KONSTRUKSI GEN PENYANDI PLANTARICIN S

advertisement
KONSTRUKSI GEN PENYANDI PLANTARICIN S DARI
Lactobacillus plantarum S34
RABIATUL ADAWIYAH
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Konstruksi Gen
Penyandi Plantaricin S dari Lactobacillus plantarum S34 adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2013
Rabiatul Adawiyah
NIM G84080001
ABSTRAK
RABIATUL ADAWIYAH. Konstruksi Gen Penyandi Plantaricin S dari
Lactobacillus plantarum S34. Dibimbing oleh SURYANI dan APON ZAENAL
MUSTOPA.
Bakteriosin merupakan peptida antimikrobial yang umumnya digunakan
sebagai pengawet pangan alami. Bakteriosin dihasilkan baik oleh bakteri Gram
positif maupun Gram negatif, salah satunya adalah Lactobacillus plantarum S34
yang diisolasi dari bekasam daging sapi. Bakteriosin yang dihasilkan oleh L.
plantarum S34 disebut plantaricin. Gen plnS merupakan gen penyandi plantaricin
S. Penelitian bertujuan mengisolasi gen plnS dari L. plantarum S34. Gen plnS
diamplifikasi dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction), kemudian
pengklonan menggunakan vektor pGEM-T Easy dan ditransformasi ke
Escherichia coli DH5. Transformasi gen menggunakan metode kejut panas.
Seleksi transforman menggunakan metode koloni biru putih. Amplifikasi gen
menghasilkan amplikon gen plnS berukuran sekitar ±500 pb. Ligasi gen plnS
dengan vektor pGEM-T Easy (3015 pb) menghasilkan plasmid rekombinan
berukuran sekitar ±3500 pb. Konfirmasi koloni putih dari seleksi biru-putih
dilakukan dengan PCR koloni menghasilkan amplikon berukuran sekitar ±500 pb.
Plasmid rekombinan pada koloni 2 dikonfirmasi dengan enzim restriksi SalI dan
NcoI. Hasil pemotongan menunjukkan ukuran gen yang disisipkan sesuai dengan
yang diharapkan, yaitu sekitar ±500 pb
Kata Kunci: Lactobacillus plantarum S34, bekasam daging sapi, bakteriosin,
plantaricin S
ABSTRACT
RABIATUL ADAWIYAH. Construction of Gene Encoding Plantaricin S
Lactobacillus plantarum S34. Under supervision of SURYANI and APON
ZAENAL MUSTOPA.
Bacteriocins are antibacterial peptides that commonly used as food
biopreservative. Bacteriocins were produced by both either Gram positive or
Gram negative bacteria, one of them is Lactobacillus plantarum S34 isolated from
beef bekasam. L. plantarum S34 produced bacteriocins called plantaricin. PlnS
gene is gene that encoding plantaricin. The study purposed is to isolate plnS gene
from L. plantarum S34. The plnS gene amplified by PCR (Polymerase Chain
Reaction) technique, and then cloned into cloning vector pGEM-T Easy and
transformed into E. coli DH5α. Transformation gene using heat shock method.
Selection of transformants using the blue and white colonies. Gene amplification
produces plnS gene amplicon size about ±500 bp. PlnS gene ligation with pGEMT Easy (3015 bp) vector generating plasmid size about ±3500 bp. The
confirmation of white colonies from blue-white screening was carried out with
PCR colony, generated amplicons size was about ±500 bp. Recombinant plasmid
in colony 2 was confirmed by restricition analysis using SalI and NcoI. The result
showed that the gene insert had expected size ±500 bp.
Keyword: Lactobacillus plantarum S34, beef bekasam, bacteriocins, plantaricin S
KONSTRUKSI GEN PENYANDI PLANTARICIN S DARI
Lactobacillus plantarum S34
RABIATUL ADAWIYAH
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biokimia
DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Skripsi : Konstruksi Gen Penyandi Plantaricin S dari Lactobacillus
plantarum S34
Nama
: Rabiatul Adawiyah
NIM
: G84080001
Disetujui oleh
Dr. Suryani, S.P, M.Sc
Ketua
A. Zaenal Mustopa, M.Si
Anggota
Diketahui oleh
Dr. I Made Artika M.App.Sc.
Ketua Depertemen Biokimia
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
berkah, rahmat, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini sebagai tugas akhir pada program studi Biokimia, Departemen
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
keluarga, dan para sahabat. Penelitian yang dilakukan berjudul “Konstruksi Gen
Penyandi Plantaricin S dari Lactobacillus plantarum S34”. Penelitian ini
dilakukan dari bulan Maret hingga Desember 2012 di Laboratorium Bakteriologi
dan Virologi Molekular, Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI, Cibinong. Penelitian
ini didanai dari Hibah Bersaing tahun 2012 dengan peneliti utama Dr. Suryani,
M.Sc.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan selama proses penulisan karya ilimiah ini. Ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada Dr. Suryani, S.P, M.Sc selaku pembimbing
utama dan A. Zaenal Mustopa, M.Si selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan saran, kritik, dan bimbingannya, Nenek Siti Sanariah tercinta,
Ayahanda Alimuddin Paada dan Ibunda Elfira Abubakar, serta Kakak Nona,
Kakak Ayu, dan Adik Adit atas segala doa yang telah diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Linda Sukmarini, M.Eng,
Rifqiyah Umami, M.S, M. Ridwan, S.Farm, Kak Meita, Neng Tanty, Krisna,
Harry, Aksar, Yuni, Putri, Mba Anggun, Mas Bobby, Mas Aris, Kang Ace atas
segala bantuannya selama di Lab, Dita, Anis, Isul, Aros, Yoan, Nur, Dhani.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak dan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu Biokimia.
Bogor, Mei 2013
Rabiatul Adawiyah
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
BAHAN DAN METODE
2
Bahan dan Alat
2
Metode Penelitian
2
HASIL
4
Genom L. plantarum S34
4
Amplikon Gen PlnS dari L. plantarum S34
4
Plasmid Rekombinan PlnS
4
Transforman E. coli DH5 yang Membawa Gen PlnS
5
PCR Koloni dan Pemotongan Plasmid Rekombinan
6
PEMBAHASAN
7
Isolasi Genom L. plantarum S34
7
Amplikon Gen PlnS dari L. plantarum S34
8
Plasmid Rekombinan PlnS
9
Transforman E. coli DH5α
9
E. coli DH5 yang Membawa Gen plnS
10
SIMPULAN
11
DAFTAR PUSTAKA
11
LAMPIRAN
14
RIWAYAT HIDUP
15
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Elektroforegram genom L. plantarum S34
5
Elektroforegram gen plnS dari L. plantarum S34
5
Elektroforegram plasmid rekombinan plnS
5
Hasil seleksi koloni biru-putih dari E. coli DH5α yang membawa plasmid
rekombinan plnS
6
Elektroforegram PCR koloni pada plasmid rekombinan plnS
6
Elektroforegram pemotongan plasmid rekombinan plnS
6
Peta vektor pGEM-T Easy
11
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
BLAST Primer Forward Gen PlnS
BLAST Primer Reverse Gen PlnS
14
14
PENDAHULUAN
Daging sapi, susu maupun produk olahan ternak lainnya, seperti bakso
daging, sosis, keju merupakan pangan yang mudah rusak. Kerusakan bahan
pangan dan produk olahannya dapat terjadi saat proses pengolahan, distribusi,
maupun penyimpanan. Penyimpanan dalam jangka waktu lama dapat
menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroba yang dapat merusak bahan pangan
sehingga diperlukan teknik pengawetan bahan pangan tersebut. Pengawetan
bertujuan mencegah pertumbuhan mikroba perusak pada bahan pangan maupun
produk olahannya, menghambat reaksi enzimatis, kimiawi, serta kerusakan fisik
sehingga dapat memperpanjang waktu penyimpanannya (Marselly 2012).
Pemanfaatan BAL (bakteri asam laktat) sebagai pengawet pangan alami
telah digunakan sejak Awal tahun 1900 karena mampu menghasilkan asam laktat.
Selain itu, BAL juga menghasilkan peptida yang memiliki kemampuan
antimikrobial yang disebut bakteriosin. Bakteriosin yang dihasilkan oleh BAL
umumnya diisolasi dari bahan pangan, seperti produk susu dan daging, sehingga
bakteriosin aman untuk digunakan sebagai bahan pengawet alami (Udhayashree et
al. 2012; Kalmokoff et al. 1996).
Salah satu spesies BAL penghasil bakteriosin adalah Lactobacillus
plantarum. Bakteriosin yang dihasilkan oleh L. plantarum dikenal dengan nama
plantaricin. Salah satu plantaricin yang dihasilkan oleh L. plantarum adalah
plantaricin S. Plantaricin S termasuk dalam bakteriosin kelas IIb (kecil, tahan
panas, dua peptida). Plantaricin S memiliki motif GxxxG yang berperan dalam
mediasi interaksi heliks-heliks antara dua peptida sebelum memasuki membran
sel bakteri patogen. Motif ini menunjukkan adanya aktivitas antibakteri pada
plantaricin S. Plantaricin S juga aktif melawan Listeria monocytogenes,
Enterococcus faecalis, dan Staphylococcus aureus (Soliman et al. 2011).
Penapisan komponen bioaktif dari 34 isolat bakteri asam laktat yang
diisolasi dari bekasam daging sapi diuji aktivitas inhibisinya terhadap
pertumbuhan Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Salmonella typhi, Listeria
monocytogenes, dan enzim RNA (ribonucleic acid) helikase virus hepatitis C.
Aktivitas komponen bioaktif BAL tertinggi terdapat pada isolat S34, namun jenis
BAL dan komponen bioaktifnya belum diketahui (Mustopa et al. 2010; Solehudin
2010). Putri (2011) melaporkan bahwa isolat S34 tersebut memiliki kesamaan
99% dengan sekuen DNA (deoxyrinonucleic acid) bakteri L. plantarum WCFS1
yang kemudian diberi nama L. plantarum S34. Bakteri L. plantarum S34 juga
dilaporkan menghasilkan bakteriosin kelas II. Bakteriosin kelas II meliputi
plantaricin EF, JK, dan S. Isolasi dan karakterisasi gen pln dari L. plantarum S34
yang telah dilakukan oleh Nurhaeni (2011), yaitu gen plnEF (penyandi
plantaricin EF) dan gen plnJK (plantaricin JK). Oleh karena itu, gen plnS perlu
diisolasi dari genom L. plantarum S34 agar gen tersebut dapat dianalisis sehingga
didapatkan informasi mengenai plnS.
Penelitian bertujuan mengisolasi gen plnS dari L. plantarum S34 dengan
teknik PCR menggunakan primer spesifik plnS. Hipotesis penelitian adalah gen
plnS dari L. plantarum S34 dapat diisolasi dengan menggunakan sepasang primer
spesifik melalui teknik PCR. Manfaat penelitian ini adalah memberikan informasi
tentang isolasi gen plnS L. plantarum S34 yang dapat dimanfaatkan untuk
menghasilkan plantaricin S.
2
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Pembiakan L. plantarum adalah isolat L. plantarum S34, MRS (de Man,
Rogosa, Sharpe) broth (10 g pepton, 8 g ‘lab-lemco’ powder, 4 g ekstrak ragi, 20
g glukosa, 1 ml sorbitan mono-oleat, 2 g dikalium fosfat, 5 g natrium asetat, 2 g
triamonium sitrat, 0.2 g magnesium sulfat, dan 0.05 mangan sulfat per liter), dan
natrium azida 20%. Bahan-bahan yang digunakan untuk isolasi genom terdiri atas
biakan L. plantarum S34 (koleksi Laboratorium Bakteriologi dan Virologi
Molekular,
LIPI),
bufer
Tris-EDTA
(Tris-HCl
10
mM
dan
etilenadiaminatetraasetat 1 mM) pH 8, lisozim 60 mg/mL, SDS (sodium dodesil
sulfat) 10%, NaCl (natrium klorida) 5 M, CTAB (cetyl Trimethylammonium
bromide) 10%, kloroform 10%, isopropanol, etanol 70%, ultrapure distilled
water, dan RNase 1 mg/mL. Elektroforesis menggunakan agarosa 1%, 1x TBE
(tris borat EDTA), DNA marker berukuran 100 pb dan 1000 pb, loading dye, dan
EtBr (etidium bromida). Bahan amplifikasi gen, yaitu kit PCR KAPA2G Robust,
ultrapure distilled water, primer forward gen plnS (5’ ACT AAA TAT CAC TGT
GGT AAA GTA AAG-3’), dan primer reverse gen plnS (5’ GAC CGA AAC
AAT CAT GGG AAG-3’). Pemurnian hasil PCR menggunakan kit komersial
QIAquick Gel Extraction, sedangkan ligasi gen plnS menggunakan kit pGEM-T
Easy vector system. Media selektif transforman, yaitu LB agar, ampisilin 100
mg/mL, X-gal, dan IPTG (isopropil β-D-1-tiogalaktopiranosida). Isolasi plasmid
rekombinan menggunakan kit GeneJet plasmid miniprep. sedangkan bahan-bahan
yang diperlukan untuk restriksi plasmid adalah bufer 10x T, serta enzim restriksi
SalI dan NcoI.
Peralatan yang digunakan, yaitu tabung reaksi, labu Erlenmeyer, gelas piala,
gelas ukur, pipet mikro, tip, laminar air flow ESCO, penangas bunsen, sudip,
timbangan, hot plate stirrer CIMAREC, inkubator n-biotek inc., sentrifuga high
speed Hermle Z 32K, mikrosentrifuga SCF1, autoklaf SA-300VL, tabung 1.5 mL,
cawan petri, parafilm, elektroforesis Mupid exu, kamera digital, perangkat PCR
2720 Thermal Cycler, minicolumn Promega, penangas air, oven, dan GeneJet spin
column.
Metode Penelitian
Isolasi genom L. plantarum S34 (Cho et al. 2010; Zheng et al. 1995 yang
dimodifikasi)
Kultur L. plantarum S34 dibiakkan pada media MRS, dan diinkubasi pada
suhu 37C selama 16-18 jam. Biakan L. plantarum S34 disentrifugasi dengan
kecepatan 6000 rpm selama 10 menit pada suhu 4C. Pelet L. plantarum S34
ditambahkan 500 µL bufer Tris-EDTA pH 8, kemudian ditambahkan 40 µL
lisozim 60 mg/mL, dihomogenasikan, dan diinkubasi pada suhu 37C selama 60
menit. Larutan SDS 10%, NaCl 5 M, CTAB 10% ditambahkan setelah inkubasi
secara berturut-turut sebanyak 200 µL, 100 µL, dan 80 µL, kemudian diinkubasi
lagi selama 30 menit pada suhu 68C. Kloroform (%v/v) ditambahkan pada
3
campuran yang telah diinkubasi, kemudian disentrifugasi selama 10 menit dengan
kecepatan 13000 rpm. Lapisan atas ditambahkan isopropanol sebanyak 0.6 kali
volume supernatan tersebut, selanjutnya diinkubasi selama 2 jam pada suhu 20C. Sentrifugasi kembali dilakukan dengan kecepatan 13000 rpm selama 6
menit. Pelet ditambahkan etanol 70% sebanyak 1 mL, kemudian kembali
disentrifugasi dengan kecepatan 13000 rpm selama 6 menit, dan pelet
dikeringkan. Tahap selanjutnya adalah penambahan RNase 0.1 mg/mL pada pelet
yang telah dikeringkan, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 30 menit.
Genom hasil isolasi disimpan pada suhu -20C. Uji kualitatif genom dilakukan
melalui elektroforesis gel agarosa 1% dan uji kuantitatif dilakukan pada A260 nm
dan A280 nm.
Amplifikasi Gen PlnS pada Genom L. plantarum S34 (Saenz et al. 2009 yang
dimodifikasi; QIAGEN 2008)
Amplifikasi gen plnS L. plantarum menggunakan PCR. Volume total
amplifikasi sebanyak 20 µL yang mengandung 11.2 µL ultrapure distilled water,
1x bufer A KAPA2G, MgCl2 1.25 mM, dNTP Mix 2.5 mM, 2.5 µM untuk
masing-masing primer forward dan reverse, 1.5 U DNA polimerase KAPA2G
Robust, dan 30.65 ng/µL DNA genom L. plantarum S34. Reaksi PCR diawali
pradenaturasi pada suhu 94C selama 3 menit, denaturasi selama 30 detik,
annealing pada suhu 56.5C selama 30 detik, dan ekstensi pada suhu 72C selama
30 detik. Tahap denaturasi, annealing, dan ekstensi dilakukan sebanyak 32 siklus,
dan diikuti dengan tahap ekstensi akhir pada suhu 72C selama 6 menit. Produk
PCR dipisahkan dengan elektroforesis gel agarosa 1%. Pemurnian hasil PCR dari
gel agarosa dilakukan dengan metode ekstraksi gel menggunakan kit komersial
QIAGEN QIAquick Gel Extraction. Hasil pemurnian DNA dianalisis dengan
elektroforesis gel agarosa.
Ligasi Gen plnS pada vektor pGEM-T Easy (Promega 2010)
Gen plnS yang didapatkan dari hasil PCR diligasikan pada vektor pGEM-T.
Bufer 2X rapid ligation T4 DNA ligase sebanyak 4 µL ditambahkan ke dalam
tabung 1.5 mL, kemudian ditambahkan vektor pGEM-T Easy sebanyak 1 µL.
Produk PCR dan T4 DNA ligase ditambahkan secara berturut sebanyak 4 µL dan
1 µL. Campuran tersebut diinkubasi overnight pada suhu 4C untuk mendapatkan
jumlah transforman maksimal.
Transformasi Plasmid Rekombinan plnS ke Escherichia coli DH5
(Sambrook & Rusell 2001)
Hasil ligasi vektor pGEM-T Easy dan gen plnS sebanyak 5 µL dimasukkan
ke dalam tabung mikrosentrifugasi yang telah diisi dengan sel kompeten E. coli
DH5 sebanyak 100 µL, kemudian disimpan pada es selama 30 menit. Campuran
diinkubasi pada suhu 42C tepat 45 detik, kemudian segera diinkubasi pada kotak
es selama 2 menit. Medium LB sebanyak 400 µL ditambahkan pada campuran sel
kompeten dan plasmid rekombinan, diinkubasi pada suhu 37C selama 45 menit.
Kultur tersebut sebanyak 150 µL ditumbuhkan pada media seleksi LB agar yang
4
mengandung ampisilin, 50 µL IPTG 200 mM dan 20 µL X-gal 50 mg/mL dengan
menggunakan metode cawan sebar. Koloni tunggal berwarna putih diambil untuk
PCR koloni.
Isolasi Plasmid Rekombinan plnS dari E. coli DH5 Menggunakan
GeneJETTM Plasmid Miniprep Kit (Fermentas 2011)
Proses isolasi plasmid dikerjakan pada suhu ruang. Kultur bakteri yang telah
ditumbuhkan selama 16 jam disentrifugasi selama 10 menit. Tahap isolasi plasmid
rekombinan dilakukan sesuai dengan protokol kit GeneJETTM plasmid miniprep.
Restriksi Plasmid Rekombinan plnS E. coli DH5 (Takara 2012)
Hasil isolasi plasmid dipotong dengan enzim restriksi SalI dan NcoI. Reaksi
dilakukan dengan komposisi sebagai berikut: 13 µL ddH2O dimasukkan ke dalam
tabung. Bufer 10x T ditambahkan sebanyak 2 µL, kemudian dilanjutkan dengan
penambahan SalI dan Nco I masing-masing sebanyak 1 µL. Plasmid ditambahkan
sebanyak 3 µL. Tabung kemudian diinkubasi selama 1 jam pada suhu 37C. Hasil
restriksi selanjutnya dipisahkan dengan elektroforesis gel agarosa 1%.
HASIL
Genom L. plantarum S34
Genom L. plantarum S34 yang telah diisolasi diuji secara kuantitatif dan uji
kualitatif melalui pengukuran absorbansi pada panjang gelombang 260 dan 280
nm. Konsentrasi genom yang diisolasi sebesar 306.5 ng/µL. Nilai rasio absorbansi
pada A260/A280 sebesar 1.019. Elektroforegram genom L. plantarum S34
menunjukkan ukuran genom lebih dari 10000 pb (Gambar 1).
Amplikon Gen PlnS dari L. plantarum S34
Elektroforegram gen plnS ditunjukkan oleh Gambar 2(a). Gen plnS pada
lajur 1 berukuran sekitar ±500 pb. Elektroforegram gen plnS yang telah
dimurnikan ditunjukkan oleh Gambar 2(b) juga berukuran sekitar ±500 pb.
Konsentrasi gen plnS hasil pemurnian ini sebesar 67.2 ng/µL dan rasio A260/A280
sebesar 2.
Plasmid Rekombinan PlnS
Elektroforegram plasmid rekombinan plnS ditunjukkan pleh Gambar 3. Pita
plasmid rekombinan tersebut terdapat pada lajur 1 yang ukurannya di antara 30004000 pb, yaitu sekitar 3500 pb. Ukuran tersebut masih berada di antara ukuran
total vektor pGEM-T Easy dan gen plnS.
5
Gambar 1 Elektroforegram genom L. plantarum S34 (1) genom L. plantarum
S34; (2) marker DNA 1 kb
(a)
(b)
Gambar 2 Elektroforegram gen plnS dari L. plantarum S34; (1) gen plnS; (2)
marker DNA 100 pb; (3) gen plnS telah dimurnikan; (4) marker DNA
100 pb
Gambar 3 Elektroforegram plasmid rekombinan plnS (1) plasmid rekombinan
plnS; (2) marker DNA 1000 pb
Transforman E. coli DH5 yang Membawa Gen PlnS
Transforman E. coli DH5α yang tumbuh di media seleksi koloni biru putih
ditunjukkan oleh Gambar 4. Koloni yang mengandung gen plnS tumbuh menjadi
koloni putih. Koloni putih yang tumbuh sebanyak 69 koloni, sedangkan koloni
biru yang tumbuh sebanyak 61 koloni.
6
Koloni
putih
Koloni
biru
Gambar 4 Hasil seleksi koloni biru-putih dari E. coli DH5α yang membawa
plasmid rekombinan plnS
±500 pb
500 pb
400 pb
Gambar 5 Elektroforegram PCR koloni pada plasmid rekombinan plnS (1) koloni
1; (2) koloni 2; (3) koloni 3; (4) koloni 5; (6) koloni 6; (7) koloni 7; (8)
marker DNA 100 pb
Gambar 6 Elektroforegram pemotongan plasmid rekombinan plnS (1) plasmid E.
coli DH5 koloni 2 hasil restriksi; (2) marker DNA 100 pb
PCR Koloni dan Pemotongan Plasmid Rekombinan
Hasil PCR koloni ditunjukkan oleh Gambar 6. Koloni 1 sampai 7
menunjukkan koloni tersebut mengandung DNA dengan ukuran sekitar 500 pb.
Koloni 2 dipilih untuk diisolasi plasmidnya, kemudian plasmid tersebut
direstriksi. Plasmid tersebut kemudian dipotong dengan enzim restriksi untuk
7
memastikan terdapatnya gen plnS pada plasmid tersebut. Enzim restriksi yang
digunakan adalah NcoI dan SalI. Pemotongan dengan kedua enzim restriksi ini
menghasilkan dua pita dengan ukuran sekitar ±3000 pb dan ±500 pb (Gambar 6).
PEMBAHASAN
Genom L. plantarum S34
Kualitas DNA genom ditentukan melalui analisis elektroforesis gel agarosa
1%. Hasil elektroforesis gel agarosa menunjukkan pita DNA yang cukup tebal,
integritas yang cukup baik, dan tidak terjadi degradasi pada pita DNA. Tebalnya
pita DNA tersebut menunjukkan konsentrasi DNA yang cukup tinggi. Ukuran
DNA ditentukan berdasarkan DNA marker yang digunakan.
Analisis
elektroforesis ini menggunakan DNA marker 1000 pb. Genom L. plantarum
WCSF1 yang homolog dengan L. Plantarum S34 berukuran sebesar 3,3 Mb
(Siezen & Vlieg 2011). Pita DNA genom L. plantarum S34 terdapat pada bagian
atas DNA marker yang digunakan, dan oleh karena itu, ukurannya belum dapat
ditentukan secara akurat karena DNA L. plantarum S34 melebihi ukuran DNA
marker yang digunakan. Namun, posisi pita yang berada di atas DNA marker
menunjukkan bahwa ukuran genom L. plantarum S34 cukup besar dan melebihi
ukuran 10000 pb.
Konsentrasi DNA ditentukan melalui pengukuran absorbansi sampel DNA
pada panjang gelombang 260 nm. Konsentrasi DNA genom L. plantarum S34
hasil isolasi sebesar 306.5 ng/µL. Nurhaeni (2011) melakukan isolasi DNA
genom L. plantarum S34 dengan metode yang sama dan menghasilkan
konsentrasi DNA genom sebesar 76.4 ng/µL. Isolasi DNA genom juga dilakukan
oleh Sachinandan et al. (2010) terhadap Lactobacillus yang berasal dari susu
fermentasi dengan menggunakan kit komersial dan metode ampisilin-lisozim.
Isolasi DNA genom dengan menggunakan kit komersial menghasilkan rerata
konsentrasi DNA sebesar 760.5 ng/µL, sedangkan isolasi menggunakan metode
ampisilin-lisozim menghasilkan rerata konsentrasi DNA sebesar 2187.654 ng/µL.
Konsentrasi DNA genom yang didapatkan pada penelitian ini sudah cukup tinggi
jika dibandingkan dengan hasil isolasi yang dilakukan oleh Nurhaeni (2011),
tetapi masih relatif rendah jika dibandingkan dengan hasil isolasi DNA yang
dilakukan oleh Sachinandan et al. (2010). Namun, konsentrasi DNA genom hasil
isolasi sudah cukup baik untuk digunakan sebagai cetakan DNA pada tahap PCR
gen plnS.
Kualitas genom hasil isolasi juga dapat diketahui melalui rasio absorbansi
genom pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Rasio tersebut
menunjukkan kemurnian DNA terhadap protein. Panjang gelombang 260 nm
merupakan panjang gelombang optimum yang dapat diserap oleh asam nukleat,
sedangkan panjang gelombang 280 nm merupakan panjang gelombang optimum
yang dapat diserap oleh protein. Nilai rasio 1.7-2.0 menunjukkan kemurnian DNA
yang baik, sedangkan jika nilainya <1.7 menunjukkan masih terdapat kontaminan
protein dalam ekstrak DNA (Kheyrodin & Ghazvinian 2011). Hasil perbandingan
pengukuran absorbansi pada A260/A280 sebesar 1.019 yang mengindikasikan
masih terdapat protein dalam DNA genom yang diisolasi. Walaupun nilai
8
absorbansi ekstrak DNA genom menunjukkan masih terdapat kontaminan, namun
DNA genom tersebut masih dapat digunakan sebagai cetakan dalam PCR gen
plnS. Cetakan DNA untuk PCR tidak harus mempunyai kemurnian yang tinggi
karena primer PCR dapat menempel secara spesifik pada sekuen DNA yang akan
diamplifikasi sehingga menghasilkan untai DNA yang spesifik pula sesuai dengan
primer yang digunakan (Kalia et al. 1999).
Teknik isolasi DNA yang ideal sebaiknya menghasilkan DNA yang cukup
optimal, mengurangi terjadinya degradasi DNA, menghindari terdapatnya
kontaminan pada sampel DNA, dan efisien dalam penggunaan waktu, dan harga
(Chen et al. 2010). Metode isolasi DNA dalam penelitian ini menghasilkan DNA
yang cukup baik untuk digunakan sebagai cetakan DNA dalam proses PCR, baik
dari segi konsentrasi maupun integritas DNA, walaupun kemurniannya masih
relatif rendah. Ekstrak DNA hasil isolasi tersebut selanjutnya digunakan sebagai
cetakan DNA dalam proses PCR untuk mendapatkan gen plnS.
Amplikon Gen PlnS dari L. plantarum S34
Amplifikasi gen plnS menggunakan sepasang primer plnS forward dan plnS
reverse yang dirancang berdasarkan Saenz et al. (2009) yang spesifik
mengamplifikasi gen plnS berukuran 466 pb. Primer tersebut menempel secara
optimum pada cetakan DNA pada suhu 56.5C, kemudian akan memulai sintesis
gen plnS pada suhu 72C. Konsentrasi primer baik forward maupun reverse yang
digunakan sebesar 2.5 µM. Primer yang dirancang harus dapat menghasilkan
produk yang diinginkan dengan konsentrasi tinggi, dan mengurangi amplifikasi
sekuens yang tidak diinginkan (Sambrook & Russell 2001).
Hasil amplifikasi gen plnS dengan PCR dianalisis dengan elektroforesis gel
agarosa 1%. Amplifikasi gen plnS menggunakan primer yang dirancang
berdasarkan Saenz et al. (2009) yang akan menghasilkan gen plnS berukuran
sebesar 466 pb. Gen plnS hasil PCR berdasarkan analisis dengan elektroforesis gel
menunjukkan ukuran sekitar 500 pb. Ukuran gen plnS yang teramplifikasi tersebut
tidak tepat 466 pb. Hal ini disebabkan analisis dengan eletroforesis gel belum
dapat digunakan untuk penentuan ukuran gen secara akurat. Namun, ukuran gen
plnS hasil PCR juga tidak berbeda jauh dengan ukuran gen plnS menurut Saenz et
al. (2009). Sepasang primer yang digunakan juga merupakan primer spesifik yang
hanya mengampifikasi gen plnS yang ketika dianalisis dengan BLAST
menunjukkan homologi sebesar 100% dengan L. plantarum WCFS1 (Lampiran 1
dan 2) sehingga pita DNA ±500 pb tersebut merupakan gen plnS Pita DNA yang
terbentuk juga cukup bagus, yaitu berupa pita tunggal utuh, intensitas pita yang
cukup tebal, dan tidak terdegradasi. Gen yang akan diklon harus dalam kondisi
murni sehingga hasil PCR harus dimurnikan terlebih dahulu untuk menghilangkan
kontaminan yang dapat berasal dari pereaksi PCR.
Hasil pemurnian produk PCR diuji kualitatif melalui elestroforesis gel
agarosa 1%. Pita DNA setelah pemurnian berukuran sekitar 500 pb yang berarti
proses pemurnian berhasil dilakukan. Gen plnS yang berukuran ±500 pb
selanjutnya dapat diligasikan ke vektor pGEM-T Easy. Rasio A260/A280 hasil
pemurnian produk PCR sebesar 2 yang berarti hasil pemurnian tersebut bebas dari
protein (Kheyrodin & Ghazvinian 2011). Gen plnS yang telah dimurnikan
9
tersebut kemudian diligasikan ke vektor pGEM-T Easy agar dapat
ditransformasikan ke dalam sel inang.
Sintesis DNA baru oleh DNA polimerase tidak selalu menghasilkan salinan
yang sama tepat dengan cetakan DNA. Hal ini dikarenakan DNA polimerase
tidak memiliki aktivitas 3’-5’ eksonuklease sehingga sering terjadi kesalahan pada
proses polimerisasi DNA. Tahap akhir PCR akan menghasilkan salinan fragmen
DNA yang memiliki kesalahan pemasangan nukleotida secara acak. Oleh karena
itu, pengklonan gen plnS perlu dilakukan untuk mendapatkan banyak salinan
molekul DNA yang identik. Tahap awal yang dilakukan adalah ligasi plnS ke
vektor pGEM-T Easy.
Plasmid Rekombinan PlnS
Vektor yang digunakan dalam penelitian ini adalah pGEM-T Easy. Vektor
bertindak sebagai pembawa gen agar dapat masuk ke dalam sel inang. Tahap
memasukkan gen plnS ke vektor pGEM-T Easy tidak memerlukan tahap restriksi.
Hal ini dikarenakan bentuk vektor pGEM-T Easy yang linear dengan tambahan
satu dTMP pada ujung 3’ dapat berpasangan dengan dAMP yang terdapat pada
ujung produk PCR gen plnS sehingga tahap ligasi lebih efisien. Hal ini
dikarenakan DNA polimerase menambahkan dAMP pada ujung DNA produk
PCR. Selain itu, residu T yang terdapat pada ujung 3’ juga dapat mencegah
terjadinya pelingkaran pada vektor itu sendiri (Promega 2010; Rapley 2000)
(Lampiran 2). Ligasi dilakukan dengan menggunakan enzim T4 ligase. Enzim
tersebut mempercepat reaksi pembentukan ikatan fosfodiester antara ujung 5’P
dan 3’OH pada DNA (Promega 2010; Pheiffer & Zimmerman 1983).
Hasil ligasi gen plnS ke vektor pGEM-T Easy menghasilkan plasmid
rekombinan plnS. Ukuran pGEM-T Easy sebesar 3015 pb, sedangkan ukuran gen
plnS yang teramplifikasi sekitar 500 pb sehingga ukuran total plasmid rekombinan
yang sekitar 3500 pb (Promega 2010). Hasil isolasi plasmid rekombinan plnS
berdasarkan analisis dengan elektroforesis gel ukurannya diantara 3000-4000 pb,
yang berarti ukuran tersebut masih berkisar diantara total ukuran vektor pGEM-T
Easy dan gen plnS. Plasmid rekombinan plnS tersebut selanjutnya
ditransformasikan ke sel inangnya agar dapat bereplikasi. Sel inang yang
digunakan adalah E. coli DH5.
Transforman E. coli DH5α
Hasil transformasi plasmid rekombinan plnS diseleksi dengan menggunakan
metode koloni biru putih. Media seleksi yang digunakan dalam metode ini
mengandung ampisilin, IPTG, dan X-gal. Ampisilin sebagai penanda sel yang
mengandung plasmid pGEM-T Easy. Sel yang mengandung plasmid pGEM-T
Easy dapat tumbuh pada media ini karena pGEM-T membawa gen resisten
ampisilin, sedangkan IPTG dan X-gal pada media untuk mengetahui adanya gen
plnS yang dibawa oleh pGEM-T Easy.
Sel yang mengandung ampisilin dapat tumbuh dalam media seleksi dalam
dua bentuk, yaitu koloni putih dan biru. Koloni yang mengandung gen plnS akan
10
tumbuh menjadi koloni putih. Hal ini disebabkan oleh rusaknya gen LacZ. Gen
tersebut terletak pada multiple cloning site plasmid pGEM-T sehingga dapat
terjadi kerusakan pada gen tersebut ketika disisipkan gen plnS. Kerusakan gen
tersebut mengakibatkan gen LacZ tidak dapat mengekspresikan -galaktosidase.
X-gal yang terdapat pada permukaan media tidak dapat terurai karena tidak
adanya enzim -galaktosidase sehingga koloni berwarna putih. Koloni biru
menunjukkan koloni tersebut tidak mengandung sel yang membawa gen plnS. Hal
ini disebabkan karena gen LacZ pada pGEM-T dapat mengekspresikan galaktosidase. IPTG merupakan analog laktosa yang dapat menonaktifkan
represor lacZ sehingga terjadi induksi transkripsi operon lac, dan enzim galaktosidase dapat terekspresikan. Enzim -galaktosidase kemudian
menghidrolisis X-gal yang berperan sebagai substrat enzim tersebut menghasilkan
senyawa berwarna biru sehingga dihasilkan koloni berwarna biru (Brown 2010;
Promega 2010).
E. coli DH5 yang Membawa Gen plnS
Gen plnS yang terkandung dalam E. coli ditentukan melalui PCR koloni dan
pemotongan plasmid rekombinan dengan enzim restriksi. Tujuh koloni dari 69
koloni putih dipilih untuk dikonfirmasi adanya gen plnS pada koloni tersebut.
Hasil PCR koloni 1 sampai 7 dengan menggunakan primer spesifik gen plnS
menunjukkan koloni tersebut mengandung DNA dengan ukuran sekitar 500 pb.
Ukuran tersebut mendekati ukuran gen plnS yang berarti hasil PCR koloni
tersebut berhasil. Koloni 2 dipilih untuk diisolasi plasmidnya, kemudian plasmid
tersebut direstriksi.
Plasmid tersebut kemudian dipotong dengan enzim restriksi untuk
memastikan terdapatnya gen plnS pada plasmid tersebut. Enzim restriksi yang
digunakan sesuai dengan situs restriksi yang terdapat pada MCS (multiple cloning
site) vektor pGEM-T Easy. Enzim restriksi yang pilih adalah NcoI dan SalI yang
masing-masing memiliki satu situs restriksi pada vektor pGEM-T Easy sehingga
hasil pemotongan dengan kedua enzim tersebut hanya akan menghasilkan dua pita
DNA, yaitu pita gen yang disisipkan dan pita vektor pGEM-T Easy itu sendiri.
Posisi situs restriksi kedua enzim tersebut juga tidak terlalu jauh maupun terlalu
dekat dengan situs penyisipan gen (Gambar 7).
Situs restriksi SalI, yaitu 5’-GTCGAC- 3’, sedangkan NcoI adalah
5’CCATGG-3’. Hasil pemotongan DNA dengan SalI menghasilkan ujung
lengket dengan T pada ujung 5’ dan G pada ujung 3’, sedangkan pemotongan
DNA dengan NcoI menghasilkan ujung lengket dengan C pada ujung 5’ dan 3’.
Pemotongan dengan kedua enzim restriksi ini menghasilkan dua pita dengan
ukuran sekitar ±3000 pb dan ±500 pb (Promega 2010). Saenz et al. (2009)
menyatakan ukuran gen plnS berukuran 466 pb. Pita yang berukuran sekitar 500
pb tersebut ukurannya tidak berbeda jauh dengan ukuran gen plnS sehingga pita
±500 pb tersebut merupakan gen plnS yang telah ditransformasikan ke dalam E.
coli DH5. Pita yang berukuran 3000 pb tersebut merupakan Vektor pGEM-T
Easy yang berukuran 3015 pb (Promega 2010). Hasil pemotongan plasmid
rekombinan ini menunjukkan bahwa pada koloni 2 terdapat vektor pGEM-T Easy
yang membawa gen plnS.
11
Gambar 7 Peta vektor pGEM-T Easy
SIMPULAN
Gen plnS berhasil diisolasi dari isolat L. plantarum S34. Hasil amplifikasi
gen plnS berukuran sekitar 500 pb. Konfirmasi dari PCR koloni menghasilkan pita
DNA berukuran ±500 pb, sedangkan pemotongan plasmid rekombinan yang
berukuran sekitar 3500 pb menghasilkan dua pita DNA yang berukuran ±3000 pb
dan ±500 pb.
Penentuan ukuran nukleotida dari gen plantaricin S dari L. plantarum S34
perlu dilakukan. Hasil penentuan urutan nukleotida tersebut dapat digunakan
untuk mengetahui homologi dan informasi dari gen plantaricin S tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Brown TA. 2010. Gene Cloning & DNA Analysis An Introduction, 6th Edition.
Australia: Blackwell Publishing.
Chen H, Rangasamy M, Tan SY, Wang H, Siegfried BD. 2010. Evaluation of five
methodes for total DNA extraction from Western Corn Rootworm Beetles.
Plos ONE 5.
Cho GS, Huch M, Hanak A, Holzapfel WH, Franz CMAP. 2010. Genetic analysis
of plantaricin EFI locus of Lactobacillus plantarum PCS20 reveals an
unusual plantaricin E gene sequence a result of mutation. Int J Food
Microbiol 141: 117-124.
Fermentas. 2011. GeneJET Plasmid Miniprep Kit. Thermo Fisher Scientific Inc.
Kalia A, Rattan A, Chopra P. 1998. A method for extraction of high-quality and
high-quantity genomic DNA generally applicable to pathogenic bacteria.
Analytical Biochemistry 275: 1-5.
Kalmokoff ML, Teather RM. 1996. Isolation and characterization of bacteriocin
(Butyrivibriocin AR10) from the rumen anaerob Butyrivibrio fibrisolvens
AR10. Appl Environ Microbiol 63:394-402.
12
Kheyrodin H, Ghazvinian K. 2011. DNA purification and isolation of genomic
DNA from bacterial species by plasmid purification system. African Journal
of Agriculture Research 7: 433-442.
Marselly TS. 2012. Produksi bakteriosin asal Lactobacillus plantarum sebagai
antimikrob dan pengujian ketahanannya terhadap panas [skripsi]. Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Mustopa AZ, Balia R, Putranto WS, Ridwan M, Solehudin M. 2010. Penapisan
bakteri asam laktat yang diisolasi dari bekasam daging sapi dalam
menghasilkan bakteriosin untuk menghambat bakteri patogen. Di dalam:
Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal. Prosiding Seminar Nasional
Fakultas Peternakan Unpad ke-2; Sumedang, 10 November 2010. Bandung:
Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran Bandung. Hlm 679-685.
Nurhaeni R. 2011. Isolasi dan karakterisasi gen plantaricin EF dan JK dari
Lactobacillus plantarum S34 [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Pheiffer BH, Zimmerman SB. 1983. Polymer-stimulated ligation: enhanced bluntor cohesive-end ligation of DNA or deoxyribooligonucleotides by T4 DNA
ligase in polymer solutions. Nucleic Acid Res 11: 7853-7871.
Promega. 2010. pGEM-T and pGEM-T Easy
Corporation, Madison.
Vector Systems. Promega
Putri SF. 2011. Isolasi dan purifikasi inhibitor RNA helikase virus hepatitis C dari
bakteriosin bakteri asam laktat S34 [skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.
Rapley R. 2000. Recombinant DNA technology. In: Walker JM, Rapley R (eds).
Molecular Biology And Biotechnology. Cambridge: The Royal Society of
Chemistry.
Saenz Y, Rojo-Beazares B, Navarro L, Diez L, Somalo S, Zarazaga M, RuizLarrea F, Torres C. 2009. Genetic diversity of the plantaricin locus among
oenological Lactobacillus plantarum strains. J Food Microbiology 134:
176-183.
Sachinandan De, Kaur G, Roy A, Dogra G, Kaushik R, Yadav P, Singh R, Datta
TK, Goswami SL. 2010. A simple method for efficient isolation of genomic
DNA from Lactobacilli isolated from traditional indian fermented milk
(dahi). Indian J. Microbiol. 50: 412-418.
Sambrook J, Russelll DW. 2001. Molecular Cloning: a laboratory manual vol 2
third edition. Cold Spring Harbour: Cold Spring Laboratory Pr.
Siezen RJ, Vlieg JET. 2011. Genomic diversity and versatility of Lactobacillus
plantarum, a natural metabolic engineer. Microbial Cell Factories 10: 1-13
Solehudin M. 2010. Penapisan komponen bioaktif bakteri asam laktat yang
diisolasi dari bekasam terhadap pertumbuhan Escherichia coli,
Staphylococcus aureus dan RNA helikase virus hepatitis C [skripsi].
Sumedang: Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran Sumedang.
13
Soliman W, Wang L, Bhattacharjee S, Kaur K. 2011. Structure-activity
relationships of an antimicrobial peptide plantaricin S from two-peptide
class IIb bacteriocins. J Medicinal Chemistry 54: 2399-2408.
Takara. 2012. Buffer Activity Chart: relative restriction enzyme activity in
universal
and
basal
buffers.
[terhubung
berkala]
http://www.clontech.com/takara/US/Support/Applications/Restriction_Enzy
mes/Bufer_Activity_Chart [7 November 2012]
Udhayashree N, Senbagam D, Senthilkumar B, Nithya K, Gurusamy R. 2012.
Production of bacteriocin and their application in food products. Asian
Pasific Journal of Tropical Biomedicine S406-S410.
Zheng K, Huang N, Bennet P, Khush GS. 1995. PCR-based marker assisted
selection in rice breeding. IRRI discussion paper series No. 12.
14
LAMPIRAN
Lampiran 1 BLAST Primer Forward Gen PlnS
Lampiran 2 BLAST Primer Reverse Gen PlnS
15
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palu pada tanggal 26 Januari 1990, putri dari Bapak
Alimuddin Paada dan Ibu Elfira Abubakar. Penulis merupakan anak ketiga dari
empat bersaudara.
Pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 15 Palu tamat tahun 2002. Penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama 1 Palu tamat tahun 2005. Tahun 2008
penulis lulus dari SMA Negeri 1 Palu dan pada tahun yang sama lulus seleksi
masuk IPB jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih mayor Biokimia,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama perkuliahan, penulis menjadi bendahara dalam departmen Public
Relation (PR) di Serambi Ruhiyah Mahasiswa FMIPA (SERUM-G) periode
2009/2010, dan menjadi anggota divisi PR SERUM-G periode 2010/2011. Selain
itu, penulis melakukan praktik lapangan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
dengan judul “Aktivitas Enzim -Galaktosidase Lactobacillus bulgaricus yang
Diendapkan dengan Amonium Sulfat dalam Menghidrolisis Laktosa” yang
dibimbing oleh Dr. Syamsul Falah, S.Hut, M.Si, dan Dr. Ir. Tatik Kusniati
M.App.Sc.
Download