78 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif

advertisement
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Statistik Deskriptif
Penelitian disajikan untuk memberikan informasi karakteristik variabel
penelitian khususnya mengenai mean dan deviasi standar. Pengukuran mean
merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari
suatu distribusi data. Deviasi standar merupakan perbedaan antara nilai data yang
diteliti dengan nilai rata-ratanya. Hasil statistik deskriptif pengujian pengaruh
cash ratio, debt to equity ratio, return on asset dan growth terhadap dividend
payout ratio disajikan sebagai berikut :
Tabel 5.1
Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
X1
65
.01
6.59
1.1336
1.45133
X2
65
.18
3.95
1.0735
.91175
X3
65
-.17
.66
.1327
.13500
X4
65
-.56
2.13
.1772
.39600
Y
65
.00
2.11
.3157
.33980
Valid N (listwise)
65
Sumber : Hasil Olahan
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dari 13 perusahaan pertambangan
dengan sampel masing-masing variable sebanyak 65 pengamatan, nilai rata-rata
cash ratio (X1) sebesar 1.0336 dengan standar deviasi 1.45133, jarak antara nilai
minimum dan maximum dari cash ratio (X1) dimana nilai minimum sebesar 0, 01
dan nilai maksimum sebesar 6,59. Nilai minimal cash ratio (X1) diperoleh PT
78
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
Bumi Resources Tbk terjadi pada periode 2012 dan 2013 yang disebabkan cash &
equivalents dari periode sebelumnya mengalami penurunan, yaitu dari 129.196
(2011) menjadi 66.243 (2012) dan periode 2013 mengalami kenaikan kembali
yaitu sebesar 75.939, tetapi untuk current liabilities mengalami kenaikan yang
sangat besar yaitu dari 324.325 (2011) menjadi 4.436.786 (2012) dan 5.593.965
(2013). Nilai maximal cash ratio (X1) diperoleh PT Aneka Tambang (Persero)
Tbk disebabkan cash & equivalents mengalami kenaikan dari periode sebelumnya
yaitu dari 4.229.102 (2010) menjadi 5.639.679 (2011) dan current liabilities
mengalami penurunan yang sangat besar yaitu dari 1.938.448 (2010) menjadi
855.830 (2011).
Nilai rata-rata debt to equity ratio (X2) sebesar 1,0735 dengan standar
deviasi 0,91175, jarak antara nilai minimum dan maximum dari debt to equity
ratio (X2) dimana nilai minimum sebesar 0,18 dan nilai maksimum sebesar 3,95.
Nilai minimum diperoleh PT Bumi Resources Tbk periode 2010 disebabkan total
liabilities sebesar 2.943.462 dan total equity sebesar 16.720.092, berarti dengan
debt to equity ratio yang rendah menggambarkan gejala yang baik dan dapat
dijadikan contoh yang baik diantara perusahaan-perusahaan lainnya. Nilai
maximum sebesar 3,95 diperoleh PT Bumi Resources Tbk periode 2009
disebabkan total liabilities
54,846,002 dan total equity sebesar 13,875,680,
berarti debt to equity ratio yang tinggi menggambarkan gejala yang kurang baik
bagi PT Bumi Resources Tbk. Penulis menyimpulkan bahwa debt to equity ratio
PT Bumi Resources Tbk mengalami nilai maximum pada periode 2010 dan nilai
minimum pada periode 2009 dalam pengujian statistic deskriptif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
Nilai rata-rata return on asset (X3) sebesar 0,1336 dengan standar deviasi
0,145133, jarak antara nilai minimum dan maximum dari return on asset (X3)
dimana nilai minimum sebesar -0,17 dan nilai maksimum sebesar 0,66. Nilai
minimum diperoleh PT Bayan Resources Tbk periode 2013 disebabkan nett
income after tax sebesar -360.681 dan total assets sebesar 21.849.164, berarti
hasil pengembalian total assets menunjukkan kinerja PT Bayan Resources Tbk
dalam menggunakan assets untuk menghasilkan laba kurang baik, karena terbukti
kerugian yang di peroleh PT Bayan Resources Tbk. Nilai maximum sebesar 0,66
diperoleh PT Resource Alam Indonesia Tbk periode 2011 ditunjukkan nett income
after tax sebesar 450,204 dan total assets sebesar 977,893, berarti
hasil
pengembalian total assets menunjukkan kinerja PT Resource Alam Indonesia Tbk
dalam menggunakan assets untuk menghasilkan laba baik, karena terbukti
keuntungan yang di peroleh PT Resource Alam Indonesia Tbk.
Nilai rata-rata growth (X4) sebesar 0,1772 dengan standar deviasi
0,39600, jarak antara nilai minimum dan maximum dari growth (X4) dimana nilai
minimum sebesar -0,56 dan nilai maksimum sebesar 2,13. Nilai minimum
diperoleh PT Cita Mineral Investindo Tbk periode 2009 disebabkan total revenues
mengalami penurunan sangat drastic dari periode sebelumnya yaitu dari 1,324,828
menjadi 577,862. Total revenues menunjukkan penurunan kinerja PT Bayan
Resources Tbk, berarti dana perusahaan semakin menurun sehingga untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan harus mencari dana dari exsternal. Nilai
maximum sebesar 0,66 diperoleh PT Cita Mineral Investindo Tbk periode 2010
yaitu sebesar 1,806,307. Total revenues menunjukkan kenaikan kinerja PT Bayan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
Resources Tbk, berarti dana perusahaan mengalami pertumbuhan sehingga untuk
membiayai pertumbuhan perusahaan dapat menggunakan dana internal. Penulis
menyimpulkan bahwa PT Bayan Resources Tbk mengalami penurunan total
revenues periode 2009 dan mengalami pertumbuhan yang tinggi periode 2010 .
Nilai rata-rata dividend payout ratio (Y) sebesar 0,3157 dengan standar
deviasi sebesar 0,33980. dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar
deviasi lebih besar dari rata-rata dividend payout ratio (DPR), demikian pula jarak
antara nilai minimum dan maximum dari dividend payout ratio (DPR) dimana
nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 2,11. Nilai minimum
diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang tidak membagikan devidennya kepada
para pemegang saham, seperti PT Adaro Energy Tbk (2011-2013), PT Bumi
Resources Tbk (2012-2013), PT Bayan Resources Tbk (2009,2012-2013), PT
Petrosea Tbk (2011-2013), Elnusa Tbk (2011,2013), Cita Mineral Investindo Tbk
(2011-2013), PT Timah (Persero) Tbk (2009), PT Mitra Investindo Tbk (20092011,2013). Nilai maximum sebesar 2,11
diperoleh PT Indo Tambangraya
Megah Tbk periode 2013 ditunjukkan dividen sebesar 1.989.000 dan EPS sebesar
942,68 dan total assets sebesar 977,893. EPS lebih kecil dari dividen berarti
persediaan dana pada perusahaan kecil dan kemungkinan untuk pengembangan
perusahaan sebagian harus melakukan penambahan dana yang berasal dari
exsternal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
B.
Uji Asumsi Klasik
B.1. Uji Normalitas
Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi,
variable pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak.
Statistik uji yang digunakan untuk menguji normalitas adalah One - Sample
Kolmogorov – Smirnov (K-S) Test seperti yang ditunjukkan pada Tabel sebagai
berikut berikut :
Tabel 5.2
Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N
65
Normal Parameters
a,b
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
32.39573004
Absolute
.140
Positive
.125
Negative
-.140
Test Statistic
.140
Asymp. Sig. (2-tailed)
.003
c
Sumber : Hasil Olahan
Pengujian
normalitas
menggunakan
uji
Kolmogorov-Smirnov
menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,03. Signifikansi 0,03 yang
menunjukkan lebih kecil dari angka 0,05, maka penulis menyimpulkan bahwa
model regresi yang digunakan memiliki distribusi data normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
B.2. Uji Multilikioner
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflaction factor (VIF) seperti yang
ditunjukkan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 5.3
Uji Multikolinearitas
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
X1
.880
1.136
X2
.802
1.247
X3
.779
1.284
X4
.883
1.133
Sumber : Hasil Olahan
Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel, nilai tolerance
yaitu cash ratio (X1) = 0,880, debt to equity ratio (X2) = 0,802, return on asset
(X3) = 0,779, dan growth (X4) = 0,883 yang merupakan variabel bebas, karena
nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari 10% atau 0,1. Kesimpulannya, nilai
tolerance lebih kecil dari nilai variance inflation factor (VIF) berarti tidak ada
multikolineritas antarvariabel bebas.
B.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan
pada perioda t-1. Untuk dapat mengetahui adanya autokorelasi dilakukan dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
metode Durbin-Watson (DW). Hasil uji DW dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel 5.4
Uji Autokorelasi
Model
R
1
.413
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.170
.115
Durbin-Watson
.31969
1.811
Sumber : Hasil Olahan
Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai koefesien korelasi Adjusted R
Square = 0,115 dan nilai Durbin-Watson = 1,811. Penulis menyimpulkan bahwa
pengujian penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.
B .4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini sebagai
berikut :
Tabel 5.5
Uji Heteroskedastisitas
Model
1
Unstandardized
Standardized
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.204
.097
X1
.012
.029
X2
-.004
X3
X4
Beta
T
Sig.
2.106
.039
.052
.413
.681
.049
-.011
-.086
.932
1.019
.335
.405
3.039
.004
-.183
.107
-.213
-1.701
.094
Sumber: Hasil Olahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel cash ratio (X1), debt to
equity ratio (X2), dan growth (X4) tidak berpengaruh pada nilai absolut residual
yang dapat dilihat dari nilai signifikan variabel cash ratio (X1), debt to equity
ratio (X2), dan growth (X4) diatas 0,05 yang berarti model regresi tersebut bebas
dari heteroskedastisitas. Tetapi hasil pengujian untuk variable return on asset
berpengaruh pada nilai absolut residual yaitu sebesar 0,004 atau lebih kecil 0,05
berarti model regresi tersebut heteroskedastisitas.
C.
Uji Kelayakan Model
C.1. Uji Koefesien Determinasi
Uji koefesien determinasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu
model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan
kesalahan pada perioda t-1. Untuk dapat mengetahui adanya autokorelasi
dilakukan dengan metode Durbin-Watson (DW).
Tabel 5.4
Uji Koefesien Determinasi
Model
1
R
.413
R Square
a
.170
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.115
.31969
Durbin-Watson
1.811
Sumber: Hasil Olahan
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefesien determinasi Adjusted R
Square pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013
sebesar 0,115. Hal ini menunujukkan bahwa cash ratio, debt to equity, return on
asset dan growth berpengaruh negatife dan signifikan terhadap dividen payout
ratio yang dapat diterangkan oleh model summary yaitu sebesar 11,5% sedangkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
sisanya sebesar 88,5% dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang tidak dimasukkan
dalam model regresi.
C.2. Uji Signifikasi F
Uji signifikasi f bertujuan untuk mengetahui pengaruh variable independen
secara bersama-sama terhadap variable dependen. Uji signifikansi f dapat dilihat
pada table sebagai berikut :
Table 5.5
Hasil Perhitungan Uji F
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
1.258
4
.314
Residual
6.132
60
.102
Total
7.390
64
F
3.076
Sig.
.023
b
sumber: Hasil Olahan
Dari hasil analisis dapat diketahui pula bahwa secara bersama-sama variable
independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen. Hal ini
dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 3,076 dengan probabilitas 0,023 atau
2,3%, karena probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan 5%,
maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi dividend payout ratio. Hal
ini menunujukkan bahwa cash ratio, debt to equity, return on asset dan growth
secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout
ratio.
D
Uji Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistic t. Uji
statistic t bertujuan untuk mengetahui masing-masing variable cash ratio, debt to
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
equity, return on asset dan growth berpengaruh dan signifikan terhadap dividen
payout ratio. Hasil uji t dapat dilihat pada table sebagai berikut :
Table 5.6
Hasil Perhitungan Uji t
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
Std. Error
(Constant)
.204
.097
X1
.012
.029
X2
-.004
X3
X4
Coefficients
Beta
t
Sig.
2.106
.039
.052
.413
.681
.049
-.011
-.086
.932
1.019
.335
.405
3.039
.004
-.183
.107
-.213
-1.701
.094
Sumber: Hasil Olahan
Dilihat dari Tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linear
berganda sebagai berikut:
DPR = 0,204 + 0,012 CR + [-0,004 DER] + 1,019 ROA + [-0,183 GROWTH] + £
Dengan melihat hasil uji statistik t, maka pengaruh variable-variabel
independen terhadap variable dapat dijelaskan sebagai berikut :
1).
Pengujian secara parsial terhadap variable cash ratio
Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung
sebesar 0,681 karena angka tersebut lebih besar dari angka signifikan 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa
cash ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout
ratio.
2).
Pengujian secara parsial terhadap variable debt to equity ratio
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung
sebesar 0,932, karena angka tersebut lebih besar dari angka signifikan 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa
debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend
payout ratio.
3).
Pengujian secara parsial terhadap variable return on asset
Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung
sebesar 0,004, karena angka tersebut lebih kecil dari angka signifikan 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa
return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout
ratio.
4).
Pengujian secara parsial terhadap variable growth
Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung
sebesar 0,094, karena angka tersebut lebih besar dari angka signifikan 0,05
yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa
growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio.
E
Pembahasan
E.1. Pengaruh Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa cash ratio berpengaruh
negatif dan signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan
table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,681.
Karena nilai t hitung lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa cash ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Apabila
memiliki koefisien negatif,
berarti
cash ratio
cash ratio mengalami penurunan, maka
kemungkinan dibagikannya dividen sangat kecil. Sebaliknya Apabila cash ratio
memiliki koefisien positif,
berarti
cash ratio mengalami kenaikan, maka
kemungkinan dividen dibagikan sangat besar. Penulis menyimpulkan bahwa cash
ratio memiliki koefesien negative, berarti cash ratio mengalami penurunan,
sehingga pembagian deviden setiap tahunnya tidak dapat dipastikan.
Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Sunarto dan Kartika
(2003), hasil penelitian menyatakan cash ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian yang berbeda dengan
penelitian penulis seperti penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (1999),
Andriyani (2008), Prihantoro (2003), dan Puspita (2009) variabel cash ratio
berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio.
E.2. Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa debt to equity ratio
berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio.
Berdasarkan table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung
sebesar 0,932. Karena nilai t hitung lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang
merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa debt to
equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Apabila
dividend payout ratio perusahaan rendah berarti semakin tinggi kemampuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
perusahaan untuk membayar total hutangnya, begitu juga sebaliknya apabila
perusahaan dividend payout ratio tinggi berarti semakin rendah kemampuan
perusahaan untuk membayar total utangnya. Peningkatan hutang akan
mempengaruhi laba bersih perusahaan, sehingga akan berpengaruh terhadap
pembagian besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham.
Apabila hutang perusahaan tinggi, maka perusahaan akan memprioritaskan
kewajiban utangnya daripada pembagian dividen, sehingga debt to equity ratio
berpengaruh negative terhadap dividend payout ratio. Penulis menyimpulkan
bahwa hasil penelitian menunjukkan hutang perusahaan-perusahaan sebagai
sampel penelitian tinggi dan kemungkinan besar perusahaan-perusahaan tersebut
memprioritaskan pembayaran hutangnya, sehingga pembayaran deviden setiap
tahunnya tidak dapat dipastikan pembayarannya.
Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya seperti penelitian oleh Ismiyanti dan Hanafi (2004),
Andriyani (2008), Marlina dan Clara (2009), bahwa Debt to Equity Ratio (DER)
berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Hasil
pengujian yang berbeda dengan penelitian penulis seperti Hasil pengujian
penelitian yang dilakukan Appannan dan Sim (2011), Puspita (2009), Deitiana
(2009), Kadir (2010), Sutoyo (2011), Tanti (2012), dan Lopolusi (2013), bahwa
Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout
ratio (DPR).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
E.3. Pengaruh Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio
Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh positif
dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan tabel hasil
perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,004. Karena nilai
t hitung lebih kecil dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat
kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh
signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian yang menunjukkan
return on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, berarti tingkat
profitabilitas perusahaan akan berdampak pada peningkatan pembagian dividen
yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Penghasilan yang tinggi melalui
asset yang dimiliki perosahaan akan tercermin dari nilai return on asset sehingga
menunjukkan pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen. Peningkatan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan meningkatkan nilai
perusahaan
dan
memberikan
sinyal
positif
kepada
investor.
Penulis
menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang diteliti menunjukkan return
on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio yang berarti
perusahaa mampu menghasilkan laba sehingga kemungkinan nilai perusahaan
dan sinyal para investor positif.
Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya seperti penelitian oleh Anil dan Kapoor (2008), Chasanah
(2008), Marlina dan Clara (2009), dan Lopolusi (2013), bahwa berpengaruh
signifikan return on asset terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian yang
berbeda dengan penelitian penulis seperti Hasil pengujian penelitian yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
dilakukan oleh Damayanti dan Achyani (2006), Deitiana (2009), dan Sutoyo
(2011, bahwa return on asset (ROA) berpengaruh tidak signifikan terhadap
dividend payout ratio (DPR).
E.4. Pengaruh Growth Terhadap Dividend Payout Ratio
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa growth berpengaruh negatif
dan signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan table
hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,094. Karena
nilai t hitung lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat
kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Apabila total revenues
menunjukkan penurunan, berarti kondisi dana perusahaan semakin menurun
sehingga untuk membiayai pertumbuhan perusahaan harus mencari dana dari
exsternal, sehingga menunjukkan pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen
dan kemungkinan dibagikannya dividen sangat kecil. Sebaliknya, apabila total
revenues menunjukkan kenaikan, berarti dana perusahaan semakin meningkat
sehingga untuk membiayai pertumbuhan perusahaan kemungkinan cukup
menggunakan dana dari internal sehingga menunjukkan pengaruh positif terhadap
kebijakan dividen dan kemungkinan dibagikannya dividen sangat besar. Penulis
menyimpulkan
bahwa
perusahaan-perusahaan
yang
diteliti
menunjukkan
penurunan total revenues, yang berarti dana juga mengalami penurunan, sehingga
kemungkinan penambahan dana dilakukan dari exsternal dan pembagian dividen
tidak dapat dipastikan setiap tahunnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti sebelumnya seperti penelitian secara parsial yang dilakukan oleh Puspita
(2009) dan Lopolusi (2013), bahwa bahwa growth berpengaruh tidak signifikan
secara statistik terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian yang berbeda
dengan penelitian penulis seperti Hasil pengujian penelitian yang dilakukan oleh
Puspita (2009), Sutoyo (2011), dan Lopolusi (2013), bahwa Growth berpengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio (DPR).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download