tinjauan pustaka - Universitas Sumatera Utara

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Matnawi (1997), tanaman tembakau diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom
:
Plantae
Divisio
:
Spermatophyta
Sub divisio :
Angiospermae
Class
:
Dicotyledoneae
Ordo
:
Personatae
Family
:
Solanaceae
Genus
:
Nicotiana
Spesies
:
Nicotiana tabaccum L.
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang. Jenis akar tunggang pada
tanaman tembakau dapat tumbuh sepanjang 0,75 m. selain akar tunggang, terdapat
pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan perakaran ada yang lurus,
berlekuk baik pada akar tunggang maupun pada akar serabut. Perakaran yang baik
tergantung pada kesuburan tanah (Matnawi, 1997).
Tanaman tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi
kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas – ruas batang mengalami penebalan yang
di tumbuhi daun, batang tanamn bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap
ruas batang selain di tumbuhi daun, juga di tumbuhi tunak ketiak daun, diameter
batang sekitar 1-2 cm ( Abdullah, 2010 ).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bagian terpenting tembakau adalah daun dengan ciri-ciri antara lain daun
berwarna hijau, berbentuk oval, ujung meruncing, tepi licin dan bertulang sirip.
Dalam satu tanaman, jumlah daun yang dapat dimanfaatkan sekitar 32 helai.
Ukuran daun tergantung dari jenis daun, varietas yang ditanam, kesuburan tanah
dan pengelolaan. Daun bertangkai pendek, memanjang dengan pangkal yang
menyempit dan ujung runcing ( Cahyono,1998) .
Tanaman tembakau memiliki Bunga termasuk bunga majemuk. Bunga
berbentuk seperti terompet dengan panjang≤ 5 cm, berwarna kemerah -merahan
atau putih. Buah mencapai kemasakan sekitar 20 hari setelah terjadinya
pembuahan. Satu tanaman tembakau dapat menghasilkan sekitar 300 buah. Dalam
satu buah terdapat sekitar 2.500 butir biji. Biji tembakau berwarna coklat muda
kehitam-hitaman.( Steenis, 1997).
Buah tmbakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil dan
didalamnya terdapat biji yang mempunyai bobot yang ringan. Dalam setiap biji
berisi 12 ribu butir biji. Setiap batang tembakau menghasilkan rata-rata 25 gr biji.
3 minggu setelah pembuahan buah tembakau akan masak dan biji tebakau
mengalami masa istirahat (dormansi) 2-3 minggu untuk dapat bersemai
(Abdullah dan Soedarmanto, 1998).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering
ataupun iklim yang basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman
tembakau dapat merusak tanaman. Pertumbuhan terbaik tanaman Tembakau Deli
adalah di daerah tropik (Abdullah, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2.000
mm/tahun, sedangkan untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1.5003.500 mm/tahun. Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan
pertumbuhan tanaman yang kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh
karena itu lokasi untuk tanaman tembakau di pilih di tempat terbuka
( Matnawi, 2007).
Pusat penanaman tembakau cerutu adalah Deli (Sumatra Utara ), Klaten
(Jawa Tengah), Besuki dan Jember. Tembakau ini dikenal sebagai Tembakau
Deli, Tembakau Vorstenland, dan Tembakau Besuki (NO, na oogst). Pada
awalnya tembakau cerutu besuki ditanam pada akhir musim kemarau (Agustus September) dan dipanen awal musim penghujan (Oktober – November) terutama
untuk menhasilkan bahan pengisi (filler = vulsel) dan sedikit bahan pembungkus
(binder = omblad). Akan tetapi pada saat ini terjadi perkembangan waktu tanam
lebih maju yaitu mulai bulan Mei sehingga dipanen pada musim kemarau yang
dikenal dengan nama Besuki Na Oogst tanam awal/Besnota (Dalmadiyo, 2001).
Tanah
Tipe tanah yang berstruktur remah, sedikit berpori, pasir halus ( tanah
ringan) dengan aerasi yang baik lebih cocok untuk pertumbuhan tanaman
tembakau, diharapkan tekstur tanah yang seperti ini dapat menghasilkan daun
yang tipis, elastis, dan warna krosok yang cerah (Matnawi,1997).
Tanah yang dapat ditanami tembakau adalah jenis tanah ber pH 5-6.
kesuburan tanah diberi batas sebagai mutu kemampuan suatu tanah menyediakan
unsur hara secara berkesinambungan (Damanik dkk, 2010).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun
mineral yang mengandung karbon dapat di buat menjadi arang aktif, antara lain :
tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit,
tempurung kelapa, sabut kelapa dan serbuk gergaji. (Tryana dan Sarma, 2007).
Biologi Penyakit
Agrios (1996) mengklasifikasikan jamur ini sebagai berikut :
Kingdom
: Mycetae
Divisio
: Eumycota
Sub Divisi
: Mastigomycotina
Class
: Oomycetes
Ordo
: Peronosporales
Famili
: Pythiaceae
Genus
: Phytophthora
Species
: Phytophthora nicotianae
Miselium pada jamur parasit tanaman ini dapat tumbuh di dalam sel
(intracelluler) atau antar sel (intercelluler). Sporangiofor biasanya bercabangcabang dan biasanya dibentuk di permukaan tanah, pada tanaman, dan dapat
muncul dari inang melalui efidermis atau stomata (Landecker, 1982).
Hifa dari species Phytophthora tidak mempunyai sekat dan mempunyai
banyak cabang (Lucas, et al, 1985).
Miselium biasanya tidak bersepta, hyaline, diameter berubah-ubah,
bercabang dan sangat berkembang dibawah epidermis (Weber, 1973).
Sporangium (zoosporangium) berbentuk bulat telur seperti buah pir
(pyriform) yang mempunyai sebuah tonjolan (papil). Sporangium mempunyai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ukuran (32 – 52) x (29 – 41) µ m. Sporangium dapat berkecambah secara tidak
langsung membentuk spora kembara (zoospora) yang keluar satu persatu dari
dalam sporangium. Disamping itu sporangium berkecambah secara langsung
dengan membentuk hifa atau pembuluh kecambah. Oleh karena itu sporangium
Phytophthora disebut konidium (Semangun, 2000).
Gambar 1. Phytophthora sp. A : Sporangia. B : Zoospora. C: Chlamidospora. D.Oospora
Zoospora yang dihasilkan sporangia berjumlah 5-30 zoospora yang
berukuran 7 x 11 µ m dan mempunyai dua flagel. Klamidospora sphaerical
menuju oval dengan diameter 25 µ m (Singh, 2001).
Gejala Penyakit
Serangan penyakit lanas pada pembibitan tembakau dapat dilihat dari
gejala-gejala yang ditimbulkan antara lain : diawali dengan adanya warna daun
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
hijau kelabu kotor pada daunnya. Pada kondisi cuaca yang sangat dingin dengan
tingkat kelembaban udara cukup tinggi maka penyakit ini akan berkembang
dengan sangat cepat dan bibit akan segera menjadi busuk. Pada pembibitan
tembakau yang terserang penyakit lanas, tanamannya akan tampak seperti
tersiram air panas (lonyot) (Gambar 2), sedangkan pada bibit tembakau yang
terserang secara individual di bedengan, akar dan batangnya berwarna sebagian
besar hitam pekat, potongan melintang juga berwarna hitam pekat, dan akan
mengeluarkan cairan bening (Semangun, 2000).
Gambar 2.Gejala serangan Phytophthora nicotianae de Hann
Gambar 3. Gejala serangan Phytophthora nicotianae pada batang dan akar
Serangan pada batang, pada perbatasan akar dan batang terlihat cepat layu
dan mati. Jika batang yang sakit tersebut dibelah memanjang, maka empelur yang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
terkena serangan terlihat kering, empelur bawah kelihatan kusut dan berkerut dan
berkamar-kamar (Abdullah dan Sudarmanto, 1982).
Apabila tanaman yang terserang adalah tanaman yang tumbuh kuat dengan
ketinggian 30 cm atau lebih, maka indikasi penyakit pertama adalah pelayuan
tiba-tiba atau pengguguran daun. Setelah beberapa hari, daun-daun mulai
menguning dan menggantung pada cabang. Sistem perakaran serta dasar cabang
akan berwarna hitam, busuk, dan kemudian mati (Lucas, et al, 1985).
Dalam banyak kejadian sulit untuk membedakan antara Phytophthora
dengan penyakit layu bakteri (Pseudomonas solanacearum), kecuali pada pagi
hari dapat terlihat perbedaannya, terutama pada bibit yang masih berumur sangat
muda. Bila jamur menyerang permukaan daun, maka daun bibit akan terlihat
berwarna hijau kelabu, bila pada malam hari kondisi cukup lembab maka pagi
harinya permukaan daun timbul serat-serat halus dari jamur tersebut
(Abidin, 2004).
Daur Hidup Penyakit
Menurut Lucas, et al (1985), jamur Phytophthora nicotianae dapat
bertahan di dalam tanah dan hidup sebagai safrofit dari bahan organik yang ada di
dalam tanah. Pupuk kandang yang kurang matang juga dapat menjadi salah satu
infeksi. Lanas sering terjadi pada keadaan tanah yang lembab. Zoospora
dihasilkan dalam jumlah besar pada kelembaban tanah yang tinggi dan temperatur
yang berkisar antara 200 – 300 C. Spora ini tercuci dan bergerak dari satu tempat
ke tempat yang lain dan spora tersebut yang menyebabkan infeksi pada beberapa
tanaman tembakau yang masih sehat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 4. Daur hidup jamur Phytophthora nicotianae Breda de Hann.
Spora kembara tertarik oleh akar tembakau, dapat mengadakan penetrasi
pada akar yang tidak mempunyai luka. Tetapi di Klaten spora kembara
mempunyai daya infeksi yang rendah. Pada umumnya penularan lanas terjadi
karena sedikit miselium jamur dengan sedikit tanah atau jaringan tanaman sakit.
Air memegang peranan yang sangat penting dalam pemencaran penyakit. Untuk
sementara waktu jamur dapat bertahan dalam tanah dengan hidup sebagai saprofit,
apabila tanah mengandung bahan organik (Semangun, 1996).
Miselium ketika berada di air, membentuk zoosporangia selama 48 jam.
Zoospora-zoospora tersebut berwarna jernih/bening dan terbagi-bagi dengan
sporangium. Zoospora-zoospora itu dilepaskan di dalam air bila miselium
tergenang air. Atheridium dapat dilihat pada bagian bawah zoospora. Oospora
berbentuk spirakel, licin, berdinding ganda dan hialin. Jamur itu tumbuh baik pada
media agar pada temperatur optimum 300 C dan tumbuh baik pada pH 6,5
(Kolte, 1985).
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit
Penyebaran spora dan zoospora adalah melalui angin, percikan hujan, air
irigasi dan bahkan serangga. Tanah yang berstektur berat atau normal dimana
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pengairan terganggu, kelembaban tanah tinggi, pH 5,4-7,5 dan suhu 240 C adalah
keadaan yang kondusif untuk penyebaran penyakit (Singh, 2001).
Hujan dan kelembaban tinggi merupakan faktor terpenting bagi
perkembangan lanas dimana saja. Air, juga air pengairan, sangat membantu
penyebaran Phytophthora nicotianae. Karena tidak adanya pengairan (irigasi) di
kebun-kebun
Tembakau
Deli,
lanas
tidak
meluas
di
daerah
tersebut
(Semangun, 1996).
Pengendalian
1. Pemakaian pupuk organik yang tidak mengandung patogen
Phytophthora yang terdapat dalam pupuk kandang atau kompos akan mati
bila pupuk suhunya mencapai sampai 600 C. makin lama waktu pembuatan
kompos, kandungan Phytophthora makin rendah (Semangun, 1996).
2. Pengaturan kondisi lingkungan
Sistem pengairan harus direncakan sedemikian rupa agar air dari satu
pohon tidak mengalir ke pohon yang lain. Pembersihan kebun sangat penting.
Semua bagian tanaman yang terinfeksi harus dikumpulkan dan dibakar
(Singh, 2001).
3.Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotiana
Penggunaan varietas tahan Phytophthora nicotianae selain dapat menghasilkan
daun yang lebih baik, juga dapat mengurangi resiko terserang Phytophthora
nicotianae (Semangun, 2000).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.Penggunaan fungisida yang tepat dan efektif
Selama musim panas dan musim hujan, kebun harus disemprot secara
teratur dengan fungisida tembaga seperti campuran Bordeaux, Blitox-50.
Metalaxyl
sistemik
majemuk,
Fostyl-Al
(Phosethyl-Al)
dan
Sodium
tetrathiocarbonate yang dilepaskan di tanah dapat mengurangi spora di tanah
sampai 90 % (singh, 2001).
5. Penggunaan bubur bordo (bordeaux)
Bubur bordeaux dapat digunakan sebagai alternatif untuk mengendalikan
jamur Phytophthora nicotianae secara konvensional. Komposisi Bordeaux ini
terdiri dari terusi (CuSO4), kapur tohor (CaCO3) dan air (Semangun, 2000).
Trichoderma spp.
Sistematika Trichoderma spp. termasuk dalam kelas Euascomycetes dan
famili Hypocreaceae. Konidiofor hyaline, bercabang dan pyramidal. Konidia
dengan diameter rata-rata 3µm berbentuk sel tunggal dan bulat, permukaannya
halus dan kasar.
Agrios (1996) mengklasifikasikan jamur ini sebagai berikut :
Kingdom
: Fungi
Divisi
: Ascomycota
Subdivisi
: Pezizomycetes
Kelas
: Sordariomycetes
Ordo
: Hypocreales
Famili
: Hypocreaceae
Genus
: Trichoderma
Spesies
: Trichoderma harzianum Rifai.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5. Foto mikrograf Trichoderma spp.
Trichoderma spp. adalah salah satu jamur antagonis yang saat ini banyak
dikembangkan untuk pengendali hayati. Jamur ini digunakan sebagai salah satu
agen pengendali hayati karena mempunyai sifat mudah ditemukan di banyak
lokasi, dapat tumbuh dengan cepat pada berbagai substrat atau media tumbuh dan
tidak bersifat patogenik terhadap tanaman.
Jamur marga Trichoderma spp. ini terdapat lima jenis yang mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan beberapa patogen yaitu Trichoderma
harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride, Trichoderma hamatum
dan Trichoderma polysporum. Namun jenis yang banyak dikembangkan
Trichoderma harzianum, Trichoderma koningii, Trichoderma viride. Beberapa
jenis sudah ada yang dijual secara komersil dalam bentuk kemasan yang
diproduksi oleh pabrik (Singh , 1998).
Ciri Trichoderma spp.
Jamur
mempunyai
konidiofor
yang
tegak,
sendiri-sendiri
atau
berkelompok menjadi satu berkas, hialin, bersekat, percabangan teratur dengan
saling berlawanan, phialid bentuknya lonjong atau seperti botol, satu-satu atau
mengelompok, konidia hialin atau hijau muda, tidak bersekat (satu sel), pada
umumnya berbentuk lonjong, bergerombol pada ujung phialid (Dalmadiyo, 2001).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Mekanisme Antagonis Cendawan Trichoderma spp.
Trichoderma spp. umumnya penghuni tanah, khususnya tanah organik.
Cendawan ini dapat hidup sebagai saprofit atau parasitik terhadap jamur lain,
bersifat antagonistik dan banyak digunakan sebagai pengendali biologi
(Sundheim dan Tromsno, 1988).
Trichoderma spp. dapat bersifat antagonis terhadap banyak jamur karena
mempunyai banyak cara untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan jamur
lain. Ada tiga mekanisme antagonis jamur Trichoderma harzianum terhadap
patogen tular tanah yaitu sebagai kompetitor baik ruang maupun nutrisi, antibiosis
yaitu mengeluarkan ethanol yang berfungsi racun bagi patogen dan sebagai
mikoparasit (Sudantha, 1995, dalam Sri Sukamto dkk, 1994).
Arang
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95% karbon, di
hasilkan dari bahan – bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan pada
suhu yang tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Anjuran pemakaian
arang batok kelapa untuk tanaman tembakau adsalah 20 gr/tanaman
(Tryana dan Sarma 2007).
Bahan baku yang berasal dari hewan, tumbuh-tumbuhan, limbah ataupun
mineral yang mengandung karbon dapat di buat menjadi arang aktif, antara lain :
tulang, kayu lunak, sekam, tongkol jagung, tempurung biji kelapa sawit,
tempurung kelapa, sabut kelapa dan serbuk gergaji. (Tryana dan Sarma, 2007).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Download