BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Pasar Modal
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal secara umum dapat diidentikkan dengan sebuah tempat
dimana modal yang diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal
(investor)
dengan
orang
yang
membutuhkan
modal
(issuer)
untuk
mengembangkan investasi. Dalam pasal 1 ayat (13) undang-undang nomor 8
tahun 1995, pasar modal didefinisikan sebagai “kegiatan yang bersangkutan
dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan public yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang
berkaitan dengan efek”.
Selain itu, ada pernyataan-pernyataan lain mengenai pengertian pasar
modal, yaitu :
Tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas
instrument keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun
(Samsul, 2006 : 43).
Pasar modal dapat dikatakan sebagai kegiatan yang berkaitan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek, Peusahaan Publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya (Manajer Invesatsi dan Reksa
Dana yang diterbitkannya), serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek (Modul 2, Manajemen Investasi, 2010 : 1).
Dari pernyataan-pernyataan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa
pasar modal adalah pasar dimana diperjualbelikan efek atau instrument keuangan
untuk jenis investasi jangka panjang (lebih dari satu tahun) seperti saham,
9
10
obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option,
futures, dan lain-lain, yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan
swasta. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
2.1.2
Tujuan dan Fungsi Pasar Modal
Pada tahun 1977, pemerintah mengaktifkan kembali beroperasinya pasar
modal dengan tujuan untuk lebih menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional
melalui kekuatan swasta dan mengurangi beban negara. Negara memiliki
kekuatan dan kekuasaaan untuk mengatur bidang perekonomian, tetapi tidak harus
memiliki perusahaan sendiri. Pengaktifan kembali tersebut dilandaskan oleh
adanya kebutuhan dana pembangunan yang semakin meningkat. Melalui pasar
modal, dunia usaha akan dapat memperoleh sebagian atau seluruh pembiayaan
jangka panjang yang diperlukan. Selain itu, pengaktifan ini juga dimaksudkan
untuk meratakan hasil-hasil pembangunan melalui kepemilikan saham-saham
perusahaan serta penyediaan lapangan kerja dan pemerataan kesempatan usaha.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana
dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat
digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
lain-lain. Yang kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk
berinvestasi pada instrument keuangan seperti Saham, Obligasi, Reksa Dana, dan
lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang
11
dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing
instrument.
2.1.3
Risiko Investasi di Pasar Modal
Investasi di pasar modal, investor benar-benar menyadari bahwa
disamping akan memperoleh keuntungan tetapi juga kemungkinan akan
mengalami kerugian. Keuntungan atau kerugian tersebut sangat dipengaruhi oleh
kemampuan investor menganalisis keadaan harga saham dan kemungkinan turun
naiknya harga di Bursa. Memprediksi risiko dalam investasi merupakan hal yang
cukup kompleks dan yang selalu menjadi pertanyaan bagi investor adalah
bagaimana mengukur risiko individu suatu saham dari keseluruhan portofolio
risiko investasi di pasar modal, pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Risiko-risiko yang
mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut:
a.
Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang
dimasukkan dalam portofolio Reksa Dana tersebut mengalami penurunan
dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar
portofolio investasi Reksa Dana bisa disebabkan oleh banyak hal, di
antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja
emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan
masih banyak penyebab fundamental lainnya.
b.
Risiko Likuiditas
12
Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit
Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata
melakukan penarikkan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu
yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan
dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan Reksa Dana. Hal ini dapat
terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga mempengaruhi
investor reksadana untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan
Reksa Dana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi
politik
dan
ekonomi
yang
memburuk,
terjadinya
penutupan
atau
kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi
portofolio Reksa Dana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer
Investasi sebagai pengelola Reksa Dana tersebut.
c.
Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami
penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar
obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi
bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami
penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak
langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit
Penyertaan Reksa Dana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu,
apabila ingin membeli jenis Reksa Dana tertentu, Investor harus bisa
memperhatikan tren pasar dari instrumen portofolio Reksa Dana itu sendiri.
d.
Risiko Default
13
Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi
milik emiten yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya
kinerja keuangan perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak
emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya
dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi
pembelian portofolio investasi secara ketat.
2.1.4
Instrumen Pasar Modal
Bentuk umum instrument di pasar modal disebut efek, yaitu surat berharga
dan dapat dibedakan atas beberapa kategori, yaitu instrument utang (obligasi),
instrument penyertaan (saham), dan instrument derivatif (Nasarudin & Surya,
2004 : 182).
a.
Instrumen utang (obligasi)
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu
lembaga dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo
tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah
baik pemerintah pusat maupun daerah.
Obligasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berdasarkan :
1) Berdasarkan jaminan atau kolateralnya :
a) Obligasi dengan jaminan tertentu (Secured Bonds)
Obligasi yang dijamin dengan kekayaan tertentu dari penerbitnya atau
dengan jaminan lain dari pihak ketiga. Dalam kelompok ini, termasuk
didalamnya adalah : Guaranteed Bonds adalah obligasi yang pelunasan
bunga dan pokoknya dijamin dengan penanggungan dari pihak ketiga,
14
Mortgage Bonds, yaitu obligasi yang pelunasan bunga dan pokoknya
dijamin dengan agunan hipotik atas properti atau asset tetap, Collateral
Trust Bonds, yaitu obligasi yang dijamin dengan efek yang dimiliki
penerbit dalam portofolionya, misalnya saham-saham anak perusahaan
yang dimilikinya.
b) Obligasi tanpa jaminan (Unsecured Bonds)
Obligasi yang tidak dijaminkan dengan kekayaan tertentu tetapi dijamin
dengan kekayaan penerbitnya secara umum.
2) Berdasarkan penerbitnya :
a) Obligasi Perusahaan Swasta (Corporate Bonds)
Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan, baik yang berbentuk badan
usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha swasta.
b) Obligasi Pemerintah Pusat (Government Bonds)
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah pusat dengan tujuan untuk
membiayai dan membangun Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
c) Obligasi Pemerintah Daerah (Municipal Bond)
Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah untuk membiayai
proyek-proyek yang berkaitan dengan kepentingan publik (public
utility).
3) Berdasarkan sistem pembayaran bunganya :
a) Obligasi tanpa bunga (Zero Coupon Bonds)
Obligasi yang tidak melakukan pembayaran bunga secara periodik.
Namun, bunga dan pokok dibayarkan sekaligus pada saat jatuh tempo.
15
b) Obligasi yang tidak terbatas jatuh temponya (Perpectual Bonds)
Obligasi yang tidak mempunyai batas jatuh temponya. Perusahaan
yang menerbitkan surat berharga ini tidak mempunyai kewajiban
untuk mengembalikan utang tersebut, kecuali perusahaan tersebut
dilikuidasi.
c) Obligasi dengan bunga mengambang (Floating Rate Bonds)
Obligasi ini menjanjikan untuk memberikan suku bunga secara
mengambang. Bunga obligasi ini dapat berubah-ubah setiap saat
secara periodik.29Obligasi dengan kupon yang dapat diuangkan
secara periodik sesuai dengan ketentuan penerbitnya.
d) Obligasi dengan bunga tetap
Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang telah ditetapkan sebelum
masa penawaran di pasar perdana dan akan dibayarkan secara
periodik.
e) Obligasi dengan bunga tidak tetap
Obligasi dengan tingkat kupon bunga yang ditentukan sebelum jangka
waktu tersebut, berdasarkan suatu acuan (benchmark) tertentu seperti
bunga yang dikalikan dengan indeks atau dengan tingkat bunga
deposito atau tingkat bunga deposito yang berlaku.
4) Berdasarkan proses peralihan kepemilikan :
a) Obligasi atas nama (registered bonds)
Obligasi yang proses peralihannya harus dibuat dalam suatu akta
perjanjian yang menyatakan bahwa pihak yang satu mengalihkan
16
obligasinya kepada pihak lain. Pembuatan akta tersebut diperlukan
karena di dalam surat obligasi sudah tertera nama pemilik asal sehingga
mau tidak mau harus dibuat akta perjanjian peralihan. Akta perjanjian
peralihan ini akan dijadikan sebagai alat untuk mengklaim pada waktu
obligasi tersebut jatuh tempo.
b) Obligasi atas unjuk (Bearer bonds)
Obligasi yang proses peralihannya sangat mudah, yaitu hanya berupa
penyerahan secaralangsung. Dengan demikian, siapa yang memegang/
menguasai sertifikat obligasi, maka dialah sebagai pemiliknya.
5) Berdasarkan Tujuan Penerbitan :
a) Improvement bonds
Obligasi yang diterbitkan oleh suatu pihak (biasanya Pemda) dengan
tujuan untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak dan pengembalian
pinjamannya bergantung pada hasil yang diperoleh dari proyek
perbaikan tersebut.
b) Industrial developments bonds
Obligasi yang dipasarkan oleh Pemda di mana hasil penjualan obligasi
tersebut digunakan untuk pembangunan fasilitas bisnis usaha swasta.
6) Berdasarkan Jangka Waktu :
a) Obligasi Jangka Panjang (Long Term Bonds)
Obligasi yang jangka waktu temponya lama, yaitu lebih dari lima tahun.
b) Obligasi Jangka Pendek (Short Term Bonds)
Obligasi yang jangka waktunya maksimal satu tahun.
17
b. Instrumen Penyertaan (Saham)
Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu
perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan
aktiva perusahaan. Dalam prakteknya, terdapat beberapa jenis saham yang
dapat dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh para
pemegang saham.
1) Berdasarkan Cara Peralihan Hak :
a) Saham Atas Unjuk (Bearer Stock)
Saham ini adalah saham yang tidak ditulis siapa pemiliknya agar
mudah dipindahtangankan dari satu investor ke investor yang lain.
Wujud saham ini mirip dengan uang.
b) Saham Atas Nama (Registered Stock)
Saham yang ditulis dengan jelas siapa nama pemiliknya yang cara
peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
2) Berdasarkan Hak Tagihan
a) Saham Biasa (Common Stock)
Saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi paling akhir dalam
hal pembagian deviden, dan hak atas kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi.
b) Saham Preferensi (Preferred Stock)
Saham preferensi adalah jenis saham lain sebagai alternative saham
biasa. Disebut preferensi karena pemegang saham ini mempunyai hak
keistimewaan atau prioritas di atas pemegang saham biasa, untuk hal-
18
hal tertentu yang diperjanjikan saat emisi saham, seperti : berhak
didahulukan dalam pembayaran deviden, berhak menukar saham
preferen yang dipegangnya dengan saham biasa, mendapat prioritas
pembayaran kembali permodalan dalam hal perusahaan dilikuidasi.
c.
Instrumen Derivatif
Derivatif terdiri dari efek yang diturunkan dari instrumen efek lain yang
disebut “underlying”. Derivatif merupakan instrumen yang sangat berisiko
jika tidak dipergunakan secara hati-hati. Ada beberapa macam instrument
derivatif di Indonesia, seperti : Bukti Right, Waran, dan Kontrak Berjangka.
1) Bukti Right
Sesuai dengan undang-undang Pasar Modal, Bukti Right didefinisikan
sebagai hak memesan efek terlebih dahulu pada harga yang telah
ditetapkan selama periode tertentu. Bukti Right diterbitkan pada
penawaran umum terbatas (Right Issue), dimana saham baru ditawarkan
pertama kali kepada pemegang saham lama.
2) Waran
Waran adalah efek diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberikan
hak kepada pemegangnya untuk memesan saham atau obligasi dari
perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu tertentu (biasanya 3 s/d
5 tahun).
3) Kontrak Berjangka (Future)
Future adalah kontrak perjanjian antara dua pihak untuk membeli atau
menjual produk yang menjadi variabel pokok di masa yang akan datang
19
pada waktu tertentu dengan harga yang telah ditetapkan sebelumnya.
Obyek yang dipertukarkan disebut “Underlying Asset”.
4) Efek Beragun Aset
Efek Baragun Aset adalah surat tanda hutang yang dijamin dengan
sekelompok Efek tertentu, misalnya tagihan kartu kredit, sewa guna usaha,
kredit rumah, dan sebagainya. BAPEPAM telah mengeluarkan keputusan
yang mengatur tentang Efek Beragun Aset yang tersedia di Pasar Modal
Indonesia.
2.2
Investasi
2.2.1 Definisi Investasi
Secara harafiah, investasi adalah penyimpanan uang dengan tujuan
memperoleh return yang diharapkan lebih besar dibanding bunga deposito untuk
memenuhi tujuan yang ingin dicapai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan
dan sesuai dengan kemampuan akan modal. Atau dapat diartikan juga sebagai
suatu pengorbanan dalam bentuk penundaan pengeluaran sekarang untuk
memperoleh keuntungan (return) yang lebih baik di masa datang.
Definisi lain dari investasi :
Investasi ke dalam produksi yang efisien dapat berbentuk nyata (seperti
rumah, tanah dan emas) atau berbentuk aktiva keuangan (surat-surat
berharga) yang diperjualbelikan diantara investor. Investasi pada aktiva
keuangan (financial assets) dapat dilakukan pada pasar uang, misalnya
berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang,
dan lainnya. Investasi dapat juga dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain-lain (jogiyanto, 2003 : 5-6).
20
Dari pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa investasi adalah
mengorbankan sejumlah dana atau uang dengan memperhitungkan jangka waktu
dan resiko untuk memperoleh hasil kemudian, dimana keuntungan dari
pengorbanan tersebut tidak dapat diperhitungkan secara pasti.
2.2.2 Bentuk dan Lembaga Investasi
Dalam berinvestasi, seorang investor dapat melakukan investasi dalam dua
bentuk, yaitu sektor riil dan sektor keuangan (Samsul, 2006 : 284 ) :
a.
Sektor Riil
Investasi dalam sektor riil adalah investasi yang pendiriannya bersifat nyata
dalam bentuk fisik, seperti bidang manufaktur, property, perbankan,
perkebunan, peternakan, pertambangan, dan sebagainya.
b.
Sektor Keuangan
Investasi dalam sektor keuangan adalah investasi dalam bentuk instrument
keuangan, seperti saham, obligasi dan Surat Berharga Pasar Uang (SBPU)
yang diterbitkan oleh perusahaan maupun Negara. Pihak yang dapat menjadi
investor dapat bersifat perorangan, Yayasan, Dana Pensiun, Dana Asuransi,
Pedagang Efek, dan Manajer Investasi.
Perusahaan investasi adalah suatu jenis perusahaan perantara keuangan.
Perusahaan ini memperoleh uang dari para investor dan menggunakannya untuk
membeli asset finansial seperti saham dan obligasi.
Dari pernyataan tersebut diatas dapat dikatakan bahwa perusahaan
investasi adalah suatu lembaga investasi yang mengelola sejumlah dana dari
investor individu dalam bentuk portofolio, seperti saham dan obligasi.
21
2.3
Reksa Dana
2.3.1 Pengertian Reksa Dana
Ditinjau dari asal kata, Reksa Dana berasal dari kosa kata 'reksa' yang
artinya 'jaga' atau 'pelihara' dan 'dana' yang berarti 'uang' atau 'kumpulan uang'.
Jadi, Reksa Dana bisa diartikan sebagai 'kumpulan uang yang dipelihara bersama
untuk suatu kepentingan'. Dengan kata lain, Reksa Dana berarti sekumpulan uang
atau modal yang dipelihara, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi
pemodal atau investornya.
Definisi lainnya dari Reksa Dana (Winata, 2010 : 1) :
Adalah wadah dan pola pengelolaan dana/modal bagi sekumpulan
investor untuk berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang
tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Dana
ini kemudian dikelola oleh Manajer Investasi (MI) ke dalam portofolio
investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun efek/sekuriti
lainnya.
Mengacu pada Undang-undang Nomor 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (27),
definisi dari Reksa Dana :
Reksa Dana adalah wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh
Manajer Investasi.
Dalam pernyataan-pernyataan mengenai pengertian Reksa Dana,
terkandung tiga unsur penting, pertama, adanya dana dari masyarakat pemodal,
kedua, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek dan yang ketiga, dana
tersebut dikelola oleh manajer investasi. Dana yang dikelola atau portofolio dalam
reksadana itu adalah milik bersama para pemodal. Manajer investasi merupakan
pihak yang dipercayakan sebagai pengelola dana dari masyarakat investor. Pada
reksadana, manajer investasi mengelola dana-dana yang ditempatkannya pada
22
surat berharga dan merealisasikan keuntungan ataupun kerugian dan menerima
dividen atau bunga yang dibukukannya ke dalam "Nilai Aktiva Bersih" (NAB)
reksadana tersebut. Kekayaan reksadana yang dikelola oleh manajer investasi
tersebut wajib untuk disimpan pada bank kustodian yang tidak terafiliasi dengan
manajer investasi, dimana bank kustodian inilah yang akan bertindak sebagai
tempat penitipan kolektif dan administratur.
2.3.2 Bentuk Hukum Reksa Dana
Berdasarkan UU No 8 Tahun 1995, pasal 18, ayat (1), Reksa Dana
memiliki dua bentuk hukum, yaitu :
a. Reksa Dana berbentuk Perseroan Terbatas (Corporate Type)
Suatu perusahaan (perseroan terbatas), yang dari sisi bentuk hukum tidak
berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis usaha,
yaitu jenis usaha pengelolaan portofolio investasi. Perusahaan tersebut akan
menunjuk manajer investasi untuk mengelola dana atau portofolio dan
menunjuk bank kustodian untuk menyimpan dan mengadministrasikan
portofolio tersebut.
b.
Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksadana KIK)
Kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang
juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak
ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif
dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan
administrasi investasi kolektif. Sedangkan unit penyertaan adalah bukti
penyertaan modal investor pada manajer investasi. Reksa Dana ini selalu
23
bersifat terbuka dan untuk mengoperasikannya tidak perlu didirikan perseroan
(PT) khusus.
2.3.3 Sifat Reksa Dana
Berdasarkan sifatnya, Reksa Dana berbentuk persero ini dibagi lagi atas 2
(dua) jenis (Pratomo dan Nugraha, 2005: 46) yaitu :
1) Reksa Dana Peseroan Tertutup
Reksa Dana ini mempunyai ciri-ciri :
a) Menjual saham pada penawaran umum perdana sampai batas modal dasar
b) Saham Reksa Dana dicatat di bursa efek
c) Investor tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada
Reksa Dana tetapi kepada investor lain bisa melalui bursa.
2) Reksa Dana Perseroan Terbuka
Reksa Dana ini mempunyai ciri-ciri:
a) Menjual saham secara terus-menerus sepanjang ada pemodal yang
membeli
b) Saham Reksa Dana tidak perlu dicatat di bursa efek
c) Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa
Dana
d) Harga jual/beli saham antara perusahaan Reksa Dana dengan investor
didasarkan atas NAB per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian.
2.3.4 Jenis-jenis Reksa Dana
24
Berdasarkan kebijakan portofolio investasi, Reksa Dana di Indonesia
dibagi atas 4 (empat) kelompok sebagaimana diatur dalam Keputusan Ketua
BAPEPAM Nomor Kep-08/PM/1997, yaitu :
1) Reksa Dana Pasar Uang (Money Market Funds)
Reksa Dana pasar uang adalah reksadana yang melakukan investasi 100%
atau seluruhnya pada efek pasar uang. Efek pasar uang adalah deposito, SBI,
Obligasi serta efek hutang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun.
2) Reksa Dana Pendapatan Tetap
Reksa Dana pendapatan tetap menginvestasikan sekurang-kurangnya 80%
dari nilai aktiva dalam efek hutang seperti obligasi sehingga sisanya dapat
diinvestasikan dalam efek saham dan/atau efek pasar uang. Reksa Dana ini
mengambil strategi investasi dengan tujuan untuk mempertahankan nilai awal
modal dan mendapat pendapatan tetap.
3) Reksa Dana Saham
Reksa Dana saham harus menginvestasikan sekurang-kurangnya 80% dari
asetnya dalam saham. Investasi dalam saham memiliki karakteristik resiko
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi lainnya, maka Reksa
Dana saham dalam jangka panjang mempunyai potensi memberikan hasil
yang maksimal.
4) Reksa Dana Campuran
Reksa Dana ini mempunyai kebebasan dalam menentukan alokasi aset
sehingga dapat sewaktu-waktu memiliki portofolio investasi dengan
mayoritas saham dan di lain waktu diubah menjadi mayoritas obligasi. Reksa
25
Dana lainnya memiliki batasan alokasi investasi yang boleh dilakukan,
sedangkan Reksa Dana campuran memberikan kebebasan untuk menentukan
jenis investasi dan komposisi alokasi investasinya. Reksa Dana campuran
juga memiliki fleksibilitas untuk berpindah-pindah dalam pemilihan jenis
investasinya, seperti dari saham ke obligasi atau ke pasar uang.
2.3.5 Manfaat Umum Reksa Dana
Manfaat paling besar Reksa Dana secara umum adalah sebagai wahana
bagi pemodal kecil atau investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan,
melakukan investasi langsung ke perusahaan. Manfaat Reksa Dana secara spesifik
adalah sebagai berikut (http://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana):
1) Dikelola Manajemen Profesional
Pengelolaan Reksa Dana dilaksanakan oleh Manajer Investasi yang memang
mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana. Peran Manajer
Investasi sangat penting mengingat pemodal individual pada umumnya
mempunyai keterbatasan waktu, sehingga mungkin tidak dapat melakukan
riset secara langsung dalam menganalisis harga efek serta mengakses
informasi ke pasar modal.
2) Diversifikasi Investasi
Diversifikasi investasi yang diwujudkan dalam portofolio efek akan
mengurangi risiko, tetapi tidak dapat dihilangkan karena dana/kekayaan
Reksa Dana diinvestasikan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya juga
tersebar. Risikonya tidak akan sebesar risiko bila seseorang membeli satu atau
dua jenis saham atau efek secara individual.
26
3) Transparansi Informasi
Reksa Dana wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio dan
biayanya secara berkesinambungan sehingga pemegang unit penyertaan dapat
memantau keuntungan, biaya dan risiko setiap saat. Pengelola Reksa Dana
wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap hari di surat kabar
serta menerbitkan laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan serta
prospectus secara teratur sehingga investor dapat memonitor perkembangan
investasinya secara rutin.
4) Likuiditas yang Tinggi
Pemodal dapat mencairkan kembali unit penyertaannya setiap saat sesuai
ketetapan yang dibuat masing-masing Reksa Dana sehingga memudahkan
investor mengelola kasnya.
5) Biaya yang Rendah
Karena Reksa Dana merupakan kumpulan dana dari banyak pemodal dan
kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya
kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula
efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah
dibandingkan apabila investor individu melakukan transaksi sendiri di bursa.
2.3.6 Pengelola Reksa Dana
Pihak yang menjadi pengelola Reksa Dana yaitu :
1) Manajer Investasi
Manajer investasi menurut Pasal 1 UU No 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (11)
adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para
27
nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok
nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang
melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Jadi, manajer investasi adalah perusahaan yang
bertanggungjawab atas kegiatan investasi, meliputi analisa dan pemilihan
jenis investasi mengambil keputusan-keputusan investasi, memonitor pasar
investasi
dan
melakukan
tindakan-tindakan
yang dibutuhkan
untuk
kepentingan investor.
2) Bank Kustodian
Menurut Pasal 1 UU No. 8 tahun 1995, pasal 1 ayat (8), kustodian adalah
pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan
dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima deviden, bunga, dan hak lain,
menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang
menjadi nasabahnya. Pengertian bank kustodian dalam Reksa Dana adalah
penyimpanan kekayaan serta administrator reksadana. Kekayaan (surat-surat
berharga) dan dana yang dimiliki oleh Reksa Dana adalah milik para investor
dan disimpan atas nama Reksa Dana di bank kustodian. Dana dan kekayaan
Reksa Dana tidak masuk dalam neraca keuangan manajer investasi maupun
bank kustodian. Bank kustodian Reksa Dana selain melakukan fungsi yang
disebutkan dalam pasal 1 ayat (8) UU No. 8 tahun 1995, juga melakukan
pengadministrasian
atas
semua
kekayaan
Reksa
Dana
serta
mengadministrasikan akun pemegang unit penyertaan, dimana kekayaan dari
Reksa Dana yang disimpan di bank kustodian tersebut tidak menjadi bagian
28
dari kekayaan bank custodian. Kekayaan Reksa Dana harus dibukukan secara
terpisah dari kekayaan bank kustodian.
2.4
Portofolio
2.4.1 Pengertian Portofolio
Portofolio adalah gabungan atau kombinasi dari berbagai instrumen atau
aset investasi yang disusun untuk mencapai tujuan investasi investor. Selain itu,
kombinasi berbagai instrumen investasi itu juga menentukan tinggi risiko dan
potensi keuntungan yang diperoleh portofolio tersebut.
Definisi lain portofolio dapat dilihat dari pernyataan-pernyataan berikut
ini:
Investasi dalam berbagai instrument keuangan, seperti saham, obligasi
valuta asing, deposito, indeks harga saham, dan produk derivative
lainnya, yang dapat diperdagangkan di Bursa Efek dan Pasar Uang
dengan tujuan menyebarkan sumber perolehan return (berupa dividen
tunai, capital gain (loss), kupon dan bunga) dan kemungkinan risiko
(berupa kerugian penurunan kurs saham dan kurs obligasi, gagal
menerima dividen tunai dan kupon obligasi, gagal menerima kembali
modal karena emiten saham dinyatakan pailit atau sahamnya tidak laku
dijual karena yang bersangkutan telah dikeluarkan dari pencatatan di
Bursa Efek) (Samsul, 2006 : 285).
Dalam dunia keuangan, “portofolio” digunakan untuk menyebutkan
kumpulan investasi yang dimiliki oleh institusi ataupun perorangan. Memiliki
portofolio seringkali merupakan suatu bagian dari investasi dan strategi
manajemen risiko yang disebut diversifikasi. Dengan memiliki beberapa aset,
resiko tertentu dapat dikurangi. Portofolio dibentuk dengan tujuan untuk
meminimalkan risiko yang diterima dalam melakukan investasi. Hal ini
29
dikarenakan risiko tidak dapat dihindari dalam investasi, terutama dalam
mendapatkan tingkat keuntungan yang tinggi.
2.4.2 Proses Keputusan Investasi
Proses Keputusan Investasi merupakan keputusan yang berkesinambungan
dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1) Penentuan Tujuan berinvestasi
Dalam
penentuan
tujuan
berinvestasi
ada
beberapa
hal
yang
harus diperhatikan yaitu jangka waktu investasi (pendek/panjang), berapa
target return yang mau dicapai.
2) Penentuan Kebijakan Investasi
Investor harus mengerti karakter risiko (risk profile) masing- masing apakah
seorang yang mau mengambil risiko atau menghindari risiko, berapa banyak
dana yang akan diinvestasikan, fleksibilitas investor dalam waktu untuk
memantau investasi, pengetahuan akan pasar modal.
3) Pemilihan strategi portofolio dan asset
Setelah mengetahui hal-hal pada point 1 dan 2 di atas maka kita dapat
membentuk suatu portofolio yang diharapkan efisien dan optimal.
4) Pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio
Mengukur kinerja portofolio yang telah dibentuk, apakah sudah
sesuai
dengan tujuan. Alat untuk mengukur kinerja portofolio ada 3 yang cukup
populer yaitu Sharpe’s measures, Treynor’s measures dan Jensen measures.
2.4.3 Langkah-langkah Portofolio
30
Langkah-langkah dalam penentuan portofolio adalah sebagai berikut:
1) Melakukan Placement Analysis
Pada langkah ini, investor melakukan pengumpulan data, baik kuantitatif
maupun kualitatif, dari berbagai alat investasi yang akan dijadikan portofolio.
2) Portfolio Construction
Pada langkah ini, investor mulai mengumpulkan berbagai alat investasi yang
bisa memenuhi tujuan investasinya.
3) Portfolio Selection
Pada langkah ini, investor melakukan kombinasi diantara alat investasi yang
sudah dipilih.
2.4.4 Tingkat Pengembalian dari Portofolio
Pengembalian yang diharapkan dari portofolio adalah rata-rata tertimbang
dari pengembalian yang diharapkan dari surat-surat berharga yang ada dalam
portofolio tersebut. Bobotnya sama dengan proporsi dari total dana yang
diinvestasikan dari setiap sekuritas (bobot totalnya harus 100 persen) (wachowicz,
2001: 151). Tingkat yang diharapkan dari portofolio tidak lain adalah rata-rata
tertimbang tingkat keuntungan atau weighted average rate of return masingmasing sekuritas (Sartono, 2001: 151).
Untuk mengestimasi return sekuritas sebagai aset tunggal (standart-alone
risk), investor harus memperhitungkn setiap kemungkinan terwujudnya tingkat
return tertentu, atau yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian. Sedangkan
hasul dari perkiraan return yang akan terjadi dan probabilitasnya disebut sebagai
distribusi probabilitasnya disebut sebagai distribusi probabilitas. Dengan kata lain,
31
distribusi probabilitas menunjukkan spesifikasi berapa tingkat return yang akan
diperoleh dan berapa probabilitas terjadinya return tersebut (Tandelilin, 2001: 51).
Estimasi return suatu sekuritas dilakukan dengan menghitung return yang
diharapkan atas sekuritas tersebut. Perhitungan return yang diharapkan bisa
dilakukan dengan menghitung rata-rata dari semua return yang mungkin terjadi,
dan setiap terlebih dahulu sudah diberi bobot berdasarkan probabilitas
kejadiannya. Secara matematis, rumus untuk menghitung return yang diharapkan
dari suatu sekurutas bisa dituliskan dalam persamaan berikut ini (Tandelilin,
2001: 51).
Di mana:
E(R)
= Return yang diharapkan dari suatu sekuritas
Ri
= Return ke-I yang mungkin terjadi
pr i
= Probabilitas kejadian return ke-i
n
= banyaknya return yang mungkin terjadi
Tujuan investor dalam berinvestasi adalah memaksimalkan return, tanpa
melupakan faktor risiko investasi yang harus dihadapinya. Return merupakan
salah satu faktor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga merupakan
imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atau investasi yang
dilakukannya (Tandelilin, 2001: 47).
32
Untuk mengukur tingkat pengembalian dari portofolio Reksa Dana dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut (Samsul, 2006: 304) :
Return Reksa Dana =
NAB t
−1
NAB t -1
Dimana :
Return
= Tingkat pengembalian reksadana pada periode t (hari ini, bulan ini,
dst)
NAB t
= Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (reksadana) pada periode t
(hari ini, bulan ini, dan seterusnya)
NAB t-1
= Nilai Aktiva Bersih per unit penyertaan (reksadana) pada periode t-ı
(waktu sebelumnya).
2.4.5 Mengukur Risiko dari Portofolio
Risiko investasi bisa diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan
antara return aktual dengan return yang diharapkan. Dua konsep ini, risiko
maupun return bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan. Artinya,
dalam berinvestasi, disamping menghitung return yang diharapkan, investor juga
harus memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya (Tandelilin, 2001:47).
Risiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return aktual yang
diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan
perbedaannya berarti semakin besar risiko investasi tersebut.
Tingkat keuntungan yang diharapkan atas suatu portofolio adalah
merupakan rata-rata tertimbang tingkat keuntungan dari berbagai aset keuangan
dalam portofolio tersebut. Sedangkan risiko portofolio ditinjukkan oleh besar
kecilnya penyimpangan tingkat keuntungan yang diharapkan berarti semakin
33
besar tingkat risikonya. risiko portifolio dipengruhi oleh empat faktor : pertama,
risiko masing-masing aset keuangan atau bisa juga disebut dengan sekuritas;
kedua, proporsi investasi setiap aset keuangandalam portofolio; ketiga, covariance
atau korelasi antar keuntungan investasi aset keuangan; keempat, jumlah aset
keuangan yang membentuk portofolio (Sartono, 2001: 143).
Untuk menghitung besarnya risiko total yang dikaitkan dengan return yang
diharapkan dari suatu investasi, bisa kita lakukan dengan menghitung varians dan
standar deviasi return investasi bersangkutan. Tandelilin (2001:55) varian maupun
standar deviasi merupakan ukuran besarnya penyebaran distribusi probabilitas,
yang menunjukkan, seberapa besar penyebaran variabel random di antara rataratanya; semkin besar penyebarannya, semakin besar varians atau standar deviasi
investasi tersebut (Tandelilin, 2001:55).
Menurut kamus, arti risiko adalah kerugian yang dihadapi, sedangkan
Markowitz
memperkenalkan
konsep
risiko
secara
kuantitatif
dan
mendefinisikannya sebagai ukuran statistika yang disebut varians. Secara khusus
Markowitz mengkuantifisir risiko sebagai varians pengembalian yang diharapkan
aktiva.
a. Varians sebagai alat ukur resiko
Varians dari pengembalian aktiva adalah ukuran penyimpangan penghasilan
yang mungkin bagi tingkat pengembalian yang diharapkan. Persamaan bagi
varians pengembalian yang diharapkan bagi aktiva i, yang dinyatakan dengan
(R i ) adalah :
var (R i ) = p 1 [r 1 - E(R i )]2 + p 2 [r 2 - E(R i )]2 + ……+ p N [r N - E(R i )]2
34
atau
N
var (R i ) =
∑ p [r
n =1
n
m
2
E ( Ri ) ]
Markowitz (2001) berpendapat varians ini sama dengan ketidakpastian atau
risiko suatu investasi. Jika aktiva tidak memiliki risiko maka maka
penyimpangan pengembalian diharapkan dari aktiva tersebut adalah sama
dengan 0.
b. Deviasi Standar
Karena varians dinyatakan dalam unit kuadrat, maka varians sering dilihat/
diubah menjadi deviasi standar atau akar kuadrat dari varians
SD(R i ) =
var(Ri )
Deviasi standard dan varians memiliki konsep yang sama, yaitu semakin
besar varians atau deviasi standar maka semakin besar resiko investasi.
Standard deviasi dinyatakan dengan symbol (σ), atau dinyatakan
dalam bentuk kuadrat disebut sebagai variance (σ²). Dimana rumus untuk
mendapatkannya adalah sebagai berikut :
σ¡² =
N
∑
j =1
[(Rij − E ( Ri )] 2
N
SD = σ = Varians
2.4.6 Pengukuran Kinerja Portofolio
Dalam pengukuran kinerja portofolio dengan mempertimbangkan resiko,
tiga metode yang umumnya digunakan adalah Sharpe’s measures, Treynor’s
measures dan Jensen measures.
35
1) Metode Sharpe
Metode Sharpe mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang
diambil dengan cara membagi risk premium dengan standar deviasi. Sharpe
mengukur seberapa besar penambahan hasil investasi yang diperoleh (risk
premium) untuk setiap unit risiko yang diambil. Semakin tinggi nilai rasio
Sharpe makin baik kinerja reksadana. Pengukuran Sharpe diformulasikan
sebagai rasio risk premium terhadap standar deviasinya.
Rumus perhitungan rasio Sharpe adalah (Brandy, 2002:6) :
Si =
Ri − RfR
σi
Dimana :
Spi
= Indeks Sharpe portofolio i
Rpi
= Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i
Rf
= Rata-rata atas bunga investasi bebas resiko
σ
= Standar deviasi dari tingkat pengembalian portofolio i
2) Metode Treynor
Metode Treynor mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang
diambil dengan menggunakan pembagi beta (β) yang merupakan risiko
fluktuasi relatif terhadap risiko pasar. Semakin tinggi nilai rasio Treynor
makin baik kinerja reksadana.
Rumus perhitungan rasio Treynor (Brandy, 2002:6):
Ti =
Dimana :
Ri − RfR
βi
36
Ti
= Indeks Treynor portofolio i
Ri
= Rata-rata tingkat pengembalian portofolio i
RFR
= Rata-rata atas bunga investasi bebas risiko
Βi
= Beta portofolio i (risiko pasar atau risiko sistematis)
Pengukuran Sharpe menggunakan standar deviasi sedangkan pengukuran
Treynor menggunakan beta (β) sebagai pengukuran risiko. Pengukuran
Sharpe mengevaluasi manajer portofolio berdasarkan kinerja return tapi
secara tidak langsung juga mengukur seberapa baik diversifikasi portofolio
oleh manajer investasi selama periode tertentu. Jika portofolio terdiversifikasi
sempurna (tidak mengandung risiko unsistematis), maka dua metode
pengukuran kinerja akan memberikan peringkat yang sama karena total
varian akan sama dengan varian sistematisnya.
3) Jensen Measure
Jensen menggunakan rumus berikut untuk menilai kinerja manajer investasi
yang didasarkan atas seberapa besar manajer investasi mempu memberikan
laba diatas pasar. Makin tinggi nilai α positif, makin baik kinerjanya.
α = ( R¡ – RFR ) - β ( R m – RFR )
Dimana :
R¡
: Laba portofolio
RFR
: Laba investasi bebas resiko
Rm
: Laba dari market ( pasar )
β
: Resiko sistematik dari portofolio
37
Pengukuran kinerja portofolio Reksa Dana menggunakan metode Sharpe,
diterapkan untuk semua reksadana, sedangkan untuk metode Treynor dan
Jensen yang membutuhkan pengukuran resiko sistematik hanya (β)
diterapkan pada reksadana saham.
2.4.7 Penentuan Tolok Ukur Sebagai Pembanding Kinerja Portofolio
Tolok ukur atau benchmark umum digunakan untuk menilai kinerja
manajer investasi dalam mengelola dana. Dalam hal manajer investasi mengelola
portofolio nasabah tertentu (misalnya dana pensiun, dana asuransi, yayasan
pendidikan), tolok ukur sebagai dasar penilaian manajer investasi berdasarkan
atau sesuai dengan asset alokasi investasi yang direncanakan.
Adapun tujuan dari penggunaan tolok ukur adalah untuk dapat
membandingkan kinerja (atau return) portofolio dengan return yang didapat dari
alternative lain.
2.4.8 Metode Indeks Tunggal: Penyederhanaan Analisis Portofolio
Konsep model indeks tunggal, menurut Husnan (2001: 106) Adalah untuk
mengurangi jumlah variabel yang harus ditaksir. Kalau kita melakukan analisis
portofolio maka pada dasarnya kita harus memperkirakan E(R p ) dan σ p. Kalau kita
mempunyai 10 sekuritas yang membentuk portofolio, maka untuk menaksir E(R p )
kita perlu menaksir sepuluh tingkat keuntungan sekuritas. untuk menaksir σ p kita
pelu menaksir sepuluh variance tingkat keuntungan dan empt puluh lima
covariance.
Model Indeks Tunggal merupakan suatu penyederhanaan analisis
portofolio atau proses penilaian investasi model Markowitz. Konsep Model
38
Indeks Tunggal menyatakan bahwa tingkat keuntungan suatu saham berkorelasi
dengan perubahan pasar. Apabila pasar membaik (ditunjukkan oleh indeks pasar
yang tersedia), harga saham-saham juga akan meningkat. Demikian pula
sebaliknya, pada saat pasar memburuk maka harga-harga saham akan turun.
Model yang dikembangkan oleh Sharpe (1963) ini mengasumsikan bahwa
korelasi return antara sekuritas terjadi karena mereka bereaksi terhadap perubahan
suatu indeks pasar umum (general market index) tertentu (Jogiyanto 2003:231).
Kalau kita melakukan pengamatan maka akan Nampak bahwa pada saat
“pasar” membaik (yang ditunjukkan oleh indeks pasar yang tersedia) harga
saham-saham individual juga meningkat. Demikian pula sebaliknya pada saat
pasar memburuk maka harga saham=saham akan menurun harganya (Husnan
2001: 103). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keuntungan suatu saham
nampaknya berkorelasi dengan perubahan pasar. Kalau perubahan pasar bisa
dinyatakan sebagai tingkat keuntungan indeks pasar, maka tingkat keuntungan
suatu saham bisa dinyatakan sebagai berikut:
R¡ = α¡ + β¡.R m
Dimana :
R¡
: Return sekuritas ke i
α¡
: Bagian dari tingkat keuntungan saham ¡ yang tidak dipengaruhi oleh
perusahaan pasar
Rm
: Tingkat keuntungan indeks pasar
β¡
: Beta, yaitu parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan pada
kalau terjadi perubahan pada R m
39
Sedangkan variabel αi dapat dipecah menjadi nilai yang diekspektasi
(expected value) αi dan kesalahan residu (residual error) ei, sehingga rumusnya
menjadi sebagai berikut:
R¡ = α¡ + βi . R m + e¡
Dengan :
αi
: Nilai ekspektasi dari return sekuritas yang independen terhadap return
pasar
e¡
: Kesalahan residu (residual error)
Makin besar beta, makin curam kemiringan garis tersebut dan sebaliknya.
Beta sekuritas individual cenderung mempunyai koefisien determinasi (yaitu
bentuk kuadrat dari koefisien korelasi) yang lebih rendah dari beta portofolio.
Koefisien determinasi menunjukkan proporsi perubahan nilai Ri yang bisa
dijelaskan oleh Rm.
Dengan menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat risiko
masing-masing saham yang diamati, dan tingkat return saham, maka kita dapat
menentukan excess return to beta (ERB) yang mencerminkan tingkat keuntungan
yang sangat mungkin dapat dicapai. Penentuan proporsi dana yang diinvestasikan
dapat dilakukan dengan cara membagi persentase tingkat return dengan total
proporsi investasi.
Model indeks tunggal akan mampu mengurangi jumlah variabel yang
perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai
karakteristik sebagai berikut : Beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang
40
dari beta saham-saham yang membentuk portofolio tersebut, dinyatakan dengan
rumus berikut:
β¡ = (σ¡ m – σ m² )
dan untuk alpha bisa dihitung dengan :
α¡ = E(R¡ t ) – β¡E(R mt )
R it
β
α
R mt
Gambar 1 : Penggambaran beta
Beta menunjukkan kemiringan (slope) garis regresi tersebut dan α
menunjukkan intercept dengan sumbu R it. Semakin besar beta, semakin curam
kemiringan garis tersebut dan sebaliknya. Penyebaran titi-titik pengamatan di
sekitar garis regresi tersebut menunjukkan resiko sisa (σ
m² )
sekuritas yang
diamati. Semakin menyebar titik-titik tersebut, semakin besar resiko sisanya.
Untuk menghitung covarians (σ
and Keith C. Brown, 1997 : 102) :
Cov ij =
∑ (Ι − Ι )( j − j )
N
im )
digunakan rumus (Franky K. Reilly
41
2.4.9 Portofolio yang Optimal
Model utilitas yang diharapkan (expected utility model) menyatakan
bahwa para pemodal akan memilih suatu kesempatan investasi yang memberikan
utilitas yang diharapkan yang tertinggi. Utilitas yang diharapkan tersebut, tidak
selalu sama dengan tingkat keuntungan yang diharapkan tertinggi.
Model utilitas yang diharapkan tersebut menggunakan asumsi terhadap
sikap atau perilaku pemodal terhadap risiko. Perilaku investor tersebut,
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu sikap yang risk averse (tidak menyukai risiko),
risk neutral (netral terhadap risiko), dan risk seeker (menyukai risiko). Asumsi
yang wajar adalah investor cenderung menghindari risiko (risk averse), yaitu
investor yang jika dihadapkan pada dua investasi dengan pengembalian
diharapkan yang sama dan risiko berbeda, maka ia akan memilih investasi dengan
tingkat risiko yang lebih rendah. Jika seorang investor memiliki beberapa pilihan
portofolio yang efisien, maka portofolio yang paling optimal-lah yang akan
dipilihnya.
2.5
Kerangka Pemikiran
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif dalam melakukan investasi.
Investor harus jeli untuk menginvestasikan modal mereka pada reksadana &
manajer investasi yang tepat agar tidak mengalami kerugian dalam investasinya.
Maka dari itu, sebelum berinvestasi, sebaiknya investor melakukan penilaian, baik
42
kinerja maupun return dari reksadana dan melihat terlebih dahulu kondisi pasar
yang sedang berlangsung.
Dalam pengukuran kinerja portofolio dengan mempertimbangkan resiko,
tiga metode yang umumnya digunakan adalah Sharpe’s measures, Treynor’s
measures dan Jensen measures. Metode yang digunakan dalam melakukan analisa
kinerja reksadana pendapatan tetap dan saham yang dihasilkan 5 perusahaan
investasi (manajer investasi) dalam periode Oktober 2009 – September 2010
adalah metode Sharpe .
Untuk menghitung Reksa Dana pendapatan tetap dan saham, pertamatama mencari tingkat pengembalian Reksa Dana (R i ). Dari perhitungan tersebut,
dapat
diketahui
standar deviasinya
(σ i ), setelah itu
ditentukan RFR (risk
free
rate), yaitu
tingkat SBI (Sertifikat Bank Indonesia). Dengan menggunakan
perhitungan sebelumnya, maka dapat dilakukan penghitungan kinerjanya dengan
menggunakan metode Sharpe.
Selain itu perlu dihitung tolok ukur dari tingkat pengembalian pasar (R m )
yang dipergunakan untuk masing-masing Reksa Dana, yaitu IHSG untuk Reksa
Dana Saham dan tingkat rata-rata SBI periode 3 bulan untuk Reksa Dana
pendapatan tetap.
Dari perhitungan kinerja Reksa Dana dan memperbandingkan return dari
masin-masing tolok ukurnya, dapat dilihat kinerja yang paling baik dan reksadana
yang paling optimal, sehingga dengan hasil tersebut, investor dapat mengambil
suatu keputusan investasi dimana investor dapat menanamkan modalnya ke salah
43
satu perusahaan investasi yang menghasilkan produk Reksa Dana dengan melihat
hasil perhitungan yang diperoleh.
Download