BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Pustaka
1. Akuntansi
Akuntansi
adalah suatu sistem
informasi
yang meliputi
proses
pencatatan,penggolongan, peringkasan, pelaporan dan penganalisisan data
keuangan suatu organisasi yang digunakan untuk para pengambil
keputusan-keputusan ekonomi perusahaan. Akuntansi adalah proses
kegiatan yang bersistem mengenai transaksi keuangan suatu organisasi
dalam
melakukan
pencatatan,
penggolongan,
pengikhtisaran,
pemerikasaan, penafsiran, dan penganggaran, sehingga berguna bagi pihak
yang berkepentingan dalam mengambil keputusan untuk menentukan
langkah pada waktu yang akan datang (Nafarin, 2004:7)
2. Akuntansi Biaya
Akuntansi
biaya
merupakan suatu alat
bagi
manajemen dalam
menjalankan aktivitas perusahaan yaitu sebagai alat perencanaan,
pengawasan dan pembuatan keputusan. Akuntansi Biaya yaitu proses
pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan
dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya.Objek kegiatan akuntansi biaya adalah biaya (Mulyadi,
2005:7).
8
3. Biaya
Biaya dan beban sebenarnya memiliki pengertian yang berbeda. Hal ini
dapat dilihat melalui beberapa pendapat mengenai pengertian biaya dan
beban.
Pengertian biaya didefinisikan sebagai ”pengorbanan sumber
ekonomi yang dinilai dalam satuan uang,yang telah terjadi atau yang
secara potensial akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu” (Mulyadi
2005 : 8). Pengertian biaya adalah ”kas atau nilai setara kas yang
dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat
pada saat ini atau di masa mendatang bagi organisasi”. (Henry Simamora
2002 : 36) Sedangkan pengertian beban didefinisikan sebagai “Arus keluar
barang atau jasa, yang akan dibebankan pada atau ditandingkan (matched)
dengan pendapatan (revenue) untuk menentukan laba (income)” (Usry dan
Hammer 2002 : 5) Pengertian beban yang lain “Beban adalah harga
perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh
penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan”
(Supriyono 2004 : 3) Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 19)
Definisi beban mencakup baik kerugian maupun beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa. Beban yang timbul dalam
pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa meliputi misalnya beban
pokok penjualan, gaji dan penyusutan. Beban tersebut biasanya berbentuk
arus keluar atau berkurangnya aktiva seperti kas (dan setara kas)
persediaan dan aktiva tetap. Bedasarkan definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa di dalam biaya mengandung empat unsur pokok yaitu:
9
a. Biaya merupakan suatu pengorbanan ekonomis
b. Diukur dalam satuan uang
c. Terjadi pada saat ini (telah terjadi) atau di masa datang.
d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Sedangkan beban adalah pengorbanan dari aktiva yang telah memberi
manfaat dan sekarang sudah habis digunakan dalam rangka memperoleh
penghasilan.
4. Klasifikasi Biaya
Klasifikasi adalah proses mengelompokan secara sistematis atas
keseluruhan elemen yang ada ke dalam golongan-golongan tertentu yang
lebih ringkas untuk dapat memberikan informasi yang lebih punya arti
atau lebih penting.
Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang akan
digunakan untuk berbagai tujuan, dalam menggolongkan biaya harus
disesuaikan dengan tujuan dari informasi biaya yang akan disajikan. Oleh
karena itu dalam penggolongan biaya tergantung untuk apa biaya tersebut
digolongkan, untuk tujuan yang berbeda pula, atau tidak ada satu cara
penggolongan biaya yang dapat dipakai untuk semua tujuan menyajikan
informasi biaya.
Klasifikasi biaya menurut Carter & Usry (2006 : 40)
a. Biaya dalam hubungannya dengan produk
1) Biaya produksi adalah jumlah dari tiga unsur biaya yaitu biaya
bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
10
overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga
kerja langsung dapat digabungkan kedalam kelompok biaya
utama (prime cost) yaitu biaya yang berhubungan langsung
dengan produksi. Biaya tenaga kerja tidak langsung dan
overhead pabrik dapat di gabungkan kedalam kelompok biaya
konversi (conversion cost) yaitu biaya yang diperlukan untuk
memproses bahan baku menjadi produk jadi
2) Bahan langsung (direct material) adalah semua bahan baku
yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan
dimasukan secara ekplisit dalam perhitungan biaya produksi.
3) Tenaga kerja langsung (direct labour) adalah tenaga kerja yang
melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi
yang dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.
4) Overhead pabrik juga disebut overhead manufaktur yang
ditelusuri secara langsung ke output tertentu.
5) Beban komersial terdiri atas dua klasifikasi besar
6) Beban pemasaran di nilai pada saat biaya produk berakhir,
yaitu pada saat proses pabrikasi diselesaikan dan barangbarang sudah dalam kondisi Siap di jual contoh : biaya iklan
dan ongkos pengangkutan.
7) Beban administratif, meliputi, beban yang dikeluarkan dalam
mengatur dan mengendalikan organisasi
b. Biaya dalam Hubungannya dengan volume produksi
11
Biaya Variabel jumlah total biaya variable berubah secara proposional
terhadap perubahan aktifitas dalam rentan yang relevan (relevant range)
c. Biaya dalam hubungan dengan Departemen Produksi Atau Segmen
Lain adalah :
Departemen produksi dan departemen jasa. Departemen-departemen
dalam suatu pabrik biasanya dapat diklasifikasikan dalam 2 kategori :
Departemen produksi dan departemen jasa.
Biaya bersama ( common cost ) dan biaya gabungan (join cost) adalah
jenis biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi
dengan banyak departemen atau segmen. Biaya gabungan terjadi
karena produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa
produk lain tanpa dapat dihindari.
d. Biaya dalam Hubungannya Dengan Periode Akuntansi
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal (capital
expenditure) atau pengeluaran pendapatan (revenue expenditure). Suatu
pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat dimasa depan
dan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk
periode sekarang yang dilaporkan sebagai beban.
e. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tidakan, dan
evaluasi
Biaya differensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk
suatu pilihan diantara banyak alternatif. Biaya Differensial seringkali
12
disebut biaya marginal atau biaya inkremental . Klasifikasi biaya dibagi
dalam 5 bagian :
1) Biaya dalam hubungannya dengan produk
2) Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi
3) Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau
segmen lain
4) Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi
5) Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan, dan
evaluasi
Berikut dibawah ini terdapat beberapa cara penggolongan biaya menurut
Supriyono (2002 : 14)
1. Penggolongan biaya sesuai dengan fungsi pokok dari kegiatan/aktivitas
perusahaan.
a. Biaya Produksi
Biaya Produksi adalah semua biaya yang berhubungan dengan
fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi
produk selesai. Biaya produksi dapat digolongkan ke dalam :
1) Biaya bahan baku
Biaya bahan baku adalah harga perolehan dari bahan baku
yang
diolah
menjadi
bagian
produk
selesai
dan
pemakaiannya dapat di identifikasikan atau diikuti jejaknya
atau merupakan bagian integral pada produk tertentu.
13
Contoh : pada perusahaan meubel, papan kayu,pipa besi,
spon adalah bahan baku.
2) Biaya tenaga kerja langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang
diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat
diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu
yang dihasilkan perusahaan.
Contoh : upah buruh pabrik
b. Biaya overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung, yang elemennya
dapat digolongkan kedalam :
1) Biaya Bahan penolong, contoh : dilon, aksesoris
2) Biaya tenaga kerja tidak langsung, contoh : gaji kepala
bagian produksi.
3) Biaya tidak langsung lainnya, contohnya biaya asuransi
pabrik, biaya penyusutan aktiva tetap pabrik.
4) Biaya bahan bakar dan listrik pabrik
5) Biaya Pemasaran
Biaya pemasaran merupakan biaya dalam rangka penjualan
produk selesai sampai dengan pengumpulan piutang
menjadi kas. Biaya ini meliputi biaya untuk melaksanakan :
fungsi penjualan, fungsi penggudangan produk selesai,
14
fungsi pengepakan dan pengiriman, fungsi advertensi,
fungsi pemberian kredit dan pengumpulan piutang,fungsi
pembuatan faktur atau administrasi penjualan.
c. Biaya Administrasi dan umum
Biaya administrasi umum adalah semua biaya yang berhubungan
dengan fungsi administrasi dan umum yaitu dalam rangka
penentuan kebijaksanaan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan
perusahaan secara keseluruhan. Termasuk dalam biaya ini gaji
pimpinan tertinggi perusahaan, personalia, sekretariat, akuntansi,
hubungan masyarakat, keamanan.
2. Penggolongan biaya sesuai dengan obyek atau pusat biaya yang dibiayai
Di dalam perusahaan, obyek atau pusat biaya dapat dihubungkan dengan
produk yang dihasilkan, departemen-departemen yang ada dalam pabrik,
daerah pemasaran, bagian-bagian dalam organisasi yang lain, atau bahkan
individu. Penggolongan biaya atas dasar obyek atau pusat biaya, biaya
dibagi menjadi :
a. Biaya langsung
Biaya langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya dapat
diidentifikasikan kepada obyek atau pusat biaya tertentu.
b. Biaya tidak langsung
Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya atau manfaatnya
tidak dapat diidentifikasikan pada obyek atau pusat biaya tertentu
15
atau biaya yang manfaatnya dinikmati oleh beberapa obyek atau
pusat biaya.
Dalam hubungannya dengan produk
Biaya langsung dibagi menjadi dua : biaya langsung kepada produk
dan biaya tidak langsung kepada produk.
Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung adalah
merupakan biaya langsung terhadap produk, karena terjadinya atau
manfaatnya dapat diidentifikasikan pada produk tertentu.
Sedangkan biaya overhead pabrik adalah merupakan biaya tidak
langsung terhadap produk, karena terjadinya atau manfaatnya pada
umumnya tidak dapat diidentifikasikan pada jenis produk tertentu,
atau biaya tersebut secara bersama-sama dinikmati oleh beberapa
produk.
Dalam hubungannya dengan departemen
Biaya dibagi menjadi dua yaitu biaya langsung departemen dan
biaya tidak langsung departemen.
Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang terjadi di
dalam departemen tertentu. Biaya bahan baku dan biaya tenaga
kerja langsung adalah biaya langsung departemen, karena biaya
tersebut terjadi atau manfaatnya dapat diidentifikasikan langsung
dengan departemen tertentu.
16
Sedangkan biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang
terjadi di suatu departemen, tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih
dari satu departemen.
Biaya overhead pabrik sebagian merupakan biaya langsung
departemen dan sebagian merupakan biaya tidak langsung
departemen, meskipun terhadap produk. Sebagai contoh, misalnya
bahan penolong adalah biaya langsung departemen terjadi atau
manfaatnya dapat diidentifikasikan pada departemen tertentu.
Sedangkan biaya penyusutan bangunan pabrik apabila setiap
departemen menggunakan bangunan yang berbeda adalah biaya
langsung departemen, sedangkan pabrik yang berada pada satu atap
adalah biaya tidak langsung departemen.
3. Pengklasifikasikan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya
a. Pengeluaran modal (Capital Expenditure)
Pengeluaran
modal
adalah
pengeluaran
yang
akan
dapat
memberikan manfaat pada beberapa periode akuntansi yang akan
datang. Pada saat terjadinya pengeluaran ini dikapitalisasi ke dalam
harga perolehan aktiva, dan dibebankan pada periode akuntansi
yang menikmati manfaatnya dengan cara di depresiasi, diamortisasi
atau dideplesi.
Contohnya : pengeluaran untuk pembelian mesin.
b. Pengeluaran penghasilan (Revenue Expenditure)
17
Pengeluaran
penghasilan
adalah
pengeluaran
yang
akan
memberikan manfaat hanya pada periode akuntansi di mana
terjadinya pengeluaran langsung diperlakukan sebagai beban yang
akan dipertemukan dengan pendapatan atau tidak dikapitalisasi
sebagai aktiva.
Contohnya : biaya gaji, biaya iklan.
5. Sifat persediaan dan Harga Pokok Penjualan
a. Tipe Persediaan dan Arus Biaya
Fokus dalam masalah ini berada di perusahaan yang menjual produk.
Perusahaan-perusahaan
ini
sering
disebut
sebagai
salah
satu
merchandiser atau perusahaan dagang. Merchandiser adalah perusahaan
(baik pengecer atau grosir) yang membeli produk dalam kondisi sudah
selesai dan tahan untuk dijual kembali tanpa proses lebih lanjut.
Pengecer seperti Wal-Mart, Sears, Target dan merchandiser
yang menjual langsung ke konsumen. Sementara itu grosir adalah
merchandiser yang menjual ke pengecer lainnya. Misalnya, McKesson
dan AmerisourceBergen adalah grosir yang memasok produk-produk
farmasi untuk penyedia layanan kesehatan, Serikat Natural Foods
adalah grosir yang mendistribusikan secara alami, organik, dan
makanan khusus dari berbagai pengecer. Produk yang dimiliki oleh
merchandiser disebut persediaan barang. Persediaan barang adalah
aktiva lancar di neraca. Ketika aktiva lancar ini dijual kepada
18
pelanggan, menjadi beban yang disebut harga pokok penjualan yang
muncul pada laporan pendapatan.
Produsen adalah perusahaan yang membeli dan mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang kemudian siap dijual. Sony, Toyota, dan
Eastman Kodak adalah semua perusahaan manufaktur. Perusahaan
manufaktur mengklasifikasikan persediaan ke dalam tiga kategori:
1) Persediaan Bahan baku, adalah bahan dasar yang digunakan
untuk membuat produk jadi. Ketika bahan-bahan baku yang
dibeli, perkiraan persediaan bahan baku meningkat. Sebagai
bahan baku yang digunakan untuk memproduksi produk,
mereka menjadi bagian persediaan work in proses.
2) Persediaan Work In Proses, terdiri dari bahan baku yang
digunakan dalam produksi serta biaya produksi lainnya seperti
tenaga kerja dan listrik dsb. Biaya ini ditampung di perkiraan ini
sampai produk selesai. Setelah proses produksi selesai, biaya ini
dipindahkan ke perkiraan persediaan barang jadi.
3) Persediaan Barang jadi merupakan biaya produk akhir yang
tersedia untuk dijual. Ketika persediaan barang jadi yang dijual
kepada pelanggan, maka menjadi beban yang disebut sebagai
harga pokok penjualan yang muncul di laporan laba rugi.
Hubungan antara perkiraan persediaan berbagai harga pokok
penjualan dapat dilihat dalam lampiran 2.1
19
Konsep-konsep yang terlibat dalam akuntansi persediaan untuk
produsen dan perusahaan dagang adalah serupa. Namun, karena
kompleksitas tambahan dari akuntansi persediaan untuk
manufaktur/perusahaan
industry
akan
membahas
pada
perusahaan dagang seperti dibawah ini.
b. Model Harga Pokok Penjualan
Seperti ditunjukkan pada tampilan diatas, harga pokok penjualan adalah
biaya kepada penjual semua barang yang dijual selama periode
akuntansi. Ingat bahwa prinsip pencocokan mengharuskan setiap biaya
yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan harus diakui pada
periode yang sama bahwa pendapatannya juga diakui. Karena
pendapatan diakui pada saat barang dijual, harga pokok penjualan
adalah bebannya. Hubungan antara harga pokok penjualan dan
persediaan diberikan oleh model harga pokok barang berikut ini:
Persediaan awal + pembelian
= Harga pokok barang untuk dijual – Persediaa akhir
= Harga Pokok Penjualan
Kecuali dalam kasus sebuah perusahaan baru, perusahaan dagang dan
produsen akan memulai tahun pertama dengan tidak ada jumlah
persediaan awal. Setiap pembelian sepanjang tahun, produk tsb
ditambahkan ke perkiraan persediaan. Jumlah persediaan awal dan
pembelian merupakan harga pokok barang tersedia untuk dijual. Bagian
dari harga pokok barang tersedia untuk dijual yang tetap tidak terjual
20
pada akhir tahun adalah persediaan akhir perusahaan (persediaan akhir
untuk satu periode akan menjadi persediaan awal periode berikutnya).
Bagian dari harga pokok barang tersedia untuk penjualan yang dijual
menjadi harga pokok penjualan. Biaya model pokok penjualan
diilustrasikan dalam lampiran 2.2
c. Sistem Persediaan
Karena persediaan merupakan jantung dari siklus operasi untuk
kebanyakan grosir dan pengecer, sistem akuntansi persediaan yang
mencatat pembelian dan penjualan dan melacak tingkat persediaan ini
sangat penting. Sistem ini menyediakan informasi yang dibutuhkan
untuk menentukan harga pokok penjualan dan menganalisis persediaan.
Selain itu, tanda-tanda sistem ini akan memenuhi kebutuhan untuk
membeli tambahan persediaan atau kebutuhan untuk melakukan upaya
khusus untuk menjual persediaan yang ada. Mereka juga memberikan
informasi
yang
diperlukan
untuk
menjaga
persediaan
dari
penyalahgunaan atau pencurian. Singkatnya, sistem ini memberikan
informasi bahwa manajer perlu untuk mengelola dan mengendalikan
persediaan. Perusahaan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem
akuntansi persediaan - sistem persediaan perperpetual atau sistem
persediaan periodik.
1) Sistem Persediaan Perpertual.
Dalam sistem persediaan perpetual, saldo persediaan dan harga
pokok
penjualan
secara
21
terus
menerus
(terus-menerus)
diperbarui dalam setiap penjualan atau pembelian. Jenis sistem
mengharuskan catatan rinci dipertahankan pada dasar transaksiby-transaksi untuk setiap pembelian dan penjualan dari
persediaan. Misalnya, setiap kali bahwa pembelian stok barang
Wal-Mart dari pemasok, kita membukukan pembelian ini
langsung kedalam catatan persediaan. Demikian pula, ketika
Wal-Mart melakukan penjualan ke pelanggan, maka tidak hanya
akan
mencatat penjualan, tetapi juga akan memperbarui persediaan dan harga
pokok
penjualan
dengan
mengurangi
saldo
persediaan
dan
meningkatkan biaya barang yang dijual. Dengan kata lain, sistem
persediaan perpetual mencatat baik pendapatan dan biaya dalam setiap
transaksi penjualan. Dengan volume transaksi yang dimiliki Wal-Mart
setiap hari, tugas ini dapat menimbulkan kesan menakutkan. Namun,
dengan munculnya "titik penjualan" sistem register kasir dan scanner
bar code optik, penerapan sistem persediaan perpetual telah menjadi
sangat umum dilaksanakan. Beberapa perusahaan, seperti Wal-Mart,
yang mengambil ide ini lebih baik dan penggunaan radio frekwensi
identikasikan (RFID) teknologi untuk melacak persediaan. Dengan
melampirkan tag RFID untuk persediaan, Wal-Mart mampu lebih
mudah melacak persediaan dari pemasok kepada pelanggan akhir,
secara dramatis mengurangi kerugian persediaan. Dalam sistem
22
persediaan perpetual, sistem akuntansi terus up-to-date dilakukan.
Persediaan akhir dan harga pokok penjualan pada setiap waktu dicatat.
Namun, perusahaan yang menggunakan sistem perpetual masih harus
mengambil perhitungan persediaan secara fisik. Setidaknya sekali
dalam setahun untuk mengkonfirmasi saldo persediaan. Selisih antara
jumlah fisik persediaan dan saldo persediaan yang disediakan oleh
sistem akuntansi, bisa menjadi hasil dari kesalahan, sampah, kerusakan,
atau pecurian.
2) Sistem Persediaan Periodek
Sebuah sistem persediaan periodik tidak memerlukan usaha
untuk menjaga secara detail, up-to-date dari catatan persediaan.
Sebaliknya, sebuah catatan sistem periodik, biaya pembelian
yang
terjadi
(dalam
perkiraan
terpisah
dari
perkiraan
persediaan), membutuhkan perhitungan fisik persediaan pada
akhir periode, dan menerapkan model harga pokok yang dijual
untuk menentukan saldo persediaan akhir dan harga pokok
penjualan.
Dengan
demikian,
sistem
periodik
hanya
menghasilkan saldo untuk persediaan akhir dan harga pokok
penjualan pada setiap akhir periode akuntansi (secara periodik).
Jika
sebuah
perusahaan
menggunakan
sistem
periodik
kebutuhan untuk mengetahui keseimbangan persediaan atau
harga pokok penjualan selama periode, itu harus melakukan
salah satu dari berikut ini:
23
a) melakukan penghitungan fisik persediaan atau
b) memperkirakan jumlah persediaan menggunakan tehnik
estimasi.
6. Perbandingan Sistem Persediaan Perpetual dan Periodik.
Sistem perpeptual dan sistem periodik menawarkan manfaat yang berbeda
dan
setiap
pilihan
antara
dua
sistem
persediaan
yang
harus
mempertimbangkan keuntungan setiap system, terhadap biaya operasional.
Keuntungan dari sistem periodik adalah bahwa hal itu relatif murah untuk
beroperasi. Karena sistem perpetual butuh orang yang memasukkan dan
memelihara data yang lebih baik dibandingkan sistem periodic. Biaya
tambahan cukup besar untuk sebuah perusahaan dengan ribuan item yang
berbeda dalam persediaan. Namun, dengan kemajuan teknologi, keuntungan
ini dengan cepat dapat dicapai. Sistem perpetual memiliki keuntungan dari
membuat saldo persediaan dan harga pokok penjualan terus tersedia setiap
saat. Hal ini karena manajemen mempunyai kontrol lebih besar atas
persediaan daripada mereka yang melakukan system persediaan periodik.
Menyediakan informasi yang tepat waktu kepada manajer dapat menjadi
lebih signifikan dan sangat berharga mencapai keunggulan dalam
lingkungan bisnis yang kompetitif. Misalnya, banyak keberhasilan WalMart telah dikaitkan dengan manajemen persediaan yang canggih dan
mengendalikan sistemnya. Kami akan menggambarkan sistem persediaan
perpetual dalam masalah ini karena pertumbuhannya dan popularitas di
berbagai jenis perusahaan.
24
7. Pencatatan Transaksi Persediaan Sistem Perpertual
Prinsip biaya historis mensyaratkan bahwa kegiatan perusahaan yang pada
awalnya diukur pada biaya-harga historis, harga pertukaran pada saat
aktivitas terjadi. Kalau diterapkan pada persediaan, berarti prinsip ini
mengatakan bahwa biaya persediaan meliputi harga pembelian barang
ditambah biaya transport barang ke kondisi dan lokasi terjual. Oleh karena
itu, biaya persediaan akan mencakup harga pembelian ditambah biaya
lainnya. "Biaya Insidental", seperti biaya pengiriman untuk mengirimkan
barang ke gudang perusahaan, asuransi biaya pada persediaan ketika sedang
dalam perjalanan, dan berbagai jenis pajak. Secara umum, perusahaan harus
berhenti mengumpulkan biaya sebagai bagian dari persediaan setelah
persediaan siap dijual.
8. Akuntansi Pembelian Persediaan
Pertama kita lihat bagaimana sebuah perusahaan dagang akan menjelaskan
persediaan pembelian. Dalam sistem persediaan perpetual, perkiraan
persediaan untuk mencatat biaya yang berkaitan dengan perolehan barang
dagangan.
9. Pembelian.
Pembelian mengacu pada biaya barang dagangan yang diperoleh untuk
dijual kembali selama periode akuntansi. Pembelian persediaan dicatat
dengan meningkatkan perkiraan persediaan. Semua pembelian harus
didukung oleh sumber dokumen seperti faktur, yang menyediakan bukti
tertulis dari transaksi serta rincian yang relevan dari barang dibeli.
25
Mengandalkan pada prinsip biaya historis, biaya pembelian harus
menyertakan pengaruh diskon pembelian, retur pembelian, dan biaya
transportasi.
a) Diskon Pembelian.
Perusahaan yang menjual barang secara kredit sering menawarkan
kepada pelanggan mereka dengan diskon penjualan untuk mendorong
pembayaran yang cepat. Dari sudut pandang pelanggan, penurunan
harga
tersebut
disebut
diskon
pembelian.
Persyaratan
kredit;
menentukan jumlah dan waktu pembayaran. Misalnya, persyaratan
kredit "2/10, n/30" berarti bahwa diskon 2 persen dapat diambil pada
harga faktur, jika pembayaran dilakukan dalam waktu 10 hari dari
tanggal faktur. Periode pembayaran yang berkurang dikenal sebagai
periode diskon. Jika tidak, pembayaran penuh jatuh tempo dalam 30
hari dari tanggal faktur. Jika diskon pembelian diambil, pembeli
mengurangi perkiraan persediaan untuk jumlah diskon yang diambil,
sehingga dalam perkiraan persediaan mencerminkan biaya pembelian
bersih. Umumnya, semua diskon yang tersedia harus diambil.
Kegagalan membayar dalam waktu periode diskon adalah setara dengan
membayar bunga atas penggunaan uang. Misalnya, kegagalan untuk
mengambil keuntungan dari diskon 2 persen untuk persyaratan kredit
dari "2/10, n/30" setara dengan tingkat suku bunga tahunan sebesar 36,5
persen. Jelas, membayar dalam periode diskon adalah kebijakan
manajemen kas yang baik.
26
b) Cadangan dan Retur Pembelian.
Barang dagangan diperiksa saat diterima dan dapat diuji dengan
berbagai cara sebelum menjadi barang yang siap dijual. Berikut
masalah yang dapat mengakibatkan ketidakpuasan dengan barang
dagangan:
1) Barang dagangan yang salah disampaikan.
2) Barang yang tidak sesuai dengan spesifikasi.
3) Barang itu rusak atau cacat.
4) Barang tiba terlambat di tempat tujuan.
Jika pembeli tidak puas dengan barang dagangan, itu sering
kembali ke penjual untuk mengkreditkan persediaan atau untuk
pengembalian dana tunai. Biaya barang dikembalikan kepada
pemasok disebut retur pembelian. Dalam beberapa kasus,
pembeli dapat memilih untuk menjaga barang jika penjual
bersedia untuk memberikan pengurangan (tunjangan) dari
pembelian harga. Situasi ini disebut tunjangan pembelian.
Peningkatan retur pembelian dan tunjangan mungkin tandatanda hubungan yang memburuk dengan pemasok, dengan
demikian, retur pembelian yang dipantau sangat erat oleh
manajer pembelian. Karena persediaan meningkat ketika
awalnya pembelian dibuat, Pengembalian atau cadangan
pembelian dicatat dengan penurunan persediaan.
c) Biaya Transportasi
27
Transportasi atau pengangkutan,adalah biaya yang dikeluarkan
untuk memindahkan persediaan dari lokasi penjual ke lokasi
pembeli. Pencatatan yang tepat atas biaya transportasi
tergantung pada apakah pembeli atau penjual mau membayar
biaya transportasinya. Pertanyaan ini efektif sama dengan
pertanyaan pada titik manakah tentang kepemilikan transfer
persediaan dari penjual kepada pembeli. Titik di mana
kepemilikan, atau jadwal, dari perubahan yang menangani
persediaan tergantung pada bentuk konrak pengiriman . Istilah
pengiriman dapat berupa F.O.B. (Free On Board) pengiriman
atau F.O.B. tujuan.
1) F.O.B. pengiriman: Jika syarat pengiriman adalah F.O.B.
pengiriman, kepemilikan persediaan melewati penjual
kepada pembeli pada titik pengiriman. Di bawah
2) F.O.B. konrak pengiriman, pembeli biasanya membayar
biaya transportasi, sering disebut barang-in. Biaya ini
dianggap sebagai bagian dari total biaya pembelian dan
perkiraan persediaan akan meningkat. Penjual biasanya
akan mengakui pendapatan pada saat pengiriman.
3) F.O.B. tujuan: Bila istilah pengiriman adalah F.O.B.
tujuan, kepemilikan persediaan melewati penjual ke
pembeli dibawah fob tujuan. Di bawah F.O.B. tujuan
istilah pengiriman, penjual biasanya bertanggung jawab
28
untuk membayar biaya transportasi, sering disebut
barang-out. Dalam hal ini, biaya transportasi tidak
dianggap sebagai bagian dari persediaan, melainkan,
penjual akan membebani perusahaan dengan biaya-biaya
sebagai beban penjualan pada laporan laba rugi.
Pendapatan biasanya tidak diakui sampai pengiriman
barang telah terjadi.
d) Barang konsinyasi.
Terkadang barang yang dimiliki oleh salah satu pihak yang
dimiliki dan ditawarkan untuk dijual oleh orang lain. Barang ini
dinamakan konsinyasi. Dalam konsinyasi, penjual (atau
penerima) memperoleh biaya ketika barang konsinyasi telah
terjual, tetapi pemilik asli mempertahankan kepemilikan barang.
Produsen sering menggunakan kiriman untuk mendorong
pengecer
besar,
seperti
Wal-Mart
dan
Target,
untuk
menawarkan produk mereka untuk dijual. Pengecer menemukan
pengaturan ini menarik karena memungkinkan mereka untuk
mengurangi
investasi
mereka
dalam
persediaan.
Dalam
pengaturan konsinyasi, barang tidak termasuk dalam persediaan
bagi penjual.
10. Mencatat Transaksi Pembelian
Untuk meringkas, harga pembelian persediaan meliputi semua biaya
untuk membawa barang ke kondisi laku dan lokasi terjual. Oleh karena
29
itu, perkiraan persediaan meningkat untuk harga faktur pembelian serta
biaya transportasi setiap dibayar pembeli. Semua diskon pembelian,
tunjangan mengurangi rekening persediaan.
Perhitungan Pembelian Bersih
Faktur harga pembelian Rp. 13.750
Dikurangi: Diskon Pembelian (100)
Pot. Pembelian dari tunjangan (750)
Tambahkan: Biaya transportasi (freight-in) 150
Bersih biaya pembelian Rp. 13.050
Perhatikan bahwa pembelian sepatu hiking di Toko Sepatu Cornerstone
menurut harga faktur Rp. 13.750, biaya transportasi (freight-in) karena
Brandon membayar barang tersebut. Namun, pembelian sepatu lari
tidak termasuk biaya pengiriman karena dibayar oleh penjual. Jurnal
Entri tersebut menggambarkan bahwa, di bawah sistem persediaan
perpetual, persediaan terus diperbarui dengan setiap pembelian
sehingga nilai bersih dari pembelian tercermin dalam rekening
persediaan. Perhitungan dari jumlah pembelian bersih untuk Sepatu
Brandon diringkas dalam tampilan diatas. Meskipun harga faktur asli
adalah Rp. 13.750, pertimbangan diskon pembelian , retur, dan
menghasilkan biaya transportasi jauh berbeda nilai dalam perkiraan
persediaan.
30
11. Akuntansi untuk Penjualan Produk
Selain untuk transasksi pembelian, perusahaan dagang ini juga harus
memperhitungkan efek inventarisasi penjualan dan retur penjualan.
Karena sistem persediaan perpetual yang digunakan, perkiraan
persediaan barang dagangan juga ikut terpengaruh. Perusahaan
mengakui adanya pendapatan dari penjualan ketika pengumpulan kas
diterima dan cukup terjamin. Pencatatan penjualan melibatkan dua
jurnal ini:
a) Jurnal entri pertama, pendapatan penjualan diakui.
b) Jurnal kedua mengakui, konsisten dalam menggunkan prinsip yang cocok
(matching principle), harga pokok barang yang dijual. Hal ini juga
mengurangi perkiraan persediaan sehingga sistem persediaan perpetual
akan mencerminkan keseimbangan persediaan selalu up to date.
Penjualan Retur dan Potongan
Jika
pelanggan
mengembalikan
produk
karena
beberapa
alasan,
perusahaan akan melakukan penyesuaian untuk penjualan. Selain itu,
perusahaan harus membuat jurnal kedua untuk menurunkan biaya pokok
penjualan dan meningkatkan persediaan untuk mencerminkan kembalinya
barang dagangan.
12. Metode Persediaan Costing
Sistem persediaan (perpetual atau periodik) menentukan apakah harga pokok
penjualan dihitung-untuk setiap transaksi penjualan atau pada akhir periode.
Metode costing persediaan menentukan sejauh mana biaya dialokasikan ke
31
harga pokok penjualan dan persediaan akhir. Meskipun asumsi tentang
bagaimana aliran
biaya persediaan bisa mengambil berbagai bentuk, akuntan biasanya
menggunakan salah satu dari empat metode perhitungan biaya persediaan:
Spesifik Identifikasi
1) Pertama-in, first-out (FIFO)
2) Rata-rata biaya
Masing-masing empat metode biaya merupakan prosedur yang berbeda untuk
mengalokasikan harga pokok barang yang tersedia untuk dijual antara
persediaan akhir dan harga pokok penjualan. Hanya metode identifikasi
khusus mengalokasikan biaya pembelian sesuai dengan aliran fisik unit
tertentu melalui persediaan. Artinya, identifikasi khusus adalah berdasarkan
prinsip aliran prinsip. Sebaliknya, dua lainnya yaitu metode-FIFO, dan ratarata biaya-didasarkan pada prinsip aliran biaya. Ketika FIFO atau metode
biaya rata-rata yang digunakan, aliran aliran barang secra fisik kedalam
persediaan dan keluar untuk pelanggan umumnya tidak berhubungan dengan
aliran biaya per unit. Kami membuat kesimpulan di sini sehingga Anda tidak
akan bingung dalam berpikir bahwa asumsi arus biaya menggambarkan fisik
arus barang di sebuah perusahaan. Prinsip akuntansi yang berlaku umum
tidak mengharuskan asumsi arus biaya konsisten dengan aliran fisik barang.
Perusahaan mengungkapkan pilihan mereka tentang metode persediaan dalam
catatan laporan keuangan. Laporan tahunan 2010 dari Wal-Mart ada dibawah
ini.
32
Spesifik Identifikasi :
Metode identifikasi khusus menentukan biaya persediaan akhir dan harga
pokok penjualan berdasarkan identifikasi unit penjualan dan persediaan.
Metode ini tidak memerlukan asumsi tentang aliran biaya tetapi memberikan
biaya berdasarkan aliran persediaan tertentu. Hal ini membutuhkan bahwa
catatan rinci dari setiap pembelian dan penjualan dipertahankan sehingga
perusahaan tahu persis dimana item yang dijual dan biaya barang tersebut.
Secara historis, metode ini adalah bersifat praktis hanya untuk biaya itemnya
tinggi dengan pengidentifikasi unik (misalnya, nomor seri) yang dijual
terbatas, misalnya, mobil. Dengan diperkenalkannya bar coding, scanner
elektronik, dan frekuensi radio identifikasi, metode ini menjadi lebih mudah
untuk mengimplementasikan, tetapi penerapannya masih relatif masih jarang.
1) First-In, First-Out (FIFO)
Yang pertama masuk, yang pertama keluar (FIFO) didasarkan pada asumsi
bahwa biaya bergerak melalui persediaan dalam aliran tak terputus,
dengan biaya masuk dan keluar persediaan dalam urutan yang sama.
Dengan kata lain, pembelian awal (first in) diasumsikan yang pertama
akan dijual (first-out), dan pembelian yang lebih baru dalam persediaan
akhir. Setiap waktu barang dijual, biaya pembelian awal (tertua) yang
membentuk biaya barang tersedia untuk dijual dialokasikan kebeban
pokok penjualan, dan biaya pembelian yang paling baru dialokasikan ke
persediaan akhir. Dalam banyak kasus, ini asumsi arus biaya adalah
representasi akurat dari arus fisik barang. Hewlett-Packard dan restoran
33
perusahaan seperti Ruby Selasa dan Merek Yum semua menggunkan
FIFO. Selain itu,toko kelontong seperti Publix menggunakan FIFO untuk
item tahan lama mereka.
2) Rata-rata Biaya
Metode biaya rata-rata mengalokasikan harga pokok barang tersedia untuk
dijual diantara persediaan akhir dan harga pokok penjualan berdasarkan
biaya rata-rata tertimbang per unit. Rata-rata tertimbang biaya per unit
dihitung setelah setiap pembelian persediaan sebagai berikut:
Tertimbang Rata-rata Biaya per Unit=Biaya Barang Tersedia untuk Dijual
Unit yang tersedia untuk Dijual
Karena rata-rata baru dihitung setelah setiap pembelian, metode ini sering
disebut metode rata-rata bergerak. Biaya rata-rata tertimbang per unit ini
kemudian digunakan untuk menghitung persediaan akhir dan harga pokok
penjualan sebagai berikut:
Persediaan akhir= unit yang tersedia x biaya weigt average/unit
Harga Pokok Penjualan= unit di angan x biaya weigt avarege/unit
Pengaruh Metode Alernatif Biaya terhadap Laporan Keuangan ,Analis
Laporan keuangan sering mengajukan pertanyaan hipotetis, "Berapa
banyak persediaan dan pendaptan yang didapatkan bila menggunaan
metode biaya yang berbeda." Jika harga persediaan yang dibeli adalah
stabil, semua metode persediaan biaya akan menghasilkan jumlah yang
sama untuk persediaan akhir dan harga pokok penjualan. Namun, ketika
harga pembelian bervariasi, FIFO dan metode biaya rata-rata ini akan
34
menghasilkan jumlah yang berbeda untuk persediaan akhir, harga pokok
penjualan dan tentu saja pendapatannya berbeda.
Untuk menganalisis laporan keuangan dengan benar, maka perlu untuk
memahami dampak perubahan harga pada persediaan dan pendapatan.
13. Pengertian Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan adalah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang yang dijual atau harga perolehan dari barang yang
dijual.
Manfaat harga pokok penjualan.
1. Sebagai patokan untuk menentukan harga jual.
2. Untuk mengetahui laba yang diinginkan perusahaan. Apabila harga jual
lebih besar dari harga pokok penjualan maka akan diperoleh laba, dan
sebaliknya apabila harga jual lebih rendah dari harga pokok penjualan
akan diperoleh kerugian.
Rumus Menghitung Penjualan Bersih.
Penjualan dalam perusahaan dagang sebagai salah satu unsur dari
pendapatan Perusahaan. Unsur-unsur dalam penjualan bersih terdiri dari:
a. Penjualan kotor;
b. Retur penjualan;
c. Potongan penjualan;
d. Penjualan bersih.
35
Untuk mencari penjualan besih adalah sebagai berikut:
Penjualan bersih = penjualan kotor – retur penjualan – potongan penjualan.
Contoh:
Diketahui penjualan Rp. 25.000.000,Retur penjualan Rp. 125.000,Potongan penjualan Rp. 150.000,Hitunglah penjualan bersih!
Penjulan bersih = Rp. 25.000.000,- – Rp. 125.000,- – Rp. 150.000,- = Rp.
24.725.000,Rumus Menghitung Pembelian Bersih.
Pembelian bersih adalah sebagai salah satu unsur dalam menghitung harga
pokok penjualan.
Unsur-unsur untuk menghitung pembelian bersih terdiri dari:
a. Pembelian kotor;
b. Biaya angkut pembelian;
c. Retur pembelian dan pengurangan harga;
d. Retur pembelian;
c. Potongan pembelian.
Untuk menghitung pembelian bersih dapat dirumuskan sebagai berikut:
Pembelian bersih = pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian
– potongan pembelian
Rumus Menghitung Harga Pokok Penjualan.
36
Untuk menghitung harga pokok penjualan terlebih dahulu harus
memperhatikan Unsur-unsur dibawah ini:
a. Persediaan awal barang dagangan;
b. Pembelian;
c. Biaya angkut pembelian;
d. Retur pembelian dan pengurangan harga;
e. Potongan pembelian
Rumus harga pokok penjualan:
HPP = Persediaan awal barang dagangan + pembelian bersih – persediaan
akhir
HPP = Barang yang tersedia untuk dijual – persediaan akhir
Keterangan :
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal barang dagangan +
pembelian bersih.
Pembelian bersih = Pembelian + biaya angkut pembelian – retur pembelian
– potongan pembelian.
Atau
Barang yang tersedia untuk dijual = Persediaan awal + pembelian + beban
angkut
Pembelian – retur pembelian – potongan pembelian.
37
Persediaan akhir barang yang tersedia (dikuasai) pada akhir periode
akuntansi.
14. Harga Jual
Suatu produk dapat dinilai dengan dua cara yaitu secara kualitatif dan
kuantitatif. Secara kuantitatif, produk dinilai dengan sejumlah uang yaitu
yang dinamakan dengan harga jual.
Menurut Kotler dan Amstrong (2002:58), secara sederhana harga di
definisikan sebagai berikut :
“Harga adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu barang atau jasa.”
Definisi mengenai harga lebih luas menurut Kotler dan Amstrong
(2002:59) adalah :
“Harga adalah jumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
dari memiliki atau menggunakan barang atau jasa.”
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka harga jual dapat diartikan
sebagai sejumlah nilai yang harus dibayar oleh pembeli atas manfaat dari
memilki atau menggunakan barang atau jasa yang disediakan oleh penjual.
15. Metode Penentuan Harga Jual
Adapun metode penetapan harga jual yang umum dipakai oleh perusahaan
yaitu metode penetapan harga jual normal (Normal Pricing Method) atau
Cost Plus Pricing Method yaitu harga jual di tentukan dengan menambah
pokok biaya dengan suatu persentase markup yang diharapkan.
Rumus perhitungan harga jual dengan Cost Plus Pricing Method dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut :
38
Harga Jual per unit = Pokok Biaya per unit + Persentase markup
Pokok biaya atau harga pokok produksi yang terjadi dapat dihitung dengan
dua pendekatan yaitu : pendekatan penyerapan sepenuhnya (Full Costing
Approach atau Absorption Costing Approach) dan pendekatan kontribusi
(Direct Costing Approach atau Variable Costing Approach).
Dalam pendekatan penerapan sepenuhnya, pokok biaya didefinisikan
sebagai biaya pembuatan satu satuan produk. Biaya penjualan dan biaya
administrasi tidak dimasukkan ke dalam pokok biaya ini, tetapi
dipertimbangkan melalui markup yang akan ditambahkan harus cukup
tinggi untuk menutup biaya ini maupun untuk member perusahaan dengan
marjin laba yang memuaskan.
Sedangkan penentuan harga cost plus dengan pendekatan kontribusi,
pokok biaya terdiri dari biaya produksi yang bersifat variable termasuk
biaya penjualan variable dan biaya administrasi variable.
Berdasarkan penjelasan diatas maka untuk menghitung harga jual
berdasarkan dua pendekatan yaitu pendekatan penyerapan sepenuhnya dan
pendekatan kontribusi dapat dirumuskan sebagai berikut :
Pendekatan penyerapan sempurna
Biaya bahan baku langsung
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variable
xxx
39
Biaya overhead pabrik tetap
xxx +
Total biaya produksi
xxx
Persentase markup
xxx +
Harga Jual
xxx
Pendekatan kontribusi
Biaya bahan baku langsung
xxx
Biaya tenaga kerja langsung
xxx
Biaya overhead pabrik variable
xxx
Biaya administrasi dan umum variable
xxx
Biaya pemasaran variable
xxx +
Total biaya variabel
xxx
Persentase markup
xxx +
Harga Jual
xxx
40
Download