BAB I

advertisement
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Modal
1. Pengertian Modal
Modal adalah suatu hasil produksi yang digunakan untuk
memproduksi lebih lanjut. Dalam perkembangannya kemudian ternyata
pengertian modal mulai bersifat “non-physical oriented”, dimana antara
lain pengertian modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan
memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal
(Bambang Riyanto, 2007:17).
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 21 (2011: 02), modal atau
ekuitas adalah :
Bagian hal milik dalam perusahaan yaitu selisih antara aktiva dan
kewajiban yang ada, dan dengan demikian tidak merupakan
ukuran nilai jual perusahaan tersebut.
Modal yang menunjukkan bentuknya adalah apa yang disebut
‘modal aktif’, sedangkan modal yang menunjukkan sumbernya atau
asalnya ialah apa yang disebut dengan ‘modal pasif’ (Riyanto, 2001:19).
Penjelasan mengenai modal aktif dan pasif adalah sebagai beriktu:
1. Modal aktif adalah modal yang tertera di sebelah debet dari neraca
yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang
diperoleh perusahaan ditanamkan. Modal aktif dibagi dua, yaitu :
a. Modal aktif didasarkan cara dan lamanya perputaran dapat
dibedakan antara lain:
7
i.
Aktiva lancar yaitu aktiva yang habis dalam satu kali
putaran dalam proses produksi dan proses perputaran dalam
jangka waktu pendek (umumnya kurang dari satu tahun).
ii.
Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau
secara berangsur habis, serta proses perputarannya dalam
jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun).
b. Modal
aktif berdasarkan
fungsi
bekerjanya aktiva
dalam
perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
i.
Modal kerja (working capital), yaitu jumlah keseluruhan
dari aktiva lancar (gross working capital) atau terlebih
lancar di atas aktiva lancar (net working capital).
ii.
Modal tetap adalah jumlah keseluruhan aktiva tetap.
2. Modal pasif adalah modal yang tertera di sebelah kredit dari neraca
yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana dana diperoleh.
a. Modal pasif berdasarkan asalnya dibedakan menjadi:
i.
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik
modal perusahaan itu sendiri dari hasil usahanya (cadangan,
saldo laba), atau berasal dari pengambil bagian, persero
atau pemilik (modal saham, persero dan lain-lain).
ii.
Modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur
(hutang).
b. Modal pasif berdasarkan lamanya penggunaan dibedakan menjadi
modal jangka panjang dan modal jangka pendek. Penggunaan
8
modal pasif didasarkan pada:
i.
Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka panjang
dengan modal jangka pendek.
ii.
Syarat solvabilitas yang terdiri dari modal asing dan modal
sendiri.
iii.
Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan
pendapatan tidak tetap (modal saham).
Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa modal adalah
bagian atau hak milik yang dimiliki oleh perusahaan biasanya ditunjukan
dalam pos modal dan digunakan untuk sumber pembiayaan perusahaan.
Modal memiliki pengertian yang berbeda-beda tergantung kepada sudut
pandangnya masing-masing.
Apabila dilihat dari sudut pandang ekonomi, modal ini lebih
bertitik tolak kepada unsur kekayaan perusahaan. Sedangkan dari sudut
pandang pengusaha, modal dapat diartikan sebagai surat berharga seperti
modal saham, obligasi, hipotek, dan sebagainya.
Namun dari berbagai pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa yang dimaksud dengan modal adalah kekayaan yang dimiliki
perusahaan yang dipakai untuk proses produksi lebih lanjut.
9
2. Modal Kerja
Setiap
perusahaan
yang
melakukan
kegiatannya
selalu
membutuhkan dana. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai
kebutuhan investasi maupun untuk kebutuhan operasional sehari-hari.
Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku,
pembayaran upah, pembayaran utang, dan pembayaran lainnya disebut
modal kerja. Modal kerja merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam perusahaan. Karena tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat
memenuhi kebutuhan dana untuk menjalankan aktivitasnya.
3. Pengertian Modal Kerja
Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja yang
merupakan selisih antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka
pendek, atau yang disebut dengan modal kerja neto (net working
capital). Pengertian modal kerja neto menurut Lukman Syamsuddin
(2008:202) adalah sebagai berikut:
Net Working Capital atau modal kerja bersih perusahaan
seringkali didefinisikan sebagai selisih antara aktiva lancar
dengan kewajiban jangka pendek. Selama aktiva lancar melebihi
jumlah kewajiban jangka pendek, maka berarti perusahaan
memiliki net working capital tertentu, dimana jumlah ini sangat
ditentukan oleh jenis usaha dari masing-masing perusahaan.
10
Sedangkan Sutrisno (2007:40) mengungkapkan pengertian modal kerja
dalam konsep kualitatif sebagai berikut:
Pada konsep kualitatif, modal kerja bukan semua aktiva
lancar tetapi telah dipertimbangkan kewajiban-kewajiban
yang harus segera dibayar. Dengan demikian dana yang
digunakan benar-benar khusus digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu
oleh pembayaran-pembayaran hutang yang telah jatuh
tempo. Karena menurut konsep ini kewajiban jangka
pendek telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal
kerja merupakan selisih antara aktiva lancar dengan
kewajiban jangka pendek.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa
modal kerja adalah selisih aktiva lancar dengan kewajiban jangka
pendek, yang digunakan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan
operasioanl perusahaan sehari-hari.
Dari definisi di atas aktiva lancar yang yang dimaksud adalah kas,
piutang dan persediaan. Total dari aktiva kerja disebut modal kerja
bruto (gross working capital). Dengan demikian modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk aktiva lancar yaitu
kekayaan perusahaan yang secara fisik berubah bentuknya dalam suatu
kegiatan proses produksi yang habis dalam satu kali pemakaian dan
dapat dicairkan dalam bentuk uang tunai kembali dalam jangka waktu
kurang dari satu tahun.
a. Konsep Modal Kerja
Kasmir (2008:250) secara mendalam menggolongkan modal kerja
kedalam tiga konsep , yaitu:
1. Konsep kuantitatif
11
2. Konsep kualitatif
3. Konsep fungsional
Penjelasan dari ketiga konsep modal kerja diatas sebagai berikut:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini lebih ditekankan kepada aspek kuantitas dana yaitu
bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi
perusahaan jangka pendek. Dengan demikian dalam konsep ini
menganggap bahwa modal kerja adalah keseluruhan dari jumlah aktiba
lancar. Modal kerja dalam konsep kuantitatif sering disebut dengan
modal kerja kotor (gross working capital). Dalam konsep ini tidak
mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai
dari modal para pemilik, hutang jangka panjang maupun hutang jangka
pendek sehingga dengan modal kerja yang besar tidak mencerminkan
margin of safety kreditur jangka pendek yang besar juga. Bahkan
modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin
kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likuiditas perusahaan yang bersangkutan. Hal yang demikian menjadi
kelemahan dari konsep kuantitatif.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitikberatkan pada kemampuan Perusahaan dalam
melunasi kewajiban jangka pendek yang harus dibayar. Dengan
demikian maka sebagian dari aktiva lancar Perusahaan harus disedikan
untuk memenuhi kewajiban yang segera harus dilakukan pembayaran.
12
Modal kerja menurut konsep ini didapatkan dengan melihat selisih
antara jumlah aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek, oleh karena
itu konsep ini disebut juga sebagai konsep modal kerja bersih (net
working capital concept). Keunggulan dari konsep ini adalah dapat
terlihatnya tingkat likuiditas Perusahaan. Semakin besar jumlah Aktiva
lancar yang dibandingkan dengan jumlah kewajiban jangka pendek
akan meningkatkan tingkat kepercayaan pihak kreditor kepada
Perusahaan.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki
perusahaan dalam memperoleh laba. Setiap dana yang dimiliki dan
digunakan perusahaan bertujuan untuk meningkatkan laba perusahaan.
Konsep ini berpandangan bahwa semakin banyak dana yang digunakan
sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan laba. Demikian
pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan
menurun. Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya
tidak selalu demikian.
Dari konsep modal kerja tersebut dapat dijelaskan bahwa ada
perbedaan mengenai modal kerja, yaitu modal kerja yang merupakan
keseluruhan dari jumlah aktiva lancar yang ada dalam perusahaan,
modal kerja sebagai kelebihan aktiva lancar atas kewajiban jangka
pendeknya, dan modal kerja berdasarkan fungsi dari dana dalam
menghasilkan pendapatan. Walaupun demikian pada prinsipnya pos-
13
pos yang tercakup di dalam aktiva lancar adalah sama seperti kas,
surat-surat berharga, piutang, persediaan dan lain sebagainya.
Singkatnya modal kerja mencakup kebutuhan manajemen perusahaan
berupa:
1. Penentuan besarnya aktiva lancar yang harus dipertahankan atau
berapa besar sumber-sumber keuangan yang harus diinvestasikan
pada aktiva lancar.
2. Kebutuhan yang mencakup hubungan antara berbagai jenis aktiva
dan pembiayaannya.
4.
Jenis-jenis Modal Kerja
Menurut A. W. Taylor dalam buku karangan Sutrisno (2007:141)
menyatakan bahwa modal kerja bisa dikelompokkan ke dalam dua
jenis sebagai berikut:
1. Modal kerja Permanen (Permanent Working Capital)
2. Modal kerja Variabel (Variable Working Capital).
Adapun penjelasan dari jenis-jenis modal kerja tersebut diatas
adalah sebagai berikut:
1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen adalah modal kerja yang selalu harus ada
dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya
untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Contohnya adalah safety
cash dan safety stock. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua
macam, yaitu:
14
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) merupakan
modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk
menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) merupakan
modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi
dengan tingkat produksi normal. Produksi normal merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan barang sebesar
kapasitas normal perusahaan. Pengertian normal disini adalah
dalam arti dinamis.
2. Modal KerjaVariabel (Variable Working Capital)
Modal kerja variabel adalah modal kerja yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang
mempengaruhi perusahaan atau yang berfluktuasi berdasarkan
volume produksi atau penjualan. Modal kerja variabel terdiri dari:
a.
Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) merupakan
sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila
ada fluktuasi kegiatan perusahaan.
b.
Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital) adalah modal
kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi
konjungtur atau modal kerja yang dipengaruhi situasi ekonomi.
15
c.
Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) modal
kerja ini kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan
yang terjadi diluar kemampuan perusahaan atau modal kerja
yang berubah-ubah karena situasi yang tidak bisa diperkirakan.
Modal kerja juga dapat dibagi menjadi dua yaitu modal kerja kotor
(gross working capital) dan modal kerja bersih (net working capital).
Modal kerja kotor adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar, sementara
modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dan kewajiban
jangka pendek.
5.
Komponen Modal Kerja
Modal kerja yang dibahas disini adalah modal kerja dalam konsep
kualitatif, yaitu modal kerja bersih (net working capital), yang merupakan
kelebihan aktiva lancar di atas kewajiban jangka pendeknya. Komponen
modal kerja mencakup aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek, yang
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Aktiva Lancar (Current Assets)
Munawir (2007:17) menyatakan pengertian aktiva lancar sebagai
berikut:
Aktiva lancar adalah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan yang
phisiknya nampak (konkrit).
Aktiva lancar mencakup uang kas, aktiva lainnya, atau sumber
lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi uang kas, atau
dijual, atau dikonsumsi selama jangka waktu yang normal (biasanya
16
satu tahun). Yang termasuk aktiva lancar adalah sebagai berikut:
a. Kas (Cash)
Uang tunai atau alat pembayaran lainnya yang digunakan
untuk membiayai operasional perusahaan. Kas merupakan bentuk
aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan segera untuk
memenuhi kewajiban finansial perusahaan.
b. Modal Jangka Pendek (Temporary Investment)
Obligasi pemerintah, obligasi perusahaan industri dan suratsurat utang sejenis, dan saham perusahaan lain yang dibeli untuk
dijual kembali, dikenal sebagai investasi jangka pendek. Suratsurat berharga tersebut diperjualbelikan kembali untuk dimiliki
dalam jangka waktu yang pendek (trading securities).
Menurut PSAK No. 31 (2007:30.3) surat berharga (efek)
adalah:
Efek adalah surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, unit pernyertaan kontrasi investasi kolektif, kontrak
berjangka pendek dan setiap derivatifnya pada efek.
c. Piutang Dagang (Accounts Receivable)
Meliputi keseluruhan tagihan atas langganan perseorangan
yang timbul karena penjualan barang dagangan atau jasa secara
kredit. Berikut pengertian piutang menurut para pakar, yaitu:
17
Menurut Hadri Mulya (2009:198) pengertian piutang adalah:
Piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau
bentuk lainnya kepada seseorang atau suatu perusahaan.
Menurut Slamet Sugiri (2009:43) piutang yaitu:
Piutang adalah tagihan baik kepada individu-individu maupun
kepada perusahaan lain yang akan diterima dalam bentuk kas.
Kebijakan penjualan kredit sengaja dilakukan untuk memperluas
pasar dan memperbesar hasil penjualan. Dengan kebijakan
penjualan kredit ini juga akan menimbulkan resiko bagi
perusahaan akan tidak dapat ditagihnya sebagian atau bahkan
seluruh dari piutang tersebut. Oleh karena itu perusahaan harus
memperhitungkan biaya atas resiko tidak dapat ditagihnya
piutang tersebut dalam bad debt expense.
d. Wesel Tagih (Notes Receivable)
Tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam
suatu promes. Promes tagih adalah promes yang ditandatangani
untuk membayar sejumlah uang dalam waktu tertentu yang akan
datang kepada seseorang atau suatu perusahaan yang namanya
tercantum dalam surat perjanjian tersebut.
e. Penghasilan yang masih akan diterima (Accruals Receivable)
Penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena telah
memberikan jasa-jasanya kepada pihak lain, tetapi pembayarannya
belum diterima sehingga merupakan tagihan.
18
f. Persediaan Barang (Inventories)
Barang dagangan yang dibeli untuk dijual kembali, yang masih
ada di tangan pada saat penyusutan neraca. Menurut Agus Ristono
(2009:1) persediaan adalah :
Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang
disimpan untuk digunakan atau dijual kembali pada masa atau
periode yang akan datang. Persediaan terdiri dari persediaan
bahan baku, persediaan barang setengah jadi, dan persediaan
barang jadi.
Persediaan menurut Darmawan Sjahrial (2007:189) yaitu:
Persediaan merupakan unsur utama dari modal kerja (aktiva
lancar). Persediaan merupakan investasi yang sangat berarti
pada banyak perusahaan.
Sedangkan menurut PSAK No. 14 (2007:14.1-14.2) definisi
persediaan sebagai berikut :
Persediaan adalah aktiva:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal
b. Dalam proses produksi dan atau dalam pengolahan ; atau
c. Dalam bentuk bahan baku atau perlengkapan untuk
digunakan dalam proses produksi atau pemberi jasa.
Masing-masing jenis persediaan ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan
dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses
produksi.
2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased
parts atau component stock), yaitu persediaan barang-barang
yang terdiri dari bagian yang diterima dari perusahaan lain, yang
19
dapat secara langsung di assembling dengan bagian lain, tanpa
melalui proses produksi sebelumnya.
3. Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang perlengkapan
(supplies stock), yaitu persediaan atau bahan-bahan yang
diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya
proses produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu
perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen
barang jadi.
4. Barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process
atau progress stock), yaitu persediaan barang yang keluar dari
tiap-tiap bagian dalam suatu pabrik atau bahan-bahan yang telah
diolah menjadi suatu bentuk, tetapi diproses kembali untuk
kemudian menjadi barang jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan
barang-barang yang telah selesai diproses atau dioleh dalam
pabrik dan siap untuk dijual kepada konsumen atau perusahaan
lain.
g. Biaya yang dibayar dimuka (Prepaid Expense)
Pengeluaran untuk memperoleh jasa dari pihak lain, tetapi
pengeluaran tersebut belum menjadi biaya atau jasa dari pihak lain
itu yan belum dinikmati oleh perusahaan pada periode berjalan.
2. Kewajiban Jangka Pendek (Current Liabiliteis)
Kewajiban jangka pendek merupakan kewajiban perusahaan
20
kepada pihak lain yang harus dipenuhi dalam jangka waktu kurang
dari satu tahun, atau utang yang jatuh temponya masuk ke dalam
siklus akuntansi yang sedang berjalan. Yang termasuk kewajiban
jangka pendek adalah :
a. Utang Dagang (Account Payable)
Semua pinjaman yang timbul karena pembelian barangbarang dagangan atau jasa secara kredit.
b. Wesel Bayar (Notes Payable)
Promes tertulis dari perusahaan untuk membayar sejumlah
uang atau perintah pihak lain pada tanggal tertentu yang akan
datang yang ditetapkan (utang wesel).
c. Penghasilan yang ditangguhkan (Deffered Revenue)
Penghasilan yang diterima lebih dahulu merupakan
penghasilan yang sebenarnya belum menjadi hak perusahaan.
d. Utang Deviden (Devidens Payable)
Bagian laba perusahaan yang digunakan sebagai deviden
kapada pemegang saham tetapi belum dibayarkan pada waktu
neraca disusun.
e. Utang Pajak (Tax Payable)
Beban pajak perseroan yang belum dibayarkan pada waktu
neraca disusun.
f. Kewajiban yang masih harus dipenuhi (Accruals Payable)
Kewajiban yang timbul atas jasa-jasa yang diberikan
21
kepada perusahaan selama jangka waktu tertentu, tetapi
pembayarannya belum dilakukan, seperti upah, bunga, sewa,
pensiun, dll.
g. Utang Jangka Panjang yang telah Jatuh Tempo (Maturing
Long Term Debt)
Sebagain atau seluruh utang jangka panjang yang menjadi
utang jangka pendek karena sudah sampai waktunya untuk
dilunasi.
6.
Penjualan
Salah satu aktivitas perusahaan yang tidak kalah pentingnya adalah
penjualan. Menurut M. Nafarin (2007:166) pengertian penjualan adalah :
Penjualan berarti proses kegiatan menjual yaitu dari
kegiatan penetapan harga jual sampai produk didistribusikan
ketangan konsumen (pembeli).
Penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan perusahaan,
semakin besar aktivitas penjualan di suatu perusahaan, maka akan semakin
besar pula biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan tersebut.
Dari definisi diatas maka dapat diambil kesimpulan sebagai suatu
bentuk perpindahan (transfer) dari penjual kepada pembeli sesuai dengan
syarat dan kondisi yang disepakati.
7.
Perputaran Modal Kerja
Antara penjualan dan modal kerja mempunyai hubungan yang sangat
erat. Apabila volume penjualan naik, investasi dalam persediaan dan piutang
22
juga meningkat, ini berarti juga meningkatkan modal kerja. Modal kerja
selalu dalam keadaan berputar atau beroperasi dalam perusahaan selama
perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha.
Tingkat perputaran modal kerja bruto atau aktiva lancar dapat diukur
dengan menggunakan rasio tingkat perputaran modal kerja yang dirumuskan
sebagai berikut :
Modal Kerja Bruto (Kuantitatif)= Aktiva Lancar
Modal Kerja Neto (Kualitatif) = Aktiva Lancar – Kewajiban Jangka Pendek
Perputaran Modal Kerja = Penjualan Bersih
Modal Kerja
Bambang Riyanto (2008:62)
Rasio ini menunjukkan berapa kali modal kerja berputar dalam satu
periode (biasanya satu tahun).
Lamanya waktu rata-rata yang dibutuhkan oleh modal kerja untuk
setiap kali berputar disebut perputaran modal kerja. Periode perputaran
modal kerja dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:
Working Capital Turnover Period =
360 Days
Working Capital Turnover
Dari hubungan antara penjualan dengan modal kerja tersebut dapat
diketahui juga apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi
atau bekerja dengan modal kerja rendah. Perputaran modal kerja yang
tinggi diakibatkan rendahnya modal kerja yang ditanam dalam persediaan
dan piutang, atau dapat juga menggambarkan tidak tersedianya modal
23
kerja yang cukup dan adanya perputaran persediaan dan perputaran
piutang yang tinggi.
Jika persediaan perputaran persediaan dan perputaran piutang yang
tinggi, berarti perusahaan tidak membutuhkan saldo persediaan dan saldo
piutang yang tinggi dengan demikian maka jumlah modal kerja pun tidak
terlalu besar. Tidak cukupnya modal kerja mungkin disebabkan banyaknya
utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan
piutang dapat diubah menjadi kas.
Gambar 2.1
Contoh Perusahaan Dagang Penjualan Secara Kredit dan Tunai
Contoh Perusahaan Dagang Penjualan Secara Kredit
Kas
Barang Dagang
Piutang
Kas 2
Pembelian
Penjualan
Penerimaan Uang
Contoh Perusahaan Dagang Penjualan Secara Tunai
Kas
Barang Dagang
Kas 2
Pembelian
Penjualan /
Penerimaan Uang
Tingkat perputaran modal kerja dalam 1 tahun diketahui dengan cara
membagi tahun dalam bulan atau hari dengan periode perputaran atau
periode terikatnya modal kerja. Berikut adalah contoh kasus:
a. Periode perputaran modal (Kas – Kas2) = 1 bulan, maka tingkat
perputaran modal kerjanya 12 kali dalam setahun.
24
b. Jika Kas 1 – Kas 2 = 2 bulan, maka tingkat perputaran modal kerja 6
kali dalam setahun.
c. Jika Kas 1 – Kas 2 = 3 bulan, maka tingkat perputaran modal kerja 4
kali dalam setahun.
d. Jika Kas 1 – Kas 2 = 4 bulan, dimana barang harus dibayar dahulu
sebelum barang diterima, periode penyimpanan dan penjualan meliputi
waktu 2 bulan dan penerimaan piutang 1 bulan.
Contoh Kasus untuk Metode Perputaran Modal:
Lagunaseca Company adalah sebuah industry yang memproduksi Helm,
yang setiap harinya sanggup memproduksi sebanyak 65 unit. Dalam satu
bulan kerja, industry tersebut memiliki libur sebanyak 5 hari. Berikut
adalah biaya-biaya yang dibebankan:
a. Bahan dasar
: Rp.
12.000
b. Bahan Pembantu
: Rp.
7.000
c. TKL
: Rp.
9.000
d. Biaya Administrasi
: Rp.
550.000
e. Biaya Gaji Pimpinan
: Rp. 1.700.000
Lagunaseca Company membeli bahan dasar untuk kelancaran produksi
dengan member uang persekot kepada pemasok 4x24 jam sebelum barang
diterima. Sedangkan waktu yang diperlukan untuk proses produksi adalah
3 hari. Barang tersebut disimpan kedalam almari pengaharum selama 4
hari, dan penjualan secara kredit dilakukan selama 5 hari. Lagunaseca
Company ternyata menetapkan kas minimum sebesar Rp. 500.000. Cara
menghitungnya adalah sebagai berikut:
Rumus Metode Keterikatan Dana
25
BBB
Biaya Pembantu
Biaya TKL
Biaya Administrasi
Biaya Gaji
Biaya Bahan Mentah x Unit Produksi Per Hari x Perputaran Kampus
Biaya Bahan Pembantu per hari x Unit Produksi perhari x Perputaran Waktu
Biaya TKL x Unit Produksi perhari x Perputaran Waktu
Biaya Administrasi per bulan x Perputaran Waktu
Hari Kerja Perbulan
Biaya Gaji per bulan x Perputaran Waktu
Hari Kerja Perbulan
a. Perputaran Waktu
Biaya Persekot
Proses Produksi
Penyimpanan
Piutang
Bahan Dasar
4
3
4
5
16
Biaya Pembantu, TKL, Adm, dan Gaji
3
4
5
12
b. Kebutuhan Dana
Keterangan
Biaya Bahan Baku
Biaya Pembantu
Biaya TKL
Biaya Administrasi
Biaya Gaji
Total Biaya
Kas Minimun
Modal Kerja
Biaya
12.000
7.000
9.000
550.000
1.700.000
65*
65*
65*
25**
25**
Total Hari
16
12
12
12
12
12.480.000
5.460.000
7.020.000
264.000
816.000
26.040.000
500.000
26.540.000
Analisa, jadi jumlah modal kerja yang diperlukan untuk Lagunaseca
Company adalah sebesar Rp. 26.540.000,-
26
7.1. Metode Kebutuhan Penentuan Modal Kerja
Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal
kerja adalah menentukan seberapa besar kebutuhan modal kerja suatu
perusahaan. Hal ini penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu
besar berarti ada sebagian dana yang mengganggur dan dana ini akan
menurunkan tingkat profitabilitas perusahaan. Demikian pula bila
modal kerja terlalu kecil akan ada resiko proses produksi perusahaan
kemungkinan akan terganggu. Oleh karena itu perlu ditentukan berapa
besar kebutuhan modal suatu perusahaan.
Dalam menaksir jumlah modal kerja, timbul masalah seperti akibat
perbedaan pengertian tertentu modal kerja. Untuk menentukan
kebutuhan modal kerja dapat digunakan dua metode, yaitu:
a. Metode Keterikatan Dana, ada dua faktor yang mempengaruhi
yaitu:
1. Periode terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas setiap hari.
b. Metode Perputaran Modal Kerja
Berdasarkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal
kerja ditentukan oleh perputaran kas, persediaan dan piutang.
Perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi kas
kembali, begitupun dengan piutang dan persediaan.
27
7.2.
Pentingnya Modal Kerja Yang Cukup
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar
memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan
tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup
kerugian
dan
mengatasi
keadaan
krisis
atau
darurat
tanpa
membahayakan keadaan keuangan perusahaan.
Menurut Jumingan (2009:67), manfaat lain tersedianya modal kerja
yang cukup adalah :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai
aktiva lancar.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiba-kewajiban
jangka pendek tepat waktu.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan
tunai sehingga dapat mendapatkan keuntungan berupa potongan
harga.
4. Menjamin perusahaan mempunyai credit standing dan dapat
mengatasi peristiwa yang tidak dapat didugi seperti kebakaran,
pencurian, dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup guna melayani permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit
yang menguntungkan kepada pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan
baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode
resesi atau depresi.
Diluar kondisi diatas, yakni adanya modal kerja yang dilebihlebihkan
atau
terjadinya
kekurangan
modal
kerja,
keduanya
merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya pengelolaan dana
yang tidak efektif di samping akan menimbulkan keburukan-
28
keburukan seperti:
1. Dapat menimbulkan pemborosan-pemborosan
2. Investasi-investasi pada cabang yang tidak diinginkan.
3. Kerugian bunga saldo karena saldo bank yang tidak
dipergunakan.
7.3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Modal Kerja
Berapa banyaknya modal kerja yang diperlukan oleh suatu
perusahaan. Untuk menentukan jumlah modal kerja yang diperlukan
oleh suatu perusahaan terdapat sejumlah faktor yang perlu dianalisis.
Menurut Jumingan (2009:69), faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Sifat umum atau tipe perusahaan
2. Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau
mendapatkan barang dan ongkos produksi per unit atau harga
beli barang tersebut.
3. Syarat pembelian dan penjualan.
4. Tingkat perputaran persediaan.
5. Tingkat perputaran piutang.
6. Pengaruh konjungtur (business cycle).
7. Derajat resiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva
jangka pendek.
8. Pengaruh musim.
9. Credit rating dari perusahaan.
7.4. Sumber Modal Kerja
Menurut Jumingan (2009:71), modal kerja menurut jenisnya dapat
dibedakan menjadi dua golongan, yakni sebagai berikut:
1. Bagian modal kerja yang relatif permanen, yaitu jumlah modal
kerja minimal yang harus tetap ada dalam perusahaan untuk
dapat melaksanakan operasinya atau sejumlah modal kerja
secara terus menerus diperlukan untuk kelangsungan usaha.
29
Modal kerja permanen ini dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang
harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usaha
nya.
b. Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang
normal.
2. Bagian modal kerja yang bersifat variabel, yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah tergantung pada perubahan keadaan.
Modal kerja ini dibedakan dalam:
a. Modal kerja musiman.
b. Modal kerja siklis.
c. Modal kerja darurat.
Adapun penjelasan lain dari sumber-sumber modal kerja yang telah
disebutkan di atas adalah sebagai berikut:
1. Hasil operasi perusahaan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga.
3. Penjualan aktiva lancar.
4. Penjualan saham atau obligasi.
7.5.
Penggunaan Modal Kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan
perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu
diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang
dimiliki oleh perusahaan. Kasmir (2008:253) mengemukkan tujuan
penggunaan modal kerja sebagai berikut:
1. Guna memenuhi likuiditas perusahaan;
2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki
kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya;
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki persediaan yang
30
cukup dalam rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya;
4. Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana
dari para kreditor, apabila resiko keuangannya memenuhi
syarat;
5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang
menarik minat pelanggan, dengan kemampuan yang
dimilikinya;
6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna
meningkatkan penjualan dan laba;
7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat
turunnya nilai aktiva lancar
8. Tujuan lainnya.
B.
Laba
Salah satu sasaran penting bagi organisasi yang berorientasi pada
profit oriented adalah menghasilkan laba secara terus menerus sehingga
kontinuitas perusahaan (going concern) terjaga dan dapat dipertahankan,
bahkan untuk memperluas usaha perusahaan. Oleh karena itu jumlah laba
yang dihasilkan dapat dipakai sebagai salah satu alat ukur efektivitas,
karena laba adalah selisih antara pendapatan dan pengeluaran.
1.
Pengertian Laba
Keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat pada tingkat laba yang
diperoleh perusahaan itu sendiri karena tujuan utama perusahaan pada
umumnya adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya dan laba
merupakan faktor yang menentukan bagi kelangsungan hidup perusahaan itu
sendiri.
Pengertian laba menurut PSAK No. 15 (2007:25.2-25.3) adalah:
Laba adalah semua unsur pendapatan dan beban yang diakui dalam
suatu pendapatan dan beban dalam suatu periode harus tercakup
31
dalam penetapan laba/rugi untuk periode tersebut kecuali jika
standar akuntansi keuangan yang berlaku mewajibkan atau
memperbolehkan sebaliknya.
Harahap (2007:241) mengemukakan pengertian laba sebagai
berikut:
Laba adalah naiknya nilai ekuitas dari transaksi yang sifatnya
insidentil dan bukan kegiatan utama entitas dari transaksi kejadian
lainnya yang mempengaruhi entitas selama satu periode tertentu
kecuali yang berhasil dari hasil atau investasi dari pemilik.
Dari pengertian laba diatas dapat dijelaskan bahwa laba adalah
selisih lebih antara pendapatan dan biaya yang timbul dalam kegiatan
utama atau sampingan di perusahaan selama satu periode.
2.
Konsep Laba
Di dalam kehidupan nyata konsep laba sangat diperlukan dalam
proses dunia usaha atau bisnis, di mana konsep ini sebagai pedoman dalam
pembuatan laporan keuangan bagi pihak tertentu dan berguna dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan yang akan dikeluarkan.
Harahap (2007:297) mengemukakan bahwa konsep laba terdiri
dari:
1. Konsep Laba Ekonomi (Economic Income);
2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income);
3. Konsep Capital Maintenance.
Adapun penjelasan dari konsep-konsep laba tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Konsep Laba Ekonomi (Economic Income)
Sifat-sifatnya mencakup tiga tahap, yaitu:
a. Physical Income, yaitu konsumen barang dan jasa pribadi
32
yang sebenarnya memberikan kesenangan fisik dan
pemenuhan kebutuhan, laba jenis ini dapat diukur.
b. Real
Income,
ungkapan
kejadian
yang
sebenarnya
memberikan peningkatan terhadap kesenangan fisik.
c. Money Income, merupakan hasil uang yang diterima dan
dimaksudkan untuk konsumsi dalam memenuhi kebutuhan
hidup.
2. Konsep Laba Akuntansi (Accounting Income)
Menurut akuntansi yang dimaksud adalah perbedaan antara
revenue yang direalisasi yang timbul dari transaksi pada
periode tertentu dihadapkan dengan biaya-biaya pada periode
tersebut.
3. Konsep Capital Maintenance
Menurut konsep ini laba baru disebut ada setelah modal yang
dikeluarkan tetap masih ada (capital maintaned atau return on
capital) atau biaya yang telah ditutupi (cost recovery) atau
pengambilan modal return of capital.
3.
Jenis-Jenis Laba
Jenis-jenis laba dalam hubungan dengan perhitungan laba, yaitu:
1.
Tambahan nilai (value added) yaitu harga jual produksi dan jasa
perusahaan dikurangi harga pokok barang dan jasa yang dijual;
2.
Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan
33
dengan harga pokok penjualan;
3.
Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban
operasi;
4.
Laba bersih perusahaan yaitu kelebihan hasil (revenue) dari biaya
seluruh pendapatan dan rugi. Biaya ini tidak termasuk bunga, pajak
dan bagi hasil;
5.
Laba bersih bagi investor yaitu sama seperti laba bersih perusahaan
tetapi setelah dikurangi pajak penghasilan.
6.
Laba bersih bagi pemegang saham residual yaitu laba bersih kepada
pemegang saham dikurangi dividen saham preferen.
4.
Laba Operasi
7.6.
Pengertian Laba Operasi
Laba operasi merupakan suatu pengukuran laba perusahaan yang
berasal dari aktivitas operasi yang masih berlangsung. Menurut Hery
(2009:123) laba operasi adalah :
Laba operasi adalah ukuran kinerja fundamental operasi
perusahaan dan dihitung sebagai selisih antara laba kotor dengan
beban operasi.
Lebih lanjut Yadiati (2008:142) mengemukakan bahwa :
Laba operasi ditentukan dengan mengurangkan penjualan bersih
dengan harga pokok penjualan dan biaya operasi.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka disimpulkan bahwa
laba operasi adalah selisih antara penjualan dengan harga pokok
penjualan dan beban operasi selama satu periode.
34
C.
Pengaruh
Perputaran
Modal
Kerja
Terhadap
Laba
Operasi
Perusahaan
Hubungan antara modal kerja dengan kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba dikemukakan oleh beberapa ahli sangat penting
untuk beberapa alasan. Untuk menjalankan perusahaan secara efisien,
piutang dan persediaan harus dimonitor dan dikendalikan secara seksama.
Hal ini penting untuk perusahaan yang berkembang cepat, karena investasi
pada kedua aktiva ini cepat sekali berubah dan sulit dikendalikan.
Perusahaan dengan sedikit aktiva lancar yang terlalu sedikit dapat
menimbulkan kekurangan dan kesulitan dalam kelancaran operasi. Modal
kerja mendasari dua keputusan penting perusahaan, modal kerja ini penentu
dari tingkat pembiayaan jangka pendek dan jangka panjang. Periode
perputaran modal kerja dimulai saat di mana kas diinvestasikan ke dalam
komponen-komponen modal kerja untuk digunakan dalam menjalankan
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari sampai pada saat di mana modal
kerja kembali lagi masuk ke perusahaan dalam bentuk laba.
Perputaran modal kerja yang baik adalah lebih dari satu kali
pertahun, karena dengan demikian lamanya perubahan kas menjadi modal
kerja kembali tidak lebih dari setahun. Lamanya periode perputaran modal
kerja tergantung pada berapa lama periode perputaran dari komponen modal
kerja, yaitu perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan.
Masalah modal kerja dan laba operasi di dalam suatu perusahaan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena modal kerja digunakan oleh
35
perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau kegiatan operasi, dan
perusahaan menjalankan kegiatan operasi tersebut dengan maksud untuk
mendapatkan laba. Apabila modal kerja yang terdapat dalam perusahaan
digunakan dengan efektif dan efisien (modal kerja tidak ada yang
menganggur dan perputarannya cepat), maka kesempatan perusahaan untuk
mendapatkan laba pun akan semakin besar.
1. Penelitian Terdahulu
a. Lisa Stephanie (2007)
Penelitian yang dilakukan Lisa Stephanie tahun 2007 dengan judul
pengaruh perputaran modal kerja terhadap laba operasi perusahaan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa perputaran
modal kerja berpengaruh terhadap laba operasi perusahaan.
Pengaruh perputaran modal kerja terhadap laba operasi perusahaan
adalah sebesar 82,08% sedangkan sisanya sebesar 17,92%
dipengaruhi faktor lain.
b. Penelitian Chandra Lesmana Giri (2008)
Penelitian yang dilakukan Chandra Lesmana Giri tahun 2008 dengan
judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas
(ROA). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan
pengaruh
positif
signifikan
terhadap
profitabilitas
(ROA).
Sedangkan besarnya kontribusi pengaruh perputaran modal kerja
terhadap profitabilitas (ROA) sebesar 27,2% yang menunjukkan
masih terdapat 72,8% yang dipengaruhi faktor lain.
36
c. Penelitian UL Kurniawan (2008)
Penelitian yang dilakukan UL Kurniawan tahun 2008 dengan judul
pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat likuiditas. Dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa perputaran
modal kerja tidak berpengaruh terhadap tingkat likuiditas sebuah
perusahaan, karena tingkat likuiditas perusahaan lebih banyak
dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 85,94%.
d. Penelitian Christine Yosephine Sinar (2009)
Penelitian yang dilakukan Christine Yosephine Sinar tahun 2009
dengan judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap tingkat
likuiditas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui
bahwa perputaran modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas perusahaan. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai t hitung
sebesar -6.559 lebih kecil dari t tabel: 2.015, maka H1 ditolak.
e. Penelitian Anik Wahyuningsih (2010)
Penelitian yang dilakukan Anik Wahyuningsih tahun 2010 dengan
judul pengaruh perputaran modal kerja terhadap profitabilitas,
likuiditas, dan aktivitas. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,
dapat
diketahui
bahwa
perputaran
modal
kerja
terhadap
profitabilitas, likuiditas dan aktivitas cukup berpengaruh.
f. Penelitian Khusnul Khotimah (2010)
Penelitian yang dilakukan Khusnul Khotimah tahun 2010 dengan
judul pengaruh perputaran modal kerja, perputaran kas, dan
37
perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Dari hasil penelitian
yang dilakukan, dapat diketahui bahwa perputaran modal kerja,
perputaran kas, dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas
adalah berpengaruh.
38
Dari penelitian-penelitian terdahulu dapat diketahui perbedaaan dan
persamaan dengan penelitian sekarang, seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Jurnal atau Penelitian Terdahulu
No
1
2
3
4
5
6
Nama
Judul Penelitian
Tahun
Persamaan
Perbedaan
Lisa Stepahanie
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja
Terhadap Laba
Operasi
Perusahaan
2007
Variabel X
Perputaran
Modal Kerja
Variabel Y
Laba Operasi
Berpengaruh
Chandra
Lesmana Giri
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja
Terhadap
Profitabilitas
(ROA)
2008
Variabel X
Perputaran
Modal Kerja
Variabel Y
Profitabilitas
(ROA)
Tidak
Berpengaruh
Positif
UL Kurniawan
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja
Terhadap
Likuiditas
2008
Sampel yang
lebih sedikit
Berpengaruh
Christine
Yosephine Sinar
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja
Terhadap
Tingkat
Likuiditas
Perusahaan
2009
Variabel Y
Tingkat
Likuiditas
Berpengaruh
Anik
Wahyuningsih
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja
Terhadap
Profitabilitas,
Likuiditas,
Aktivitas
Khusnul
Khotimah
Pengaruh
Perputaran
Modal Kerja,
Perputaran
Kas, dan
Perputaran
Persediaan
Terhadap
Profitabilitas
Variabel X
Perputaran
Modal Kerja
Hasil
Penelitian
Variabel Y
Likuiditas
Variabel X
Perputaran
Modal Kerja
Variabel Y1
Profitabilitas
2010
Variabel X
Perputaran
Modal Kerja
Variabel Y2
Likuiditas
Berpengaruh
Variabel Y3
Aktivitas
Variabel X1
Perputaran
Modal Kerja
2010
Variabel X2
Perputaran Kas
Variabel X3
Perputaran
Persediaan
Variabel Y
Profitabilitas
Berpengaruh
Download