BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan 1. Adanya faktor-faktor di luar PPA karena faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam Power Purchase Agreement (PPA). Faktor-faktor yang dimaksud adalah peraturan hukum dan perundangan dan bentuk standar baku kontrak. Peraturan hukum dan perundangan mempengaruhi keseimbangan hak dan kewajiban para pihak karena meskipun para pihak mempunyai hak untuk menentukan isi pasal-pasal dalam PPA namun mereka tetap harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang relevan yang terdapat peraturan hukum dan perundangan yang berlaku. Investor dan/atau kreditur yang membiayai proyek pembangkit tenaga listrik memerlukan kepastian hukum yang kondusif yang dapat menjamin bahwa uang yang diinvestasikan dan/atau dipinjamkan akan memberikan untung dan/atau pengembalian utang dengan tepat waktu. Peraturan hukum dan perundangan yang berlaku harus memiliki kepastian hukum bahwa investor dan/atau kreditur dapat melakukan bisnis ini dengan tenang. Ketidakpastian dalam penafsiran suatu peraturan hukum dan perundangan tidak akan menarik minat investor dan/atau kreditur walaupun Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam sekalipun. Kemudian, bentuk standar baku kontrak adalah bahwa PPA merupakan bagian dari Request For Proposal (RFP) PT. PLN (Persero) yang berbentuk specimen dan para pihak dapat mengubah, mengurangi dan/atau menambah pasal atau sub-pasal dalam PPA sesuai kesepakatan bersama. Bentuk standar baku PPA ini merupakan sikap kehati-hatian PLN pada saat mencari calon Penjual apakah sudah memenuhi syarat yang ditentukan dalam RFP dan apakah sudah mampu secara finansial, teknis dan sebagainya. 2. Ketentuan-ketentuan yang perlu diperhatikan agar kedudukan para pihak sama kuat yaitu pasal The Project (Proyek), Pasal Definitions (Definisi), Pasal Conditions Precedent (Syarat Tangguh), Pasal Implementation of the Project (Pelaksanaan 79 Universitas Indonesia Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011. 80 Proyek), Pasal Construction of the Project (Konstruksi Proyek), Pasal Start-Up and Commissioning (Start-Up dan Komisioning), Pasal Operation and Maintenance of the Plant (Operasi dan Pemeliharaan Pembangkit), Pasal Sale and Purchase of Energy (Jual Beli Tenaga Listrik), Pasal Billing and Payment (Penagihan dan Pembayaran), Pasal Metering (Pengukuran), Pasal Indemnification and Liabililty (Ganti Kerugian dan Tanggung Jawab), Pasal Force Majeure (Kejadian Force Majeure), Pasal Termination (Pengakhiran), Pasal Representations and Warranties (Pernyataan dan Jaminan), Pasal Arbitration (Arbitrase) dan Pasal Assignment (Pengalihan). Kelima belas pasal tersebut perlu diperhatikan dalam hal pelaksanaannya yaitu agar para pihak telah mengetahui dengan baik kedudukannya satu sama lain pada saat proses negosiasi draft PPA dan siap menanggung resiko yang akan dibebankan kepadanya. 3. Pengaturan hak dan kewajiban para pihak dalam PPA masih tidak seimbang karena adanya campur tangan investor dan/atau kreditur yang membiayai proyek pembangkit tenaga listrik sehingga meskipun PLN pada saat sebelum mengadakan perjanjian dengan calon penjual sudah melakukan kehati-hatian dalam memilih calon penjualnya, namun karena PLN harus memenuhi target RUPTL maka akhirnya PLN terpaksa menerima sub-pasal PLN Non-Remediable Event yang memberatkan PLN karena mengancam kondisi keuangan perusahaan dan pemilihan forum arbitrase ICC atau ICSID yang juga memberatkan PLN karena PLN belum tentu menang di forum tersebut. Penjual yang bermitra dengan investor dan/atau kreditur memandang keberadaan sub-pasal PLN NonRemediable Event dan pemilihan forum arbitrase di ICC dan ICSID dapat memberikan perlindungan kepentingan dan kepastian hukum. Hal ini yang membuat hak dan kewajiban para pihak menjadi tidak seimbang. Universitas Indonesia Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011. 81 5.2 Saran 1. Pemerintah sebaiknya memberlakukan peraturan hukum dan perundangan di bidang ketenagalistrikan, penanaman modal, Perseroan Terbatas, perpajakan dan peraturan terkait lainnya yang mampu memberikan jaminan terwujudnya pelaksanaan asas keseimbangan hak dan kewajiban para pihak dalam PPA. 2. Pemerintah sebaiknya mengeluarkan peraturan setingkat peraturan Menteri atau setidaknya setingkat direktur jenderal sebagai acuan bentuk standar kontrak baku yang memuat aturan pokok-pokok aturan atau pasal yang harus dimuat dalam PPA seperti petunjuk pelaksanaan cara perhitungan apabila terjadi pemutusan Perjanjian Jual Beli Listrik akibat adanya wan prestasi (saat ini diatur dalam apendix F) atau sebab lainnya sehingga dapat menjadi acuan penyusunan Perjanjian Jual Beli Listrik oleh Independent Power Producers dan PT PLN (Persero). Hal ini akan lebih menjamin terlaksananya asas keseimbangan bagi PLN sebagai pihak Pembeli dan calon Independent Power Producers sebagai pihak Penjual. 3. Pemerintah qq. Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi sebaiknya memeriksa draft PPA yang akan ditandatangan apakah sudah memenuhi asas keseimbangan dan jika ditemukan ketidakseimbangan maka memberikan jalan keluar (win-win solution) agar kedudukan para pihak senantiasa terjaga keseimbangannya. 4. Pemerintah sebaiknya memberikan dukungan seperti dukungan financial dan insentif pajak bagi salah satu pihak yang kedudukannya lebih lemah dalam PPA terutama jika pihak yang kedudukannya lebih lemah tersebut berada dalam kondisi luar biasa yang berpotensi mengancam keberlangsungan usahanya. Universitas Indonesia Keseimbangan hak..., Yonna Fitriana, FH UI, 2011.