MODUL PERKULIAHAN Kewirausahaan II Uji Awal Kelayakan Usaha Fakultas Program Studi FEB FDSK Manajemen Desain Produk Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh 90024 Maulida Khiatuddin, SE, DEA Abstract Kompetensi Sebelum meluncurkan usaha, bahkan sejak ide usaha muncul, perlu dilakukan uji kelayakan awal untuk melihat apakah ide usaha tersebut layak diteruskan. Diharapkan mahasiswa dapat memahami dan memiliki kemampuan untuk menguji kelayakan awal usaha Pembahasan Modul 3 Uji awal kelayakan usaha Sebelum suatu usaha diluncurkan, sangat penting untuk menganalisa terlebih dahulu kelayakan usaha, yaitu proses untuk menentukan apakah ide usaha dapat berjalan dan mampu bertahan. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan sebelum terjun ke dunia usaha: • Pasar: apakah pasar ada, dan apakah dapat menciptakan laba yang memadai. • Mengumpulkan modal yang cukup. • Merekrut tenaga kerja yang memiliki keahlian yang diperlukan oleh usaha yang ingin dijalankan. • Mendapatkan informasi yang akurat tentang kebutuhan konsumen dan peta persaingan di pasar. Kemunculan suatu usaha umumnya melalui proses berikut : (1) mengenali ide usaha; (2) menguji kelayakan ide; (3) penulisan rencana usaha (business plan); (4) membuat model usaha (business model); (5) meluncurkan usaha. Sumber ide usaha yang terbesar adalah dari pelanggan (lihat Gambar 3.1). Ketika pelanggan mencari suatu produk, sering terjadi produk yang ada sekarang tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Keluhan dari pelanggan tersebut merupakan sumber untuk menciptakan produk baru atau bahkan meluncurkan usaha baru untuk membuat produk tersebut. Gbr 3.1 Sumber ide usaha 3.2 Kelayakan awal ide usaha Sebelum usaha diluncurkan, diperlukan upaya untuk menguji apakah usaha tersebut layak dijalankan. Bahkan, diperlukan menguji ide usaha sejak dini sebelum mencurahkan waktu dan energi yang lebih banyak dalam proses penciptaan usaha, seperti membuat rencana usaha. Ada empat bidang utama yang diuji kelayakan awalnya sebelum menulis rencana usaha: 1. Kelayakan produk (barang/ jasa) 2. Kelayakan industri/ pasar 3. Kelayakan organisasi 4. Kelayakan keuangan. Bila salah satu atau lebih dari komponen tersebut ternyata tidak layak, maka penulisan rencana usaha apalagi peluncuran usaha harus dibatalkan atau ditunda. Perhatian perlu diarahkan pada pencarian sumber ide usaha yang lain (lihat Gambar 3.2) 3.2.1 Kelayakan produk • Analisa kelayakan produk adalah perkiraan daya tarik secara keseluruhan produk (barang atau jasa) yang ditawarkan. • Ada dua komponen dalam analisa kelayakan produk : – keinginan terhadap produk, dan – permintaan terhadap produk. • Yang menjadi pertanyaan dasar dalam hal ini apakah produk tersebut diinginkan oleh konsumen dan berikutnya apakah konsumen bersedia untuk membelinya. Gbr. 3.2 Proses pengujian awal ide usaha 3.2.2 Kelayakan industri/pasar Industri adalah kumpulan perusahaan yang menghasilkan produk yang sama. Pertanyaan utama yang perlu diajukan a.l.: • Apakah industri menarik untuk dimasuki? • Apakah sudah ada perusahaan yang dominan di dalam industri itu? • Adakah ceruk (niche) yang dapat dimasuki oleh usaha anda untuk mendapatkan keuntungan? Ciri-ciri industri yang menarik untuk dimasuki adalah sbb : Baru ketimbang tua Berada dalam tahap awal siklus hidup produk ketimbang dalam tahap akhir (menghasilkan produk yang baru diluncurkan), lihat Gambar 3.3. Terfragmentasi ketimbang terkonsentrasi (dikuasai oleh perusahaan yang dominan). Sedang tumbuh ketimbang menyusut. Menjual barang atau jasa yang pelanggan “harus memiliki”, ketimbang “ingin memiliki”. Tidak sesak (banyak perusahaan di dalamnya). Memiliki margin laba yang tinggi ketimbang yang sedikit. Tidak tergantung pada bahan mentah utama, yang harganya sejak lama murah supaya tetap mendapatkan keuntungan (begitu harga bahan tersebut naik, laba langsung menukik tajam). Dilihat dari kesempatan memasuki industri, peluangnya diibaratkan sebagai sebuah jendela kesempatan (window of opportunity), yang pertama terbuka lebar dan akhirnya menutup sesuai dengan tahapan dalam siklus hidup produk (lihat gambar 3.3). • • Pengenalan : terbuka lebar Tumbuh : tertutup sedikit • • Kematangan: semakin tertutup Penurunan : tertutup rapat Gbr 3.3 Keterbukaan jendela peluang menurut siklus hidup produk Ide untuk berusaha juga dapat diperoleh dengan mengamati kecederungan (tren) yang terjadi dalam masyarakat. Perubahan kecenderungan tersebut, kadang-kadang membuka celah baru untuk meluncurkan usaha. Sejumlah kecenderungan tersebut dan peluang usaha apa yang terbuka dapat dilihat dalam Tabel 3.1. Tabel 3.1 Contoh-contoh kecenderungan dan terbukanya peluang usaha 3.2.3 Analisa kelayakan sasaran pasar Daya tarik sasaran pasar adalah sejauh mana segmen pasar yang kita tuju memiliki kemauan dan kemampuan untuk membeli produk kita. Yang sangat penting untuk diperhatikan adalah di dalam pasar : “ Apa yang sesungguhnya ingin dibeli oleh konsumen, bukan apa yang ingin kita jual.” Konsumen ingin mendapatkan nilai dari sebuah produk untuk memenuhi kebutuhannya. Tantangan untuk mengidentifikasikan sasaran pasar adalah menemukan suatu segmen pasar yang cukup besar untuk dilayani secara menguntungkan, dan terlalu kecil bagi pesaing besar untuk menggarapnya. 3.2.4 Analisa kelayakan organisasi Analisa kelayakan organisasi dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan memiliki keahlian manajemen yang cukup, organisasi yang kompeten, dan sumber daya yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Usaha yang akan dijalankan harus menilai keahlian atau kemampuan tim manajemen, apakah itu seorang wirausaha pendiri atau kelompok wirausaha. Apakah usaha yang akan dijalankan memiliki sumber daya non keuangan yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha. (lihat Tabel 3.2). Tabel 3.2 Sumber daya bukan keuangan yang diperlukan untuk meluncurkan usaha 3.2.4 Analisa keuangan Pada tahap awal usaha, analisa yang diperlukan adalah dana awal (kas ) total yang dibutuhkan, kinerja keuangan dari usaha dalam industri yang sama, dan daya tarik keuangan keseluruhan dari usaha yang ingin dijalankan (lihat Tabel 3.3 ). Jika proses penciptaan usaha baru bergerak melewati tahap analisa kelayakan awal, rencana usaha memerlukan laporan keuangan proforma (yang diproyeksikan) yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk bertahan hidup dalam satu hingga tiga tahun ke depan. Tabel 3.3 Dana awal yang dibutuhkan Beberapa indikator daya tarik keuangan dari usaha yang akan diluncurkan disajikan dalam Tabel 3.4. Tabel 3.4 Indikator daya tarik keuangan Bila semua faktor di atas ternyata layak, barulah kita menyusun rencana usaha yang lebih rinci dan merencanakan untuk meluncurkan usaha. 3.3 Penciptaan nilai (value creation) Alasan perusahaan beroperasi adalah menyediakan barang/ jasa yang diinginkan oleh konsumen / pelanggan/ masyarakat. Untuk mempertahankan kemampuannya dalam jangka panjang perusahaan perlu menghasilkan laba. Laba = Pendapatan - Biaya Laba = (Volume X Harga) - Biaya Jika perusahaan dapat menetapkan harga barang / jasa yang dihasilkannya lebih tinggi dari biaya produksi, maka perusahaan dapat menghasilkan laba. Untuk dapat menaikkan harga, perusahaan perlu membuat produk yang dinilai (dihargakan) oleh para konsumen. Karena itu perusahaan perlu berkomitmen dalam kegiatan penciptaan nilai. Harga yang konsumen bersedia membayarnya mengindikasikan nilai dari sebuah produk bagi konsumen. Semakin besar nilai yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap sebuah produk, semakin besar kesediaannya untuk membayar dengan harga yang lebih tinggi. Perusahaan dapat meningkatkan laba dengan dua cara : • Menambah nilai terhadap sebuah produk (meningkatkan mutu, memberikan jasa tambahan, menyesuaikan produk sesuai dengan kebutuhan konsumen) sehingga konsumen bersedia membayar dengan harga yang lebih tinggi. • Menurunkan biaya dalam kegiatan penciptaan nilai (melaksanakan kegiatan penciptaan nilai secara lebih ekonomis). Perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk menjamin bahwa : • biaya penciptaan nilai tersebut dapat diminimalkan . • Kegiatan penciptaan nilai dilakukan sedemikian rupa sehingga konsumen bersedia membayar lebih tinggi dari biaya memproduksikannya. Nilai adalah ciri-ciri kinerja, fitur dan atribut seta aspek-aspek lain dari barang dan jasa, yang pelanggan bersedia mengorbankan sumber daya (biasanya uang) untuk mendapatkan nilai dari sebuah produk. Pelanggan menginginkan nilai dari barang atau jasa yang mereka beli atau gunakan; dan pelanggan berdasarkan persepsinya menentukan produk apa yang memiliki nilai. Organisasi harus mampu menyediakan nilai tersebut dalam rangka menarik dan mempertahankan pelanggan. Nilai yang ditujukan kepada pelanggan diciptakan melalui pengubahan bahan mentah dan sumber daya lain ke dalam barang atau jasa, yang dibutuhkan atau diinginkan oleh pengguna akhir; kapan, dimana dan bagaimana mereka menginginkannya. Proses pengubahan ini melibatkan berbagai pihak (pemasok, pemabrik, dan bahkan pelanggan) yang terlibat dalam urutan kegiatan yang disebut rantai nilai (lihat Gambar 3.4, 3.5 dan 3.6). 3.4 Model usaha (business model) Ketika uji kelayakan awal selesai, langkah berikut adalah membuat model usaha yang merupakan rencana perusahaan atau diagram yang menjelaskan bagaimana perusahaan bersaing, menggunakan sumber dayanya, menyusun struktur hubungan, membuat antar muka (interface) dengan pelanggan, dan menciptakan nilai untuk mendapatkan laba supaya dapat bertahan di pasar. Secara sederhana model usaha adalah membeli bahan baku, mengubahnya menjadi produk yang lebih bernilai, kemudian mentransfer produk tersebut beserta nilai yang dikandungnya kepada konsumen, dan perusahaan mendapatkan uang (sumber daya ) dari konsumen. Model usaha muncul dari konsep rantai nilai (value chain). Gbr. 3.4 Konsep rantai nilai Rantai nilai nilai tersebut dirakit kembali oleh Michael Porter dalam bentuk yang lebih rumit seperti sebuah panah yang menghubungkan pemasok di sebelah kiri dengan pelanggan di sebelah kanan. Pada ujung panah dimasukkan unsur margin laba yang artinya ketika terjadi pertukaran nilai yang dihasilkan oleh perusahaan, dengan sumbar daya (misalnya uang) yang dimiliki pelanggan, perusahaan akan mendapatkan margin laba (lihat Gambar 3.5). Gbr. 3.5 Rantai nilai yang digagas oleh Porter Pengarang yang lain seperti Hollensen memodifikasikan rantai nilai Porter dalam bentuk yang lebih sederhana dengan memilah-milah berbagai kegiatan yang dilakukan dalam proses penciptaan nilai, mulai dari penelitian dan pengembangan, produksi, pemasaran, hingga ke penjualan dan pelayanan. Kegiatan tersebut terbagi dua yaitu hulu (penelitian dan pengembangan serta produksi) dan hilir (pemasaran serta penjualan dan pelayanan) (lihat gambar 3.6) Gbr. 3.6 Rantai nilai yang disederhanakan 3.5 Model usaha dan rantai nilai Dalam rantai nilai terlihat bahwa sebuah usaha adalah interaksi yang terus menerus antara perusahaan dengan pihak lain. Melalui interaksi nilai berpindah dari pemasok, ke perusahaan, dan akhirnya ke konsumen. Melalui interaksi juga terbentuk jaringan dengan mitra perusahan yang mencakup berbagai orang dan lembaga. Supaya model usaha berjalan seperti yang diharapkan perusahaan perlu bekerja erat dengan organisasi dan pemangku kepentingan yang berada di luar batas perusahaan. Wirausahawan dapat memodifikasi rantai nilai guna membuatnya menjadi lebih efektif atau menambah nilai baru pada tahap tertentu. Perubahan ini memunculkan peluang menciptakan usaha baru untuk melayani konsumen. • Peluang yang dapat ditambah a.l.: • Pada kegiatan tunggal primer seperti pemasaran. • Pada antar muka antara tahap-tahap rantai nilai (misalnya antara pemasaran dengan penjualan dan pelayanan). • Pada salah satu kegiatan pendukung (misalnya penelitian dan pengembangan). Komponen model usaha • Secara umum ada 4 komponen model usaha (lihat Gmbar 3.7): – Strategi inti (bagaimana perusahaan bersaing) – Sumber daya strategis (bagaimana perusahaan mendapatkan sumber daya dan menggunakannya) – Jaringan mitra (bagaimana perusahaan membuat struktur kemitraan dan memeliharanya) – Antar muka pelanggan ( bagaimana perusahaan berinteraksi dengan pelanggannya) Gbr 3.7 Empat komponen model usaha 3.6 Inovasi model usaha Tidak ada standar dalam pembuatan model usaha. Tetapi bagi wirausaha pemula sangat berbahaya untuk meniru model usaha yang sedang dijalankan oleh perusahaan yang sukses, karena belum tentu model usaha tersebut sesuai dengan keadaan perusahaan yang ingin diluncurkan. Untuk itu, usaha yang ingin diluncurkan perlu diciptakan model usaha yang baru, seperti inovasi model usaha yang dilakukan oleh wirausahawan Michael Dell ketika terjun ke dunia penjualan PC. Dell melihat model usaha yang lama penuh dengan ketidak-efisienan. Dia melakukan usaha inovasi baru melalui penjualan langsung dan perusahaan Dell Computer menjadi salah satu perakit / penjual komputer terbesar di dunia. Gbr. 3.8 Model usaha pemain lama dan inovasi model usaha yang dijalankan oleh Dell 3.7 Mempertahankan kreatifitas Kreatifitas buka saja berkaitan dengan penciptaan usaha, tetapi juga bagaimana mempertahankannya ketika mengelola usaha dan dalam rangka menghadapi pesaing ataupun memodifikasi model usaha supaya dapat lebih memuaskan pelanggan. Cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kreatifitas a.l.: • Libatkan seluruh pegawai dalam acara curah pendapat (brain storming ) : orang yang berbeda mempersepsi sesuatu secara berbeda- inilah tepatnya kreatifitas. • Senggangkan waktu khusus untuk menyebutkan kreatifitas. Coba dengan cara berbeda untuk membangkitkan ide. • Dalam setiap agenda pertemuan tambahkan latihan kreatif. Sisihkan waktu dalam agenda pertemuan untuk latihan kreatif supaya orang berpikir secara inovatif. • Kaji kreatifitas. Banyak sekali buku dan artikel yang membahas tentang hal ini. • Dorong pegawai untuk menjalankan kegiatan di luar perusahaan. Pengalaman baru akan menciptakan asosiasi dan koneksi mental yang berbeda. • Ciptakan tempat kerja yang mendatangkan ilham. Lingkungan yang kreatif memberikan pegawai jalan keluar untuk menyegarkan pikiran mereka. • Danai projek atau kelas ektrakurikuler. Sebagai contoh: pegawai yang mengikuti kursus pelawak atau klub berpidato dapat meningkatkan rasa percaya diri. Percaya diri adalah dasar untuk kreatifitas. Teguh pada ide kreatif yang ditemukan. Ketika anda menemukan ide baru fokuskan pikiran anda 3 hingga 6 bulan pada ide tersebut. Daftar Pustaka Bygrave, W.D., Zacharis, A., 2010, Entrepreneurship, 2nd ed., New York, Wiley. Barringer, B.R., Ireland, R.D., 2012, Entrepreneurship: successfully launching new ventures, 4th ed., Essex Pearson. Hatten, T.S., 2012, Small Business Management, 5th ed., Mason, South Western Cengage Learning. Hisrich, R.D., Peters, M.P., 2002, Entrepreneurship, 5th ed., New York, McGraw Hill. Hollensen, S., 2010, Global Marketing: a decision-oriented approach, 5th ed., Essex, Pearson. Longenecker, J.G., Moore, C.W., Perry, J.W., 2008, Small Business Management: Launching and Growing Entrepreneurial Ventures, 14th ed, Thompson –South Western.