1.356918
Prob(F-statistic)
0.002726
34
Lampiran 3 Uji normalitas
8
Series: Residuals
Sample 1984 2014
Observations 31
7
6
5
4
3
2
1
0
-0.04
-0.02
0.00
Mean
Median
Maximum
Minimum
Std. Dev.
Skewness
Kurtosis
-1.12e-18
-0.000754
0.030441
-0.038014
0.015327
-0.209204
3.243082
Jarque-Bera
Probability
0.302448
0.859655
0.02
Lampiran 4 Uji multikolinearitas
D(LNGDP)
D(LNGDP)
1.000000
D(LNREM)
0.050663
D(LNPM)
0.861751
D(LNIMPOR) 0.613937
D(LNTK)
0.121347
D(LNREM)
0.050663
1.000000
-0.171394
-0.174842
0.031606
D(LNPM)
0.861751
-0.171394
1.000000
0.719254
0.013159
D(LNIMPOR)
0.613937
-0.174842
0.719254
1.000000
-0.091211
D(LNTK)
0.121347
0.031606
0.013159
-0.091211
1.000000
35
Lampiran 5 Uji heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic
Obs*R-squared
Scaled explained SS
7.720680
29.11451
21.23642
Test Equation:
Dependent Variable: RESID^2
Method: Least Squares
Date: 03/06/16 Time: 20:37
Sample: 1984 2014
Included observations: 31
Variable
Coefficient
C
0.000518
D(LNREM)
-0.001232
(D(LNREM))^2
0.000578
(D(LNREM))*(D(LNPM)) -0.002232
(D(LNREM))*(D(LNIMPOR)) 0.004730
(D(LNREM))*(D(LNTK))
0.031036
(D(LNREM))*EC(-1)
-0.013549
D(LNPM)
-0.002723
(D(LNPM))^2
-0.024974
(D(LNPM))*(D(LNIMPOR)) 0.029751
(D(LNPM))*(D(LNTK))
0.017571
(D(LNPM))*EC(-1)
-0.144362
D(LNIMPOR)
0.000152
(D(LNIMPOR))^2
-0.005330
(D(LNIMPOR))*(D(LNTK)) -0.056779
(D(LNIMPOR))*EC(-1)
0.019746
D(LNTK)
-0.014260
(D(LNTK))^2
0.313234
(D(LNTK))*EC(-1)
-0.760893
EC(-1)
0.029727
EC(-1)^2
0.209165
R-squared
0.939178
Adjusted R-squared
0.817533
S.E. of regression
0.000148
Sum squared resid
2.19E-07
Log likelihood
246.9497
F-statistic
7.720680
Prob(F-statistic)
0.001047
Prob. F(20,10)
Prob. Chi-Square(20)
Prob. Chi-Square(20)
0.0010
0.0855
0.3833
Std. Error
t-Statistic
Prob.
0.000229
2.258748
0.0475
0.000895
-1.376821
0.1986
0.000361
1.600470
0.1406
0.007262
-0.307401
0.7648
0.003215
1.471377
0.1719
0.027827
1.115309
0.2908
0.033024
-0.410275
0.6903
0.001988
-1.369670
0.2008
0.014753
-1.692769
0.1214
0.015486
1.921197
0.0836
0.044571
0.394224
0.7017
0.118028
-1.223113
0.2493
0.001014
0.149457
0.8842
0.002810
-1.896398
0.0871
0.037332
-1.520932
0.1592
0.027254
0.724521
0.4854
0.018574
-0.767740
0.4604
0.341710
0.916667
0.3809
0.622371
-1.222571
0.2495
0.007093
4.190845
0.0019
0.151301
1.382446
0.1969
Mean dependent var
0.000227
S.D. dependent var
0.000346
Akaike info criterion
-14.57740
Schwarz criterion
-13.60599
Hannan-Quinn criter.
-14.26075
Durbin-Watson stat
2.132384
36
Lampiran 6 Uji autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic
0.000464 Prob. F(2,23)
Obs*R-squared
0.001252 Prob. Chi-Square(2)
0.9995
0.9994
Test Equation:
Dependent Variable: RESID
Method: Least Squares
Date: 03/06/16 Time: 20:37
Sample: 1984 2014
Included observations: 31
Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob.
D(LNREM)
7.16E-05 0.009592 0.007460 0.9941
D(LNPM)
0.000599 0.049435 0.012113 0.9904
D(LNIMPOR)
-0.000112 0.030089 -0.003726 0.9971
D(LNTK)
-0.003838 0.244365 -0.015706 0.9876
EC(-1)
0.005196 0.237281 0.021897 0.9827
C
5.12E-05 0.006916 0.007410 0.9942
RESID(-1)
-0.010484 0.349397 -0.030006 0.9763
RESID(-2)
0.000148 0.254958 0.000579 0.9995
R-squared
0.000040 Mean dependent var -1.12E-18
Adjusted R-squared -0.304295 S.D. dependent var
0.015327
S.E. of regression
0.017504 Akaike info criterion -5.035119
Sum squared resid
0.007047 Schwarz criterion
-4.665057
Log likelihood
86.04434 Hannan-Quinn criter. -4.914488
F-statistic
0.000133 Durbin-Watson stat
1.834167
Prob(F-statistic)
1.000000
37
Lampiran 7 Model jangka pendek (Model ECM)
Dependent Variable: D(LNGDP)
Method: Least Squares
Date: 03/06/16 Time: 20:35
Sample (adjusted): 1984 2014
Included observations: 31 after adjustments
Variable
Coefficient Std. Error t-Statistic
Prob.
D(LNREM)
0.018745 0.008734 2.146301
0.0417
D(LNPM)
0.296945 0.041017 7.239536
0.0000
D(LNIMPOR)
0.020231 0.027301 0.741023
0.4656
D(LNTK)
0.471301 0.199269 2.365150
0.0261
EC(-1)
-0.466810 0.154832 -3.014940
0.0058
C
0.016376 0.006244 2.622592
0.0146
R-squared
0.849123 Mean dependent var
0.050941
Adjusted R-squared
0.818947 S.D. dependent var
0.039459
S.E. of regression
0.016790 Akaike info criterion -5.164111
Sum squared resid
0.007047 Schwarz criterion
-4.886565
Log likelihood
86.04371 Hannan-Quinn criter. -5.073638
F-statistic
28.13947 Durbin-Watson stat
1.846455
Prob(F-statistic)
0.000000
38
Lampiran 8 Model jangka panjang
Dependent Variable: LNGDP
Method: Least Squares
Date: 03/06/16 Time: 20:31
Sample: 1983 2014
Included observations: 32
Variable
Coefficient
LNREM
0.013390
LNPM
0.275828
LNIMPOR
0.123740
LNTK
0.860987
C
0.191136
R-squared
0.997227
Adjusted R-squared
0.996816
S.E. of regression
0.025679
Sum squared resid
0.017805
Log likelihood
74.49860
F-statistic
2427.165
Prob(F-statistic)
0.000000
Std. Error
t-Statistic
0.013455
0.995132
0.038446
7.174493
0.022226
5.567471
0.118950
7.238210
1.760843
0.108548
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
Hannan-Quinn criter.
Durbin-Watson stat
Prob.
0.3285
0.0000
0.0000
0.0000
0.9144
26.12252
0.455077
-4.343662
-4.114641
-4.267748
1.168441
39
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bima pada tanggal 30 Maret 1995 dari ayah Abdul
Haris dan ibu Luluk Mei Setyawati. Penulis adalah putri kedua dari tiga
bersaudara. Jenjang pendidikan penulis dimulai pada tahun 1999 di TK Mutiara
dan melanjutkan pendidikan di SDN 29 Kota Bima pada tahun 2000. Pada tahun
2006 penulis melanjutkan pendidikan di SMPN 02 Kota Bima dan jenjang SMA
di SMAN 01 Kota Bima dan lulus pada tahun 2012. Kemudian penulis
melanjutkan pendidikan S1 di Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk
Undangan dan diterima di Prodi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama masa perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi yaitu
menjadi panitia pada acara Sportakuler yang dilaksanakan oleh Badan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen 2012/2013. Tahun 2013/2014
penulis menjadi pengurus Himpunan Profesi Peminat Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan (HIPOTESA) sebagai staff divisi Discussion and Analysis (DNA).
Penulis pernah menjadi ketua pelaksana Economic Championship (E-CHAMP)
2014 yaitu lomba karya tulis tingkat Departemen Ilmu Ekonomi. Tahun
2014/2015 penulis menjadi pengurus di Badan Pengawas Himpunan Fakultas
Ekonomi dan Manajemen sebagai sekertaris Badan Pengawas HIPOTESA (BPH).
Download