BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESA

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,
DAN HIPOTESA
3.1 Kajian Pustaka
3.1.1 Permintaan Investasi Saham
Perusahaan yang berkembang membutuhkan tambahan modal untuk
melakukan investasi di berbagai bidang. Tambahan modal itu mengakibatkan
adanya kewajiban untuk membayar kembali modal yang diperoleh dengan disertai
imbalan jasa yang harus disediakan bagi pemilik modal. (Kasmir, 2010).
Tingkat keuntungan investasi (rate of return) merupakan unsur penting
dalam menentukan nilai saham. Investor akan membandingkan keuntungan yang
akan diterima (expected return) dengan tingkat keuntungan yang pantas baginya
berdasarkan semua informasi tentang investasi pada saham tersebut termasuk
risikonya. Pada saat trading, semakin tinggi harga saham di atas nilai belinya
maka semakin besar keuntungan yang diterima investor yang berarti semakin
diminati saham tersebut. Dengan kata lain semakin besar nilai tambah yang
diterima investor dari saham yang dimiliki maka akan semakin besar permintaan
akan saham tersebut.
Dalam banyak penelitian, (P/BV) juga digunakan sebagai nilai perusahaan
secara relatif terhadap nilai buku. Sekalipun dalam literatur keuangan, nilai
perusahaan adalah nilai gabungan dari nilai pasar saham dan nilai obligasi, pada
banyak penelitian yang dilakukan, nilai perusahaan diartikan hanya sebagai nilai
24
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
saham secara relatif terhadap nilai buku yang disebut (P/BV) atau Price to Book
value.
Bagi seorang investor saham, penting untuk memahami kondisi keuangan
internal dari perusahaan tersebut, untuk kemudian membuat peramalan tentang
kondisi perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan, mengingat tidak ada seorang investor pun yang ingin kehilangan
modalnya secara sia - sia. Meskipun dalam praktiknya, tidak akan ada hasil
ramalan yang tepat 100%, namun paling tidak dengan melakukan peramalan,
investor akan mampu mengidentifikasi hal - hal yang mungkin akan terjadi
dikemudian hari, sehingga faktor - faktor risiko dapat diminimalkan.
3.1.2 Saham sebagai Instrument Kepemilikan
Ada dua jenis saham yaitu saham preferen dan saham biasa. Saham
preferen mempunyai karakteristik campuran antara hutang dan saham. Disebut
demikian karena tidak mempunyai jatuh tempo seperti saham dan menerima
dividen tetap seperti obligasi. Saham biasa disebut juga common stock atau surat
berharga ekuitas, yaitu dokumen yang menandakan bahwa memiliki bagian dalam
kepemilikan perusahaan. Setiap lembar saham mempunyai satu hak suara didalam
rapat para pemegang saham (RUPS) dan mempunyai satu hak dalam pembagian
keuntungan perusahaan. Perusahaan akan dikelola oleh manajemen dan dewan
komisaris yang dipilih atau diangkat oleh rapat pemegang saham.
Saham dari perusahaan-perusahaan besar diperjual-belikan secara bebas
pada satu atau lebih bursa efek. Perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
bursa disebut sebagai perusahaan terbuka (Tbk). Perusahaan yang sahamnya tidak
diperdagangkan di bursa disebut perusahaan tertutup (closely held).
3.1.3 Karakteristik Saham
Dua karakteristik utama saham sebagai bukti investasi pada perusahaan
adalah sebagai residual claim dengan limited liability (Bodie et al., 2009). Arti
residual claim adalah bahwa para pemegang saham mempunyai kedudukan
sebagai pihak yang paling akhir mendapat hak atas aset dan laba perusahaan. Jika
terjadi likuidasi atas aset perusahaan maka hasil likuidasi terlebih dahulu
digunakan untuk membayar hutang pajak, gaji dan hak pegawai, rekanan atau
suppliers, pemegang obligasi (bondholders), dan kreditur lainnya. Kalau masih
ada sisanya baru dibagikan kepada para pemegang saham.
Untuk perusahaan yang tidak dalam proses likuidasi, pemegang saham
berhak atas hasil operasional perusahaan hanya setelah bunga untuk kreditur serta
pajak telah dibayarkan. Manajemen dapat minta persetujuan pemegang saham
terhadap hasil operasional perusahaan yang menjadi hak pemegang saham, yaitu
apakah dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen tunai, atau
ditanam kembali di perusahaan untuk diinvestasikan kembali di perusahaan
dengan harapan dapat meningkatkan nilai saham.
Arti limited liability (tanggung jawab terbatas) adalah bahwa jika
perusahaan mengalami kerugian dan terpaksa harus ditutup maka kerugian
pemegang saham hanya sebesar modal yang disetorkan yaitu harga pembelian
saham. Jadi tidak seperti pada perusahaan perorangan dimana kreditur bisa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
menuntut sampai kepada harta pribadi pemilik. Korporasi (Perseroan Terbatas)
merupakan badan hukum dan pemegang saham tidak secara pribadi bertanggung
jawab atas hutang perusahaan.
3.1.4 Informasi Nilai Perusahaan
Informasi nilai perusahaan (nilai saham) diperlukan untuk:
a. Menentukan saham yang layak dibeli karena undervalued atau layak dijual
karena overvalued.
b. Dalam hal akuisisi atau merger maka informasi nilai saham diperlukan untuk
menentukan berapa jumlah yang harus dibayar kepada para pemegang saham
perusahaan target.
c. Informasi dan penentuan nilai saham diperlukan oleh penjamin emisi
(investment bankers) untuk menetapkan harga perdana saham untuk ditawarkan
pada IPO (Intial Public Offering).
d. Business valuation dipakai oleh venture capitalist untuk mengevaluasi
kesempatan baru dalam berinvestasi
e. Informasi nilai saham perusahaan sendiri diperlukan oleh manajemen untuk
melakukan stock repurchase (pembelian kembali atas saham yang telah dijual).
f. Perusahaan yang akan menjual salah satu divisinya harus mengetahui nilai
divisi tersebut untuk pegangan dalam negosiasi.
g. Informasi nilai saham juga diperlukan untuk tujuan pemberian kompensasi atau
bonus kepada karyawan perusahaan dalam bentuk saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
h. Untuk mengevaluasi berbagai strategi bisnis yang dibuat oleh manajemen
(corporate actions) diperlukan informasi nilai saham perusahaan sebagai
pembanding. Karena tugas manajemen adalah memaksimalkan harga saham
perusahaan, maka informasi nilai saham diperlukan untuk menilai kinerja
manajemen.
3.1.5 Informasi yang Terkandung dalam Harga: Efficient Market Hypoteses
Hipotesis efisien pasar modal adalah situasi dimana harga saham di pasar
merupakan cerminan dari semua informasi yang tersedia sehingga harga tersebut
adalah fair. Ada tiga level bentuk efficient market berdasarkan jenis informasi
yang membuat harga saham berubah.
1. The weak form efficient capital market.
Teori ini mempunyai hipotesa bahwa semua informasi pasar berkenaan
dengan pergerakan harga saham yang lalu sudah tercermin pada harga sekarang.
2. The semistrong form hypothesis
Teori ini mempunyai hipotesa bahwa semua informasi yang sudah
diterima oleh masyarakat seperti prospek perusahaan, harus sudah tercermin
didalam harga saham. Disini harga saham tidak hanya mencerminkan informasi
pasar, tetapi juga semua informasi yang masuk ke masyarakat. Disini harga akan
disesuaikan dengan masuknya informasi ke masyarakat seperti berita kinerja
keuangan perusahaan, rencana merger perusahaan, dan aksi korporasi lainnya.
Karena histori informasi pada the weak form merupakan subset dari semua
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
informasi yang diterima masyarakat, maka jika semistrong market efficiency
berlaku maka secara otomatis the weak form juga berlaku.
3. The strong form of the efficient market hypothesis
Teori ini mempunyai hipotesa bahwa semua informasi yang relevan baik
informasi yang diterima publik maupun informasi yang masih ada ditangan orang
dalam perusahaan sudah tercermin didalam harga saham. Disini saham saat ini
telah mencerminkan semua public dan private information yang relevan.
3.1.6 Teori Struktur Modal dan Nilai Perusahaan
3.1.6.1 Teori Modigliani dan Merton Miller (MM)
Teori struktur modal dari Franco Modigliani dan Merton Miller (MM)
menjelaskan hubungan teoritis antara struktur modal dan nilai perusahaan. Mereka
berpandangan bahwa struktur modal tidak relevan (tidak mempengaruhi) terhadap
nilai perusahaan. Bahasan ini dibagi antara situasi tanpa adanya pajak dan situasi
dengan adanya pajak atas laba perusahaan.
Asumsi untuk membangun teori tersebut:
a. Tidak terdapat agency cost
b. Tidak ada pajak
c. Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan
perusahaan
d. Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai
prospek perusahaan di masa depan
e. Tidak ada biaya kebangkrutan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
f. Penghasilan sebelum bunga dan biaya pajak (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang
g. Para investor adalah price taker
h. Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
Inti dari teori mereka adalah:
Tabel 3.1
Struktur Modal Modigliani dan Miller
Proposisi I tanpa pajak
VL = VU
Proposisi II tanpa pajak
E
D
R A WACC
RE
RD
V
V
Cost of Equity tanpa adanya pajak
D
k E k U ( kU k D )
E
Proposisi I dengan adanya pajak
VL = VU + T*D
Proposition II dengan pajak
S
B
K
(k E )
(k D )(1 T )
V
S
Cost of Equity dengan pajak
D
k E kU (1 T )(kU k D )
E
Sumber: Aggrawal et al., 2013
Inti dari teori struktur modal Modigliani dan Miller yang diringkaskan
pada tabel di atas, yaitu:
Dalam situasi tidak ada pajak maka:
a. Nilai perusahaan tanpa hutang sama dengan nilai perusahaan dengan hutang.
b. Risiko bisnis perusahaan diukur dengan nilai EBIT.
c. Investor memiliki pengharapan yang sama tentang EBIT perusahaan di masa
depan.
d. Saham dan obligasi diperjualbelikan di suatu pasar modal yang sempurna.
e. Seluruh aliran kas adalah perpetuitas (sama jumlahnya hingga waktu tak
terhingga); dengan kata lain pertumbuhan perusahaan adalah nol (nilai EBIT
selalu sama).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
Dengan adanya pajak maka:
Nilai perusahaan yang menggunakan hutang adalah nilai perusahaan tanpa
hutang plus T*D dimana T adalah tarif pajak dan D adalah total hutang. Atau:
Value perusahaan = Value perusahaan tanpa hutang + T*Debt
Asumsi yang diubah adalah:
a. Adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan.
b. Hutang akan meningkatkan nilai perusahaan oleh karena biaya bunga hutang
adalah biaya yang mengurangi jumlah pembayaran pajak.
Penghasilan perusahaan yang terkena pajak merupakan hasil dari
pengurangan penghasilan terhadap seluruh biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan, termasuk beban penyusutan dan biaya bunga. (Kasmir, 2010).
Umumnya untuk penghasilan perusahaan yang terkena pajak akan mengikuti
struktur pajak yang ditetapkan oleh pemerintah.
3.1.6.2 Trade-off Theory
Teori yang diungkapkan oleh Myers di tahun 2001 ini menyatakan bahwa
“Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana
penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya
kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial
distress) adalah biaya kebangkrutan (bancruptcy cost) atau reorganization, dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
biaya keagenan (agency cost) yang meningkat sebagai akibat dari menurunnya
kredibilitas sebuah perusahaan.
Menurut teori ini penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan
tetapi ada batasnya. Alasannya adalah:
a.
Fakta bahwa biaya bunga merupakan pengurang pajak.
b.
Kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan berhubungan langsung
dengan penggunaan hutang. Misalkan bila terlalu banyak hutang tidak ada
kreditur yang akan memberikan pinjaman tambahan, supplier tidak mau lagi
mengirim barang kecuali dibayar tunai, dan lain - lain.
c.
Penghematan pajak dari bunga merupakan sisi positif dari penggunaan hutang
sedangkan biaya kebangkrutan merupakan faktor negatif terhadap nilai pasar
perusahaan.
d.
Biaya agensi. Pemilik dan manajemen merupakan dua kelompok yang
terpisah. Manajemen adalah agensi yang diangkat oleh pemegang saham
untuk merealisir tujuan para pemegang saham. Manajemen membutuhkan
insentif dan keputusan mereka harus dimonitor. Biaya monitoring juga
menjadi beban para pemegang saham. Disana juga akan ada konflik antara
pemegang saham dan pemegang obligasi. Untuk mengurangi konflik yang
terakhir ini, maka dibuat protective covenant (yang membatasi keputusan
managerial). Biaya monitoring kepatuhan pada covenant ini harus dibayar
oleh para pemegang saham. Makin tinggi D/E rasio, maka akan semakin
besar biaya monitoring.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Dengan demikian, nilai perusahaan tidak terus naik dengan semakin
banyaknya hutang tetapi akan menurun jika hutang terlalu banyak. Nilai
perusahaan dapat dirumuskan sebagai berikut
Market Value
Perusahaan
Dengan
Menggunakan
Hutang
=
Market Value
Perusahaan
Tanpa
Menggunakan
Hutang
+
Present Value
Penghematan
Pajak dari
Biaya Bunga
-
Present
Value dari
Bankruptcy
Cost dan
Agency Cost
3.1.6.3 Pecking Order Theory
Myers di tahun 1984 mengungkapkan tentang Pecking Order Theory ini
dengan menyatakan bahwa “Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi
justru tingkat hutangnya rendah, oleh karena perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi memiliki sumber modal yang melimpah”. Akan tetapi,
teori ini tidak menjelaskan tentang struktur modal yang optimal.
Berikut hieharki dalam penggunaan dana di perusahaan, yaitu:
a. Perusahaan lebih memilih menggunakan sumber dana dari dalam atau
pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana tersebut dapat
dihasilkan dari laba yang ditahan, yang dihasilkan dari operasional perusahaan.
b. Jika pendanaan eksternal memang dibutuhkan, maka perusahaan akan memilih
pertama kali dari sekuritas yang paling aman, yaitu hutang dengan risiko yang
paling rendah, turun ke hutang yang lebih berisiko, dan terakhir ke sekuritas
hybrid (seperti obligasi, konversi, saham preferen, dan saham biasa)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
c. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan
jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya
keuntungan ataupun kerugian yang dialami oleh perusahaan
d. Untuk mengantisipasi kekurangan kas karena adanya kebijakan dividen yang
konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta didukung adanya
kesempatan berinvestasi, maka perusahaan akan mengambil portofolio
investasi yang lancar tersedia.
3.1.6.4 Equity Market Timing Theory
Teori ini dikemukakan oleh Baker dan Wurgler (2002) bahwa “Perusahaan
– perusahaan akan menerbitkan ekuitas pada saat harga pasar tinggi dan akan
membeli kembali ekuitas tersebut pada saat harga pasar rendah”. Adapun tujuan
dari equity market timing ini adalah untuk mengeksploitasi fluktuasi sementara
yang terjadi pada cost of equity terhadap cost of other forms of capital.
Baker dan Wurgler juga menyatakan bahwa “Struktur modal merupakan
hasil kumulatif dari usaha melakukan equity market timing di masa lalu”.
Perusahaan dengan tingkat hutang yang rendah akan menerbitkan ekuitas pada
saat harga pasar tinggi. Sementara itu, perusahaan dengan tingkat hutang yang
tinggi akan menerbitkan ekuitas pada saat harga pasar rendah.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
3.1.7 Kinerja Keuangan Perusahaan
Laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk
membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Analisis laporan
keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan.
Berdasarkan kondisi perusahaan saat itu dapat ditentukan langkah apa yang
sebaiknya diambil oleh perusahaan saat ini dan rencana tindak lanjutnya di masa
yang akan datang. Oleh karena itu, sebelum menganalisa laporan keuangan,
penting untuk mempelajari hal - hal yang berkaitan, sehingga kesalahan dalam
menginterpretasi laporan keuangan dapat diminimalkan.
Kinerja keuangan perusahaan dapat dilihat dari rasio - rasio keuangan
yang dicapai yang meliputi rasio likuditas, manajemen aktiva, rentabilitas,
solvabilitas, dan rasio pasar. Formula untuk rasio - rasio keuangan tersebut adalah
(Brigham et al., 2013)
3.1.7.1 Rasio Likuiditas
Fred Weston dalam Kasmir (2010) menyebutkan bahwa rasio likuiditas
(liquidity ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih,
maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut. Adapun rasio
likuiditas tersebut antara lain:
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan membayar
kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia
untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar
dapat pula dikatakan sebagai bentuk pengukuran terhadap tingkat keamanan suatu
perusahaan (margin of safety). (Kasmir, 2008). Rumus yang digunakan untuk
mengukur rasio ini, yaitu:
Current Ratio
Current Asset
Current Liabilitie s
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat dikenal juga dengan quick ratio atau acid test ratio, merupakan
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau
membayar kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva
lancar tanpa memperhitungkan nilai sediaan (inventory). (Kasmir, 2008). Rumus
yang digunakan untuk mengukur rasio ini, yaitu:
Quick Ratio
Current Asset Inventory
Current Liabilitie s
3.1.7.2 Rasio Aktivitas
Dikenal juga dengan rasio perputaran kas (cash turnover) yaitu menurut
James O Gill, dalam Kasmir 2010, rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat
kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan
membiayai penjualan. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur
tingkat ketersediaan kas untuk membayar utang dan biaya lainnya yang
berhubungan dengan penjualan. Adapun rumus yang digunakan dalam rasio ini,
yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Inventory Turnover
Fixed Asset Turnover
Total Asset Turnover
Cost of Goods Sold
Inventory
Sales
Fixed Asset
Sales
Total Asset
3.1.7.3 Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas (leverage ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya, berapa
besar beban utang yang ditanggung perusahaan jika dibandingkan dengan
aktivanya. Dapat juga dikatakan bahwa rasio ini menyatakan kemampuan
perusahaan untuk membayar keseluruhan utang, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, bilamana perusahaan tersebut dibubarkan. Yang termasuk dalam
rasio ini, yaitu:
a. Debt to Total Assets Ratio (Debt Ratio), merupakan rasio utang yang
digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh
utang. Cara menghitung rasio ini menggunakan rumus:
Debt to Total Asset Ratio
Total Debt
Total Asset
b. Times Interest Earned merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan
bungan (J. Fred Weston, dalam Kasmir, 2010). Adapun rumus yang digunakan,
yaitu:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
EBIT
Interst Ch arg e
Times Interest Earned
c. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan menilai utang dengan
ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan
peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Rumus yang digunakan untuk
menghitung rasio ini, yaitu:
Debt to Equity Ratio
Total Debt
Total Equity
3.1.7.4 Rasio Profitabilitas
Rasio
Profitabilitas
merupakan rasio untuk
menilai
kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat
efektifitas manajemen dari suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang
dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Yang termasuk didalam rasio
ini, antara lain:
a. Net Profit Margin (Rasio Margin Keuntungan), merupakan salah satu rasio
yang digunakan untuk mengukur margin laba atas sebuah penjualan. Rasio ini
diukur dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan
penjualan bersih. Berikut rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini.
Net profit m arg in
Net Income
Sales
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
b. Return on Equity (Hasil Pengembalian Ekuitas), disebut juga sebagai
rentabilitas modal sendiri, merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal
sendiri. Semakin tinggi nilai rasio ini, maka akan semakin baik. Hal ini dapat
diartikan bahwa posisi pemilik perusahaan makin kuat, demikian juga sebaliknya.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini, yaitu:
Re turn On Equity
Net Income
Equity
c. Return on Assets (Hasil Pengembalian Investasi) merupakan rasio yang
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
Rasio
ini
juga
menunjukkan
efektivitas
manajemen
dalam
mengelola
investasinya. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini, yaitu:
Re turn On Asset
Net Income
Total Asset
d. Market values, yang dikenal juga sebagai rasio nilai buku atau Earning per
Share yaitu rasio untuk mengukur tingkat keberhasilan manajemen dalam
mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Nilai yang rendah pada rasio ini,
menunjukkan bahwa manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang
saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham
akan meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi.
Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
price EarningRatio P / E
price to Book Value Ratio
price
EPS
P / BV
Pr ice
Book Value
Tujuan semua investor adalah mendapatkan nilai tambah dari investasinya.
Dengan demikian semakin besar nilai tambah dari saham tertentu maka semakin
besar permintaan pada saham tersebut. Nilai tambah yang diberikan oleh saham
ditentukan oleh banyak faktor yaitu faktor makro, faktor industri, dan faktor
internal perusahaan. Bisa juga dikatakan bahwa permintaan akan saham juga
ditentukan oleh faktor - faktor tersebut.
3.1.7.5 Likuiditas Saham
Likuiditas saham adalah kemudahan bagi investor untuk menjual saham
yang dimiliki. Saham yang marketable dapat dijual kembali dengan mudah.
Likuiditas saham diukur dengan rasio volume transaksi terhadap total volume
transaksi pasar.
LIKSHM
Volume Transaksi
Vol Transaksi Pasar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3.1.8 Model Analisa yang Digunakan
Penelitian ini mengolah data panel (pooled) dengan menggunakan model
estimasi OLS (Ordinary Least Squares) dengan persamaan regresi berdasarkan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
EPS
DER
TATO
ROA
Nilai Tambah Investasi Saham (Y)
Likuiditas Saham
Kelima variabel yang diteliti, yaitu EPS, DER, TATO, ROA, dan
Likuiditas Saham dianggap dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap
nilai tambah investasi saham properti dan real estate.
3.1.9 Pengembangan Hipotesa
3.1.9.1 Pengaruh EPS terhadap Nilai Tambah Investasi Saham
Rasio laba per lembar saham (EPS) disebut juga rasio nilai buku, yaitu
merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai
keuntungan bagi pemegang saham (Kasmir, 2010). Rasio yang rendah berarti
manajemen belum mampu untuk memuaskan pemegang saham, dan sebaliknya,
dengan rasio EPS yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang saham meningkat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
Kurnianto et al., 2013 menyimpulkan bahwa EPS akan berpengaruh
positif signifikan terhadap harga saham . Hal itu berarti, semakin tinggai EPS
maka semakin besar bagian laba untuk pemegang saham dan diharapkan akan
semakin besar jumlah dividen yang akan diterima oleh pemegang saham, dan
akan semakin tinggi juga harga saham di bursa. Karena harga saham adalah nilai
sekarang dari dividen dimasa datang maka semakin besar dividen akan semakin
besar nilai saham atau nilai tambah bagi pemilik.
Hipotesa 1: Ada pengaruh positif dari EPS terhadap Nilai Tambah
3.1.9.2 Pengaruh DER terhadap Nilai Tambah Investasi Saham
Penelitian yang dilakukan oleh Mardiyanti, Ahmad dan Putri (2012),
menyatakan bahwa kebijakan hutang (DER) tidak mempengaruhi nilai tambah
atas investasi saham. Sementara itu, ditahun yang sama, Siahaan (2012)
mendapatkan bukti bahwa kebijakan hutang (DER) akan memberikan pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas perusahaan
meningkat dan mengindikasikan dividen yang diterima investor pun akan
meningkat.
Berdasarkan Trade-Off theory, nilai perusahaan akan meningkat dengan
semakin besarnya jumlah hutang karena adanya penghematan pajak. Namun
jumlah hutang tidak bisa terus ditambah karena semakin besar nilai hutang maka
akan semakin besar risiko terjadi kebangkrutan. Dengan asumsi optimal jumlah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
hutang belum tercapai, maka semakin besar nilai hutang maka semakin besar nilai
perusahaan.
Hipotesa 2: Ada pengaruh positif dari DER terhadap Nilai Tambah
3.1.9.3 Pengaruh TATO terhadap Nilai Tambah Investasi Saham
Semakin besar nilai asset sebuah perusahaan maka akan semakin besar
kemampuan perusahaan untuk mengakses dana dan melakukan diversifikasi
usaha. Dengan demikian profitabilitas dan laba perusahaan akan stabil. Pada
gilirannya risiko bagi investor akan semakin kecil sehingga investor tidak minta
risk premium yang tinggi. Hal ini membuat return yang diminta investor akan
menurun dengan semakin stabilnya kinerja perusahaan.
Total asset turn over mengukur efisiensi penggunaan aset. Total asset turn
over adalah rasio antara sales dengan total aset. Rasio ini mengukur berapa jumlah
sales yang dihasilkan dari setiap satu rupiah aset perusahaan. Makin besar TATO
maka akan semakin besar hasil yang diperoleh pemegang saham, yang diukur
dengan nilai ROE. Berdasarkan rumus DuPont maka ROE = (Net Income / Sales)
× (Sales / TA) × (TA / Equity) dimana Sales / TA adalah Total Asset Turn Over
atau TATO. Samuel Dossugi (2006) membuktikan bahwa ada korelasi yang
positif dari profitabilitas dan skala perusahaan terhadap P/BV.
Hipotesa 3: Ada pengaruh positif dari TATO terhadap Nilai Tambah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
3.1.9.4 Pengaruh ROA terhadap Nilai Tambah Investasi Saham
ROA merupakan ukuran rentabilitas yaitu kemampuan perusahaan
mendapatkan keuntungan dan mengembalikannya dalam bentuk aset. Semakin
besar nilai ROA yang dicapai maka akan semakin tinggi tingkat keuntungan bagi
pemegang saham dan saham perusahaan tersebut akan semakin diminati. Hal ini
akan meningkatkan permintaan akan saham tersebut di bursa, sehingga secara
otomatis harga saham perusahaan tersebut akan naik.
Samuel Dossugi (2006) meneliti korelasi kebijakan dividen yang diukur
dengan payout ratio, kebijakan keuangan yang diukur dengan debt to total activa,
profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan skala perusahaan yang diukur dengan
lnTA terhadap rasio nilai pasar dengan nilai buku atau (P/BV). Hasil
penelitiannya menyatakan bahwa ada korelasi yang positif dari profitabilitas dan
skala perusahaan terhadap P/BV.
Hipotesa 4: Ada pengaruh positif dari ROA terhadap Nilai Tambah
3.1.9.5 Pengaruh Likuiditas Saham terhadap Nilai Tambah Investasi
Likuiditas saham adalah kemudahan bagi investor untuk menjual saham
yang dimiliki. Saham yang marketable dapat dijual kembali dengan mudah.
Saham ini akan banyak diminati oleh para investor. Melalui permintaan yang
meningkat maka nilai saham akan baik. Nilai saham juga akan naik karena return
yang diminta investor untuk saham yang likuid lebih rendah dari return yang
diminta investor untuk saham yang tidak likuid. Brigham dan Ehrhardt (2013)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
menyebutkan bahwa nominal return terdiri dari real return ditambah risk
premium yang meliputi inflation premium, liquidity premium, risiko kurs, dan
lain-lain.
Hipotesa 5: Ada pengaruh positif dari Likuiditas Saham terhadap Nilai
Tambah Investasi Saham
3.2 Penelitian Terdahulu
Studi Penggunaan Rasio Keuangan sebagai Penentu P/BV
Penelitian terdahulu yang meneliti faktor - faktor yang menentukan nilai
saham perusahaan relatif terhadap nilai buku (P/BV) menggunakan rasio
keuangan yang berbeda, yaitu seperti yang dijabarkan berikut ini:
Fauziah, Drina (2014) meneliti pengaruh profitabilitas perusahaan
terhadap return saham pada sub sektor perkebunan sawit di Bursa Efek Indonesia
periode 2008 - 2012. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
ROA, ROE, ROI, NPM, GPM, dan OPM. Sementara ditahun sebelumnya,
Fardiyan, M. Ricky (2013) membahas analisis pengaruh faktor fundamental dan
nilai kapitalisasi pasar terhadap return saham perusahaan pelayaran di BEI untuk
periode 2007 - 2012. Variabel yang digunakan yaitu ROA, NPM, DER, P/BV,
dan M Cap terhadap Return Saham.
Ditahun yang sama, Kurnianto et al., 2013 menyimpulkan bahwa EPS
akan berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham. Sementara itu, nilai
DER akan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap harga saham.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
Variabel lainnya yang dilibatkan dalam penelitian ini yaitu CR (Current Ratio)
dan PER (Price Earning Ratio).
Lestari, Taufik, dan Yusralaini (2012) menggunakan variabel dividen,
hutang (DER), keputusan investasi (pertumbuhan aset), dan kepemilikan saham
pada orang dalam perusahaan terhadap nilai perusahaan atau (P/BV). Sementara,
Mardiyanti, Ahmad dan Putri (2012) menggunakan variabel dividen, kebijakan
hutang (DER), dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan.
Siahaan (2012) menggunakan variabel kebijakan hutang (DER) dan
investasi terhadap nilai perusahaan. Ibrahim dan Raharja (2012) menggunakan
keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan. Senada dengan mereka, Efini, Hadiwidjoyo, Salim, dan Rahayu
(2012) juga menggunakan keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Hardiyanti (2012) meneliti pengaruh
pemilikan saham oleh orang dalam perusahaan, leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, dan rasio pembayaran dividen terhadap nilai perusahaan.
Nadir (2012) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan secara
bersama - sama dari EPS, ROE, DER, NPM, terhadap harga saham. Hasil uji
parsialnya menyatakan bahwa
masing - masing variabel berpengaruh secara
signifikan terhadap harga saham.
Kusumajaya (2011) meneliti struktur modal, pertumbuhan perusahaan,
profitabilitas, dan return saham terhadap nilai perusahaan. Mendukung penelitian
sebelumnya, Alfredo Mahendra (2011) menggunakan likuiditas, leverage,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
profitabilitas,
dan
dividen
sebagai
independen
variabel.
Adapun
hasil
penelitiannya adalah bahwa likuiditas dan leverage tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan, sementara profitabilitas dan kebijakan dividen berpengaruh
positif.
Mas’ud (2008) meneliti pengaruh struktur modal (DER) terhadap nilai
perusahaan, sementara struktur modal itu sendiri dipengaruhi oleh profitabilitas,
ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan struktur aset. Ditahun yang
sama, Safrida (2008) meneliti pengaruh struktur modal, pertumbuhan perusahaan,
dan harga saham terhadap nilai perusahaan.
Samuel (2006) meneliti korelasi kebijakan dividen yang diukur dengan
payout ratio, kebijakan keuangan yang diukur dengan debt to total activa,
profitabilitas yang diukur dengan ROA, dan skala perusahaan yang diukur dengan
lnTA terhadap rasio nilai pasar dengan nilai buku atau (P/BV).
Temuan penelitian terdahulu yang telah dijabarkan di atas diringkaskan di
tabel 3.2 pada lampiran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download