pengetahuan ibu tentang imunisasi pada balita

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1.
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui
pancaindera manusia, yakni: indera panglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Pengetahuan tersebut di peroleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman
orang lain. (Notoatmojo, 2003).
Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbantuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan
sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dapat
dilakukan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang.
2.
Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam)
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu berarti kemampuan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling
Universitas Sumatera Utara
rendah yang dapat diukur dengan kemampuan yang menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempelajari secara
benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat menginterprestasiakan materi
tersebut.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan suatu
materi yang telah dipelajari pada setiap situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
d. Analisis (Analysis)
Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen, tetapi di dalam suatu struktur orginisasi dan
mempunyai kaitan satu sama lainnya.
e. Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (Evaluating)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan penelitian terhadap suatu materi atau
objek.
3.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi
kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin pengetahuan yang dimiliki
sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu, baik
yang hidup ataupun dalam keadaan meninggal. Paritas dapat digolongkan menjadi 3
(tiga) bagian yaitu :
1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1 (satu)
2) Golongan multipara adalah dengan paritas 2-5
3) Golongan grande multipara adalah ibu dengan paritas > 5
3. Sumber Informasi
a) Sumber Informasi dokumenter merupakan informasi yang berhubungan dengan
dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang
diterbitkan yang berada dibawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen tidak
resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan
wewenang badan instansi resmi atau perorangan.
− Sumber primer (sumber data tangan pertama) adalah sumber informasi
langsung berasal dari yang mempunyai wewenang/tanggung jawab terhadap
data tersebut.
− Sumber sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari tangan pertama.
Universitas Sumatera Utara
b) Sumber Kepustakaan
Di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari
berbagai disiplin ilmu. Dari buku laporan penelitian, majalah, ilmiah jurnal.
c) Sumber Informasi Lapangan
Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objek dilapangan.
Objeknya adalah orang yang berlangsung berkecimpung dengan hal – hal yang ingin
diketahui.
Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang
tentang sesuatu hal sehingga informasi diperoleh dapat diadopsi secara keseluruhan
ataupun hanya sebagian. (Notoadmojo, 2003).
d) Media Elektronik
Sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu seperti TV,
televisi, radio, internet.
e) Media Cetak
Sumber informasi dari media cetak yaitu majalah, koran, tabloid.
f) Sumber Informasi Tenaga Kesehatan
Sumber informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan : dokter, bidan,
perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
B. Imunisasi
1.
Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh bayi dan anak
terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun kuman yang
dimasukkan kedalam tubuh bayi/anak yang disebut antigen. (Depkes, 1993 : 47).
Universitas Sumatera Utara
Imunisasi ialah tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh
bayi dan anak. (Andi Utama, www. article. php. htm. is. 2004).
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak
dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan
yang dipakai untuk merangsang pembentuk zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh
melalui mulut seperti vaksin polio. (A. Azis, 2005).
2.
Tujuan Imunisasi
Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal
terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. (A. Azis, 2005).
3.
Manfaat Imunisasi
Usia anak-anak rawan merupakan masa rawan terserang penyakit karena
daya tahan tubuhnya belum kuat. Dengan pemberian imunisasi dasar secara lengkap,
terjadinya penyakit terhadap bayi dapat dihindari. Adapun manfaat imunisasi antara lain
:
a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
b. Upaya pencegahan yang sangat efektif terhadap timbulnya penyakit.
c. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada diri seseorang atau sekelompok
masyarakat.
d. Mencegah kecacatan atau kematian bayi.
Universitas Sumatera Utara
e. Dapat meningkatkan derajat kesehatan untuk menciptakan bangsa yang kuat dan
berakal budi untuk melanjutkan pembangunan negara.
4.
Jenis Imunisasi
Secara umum imunisasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam :
a). Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan
atau dimatikan dengan tujuan merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri,
contohnya adalah imunisasi polio dan campak. (Conan, www. index. php. htm. com. Id
.2004).
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan
akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi
spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel
memori, sehingga apabila benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat
merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap
vaksinnya antara lain :
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan dapat merupakan polisakarida, toksoid atau virus
dilemahkan atau bakteri dimatikan.
2) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
3) Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya
mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4) Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan
imunogenitas antigen. (A. Azis, 2005).
Universitas Sumatera Utara
b). Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif adalah penyuntikkan sejumlah antibodi, sehingga kadar
antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikkan ATS (Anti Tetanus
Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada
bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi terhadap campak.
(Conan, www. index. php. htm. com. co. id. 2004).
Imunisasi pasif merupakan pemberian imunoglobulin, yaitu suatu zat yang
dihasilkan melalui proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. (A. Aziz, 2005).
5.
Macam – macam Imunisasi
a). Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Vaksin BCG mengandung kuman TBC yang masih hidup tetapi sudah
dilemahkan. Vaksin ini ditemukan oleh dokter Albert Calmette dan seorang peneliti
yang bernama Cameli Guerin pada tanggal 04 April 1927. Penelitian untuk menemukan
vaksin BCG dimulai sejak tahun 1906, ketika Guerin menemukan bahwa ketahanan
terhadap penyakit TBC berkaitan dengan Virus Tuberclebacilli yang hidup didalam
darah. Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif
terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Pemberian imunisasi BCG diberikan hanya sekali
sebelum bayi berumur 2 bulan.
b). Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)
Imunisasi DPT diberikan kepada bayi yang bertujuan untuk memberikan
kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk
Universitas Sumatera Utara
rejan), tetanus. Di Indonesia, imunisasi terhadap 3 jenis penyakit tersebut dipasarkan
dalam 3 jenis kemasan, yaitu : dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus,
dalam bentuk kombinasi DT (Difteri dan Tetanus), dan dalam bentuk kombinasi DPT
(dikenal sebagai vaksin tripel). Imunisasi DPT ini biasanya diberikan sebanyak 3 kali
yaitu : DPT 1, DPT 2, dan DPT 3.
c). Imunisasi Polio
Imunisasi Polio diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit
polliomietitis. Vaksin polio memberikan kekebalan hingga 90% terhadap serangan
penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi polio diberikan dengan
2 cara, yaitu: melalui suntikan (inaevantet poliomyelitis vaccine) dan melalui mulut (oral
poliomyelitis vaccine).
d). Imunisasi Campak
Imunisasi Campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit Campak secara aktif. Vaksin Campak mengandung virus hidup yang telah
dilemahkan. IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi Campak pertama pada usia
lebih dini 6-9 bulan. Penentuan usia 9 bulan untuk suntikan Campak pertama
berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia tersebut antibodi bayi yang berasal dari
ibunya sudah semakin menurun sehingga bayi membutuhkan antibodi tambahan lewat
imunisasi.
e). Imunisasi Hepatitis
Tahun 1991, EPI (Expanded Program on Imunization) menetapkan target
untuk memasukkan vaksin Hepatitis B kedalam program imunisasi nasional. Pemberian
imunisasi Hepatitis ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit
Hepatitis B atau dikenal dalam istilah sehari-hari yaitu penyakit lever. Jenis imunisasi ini
Universitas Sumatera Utara
dapat dikembangkan setelah diteliti bahwa virus Hepatitis B mempunyai kaitan dengan
terjadinya penyakit lever. Vaksin terbuat dari bagian virus Hepatits B yang dinamakan
HbsAG, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit.
Imunisasi Hepatitis ini diberikan sebanyak 3 kali yaitu Hepatits B1, Hepatits B2,
Hepatits B3.
6.
Jadwal Imunisasi
Umur
Saat lahir
Vaksin
Hepatitis B-1
Polio-0
1 bulan
Hepatitis B-2
0-2 bulan
BCG
2 bulan
DTP-1
Hib-1
4 bulan
Polio-1
DTP-2
Hib-2
Keterangan
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila
status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam
setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan
dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg
ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif
maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum
bayi berumur 7 hari.
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk
bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat
bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi
virus vaksin kepada bayi lain)
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1
dan HB-2 adalah 1 bulan.
BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG
akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG
diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,
dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1
diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval
2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1
DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara
terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRPT).
Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan
dengan DTP-2
Universitas Sumatera Utara
Polio-2
DTP-3
6 bulan
Hib-3
Polio-3
Hepatitis B-3
9 bulan
Campak-1
15-18 bulan
MMR
Hib-4
18 bulan
DTP-4
2 tahun
Polio-4
Hepatitis A
2-3 tahun
Tifoid
5 tahun
6 tahun.
DTP-5
Polio-5
MMR
10 tahun
dT/TT
Varisela
7.
Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2
DTP-3 dapat diberikan terpisah atau
dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada
umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3
HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan
respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3
minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2
merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6
tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur
15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan
imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada
umur 12 bulan.
Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRPOMP).
DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah
DTP-3.
Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.
Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2
tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12
bulan.
Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida
injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.
Diberikan untuk catch-up immunization pada anak
yang belum mendapatkan MMR-1.
Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau
TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama
25 tahun.
Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.
Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
a). Difteri
Difteri bukan merupakan sekedar radang tenggorokan. Difteri adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Baktericorynebakterium Diphterberlae.
Penularan penyakit difteri melalui batuk, bersin, dan pada saat berbicara. Tanda dan
Universitas Sumatera Utara
gejalanya : suhu tubuh yang tinggi, batuk, suara serak, sakit tenggorokan, sesak nafas,
bila bernafas menimbulkan bunyi/suara. Pencegahan yang paling efektif untuk penyakit
ini yaitu dengan memberikan imunisasi DPT.
b). Pertusis (Batuk Rejan )
Pertusis (batuk rejan) sering juga disebut dengan batuk seratus hari. Pertusis
adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disebakan oleh Bordetela Pertusis. Batuk
rejan mudah menyebar dan menular melalui udara dengan cara batuk/bersin. Gejalanya
penderita batuk rejan akan mengalami 3 stadium :
− Stadium pertama merupakan stadium awal (katarhalis) yang berlangsung selama 1-2
minggu. Gejalanya : demam ringan, batuk dan pilek.
− Stadium 2 (peroksimal) yang berlangsung selama 2-4 minggu. Gejalanya: batuk
panjang secara terus menerus dan membuang nafas yang disebut Ubooping Ougb.
Bila pertusis sudah parah dapat disertai dengan muntah-muntah, wajah menjadi
merah kebiru-biruan.
− Stadium 3 (perbaikan/konvaselen) yang berlangsung selama 1-2 minggu. Gejalanya:
batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih.
Pertusis dapat dicegah dengan pemberian imuniasi DPT yang diberikan pada
anak usia 0-2 bulan.
c). Tetanus
Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostridium
Tetani. Tetanus dapat terjadi karena luka : luka yang kotor, luka potensial, luka yang
dalam. Gejala tetanus umumnya diawali oleh kejang otot rahang/mulut (trismus).
Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari. Tetanus dapat dicegah dengan
Universitas Sumatera Utara
pemberian imunisasi DPT dan segera membersihkan luka dengan air mengalir serta
berikan antiseptik.
d). Polio
Polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dari genus entero
virus dan family picornaviridae. Virus ini menyerang seluruh tubuh termasuk otot dan
syaraf dan dapat menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen serta
kelumpuhan pada salah satu tungkai. Penyakit ini sangat menular dan tidak dapat
disembuhkan. Masa inkubasi virus polio 6-10 hari. Gejalanya timbul demam disertai flu,
lesu, dan lemah. Kemudian mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah
demam 2 hari. Tetapi tidak semua mengalami kelumpuhan setelah terkena virus polio.
Pencegahan yang paling efektif adalah dengan memberikan imunisasi polio secara
lengkap pada bayi.
e). Campak
Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak
atau morbili. Campak dapat menular melalui udara, butiran halus air ludah (droplet), dan
kontak langsung dengan penderita. Gejala penyakit Campak : demam dan bahkan
demam tinggi (38-40,5 0 C), batuk, pilek, serta muncul bercak-bercak merah. Bercak
merah akan timbul mulai dari pipi, bagian bawah telinga dan kemudian menjalar
keseluruh bagian tubuh. Pencegahan penyakit campak yang paling efektif adalah dengan
memberikan imunisasi Campak yang dapat memberikan perlindungan dalam waktu yang
lama dan bahkan seumur hidup.
f). Hepatitis
Universitas Sumatera Utara
Masalah hepatitis semakin meningkat. Penyakit hepatitis B disebabkan oleh
virus hepatitis B yang menyerang hati. Penyakit hepetitis B ditularkan secara :
− Vertikal, yaitu dari Ibu hamil yang menderita Hepatitis B sehingga dapat menularkan
kepada bayi yang dikandungnya dan pada saat proses persalinan.
− Horizontal, yaitu dari penderita hepatitis kepada individu lain melalui : hubungan
seksual, tusukan jarum, transfusi darah, penggunaan sikat gigi atau pisau cukur
bersama.
Gejala utama penyakit Hepatitis adalah sklera mata dan kulit menjadi kuning.
Pencegahan Hepatitis yang paling efektif, yaitu dengan memberikan vaksinasi Hepatitis
pada bayi yang baru lahir, anak-anak, serta orang dewasa yang beresiko tinggi.
g). Tuberkulosis (TBC) pada anak
TBC
merupakan
penyakit
yang
disebabkan
oleh
Mycobakterium
Tuberkulosis. Gejala utama TBC pada anak biasanya hanya berupa demam ringan tetapi
berlangsung lama, berat badan tidak bertambah karena nafsu makan berkurang, anak
gelisah dan selalu rewel, lesu serta mudah berkeringat. Untuk mencegah penyakit ini,
yaitu dengan memberikan imunisasi BCG.
8.
Kondisi Anak yang Baik untuk Mendapatkan Imunisasi
Tidak semua Ibu-ibu yang memiliki balita mengetahui kondisi yang
bagaimana anaknya boleh mendapatkan imunisasi atau harus ditunda untuk sementara
waktu. Pada prinsipnya, imunisasi/vaksinasi tidak seharusnya diberikan saat kondisi
Universitas Sumatera Utara
imunologis atau kekebalan anak menurun. Penundaan tersebut bertujuan untuk
menghindari komplikasi yang merugikan bagi tubuh anak dan agar imunisasi itu sendiri
mampu memberi respon yang optimal.
a) Imunisasi yang boleh diberikan dalam kondisi :
− Gangguan saluran nafas dan gangguan saluran cerna.
− Riwayat kejang dalam keluarga.
− Riwayat penyakit infeksi.
− Kontak dengan seseorang yang menderita suatu penyakit tertentu.
− Kelainan syaraf seperti down syndrom.
− Memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru, serta penyakit metabolik.
− Sedang menjalani terapi antibiotik seperti terapi steroid topikal (terapi kulit atau
mata).
− Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir.
− Berat badan lahir rendah.
− Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi.
b) Imunisasi yang tidak boleh diberikan dalam kondisi :
− Sakit berat dan mendadak demam tinggi.
− Memiliki alergi yang berat (anafilatik).
− Menderita gangguan sistem imun, misalnya sedang menjalani pengobatan steroid
jangka panjang seperti HIV. Keadaan yang seperti ini tidak boleh diberikan
vaksin hidup seperti polio oral, MMR, BCG, Cacar Air.
− Memiliki alergi terhadap telur.
Universitas Sumatera Utara
9.
Kontra Indikasi Imunisasi
Imunisasi terkadang dapat menimbulkan efek samping, tetapi hal ini
menandakan bahwa vaksin bekerja secara tepat. Efek samping yang dapat terjadi antara
lain :
a) Setelah bayi diberikan imunisasi BCG akan terjadi pembengkakan kecil dan merah
pada tempat suntikan selama 2 minggu. Setelah 2-3 minggu, pembengkakan akan
menjadi abses kecil dan menjadi luka dengan diamater 10 mm. Luka akan sembuh
dengan sendirinya dalam waktu 2-3 bulan dan meninggalkan luka parut. Apabila
dosis yang diberikan terlalu tinggi maka ulkus yang akan timbul akan lebih besar dan
apabila penyuntikkan terlalu dalam maka luka parut yang akan tertarik kedalam
(retacred).
b) Setelah bayi mendapatkan imunisasi DPT anak menjadi gelisah dan menangis terusmenerus selama beberapa jam paskasuntikkan. Biasanya bayi akan demam pada sore
hari setelah mendapat imunisasi DPT, demam akan turun dan hilang dalam waktu 2
hari. Sebagian besar anak akan merasa nyeri, sakit, merah dan bengkak ditempat
suntikkan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan
khusus karena akan sembuh dengan sendirinya. Bila gejala tersebut tidak timbul
tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak bekerja dengan baik.
c) Setelah mendapatkan imunisasi polio sebahagian kecil penerima vaksin OPV akan
mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan dan sakit otot. Pada umumnya efek
samping paska imunisasi polio sangat jarang ditemukan bahkan hampir tidak
memberikan efek samping sama sekali.
Universitas Sumatera Utara
d) Setelah mendapatkan imunisasi Campak kemungkinan anak akan diare, panas dan
disertai kemerahan 4-10 hari sesudah suntikkan. Untuk mengatasi efek yang timbul
dianjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan minum obat penurun panas.
e) Setelah mendapatkan imunisasi hepatitis mungkin hanya terjadi keluhan nyeri pada
bekas suntikkan, demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini akan hilang dalam
waktu 2 hari.
Universitas Sumatera Utara
Download