BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Pengertian Manajemen dalam bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to manage yang secara umum berarti mengurusi atau mengelola. Dalam arti khusus manajemen dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan kegiatan memimpin, disebut “manajer”. Manajemen berarti mengatur. Pengaturan dilakaukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian). Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Manajemen dibutuhkan setidaknya untuk mencapai tujuan, menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan, dan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Manajemen terdiri dari berbagai unsur, yaitu man, money, method, machine, market, material, dan information. 17 18 Griffin (2004) berpendapat bahwa: “Manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal”. Robbins dan Coulter (2004) berpendapat bahwa: “Manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain’. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input terkecil digambarkan sebagai melakukan segala sesuatu secara benar, sedangkan efektivitas mengacu pada menyelesaikan kegiatan-kegiatan sehingga sasaran organisasi dapat tercapai. Heene dan Desmidt (2010) berpendapat bahwa: ‘Manajemen adalah serangkaian aktivitas manusia yang berkesinambungan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkannya”. Assauri (2004) berpendapat bahwa : “Manajemen adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain”. Dilihat dari pengertian para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu rangkaian proses yang meliputi kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, evaluasi dan pengendalian dalam rangka memberdayakan seluruh sumber daya organisasi/ perusahaan, baik sumber daya manusia (human resource capital), modal (financial capital), material (land, natural resources or raw materials), maupun teknologi secara optimal untuk mencapai tujuan organisasi/ perusahaan. 19 2.1.2 Pemasaran Konsep pemasaran digunakan dalam kegiatan pertukaran atau perdagangan. Pemasaran merupakan salah satu aktivitas yang dapat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Tujuan aktivitas pemasaran adalah untuk meningkatkan penjualan yang dapat menghasilkan laba dengan cara memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perusahaan berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan produk atau jasa yang dihasilkan dengan tujuan akan memperoleh keuntungan dari proses pertukaran tersebut. Kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar penjualan atau periklanan, tetapi berpusat pada usaha pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia. Dalam pemenuhan kebutuhannya, manusia mempunyai preferensi yang berbeda dari produk maupun jasa yang dibutuhkan. Semakin banyak pula pilihan yang tersedia bagi konsmen untuk memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, di karenakan pemasar harus berusaha mengidentifikasikan preferensi tersebut dan memuaskan kebutuhan konsumen. Pengertian tentang pemasaran akan diuraikan sehubungan dengan tujuan dari kegiatan pemasaran, yaitu untuk memuaskan serta memenuhi kebutuhan manusia akan barang dan jasa. Pemasaran memegang peranan penting dalam perusahaan karena dalam pelaksanaannya berhubungan langsung dengan konsumen serta lingkungan luar perusahaan lainnya. 20 Kotler dan Keller (2012) berpendapat bahwa : ”Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain” William (2008) berpendapat bahwa: ”Marketing or distribution is the performance of business activities that direct the flow of goods and services from producers to consumer or user”. Stanton (2005) berpendapat bahwa: “Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Dilihat dari pengertian para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa semua definisi tersebut mempunyai tujuan dan prinsip yang sama, yaitu pemasaran tidak hanya berhubungan dengan penjualan saja. Pemasaran juga merupakan suatu aktivitas yang mempunyai dimensi sosial dan berorientasi kepada pemuasan kebutuhan dan keinginan konsumen melalui pertukaran demi laba perusahaan. Aktivitas yang tersebut dijalankan individu atau kelompok memerlukan suatu proses yang mendukung tercapainya tujuan dari aktivitas yang akan dilaksanakan, proses yang dimaksud adalah manajemen pemasaran. 2.1.3 Manajemen Pemasaran Manajemen pemasaran adalah suatu usaha untuk merencanakan, mengimplementasikan (yang terdiri dari kegiatan mengorganisasikan, mengarahkan, 21 mengkoordinir) serta mengawasi atau mengendalikan kegiatan pemasaran dalam suatu organisasi agar tercapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Pemasaran merupakan aktivitas untuk mewujudkan transaksi dalam memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen dengan tujuan untuk menghasilkan laba. Sasaran dari pemasaran adalah menarik pelanggan baru dengan menawarkan nilai tambah dan mempertahankan konsumen yang sudah ada dengan memberikan kepuasan dan pelayanan yang maksimal. Pemasaran bukan sekedar menjual barang atau jasa untuk mencapai tujuan perusahaan, tetapi pemasar merupakan suatu filosofi bagi seluruh perusahaan, bukan bagan tersendiri dan perusahaan dituntut harus bias memahami kebutuhan konsumen dan menemukan solusi untuk memuaskan konsumen karena nilainya, mutunya dan pelayanan. Berikut terdapat pengertian manajemen pemasaran menurut para ahli : Kotler dan Keller (2012) berpendapat bahwa: “Marketing Management is the Art and Science of choosing target markets and getting, keeping and growing customers through creating, delivering and communicating superior customer value.” Lupiyo Adi (2008) berpendapat bahwa: “Pemasaran adalah suatu analisis, perencana, pelaksanaan serta kontrol program program yang telah direncanakan dalam hubungannya dengan pertukaran-pertukaran yang diinginkan terhadap konsumen yang dituju untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun bersama”. Alma (2009:130) berpendapat bahwa: “Manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisa, merencanakan, mengimplementasi, dan mengawasi segala kegiatan (program), guna memperoleh tingkat pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka mencapai tujuan organisasi”. 22 Dilihat dari pengertian para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa definisi mengenai manajemen pemasaran adalah kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan perusahaannya atau berkembang dan itu semua meliputi proses penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pada program perusahaan. 2.2 Pengertian jasa Jasa adalah setiap kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak dan pada dasarnya tidak terwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Proses produksinya tidak dikaitkan dengan satu produk produk fisik. Jasa merupakan produk abstrak yang tidak dimiliki dan hanya ditukar saja. Ada berbagai macam faktor yang dapat memberikan alasan seseorang memilih suatu jasa. Salah satu alasannya adalah rasa puas, dan kepuasan yang dirasakan oleh konsumen sangat penting untuk diketahui oleh manajemen perusahaan. Keputusan pembelian konsumen bergantung atas diferensiasi jasa perusahaan dan penetapan harga perusahaan tersebut. Produk berupa barang berwujud maupun tidak, pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama, produk diciptakan untuk memenuhi kebutuhan serta keinginan dari konsumen. Produk yang berupa barang yang tidak berwujud ataupun lebih dikenal dengan jasa memiliki karakteristik yang berbeda dari barang yang berwujud. 23 Kotler (2010:71) berpendapat bahwa: “ Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produknya dapat dikaitkan pada suatu produk fisik”. Buchari (2004:243) mengungkapkan bahwa: “Jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, dan sehat) bersifat tidak berwujud”. Lovelock (2007:5) berpendapat bahwa: “Jasa adalah serangkaian tindakan atau aktivitas yang ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain (konsumen), yang pada dasarnya tidak berwujud” Dilihat dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya jasa adalah suatu yang tidak berwujud yang tidak mengakibatkan kepemilikan apapun secara fisik. Terkait atau tidaknya pada penjualan produk atau jasa lain yang diarahkan untuk kepuasan konsumen karena dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan. 2.2.1 Karakteristik jasa Berbagai riset dan literatul manajemen pemasaran jasa mengungkapkan bahwa produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan barang (produk fisik). Menurut Kotler (2005:112-115) ada empat karakteristik jasa, yaitu: 1. Tidak berwujud (intangibility) artinya berbeda dari produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, dicium sebelum membeli. 2. Tidak terpisahkan (inseparability) artinya umumnya jasa dikonsumsi dan 24 dihasilkan secara bersama, jika seseorang memberi pelayanan, maka penyediaan merupakan bagian dari jasa itu, karena klien juga hadir saat jasa itu dilakukan, interaksi penyedia klien merupakan ciri khusus pemasaran jasa. Baik penyedia maupun klien mempengaruhi hasil jasa. 3. Bervariasi (variability) artinya karena tergantung pada siapa yang menyediakan jasa serta kapan dan dimana itu diberikan, jasa sangat bervariasi. 4. Tidak tahan lama (perishability) artinya jasa tidak dapat disimpan. Sifat jasa mudah rusak tersebut tidak akan menjadi masalah apabila permintaan tetap berjalan lancar. Jika permintaan berfluktuasi perusahaan jasa menghadapi masalah yang rumit. Dengan adanya klasifikasi terhadap produk dan mengetahui berbagai karakteristik jasa, perusahaan akan dapat menentukan strategi yang tepat untuk setiap produk dan dapat mengembangkan produknya sesuai dengan pasar yang diinginkan. Jadi berdasarkan pendapat para ahli diatas tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat atau karakteristik jasa adalah tidak dapat dilihat, dirasakan. Diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli, kemudian jasa juga tidak dapat disimpan, dan jasa memiliki banyak variasi bentuk, kualitas serta jenis tergantuh pada siapa jasa tersebut dijual, hal ini disebabkan oleh kebutuhan konsumen jasa yang berbeda-beda, sehingga jasa yang dijual disesuaikan dengan permintaan konsumen. 25 2.2.2 Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa Bisnis jasa sangat kompleks, karena banyak elemen yang dapat mempengaruhi, antara lain sistem internal organisasi, lingkungan fisik, kontak personal, iklan, tagihan dan pembayaran, komentar dari mulut ke mulut. Melihat adanya kompleksitas dalam pemasaran jasa Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan eksternal marketing, tetapi juga internal marketing, dan interactive marketing. 1. Pemasaran eksternal (Eksternal marketing) menggambarkan pekerjaan untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen. Hal ini dapat dilakukan dengan baik, maka pelanggan akan terikat dengan perusahaan, sehingga laba jangka panjang bisa terjamin. 2. Pemasaran internal (Internal marketing) menggambarkan pekerjaan untuk dan memotivasi karyawan untuk melayani pelanggan dengan baik. Aspek ini bisa membangkitkan motivasi, moral kerja, rasa bangga, loyalitas tiap orang dalam organisasi. Secara teknik pemasaran internal berarti mengaplikasikan aspek pemasaran didalam perusahaan. 3. Pemasaran interaksi (Interactive marketing) menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien, karena klien tersebut menilai jasa bukan hanya berdasarkan mutu teknisnya, tetapi berdasarkan mutu fungsinya. 26 Perusahaan Pemasaran internal Karyawan pemasaran eksternal pemasaran interaktif Sumber: Kotler (2005:118) Gambar 2.1 Jenis pemasaran dalam jasa. 2.3 Bauran Pemasaran Jasa Philip Kotler (2010) berpendapat bahwa bauran pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi 7p (Product, Price, Place, Promotion, People, Physical Evidience, dan Process) adapun pengertian dari bauran pemasaran diatas adalah : 1. Product adalah sekumpulan nilai kepuasan yang komples. Nilai sebuah produk ditetapkan oleh pembeli berdasarkan manfaat yang akan mereka terima dari produk tersebut. 2. Price adalah Penentuan harga merupakan titik krisis dalam bauran pemasaran jasa karena harga menentukan pendapatan dari suatu usaha. 3. Place diartikan sebagai tempat pelayanan jasa. Lokasi pelayanan jasa yang 27 digunakan dalam memasok jasa kepada pelanggan yang dituju merupakan keputusan kunci. Tempat juga penting sebagai lingkungan dimana dan bagaimana jasa akan diserahkan, sebagai bagian dari nilai dan manfaat dari jasa. 4. Promotion adalah menginformasikan, mempengaruhi dan membujuk serta mengingatkan pelanggan sasaran tentang perusahaan dan bauran pemasarannya. 5. People adalah semua pelaku yang memainkan peranan dalam penyajian jasa sehingga dapat mempengaruhi persepsi pembeli. 6. Phsical evidence, secara fisik ini merupakan suatu hal yang secara nyata turut mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan. 7. Process adalah semua prosedur aktual, mekanisme, dan aliran aktivitas yang digunakan untuk penyampaian jasa. Proses dalam jasa merupakan faktor utama dalam bauran pemasaran jasa seperti pelanggan jasa akan sering merasakan sistem, penyerahan jasa sebagai bagian dari jasa itu sendiri. 2.4. Diferensiasi Diferensiasi menurut Kotler (2012) adalah suatu kegiatan membuat perbedaan yang berarti untuk membedakan jasa dari pesaing. Diferensiasi merupakan faktor yang 28 menjamin keberhasilan suatu perusahaan dalam bersaing. Dengan adanya diferensiasi yang dilakukan oleh perusahaan, maka perusahaan mempunyai ciri khas yang dapat diingat oleh konsumen. Tujuan strategi diferensiasi adalah membuat sesuatu yang akan dianggap berbeda oleh konsumen pada suatu industri tertentu. Diferensiasi memerlukan suatu usaha yang lebih keras dengan biaya yang lebih besar. Pertimbangan akan kesediaan konsumen untuk membayar lebih atas nilai yang ditawarkan oleh diferensiasi tersebut amat diperlukan. Diferensiasi yang tidak signifikan bagi konsumen akan memberikan efek negatif bagi perusahaan (Kartajaya,2010) 2.4.1 Diferensiasi Jasa Memasarkan jasa di tengah persaingan yang kian tinggi, tentu bukan perkara mudah bagi sebagian besar pelaku usaha. Dibutuhkan strategi pemasaran yang tepat, agar jasa yang ditawarkan tidak tenggelam ditengah persaingan paar yang setiap harinya menunjukan peningkatan cukup tajam. Oleh karena itu mencoba menawarkan diferensiasi jasa kepada para konsumennya, menjadi salah satu strategi jitu yang sering dilakukan pelaku usaha untuk memenangkan persaingan pasar. Dickson (2003;257) berpendapat bahwa: “Service differentiation is the act of distinguish a service from its competitors on one more basic perfomance or image feature”. 29 Holley dan Saunders (2002:272) berpendapat bahwa: “Service differentiation seeks to increase the value of the service on offer to customer”. Kotler (2012:12) berpendapat bahwa: “Differentiation is the act of designing a set of meaningfull differences to distinguish the company’s offering from competitor’s offering”. Dilihat dari pengertian para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa diferensiasi jasa merupakan suatu usaha perusahaan untuk menciptakan keunikan dan perbedaan sebuah jasa dari para pesaing yang ditwarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar tercipta kepuasan dan minat beli konsumen. 2.4.2 Dimensi Diferensiasi Jasa Selain mendiferensiasikan produk fisik, perusahaan juga dapat mendiferensiasikan jasa atau pelayanannya. Jika produk fisik tidak mudah untuk didiferensiasikan, kunci keberhasilan dalam persaingan terletak pada penambahan pelayanan atau jasa yang menambah nilai serta perbaikan mutu produk fisik itu. Dimensi diferensiasi jasa menurut Kotler (2012) adalah sebagai berikut: 1. Kemudahan Pemesanan, adalah mengacu pada seberapa mudah pelanggan dapat melakukan pemesanan ke perusahaan. 2. Konsultan pelanggan, adalah mengacu pada pelayanan data, system informasi, dan saran yang diberikan penjual kepada pembeli. 30 3. Pemeliharaan, adalah program pelayanan perusahaan untuk memelihara fasilitas yang ada sehingga konsumen tetap merasa nyaman. 4. Pelayanan konsumen, adalah pelayanan yang dilakukan karyawan yang dapat memuaskan konsumen sebagai pengguna jasa. 2.4.3.1 Peluang Diferensiasi jasa Konsep pemasaran merupakan suatu petunjuk penting dalam mencapai keunggulan bersaing. Pada dasarnya konsep pemasaran sederhana sekali, jika konsumen tidak menginginkan atau membutuhkan apa yang perusahaan pasarkan maka mereka tidak akan membelinya. Keunggulan bersaing, dapat diperoleh apabila perusahaan mampu mengidentifikasikan kebutuhan dan keinginan konsumen sasaran, selanjutnya mencari cara untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan tersebut. Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen adalah hal penting yang mempengaruhi keputusan pembelian. Aktivitas yang dapat dilakukan perusahaan untuk mendapatkan keunggulan bersaing dengan menciptakan diferensiasi jasa. Suatu perusahaan harus mencoba mengidentifikasikan produknya untuk mencapai keunggulan kompetitif. Perusahaan dapat mendiferensiasikan diiringi dengan para pesaingnya jika perusahaan tersebut memiliki keunikan dalam sesuatu yang dapat memberikan manfaat bagi pelanggan. Akhirnya meningkatkan penjualan, dimana dengan menggunakan strategi 31 diferensiasi, pelanggan mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya Menerapkan strategi diferensiasi, perusahaan akan dapat memperoleh keunggulan bersaing. Hal ini sesuai dengan penelitian Ferdinand (2008) yang menyatakan bahwa keunggulan diferensiasi suatu perusahaan dapat digambarkan sebagai posisi unik yang dikembangkan oleh sebuah perusahaan, hal ini juga berlaku pada pesaing. Diferensiasi dimulai dengan pembedaan tawaran pemasaran perusahaan kepada konsumen. Penempatan posisi tawaran perusahaan sebagai daya pembeda berperan penting dalam menciptakakan customer value (nilai pelanggan). Customer value yang positif akan mendapatkan tempat khusus dan unik dalam benak pasar sasaran sedemikian rupa sehingga dipersepsikan lebih unggul dibandingkan para pesaing. Diferensiasi jasa dapat menciptakan value added dan benefit bagi pelanggan. Diferensiasi yang diciptakan perusahaan mampu menjadi sasaran untuk membina hubungan yang harmonis dengan pelanggan. Memberikan dasar yang baik bagi pembeli ulang dan meningkatkan keputusan pembelian serta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi perusahaan. membentuk 32 2.5 Pengertian Harga Keberhasilan suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan yang ketat dapat dilihat dari keberhasilan tersebut dalam memadukan bauran pemasaran jasa. Salah satu elemen penting dalam dalam bauran pemasaran adalah harga. Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang sifatnya fleksibel dimana setiap saat dapat berubah menurut waktu dan tempatnya. Harga dapat menghasilkan pendapatan melalui penjualan. Karena itu, perusahaan harus menetapkan harga produkya dengan baik dan tepat sehingga konsumen tertarik dan mau membeli produk yang ditawarkan agar perusahaan mendapat keuntungan. Harga bukan hanya angka-angka yang tertera di label suatu kemasan atau rak toko, tapi harga mempunyai banyak bentuk dan melaksanakan banyak fungsi. Sewa rumah, uang sekolah, ongkos, upah, bunga, tarif, biaya penyimpanan, dan gaji semuanya merupakan harga yang harus anda bayar untuk mendapatkan barang atau jasa. Kotler dan Keller (2010) berpendapat bahwa: “Harga adalah salah satu elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen lain menghasilkan biaya. Harga merupakan elemen termudah dalam program pemasaran untuk disesuaikan, fitur produk, saluran, dan bahkan komunikasi membutuhkan banyak waktu”. Fandy Tjiptono (2008:151) berpendapat bahwa: “Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan”. Kotler dan Amstrong (2008:345) berpendapat bahwa: “Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan atas suatu produk dan jasa atau 33 jumlah dari nilai yang ditukarkan para pelanggan untuk memperoleh manfaat dari memiliki atau menggunakan suatu produk atau jasa”. Dilihat dari pengertian para ahli diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa harga adalah unsur penting dalam sebuah peusahaan dimana dengan adanya harga maka perusahaan akan mendapatkan income bagi keberlangsungan perusahaan. Selain itu, harga juga merupakan alat yang nantinya dijadikan proses pertukaran terhadap suatu barang atau jasa oleh konsumen. Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi. 1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan daya belinya. 2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. 2.5.1 Penetapan Harga Penetapan harga merupakan suatu masalah penting bagi suatu peusahaan harus menentukan harga untuk pertama kali. Hal ini terjadi pada saat perusahaan mengembangkan atau memperoleh suatu produk/jasa baru, ketika memperkenalkan produk lamanya ke saluran distribusi baru, dan ketika memasuki tawaran kontrak kerja yang baru. 34 Penetapan harga merupakan faktor penentu yang mempengaruhi pilihan pembelian karena dapat menunjukkan kualitas merek baik produk ataupun jasa, dimana konsumen mempunyai anggapan bahwa harga yang mahal biasanya mempunyai kualitas merek yang baik. Pada umumnya harga mempunyai pengaruh yang positif dengan kualitas, semakin tinggi harga maka semakin tinggi kualitas. Konsumen mempunyai anggapan adanya hubungan yang positif antara harga dan kualitas suatu produk atau jasa, maka mereka akan membandingkan antara produk atau jasa yang satu dengan produk atau jasa yang lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli. Alma (2005:120) berpendapat bahwa: “Penetapan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti dalam jangka waktu tertentu”. Kotler (2005:142 berpendapat bahwa: “Suatu perusahaan harus menetapkan harga sesuai dengan nilai yang diberikan dan dipahami pelanggan. Jika harga ternyata lebih tinggi daripada nilai yang diterima, perusahaan tersebut akan kehilangan kemungkinan untuk memetik laba; jika harganya ternyata terlalu rendah daripada nilai yang diterima, perusahaan tersebut tidak akan berhasil menuai kemungkinan memperoleh laba”. Indriyo (2001:226) berpendapat bahwa : “Penetapan harga merupakan harga produk yang ditetapkan oleh perusahaan”. Berdasarkan pandangan Indriyanto (2001:226) terdapat tiga dasar pandangan penetapan harga diantaranya sebagai berikut: 35 1. Biaya, penetapan harga yang dilandaskan atas dasar biaya adalah harga jual produk atau jasa atas dasar biaya produksi dan kemudian ditambahkan dengan margin keuntungan yang diinginkan. 2. Konsumen, penetapan harga yang dilandaskan atas dasar konsumen yaitu harga ditetapkan atas dasar selera konsumen. Apabila selera konsumen atau permintaan konsumen menghendaki rendah sebaiknya harga. 3. Persaingan, penetapan harga yang lain adalah atas dasar persaingan, dalam hal ini kita menetapkan harga menurut kebutuhan perusahaan yaitu berdasarkan persaingannya. Perusahaan lain yang sejenis atau pesaing-pesaingnya. Dalam menetapkan harga jualnya jauh dibawah harga produksinya, hal ini dilakukan karena pertimbangan untuk memenangkan pesaing. Suatu perusahaan berupaya agar harga berada pada tingkat yang umum ditetapkan dalam bidang industrinya. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dalam penetapan harga, yakni: a. Faktor-faktor internal yang terdiri dari: pertimbangan organisasi, sasaran pemasaran, biaya dan strategi bauran pemasaran b. Faktor-faktor ekstenal yang terdiri dari: situasi dan permintaan pasar, persaingan, harapan perantara dan faktor-faktor lingkungan seperti kondisi sosial ekonomi, budaya, dan politik. 36 2.5.2 Dimensi Penetapan Harga Menururt Kotler&Amstrong (2010), dimensi penetapan harga adalah sebagai berikut: 1. Penetapan Harga Berdasarkan Biaya (a) Penetapan harga berdasar biayaplus, yaitu metode penetapan harga yang paling sederhana, yaitu dengan menambahkan bagian laba (markup) standar ke dalam biaya produk. (b) Penetapan harga titik impas (penetapan harga laba-sasaran), yaitu menetapkan harga pada titik impas atas biaya pembuatan dan pemasaran sebuah produk atau menetapkan harga untuk menghasilkan laba sasaran. 2. Penetapan harga berdasarkan nilai, Metode penetapan harga ini menggunakan persepsi para pembeli tentang nilai, bukan pada biaya penjual sebagai dipertimbangkan kunci bersama dalam dengan penetapan harga. variable-variabel Di sini harga bauran pemasaran lainnya sebelum program pemasaran ditetapkan. Penetapan harga bermula dari penganalisisan kebutuhan konsumen dan persepsi terhadap nilai dan harga ditetapkan supaya sesuai dengan persepsi konsumen tentang nilai. 3. Penetapan harga berdasarkan persaingan, Bentuk penetapan harga berdasarkan persaingan adalah penetapan harga berdasarkan harga yang berlaku (going rate-pricing). Perusahaan berdasarkan harga produknya terutama pada harga yang ditetapkan oleh para pesaing, dengan sedikit 37 sekali memperhatikan biaya yang dikeluarkannya atau pun permintaan pasar. 2.5.3 Penyesuaian Penetapan Harga Banyak penyesuaian khusus yang dilakukan perusahaan untuk menentukan harga barang dan jasa, yang berasal dari strategi pemasaran yang mereka rumuskan untuk mencapai keseluruhan sasaran organisasi. Menurut Sukirno (2006:226) ada penyesuaian penetapan harga: 1. Penetapan harga yang kompetitif, hal ini berlaku pada pasar dimana terdapat produsen atau penjual. Dalam pasar seperti ini untuk menjual barangnya, perusahaan harus menetapkan harga pada tingkat yang bersamaan dengan barang atau jasa yang sejenis akan dipasarkan. 2. Menentukan harga terobosan, cara ini sering dipakai ketika meluncurkan barang atau jasa yang baru, yang menetapkan harga pada tingkat yang rendah atau murah dengan harapan dapat memakismalkan jumlah pembelian. 3. Menetapkan harga berdasarkan permintaan, penetuan harga barang ini terutama dipraktekan oleh perusahaan jasa seperti pengangkutan kereta api, jasa penerbangan, restoran dan bioskop. 4. Kepemimpinan harga, penetuan harga seperti ini berlaku dalam pasar barang yang bersifat oligopoli yang merupakan struktur pasar, dimana terdapat 38 perusahaan yang dominan yang mempunyai persaingan yang lebih kukuh dari pada perusahaan lain. 5. Menjual barang atau jasa berkualitas denga harga rendah, kebijakan ini dapat dilakukan oleh perusahaan industri manufaktur. 6. Kebijakan harga tinggi jangka pendek, kebijakan harga (price skimming) adalah cara untuk menetapkan harga tinggi yang bersifat sementara, yaitu pada waktu memasarkan jasa. Pada periode ini, perusahaan belum menghadapi persaingan dan akan menetapkan harga yang tinggi agar pengembalian model cepat. 2.6 Pengambilan keputusan pembelian Pengambilan keputusan konsumen dalam konteks semua jenis pilihan konsumsi, mulai dari konsumsi berbagai produk atau jasa baru sampai ke pemakaian produk atau jasa lama. Dipertimbangkan juga keputusan konsumen tidak sebagai tahap akhir, tetapi sebaliknya titik awal proses konsumsi. Menurut Leon dan Lelslie (2007) Keputusan adalah seleksi terhadap pilihan alternatif atau lebih, dengan perkataan lain, pilihan alternatif harus tersedia bagi sesorang ketika mengambil keputusan. Jika seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian atau tidak melakukan pembelian, pilihan merk x dan y, atau 39 pilihan untuk menggunakan waktu a atau b, maka orang tersebut berada dalam posisi untuk mengambil keputusan. Leon dan Leslie (2007) berpendapat bahwa keputusan dapat dibedakan tiga tingkatan pengambilan keputusan konsumen yang spesifik: 1. Pemecahan masalah yang mendalam, 2. Pemecahan masalah yang terbatas, 3. Perilaku respon yang rutin. 2.6.1 Proses Keputusan pembelian Proses psikologis dasar memainkan peranan penting dalam memahami bagaimana konsumen benar-benar membuat keputusan pembelian. Sebelum merencanakan pemasaran suatu perusahaan perlu mengidentifikasi konsumen, sasaranya dan proses keputusan mereka. Walaupun banyak keputusan pembelian melibatkan hanya satu pengambilan keputusan, keputusan yang lain mungkin melibatkan beberapa peserta yang memerankan peran, pencetus ide, pemberi pengaruh, pengambilan keputusan, pembeli dan pemakai. Disini tugas pemasar adalah mengdentifikasi peserta pembelian lain, kriteria pembelian mereka dan pengaruh mereka terhadap pembeli.program pemasar harus dirancang untuk menarik seperti halnya pembeli. Setiap hari pada umumya semua orang membuat keputusan yang berhubungan dengan kelangsungan hidupnya. Sebagian besar keputusan dibuat berdasarkan pilihan yang ditetapkan dari dua alternative atau lebih, atau dengan kata 40 lain pada saat seseorang memutuskan sesuatu, pilihan alternative harus tersedia. Untuk membuat suatu keputusan, biasanya seseorang mempertimbangkan mana yang terbaik terlebih dahulu, pertimbangan tersebut dapat didasari oleh informasi yang diperoleh. Konsumen yang akan mebeli suatu produk/jasa akan berusaha mencari informasi sebanyak mungkin sebelum melakukan keputusan pembelian. Konsumen tersebut biasanya melalui tahapan pengambilan keputusan sebelum melakukan pembelian. Keputusan pembelian timbul setelah menerima stimulus dari sesuatu yang ia lihat dan timbul hasrat untuk melakukan pembelian. Peter & Olson (2010) berpendapat bahwa: “Proses keputusan pembelian konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran”. Setiadi (2003) berpendapat bahwa: “Pengambilan keputusan konsumen adalah pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari pengintegrasian ini adalah suatu pilihan yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku”. Tjiptono (2008) berpendapat bahwa: “Keputusan pembelian konsumen merupakan tindakan individu yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan suatu produk atau jasa yang dibutuhkan”. Dilihat dari pengertian para ahli tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian adalah sebuah proses dimana konsumen melakukan pembelajaran terlebih dahulu tentang sebuah prooduk atau jasa sebelum melakukan 41 pembelian. Keputusan pembelian merupakan alternatif bagi konsumen untuk menentukan pilihannya. Menurut Hasan (2008), ada sejumlah pihak yang memiliki keterlibatan dalam keputusan pembelian, adalah sebagai berikut: 1. Intiator, adalah orang yang pertama kali menyadari adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan berinisiatif mengusulkan untuk membeli produk atau jasa tertentu. 2. Influencer, adalah orang yang sering berperan sebagai pemberi pengaruh yang karena pandangan, nasehat, atau pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian. 3. Decider, adalah orang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam menetukan apakah produk atau jasa tersebut jadi dibeli, produk atau jasa apa yang jadi dibeli, bagaimana cara membeli, dan dimana produk itu dibeli. 4. Buyer, adalah orang yang melakukan pembelian aktual. 5. User, adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk yang dibeli. 2.6.2 Dimensi Proses keputusan pembelian Berkaitan dengan perilaku konsumen untuk produk yang ditawarkan oleh perusahaan, salah satu unsur dari perilaku konsumen yang ditekankan dalam penelitian ini adalah sikap, karena sikap merupakan bagian dalam perilaku konsumen 42 (Peter & Olson, 2010). Sikap konsumen telah diteliti dengan sangat intensif, tetapi pemasar cenderung lebih memperhatikan perilaku nyata konsumen, khususnya perilaku pembelian mereka (Peter & Olson, 2010). Oleh karena itu, tidak heran jika sejumlah riset mencoba untuk membangun hubungan antara sikap dan perilaku (Jaccard dan Wod, 1986 dalam Peter & Olson, 2010) Konsumen sebelum melakukan pembelian terhadap produk atau jasa pada dasarnya adanya suatu kebutuhan yang berusahan untuk dipenuhi, proses pemenuhan kebutuhan berkaitan dengan beberapa alternatif sehingga perlu dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk memperoleh alternatif terbaik dari persepsi konsumen. Dalam proses membandingkan ini konsumen memerlukan informasi yang jumlah dan tingkat kepentingannya tergantung dari kebutuhan konsumen serta situasi yang dihadapinya. Keputusan pembelian akan dilakukan dengan menggunakan kaidah menyeimbangkan sisi positif dan sisi negatif suatu merek ataupun mencari solusi terbaik dari perspektif konsumen, yang setelah konsumsi akan dievaluasi kembali. Kegiatan pembelian merupakan suatu rangkaian tindakan fisik maupun mental yang dialami seseorang konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut Peter & Olson (2010) mengemukakan proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen yaitu: 43 Problem Recognition Search for alternative solutions Evaluations of alternatives Purchase Postpurchase use and reevaluation of chosen alternative Sumber : Peter & Olson (2010) Gambar 2.2 Tahap pengambilan keputusan 1. Pengenalan kebutuhan. Perbedaan yang dirasakan antara status hubungan ideal dan yang sebenarnya 2. Pencarian informasi. Mencari informasi yang relevan dari lingungan luar untuk memecahkan masalah atau mengaktifkan pengetahuan ingatan 3. Pengevaluasian alternatif. Mengevaluasi atau menilai alternative yang ada dalam konteks kepercayaan utama tentang konsekuensi yang relevan dan mengkobinasikan pengetahuan tersebut untuk membuat keputusan. 4. Keputusan pembelian. Membeli alternatif yang dipilih. 44 5. Perilaku setelah pembelian dan evaluasi ulang alternatif yang dipilih, menggunakan alternative yang dipilih dan mengevaluasinya sekali lagi berdasarkan kinerja yang dihasilkan. 2.7 Kerangka pemikiran Kerangka pemikiran dimaksudkan untuk menggambarkan paradigma penelitian sebagai jawaban atas masalah penelitian. Dalam kerangka pemikiran tersebut terdapat dua variabel independen (Diferensiasi jasa dan Penetapan Harga) yang mempengaruhi variabel dependen (Proses Keputusan Pembelian). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pegaruh Diferensiasi jasa dan Penetapan Harga terhadap Proses keputusan pembelian konsumen pada bioskop Blitzmegaplex, sehingga dengan adanya kedua hal tersebut akan mendorong konsumen untuk memutuskan pembelian pada bioskop Blitzmegaplex. Berbicara masalah diferensiasi jasa, akan tergabar dalam benak kita suatu gambaran mengenai hal-hal yang unik dan termasuk terobosan baru di dunia bisnis khusnya bioskop. Berdasarkan pengertian-pengertian tentang diferensiasi jasa yang telah dipaparkan oleh berbagai sumber, peneliti menyimpulkan bahwa diferensiasi merupakan usaha perusahaan unttuk menciptakan keunikan dan perbedaan sebuah jasa dari para pesaing yag ditawarkan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen agar tercipta kepuasan dan minat beli konsumen. 45 Diferensiasi jasa merupakan perbedaan yang dilakukan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing. Dalam penelitian ini, yang menjadi pengukuran bahwa bioskop Blitzmegaplex memiliki diferensiasi jasa yang baik dibandingkan dengan bisokop Cineplex 21 adalah dengan melihat atribut yang akan diteliti yaitu kemudahan pelayanan, pelatihan konsumen, konsultasi perawatan, dan pelayanan konsumen. Blitzmegaplex memiliki diferensiasi berdasarkan thether, film-film yang ditayangkan, fasilitas auditorium yang lebih canggih, fasilitas Blitz Card yang memudahkan pemesanan tiket bagi konsumen, fasilitas café yang membuat konsumen nyaman untuk menunggu film yang akan ditonton. Dengan adanya diferensiasi jasa yang dirasakan konsumen dengan baik dan positif, maka diharapkan dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen terhadap bioskop Blitzmegaplex agar menjadi semakin meningkat. Oleh karena itu sangatlah penting membangun diferensiasi jasa dalam usaha untuk mempengaruhi dan meningkatkan proses keputusan pembelian pada konsumen bioskop Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. Penetapan harga juga merupakan faktor yang sangat penting dalam meningkatkan keputusan pembelian pada konsumen. Berdasarkan pengertianpengertian mengenai penetapan harga yang telah dijelaskan sebelumnya oleh berbagai macam sumber, maka peneliti menyimpulkan penetapan harga adalah keputusan mengenai harga yang telah ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan nilai 46 yang dapat diterima oleh konsumen. Dengan adanya penetapan harga yang tepat dan sesuai maka diharapkan dapat mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen terhadap bioskop Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. Oleh karena itu sangatlah penting membentuk penetapan harga yang tepat dalam usaha mempengaruhi dan meningkatkan keputusan pembelian bioskop Blitzmegaplex pada konsumen. Penetapan harga berdasarkan pesaing perlu dipertimbangkan karena adanya harga pesaing yang lebih rendah dari Blitzmegaplex akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen pada Blitzmegaplex. Dalam penelitian ini, indikator yang akan diteliti dalam penetapan harga adalah penetapan berdasarkan biaya, berdasarkan nilai, dan berdasarkan pesaing. Konsumen diharapkan dapat mendapatkan manfaat dari harga yang telah ditetapkan oleh perusahaan terhadap bioskop Blitzmegaplex. Penelitian menyimpulkan proses keputusan pembelian adalah tahap dimana pembeli telah menentukan pilihannya dan melakukan pembelian jasa. Dalam mengambil keputusan pembelian terdapat beberapa pilihan alternatif, dengan kata lain pilihan alternatif harus tersedia bagi seseorang ketika mengambil keputusan, jika seseorang mempunyai pilihan antara melakukan pembelian dan tidak melakukan pembelian. Dalam penelitian ini, yang menjadi pengukuran dalam keputusan pembelian bioskop Blitzmegaplex pada konsumen yaitu Blitzmegaplex tersebut sesuai dengan kebutuhan konsumen, fasilitas yang dirasakan memuaskan. 47 Keputusan pembelian ini dipengaruhi oleh diferensiasi jasa dan penetapan harga terhadap konsumen. Dengan adanya upaya bersama melalui peningkatan diferensiasi jasa yang unggul dan penetapan harga yang tepat maka diharapkan dapat meningkatkan keputusan pembelian bioskop Blitzmegaplex. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dirumuskan kerangka dan paradigm penelitian yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Diferensiasi jasa: (X1) - Proses keputusan pembelian: (Y) Kemudahan pemesanan Konsultasi pelanggan Pemeliharaan Pelayanan konsumen - Kotler (2012) Penetapan harga: (X2) - Berdasarkan biaya Berdasarkan nilai Berdasarkan pesaing Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi pengevaluasian alternatif Keputusan pembelian Perilaku setelah pembelian dan evaluasi ulang alternative yang dipilih Peter & Olson (2010) Kotler & Amstrong (2010) Gambar 2.3 Paradigma Penelitian 48 2.8 Penelitian Terdahulu Penyusunan penelitian ini didukung dengan studi literatur berkaitan diantaranya merupakan hasil studi penelitian dan penelitian terdahulu mengenai diferensiasi jasa, penetapan harga terhadap keputusan pembelian. Analisis penelitian terdahulu dipaparkan pada tabel berikut: NO 1 PENULIS Intan Septika. S.E Tabel 2.1 Penelitian terdahulu TAHUN JUDUL 2010 HASIL Pengaruh Hasil penelitian Penetapan Harga menunjukkan bahwa Diskon Terhadap pelaksanaan penetapan harga Volume diskon yang dijalankan oleh Penjualan Pada Pt PT Serasi Auto Raya (TRAC Serasi Auto ASTRA), perusahaan melihat Astra) Bandung pada kriteria loyalitas Raya (Trac ) pelanggannya dalam menyewa kendaraan selain itu dengan menetapkan waktu tertentu. 2 Indrapura, Adythia Dwi 2008 Pengaruh Variabel yang diteliti adalah Diferensiasi Jasa diferensiasi jasa TV Kabel Terhadap dan tingkat loyalitas Loyalitas pelanggan. sampel pelanggan Pelanggan PT di Perumahan Setrasari dan Indonesia Cisitu Bandung. Perhitungan Broadband koefisien determinasi 49 Communication mengahsilkan nilai sebesar TV Kabel 37,82% perubahan- Megavision perubahan pada loyalitas Bandung pelanggan PT Indonesia Broadband Communication TV Kabel MEGAVISION dipengaruhi oleh pelaksanaan diferensiasi jasa TV Kabel. Sedangkan sisanya sebesar 62,18% loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh factor lain. 3 Putu Yusli Yanti, 2013 Pengaruh Strategi Berdasarkan hasil penelitian Ketut Kirya, Diferensiasi dapat diketahui bahwa Made Ary Terhadap diferensiasi merupakan hal Meitriana Keputusan yang menjadi pertimbangan Pembelian Sepeda bagi konsumen Motor Honda dalam memutuskan Atau Yamaha pembelian. Hal in dibuktikan melalui hasil analisis Regresi Linier Berganda yang menunjukkan bahwa strategi diferensiasi mempunyai pengaruh simultan secara positif dan signifikan terhadap keputusan konsumen Kabupaten Buleleng pada pembelian sepeda motor Honda atau Yamaha tahun 2012. 50 Semakin tepat strategi diferensiasi yang diterapkan oleh sepeda motor Honda dan Yamaha, maka mudah untuk mendapatkan keputusan pembelian dari konsumen Kabupaten Buleleng. Berdasarkan Penelitian diatas diketahui bahwa penetapan harga dan diferensiasi berrpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Penelitian saya yang berjudul “Pengaruh Diferensiasi Jasa dan Penetapan Harga Terhadap Proses Keputusan Pembelian Konsumen Pada Bioskop Blitzmegaplex” tidak berdasarkan dari penelitian terdahulu di atas sehingga dapat dijamin keorsinilan penelitian ini. 2.9 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang digambarkan di atas, maka variabel dependen dalam penelitian ini adalah diferensiasi jasa (X1) dan penetapan harga (X2) sedangkan variabel independennya adalah proses keputusan pembelian (Y). Hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 51 a. Hipotesis Simultan H0 : Tidak terdapat pengaruh antara diferensiasi jasa dan penetapan harga terhadap proses keputusan pembelian pada Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. Ha : Terdapat pengaruh antara diferensiasi jasa dan penetapan harga terhadap proses keputusan pembelian pada Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. b. Hipotesis Parsial H01 : Tidak terdapat pengaruh antara diferensiasi jasa terhadap proses keputusan pembelian pada Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. Ha1 : Terdapat pengaruh antara diferensiasi jasa terhadap proses keputusan pembelian pada Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. H02 : Tidak terdapat pengaruh antara penetapan harga terhadap proses keputusan pembelian pada Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung. Ha2 : Terdapat pengaruh antara penetapan harga terhadap proses keputusan pembelian pada Blitzmegaplex Paris Van Java Bandung.