PENGARUH LATIHAN FISIK AEROBIK DAN DETRAIN TERHADAP JUMLAH SEL SARAF NORMAL AMIGDALA BASOLATERAL TIKUS Avita Marthacagani1 dan Ahmad Aulia Jusuf2 1. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2. Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia [email protected] Abstrak Latihan fisik aerobik memiliki beberapa manfaat untuk struktur dan fungsi otak, seperti meningkatkan jumlah sel saraf dan berefek positif pada pembelajaran, serta memori. Namun, beberapa manfaat latihan fisik tersebut pada struktur otak masih berupa dugaan-dugaan. Manfaat tersebut juga akan menghilang apabila latihan dihentikan (detrain). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan fisik aerobik dan detrain terhadap jumlah sel saraf normal amigdala basolateral tikus. Amigdala adalah bagian dari sistem limbik, yang berperan dalam menghasilkan respon perilaku yang berhubungan dengan rasa takut dan berperan juga pada pembelajaran emosional, serta memodulasi memori. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan mengamati dan menghitung jumlah sel saraf normal pada daerah amigdala basolateral. Data dianalisis dengan uji one-way ANOVA dan dilanjutkan uji Post Hoc. Hasil menunjukkan persentase sel saraf normal pada kelompok kontrol 57%; kelompok training 64%; dan kelompok detraining 49%. Hasil uji Post Hoc menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kontrol dan training (p>0,05), kelompok kontrol dan detraining (p>0,05). Namun, terdapat perbedaan bermakna antara kelompok training dan detraining (p = 0,008). Terjadi peningkatan persentase sel saraf normal pada kelompok training, sebaliknya, terjadi penurunan persentase sel saraf normal pada kelompok detraining dibandingkan kelompok kontrol. Kata kunci: amigdala basolateral; detrain; sel saraf normal; latihan fisik aerobik The Effect of Aerobic Exercise and Detraining on the Number of Normal Neuron of Basolateral Amygdala Rat Abstract Aerobic exercise has several benefits for brain’s structures and functions, such as increasing the number of normal neuron and having positive effect on learning and memory. However, some of the benefits are still conjecture. These benefits will be lost if exercise stopped. The aim of this study is to determine the effect of aerobic exercise and detraining on the number of normal neuron of basolateral amygdala. Amygdala is a part of the limbic system which plays a role in producing behavioral responses associated with fear and also plays a role in emotional learning, as well as modulates memory. This study was done experimentally, by observing and counting the number of normal neuron in the basolateral amygdala region. Data were analyzed by one-way ANOVA test and continued by Post Hoc test. The results showed that percentage of normal neuron were 57% in control group, 64% in training group, and 49% in detraining group. Post hoc test results showed no significant difference between control and training group (p> 0.05), also between control and detraining group (p> 0,05). However, there are a significant difference between training and detraining group (p = 0.008). In short, there is an increase in the number of normal neuron in training, otherwise, there is a decline in the number of normal neuron in detraining compared with control. Key words: aerobic exercise; basolateral amygdala; detraining; normal neuron. Pendahuluan Sebuah studi pada hewan coba menunjukkan bahwa latihan fisik memiliki manfaat pada bagian otak, yaitu meningkatkan pertumbuhan sel saraf yang berdampak positif pada kemampuan kognitif, seperti pembelajaran dan memori.1-4 Studi tersebut terutama meneliti pada area hipokampus.5 Namun, peranan latihan fisik tersebut masih banyak yang berupa dugaan. Amigdala termasuk ke dalam sistem limbik yang berperan terutama mengatur emosi seseorang. Amigdala basolateral berfungsi untuk pembelajaran emosional dan memodulasi memori. Amigdala memiliki peran utama dalam pembentukan dan penyimpanan memori yang berkaitan dengan emosional. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa pada kondisi ketakutan, stimulus sensoris dikirim ke kompleks amigdala basolateral. Stimulus-stimulus tersebut selanjutnya akan membentuk memori.6 Penelitian tentang pengaruh latihan fisik aerobik terhadap struktur amigdala basolateral masih belum banyak dilakukan. Penelitian–penelitian terdahulu hanya meneliti pengaruh latihan fisik aerobik sebatas pada area hipokampus. Oleh karena itu, dilakukan penelitian eksperimen pada area otak amigdala basolateral menggunakan hewan coba. Amigdala basolateral dipilih karena merupakan bagian otak yang berhubungan dengan fungsi memori, yang pada penelitian sebelumnya disebutkan bahwa terdapat peningkatan memori pada hewan coba yang dilatih fisik aerobik. Terdapat tiga rumusan masalah pada penelitian ini, apakah terdapat peningkatan jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang diberi perlakuan latihan fisik aerobik, apakah terdapat peningkatan jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang diberi perlakuan latihan fisik aerobik kemudian dihentikan latihan fisiknya dalam jangka waktu tertentu (detrain), dan apakah terdapat penurunan jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang dihentikan latihan fisiknya dalam jangka waktu tertentu (detrain) dibandingkan dengan yang diberi perlakuan latihan fisik aerobik. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh latihan fisik aerobik dan detrain terhadap peningkatan jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus dan membuktikan adanya peningkatan jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang mendapat perlakuan latihan fisik aerobik dan detrain dibandingkan dengan yang tidak dilatih fisik, serta membuktikan adanya penurunan jumlah sel saraf normal pada daerah amigdala basolateral tikus yang dihentikan latihan fisiknya. Tinjauan Teoritis Latihan Fisik Latihan fisik adalah bentuk spesifik dari aktivitas fisik yang direncanakan dan bertujuan untuk meningkatkan atau mempertahankan kebugaran tubuh dan kesehatan secara keseluruhan. Aktivitas fisik itu sendiri didefinisikan sebagai gerakan yang melibatkan kontraksi otot.3,4 Latihan fisik dapat dibagi menjadi 2 berdasarkan sistem metabolisme penggunaan energinya, yaitu latihan fisik aerobik dan anaerobik. Latihan fisik aerobik adalah latihan yang membutuhkan oksigen dalam mekanisme pembentukan energinya. Keberadaan oksigen dapat menyebabkan terjadinya pembentukan ATP melalui mekanisme siklus krebs dan fosforilasi oksidatif. Latihan fisik aerobik melibatkan sekelompok otot besar yang bekerja pada intensitas yang cukup rendah dan dalam periode waktu yang cukup lama. Latihan fisik aerobik fokus untuk meningkatkan ketahanan kardiovaskular. Beberapa yang termasuk ke dalam latihan fisik aerobik adalah jalan, lari, berenang, dan bersepeda.7 Latihan fisik aerobik memiliki banyak manfaat diantaranya, yaitu memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran dan memori dengan meningkatkan fungsi otak, meningkatkan kesehatan mental dengan mengurangi stress dan mencegah depresi, serta mengurangi ketegangan otot. Latihan fisik yang teratur juga dapat meningkatkan sistem imun tubuh, serta mencegah beberapa penyakit, seperti diabetes melitus tipe 2, obesitas, dan penyakit kardiovaskular.2,8 Latihan fisik anaerobik adalah latihan fisik yang tidak menggunakan oksigen. Latihan fisik ini disebutkan sebagai peningkatan intensitas aktivitas yang terjadi dalam waktu yang singkat. Latihan ini membuat tubuh mencapai usaha maksimum. Tujuan latihan fisik anaerobik adalah untuk meningkatkan kekuatan otot jangka pendek. Salah satu contoh latihan fisik anaerobik adalah angkat beban.7 Detrain Detraining mengacu pada pengurangan atau penghentian stimulus pelatihan reguler aktivitas fisik atau olahraga yang dapat berdampak pada hilangnya adaptasi anatomis dan fisiologis, seperti hilangnya kebugaran. Efek dari detraining berbeda-beda pada setiap individu.9 Penurunan pekondisian pada atlet biasanya tidak terjadi secepat atau sedrastis seperti pada individu yang baru awal mengikuti training. Sebuah penelitian mengamati atlet secara teratur selama setahun. Setelah tiga bulan atlet berhenti berolahraga sama sekali, ditemukan bahwa para atlet kehilangan sekitar setengah dari pengkondisian aerobik mereka.9 Hasil tersebut sangat berbeda pada individu yang baru mulai berlatih. Individu memulai program kebugaran sepeda selama dua bulan. Selama delapan minggu aktivitas fisik reguler membuat perbaikan kardiovaskular dramatis dan meningkatkan kapasitas aerobik mereka secara substansial. Selanjutnya, mereka berhenti berolahraga selama dua bulan ke depan. Ditemukan bahwa individu tersebut telah kehilangan semua keuntungan aerobik mereka dan kembali ke tingkat semula kebugaran.9 Amigdala Basolateral Amigdala merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas beragam nukleus kecil yang terletak tepat di bawah korteks serebri lobus temporalis. Amigdala memiliki struktur dengan banyak hubungan dua jalur dengan hipotalamus dan daerah limbik lainnya. Salah satu bagian dari amigdala adalah nukleus basolateral yang memiliki peranan sangat penting pada banyak aktivitas perilaku.10 Amigdala basolateral termasuk ke dalam sistem limbik yang berperan dalam aktivitas perilaku yang berhubungan dengan rasa takut. Amigdala basolateral menyediakan substrat untuk penyimpanan memori yang berkaitan dengan rasa takut. Setiap orang sadar bahwa emosi dapat mempengaruhi memori. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa gairah emosi dapat meningkatkan memori. Amigdala berperan dalam memodulasi memori yang berkaitan dengan emosi seperti pada Pavlovian fear conditioning.10 Pengaruh Latihan Fisik Aerobik terhadap Otak Latihan fisik aerobik mempunyai efek yang bermanfaat pada fungsi otak, yaitu fungsi memori yang lebih bagus, peningkatan kapilarisasi (angiogenesis), dan plastisitas sel saraf. Secara molekuler, latihan fisik aerobik disebutkan dapat menginduksi dihasilkannya faktor-faktor neurotropik. Beberapa contoh faktor neurotropik adalah Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF) dan Nerve Growh Factor (NGF). Faktor neurotropik disebutkan berperan pada kelangsungan hidup dan diferensiasi sel saraf, memori, perubahan kekuatan sinaps, dan peningkatan resistensi stres oksidatif. 11 Otak manusia secara bertahap akan kehilangan jaringannya dari usia dekade ketiga kehidupan. Hal ini ditunjukkan dari penurunan fungsi kognitif. Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa latihan fisik aerobik dapat menurunankan kehilangan jaringan otak pada area frontal, parietal, dan temporal yang akhirnya berdampak pada peningkatan fungsi kognitif pada manusia dewasa tua. Penelitian tersebut juga menyebutkan terjadinya peningkatan kesehatan otak pada hewan coba yang sudah tua yang diberikan intervensi latihan fisik aerobik. Hal tersebut diduga karena latihan fisik aerobik memiliki sebuah mekanisme yang berfungsi meningkatkan kesehatan otak, khususnya pada usia dewasa tua.12 Studi lain juga menyebutkan terdapat peningkatan volume otak, baik daerah abu-abu atau putih pada orang dewasa tua yang berpartisipasi di latihan kebugaran aerobik. Namun, tidak ditemukan peningkatan pada orang dewasa tua yang berpartisipasi pada latihan fisik nonaerobik. Studi ini juga menyebutkan bahwa tidak terdapat perubahan signifikan volume otak baik pada regio abu-abu atau putih yang terdeteksi pada sample orang dengan usia muda.13 Namun, terdapat penelitian lain yang lebih baru yang menyimpulkan bahwa kebugaran karena latihan fisik aerobik berhubungan dengan kognitif yang lebih baik pada remaja (preadolescent people).14,15 Pengaruh Detraining terhadap Otak Detraining menyebabkan hilangnya adaptasi fisiologis yang dihasilkan dari latihan fisik aerobik. Kadar BDNF pada otak yang mengalami peningkatan saat latihan aerobik akan mengalami penurunan di bawah kadar kontrol ketika dilakukan detraining. Begitu juga kadar NGF yang menurun di bawah kontrol.11 Namun, pada studi lainnya disebutkan bahwa konsentrasi basal perifer BDNF tidak dipengaruhi oleh detraining.16 Memori menunjukkan adanya peningkatan ketika diinduksi oleh latihan fisik dan ternyata induksi memori ini menghilang ketika dilakukan detraining. 11 Detraining juga disebutkan kurang berpengaruh pada memori jangka pendek.16 Namun, pengaruh detraining pada kadar radikal bebas ternyata tidak berbeda dengan training, yaitu terjadi penurunan radikal bebas. Detraining tidak menyebabkan peningkatan radikal bebas.11 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental pada hewan coba, yaitu tikus jantan (Rattus sp. Strain Wistar). Penelitian dilakukan di Laboratorium Departemen Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang berlokasi di Jalan Salemba Raya No. 6 Jakarta Pusat mulai dari bulan Agustus 2012 hingga Juni 2013. Penelitian merupakan bagian dari penelitian utama yang dilakukan oleh Lelly Ribawati dengan judul Pengaruh Latihan Fisik Aerobik dan Detrain terhadap Struktur Otak dan Memori pada Tikus. Data penelitian adalah data primer berupa sediaan otak tikus yang didapat dari hasil eksperimen terhadap hewan coba dari penelitian utama tersebut. Pada penelitian ini terdapat tiga kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol, training, dan detraining dengan jumlah sampel masing – masing kelompok perlakuan adalah sembilan. Tikus yang dipakai dalam penelitian adalah tikus berjenis kelamin jantan (Rattus sp. Strain Wistar), usia 8-10 minggu dengan berat badan 200-250 gram. Tikus dalam kelompok training diberi perintah untuk berlari di atas treadmill dengan kecepatan 20m/20menit selama 6 minggu. Tikus dalam kelompok detrain diberi perintah berlari di atas treadmill dengan kecepatan 20m/20menit selama 6 minggu pertama kemudian dihentikan selama 6 minggu berikutnya. Selanjutnya sediaan otak yang telah diwarnai dengan pewarnaan HE dilihat di bawah mikroskop elektrik yang sudah dilengkapi dengan optilab dan program image raster. Area yang akan diteliti, yaitu amigdala basolateral tikus diidentifikasi menggunakan acuan peta otak tikus. Area diamati dalam satu lapang pandang mikroskop dengan perbesaran objektif 40X, gambar kemudian dipotret dengan menggunakan program optilab viewer. Gambar sel yang sudah dipotret, kemudian diamati untuk mengetahui gambaran jelas mengenai kondisi sel. Selanjutnya, jumlah sel dihitung. Sel yang dihitung adalah sel saraf yang memenuhi syarat sebagai sel saraf normal. Adapun sel saraf normal adalah sel saraf yang berukuran 10 mikrometer, memiliki inti sel dengan anak inti terlihat jelas, kromatin baik (jelas, tidak kondensasi, tidak piknotik), dan sitoplasma utuh. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan program image raster. Gambar 1. Sel Saraf Normal di Amigdala Basolateral Tikus (lingkaran hitam) Hasil Pada penelitian ini, dilakukan pengamatan gambaran sel saraf pada daerah amigdala basolateral otak tikus jantan secara mikroskopis. Pengamatan sel saraf ini menilai bentuk dan menghitung jumlah sel saraf, baik yang normal maupun rusak. Sel saraf yang diamati diambil dari tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol; kelompok yang tidak diberi perlakuan, kelompok training; kelompok yang diberi latihan fisik aerobik selama 6 minggu, dan kelompok detraining; kelompok yang diberi latihan fisik selama 6 minggu, lalu dihentikan selama 6 minggu. Pada pengamatan jaringan saraf secara mikroskopis pada daerah amigdala basolateral terlihat sel saraf pada kelompok training lebih sedikit mengalami kerusakan, seperti inti piknotik atau kondensasi inti. A B C Gambar 2. Gambaran histologis sel saraf normal dan sel saraf rusak pada daerah amigdala basolateral (A: training B: detraining, C: kontrol). Scala 1:50 um. Dari hasil perhitungan sel saraf normal pada daerah amigdala basolateral didapatkan hasil rerata persentase sel saraf normal seperti pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Analisis One Way Anova Sel Saraf Normal Perlakuan N Rerata ± s.b P Kontrol 9 57,330 ± 7,714 P = 0,008 Training 9 64,110 ± 6,412 Detraining 9 48,670 ± 13,124 Uji one way anova. Uji post-hoc LSD: Kontrol vs aerobik p > 0,001; kontrol vs detrain p > 0,001; aerobik vs detrain p = 0,002 Data yang diperoleh dari perhitungan sel saraf normal pada daerah amigdala basolateral menunjukkan kelompok training memiliki jumlah sel saraf normal yang lebih besar, yaitu 64% dibandingkan dengan jumlah sel sel saraf normal pada kedua kelompok lainnya, yaitu kontrol 57% dan detraining 49%. Perbedaan presentase sel saraf normal pada daerah amigdala basolateral ini menunjukkan perbedaan bermakna antara kelompok kontrol, training, dan detraining berdasarkan analisa statistik dengan nilai signifikansi (p) = 0,008; p < 0,05 Hasil analisis sel saraf normal antara kelompok kontrol dan training tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p= 0,145; p > 0,05), selanjutnya hasil analisis sel saraf normal antara kelompok kontrol dan detraining juga tidak menunjukkan perbedaan bermakna (p= 0,066; p > 0,05). Namun, berbeda dengan kedua perbandingan sebelumnya, hasil analisis presentase sel saraf normal kelompok training dan detraining menunjukkan perbedaan bermakna (p = 0,002; p < 0,05). Diskusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah sel saraf normal pada daerah amigdala basolateral hanya bermakna pada kelompok training dan detraining. Namun, tidak bermakna pada perbandingan antara kelompok kontrol dengan training dan detraining. Menurut beberapa studi, latihan fisik aerobik bermanfaat dalam peningkatan fungsi otak, seperti pembelajaran, long-term potentiation, dan memori.17,18,19 Peningkatan pembelajaran ini dijelaskan oleh Van Praag, 2005 melalui penelitiannya yang membuktikan bahwa latihan fisik dapat meningkatkan neurogenesis pada daerah hipokampus.20 Hal ini juga didukung oleh studi terbaru yang menyebutkan bahwa latihan aerobik dapat menginduksi proliferasi sel saraf, plastisitas sinaptik, dan peningkatan volume hipokampus.21 Namun dalam penelitian ini, peningkatan jumlah sel saraf normal kelompok training dibandingkan kelompok kontrol tidak ditemukan perbedaan bermakna. Peneliti menduga hal ini disebabkan oleh neurogenesis yang terjadi di daerah amigdala basolateral tidak sebesar yang terjadi di daerah hipokampus. Hal ini didukung sebuah studi oleh Van Essen yang menyebutkan bahwa daerah yang paling efektif mengalami neurogenesis adalah hipokampus.22 Neurogenesis secara normal hanya terjadi pada area tertentu dari otak mamalia dewasa, yaitu pada daerah hipokampus, bulbus olfaktori, dan epitelium, serta pada beberapa daerah dari macaque cortex dengan kadar rendah. Akan tetapi, terdapat prekursor endogen yang dapat menginduksi diferensiasi stem cell menjadi sel saraf matur pada daerah neokorteks mamalia yang secara normal tidak mengalami neurogenesis.23 Neural stem cell pada otak mamalia tersebut terutama terletak pada zona subventrikular. Stem cell ini dapat mengalami rekruitmen dan integrasi menjadi jaringan fungsional pada daerah otak yang membutuhkan.24 Pada hasil penelitian ini juga ditemukan bahwa jumlah sel saraf normal pada kelompok detraining lebih rendah dibandingkan dengan kelompok training dan kontrol. Hal ini disebabkan karena pada penghentian latihan aerobik dalam jangka waktu tertentu (detraining) menyebabkan hilangnya manfaat positif dari latihan aerobik. Hal ini didukung oleh studi yang menyebutkan bahwa detraining menyebabkan pertumbuhan neurogenik kembali ke awal atau justru menyebabkan sel saraf menjadi cepat mati.21 Detraining juga menyebabkan penurunan kadar BDNF dan NGF dibawah kontrol.11 Namun, pada penelitian ini, penurunan jumlah sel saraf pada kelompok detraining dibandingkan pada kelompok kontrol tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Sebuah studi pada individu aktif yang kemudian diberi perlakuan detrain selama 2-3 minggu menunjukkan adanya penurunan kapilarisasi di otot menjadi seperti sebelum melakukan latihan fisik, tetapi tetap di atas kontrol.25 Studi lain juga menyebutkan bahwa detraining tidak menyebabkan peningkatan radikal bebas.11 Beberapa studi yang masih bertentangan di atas menunjukkan masih perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut, terutama untuk melihat apakah terdapat nilai klinis yang bermakna pada seseorang yang diberikan perlakuan detraining. Kesimpulan 1. Tidak terdapat peningkatan yang bermakna jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang mendapat perlakuan latihan fisik aerobik. 2. Tidak terdapat peningkatan jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang mendapat perlakuan detrain. 3. Terdapat penurunan yang bermakna jumlah sel saraf normal pada amigdala basolateral tikus yang mendapat perlakuan detrain dibandingkan yang mendapat perlakuan latihan fisik aerobik. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme biomolekuler pada latihan aerobik yang menyebabkan peningkatan jumlah sel saraf normal pada daerah otak tertentu. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai microenvironment dari berbagai daerah di otak, khususnya daerah amigdala yang mendukung atau tidak neurogenesis di daerah otak tersebut. Daftar Pustaka 1. Radak Z, Chung HY, Goto S. Exercise and hormesis: oxidative stress-related adaptation for successful aging. Biogerontology. 2005; 6: 71–75. 2. Cotman C, Berchtold N. Exercise: a behavioural intervention to enhance brain health and plasticity. Trends in Neuroscience. 2002; 295-301. 3. Ritvanen T, Louhevaara V, Helin P, Halonen T, Hannine O. Effect of aerobic fitness on the physiological stress responses at work. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health. 2007; 20(1): 1-8. 4. Dustman RE, Ruhling RO, Russell EM, Shearer D, Bonekat W, Shigeoka JW, et al. Aerobic exercise training and improved neuropsychological function of older individuals. Neurobiology of Aging. 1983; 35-42. 5. Erickson KI, Voss MW, Prakash RS, Basak C, Szabo A, Chaddock L, et al. Excercise training increases size of hippocampus and improves memory. PNAS. 2011; 108(7): 3017-3022. 6. Tortora GJ, Derrickson B. The Endocrine System. In: Principles of Anatomy and Physiology, vol.1. 12th Ed. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc; 2009 7. Ayers SF, Sariscsany MJ. Physical education for lifelong fitness: the physical best teacher's guide. 3rd ed. USA: Human Kinetics; 2011. 8. Ritvanen T, Louhevaara V, Helin P, Halonen T, Hannine O. Effect of aerobic fitness on the physiological stress responses at work. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health. 2007;20(1):1-8. 9. Kohl HW, Murray TD. Foundations of physical activity and public health. USA: Human Kinetics; 2012. 10. Schoenbaum G, Chiba AA, Gallagher M. Orbitofrontal cortex ad basolateral amygdala encode expected outcomes during learning. Nature neuroscience 1. 1998; p 155-159. 11. Radak Z, Toldy A, Szabo Z, Siamilis S, Nyakas C, Silye G, et al. The effects of training and detraining on memory, neurotrophins, and oxidative stress markers in rat brain. Neurochemistry International. 2006; 49: 387-392. 12. Colcombe SJ, Erickson KI, Raz N, Webb AG, Cohen NJ, McAuley E, Kramer AF. Aerobic Fitness Reduces Brain Tissue Loss in Aging Humans. Journal of Gerontology. 2003; 58A(2): 176-180 13. Colcombe SJ, Erickson KI, Sccalf PE, Kim JS, et al. Aerobic Exercise Training Increases Brain Volume in Aging Humans. The Journals of Gerontology. 2006; 61A(11): 1166-1170 14. Wu CT, Pontifex MB, Raine LB, Chaddock L, Voss MW, Kramer AF, Hillman CH. Aerobic Fitness and Response Variability in Preadolescent Children Performing a Cognitive Control Task. Neuropsychology. 2011; 25(3): 333-341 15. Hillman CH, Buck SM, Themanson JR, Pontifex MB, Castelli DM. Aerobic Fitness and Cognitive Development: Event-Related Brain Potential and Task Perfomance Indices of Executive Control in Preadolescent Children. Developmental Psychology. 2009; 45(1):114-129. cop American Psychological Association 16. Goekint M, Roelands B, De Pauw K, Knaepen K, Bos I, Meeusen R. Does a period of detraining cause a decrease in serum brain-derived neurotrophic factor? Neurosci Lett. 2010; 486(3): 146-9. 17. Van Praag H, Christie BR, Sejnowski TJ, Gage FH. Running enhances neurogenesis, learning, and long-term potentiation in mice. Proc. Natl. Acad. Sci. 1999; 96: 13427– 1343 18. Radak Z, Kaneko T, Tahara S, Nakamoto H, Pucsok J, Sasvari M, Nyakas C, Goto S. Regular exercise improves cognitive function and decreases oxidative damage in rat brain. Neurochemistry Int. 2001; 38: 17–23 19. Ogonovszky H, Berkes I, Kumagai S, Kaneko T, Tahara S, Goto S, Radak Z. The effects of moderate, strenuous-and over-training on oxidative stressmarkers, DNA repair, and memory in rat brain. Neurochem. Int; 46: 635–640. 20. Van Praag H, Shubert T, Zhao C, Gage FH. Exercise enhances learning and hippocampal neurogenesis in aged mice. The Journal of Neuroscience. 2005 Sept 21; 25(38): 8680-8685 21. Thomas AG, Dennis A, Bandettini PA, Johansen-Berg H. The effects of aerobic activity on brain structure. Frontiers In Psychology. 2012; 3(86): 1-9 22. Van Essen D. Adult neurogenesis. Society for Neuroscience. Diakses dari www.sfm.org. 23. Magavi SS, Leavitt BR, Macklis JD. Induction of neurogenesis in the neocortex of adult mice. Nature. 2000; 405: 951-955 24. Garzón-Muvdi T, Quiñones-Hinojosa A. Neural Stem Cell Niches and Homing: Recruitment and Integration into Functional Tissues. ILAR Journal. 2010; 1(51): 3-23 25. Mujika I, Padilla S. Muscular characyeristics MedSciSportsErerc. 2001; 33(8): 1297-303 of detraining in humans.