Kisi-kisi Materi Kongres Pewayangan II di Yogyakarta 1. Filosofi wayang dalam kehidupan social masyarakat masa lalu dan modern Meanstream dari pembicaraan ini akan beriksar pada histori sosiologis wayang pada masa-masa tertentu. Berawal dari bayang-bayang sebagai suatu ritual penyembahaan kepada nenek moyang atau leluhur yang berfungsi sebagai permohonan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar arwah nenek moyang dibebaskan dari semua dosa-dosa dan dimasukkan di surge, sisa-sisanya masih dapat disaksikan pada acara nyadran di wilayah Klaten dan sekitarnya dengan mementasakan lakon Baratayuda dari awal sampai akhir. Perkembangan berikutnya wayang sebagai sarana ritual untuk keperluan tertentu dengan tari-tarian tertentu serta pembacaan mantra yang burguna seperti ketika masyarakat mengawali sebuah pekerjaan yang dianggap penting misalnya mulai menanam padi, mendirikan rumah, berdagang dan lain sebagainya pada masanya hal ini dikenal dengan syamanisme. Pada jaman Airlangga memerintah telah dipertontonkan widu mawayang dan widu mangidungyang berkisah tentang perjalanan tokoh wayang tertentu dalam hal ini adalah Arjuna hingga mempersunting bidadari dari kahyangan, bahkan pada masa Majapahit Hayam Wuruk pun pernah bertindak sebagai dalangnya. Jaman Islam yaitu era Demak wayang dan perangkatnya telah dipergunakan untuk syiar agama yaitu oleh Sunan Kalijaga sehingga lahirlah lakon-lakon wayang karya beliau yang terkenal hingga saat ini. Perkembangan kerajaan Mataram keberadaan weyang semakin maju hingga bentuknya pun semakin sempurna untuk kepentingan pertunjukan. Puncaknya adalah jaman Surakarta Awal wayang benar-benar menjadi perhatian para punjangga kraton untuk dijadikan bahan tulisannya, seperti lahir serat wiwahajarwa, serat Ciptonong 1 Mintaraga, Mintaraga Gancaran, dan masih banyak lagi termasuk Baratayuda dan serat Rama karya Sindusastra. Masa orde baru wayang diangkat sedemikian rupa oleh pemerintah sebagai mitra memberikan penerangan public tentang pembangunan yang dicanangkan pemerintah, sehingga lahirnya Ganasisi (1968) dan 1974berubah menjadi Pepadi hingga sekarang. Kiprahnya semakin nyata wayang berperanan ganda yaitu sebagai bentuk hiburan yang mampu disisipi pesan-pesan pembangunan sehingga dalan dan wayang sebagai juru hibur, juru penerang sekaligus juru dakwah, maka pada kongres Senawangi Pepadi di Jakarta wayang adalah seni yang mencakup peran tontonan, dan tatanan, dan tuntunan. Sampai era modern ini ketiga peran ini masih kuat melekat walaupun kadang tidak proposional dan mengarah ke tontonan saja. Puncak usaha Senawangi untuk mengangkat wayang ke timgkat dunia adalah pengakuan UNESCO bahwa wayang sebagai a masterpiece of the oral and intangible heritage of humanity (7 Nov.2003). 2 Kisi-kisi Materi Kongres Pewayangan II di Yogyakarta 2. Wayang sebagai tradisi kraton - Dasar pemikiran berawal dari keberadaan kraton di Jawa atau di Indonesia sebagai pusat perkembang kebudayaan adi luhung. - Budaya kraton meliputi adat istiadat, tata cara kraton, kesenian seperti tari, karawitan, pedalangan dan seterusnya. - Khusus wayang dan pedalangan masuk dalam tepas Kridhamardawa – yaitu badi dalem kraton yang mengurus tentang wayang – dengan sendirinya budaya kraton itu pun melekat pada seni pedalangan dan pewayangan – sehingga tidaklah aneh apabila isi dari sebagain pertunjukan wayang itu pun orientasinya adalah ke budaya kraton umpamanya dalam tata etika pergaulan, estetika berkesenian wayang, penggunaan bahasa, dan seterusnya. - Contoh kongkret kalau wayang mendapat porsi yang istimewa di kraton yaitu pada masa-masa hari raya atau hari besar tertentu wayang selalu tampil misalnya bedhol songsong, tingalan dalem dan sebagainya. - Hal lain di kraton Yogyakarta masih tersimpan sejumlah koleksi wayang pusaka yang masih tersimpan dan kadang dipergelarkan. Bahkan suatu ketika Sultan pernah secara khusus menatah dan membuat wayangnya sendiri yang terkenal dengan tokoh ArjunDjajaningrum yang konon buatan langsung Sultan HB I 3 Kisi-kisi Materi Kongres Pewayangan II di Yogyakarta 3. Aspek psikologi wayang pada masa kini - Wayang dapat dipandang dari dua sisi, pertama adalah sisi wayang itu sendiri sebagai sebuah ensiklopedia kehidupan. Sejatinya memiliki kompleksitas kehidupan yang luar biasa. Bahkan orang setelah menonton pergelaran wayang atau lakon wayang bisa mengambil hikmahnya sendiri dan kemudian berhasil mengambil keputusan yang penting dalam kehidupannya. - Kedua wayang secara social psikologis artinya keterkaitan wayang itu dengan manusianya yang berada di dalam wayang itu meliputi dalang, masyarakat penonton, orang-orang yang menggunakan wayang dan sebagainya. Masihkan wayang dibutuhkan oleh manusia melineum sekarang yang serba teknologi canggih, sementara wayang adalah jadul. - Wayang sebagai sebuah budaya memiliki sifatnya yang tipologis artinya memiliki berbagai karakter sesuai dengan bentuk organologis wayang seperti bentuk muka, hidung, mulut, pewarnaan wajah, atribute dan seterusnya. Dari perwajahan telah menunjukka suasana psikologis dari masing-masing tokoh. 4 Kisi-kisi Materi Kongres Pewayangan II di Yogyakarta 4. Perkembangan pewayangan di Indonesia dan luar negeri - Sesungguhnya perkembangan wayang ditinjau dari segi apanya?, pertunjukannya, pembawaan dalangnya, lakon-lakonnya, bentuk-bentuk fisik wayangnya dan sebagainya. Tentu saja kalau pijakan pemikirannya adalah perkembangan dengan sendirinya akan menggunakan konsep pemikiran yang bertumpu pada periodisasi, sehingga perhitungan tahun-tahun yang berkenaan dengan waktu menjadi sangat penting. Sejarah perkembangan wayang dengan demikian akan menjadi penting untuk mengungkap sesungguhnya seperti apa yang sekarang berada di masyarakat pewayangan. - Setelah perkembangan yang terjadi di Indonesia dapat ditengarai atau setidaknya berhasil didata, maka langkah berikutnya arulah berbincang masalah wayang di luar negeri. Ini pun mengundang pertanyaan luar negeri itu luas sekali kira-kira terjadi di belahan dunia mana Asia mestinya Jepang, Malaysia, Brunei, Philipina dan seterusnya apakah di Eropa seperti di Wina Austria, Inggris, Jerman terutama Berlin, Guthe, Prancis, dan sebagainya atau di Amerika dan sebagainya. - Kedepan wayang akan seperti apa wujud dan bentuk setelah organisasi wayang itu bermunculan di dunia mengingat hal ini telah disyahkan oleh UNESCO. Yogyakarta, 19 November 2012 5 6