TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni: indera panglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan tersebut di peroleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain. (Notoatmojo, 2003). Menurut Notoatmojo (2003) pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbantuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan rasa percaya diri sehingga dapat dilakukan bahwa pengetahuan merupakan stimulus terhadap tindakan seseorang. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know) Tahu berarti kemampuan suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling Universitas Sumatera Utara rendah yang dapat diukur dengan kemampuan yang menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk mempelajari secara benar tentang objek yang telah diketahui dan dapat menginterprestasiakan materi tersebut. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada setiap situasi atau kondisi yang real (sebenarnya). d. Analisis (Analysis) Analisis diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen, tetapi di dalam suatu struktur orginisasi dan mempunyai kaitan satu sama lainnya. e. Sintesis (Syntesis) Menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluating) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan penelitian terhadap suatu materi atau objek. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Pendidikan Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupannya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi sehingga yang dapat Universitas Sumatera Utara meningkatkan kualitas hidup. Sebagaimana umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin pengetahuan yang dimiliki sehingga penggunaan komunikasi dapat secara efektif akan dapat melakukannya. 2. Paritas Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu, baik yang hidup ataupun dalam keadaan meninggal. Paritas dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : 1) Golongan primipara adalah ibu dengan paritas 1 (satu) 2) Golongan multipara adalah dengan paritas 2-5 3) Golongan grande multipara adalah ibu dengan paritas > 5 3. Sumber Informasi a) Sumber Informasi dokumenter merupakan informasi yang berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi. Dokumen resmi adalah bentuk dokumen yang diterbitkan yang berada dibawah tanggung jawab instansi resmi. Dokumen tidak resmi adalah segala bentuk dokumen yang berada atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan instansi resmi atau perorangan. − Sumber primer (sumber data tangan pertama) adalah sumber informasi langsung berasal dari yang mempunyai wewenang/tanggung jawab terhadap data tersebut. − Sumber sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari tangan pertama. Universitas Sumatera Utara b) Sumber Kepustakaan Di dalam perpustakaan tersimpan berbagai bahan bacaan dan informasi dari berbagai disiplin ilmu. Dari buku laporan penelitian, majalah, ilmiah jurnal. c) Sumber Informasi Lapangan Sumber informasi lapangan diperoleh langsung dari objek dilapangan. Objeknya adalah orang yang berlangsung berkecimpung dengan hal – hal yang ingin diketahui. Sumber informasi akan mempengaruhi bertambahnya pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal sehingga informasi diperoleh dapat diadopsi secara keseluruhan ataupun hanya sebagian. (Notoadmojo, 2003). d) Media Elektronik Sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu seperti TV, televisi, radio, internet. e) Media Cetak Sumber informasi dari media cetak yaitu majalah, koran, tabloid. f) Sumber Informasi Tenaga Kesehatan Sumber informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan : dokter, bidan, perawat dan tenaga kesehatan lainnya. B. Imunisasi 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan tubuh bayi dan anak terhadap penyakit tertentu, sedangkan vaksin adalah kuman atau racun kuman yang dimasukkan kedalam tubuh bayi/anak yang disebut antigen. (Depkes, 1993 : 47). Universitas Sumatera Utara Imunisasi ialah tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak. (Andi Utama, www. article. php. htm. is. 2004). Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentuk zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui mulut seperti vaksin polio. (A. Azis, 2005). 2. Tujuan Imunisasi Tujuan diberikannya imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. (A. Azis, 2005). 3. Manfaat Imunisasi Usia anak-anak rawan merupakan masa rawan terserang penyakit karena daya tahan tubuhnya belum kuat. Dengan pemberian imunisasi dasar secara lengkap, terjadinya penyakit terhadap bayi dapat dihindari. Adapun manfaat imunisasi antara lain : a. Dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. b. Upaya pencegahan yang sangat efektif terhadap timbulnya penyakit. c. Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada diri seseorang atau sekelompok masyarakat. d. Mencegah kecacatan atau kematian bayi. Universitas Sumatera Utara e. Dapat meningkatkan derajat kesehatan untuk menciptakan bangsa yang kuat dan berakal budi untuk melanjutkan pembangunan negara. 4. Jenis Imunisasi Secara umum imunisasi dapat dibedakan menjadi 2 (dua) macam : a). Imunisasi Aktif Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan merangsang tubuh memproduksi antibodi sendiri, contohnya adalah imunisasi polio dan campak. (Conan, www. index. php. htm. com. Id .2004). Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkannya sel memori, sehingga apabila benar – benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain : 1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat merupakan polisakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. 2) Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan. 3) Preservatif, stabilizer dan antibiotika yang berguna untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen. 4) Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen. (A. Azis, 2005). Universitas Sumatera Utara b). Imunisasi Pasif Imunisasi pasif adalah penyuntikkan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikkan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami kecelakaan. Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi terhadap campak. (Conan, www. index. php. htm. com. co. id. 2004). Imunisasi pasif merupakan pemberian imunoglobulin, yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. (A. Aziz, 2005). 5. Macam – macam Imunisasi a). Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) Vaksin BCG mengandung kuman TBC yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan. Vaksin ini ditemukan oleh dokter Albert Calmette dan seorang peneliti yang bernama Cameli Guerin pada tanggal 04 April 1927. Penelitian untuk menemukan vaksin BCG dimulai sejak tahun 1906, ketika Guerin menemukan bahwa ketahanan terhadap penyakit TBC berkaitan dengan Virus Tuberclebacilli yang hidup didalam darah. Pemberian imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). Pemberian imunisasi BCG diberikan hanya sekali sebelum bayi berumur 2 bulan. b). Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) Imunisasi DPT diberikan kepada bayi yang bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk Universitas Sumatera Utara rejan), tetanus. Di Indonesia, imunisasi terhadap 3 jenis penyakit tersebut dipasarkan dalam 3 jenis kemasan, yaitu : dalam bentuk kemasan tunggal khusus bagi tetanus, dalam bentuk kombinasi DT (Difteri dan Tetanus), dan dalam bentuk kombinasi DPT (dikenal sebagai vaksin tripel). Imunisasi DPT ini biasanya diberikan sebanyak 3 kali yaitu : DPT 1, DPT 2, dan DPT 3. c). Imunisasi Polio Imunisasi Polio diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit polliomietitis. Vaksin polio memberikan kekebalan hingga 90% terhadap serangan penyakit polio yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Imunisasi polio diberikan dengan 2 cara, yaitu: melalui suntikan (inaevantet poliomyelitis vaccine) dan melalui mulut (oral poliomyelitis vaccine). d). Imunisasi Campak Imunisasi Campak diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Campak secara aktif. Vaksin Campak mengandung virus hidup yang telah dilemahkan. IDAI merekomendasikan pemberian imunisasi Campak pertama pada usia lebih dini 6-9 bulan. Penentuan usia 9 bulan untuk suntikan Campak pertama berdasarkan pertimbangan bahwa pada usia tersebut antibodi bayi yang berasal dari ibunya sudah semakin menurun sehingga bayi membutuhkan antibodi tambahan lewat imunisasi. e). Imunisasi Hepatitis Tahun 1991, EPI (Expanded Program on Imunization) menetapkan target untuk memasukkan vaksin Hepatitis B kedalam program imunisasi nasional. Pemberian imunisasi Hepatitis ini bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif terhadap penyakit Hepatitis B atau dikenal dalam istilah sehari-hari yaitu penyakit lever. Jenis imunisasi ini Universitas Sumatera Utara dapat dikembangkan setelah diteliti bahwa virus Hepatitis B mempunyai kaitan dengan terjadinya penyakit lever. Vaksin terbuat dari bagian virus Hepatits B yang dinamakan HbsAG, yang dapat menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit. Imunisasi Hepatitis ini diberikan sebanyak 3 kali yaitu Hepatits B1, Hepatits B2, Hepatits B3. 6. Jadwal Imunisasi Umur Saat lahir Vaksin Hepatitis B-1 Polio-0 1 bulan Hepatitis B-2 0-2 bulan BCG 2 bulan DTP-1 Hib-1 4 bulan Polio-1 DTP-2 Hib-2 Keterangan HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain) Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan. BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T) Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1. Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRPT). Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2 Universitas Sumatera Utara Polio-2 DTP-3 6 bulan Hib-3 Polio-3 Hepatitis B-3 9 bulan Campak-1 15-18 bulan MMR Hib-4 18 bulan DTP-4 2 tahun Polio-4 Hepatitis A 2-3 tahun Tifoid 5 tahun 6 tahun. DTP-5 Polio-5 MMR 10 tahun dT/TT Varisela 7. Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T). Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan. Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3 HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan. Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan. Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRPOMP). DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3. Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4. Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan. Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun. DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap) Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5. Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1. Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun. Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi a). Difteri Difteri bukan merupakan sekedar radang tenggorokan. Difteri adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Baktericorynebakterium Diphterberlae. Penularan penyakit difteri melalui batuk, bersin, dan pada saat berbicara. Tanda dan Universitas Sumatera Utara gejalanya : suhu tubuh yang tinggi, batuk, suara serak, sakit tenggorokan, sesak nafas, bila bernafas menimbulkan bunyi/suara. Pencegahan yang paling efektif untuk penyakit ini yaitu dengan memberikan imunisasi DPT. b). Pertusis (Batuk Rejan ) Pertusis (batuk rejan) sering juga disebut dengan batuk seratus hari. Pertusis adalah penyakit infeksi saluran nafas yang disebakan oleh Bordetela Pertusis. Batuk rejan mudah menyebar dan menular melalui udara dengan cara batuk/bersin. Gejalanya penderita batuk rejan akan mengalami 3 stadium : − Stadium pertama merupakan stadium awal (katarhalis) yang berlangsung selama 1-2 minggu. Gejalanya : demam ringan, batuk dan pilek. − Stadium 2 (peroksimal) yang berlangsung selama 2-4 minggu. Gejalanya: batuk panjang secara terus menerus dan membuang nafas yang disebut Ubooping Ougb. Bila pertusis sudah parah dapat disertai dengan muntah-muntah, wajah menjadi merah kebiru-biruan. − Stadium 3 (perbaikan/konvaselen) yang berlangsung selama 1-2 minggu. Gejalanya: batuk mulai berkurang dan kondisi anak mulai pulih. Pertusis dapat dicegah dengan pemberian imuniasi DPT yang diberikan pada anak usia 0-2 bulan. c). Tetanus Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Clostridium Tetani. Tetanus dapat terjadi karena luka : luka yang kotor, luka potensial, luka yang dalam. Gejala tetanus umumnya diawali oleh kejang otot rahang/mulut (trismus). Periode inkubasi tetanus terjadi dalam waktu 3-14 hari. Tetanus dapat dicegah dengan Universitas Sumatera Utara pemberian imunisasi DPT dan segera membersihkan luka dengan air mengalir serta berikan antiseptik. d). Polio Polio adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dari genus entero virus dan family picornaviridae. Virus ini menyerang seluruh tubuh termasuk otot dan syaraf dan dapat menyebabkan kelemahan otot yang sifatnya permanen serta kelumpuhan pada salah satu tungkai. Penyakit ini sangat menular dan tidak dapat disembuhkan. Masa inkubasi virus polio 6-10 hari. Gejalanya timbul demam disertai flu, lesu, dan lemah. Kemudian mendadak lumpuh pada salah satu anggota gerak setelah demam 2 hari. Tetapi tidak semua mengalami kelumpuhan setelah terkena virus polio. Pencegahan yang paling efektif adalah dengan memberikan imunisasi polio secara lengkap pada bayi. e). Campak Campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak atau morbili. Campak dapat menular melalui udara, butiran halus air ludah (droplet), dan kontak langsung dengan penderita. Gejala penyakit Campak : demam dan bahkan demam tinggi (38-40,5 0 C), batuk, pilek, serta muncul bercak-bercak merah. Bercak merah akan timbul mulai dari pipi, bagian bawah telinga dan kemudian menjalar keseluruh bagian tubuh. Pencegahan penyakit campak yang paling efektif adalah dengan memberikan imunisasi Campak yang dapat memberikan perlindungan dalam waktu yang lama dan bahkan seumur hidup. f). Hepatitis Universitas Sumatera Utara Masalah hepatitis semakin meningkat. Penyakit hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyerang hati. Penyakit hepetitis B ditularkan secara : − Vertikal, yaitu dari Ibu hamil yang menderita Hepatitis B sehingga dapat menularkan kepada bayi yang dikandungnya dan pada saat proses persalinan. − Horizontal, yaitu dari penderita hepatitis kepada individu lain melalui : hubungan seksual, tusukan jarum, transfusi darah, penggunaan sikat gigi atau pisau cukur bersama. Gejala utama penyakit Hepatitis adalah sklera mata dan kulit menjadi kuning. Pencegahan Hepatitis yang paling efektif, yaitu dengan memberikan vaksinasi Hepatitis pada bayi yang baru lahir, anak-anak, serta orang dewasa yang beresiko tinggi. g). Tuberkulosis (TBC) pada anak TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobakterium Tuberkulosis. Gejala utama TBC pada anak biasanya hanya berupa demam ringan tetapi berlangsung lama, berat badan tidak bertambah karena nafsu makan berkurang, anak gelisah dan selalu rewel, lesu serta mudah berkeringat. Untuk mencegah penyakit ini, yaitu dengan memberikan imunisasi BCG. 8. Kondisi Anak yang Baik untuk Mendapatkan Imunisasi Tidak semua Ibu-ibu yang memiliki balita mengetahui kondisi yang bagaimana anaknya boleh mendapatkan imunisasi atau harus ditunda untuk sementara waktu. Pada prinsipnya, imunisasi/vaksinasi tidak seharusnya diberikan saat kondisi Universitas Sumatera Utara imunologis atau kekebalan anak menurun. Penundaan tersebut bertujuan untuk menghindari komplikasi yang merugikan bagi tubuh anak dan agar imunisasi itu sendiri mampu memberi respon yang optimal. a) Imunisasi yang boleh diberikan dalam kondisi : − Gangguan saluran nafas dan gangguan saluran cerna. − Riwayat kejang dalam keluarga. − Riwayat penyakit infeksi. − Kontak dengan seseorang yang menderita suatu penyakit tertentu. − Kelainan syaraf seperti down syndrom. − Memiliki penyakit kronis seperti jantung, paru, serta penyakit metabolik. − Sedang menjalani terapi antibiotik seperti terapi steroid topikal (terapi kulit atau mata). − Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir. − Berat badan lahir rendah. − Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi. b) Imunisasi yang tidak boleh diberikan dalam kondisi : − Sakit berat dan mendadak demam tinggi. − Memiliki alergi yang berat (anafilatik). − Menderita gangguan sistem imun, misalnya sedang menjalani pengobatan steroid jangka panjang seperti HIV. Keadaan yang seperti ini tidak boleh diberikan vaksin hidup seperti polio oral, MMR, BCG, Cacar Air. − Memiliki alergi terhadap telur. Universitas Sumatera Utara 9. Kontra Indikasi Imunisasi Imunisasi terkadang dapat menimbulkan efek samping, tetapi hal ini menandakan bahwa vaksin bekerja secara tepat. Efek samping yang dapat terjadi antara lain : a) Setelah bayi diberikan imunisasi BCG akan terjadi pembengkakan kecil dan merah pada tempat suntikan selama 2 minggu. Setelah 2-3 minggu, pembengkakan akan menjadi abses kecil dan menjadi luka dengan diamater 10 mm. Luka akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2-3 bulan dan meninggalkan luka parut. Apabila dosis yang diberikan terlalu tinggi maka ulkus yang akan timbul akan lebih besar dan apabila penyuntikkan terlalu dalam maka luka parut yang akan tertarik kedalam (retacred). b) Setelah bayi mendapatkan imunisasi DPT anak menjadi gelisah dan menangis terusmenerus selama beberapa jam paskasuntikkan. Biasanya bayi akan demam pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, demam akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar anak akan merasa nyeri, sakit, merah dan bengkak ditempat suntikkan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus karena akan sembuh dengan sendirinya. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak bekerja dengan baik. c) Setelah mendapatkan imunisasi polio sebahagian kecil penerima vaksin OPV akan mengalami gejala pusing-pusing, diare ringan dan sakit otot. Pada umumnya efek samping paska imunisasi polio sangat jarang ditemukan bahkan hampir tidak memberikan efek samping sama sekali. Universitas Sumatera Utara d) Setelah mendapatkan imunisasi Campak kemungkinan anak akan diare, panas dan disertai kemerahan 4-10 hari sesudah suntikkan. Untuk mengatasi efek yang timbul dianjurkan untuk memakai pakaian yang tipis dan minum obat penurun panas. e) Setelah mendapatkan imunisasi hepatitis mungkin hanya terjadi keluhan nyeri pada bekas suntikkan, demam ringan dan pembengkakan. Reaksi ini akan hilang dalam waktu 2 hari. Universitas Sumatera Utara