BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Triton PB (2009), “Manajemen sumberdaya manusia didefinisiskan sebagai pengelolaan organisasional baik individual maupun kolektif terhadap manuasia untuk memberikan kontribusi optimal dalam mencapai sasaran organisasi, dengan cara menghindari sebanyak mungkin perlakuan manusia sebagai aset, namun sebaliknya, meningkatkan upayaupaya pelakuan manusia sebagai Partner”. Menurut T. Hani Handoko (2008), “Manajemen sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, pengembangan,pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia untuk mencapai baik tujuan tujuan individu maupun organisasi”. Menurut Malayu S.P Hasibuan dalam Dr. Dewi Hanggraeni (2012), “Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisiensi membatu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat”. Menurut Werther dan Davis dalam Dr. Dewi Hanggraeni (2012), mendefinisikan manajemen sumber daya manusia sebagai “aktivitasaktivitas yang mencoba memfasilitasi orang-orang di dalam organisasi untuk berkontribusi dalam pencapaian rencana strategis organisasi”. 9 Sedangkan menurut Garry Dessler (2009), “Manajemen sumber daya manusia adalah kebijakan dan praktek yang dibutuhkan seseorang untuk menjalankan aspek manusia atau sember daya manusia dari posisi seorang manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan kinerja”. 2.1.2 Pengertian Sumber Daya Manusia Menurut Wirawan (2009), “Sumber daya manusia merupakan sumberdaya yang digunakan untuk mengerakan dan menyinergikan sumberdaya lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Istilah sumber daya manusia (SDM) mencakup semua yang terdapat dalam diri manusia yang antara lain terdiri atas dimensi-dimensi sebagai berikut: a. Fisik manusia. Kemampuan fisik digunakan untuk menggerakan, mengerjakan, atau menyelesaikan sesuatu. b. Psikis manusia. Keadaan psikis/kejiwaan manusia antara lain meliputi sehat atau sakitnya jiwa manusia, motivasi, semangat dan etos kerja, inovasi dan profesionalisme manusia. c. Sifat atau karakteristik manusia. Karakteristik manusia terdiri atas kecerdasan intelektual, emosional, spiritual dan sosial), energi atau daya untuk melakukan sesuatu, bakat, dan kemampuan untuk berkembang. d. Pengetahuan dan keterampilan manusia. Pengetahuan manusia meliputi tinggi-rendahnya pendidikan, pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang dimiliki manusia. 10 e. Pengalaman manusia. Pengalaman manusia meliputi pengalaman yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan pekerjaan”. Menurut Ike Kusdyah Rahmawati (2008), “Sumber daya manusia didefinisikan bukan dengan sumberdaya manusia lakukan, tetapi apa yang sumber daya manusia hasilkan”. Terdapat dua alasan dalam hal ini. Pertama, sumber daya manusia mempengaruhi efesiensi dan efektivitas organisasi sumber daya manusia merancang dan memproduksi barang dan jasa, mengawasi kualitas, memasarkan produk, mengalokasikan sumber daya finansial, serta menentukan seluruh tujuan dan strategi organisasi. Kedua, sumberdaya manusia merupakan pengeluaran utama organisasi dalam menjalankan bisnis. 2.1.3 Fungsi Manajemen Sumberdaya Manusia Menurut Hasibuan (2011), “fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia dibedakan atas fungsi manajerial dan fungsi operasioanal, sebagai berikut: a. Fungsi Manajerial Fungsi menajerial yang meliputi: 1) Perencanaan Perencanaan (human resources planning) adalah merencanakan tenaga kerja agar sesuai dengan kebutuhan perusahan dan efektiv serta efisien dalam membantu terwujudnya tujuan perusahaan. Perencanaan ini untuk menetapkan program kepegawaian. 11 2) Pengorganisasian Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengorganisasi semua karyawan dengan menetapkan pembagian kerja , hubungan kerja, delegasi wewenang,integritas dan koordinasinya,dalam bagan organisasi (organization chart). Organisasi yang baik akan membantu tercapainya tujuan secara efektif. 3) Pengarahan Pengarahan ( directing) adalah kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja efektif secara efisien dalam terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat. Pengarahan dilakukan oleh pimpinan dengan menugaskan bawahan agar mengerjakan semua tugasnya dengan baik. 4) Pengendalian Pengendalian (controlling) adalah kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan- peraturan perusahaan dan bekerja sesuai rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahan diadakan tindakan perbaikan atau penyempurnaan rencana.pengendalian karyawan ini meliputi kehadiran ,kedisiplinan,perilaku ,kerjasama , pelaksanaan pekerjaan dan menjaga situasi lingkungan pekerjaan. 12 b. Fungsi operasional Fungsi operasional meliputi: 1) Pengadaaan (Procurement) adalah proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan keutuhan perusahaan. Pengadaan yang baik akan membatu terwujudnya tujuan. 2) Pengembangan Pengembangan (development) adalah pross peningkatan keterampialan teknis, teoristik, koseptual dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan masa kini mapun masa depan. 3) Kompensasi Kompenasasi (compensation) adalah pemberian balas jasa langsung (direct) dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikannnya kepada perusahaan. Prinsip kompenasai adalah adil dan layak. Adil diartikan sesuai dengan prestasi kerjanya, layak diartikan dapat memenuhi kebutuah pimernya serta berpedoman pada batas upah minimum pemerintah dan berdasarkan internal dan eksternal kosnsistensi. 4) Pengintegrasiaan Pengintegrasian (integration) adalah kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, 13 agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. Perusahaan memperoleh laba, karyawan dapat memenuhi kebutuhan dari hasil pekerjaannya. Pengintegrasian menrupakan hal penting dalam manajemen sumber daya manusia, karena memepersatukan dua kepentingan yang bertolak belakang. 5) Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan, agar merka bekerjasama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan kebutuhan sebagian besar karyawan serta berpedoman pada internal dan eksternal konsistensi. 6) Kedisipilnan Kedisiplinan merupakan fungsi manajeman sumber daya manusia yang terpenting demi terwujudnya tujuan yang maksimal. Kedisiplinan adalah keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan operusahaan dan norma-norma sosial. 7) Pemberhentian Pemberhentian (separation) adalah putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemberhentian ini disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun, dan sebab-sebab lainnya. Pelepasan ini diatur oleh undang-undang no.12 tahun 1964”. 14 Pada hakekatnya fungsi manajemen yang bersifat manajerial maupun operasianal dimaksudkan sebagai satu titik tolak dalam menjalankan tugas –tugas manajeman sumber daya manusia, sehingga akhirnya tercapai tujuan organisasi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan dapat melakukan cara untuk memotivasi karyawan secara baik, sehingga kan mendorong prestasi kerja dan mencapai tujuan organisasi. 2.2 Motivasi Kerja 2.2.1 Pengertian Motivasi “Motivasi merupakan kesediaan mengeluarkan tingkat upaya tinggi ke arah tujuan organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk memenuhi kebutuhan Individual” (Hj. Sedarmayanti, 2007). Menurut TB Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis (2007), “Motivasi merupakan dorongan yang membuat karyawan melakukan sesuatu dengan cara untuk mencapai tujuan tertentu”. Sedangkan menurut A.A Anwar Parabu Mangkunegara (2006), “motivasi merupakan kondisi atau energi yang mengerakkan diri karyawan yang terarah dan tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan”. Motivasi adalah “getting a person to exert a high degree of effort” yang artinya adalah “motivasi membuat seseorang untuk bekerja lebih berprestasi” (Terry, 2005:338). “Motivasi adalah proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat kekurangan secara fisik dan psikis atau dengan 15 kata lain adalah suatu dorongan yang ditunjukkan untuk memenuhi tujuan tertentu” (Luthans, 2006:21). Dari pengertian ini, jelaslah bahwa dengan memberikan motivasi yang tepat, maka karyawan akan terdorong untuk berbuat semaksimal mungkin dalam melaksanakan tugasnya dan mereka akan meyakini bahwa dengan keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan dan berbagai sasarannya, maka kepentingan-kepentingan pribadinya akan terpelihara pula. 2.2.2 Pengertian Motivasi Kerja Anoraga (2006) menjelaskan bahwa, ”Motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja”. Oleh sebab itu, motivasi kerja disebut pendorong semangat kerja. Kuat dan lemahnya motivasi kerja seorang tenaga kerja ikut menentukan besar kecilnya kinerja karyawan. Menurut Ernes L. McCormick dalam Mangkunegara (2009) mengemukakan bahwa, ”Motivasi kerja sebagai kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja”. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan motivasi kerja merupakan pendorong semangat kerja untuk mencapai tujuan tertentu dan ikut menentukan kinerja karyawan. 16 2.2.3 Teori Motivasi Ada beberapa teori motivasi yang perlu diketahui sebagai berikut: a. Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow Teori Hierarki kebutuhan Abraham Maslow dalam Hj. Soedarmayanti (2007) yaitu “Hirarki lima kebutuhan dengan tiap dipenuhi, maka kebutuhan menjadi dominan”. Tabel 2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow Aktualisasi diri Membangun potensi diri dari terbaik Harga Diri Pengakuan dari orang lain, reputasi, kepercayaan diri dan prestasi Sosial Diterima oleh orang lain, relasi, rasa memiliki, kasih saying Keamanan Rasa aman dari gangguan psikologis dan tidak takut bahaya Fisiologis Pemenuhan Kebutuhan dasar hifup seperti makanan, minuman, dan biologis Sumber: Heller, Robert.2002. Manager’s Handbook, Dorling Kindersley Limited, UK dalam TB Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala Hubeis (2007). 17 b. Teori X dan Teori Y Menurut Hj. Sedarmayanti (2007), “Ada dua pandangan berbeda mengenai manusia sebagai berikut: 1) Teori X: Pengadaan bahwa kayawan itu negatif tidak menyukai kerja, malas, tidak menyukai tanggungjawab dan harus dipaksa agar berprestasi. 2) Tori Y: Pengadaan bahwa karyawan menyukai kerja, kreatif, berusaha bertanggungjawab, dan dapat menjalankan pengarahan diri. 3) Teori Motivasi higien kepuasan kerja, adalah faktor intrinsik dihubungkan dengan sementara faktor ekstrinsik dikaitkan dengan ketidakpuasan (Frederick Herzberg dalam Hj. Soedarmayanti:2007) 4) Teori EGR terdapat 3(tiga) kelompok kebutuhan teras: eksistensi, keterhubungan dan pertumbuhan 5) Teori Kebutuhan MC Clelland Teori kebutuhan ini berfokus pada tiga kebutuhan: a) Achievement(kebutuhan akan prestasi) b) Power(kebutuhan akan kekuasaan) c) Affiliation(kebutuhan akan pertalian) 6) Toeri Evaluasi Kognitif Membagi ganjaran ekstrinsik untuk perilaku yang sebelumnya secara instrinsik telah diberi hadiah cenderung mengurangi tingkat motivasi keseluruhan. 18 7) Teori Penentuan Tujuan Tujuan khusus dan sulit menghantar ke kinerja lebih tinggi (Gene Broadwater dalam Hj. Soedarmayanti:2007). 8) Teori Penguatan Satu lawan pendapat teori penentuan tujuan adalah teori penguatan yang menyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari konsekuensinya. 9) Teori Keadilan Teori keadilan mengenali bahwa individu tidak hanya peduli akan jumlah mutlak ganjaran untuk upaya mereka, tetapi juga akan hubungan jumlah ini dengan apa yang diterima orang lain. 10) Teori Harapan Teori ini menyatakan bahwa individu mendasarkan keputusan tentang perilaku pada harapan mereka, bahwa satu perilaku atau perilaku penggantian lainnya cenderung menimbulkan hasil yang dibutuhkan atau diinginkan. 19 Gambar 2.2 Model Motivasi Harapan yang Disederhanakan Harapan Usaha Kinerja Harapan Kinerja Penghargaan Persepsi bahwa usaha lebih akan menghasilkan kinerja yang lebih tinggi Persepsi bahwa tingkat kinerja yang dicapai akan membuahkan hasil atau penghargaan yang diinginkan Tingkat kinerja tugas yang dicapai Usaha dalam perilaku tugas Hasil atau penghargaan atas kinerja yang dicapai Nilai Penghargaan Gambar 4. (Hj. Soedarmayanti:2007) Berdasarkan ketiga teori motivasi diatas yaitu teori motivasi Abraham A. Maslow, teori motivasi Frederick Herzberg dan teori motivasi Mc.Clelland, penulis mengambil kesimpulan bahwa kepunyaan fisik dan rohani merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang untuk meraih prestasi dengan mengarahkan segala daya dan potensi yang dimilikinya. 2.2.4 Faktor-faktor dalam motivasi Menurut Ambar T Sulistiyani dan Rosdiah (2003), “terdapat 2(dua) faktor utama yaitu: a. Keinginan atau motivasi dari pegawai untuk bekerja yang kemudian akan menghasilkan usaha-usaha pegawai tersebut. b. Kemampuan dari pegawai untuk bekerja”. 20 Menurut Triyono (2004: 346), “terdapat tiga faktor di dalam motivasi sebagai berikut: a. Motive Untuk memotivasi karyawan, manajer harus mengetahui motif dan motivasi yang diinginkan karyawan. Motif adalah suatu perangsang keinginan dan daya pengerak kemauan bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh seseorang. Perbedaan pengertian keinginan (want) dan kebutuhan (needs) adalah bahwa keinginan (want dari setiap orang berbeda karena dipengaruhi oleh selera, latar belakang, dan lingkungan. Sedangkan kebutuhan (needs) semua orang adalah sama. Misalnya semua orang butuh makan (needs), tetapi jenis makanan yang diinginkan (want)tidak selalu sama tergantung pada selera masing-masing individu orang tersebut. b. Expectancy Expectancy (harapan) adalah kekuatan keyakinan bahwa upaya kerja akan menghasilkan penyelesaian suatu tugas, dimana istilah harapan berkenaan dengan pendapatankemungkinan atau probabiltas subyektif bahwa perilaku tertentu akan diikuti oleh hasil tertentu, yakin suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena perilaku. Adanya motivasi kerja juga dapat ditunjukan dengan harapan-harapan pegawai terhadap organisasinya. 21 c. Incentive Insentif adalah suatu perangsang tarik yang sengaja dierikan kepada pegawai pada tujuan ikut membangun, memelihara, dan memperkuat harapan-harapan pegawai agar dalam diri merka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi. Insentif dimaksudkan untuk memberikan gaji yang berbeda kearena prestasi yang berbeda sehingga dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dikatakan sebagai bentuk motivasi yang dinyatakan uang. Pelaksanaan sistem insentif ini dimaksud perusahaan terutama untuk meningkatkan produktivitas karyawan dan mempertahankan karyawan berprestasi untuk tetap berada dalam perusahaan”. Seseorang dgn dorongan Rangsangan Faktor Intrinsik Faktor Ekstrinsik Alternatif perilaku Penentuan perilaku Perilaku Gambar 2.3 Faktor-Faktor dalam Motivasi Sumber: Ambar T Sulistiyani & Rosidah (2003) 22 yang 2.2.5 Meningkatkan Motivasi Kerja Adapun beberapa cara untuk meningkatkan motivasi kerja, antara lain: a. Peran Pemimpin/Atasan Ada dua cara untuk meningkatkan motivasi kerja, yaitu bersikap keras (dengan memaksakan tenaga kerja untuk bekerja keras atau dengan memberikan ancaman) dan memberikan tujuan yang bermakna (bersama-sama dengan tenaga kerja yang bersangkutan ditemukan tujuan-tujuan yang bermakna, sesuai dengan kemampuannya, yang dapat dicapai melalui prestasi kerja yang tinggi). b. Peran Diri Sendiri Dari dalam diri sendiri perlu mengubah diri menjadi tenaga kerja dengan motivasi kerja yang proaktif. c. Peran Organisasi Berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan dapat menarik atau mendorong motivasi kerja seorang tenaga kerja. 2.2.6 Tujuan Motivasi Motivasi adalah hal yang sangat perlu diperhatikan oleh perusahaan bila ingin melihat tujuan perusahaan tercapai, karena tujuan perusahaan akan dapat tercapai bila didukung oleh kualitas kerja karyawan yang baik yang didorong oleh kepuasan kerja. Untuk itu, maka diperlukan adanya motivasi. 23 Tujuan motivasi menurut malayu S. P Hasibuan (2011) adalah sebagai berikut: a. Mendorong gairah dan semangat kerja karyawan b. Meningkatkan moran dan kepuasan kerja karyawan c. Meningkatkan produktivitas karyawan d. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan kerja karyawan e. Meningkatkan kedisiplinan dan menurunkan tingkat absensi karyawan f. Mengefektifkan pengadaan karyawan g. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik h. Meningkatkan kesejahteraan karyawan i. Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya 2.2.7 Manfaat Motivasi Manfaat motivasi yang utamaadalahmenciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu manfaatyang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan yang dapat diseselaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan dengan sesuai standar yang ditetapkan dan dalam waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaanya. Sesuatu yang dikerjkan dengan adanya motivasi yang mendorongnya akan membuat orang senang melakukannya. Orang pun akan merasa dihargai atau diakui, hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi orang yang termotivasi, sehingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi 24 akan menghasilkan seusai target yang mereka tetapkan. “Kinerjannya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutukan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi”. (Arep dan Tanjung, 2003). 2.2.8 Indikator Motivasi Kerja Adapun ”indikator mengenai motivasi kerja menurut Rivai (2008:456), adalah sebagai berikut : a. Rasa aman dalam bekerja. Rasa aman karyawan dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh perusahaan. Sehingga tidak ada kendala yang berarti yang dapat mengganggu kenyamanan karyawan dalam bekerja. b. Mendapatkan gaji yang adil. Mendapatkan imbalan yang sesuai dengan tingkat pendidikan karyawan dan kesesuaian gaji standar kerja dengan beban tugas yang diberikan. c. Lingkungan kerja yang menyenangkan. Lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan karyawan untuk melaksanakan kerja atau tugas dengan baik sehingga karyawan bekerja dengan lingkungan yang menyenangkan. d. Penghargaan atas prestasi kerja. Penghargaan atas prestasi yang dilakukan oleh karyawan kepada perusahaan, sehingga membuat karyawan merasa dihargai”. 25 2.3 Kepuasan Kerja 2.3.1 Pengertian Kepuasan Kerja “Kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya” (Handoko, 1987; Asa”ad, 1987 dalam Triton PB, 2009). Kepuasan kerja akan tampak dalam sikap positif pekerja atas segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjannya dan terhadap pekerjaannya. “Kepuasaan kerja perlu dipantau dampaknya dengan mengaitkannya pada output yang dihasilkannya, misalnya (Umar, 2004 dalam Triton PB, 2009): a. Kepuasan keja dengan produktifitas b. Kepuasan kerja dengan TurnOver c. Kepuasan kerja dengan absensi d. Kepuasan kerja denga efek lainnya seperti dengan kesehatan fisik dan mental, kemampuan mempelajari pekerjaan dan kecelakaan kerja”. Menurut Hasibuan (2005), “Kepuasaan kerja adalah sikap emosional yang meyenangkan dan mencintai pekerjaaanya sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan dan kinerja”. Menurut Faustino Cardoso Gomes, DR. M.Si (2003), “Kepuasan merupakan hasil kesimpulan yang disadarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang secara nyata diterima oleh pegawai dari pekerjaannya dibandingkan dengan apa yang diharapkan,diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas, atau berhak baginya”. Sementara setiap pegawai secara subjektif menentukan bagaimanapekerjaan itu memuaskan. 26 Kepuasaan dipengaruhi oleh suatu keadaan sosial (sosial frame of reference). Dari beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan rasa menyenangkan dan tidak menyenangkan yang dirasakan oleh karyawan, secara langsung berpengaruh pada emosional dan tingkah laku dalam bekerja berupa kinerja, disiplin dan moral kerja. Kepuasaan kerja dalam pekerjaan adalah kepuasaan kerja yang dinikmati dalam pekerjaan dengan memperoleh pujian hasil kerja, penempatan, perilaku, peralatan, dan suasana lingkungan kerja yang baik .Karyawan yang lebih suka menikmati kepuasaan kerja dalam pekerjaan ini akan lebh mengutamakan pekerjaannya dari balas jasa, walapun balas jasa itu penting. Adanya kepuasaan kerja tentunya mempengaruhi beberapa aspek yang meliputi pada karyawan itu sendiri. 2.3.2 Faktor- faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Menurut Hasibuan (2005), “Adapun mempengaruhi kepuasan kerja adalah sbeagai berikut: a. Balas jasa yang adil dan layak b. Penenmpatan yang tepat sesuai dengan keahlian c. Berat ringannya pekerjaan d. Suasana dan lingkungan pekerjaan e. Peralataan yang menunjang plaksanaan pekerjaan f. Sikap pimpinan dalam kempemimpnannya g. Sikap monoton atau tidak”. 27 faktor-faktor yang Menurut Mangkungkunegara (2005), “Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi kepuasaan kerja sebagai berikut: a. Faktor Karyawan, yaitu kecerdasan (IQ), Kecakapan khusus, Umur, Jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi dan sikap kerja. b. Faktor Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.” 2.3.3 Teori Kepuasan Kerja Pada umumnya terdapat banyak teori yang membahas masalah kepuasan seseorang dan bekerja teori teori kepuasan kerja menurut mangkunegara (2005), “Antara lain: a. Teori Keseimbangan (Equity Theory) Teori ini dikembangkan oleh adam, adapun komponen teori ini adalah input, outcome, comparison person, dan equity-inequity. Input adalah semua nilai yang diterima karyawan yang dapat menunjang pelaksanaan kerja. Misalnya pendidikian, pengalaman,skill, usaha, peralatan pribadi dan jumlah jam kerja. Outcome adadalah semua nilai yang diperoleh dan diraasakan semua karyawan mislanya upah, keuntungan tambahan, status simbol, pengenalan kembali (recognition), kesempatan untuk berprestasi, atau mengekspresikan 28 diri. Sedangkan comparison person adalah seorang karyawan dalam organisasi yang sama, seorang karyawan dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan sebelumnya. Menurut teori ini, puas atau tidak puasanya karyawan merupakan hasil dari membandingkan antara input-outcome dirinya dengan perbandingan input-outcome karyawan lain (comparison person). Jadi jika perbandinga tersebut dirasakan seimbang (equity) maka karyawan tersebut akan merasa puas, tetapi apabila terjadi tidak seimbang (in equity) dapat menyebabkan dua kemungkinan yaitu over compensation inequity (ketidak seimbangan yang menguntungkan dirinya) dan sebaliknya, under compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan karyawan lain yang menjadi pembanding atau comparison person. b. Teori perbedaan Teori ini pertama kali dipelopori oleh Proter. Dia berpendapat bahwa mengukur kepuasan dapat dilakukan menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan karyawan. Kepuasan kerja karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh karyawan. Apabila yang didapat karyawan lebih besar daripada apa yang diharapkan maka karywan tersebut menjadi puas, sebaliknya, apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan, akan menyebabkan karyawan tidak puas. 29 c. Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory) Teori ini pertama kali dipelopori oleh A.H. Maslow. Dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943, teori ini merupakan kelanjutan dari “Human Science Theory”Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu jamak,yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa kebutuhan materil dan non materil. Dalam teori ini maslow menyatakan adanya suatu hirarki kebutuhan pada setiap orang.setiap orang memberi prioritas pada suatu kebutuhan sampai kebutuhan tersebut dapat terpenuhi.jika suatu kebutuhan sudah terpenuhi, maka kebutuhan yang kedua akan memegang peranan, demikian seterusnya menurut urutanya. d. Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory) Menurut teori ini, kepuasan kerja karyawan bukanlah bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sangat bergantung pada pandangan dan berpendapat kelompok yang oleh para karyawan dianggap sebagai kelompok acuan. Kelompok acuan tersebut oleh karyawan dijadikan tolok ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya, jadi karyawan akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan. e. Teori Pengharapan (Expentancy Theory) Teori ini dikembangkan oleh Victor H. Vroom. Kemudian teori ini diperluas oleh diperluas oleh Porter dan Lawler. Vroom menjelaskan 30 bahwa motivasi suatu produk dari bagaimana seseorang menginginkan sesuatu dan penaksiran seseorang memungkinkan aksi tertentu yang akan menuntunnya. Pernyataan ini berhubungan dengan rumus dibawah ini: Valensi x Harapan = Motivasi Keterangan: 1) Valensi merupakan kekuatan hasrat seseorang untuk mencapai sesuatu. 2) Harapan merupakan kemungkinan mencapai sesuatu dengan aksi tertentu. 3) Motivasi merupakan kekuatan dorongan yang mempunyai arah pada tujuan tertentu. f. Teori Dua Faktor Herzberg (Herzberg’s Two Factors Theory) Teori dua faktor ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg (1950). Herzberg meggunakan teori Abraham Maslow sebagai titik acunya. Penelitian Herzberg diadakan dengan melakukan wawancara terhadap insinyur bidang akuntan. Masing-masing subjek diminta menceritakan kejadian yang dialami mereka baik yang menyenangkan (memberikan kepuasan) maupun yang tidak menyengkan atau tidak memberi kepuasan. Kemudian dianalisis isi (content analysis) untuk menentukan factor-faktor yang ketidakpuasan. 31 menyebabkan kepuasan dan Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Herzberg yaitu faktor pemeliharaan (maintance factors) dan faktor pemotivasian (motivational factors). Faktor pemeliharaan disebut pula dissatisfiers, hygiene factors, job context. Extrinsic factors yang meliputi admiistrasi dan kebijakan peusahaan, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawasm hubngan dengan subordiant, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status. Sedangkan faktor pemotivasian diseubut pula satisfier, motivators, job content, intrinsic factors yang meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan (advancement), kesempatan berkembang dan tanggungjawab. 2.3.4 Aspek-aspek Kepuasan Kerja Aspek-aspek yang terdapat dalam kepuasan kerja menurut Robbins (2006) “yaitu: a. Kerja yang secara mental menantang Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang member mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptkan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan. 32 b. Ganjaran yang pantas Para karyawan menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan adil dengan pengharapan mereka. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar pengupahan komunitas, kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. Tentu saja, tidak semua orang mengejar uang. Banyak orang bersedia menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih besar dalam kerja yang mereka. c. Kondisi kerja yang mendukung Karyawan peduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi menjelaskan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit). d. Rekan kerja yang mendukung Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan bila mempunyai rekan sekerja yang ramah dan 33 mendukung menghantar ke kepuasan kerja yang meningkat. Perilaku atasan seorang juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila penyelia langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka. e. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sesuai dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena sukses ini, mempunyai kepuasan yang tinggi dari dalam kerja mereka. Pemahaman tentang kepuasan kerja dapat terwujud apabila analisis tentang kepuasan kerja dikaitkan dengan kinerja, tingkat kemangkiran, keinginan pindah, usia, jabatan dan besar kecilnya organisasi. (Siagian, 2002). Kepuasan kerja berhubungan dengan variabel-variabel seperti turnover, tingkat absensi, umur, tingkat pekerjaan dan ukuran organisasi”. 2.3.5 Indikator Kepuasan Kerja Menurut Veithzal Rivai (2008:479), “secara teoritis, faktor–faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja sangat banyak jumlahnya, seperti gaya kepemimpinan, produktivitas kerja, perilaku, locus of control, 34 pemenuhan harapan penggajian dan efektivitas kerja”. Faktor–faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang karyawan adalah sebagai berikut: a. Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan, b. Supervisi, c. Organisasi dan manajemen, d. Kesempatan untuk maju, e. Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif, f. Rekan kerja dan Kondisi pekerjaan. 2.4 Kinerja Karyawan 2.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan Menurut Wiarawan (2009), “Kinerja adalah yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu”. Evaluasi kinerja merupakan evaluasi formal terhadap prestasi karyawan. Evaluasi prestasi ini secara formal mempunyai beberapa fungsi. Pertama, evaluasi prestasi dapat digunakan untuk menilai efektivitas seleksi karyawan. Kedua, evaluasi prestasi sering dipakai sebagai dasar penggajian, promosi, atau pelatihan yang diperlukan. Ketiga, evaluasi dapat memberikan umpan balik kepada karyawan. “Umpan balik 35 tersebut bermanfaat untuk mengembangkan perencanaan di masa datang” (Ike Kusdyah Rachmawati, SE, MM, 2008). Menurut A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006), “Kinerja sumber daya manusia (SDM) merupakan istilah yang berasal dari job performance atau Actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang)”. Definisi Kinerja Karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalaam melaksanakan tugasnnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu disimpulkan bahwa kinerja SDM adalah prestasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai SDM persatuaan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberkan padanya. Sedangkan menurut Garry Dessler (2003) “Penilaian kinerja berarti mengevaluasi kinerja karyawan saat ini dan/atau dimasa lalu relatif terhadap standar prestasinya”. 2.4.2 Tujuan dan Manfaat Evaluasi Kinerja Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukaan Agus Sunyoto (1991:1) dalam A.A Anwar Prabu Mangkunegara, Dr. MSi (2006) adalah: a. Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja. 36 b. Mencatat dan mengakui hasil kinerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurangkurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu. c. Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap pekerjaannya yang diembannya sekarang. d. Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya. e. Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan pelatihan, khusus rencana diklatdan kemudian menyetujui rencana itu jika tidak ada hal-hal yang perlu dirubah. Sedangkan kegunaan peniliaian kerja (kinerja) karyawan adalah: a. Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi, pemberhentiaan dan besarnya balas jasa. b. Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan pekerjaannya. c. Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam perusahaan. d. Sebagai dasar untuk mengevaluasi program pelatihan dan keefektifan jadwal kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja dan pengawasan kerja. 37 e. Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan yang erada di dalam organisasi. f. Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dapat dicapai performance yang baik. g. Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya. h. Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan. i. Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan j. Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas (job description). Menurut Ike Kusdyah Rachmawati (2008), “Manfaat evaluasi prestasi/kinerja adalah sebagai berikut: a. Meningkatkan prestasi karyawan. b. Standar kompetensi yang layak. c. Penempatan karyawan d. Pelatihan dan pengembangan e. Jenjang karier f. Penetapan staf g. Minimnya data informasi h. Kelelahan desain pekerjaan i. Peluang kerja yang adil j. Tantangan external”. 38 2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengaruhi pencapaian kinerja Kinerja pegawai merupakan hasil sinergi dari sejumlah. Faktorfaktor tersebut adalah faktor lingkngan internal organisasi, faktor lingkungan external dan faktor internal karyawan atau pegawai Lingkungan Ekternal: Kehidupan ekonomi Kehidupan politik Kehidupan sosial Budaya dan agama masyarakat Kompetitor Faktor Internal Karyawan: Bakat dan sifat pribadi Kreativitas Pengetahuan dan keterampilan Kompetensi Pengalaman kerja Keadaan Fisik Keadaan Psikologi Perilaku kerja karyawan: Etos kerja Disiplin kerja Motivasi kerja Semangat kerja Sikap kerja Stres kerja Keterlibatan kerja Kepemimpinan Kepuasan kerja Keloyalan Kinerja Karyawan Lingkungan Internal Organisasi: Visi, misi dan tujuan organisasi Kebijakan organisasi Bahan mentah Teknologi (robot, sistem produksi dan sebagiannya) Strategi organisasi Sistem manajemen Kompensasi Kepemimpinan Modal Budaya organisasi Iklim organisasi Teman sekerja Kinerja Organisasi Gambar 2.4 Pengaruh Lingungan Internal dan Ekternal terhadap perilaku kerja 39 a. Faktor internal pegawai yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan misalnya bakat, sifat pribadi, serta kesan fisik dan kejiwaan. Sementara itu, faktor-faktor yang diperoleh misalnya pengetahuan, keterampilan, etos kerja, pengalaman, dan motivasi kerja. Seteah dipengaruhi lingkungan internak organsasi dan lingkungan eksternal, faktor internal pegawai ini membentuk kinerja pegawai. Jadi dapat diasumsikan bahwa makin tinggi faktor-faktor internal tersebu, makin tinggi pula kinerja karyawan. Sebaliknya makin rendah faktor-faktor tersebut, makin rendah pula kinerjanya. b. Faktor-faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya pegawai memerlukan dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja karyawan. Faktor-faktor internal organisasi lainnya misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan, serta sistem manajemen dan kompensasi. Oleh karena itu manajemen organisasi harus menciptakan lingkungan internal organisasi yang kondusif sehingga dapat mendukung dan meningkatkan produktivitas karyawan. c. Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor lingkungan ekternal orgnisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi 40 yang terjadi di lingkungsn eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan. Menurut pendapat Keith Davis dalam A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006). “Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan yang merumuskan bahwa: Human Performance : Ability x Motivation Motivation : Attitude x Situation Ability : Knowledge x Skill Penjelasan: a. Faktor kemampuan (ability) Secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). b. Faktor motivasi (motivation) Motivasi diartikan suatu sikap (attitude) pimpinan dan karyawan terhadap situasi kerja (situation) di lingkungan organisasi mereka yang bersikap positif (pro) terhadap situasi kerjannya akan menunjukan motivasi kerja ytinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negative (kontra) terhadap situasi kerjannya akan menunjukan motivasi kerja yang rendah. Situasi kerja yang dimaksud mencakup antra lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi kerja. 41 Menurut Hennry simamora dalam A.A Anwar Prabu Mangkunegara (2006), “kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: a. Faktor Individual yang terdiri dari: 1) Kemampuan dan keahlian 2) Latar belakang 3) Demografi b. Fakor psikologi yang terdiri dari: 1) Persepsi 2) Attitude 3) Personality 4) Pembelajaran 5) Motivasi c. Faktor organisasi yang terdiri dari: 1) Sumber daya 2) Kepemimpinan 3) Penghargaan 4) Struktur 5) Job Design”. 2.4.4 Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja Menurut Evaluasi kinerja dirasakan bermakna bila hasilnya dapat dimanfaatkan. Untuk itu perlu dipersiapkan atau disusun sarana atau sistem pendukung sebagai berikut: 42 a. Sistem promosi dan mutasi Tenaga yang berhasil mencapai kinerja yang prima, potensial untuk dibebani tanggung jawab yang lebih besar melalui promosi, atau diberi kesempatan memperkaya pengalaman melalui mutasi. b. Sitem pemberian imbalan atau kompensasi Orang yang berprestasi memberikan kontribusi yang lebih besar, wajar memperoleh imbalan yang lebih besar. c. Sistem perencanaan karir Setiap orang akan terdorong untuk meningkatkan kinerjannya bila hal itu membuka peluang untuk meningkatkan karirnya. d. Sistem pengembangan SDM Untuk pekerja yang mempunyai kinreja dibawah standar perlu ditingkatkan kemapuan dan kompetensinya, baik melalui program pendidikan dan pelatihan maupun melalui pemberdayaan serta pengembangan sikap dan etos kerja. e. Sistem pengukuran dan standar kinjerja Tingkat kinerja individudan kinerja perusahaan yang rendah menuntut supaya diperusahaan disusun program peningkatan prooduktivitas yang menyeluruh dan terintegrasi. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan perbaikan sistem kerja dan manajemen, penerapan teknologi tepat guna, serta peningkatan kompetensi dan profesionalisme sumberdaya manusia. 43 Analisis Jabatan Promosi & Mutasi Jabatan Uraian Jabatan Kompensasi EVALUASI KINERJA Perencanaan Karier Standar Kinerja Pengembangan SDM Pengukuran Kinerja Gambar 2.5 Sistem Pendukung Evaluasi Kinerja 2.4.5 Indikator Kinerja Karyawan Menurut T. R. Mitchell dalam Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa, ”Indikator Kinerja memiliki beberapa aspek, yaitu: a. Kualitas Kerja atau Prom Quality of Work b. Ketepatan Waktu atau Promptness c. Inisiatif atau Initiative d. Kemampuan atau Capability e. Komunikasi atau Communication”. 44 2.5 Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepuasan Kerja terhadap Kinerja Karyawan Menurut Wibowo (2010:389), “Motivasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, walaupun bukan satu-satunya faktor yang membentuk kinerja”. Gibson dalam buku Wibowo (2010:508), “secara jelas menggambarkan adanya pengaruh timbal balik antara kinerja dan kepuasan kerja”. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas lebih produktif akan mendapatkan kepuasan. Wibowo (2010:506) juga mengatakan, “Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi dengan kepuasan kerja”. 2.6 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan penjelasan secara teoritis hubungan antara variabel yang akan diteliti. Hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan dan dielaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalu proses wawancara, observasi, dan survei literatur. Pada umumnya setiap perusahaan mengharapkan keuntungan atau profit yang maksimal dari usaha yang dijalankannya dengan cara lebih meningkatkan kinerja karyawannya. Apabila perusahaan tidak mampu memberikan motivasi yang baik serta tidak mampu memberikan kepuasan kerja yang cukup 45 kepada karyawannya, maka jelas akan berdampak negatif terhadap kinerja karyawan mereka. Oleh karena itu, pimpinan perusahaan harus mampu memberikan motivasi kerja yang baik kepada karyawannya serta berusaha meningatkan tingkat kepuasan kerja karyawan mereka, sehingga kinerja para karyawan dalam mengerjakan pekerjaannya juga menjadi lebih baik dan maksimal. Dengan begitu, visi dan misi perusahaan pasti akan tercapai. Secara skematis, kerangka konseptual dalam penelitian dapat dilihat pada: Motivasi Kerja (X1) Kinerja Karyawan (Y) Kepuasan Kerja (X2) Gambar 2.6 Kerangka Konseptual 46