BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEMOKRASI A. Pengertian

advertisement
( Word to PDF Converter - Unregistered )
http://www.Word-to-PDF-Converter.net
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DEMOKRASI
A. Pengertian dan Latar Belakang Istilah Demokrasi
1. Pengertian Demokrasi
Secara etimologi demokrasi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri
atas dua kata yaitu demos berarti rakyat dan kratia berarti pemerintahan.
Ada juga yang mengartikan bahwa demos merupakan penjewantahan untuk
rakyat. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia demokrasi diartikan sebagai
pemerintahan oleh rakyat dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan
rakyat dan dijalankan langsung oleh mereka atau wakil-wakil yang mereka
pilih di bawah sistem pemerintahan bebas.
Sedangkan pengertian demokrasi menurut istilah adalah seperangkat
gagasan dan prinsip tentang kebebasan, namun juga mencakup prosudur
yang terbentuk melalui sejarah panjang dan sering berliku-liku. Jadi
demokrasi adalah pelembagaan dan kebebasan. Lebih dari itu, beberapa
pakar juga telah memberikan definisi tentang demokrasi sebagaimana
pemaparan berikut ini:
a. Saifuddin al Mughniy dalam artikelnya Politik Atas Nama
Demokrasi memaparkan bahwa demokrasi mengandung pengertian
pemerintahan rakyat. Plato dalam artikelnya The Republic dan
Aristoteles (the politica) dengan jelas menguraikan dimensi
kehidupan demokrasi dalam tatanan politk dunia.
b. Menurut Philippe C. Schmetter dan Terry Lynn Karl, demokrasi
politik sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai tanggung jawab atas tindakan-tindakan mereka di wilayah
publik oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung
melalui kompetisi dan kerjasama, dengan para wakil mereka yang
telah dipilih.
c. Demokrasi menurut Josep A. Schupeter adalah suatu perencanaan
institusional
untuk
mencapai
keputusan
politik
dimana
individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan dengan
cara perjuangan kompetitif atas suara rakyat.
d. Menurut David Betham demokrasi adalah sebuah cara pengambilan
keputusan menyangkut aturan dan kebijakan yang mengikat secara
kolektif, yang dikenal kontrol oleh rakyat.
e. Demokrasi menurut Ichlasul Amal merupakan suatu sistem yang
paling memberikan kesempatan pilihan kepada rakyat, untuk berbeda
pandangan, menyatakan pendapat secara bebas, tidak ada ketakutan.
f. Menurut Masykuri Abdillah, demokrasi bukan saja metode
kekuasaan mayoritas melalui partisipasi rakyat dan kompetisi yang
bebas, tetapi juga mengandung nilai-nilai universal, khususnya
nilai-nilai
persamaan,
kebebasan
dan
pluralisme,
walaupun
konsep-konsep operasionalnya bervariasi menurut kondisi budaya
negara tertentu.
g. Demokrasi menurut Henry B. Mayo merupakan sistem politik yang
menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.
Dari sekian pengertian dan definisi yang dipaparkan oleh para pakar,
dapat disimpulkan bahwa demokrasi mengandung makna yaitu suatu sistem
pemerintahan atau aturan dalam masyarakat yang mengikut sertakan seluruh
anggota masyarakat, baik secara langsung maupun melalui perwakilan
untuk mengambil keputusan yang menyangkut soal-soal kenegaraan dan
kepentingan bersama, dengan berlandaskan pada nilai-nilai kebersamaan,
keadilan, kebebasan dan pluralisme. Dengan demikian negara yang
menganut sistem demokrasi diselenggarakan berdasarkan kehendak dan
kemauan rakyat.
Selain itu, perlu diketahui bahwa definisi tentang demokrasi sebagai
suatu sistem politik belum sampai pada kesepakatan yang baku (there is no
consensus on the definition of democracy as a political system) dengan
demikian diskursus tentang demokrasi tetap menuai perbedaan. Dalam The
Oxford English Dictionary, demokrasi dapat didefinisikan sebagai
“Government by people: that form government in which the sovereign
power resides in the peple as a whole, and is exercised either directly by
them (as in the small republics of antiquity) or by officers elected by them,”
“ pemerintahan oleh rakyat: bahwa bentuk pemerintahan, dimana kekuasaan
kedaulatan berada pada rakyat sebagai kesatuan yang menyeluruh dan
dipraktekkan, baik secara langsung dari mereka (sebagaimana dalam
negara-negara republic kecil pada jaman dahulu) maupun pejabat-pejabat
yang dipilih oleh mereka.
Lebih lanjut Mahfud. MD memaparkan bahwa demokrasi
mengandung tiga pengertian yang terpenting. Pertama, pemerintahan dari
rakyat (government of the people). Kedua, pemerintahan oleh rakyat
(government by people). Ketiga, pemerintahan untuk rakyat (government
for the people). Dalam hal ini, peneliti akan menguraikannya satu persatu:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people). Berhubungan
erat dengan legitimasi pemerintahan, tetapi tidak dengan legitimasi
pemerintahan di mata rakyat. Pemerintahan legitimasi berarti suatu
pemerintahan yang berkuasa mendapat pengakuan dan dukungan
rakyat.
Sebaliknya
pemerintahan
tidak
legitimasi
berarti
pemerintahan yang sedang memegang kendali kekuasaan tidak
mendapat pengakuan dan dukungan dari rakyat. Legitimasi sangat
penting dalam pemerintahan karena dengan legetimasi, pemerintah
dapat menjalankan roda dan program pemerintahan seperti
pembangunan dan pelayanan sebagai wujud amanat yang telah
diberikan oleh rakyat kepada pemerintah.
Selanjutnya, pemerintahan dari rakyat memberikan gambaran
bahwa pemerintah yang memegang kekuasaan dituntut kesadarannya
bahwa kekuasaan pemerintah diperoleh melalui hasil pemilihan dari
rakyat, bukan pemberian dari kekuasaan supra natural. Olehnya itu
pemerintah harus mendengar kehendak dan keinginan rakyat, bukan
memaksa rakyat untuk memahami dan mengikuti kehendak pemerintah.
b. Pemerintahan
oleh
rakyat
(government
by
people)
berarti
pemerintahan yang menjalankan kekuasaan atas nama rakyat dan
pengawasannya dijalankan oleh rakyat bukan oleh siapa-siapa atau
lembaga pengawasan yang ditunjuk oleh pemerintah. Sebagai contoh
pemerintahan oleh rakyat selama Orde Lama dan Orde Baru telah
terjadi distorsi yang luar biasa. Karena pemerintahan Orde Lama
telah menempatkan dirinya sebagai pemegang dan penguasa tunggal,
sementara rakyat dipaksa untuk tunduk dan patuh kepadanya.
Demikian pula yang terjadi pada Orde Baru sebagai pemerintah yang
dipilih oleh rakyat, akan tetapi pemerintah tidak menjalankan tugas
untuk kepentingan rakyat, tetapi untuk kepentingan pribadinya dan
kroninya.
Selain itu, rakyat juga tidak dapat melakukan kontrol terhadap
pemerintah
Orde
Baru
karena
sistemnya
yang
represif
dan
mengedepankan aspek stabilitas keamanan dengan security approachnya.
Padahal dalam teori demokrasi pemerintah harus tunduk kepada
pengawasan rakyat. Namun Orde Baru yang terjadi malah sebaliknya,
negara mengontrol masyarakat.
Oleh karena itu, pada masa tersebut terjadi pemerintahan yang
otoriter yaitu pemerintahan yang menggabungkan pelaksanaan kekuasaan
dan pengawasan ada di satu tangan yang pada umumnya dikenal
pemerintahan yang menyatukan ketiga institusi negara, yaitu legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Sedangkan pemerintahan demokratis adalah
pemerintahan yang membagi secara tegas, siapa yang melaksanakan
kekuasaan dan siapa yang mengawasi kekuasaan. Hal ini dipaparkan oleh
Ryaas Rasyid bahwa pemerintahan demokratis adalah pemerintahan yang
kewenangan dan kekuasaan dibangun berdasarkan kesepakatan dari
rakyat, adanya pemisahan kekuasaan, supermasi hukum dan kebebasan.
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people), yaitu suatu
pemerintahan yang mendapat mandat kekuasaan yang diberikan oleh
rakyat dipergunakan untuk apa? artinya pemerintahan takluk tidak
kepada apa yang diinginkan rakyat. Misalnya menegakkan supremasi
hukum, melakukan pengadilan terhadap pelanggar HAM baik oleh
sipil maupun militer. Demikian sebaliknya pemerintahan yang tidak
menjalankan aspirasi rakyat tetapi menjalankan untuk kepentingan
kekuasaan sendiri atau kepentingan penguasa, berarti telah terjadi
pemerintahan korup dengan berbagai modus operandinya. Korupsi
bukan hanya orang yang mengambil uang, akan tetapi bisa berupa
kurang maksimalnya jasa pelayanan kepada rakyat.
Jadi pemerintahan yang tidak berasal dari rakyat tidak mempunyai
legitimasi, pemerintahan yang tidak dijalankan oleh rakyat disebut
pemerintahan yang otoriter. Pemerintahan yang dijalankan tidak untuk
rakyat berarti pemerintahan yang korup. Oleh karena itu, ketiga bentuk
pemerintahan tersebut dinamakan pemerintahan tidak demokratis.
2. Latar Belakang Istilah Demokrasi
Secara umum istilah demokrasi terkadang dinisbatkan pada suatu
bentuk sistem politik dimana rakyat atau yang mewakili mereka secara
hukum berada dalam sistem pemerintahan yang ditentukan oleh mereka
sendiri, dan tidak berada di bawah suatu pemerintahan militer yang diktator,
partai yang berkuasa secara totalitarian atau monarki, dan sampai pada hari
ini, istilah demokrasi dalam pengertian ini semakin populer di tengah
masyarakat dunia.
Awal mula demokrasi dari hari ke hari terus mengalami
perkembangan, termasuk pengertian demokrasi itu sendiri mengalami
perkembangan dan perubahan seiring dengan perjalanan waktu. Dengan
demikian demokrasi yang kita kenal mampunyai perjalanan sejarah yang
panjang dan terkadang menuai perdebatan.
Istilah demokrasi pertama kali muncul sekitar abad 2500 SM di
Mesopotania Kuno kemudian berlanjut melalui masa klasik Yunani dan
Romawi hingga munculnya peradaban Islam sekitar abad 950 M yang
identik dengan institusi pengambilan keputusan yang bersifat kolektif yang
terdiri dari para demos atau rakyat yang ada dalam polis.
Akan tetapi pada zaman tersebut tak seorangpun yang mengetahui
secara pasti siapa yang pertama kali menemukan dan menggunakan istilah
demokrasi, meskipun sebagian peneliti meyakini bahwa kata tersebut tetap
berasal dari Yunani Kuno. Perlu diketahui bahwa sebelum Atena mengenal
demokrasi, bentuk negara Atena adalah monarki.
Penguasa monarki disebut tiran. Setelah kekuasaan para tiran
berlalu, Atena beralih kepada bentuk negara oligarki. Pada pasca oligarki
sekitar tahun 594 SM, Solon, seorang negarawan yang bijaksana berjuang
dan meletakkan dasar-dasar demokrasi. Solon yang mewakili para filosof
Yunani berpendapat bahwa kelas awam di kota-kota Yunani merupakan
kelas terkuat dikarenakan banyak jumlahnya. Untuk itulah kekuasaan harus
dipindahkan dari kelas minoritas kepada mayoritas. Dalam perkembangan
selanjutnya, tradisi demokrasi yang ada diperkaya dengan adanya kontribusi
yang positif dari dunia Islam yang ditandai dengan tumbuhnya nilai-nilai
yang saling menghargai, toleransi terhadap perbedaan keyakinan serta
kewajiban penguasa untuk melindungi dan menghargai dimensi kehidupan
masyarakat.
Melihat perkembangan demokrasi dunia, terutama pada abad ke-20
yang dikenal sebagai zaman teknologi informasi, kebebasan menjelajahi
belahan dunia, penggunaan kekuatan nuklir. Zaman tersebut, menurut
sebagian pengamat bahwa abad ke-20, demokrasi telah menjadi suatu
standar global (a global standard) yang memaksa setiap negara untuk
mengklaim demokrasi sebagai standar dan asas suatu negara, karena mereka
menyadari bahwa demokrasi merupakan standar populasi kehidupan dunia
sekaligus sebagai suatu tindakan yang revolusioner.
B. Bentuk dan Unsur Demokrasi
1. Bentuk-bentuk Demokrasi
a. Demokrasi Langsung
Bentuk demokrasi seperti ini adalah rakyat ikut ambil bagian secara
langsung dalam pemerintahan itu sendiri melalui perkumpulan majelis
(assembly) atau ecelesia. Pengertian demokrasi langsung adalah tidak ada
wakil-wakil yang dipilih, melainkan yang ada adalah hak masuk ke dalam
majelis dan mengambil bagian dalam pembicaraan menjadi hak setiap
individu masyarakat yang memenuhi syarat serta berlaku bagi orang yang
menjalankan hak-hak politik mereka.
Selain itu, demokrasi langsung adalah semua warga tanpa melalui
pejabat yang dipilih atau diangkat, dapat ikut dalam pengambilan keputusan
negara, namun sistem seperti ini hanya cocok bagi yang penduduknya relatif
sedikit. Seperti di Atena Kuno yang mampu menjalankan demokrasi
langsung dengan suatu majelis yang mungkin terdiri dari 5.000 sampai
6.000 orang, yang mungkin hanya dapat berkumpul secara fisik di satu
tempat dan menjalankan demokrasi langsung.
b. Demokrasi Klasik
Demokrasi klasik ini tidak mengenal kebebasan dalam pengertian
modern. Sebagai contoh tidak ada jaminan kebebasan beribadah individu,
yang ada hanyalah kewajiban untuk mengikuti agama negara dan harus
mengikuti aturan-aturan negara meskipun terkadang terjadi perampasan
hak-hak serta kebebasan individu. Dengan pengertian lain bahwa
keterlibatan rakyat dalam kekuasaan belum sampai pada tingkat
mendapatkan
wewenang
untuk
membuat
undang-undang
yang
memungkinkan bagi individu mendapatkan kebebasan pribadinya. Sebab
kebebasan bagi masyarakat pada waktu itu terutama bagi bangsa Yunani
Kuno diambil dari prinsip persamaan di depan hukum negara dengan
mengabaikan
pertimbangan
pada
keyakinan
yang
menjadi
dasar
undang-undang diktator yang tidak memperhatikan kaidah moral dan
keadilan. Jadi bentuk demokrasi seperti ini hanya terjadi pada zaman
Yunani Kuno.
c. Demokrasi Kekaisaran
Demokrasi bentuk kekaisaran ini terjadi pada masa pemerintahan
Napoleon Bonaparte. Sesuai dengan undang-undang yang telah dikeluarkan
pada tanggal 13 Desember 1799 yang dikenal dengan undang-undang tahun
kedelapan serta undang-undang serupa yang dibuat oleh Lois Napoleon
yang dikenal dengan istilah undang-undang 1852 M.
Bentuk demokrasi ini merupakan penyembahan terhadap penguasa
yang pada waktu itu disebut Kaisar (percaya mutlak kepadanya dalam
i’tikad dan kemampuannya). Oleh karena itu rakyat menyerahkan kekuasaan
mutlak di tangan penguasa setelah diadakan pertemuan pendapat umum.
Hasilnya seluruh institusi parlementer diambil oleh kewenangan umum lalu
diserahkan kepada Kaisar untuk melaksanakan tugas-tugas negara. Akhirnya
negara dapat menghapus kebebasan umum seperti kebebasan berkumpul dan
kebebasan pers, kebebasan mengeluarkan pendapat dan lain sebagainya.
d. Demokrasi Perwakilan
Demokrasi
perwakilan
ini
adalah
para
warga
memilih
pejabat-pejabat untuk membuat keputusan politik, karena para warga sulit
lagi untuk berkumpul dalam satu tempat dan memberikan suaranya secara
langsung mengenai masalah yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pada
umumnya demokrasi yang berlaku sekarang ini adalah demokrasi
perwakilan dimana hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk yang pesat.
Jika dilihat dari sejarah bahwa bentuk demokrasi perwakilan ini yang
dijadikan oleh revolusi Prancis sebagai dasar perundang-undangan
disamping sebagai dasar sistem hukum Prancis setelah revolusi. Kemudian
tersebar ke berbagai negara-negara Eropa Barat dan sampai sekarang ini
diikuti oleh banyak negara, terutama negara yang mempunyai pertumbuhan
penduduk yang pesat.
e. Demokrasi Pancasila
Demokrasi
Pancasila
merupakan
bentuk
demokrasi
yang
berdasarkan lima prinsip ideologi negara, yaitu Pancasila, dilihat sebagai
suatu keseluruhan yang utuh dan menekankan pada aspek hikmah
kebiksanaan dan musyawarah serta perwakilan. Perlu diketahui bahwa,
semenjak Indonesia dideklarasikan sebagai negara yang merdeka, Indonesia
telah mengenal tiga bentuk demokrasi, meskipun ketiga bentuk tersebut
dianggap telah gagal sebagaimana yang dipaparkan oleh Ikrar Bhakti:
“Indonesia has been struggling with democracy for decades. It has
experienced with three type of democracy, all of which failed. First
was the failed attempt at parliamentary democracy (1949-1957)
which lead to the transition from parliamentary democracy to guided
democracy (1957-1959).The third and longest period was that of
Democracy Pancasila, under president Suharto from March 1966 to
1998.
Indonesia telah berjuang dengan demokrasi dalam beberapa dekade.
Indonesia telah merasakan tiga bentuk demokrasi, yang ketiganya
telah gagal. Demokrasi yang pertama dan telah gagal adalah
demokrasi parlementer (1949-1957) yang mengakibatkan transisi dari
demokrasi parlementer ke demokrasi terpimpin (1957-1959). Ketiga
dan yang terlama priodenya adalah demokrasi Pancasila yang berada
di bawah presiden Suharto mulai dari Maret 1966 hingga 1998.
f. Demokrasi Politik
Bentuk Demokrasi politik ini adalah suatu sistem politik yang
ditandai dengan berfungsinya lembaga legislatif, yudikatif dan eksekutif.
g. Demokrasi Ekonomi
Demokrasi ekonomi merupakan gagasan atau pandangan hidup
yang mengutamakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang
sama bagi semua warga negara di bidang ekonomi.
Dari sekian bentuk demokrasi yang disebutkan di atas dan dikenal
di dunia, sebagian pakar telah membagi bentuk-bentuk demokrasi sebagai
berikut:
1) J. Rolland Pennock membagi demokrasi ke dalam empat corak yaitu:
pertama,
demokrasi
individualisme
yang
menekankan
pada
pemberian kebebasan individu. Kedua, demokrasi utilitarisme atau
teori
kepentingan,
menekankan
pada
keseimbangan
antara
pelaksanaan hak dan kewajiban pada setiap individu dalam
menjalankan kehidupan sebagai makhluk sosial dan warga negara.
Ketiga, teori hak dan kewajiban serta kolektivitas demokrasi yang
menekankan
pada
kebersamaan
dan
kekeluargaan
dalam
berdemokrasi.
2) Selanjutnya jika dilihat dari segi praktis, menurut John Dunn bahwa
demokrasi perwakilan merupakan bentuk demokrasi modern yang
paling cocok. Demokrasi perwakilan terbagi dua, yaitu perwakilan
langsung dan perwakilan tidak langsung.
3) Sedangakan menurut Skar mengajukan empat bentuk demokrasi
yaitu:
a) Demokrasi
liberal,
yaitu
pemerintahan
yang
dibatasi
oleh
undang-undang dan pemilihan umum bebas yang diselenggarakan
dalam waktu tertentu. Bentuk demokrasi ini kebanyakan yang
diterapkan di negara Afrika namun sedikit yang dapat bertahan.
b) Demokrasi terpimpin. Para pemimpin percaya bahwa semua tindakan
mereka dipercaya oleh rakyat. Segala sesuatu dipusatkan pada
pemimpin yang diperoleh dari pemilihan umum. Bentuk demokrasi
terpimpin ini pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1959-1965.
c) Demokrasi sosial. Bentuk demokrasi ini menaruh kepedulian pada
keadilan
sosial
dan
egalitarianisme
bagi
masyarakat
untuk
memperoleh kepercayaan politik.
d) Demokrasi partisipasi, menekankan hubungan timbal balik antara
penguasa dan yang dikuasai.
2. Unsur-unsur Demokrasi
Untuk melengkapi pembahasan tentang demokrasi, tentunya ada
beberapa unsur yang sangat mendasar dan harus terpenuhi dalam proses
berdemokrasi sebagaimana yang banyak dikemukakan oleh ahli yaitu,
pemerintahan yang bertanggung jawab, kekuasaan bertumpu pada hukum
dan undang-undang dan kebabasan terhadap politik yang berbeda.
Meskipun demikian, Robert A. Dahl mengemukakan bahwa unsur-unsur
demokrasi adalah sebagai berikut:
a. Kebebasan untuk mendirikan dan bergabung dalam organisasi.
b. Kebebasan mengungkapkan pendapat dan berekspresi.
c. Hak untuk memilih.
d. Eligibilitas dalam menempati jabatan publik.
e. Hak bagi setiap pemimpin partai dalam berkompetisi untuk
mendukung dan memilih.
f. Adanya sumber informasi yang alternatif.
g. Terwujudnya pemilihan yang bebas dan jujur.
h. Terwujudnya suatu institusi yang berperan dalam kebijakan
pemerintahan dan bersandar pada pemilihan dan aspirasi yang
bersumber dari pihak lain.
Akan tetapi, Juan Linz dalam hal ini memberikan pemaparan
terhadap unsur demokrasi, dimana ia menjadikan unsur demokrasi itu jauh
lebih ketat dari pemaparan sebelumnya yaitu :
1) Memberikan kebebasan untuk merumuskan preferensi-preferensi
politik mereka, melalui jalur-jalur perserikatan, informasi dan
komunikasi.
2) Memberikan kesempatan bagi warganya untuk bersaing secara
teratur melalui cara-cara damai.
3) Tidak melarang siapapun untuk memperebutkan jabatan-jabatan
politik yang ada.
Adapun Franz Magnis Soseno memaparkan bahwa sebuah negara
dapat dikatakan demokrasi apabila memenuhi lima unsur dan ciri
demokrasi, yaitu negara hukum, pemerintah di bawah kontrol nyata dari
masyarakat, pemilihan umum yang berkala dan bebas, prinsip mayoritas
serta adanya jaminan terhadap hak-hak dasar demokrasi.
Dari beberapa unsur demokrasi yang dikemukakan di atas, sangat
jelas terlihat bahwa demokrasi merupakan konsep yang ideal. Semua unsur
tersebut,
termasuk
kebebasan
mengemukakan
pendapat,
kebebasan
berserikat, pemilihan umum yang bebas dan terbuka serta negara yang
berdasarkan hukum, maka secara keseluruhan harus terpenuhi sebelum
suatu pemerintahan dikatakan demokratis.
Apabila dilihat dari perkembangan proses demokratisasi yang ada,
sebenarnya tidak ada sebuah negarapun yang secara sempurna dapat
dikatakan demokratis. Oleh karena itu salah seorang ilmuan sosial seperti
Michael Burton, Richard Gunter dan John Higley cenderung berpendapat
bahwa banyak rezim yang telah menyelenggarakan pemilihan umum secara
teratur belum dapat disebut sebagai demokratis, beberapa rezim mengatur
hak pilih warganya atas dasar kekayaan, sebagaimana yang pernah
berkembang
di negara-negara Barat pada abad ke-19. Sejumlah rezim
mengingkari hak pilih kelompok dan etnik tertentu, sebagaimana di Afrika
Selatan maupun di Selatan Amerika, hingga baru-baru ini saja beberapa
rezim melarang partai-partai dengan ideologi atau program kerja yang
radikal. Selain itu, sebahagian rezim menggalang dukungan mayoritas untuk
partai yang sedang memerintah melalui praktek-praktek yang tidak adil dan
menekan, sebagaimana yang dilakukan oleh rezim Mexico dalam beberapa
dasawarsa. Sejumlah rezim dengan tegas membatasi efek prosudural
demokrasi dengan menyisihkan jabatan-jabatan tertentu bagi perorangan
atau kelompok tertentu, baik secara langsung maupun tidak langsung dan
tidak bertanggung jawab kepada para pemilih.
Berdasarkan dari unsur-unsur demokrasi yang telah dikemukakan
oleh para ilmuan, dapat dipahami bahwa ada yang longgar dan ada pula
yang ketat sehingga dapat disimpulkan bahwa unsur demokrasi meliputi dua
unsur utama. Pertama, proses rekrutmen elit melalui pemilihan yang jujur
dan bebas dan yang kedua adalah masyarakat mempunyai hak penuh untuk
memilih.
C. Hubungan antara Demokrasi dengan Islam
Untuk mengetahui sejauh mana hubungan maupun titik temu
antara Islam dan demokrasi, Komaruddin Hidayat dalam bukunya Agama,
Demokrasi dan Trasformasi Sosial memaparkan bahwa agama sebagai
ajaran normatif dalam banyak hal memiliki titik temu terhadap nilai-nilai
demokrasi. Oleh karena itu interaksi antar keduanya dapat saling
mendukung. Sebagian ilmuan juga mengatakan bahwa demokrasi dan
agama mempunyai kesejajaran dan kesesuaian. Menurut pendapat ini agama
baik secara teologis dan sosiologis sangat mendukung proses demokratisasi
politik, ekonomi maupun kebudayaan.
Demokrasi dalam kaitannya dengan agama Islam sebagaimana yang
dikatakan oleh Ernest Gellner bahwa agama Islam adalah kesamaan
unsur-unsur dasar dengan demokrasi. Hal senada diungkapkan oleh Robert
N. Bella yang telah sampai pada suatu kesimpulan bahwa penyelenggaraan
pemerintahan yang dikembangkan setiap sistem yang tidak berdiri di atas
prinsip-prinsip demokrasi adalah tidak sesuai dengan kaidah-kaidah utama
yang ditetapkan oleh Islam.
Meskipun demikian, sebahagian orang ada yang mencoba
menggambarkan Islam atau tasyri’ dan hukum dalam Islam sangat terikat
oleh al-Quran dan berkesimpulan bahwa itu tidak selaras dengan demokrasi.
Fikih Islam memang tidak dapat dipungkiri bahwa secara asasi bersandar
kepada al-Quran, akan tetapi tasyri’ yang termaktub dalam al-Quran sama
sekali tidak melangkahi patokan-patokan umum yang ditetapkan oleh
kaidah-kaidah keadilan dalam bentuk yang paling luhur. Sedangkan
kaidah-kaidah umum yang terdapat dalam al-Quran jumlahnya terbatas.
Oleh karena itu, sejak masa-masa awal kaum muslimin menetapkan bahwa
sumber tasyri’ itu ada empat, al-Quran, hadis, qiyas dan ijma.
Apabila kita ingin menelaah kitab-kitab fikih maupun us}ul akan
dijumpai dengan jelas bahwa kaidah-kaidah yang diberlakukan dalam
konsep demokrasi, termasuk dalam pembuatan undang-undang, yang selalu
bertujuan untuk mempertemukan antara logika akal dan keadilan dengan
segala kebutuhan dan maslahat umat manusia, sesungguhnya tidak
bertentangan dan sejalan dengan kaidah-kaidah yang ditetapkan oleh Islam.
Oleh karena itu, dengan jelas bahwa antara demokrasi dengan
prinsip-prinsip dasar Islam tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
demokrasi yang berlaku secara umum, yaitu prinsip persaudaraan,
persamaan, kebebasan, keadilan dan prinsip musyawarah sebagaimana yang
akan dibahas pada bab berikutnya.
Download