9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pasar Modal 2.1.1 Pengertian Pasar Modal Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat dimana modal yang diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal (investor) dengan orang yang membutuhkan modal (issuer) untuk mengembangkan investasi. Dalam pasal 1 ayat (13) undang-undang nomor 8 tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Selain itu, ada pernyataan-pernyataan lain mengenai pengertian pasar modal, yaitu : Tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun (Samsul, 2006 : 43). Pasar modal dapat dikatakan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Peusahaan Publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya (Manajer Invesatsi dan Reksa Dana yang diterbitkannya), serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Modul 2, Manajemen Investasi, 2010 : 1). Dari pernyataan-pernyataan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa pasar modal adalah pasar dimana diperjualbelikan efek atau instrument keuangan untuk jenis investasi jangka panjang (lebih dari satu tahun) seperti saham, 9 10 obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, dan lain-lain, yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. 2.1.2 Tujuan dan Fungsi Pasar Modal Pada tahun 1977, pemerintah mengaktifkan kembali beroperasinya pasar modal dengan tujuan untuk lebih menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki kekuatan dan kekuasaaan untuk mengatur bidang perekonomian, tetapi tidak harus memiliki perusahaan sendiri. Pengaktifan kembali tersebut dilandaskan oleh adanya kebutuhan dana pembangunan yang semakin meningkat. Melalui pasar modal, dunia usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan jangka panjang yang diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga dimaksudkan untuk meratakan hasil-hasil pembangunan melalui kepemilikan saham-saham perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan usaha. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Yang kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti Saham, Obligasi, Reksa Dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang 11 dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrument. 2.1.3 Risiko Investasi di Pasar Modal Investasi di pasar modal, investor benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tetapi juga kemungkinan akan mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham dan kemungkinan turun naiknya harga di Bursa. Memprediksi risiko dalam investasi merupakan hal yang cukup kompleks dan yang selalu menjadi pertanyaan bagi investor adalah bagaimana mengukur risiko individu suatu saham dari keseluruhan portofolio risiko investasi di pasar modal, pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Risiko-risiko yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut: a. Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio Reksa Dana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksa Dana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. b. Risiko Likuiditas 12 Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan Reksa Dana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga mempengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan Reksa Dana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksa Dana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksa Dana tersebut. c. Risiko Pasar Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksa Dana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksa Dana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksa Dana itu sendiri. d. Risiko Default 13 Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat. 2.1.4 Instrumen Pasar Modal Bentuk umum instrument di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga dan dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu instrument utang (obligasi), instrument penyertaan (saham), dan instrument derivatif (Nasarudin & Surya, 2004 : 182). a. Instrumen utang (obligasi) Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Obligasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berdasarkan : 1) Berdasarkan jaminan atau kolateralnya : a) Obligasi dengan jaminan tertentu (Secured Bonds) Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk didalamnya adalah : Guaranteed Bonds adalah obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga, 14 Mortgage Bonds, yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap, Collateral Trust Bonds, yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan yang dimilikinya. b) Obligasi tanpa jaminan (Unsecured Bonds) Obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin dengan kekayaan penerbitnya secara umum. 2) Berdasarkan penerbitnya : a) Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds) Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta. b) Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bonds) Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dengan tujuan untuk membiayai dan membangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN). c) Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bond) Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public utility). 3) Berdasarkan sistem pembayaran bunganya : a) Obligasi tanpa bunga (Zero Coupon Bonds) Obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik. Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo. 15 b) Obligasi yang tidak terbatas jatuh temponya (Perpectual Bonds) Obligasi yang tidak mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan yang menerbitkan surat berharga ini tidak mempunyai kewajiban untuk mengembalikan utang tersebut, kecuali perusahaan tersebut dilikuidasi. c) Obligasi dengan bunga mengambang (Floating Rate Bonds) Obligasi ini menjanjikan untuk memberikan suku bunga secara mengambang. Bunga obligasi ini dapat berubah-ubah setiap saat secara periodik.29Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya. d) Obligasi dengan bunga tetap Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara periodik. e) Obligasi dengan bunga tidak tetap Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti bunga yang dikalikan dengan indeks atau dengan tingkat bunga deposito atau tingkat bunga deposito yang berlaku. 4) Berdasarkan proses peralihan kepemilikan : a) Obligasi atas nama (registered bonds) Obligasi yang proses peralihannya harus dibuat dalam suatu akta perjanjian yang menyatakan bahwa pihak yang satu mengalihkan 16 obligasinya kepada pihak lain. Pembuatan akta tersebut diperlukan karena di dalam surat obligasi sudah tertera nama pemilik asal sehingga mau tidak mau harus dibuat akta perjanjian peralihan. Akta perjanjian peralihan ini akan dijadikan sebagai alat untuk mengklaim pada waktu obligasi tersebut jatuh tempo. b) Obligasi atas unjuk (Bearer bonds) Obligasi yang proses peralihannya sangat mudah, yaitu hanya berupa penyerahan secaralangsung. Dengan demikian, siapa yang memegang/ menguasai sertifikat obligasi, maka dialah sebagai pemiliknya. 5) Berdasarkan Tujuan Penerbitan : a) Improvement bonds Obligasi yang diterbitkan oleh suatu pihak (biasanya Pemda) dengan tujuan untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak dan pengembalian pinjamannya bergantung pada hasil yang diperoleh dari proyek perbaikan tersebut. b) Industrial developments bonds Obligasi yang dipasarkan oleh Pemda di mana hasil penjualan obligasi tersebut digunakan untuk pembangunan fasilitas bisnis usaha swasta. 6) Berdasarkan Jangka Waktu : a) Obligasi Jangka Panjang (Long Term Bonds) Obligasi yang jangka waktu temponya lama, yaitu lebih dari lima tahun. b) Obligasi Jangka Pendek (Short Term Bonds) Obligasi yang jangka waktunya maksimal satu tahun. 17 b. Instrumen Penyertaan (Saham) Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Dalam prakteknya, terdapat beberapa jenis saham yang dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para pemegang saham. 1) Berdasarkan Cara Peralihan Hak : a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock) Saham ini adalah saham yang tidak ditulis siapa pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor yang lain. Wujud saham ini mirip dengan uang. b) Saham Atas Nama (Registered Stock) Saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya yang cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 2) Berdasarkan Hak Tagihan a) Saham Biasa (Common Stock) Saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling akhir dalam hal pembagian deviden, dan hak atas kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi. b) Saham Preferensi (Preferred Stock) Saham preferensi adalah jenis saham lain sebagai alternative saham biasa. Disebut preferensi karena pemegang saham ini mempunyai hak keistimewaan atau prioritas di atas pemegang saham biasa, untuk hal- 18 hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham, seperti : berhak didahulukan dalam pembayaran deviden, berhak menukar saham preferen yang dipegangnya dengan saham biasa, mendapat prioritas pembayaran kembali permodalan dalam hal perusahaan dilikuidasi. c. Instrumen Derivatif Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lain yang disebut “underlying”. Derivatif merupakan instrumen yang sangat berisiko jika tidak dipergunakan secara hati-hati. Ada beberapa macam instrument derivatif di Indonesia, seperti : Bukti Right, Waran, dan Kontrak Berjangka. 1) Bukti Right Sesuai dengan undang-undang Pasar Modal, Bukti Right didefinisikan sebagai hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang telah ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana saham baru ditawarkan pertama kali kepada pemegang saham lama. 2) Waran Waran adalah efek diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk memesan saham atau obligasi dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (biasanya 3 s/d 5 tahun). 3) Kontrak Berjangka (Future) Future adalah kontrak perjanjian antara dua pihak untuk membeli atau menjual produk yang menjadi variabel pokok di masa yang akan datang 19 pada waktu tertentu dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya. Obyek yang dipertukarkan disebut “Underlying Asset”. 4) Efek Beragun Aset Efek Baragun Aset adalah surat tanda hutang yang dijamin dengan sekelompok Efek tertentu, misalnya tagihan kartu kredit, sewa guna usaha, kredit rumah, dan sebagainya. BAPEPAM telah mengeluarkan keputusan yang mengatur tentang Efek Beragun Aset yang tersedia di Pasar Modal Indonesia. 2.2 Investasi 2.2.1 Definisi Investasi Secara harafiah, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan memperoleh return yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan dan sesuai dengan kemampuan akan modal. Atau dapat diartikan juga sebagai suatu pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran sekarang untuk memperoleh keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang. Definisi lain dari investasi : Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat berbentuk nyata (seperti rumah, tanah dan emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat berharga) yang diperjualbelikan diantara investor. Investasi pada aktiva keuangan (financial assets) dapat dilakukan pada pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain (jogiyanto, 2003 : 5-6). 20 Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa investasi adalah mengorbankan sejumlah dana atau uang dengan memperhitungkan jangka waktu dan resiko untuk memperoleh hasil kemudian, dimana keuntungan dari pengorbanan tersebut tidak dapat diperhitungkan secara pasti. 2.2.2 Bentuk dan Lembaga Investasi Dalam berinvestasi, seorang investor dapat melakukan investasi dalam dua bentuk, yaitu sektor riil dan sektor keuangan (Samsul, 2006 : 284 ) : a. Sektor Riil Investasi dalam sektor riil adalah investasi yang pendiriannya bersifat nyata dalam bentuk fisik, seperti bidang manufaktur, property, perbankan, perkebunan, peternakan, pertambangan, dan sebagainya. b. Sektor Keuangan Investasi dalam sektor keuangan adalah investasi dalam bentuk instrument keuangan, seperti saham, obligasi dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diterbitkan oleh perusahaan maupun Negara. Pihak yang dapat menjadi investor dapat bersifat perorangan, Yayasan, Dana Pensiun, Dana Asuransi, Pedagang Efek, dan Manajer Investasi. Perusahaan investasi adalah suatu jenis perusahaan perantara keuangan. Perusahaan ini memperoleh uang dari para investor dan menggunakannya untuk membeli asset finansial seperti saham dan obligasi. Dari pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa perusahaan investasi adalah suatu lembaga investasi yang mengelola sejumlah dana dari investor individu dalam bentuk portofolio, seperti saham dan obligasi. 21 2.3 Reksa Dana 2.3.1 Pengertian Reksa Dana Ditinjau dari asal kata, Reksa Dana berasal dari kosa kata 'reksa' yang artinya 'jaga' atau 'pelihara' dan 'dana' yang berarti 'uang' atau 'kumpulan uang'. Jadi, Reksa Dana bisa diartikan sebagai 'kumpulan uang yang dipelihara bersama untuk suatu kepentingan'. Dengan kata lain, Reksa Dana berarti sekumpulan uang atau modal yang dipelihara, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi pemodal atau investornya. Definisi lainnya dari Reksa Dana (Winata, 2010 : 1) : Adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti lainnya. Mengacu pada Undang-undang Nomor 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (27), definisi dari Reksa Dana : Reksa Dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Dalam pernyataan-pernyataan mengenai pengertian Reksa Dana, terkandung tiga unsur penting, pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal, kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek dan yang ketiga, dana tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam reksadana itu adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan pihak yang dipercayakan sebagai pengelola dana dari masyarakat investor. Pada reksadana, manajer investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada 22 surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB) reksadana tersebut. Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan manajer investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai tempat penitipan kolektif dan administratur. 2.3.2 Bentuk Hukum Reksa Dana Berdasarkan UU No 8 Tahun 1995, pasal 18, ayat (1), Reksa Dana memiliki dua bentuk hukum, yaitu : a. Reksa Dana berbentuk Perseroan Terbatas (Corporate Type) Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha, yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Perusahaan tersebut akan menunjuk manajer investasi untuk mengelola dana atau portofolio dan menunjuk bank kustodian untuk menyimpan dan mengadministrasikan portofolio tersebut. b. Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK) Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi kolektif. Sedangkan unit penyertaan adalah bukti penyertaan modal investor pada manajer investasi. Reksa Dana ini selalu 23 bersifat terbuka dan untuk mengoperasikannya tidak perlu didirikan perseroan (PT) khusus. 2.3.3 Sifat Reksa Dana Berdasarkan sifatnya, Reksa Dana berbentuk persero ini dibagi lagi atas 2 (dua) jenis (Pratomo dan Nugraha, 2005: 46) yaitu : 1) Reksa Dana Peseroan Tertutup Reksa Dana ini mempunyai ciri-ciri : a) Menjual saham pada penawaran umum perdana sampai batas modal dasar b) Saham Reksa Dana dicatat di bursa efek c) Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana tetapi kepada investor lain bisa melalui bursa. 2) Reksa Dana Perseroan Terbuka Reksa Dana ini mempunyai ciri-ciri: a) Menjual saham secara terus-menerus sepanjang ada pemodal yang membeli b) Saham Reksa Dana tidak perlu dicatat di bursa efek c) Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana d) Harga jual/beli saham antara perusahaan Reksa Dana dengan investor didasarkan atas NAB per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian. 2.3.4 Jenis-jenis Reksa Dana 24 Berdasarkan kebijakan portofolio investasi, Reksa Dana di Indonesia dibagi atas 4 (empat) kelompok sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor Kep-08/PM/1997, yaitu : 1) Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds) Reksa Dana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 100% atau seluruhnya pada efek pasar uang. Efek pasar uang adalah deposito, SBI, Obligasi serta efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. 2) Reksa Dana Pendapatan Tetap Reksa Dana pendapatan tetap menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari nilai aktiva dalam efek hutang seperti obligasi sehingga sisanya dapat diinvestasikan dalam efek saham dan/atau efek pasar uang. Reksa Dana ini mengambil strategi investasi dengan tujuan untuk mempertahankan nilai awal modal dan mendapat pendapatan tetap. 3) Reksa Dana Saham Reksa Dana saham harus menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari asetnya dalam saham. Investasi dalam saham memiliki karakteristik resiko hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya, maka Reksa Dana saham dalam jangka panjang mempunyai potensi memberikan hasil yang maksimal. 4) Reksa Dana Campuran Reksa Dana ini mempunyai kebebasan dalam menentukan alokasi aset sehingga dapat sewaktu-waktu memiliki portofolio investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu diubah menjadi mayoritas obligasi. Reksa 25 Dana lainnya memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan, sedangkan Reksa Dana campuran memberikan kebebasan untuk menentukan jenis investasi dan komposisi alokasi investasinya. Reksa Dana campuran juga memiliki fleksibilitas untuk berpindah-pindah dalam pemilihan jenis investasinya, seperti dari saham ke obligasi atau ke pasar uang. 2.3.5 Manfaat Umum Reksa Dana Manfaat paling besar Reksa Dana secara umum adalah sebagai wahana bagi pemodal kecil atau investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan, melakukan investasi langsung ke perusahaan. Manfaat Reksa Dana secara spesifik adalah sebagai berikut (http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana): 1) Dikelola Manajemen Profesional Pengelolaan Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisis harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal. 2) Diversifikasi Investasi Diversifikasi investasi yang diwujudkan dalam portofolio efek akan mengurangi risiko, tetapi tidak dapat dihilangkan karena dana/kekayaan Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya juga tersebar. Risikonya tidak akan sebesar risiko bila seseorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individual. 26 3) Transparansi Informasi Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan biayanya secara berkesinambungan sehingga pemegang unit penyertaan dapat memantau keuntungan, biaya dan risiko setiap saat. Pengelola Reksa Dana wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap hari di surat kabar serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta prospectus secara teratur sehingga investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin. 4) Likuiditas yang Tinggi Pemodal dapat mencairkan kembali unit penyertaannya setiap saat sesuai ketetapan yang dibuat masing-masing Reksa Dana sehingga memudahkan investor mengelola kasnya. 5) Biaya yang Rendah Karena Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa. 2.3.6 Pengelola Reksa Dana Pihak yang menjadi pengelola Reksa Dana yaitu : 1) Manajer Investasi Manajer investasi menurut Pasal 1 UU No 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (11) adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para 27 nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Jadi, manajer investasi adalah perusahaan yang bertanggungjawab atas kegiatan investasi, meliputi analisa dan pemilihan jenis investasi mengambil keputusan-keputusan investasi, memonitor pasar investasi dan melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk kepentingan investor. 2) Bank Kustodian Menurut Pasal 1 UU No. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (8), kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya. Pengertian bank kustodian dalam Reksa Dana adalah penyimpanan kekayaan serta administrator reksadana. Kekayaan (surat-surat berharga) dan dana yang dimiliki oleh Reksa Dana adalah milik para investor dan disimpan atas nama Reksa Dana di bank kustodian. Dana dan kekayaan Reksa Dana tidak masuk dalam neraca keuangan manajer investasi maupun bank kustodian. Bank kustodian Reksa Dana selain melakukan fungsi yang disebutkan dalam pasal 1 ayat (8) UU No. 8 tahun 1995, juga melakukan pengadministrasian atas semua kekayaan Reksa Dana serta mengadministrasikan akun pemegang unit penyertaan, dimana kekayaan dari Reksa Dana yang disimpan di bank kustodian tersebut tidak menjadi bagian 28 dari kekayaan bank custodian. Kekayaan Reksa Dana harus dibukukan secara terpisah dari kekayaan bank kustodian. 2.4 Portofolio 2.4.1 Pengertian Portofolio Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu, kombinasi berbagai instrumen investasi itu juga menentukan tinggi risiko dan potensi keuntungan yang diperoleh portofolio tersebut. Definisi lain portofolio dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan berikut ini: Investasi dalam berbagai instrument keuangan, seperti saham, obligasi valuta asing, deposito, indeks harga saham, dan produk derivative lainnya, yang dapat diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang dengan tujuan menyebarkan sumber perolehan return (berupa dividen tunai, capital gain (loss), kupon dan bunga) dan kemungkinan risiko (berupa kerugian penurunan kurs saham dan kurs obligasi, gagal menerima dividen tunai dan kupon obligasi, gagal menerima kembali modal karena emiten saham dinyatakan pailit atau sahamnya tidak laku dijual karena yang bersangkutan telah dikeluarkan dari pencatatan di Bursa Efek) (Samsul, 2006 : 285). Dalam dunia keuangan, “portofolio” digunakan untuk menyebutkan kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Memiliki portofolio seringkali merupakan suatu bagian dari investasi dan strategi manajemen risiko yang disebut diversifikasi. Dengan memiliki beberapa aset, resiko tertentu dapat dikurangi. Portofolio dibentuk dengan tujuan untuk meminimalkan risiko yang diterima dalam melakukan investasi. Hal ini 29 dikarenakan risiko tidak dapat dihindari dalam investasi, terutama dalam mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi. 2.4.2 Proses Keputusan Investasi Proses Keputusan Investasi merupakan keputusan yang berkesinambungan dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1) Penentuan Tujuan berinvestasi Dalam penentuan tujuan berinvestasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa target return yang mau dicapai. 2) Penentuan Kebijakan Investasi Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing- masing apakah seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal. 3) Pemilihan strategi portofolio dan asset Setelah mengetahui hal-hal pada point 1 dan 2 di atas maka kita dapat membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal. 4) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah sesuai dengan tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup populer yaitu Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures. 2.4.3 Langkah-langkah Portofolio 30 Langkah-langkah dalam penentuan portofolio adalah sebagai berikut: 1) Melakukan Placement Analysis Pada langkah ini, investor melakukan pengumpulan data, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari berbagai alat investasi yang akan dijadikan portofolio. 2) Portfolio Construction Pada langkah ini, investor mulai mengumpulkan berbagai alat investasi yang bisa memenuhi tujuan investasinya. 3) Portfolio Selection Pada langkah ini, investor melakukan kombinasi diantara alat investasi yang sudah dipilih. 2.4.4 Tingkat Pengembalian dari Portofolio Pengembalian yang diharapkan dari portofolio adalah rata-rata tertimbang dari pengembalian yang diharapkan dari surat-surat berharga yang ada dalam portofolio tersebut. Bobotnya sama dengan proporsi dari total dana yang diinvestasikan dari setiap sekuritas (bobot totalnya harus 100 persen) (wachowicz, 2001: 151). Tingkat yang diharapkan dari portofolio tidak lain adalah rata-rata tertimbang tingkat keuntungan atau weighted average rate of return masingmasing sekuritas (Sartono, 2001: 151). Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset tunggal (standart-alone risk), investor harus memperhitungkn setiap kemungkinan terwujudnya tingkat return tertentu, atau yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan hasul dari perkiraan return yang akan terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas. Dengan kata lain, 31 distribusi probabilitas menunjukkan spesifikasi berapa tingkat return yang akan diperoleh dan berapa probabilitas terjadinya return tersebut (Tandelilin, 2001: 51). Estimasi return suatu sekuritas dilakukan dengan menghitung return yang diharapkan atas sekuritas tersebut. Perhitungan return yang diharapkan bisa dilakukan dengan menghitung rata-rata dari semua return yang mungkin terjadi, dan setiap terlebih dahulu sudah diberi bobot berdasarkan probabilitas kejadiannya. Secara matematis, rumus untuk menghitung return yang diharapkan dari suatu sekurutas bisa dituliskan dalam persamaan berikut ini (Tandelilin, 2001: 51). Di mana: E(R) = Return yang diharapkan dari suatu sekuritas Ri = Return ke-I yang mungkin terjadi pr i = Probabilitas kejadian return ke-i n = banyaknya return yang mungkin terjadi Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atau investasi yang dilakukannya (Tandelilin, 2001: 47). 32 Untuk mengukur tingkat pengembalian dari portofolio Reksa Dana dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Samsul, 2006: 304) : Return Reksa Dana = NAB t −1 NAB t -1 Dimana : Return = Tingkat pengembalian reksadana pada periode t (hari ini, bulan ini, dst) NAB t = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (reksadana) pada periode t (hari ini, bulan ini, dan seterusnya) NAB t-1 = Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (reksadana) pada periode t-ı (waktu sebelumnya). 2.4.5 Mengukur Risiko dari Portofolio Risiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual dengan return yang diharapkan. Dua konsep ini, risiko maupun return bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan, investor juga harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya (Tandelilin, 2001:47). Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut. Tingkat keuntungan yang diharapkan atas suatu portofolio adalah merupakan rata-rata tertimbang tingkat keuntungan dari berbagai aset keuangan dalam portofolio tersebut. Sedangkan risiko portofolio ditinjukkan oleh besar kecilnya penyimpangan tingkat keuntungan yang diharapkan berarti semakin 33 besar tingkat risikonya. risiko portifolio dipengruhi oleh empat faktor : pertama, risiko masing-masing aset keuangan atau bisa juga disebut dengan sekuritas; kedua, proporsi investasi setiap aset keuangandalam portofolio; ketiga, covariance atau korelasi antar keuntungan investasi aset keuangan; keempat, jumlah aset keuangan yang membentuk portofolio (Sartono, 2001: 143). Untuk menghitung besarnya risiko total yang dikaitkan dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, bisa kita lakukan dengan menghitung varians dan standar deviasi return investasi bersangkutan. Tandelilin (2001:55) varian maupun standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas, yang menunjukkan, seberapa besar penyebaran variabel random di antara rataratanya; semkin besar penyebarannya, semakin besar varians atau standar deviasi investasi tersebut (Tandelilin, 2001:55). Menurut kamus, arti risiko adalah kerugian yang dihadapi, sedangkan Markowitz memperkenalkan konsep risiko secara kuantitatif dan mendefinisikannya sebagai ukuran statistika yang disebut varians. Secara khusus Markowitz mengkuantifisir risiko sebagai varians pengembalian yang diharapkan aktiva. a. Varians sebagai alat ukur resiko Varians dari pengembalian aktiva adalah ukuran penyimpangan penghasilan yang mungkin bagi tingkat pengembalian yang diharapkan. Persamaan bagi varians pengembalian yang diharapkan bagi aktiva i, yang dinyatakan dengan (R i ) adalah : var (R i ) = p 1 [r 1 - E(R i )]2 + p 2 [r 2 - E(R i )]2 + ……+ p N [r N - E(R i )]2 34 atau N var (R i ) = ∑ p [r n =1 n m 2 E ( Ri ) ] Markowitz (2001) berpendapat varians ini sama dengan ketidakpastian atau risiko suatu investasi. Jika aktiva tidak memiliki risiko maka maka penyimpangan pengembalian diharapkan dari aktiva tersebut adalah sama dengan 0. b. Deviasi Standar Karena varians dinyatakan dalam unit kuadrat, maka varians sering dilihat/ diubah menjadi deviasi standar atau akar kuadrat dari varians SD(R i ) = var(Ri ) Deviasi standard dan varians memiliki konsep yang sama, yaitu semakin besar varians atau deviasi standar maka semakin besar resiko investasi. Standard deviasi dinyatakan dengan symbol (σ), atau dinyatakan dalam bentuk kuadrat disebut sebagai variance (σ²). Dimana rumus untuk mendapatkannya adalah sebagai berikut : σ¡² = N ∑ j =1 [(Rij − E ( Ri )] 2 N SD = σ = Varians 2.4.6 Pengukuran Kinerja Portofolio Dalam pengukuran kinerja portofolio dengan mempertimbangkan resiko, tiga metode yang umumnya digunakan adalah Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures. 35 1) Metode Sharpe Metode Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi. Sharpe mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk premium) untuk setiap unit risiko yang diambil. Semakin tinggi nilai rasio Sharpe makin baik kinerja reksadana. Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai rasio risk premium terhadap standar deviasinya. Rumus perhitungan rasio Sharpe adalah (Brandy, 2002:6) : Si = Ri − RfR σi Dimana : Spi = Indeks Sharpe portofolio i Rpi = Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i Rf = Rata-rata atas bunga investasi bebas resiko σ = Standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i 2) Metode Treynor Metode Treynor mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil dengan menggunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai rasio Treynor makin baik kinerja reksadana. Rumus perhitungan rasio Treynor (Brandy, 2002:6): Ti = Dimana : Ri − RfR βi 36 Ti = Indeks Treynor portofolio i Ri = Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i RFR = Rata-rata atas bunga investasi bebas risiko Βi = Beta portofolio i (risiko pasar atau risiko sistematis) Pengukuran Sharpe menggunakan standar deviasi sedangkan pengukuran Treynor menggunakan beta (β) sebagai pengukuran risiko. Pengukuran Sharpe mengevaluasi manajer portofolio berdasarkan kinerja return tapi secara tidak langsung juga mengukur seberapa baik diversifikasi portofolio oleh manajer investasi selama periode tertentu. Jika portofolio terdiversifikasi sempurna (tidak mengandung risiko unsistematis), maka dua metode pengukuran kinerja akan memberikan peringkat yang sama karena total varian akan sama dengan varian sistematisnya. 3) Jensen Measure Jensen menggunakan rumus berikut untuk menilai kinerja manajer investasi yang didasarkan atas seberapa besar manajer investasi mempu memberikan laba diatas pasar. Makin tinggi nilai α positif, makin baik kinerjanya. α = ( R¡ – RFR ) - β ( R m – RFR ) Dimana : R¡ : Laba portofolio RFR : Laba investasi bebas resiko Rm : Laba dari market ( pasar ) β : Resiko sistematik dari portofolio 37 Pengukuran kinerja portofolio Reksa Dana menggunakan metode Sharpe, diterapkan untuk semua reksadana, sedangkan untuk metode Treynor dan Jensen yang membutuhkan pengukuran resiko sistematik hanya (β) diterapkan pada reksadana saham. 2.4.7 Penentuan Tolok Ukur Sebagai Pembanding Kinerja Portofolio Tolok ukur atau benchmark umum digunakan untuk menilai kinerja manajer investasi dalam mengelola dana. Dalam hal manajer investasi mengelola portofolio nasabah tertentu (misalnya dana pensiun, dana asuransi, yayasan pendidikan), tolok ukur sebagai dasar penilaian manajer investasi berdasarkan atau sesuai dengan asset alokasi investasi yang direncanakan. Adapun tujuan dari penggunaan tolok ukur adalah untuk dapat membandingkan kinerja (atau return) portofolio dengan return yang didapat dari alternative lain. 2.4.8 Metode Indeks Tunggal: Penyederhanaan Analisis Portofolio Konsep model indeks tunggal, menurut Husnan (2001: 106) Adalah untuk mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Kalau kita melakukan analisis portofolio maka pada dasarnya kita harus memperkirakan E(R p ) dan σ p. Kalau kita mempunyai 10 sekuritas yang membentuk portofolio, maka untuk menaksir E(R p ) kita perlu menaksir sepuluh tingkat keuntungan sekuritas. untuk menaksir σ p kita pelu menaksir sepuluh variance tingkat keuntungan dan empt puluh lima covariance. Model Indeks Tunggal merupakan suatu penyederhanaan analisis portofolio atau proses penilaian investasi model Markowitz. Konsep Model 38 Indeks Tunggal menyatakan bahwa tingkat keuntungan suatu saham berkorelasi dengan perubahan pasar. Apabila pasar membaik (ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia), harga saham-saham juga akan meningkat. Demikian pula sebaliknya, pada saat pasar memburuk maka harga-harga saham akan turun. Model yang dikembangkan oleh Sharpe (1963) ini mengasumsikan bahwa korelasi return antara sekuritas terjadi karena mereka bereaksi terhadap perubahan suatu indeks pasar umum (general market index) tertentu (Jogiyanto 2003:231). Kalau kita melakukan pengamatan maka akan Nampak bahwa pada saat “pasar” membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga saham-saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat pasar memburuk maka harga saham=saham akan menurun harganya (Husnan 2001: 103). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar. Kalau perubahan pasar bisa dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham bisa dinyatakan sebagai berikut: R¡ = α¡ + β¡.R m Dimana : R¡ : Return sekuritas ke i α¡ : Bagian dari tingkat keuntungan saham ¡ yang tidak dipengaruhi oleh perusahaan pasar Rm : Tingkat keuntungan indeks pasar β¡ : Beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada kalau terjadi perubahan pada R m 39 Sedangkan variabel αi dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi (expected value) αi dan kesalahan residu (residual error) ei, sehingga rumusnya menjadi sebagai berikut: R¡ = α¡ + βi . R m + e¡ Dengan : αi : Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return pasar e¡ : Kesalahan residu (residual error) Makin besar beta, makin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya. Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio. Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa dijelaskan oleh Rm. Dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko masing-masing saham yang diamati, dan tingkat return saham, maka kita dapat menentukan excess return to beta (ERB) yang mencerminkan tingkat keuntungan yang sangat mungkin dapat dicapai. Penentuan proporsi dana yang diinvestasikan dapat dilakukan dengan cara membagi persentase tingkat return dengan total proporsi investasi. Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai karakteristik sebagai berikut : Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang 40 dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut, dinyatakan dengan rumus berikut: β¡ = (σ¡ m – σ m² ) dan untuk alpha bisa dihitung dengan : α¡ = E(R¡ t ) – β¡E(R mt ) R it β α R mt Gambar 1 : Penggambaran beta Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut dan α menunjukkan intercept dengan sumbu R it. Semakin besar beta, semakin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya. Penyebaran titi-titik pengamatan di sekitar garis regresi tersebut menunjukkan resiko sisa (σ m² ) sekuritas yang diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut, semakin besar resiko sisanya. Untuk menghitung covarians (σ and Keith C. Brown, 1997 : 102) : Cov ij = ∑ (Ι − Ι )( j − j ) N im ) digunakan rumus (Franky K. Reilly 41 2.4.9 Portofolio yang Optimal Model utilitas yang diharapkan (expected utility model) menyatakan bahwa para pemodal akan memilih suatu kesempatan investasi yang memberikan utilitas yang diharapkan yang tertinggi. Utilitas yang diharapkan tersebut, tidak selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi. Model utilitas yang diharapkan tersebut menggunakan asumsi terhadap sikap atau perilaku pemodal terhadap risiko. Perilaku investor tersebut, dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sikap yang risk averse (tidak menyukai risiko), risk neutral (netral terhadap risiko), dan risk seeker (menyukai risiko). Asumsi yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse), yaitu investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan pengembalian diharapkan yang sama dan risiko berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan tingkat risiko yang lebih rendah. Jika seorang investor memiliki beberapa pilihan portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal-lah yang akan dipilihnya. 2.5 Kerangka Pemikiran Reksa Dana merupakan salah satu alternatif dalam melakukan investasi. Investor harus jeli untuk menginvestasikan modal mereka pada reksadana & manajer investasi yang tepat agar tidak mengalami kerugian dalam investasinya. Maka dari itu, sebelum berinvestasi, sebaiknya investor melakukan penilaian, baik 42 kinerja maupun return dari reksadana dan melihat terlebih dahulu kondisi pasar yang sedang berlangsung. Dalam pengukuran kinerja portofolio dengan mempertimbangkan resiko, tiga metode yang umumnya digunakan adalah Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures. Metode yang digunakan dalam melakukan analisa kinerja reksadana pendapatan tetap dan saham yang dihasilkan 5 perusahaan investasi (manajer investasi) dalam periode Oktober 2009 – September 2010 adalah metode Sharpe . Untuk menghitung Reksa Dana pendapatan tetap dan saham, pertamatama mencari tingkat pengembalian Reksa Dana (R i ). Dari perhitungan tersebut, dapat diketahui standar deviasinya (σ i ), setelah itu ditentukan RFR (risk free rate), yaitu tingkat SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Dengan menggunakan perhitungan sebelumnya, maka dapat dilakukan penghitungan kinerjanya dengan menggunakan metode Sharpe. Selain itu perlu dihitung tolok ukur dari tingkat pengembalian pasar (R m ) yang dipergunakan untuk masing-masing Reksa Dana, yaitu IHSG untuk Reksa Dana Saham dan tingkat rata-rata SBI periode 3 bulan untuk Reksa Dana pendapatan tetap. Dari perhitungan kinerja Reksa Dana dan memperbandingkan return dari masin-masing tolok ukurnya, dapat dilihat kinerja yang paling baik dan reksadana yang paling optimal, sehingga dengan hasil tersebut, investor dapat mengambil suatu keputusan investasi dimana investor dapat menanamkan modalnya ke salah 43 satu perusahaan investasi yang menghasilkan produk Reksa Dana dengan melihat hasil perhitungan yang diperoleh.