BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Penelitian disajikan untuk memberikan informasi karakteristik variabel penelitian khususnya mengenai mean dan deviasi standar. Pengukuran mean merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data. Deviasi standar merupakan perbedaan antara nilai data yang diteliti dengan nilai rata-ratanya. Hasil statistik deskriptif pengujian pengaruh cash ratio, debt to equity ratio, return on asset dan growth terhadap dividend payout ratio disajikan sebagai berikut : Tabel 5.1 Statistik Deskriptif N Minimum Maximum Mean Std. Deviation X1 65 .01 6.59 1.1336 1.45133 X2 65 .18 3.95 1.0735 .91175 X3 65 -.17 .66 .1327 .13500 X4 65 -.56 2.13 .1772 .39600 Y 65 .00 2.11 .3157 .33980 Valid N (listwise) 65 Sumber : Hasil Olahan Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, dari 13 perusahaan pertambangan dengan sampel masing-masing variable sebanyak 65 pengamatan, nilai rata-rata cash ratio (X1) sebesar 1.0336 dengan standar deviasi 1.45133, jarak antara nilai minimum dan maximum dari cash ratio (X1) dimana nilai minimum sebesar 0, 01 dan nilai maksimum sebesar 6,59. Nilai minimal cash ratio (X1) diperoleh PT 78 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 79 Bumi Resources Tbk terjadi pada periode 2012 dan 2013 yang disebabkan cash & equivalents dari periode sebelumnya mengalami penurunan, yaitu dari 129.196 (2011) menjadi 66.243 (2012) dan periode 2013 mengalami kenaikan kembali yaitu sebesar 75.939, tetapi untuk current liabilities mengalami kenaikan yang sangat besar yaitu dari 324.325 (2011) menjadi 4.436.786 (2012) dan 5.593.965 (2013). Nilai maximal cash ratio (X1) diperoleh PT Aneka Tambang (Persero) Tbk disebabkan cash & equivalents mengalami kenaikan dari periode sebelumnya yaitu dari 4.229.102 (2010) menjadi 5.639.679 (2011) dan current liabilities mengalami penurunan yang sangat besar yaitu dari 1.938.448 (2010) menjadi 855.830 (2011). Nilai rata-rata debt to equity ratio (X2) sebesar 1,0735 dengan standar deviasi 0,91175, jarak antara nilai minimum dan maximum dari debt to equity ratio (X2) dimana nilai minimum sebesar 0,18 dan nilai maksimum sebesar 3,95. Nilai minimum diperoleh PT Bumi Resources Tbk periode 2010 disebabkan total liabilities sebesar 2.943.462 dan total equity sebesar 16.720.092, berarti dengan debt to equity ratio yang rendah menggambarkan gejala yang baik dan dapat dijadikan contoh yang baik diantara perusahaan-perusahaan lainnya. Nilai maximum sebesar 3,95 diperoleh PT Bumi Resources Tbk periode 2009 disebabkan total liabilities 54,846,002 dan total equity sebesar 13,875,680, berarti debt to equity ratio yang tinggi menggambarkan gejala yang kurang baik bagi PT Bumi Resources Tbk. Penulis menyimpulkan bahwa debt to equity ratio PT Bumi Resources Tbk mengalami nilai maximum pada periode 2010 dan nilai minimum pada periode 2009 dalam pengujian statistic deskriptif. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 80 Nilai rata-rata return on asset (X3) sebesar 0,1336 dengan standar deviasi 0,145133, jarak antara nilai minimum dan maximum dari return on asset (X3) dimana nilai minimum sebesar -0,17 dan nilai maksimum sebesar 0,66. Nilai minimum diperoleh PT Bayan Resources Tbk periode 2013 disebabkan nett income after tax sebesar -360.681 dan total assets sebesar 21.849.164, berarti hasil pengembalian total assets menunjukkan kinerja PT Bayan Resources Tbk dalam menggunakan assets untuk menghasilkan laba kurang baik, karena terbukti kerugian yang di peroleh PT Bayan Resources Tbk. Nilai maximum sebesar 0,66 diperoleh PT Resource Alam Indonesia Tbk periode 2011 ditunjukkan nett income after tax sebesar 450,204 dan total assets sebesar 977,893, berarti hasil pengembalian total assets menunjukkan kinerja PT Resource Alam Indonesia Tbk dalam menggunakan assets untuk menghasilkan laba baik, karena terbukti keuntungan yang di peroleh PT Resource Alam Indonesia Tbk. Nilai rata-rata growth (X4) sebesar 0,1772 dengan standar deviasi 0,39600, jarak antara nilai minimum dan maximum dari growth (X4) dimana nilai minimum sebesar -0,56 dan nilai maksimum sebesar 2,13. Nilai minimum diperoleh PT Cita Mineral Investindo Tbk periode 2009 disebabkan total revenues mengalami penurunan sangat drastic dari periode sebelumnya yaitu dari 1,324,828 menjadi 577,862. Total revenues menunjukkan penurunan kinerja PT Bayan Resources Tbk, berarti dana perusahaan semakin menurun sehingga untuk membiayai pertumbuhan perusahaan harus mencari dana dari exsternal. Nilai maximum sebesar 0,66 diperoleh PT Cita Mineral Investindo Tbk periode 2010 yaitu sebesar 1,806,307. Total revenues menunjukkan kenaikan kinerja PT Bayan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 81 Resources Tbk, berarti dana perusahaan mengalami pertumbuhan sehingga untuk membiayai pertumbuhan perusahaan dapat menggunakan dana internal. Penulis menyimpulkan bahwa PT Bayan Resources Tbk mengalami penurunan total revenues periode 2009 dan mengalami pertumbuhan yang tinggi periode 2010 . Nilai rata-rata dividend payout ratio (Y) sebesar 0,3157 dengan standar deviasi sebesar 0,33980. dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai standar deviasi lebih besar dari rata-rata dividend payout ratio (DPR), demikian pula jarak antara nilai minimum dan maximum dari dividend payout ratio (DPR) dimana nilai minimum sebesar 0,00 dan nilai maksimum sebesar 2,11. Nilai minimum diperoleh dari perusahaan-perusahaan yang tidak membagikan devidennya kepada para pemegang saham, seperti PT Adaro Energy Tbk (2011-2013), PT Bumi Resources Tbk (2012-2013), PT Bayan Resources Tbk (2009,2012-2013), PT Petrosea Tbk (2011-2013), Elnusa Tbk (2011,2013), Cita Mineral Investindo Tbk (2011-2013), PT Timah (Persero) Tbk (2009), PT Mitra Investindo Tbk (20092011,2013). Nilai maximum sebesar 2,11 diperoleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk periode 2013 ditunjukkan dividen sebesar 1.989.000 dan EPS sebesar 942,68 dan total assets sebesar 977,893. EPS lebih kecil dari dividen berarti persediaan dana pada perusahaan kecil dan kemungkinan untuk pengembangan perusahaan sebagian harus melakukan penambahan dana yang berasal dari exsternal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 82 B. Uji Asumsi Klasik B.1. Uji Normalitas Uji normalitas yang bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variable pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak. Statistik uji yang digunakan untuk menguji normalitas adalah One - Sample Kolmogorov – Smirnov (K-S) Test seperti yang ditunjukkan pada Tabel sebagai berikut berikut : Tabel 5.2 Uji Normalitas Unstandardized Residual N 65 Normal Parameters a,b Mean .0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences 32.39573004 Absolute .140 Positive .125 Negative -.140 Test Statistic .140 Asymp. Sig. (2-tailed) .003 c Sumber : Hasil Olahan Pengujian normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,03. Signifikansi 0,03 yang menunjukkan lebih kecil dari angka 0,05, maka penulis menyimpulkan bahwa model regresi yang digunakan memiliki distribusi data normal. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 83 B.2. Uji Multilikioner Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas. Hasil uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflaction factor (VIF) seperti yang ditunjukkan pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.3 Uji Multikolinearitas Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) X1 .880 1.136 X2 .802 1.247 X3 .779 1.284 X4 .883 1.133 Sumber : Hasil Olahan Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel, nilai tolerance yaitu cash ratio (X1) = 0,880, debt to equity ratio (X2) = 0,802, return on asset (X3) = 0,779, dan growth (X4) = 0,883 yang merupakan variabel bebas, karena nilai variance inflation factor (VIF) lebih dari 10% atau 0,1. Kesimpulannya, nilai tolerance lebih kecil dari nilai variance inflation factor (VIF) berarti tidak ada multikolineritas antarvariabel bebas. B.3. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan pada perioda t-1. Untuk dapat mengetahui adanya autokorelasi dilakukan dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 84 metode Durbin-Watson (DW). Hasil uji DW dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.4 Uji Autokorelasi Model R 1 .413 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square a .170 .115 Durbin-Watson .31969 1.811 Sumber : Hasil Olahan Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai koefesien korelasi Adjusted R Square = 0,115 dan nilai Durbin-Watson = 1,811. Penulis menyimpulkan bahwa pengujian penelitian ini tidak terjadi autokorelasi. B .4. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas pada penelitian ini sebagai berikut : Tabel 5.5 Uji Heteroskedastisitas Model 1 Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients B Std. Error (Constant) .204 .097 X1 .012 .029 X2 -.004 X3 X4 Beta T Sig. 2.106 .039 .052 .413 .681 .049 -.011 -.086 .932 1.019 .335 .405 3.039 .004 -.183 .107 -.213 -1.701 .094 Sumber: Hasil Olahan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 85 Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel cash ratio (X1), debt to equity ratio (X2), dan growth (X4) tidak berpengaruh pada nilai absolut residual yang dapat dilihat dari nilai signifikan variabel cash ratio (X1), debt to equity ratio (X2), dan growth (X4) diatas 0,05 yang berarti model regresi tersebut bebas dari heteroskedastisitas. Tetapi hasil pengujian untuk variable return on asset berpengaruh pada nilai absolut residual yaitu sebesar 0,004 atau lebih kecil 0,05 berarti model regresi tersebut heteroskedastisitas. C. Uji Kelayakan Model C.1. Uji Koefesien Determinasi Uji koefesien determinasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada perioda t dengan kesalahan pada perioda t-1. Untuk dapat mengetahui adanya autokorelasi dilakukan dengan metode Durbin-Watson (DW). Tabel 5.4 Uji Koefesien Determinasi Model 1 R .413 R Square a .170 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .115 .31969 Durbin-Watson 1.811 Sumber: Hasil Olahan Dari hasil perhitungan diperoleh nilai koefesien determinasi Adjusted R Square pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2009-2013 sebesar 0,115. Hal ini menunujukkan bahwa cash ratio, debt to equity, return on asset dan growth berpengaruh negatife dan signifikan terhadap dividen payout ratio yang dapat diterangkan oleh model summary yaitu sebesar 11,5% sedangkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 86 sisanya sebesar 88,5% dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. C.2. Uji Signifikasi F Uji signifikasi f bertujuan untuk mengetahui pengaruh variable independen secara bersama-sama terhadap variable dependen. Uji signifikansi f dapat dilihat pada table sebagai berikut : Table 5.5 Hasil Perhitungan Uji F Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression 1.258 4 .314 Residual 6.132 60 .102 Total 7.390 64 F 3.076 Sig. .023 b sumber: Hasil Olahan Dari hasil analisis dapat diketahui pula bahwa secara bersama-sama variable independen memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variable dependen. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai F hitung sebesar 3,076 dengan probabilitas 0,023 atau 2,3%, karena probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi yang digunakan 5%, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi dividend payout ratio. Hal ini menunujukkan bahwa cash ratio, debt to equity, return on asset dan growth secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. D Uji Hipotesis Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistic t. Uji statistic t bertujuan untuk mengetahui masing-masing variable cash ratio, debt to http://digilib.mercubuana.ac.id/ 87 equity, return on asset dan growth berpengaruh dan signifikan terhadap dividen payout ratio. Hasil uji t dapat dilihat pada table sebagai berikut : Table 5.6 Hasil Perhitungan Uji t Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error (Constant) .204 .097 X1 .012 .029 X2 -.004 X3 X4 Coefficients Beta t Sig. 2.106 .039 .052 .413 .681 .049 -.011 -.086 .932 1.019 .335 .405 3.039 .004 -.183 .107 -.213 -1.701 .094 Sumber: Hasil Olahan Dilihat dari Tabel diatas maka dapat disusun persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: DPR = 0,204 + 0,012 CR + [-0,004 DER] + 1,019 ROA + [-0,183 GROWTH] + £ Dengan melihat hasil uji statistik t, maka pengaruh variable-variabel independen terhadap variable dapat dijelaskan sebagai berikut : 1). Pengujian secara parsial terhadap variable cash ratio Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,681 karena angka tersebut lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa cash ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. 2). Pengujian secara parsial terhadap variable debt to equity ratio http://digilib.mercubuana.ac.id/ 88 Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,932, karena angka tersebut lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. 3). Pengujian secara parsial terhadap variable return on asset Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,004, karena angka tersebut lebih kecil dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. 4). Pengujian secara parsial terhadap variable growth Bahwa table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,094, karena angka tersebut lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa growth berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. E Pembahasan E.1. Pengaruh Cash Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa cash ratio berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,681. Karena nilai t hitung lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 89 angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa cash ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Apabila memiliki koefisien negatif, berarti cash ratio cash ratio mengalami penurunan, maka kemungkinan dibagikannya dividen sangat kecil. Sebaliknya Apabila cash ratio memiliki koefisien positif, berarti cash ratio mengalami kenaikan, maka kemungkinan dividen dibagikan sangat besar. Penulis menyimpulkan bahwa cash ratio memiliki koefesien negative, berarti cash ratio mengalami penurunan, sehingga pembagian deviden setiap tahunnya tidak dapat dipastikan. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti penelitian yang dilakukan oleh Sunarto dan Kartika (2003), hasil penelitian menyatakan cash ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian yang berbeda dengan penelitian penulis seperti penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno (1999), Andriyani (2008), Prihantoro (2003), dan Puspita (2009) variabel cash ratio berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. E.2. Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Dividend Payout Ratio Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,932. Karena nilai t hitung lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Apabila dividend payout ratio perusahaan rendah berarti semakin tinggi kemampuan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 90 perusahaan untuk membayar total hutangnya, begitu juga sebaliknya apabila perusahaan dividend payout ratio tinggi berarti semakin rendah kemampuan perusahaan untuk membayar total utangnya. Peningkatan hutang akan mempengaruhi laba bersih perusahaan, sehingga akan berpengaruh terhadap pembagian besar kecilnya dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Apabila hutang perusahaan tinggi, maka perusahaan akan memprioritaskan kewajiban utangnya daripada pembagian dividen, sehingga debt to equity ratio berpengaruh negative terhadap dividend payout ratio. Penulis menyimpulkan bahwa hasil penelitian menunjukkan hutang perusahaan-perusahaan sebagai sampel penelitian tinggi dan kemungkinan besar perusahaan-perusahaan tersebut memprioritaskan pembayaran hutangnya, sehingga pembayaran deviden setiap tahunnya tidak dapat dipastikan pembayarannya. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti penelitian oleh Ismiyanti dan Hanafi (2004), Andriyani (2008), Marlina dan Clara (2009), bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). Hasil pengujian yang berbeda dengan penelitian penulis seperti Hasil pengujian penelitian yang dilakukan Appannan dan Sim (2011), Puspita (2009), Deitiana (2009), Kadir (2010), Sutoyo (2011), Tanti (2012), dan Lopolusi (2013), bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 91 E.3. Pengaruh Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio Hasil penelitian menunjukkan bahwa return on asset berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan tabel hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,004. Karena nilai t hitung lebih kecil dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa return on asset berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Hasil penelitian yang menunjukkan return on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio, berarti tingkat profitabilitas perusahaan akan berdampak pada peningkatan pembagian dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Penghasilan yang tinggi melalui asset yang dimiliki perosahaan akan tercermin dari nilai return on asset sehingga menunjukkan pengaruh yang positif terhadap kebijakan dividen. Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba akan meningkatkan nilai perusahaan dan memberikan sinyal positif kepada investor. Penulis menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang diteliti menunjukkan return on asset berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio yang berarti perusahaa mampu menghasilkan laba sehingga kemungkinan nilai perusahaan dan sinyal para investor positif. Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti penelitian oleh Anil dan Kapoor (2008), Chasanah (2008), Marlina dan Clara (2009), dan Lopolusi (2013), bahwa berpengaruh signifikan return on asset terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian yang berbeda dengan penelitian penulis seperti Hasil pengujian penelitian yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 92 dilakukan oleh Damayanti dan Achyani (2006), Deitiana (2009), dan Sutoyo (2011, bahwa return on asset (ROA) berpengaruh tidak signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR). E.4. Pengaruh Growth Terhadap Dividend Payout Ratio Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa growth berpengaruh negatif dan signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Berdasarkan table hasil perhitungan uji t dapat dilihat nilai signifikansi hitung sebesar 0,094. Karena nilai t hitung lebih besar dari angka signifikan 0,05 yang merupakan angka derajat kepercayaan, maka dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Apabila total revenues menunjukkan penurunan, berarti kondisi dana perusahaan semakin menurun sehingga untuk membiayai pertumbuhan perusahaan harus mencari dana dari exsternal, sehingga menunjukkan pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dan kemungkinan dibagikannya dividen sangat kecil. Sebaliknya, apabila total revenues menunjukkan kenaikan, berarti dana perusahaan semakin meningkat sehingga untuk membiayai pertumbuhan perusahaan kemungkinan cukup menggunakan dana dari internal sehingga menunjukkan pengaruh positif terhadap kebijakan dividen dan kemungkinan dibagikannya dividen sangat besar. Penulis menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan yang diteliti menunjukkan penurunan total revenues, yang berarti dana juga mengalami penurunan, sehingga kemungkinan penambahan dana dilakukan dari exsternal dan pembagian dividen tidak dapat dipastikan setiap tahunnya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 93 Hasil pengujian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya seperti penelitian secara parsial yang dilakukan oleh Puspita (2009) dan Lopolusi (2013), bahwa bahwa growth berpengaruh tidak signifikan secara statistik terhadap dividend payout ratio. Hasil pengujian yang berbeda dengan penelitian penulis seperti Hasil pengujian penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2009), Sutoyo (2011), dan Lopolusi (2013), bahwa Growth berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). http://digilib.mercubuana.ac.id/