Surat Kabar Harian “KEDAULATAN RAKYAT”

advertisement
Surat Kabar Harian “KEDAULATAN RAKYAT”, terbit di
Yogyakarta, Edisi 19 Januari 1983
Seks Itu Alamiah, Tidak Porno:
MASUKKAN 'PENDIDIKAN SEKS' DALAM
KURIKULUM
Oleh : Ki Supriyoko
Beberapa waktu berselang dr. Wimpie Pangkahila mengadakan penelitian tentang
pandangan dan pengalaman seksual remaja di Pulau Bali atau tepatnya di Denpasar dan
hasilnya membuat kita cengang: dari 663 responden (lebih banyak dari yang dilakukan
di Yogyakarta) ternyata 155 (23,38%) diantaranya pernah melakukan hubungan
senggama yang nota bene tentu bukan dengan suami/istrinya oleh karena responden
tersebutkan belum bersuami/beristri. Bagi orang-orang suci (tak termasuk 'sok suci')
tentunya berita-berita ini amat mengejutkan, tetapi bagi para remaja sendiri...? Mungkin
biasa saja.
Untuk menjadikan dua buah segitiga agar bisa sama dan sebangun memang belum
cukup bila hanya baru sama besar dua buah sudutnya saja, tetapi masih diperlukan satu
persyaratan lagi ialah harus memiliki (salah satu) sisi yang sama panjang. Peristiwa yang
terjadi di Bali dan di Yogyakarta ialah sebangun (belum sama dan sebangun), samasama kegiatan angket seksualitas, sama-sama berlokasi di kota budaya, respondennya
sama-sama remaja dan hasilnya sama-sama mengejutkan (?). Akan tetapi prosedurnya
...?
Nah, barangkali saja inilah "salah satu sisi" yang dibutuhkan untuk membentuk dua
buah segitiga tersebut menjadi sama dan sebangun.
Antara Prosedur dan Faktual
Buntut angket seksualitas (saya lebih senang menggunakan istilah penelitian dengan
segala prosedurnya) yang di Yogyakarta rupanya lebih panjang daripada yang di Bali.
Hemat kami bukan karena yang di Bali dilakukan oleh seorang dokter, sedangkan yang
di Yogyakarta oleh seorang pelajar biasa, tetapi rupanya kesalahan prosedur inilah yang
memperpanjang ekor.
Kita tidak akan mempermasalahkan prosedur tetapi marilah meli-hat kenyataan di
2
sekeliling. Belajar dari pengalaman dan fakta kiranya lebih menguntungkan daripada
belajar prosedur. Hasil angket di SMPP yang menunjukkan 12,86% responden yang nota
bene siswa sekolah ybs itu mengaku pernah melakukan hubungan seksual.Dan
kesimpulan ini memang tidak/belum bisa dijadikan barometer, atau sebagai suatu
kesimpulan yang relevan dengan sekolah-sekolah yang lainnya terutama bagi sekolahsekolah yang mempunyai landasan religius seperti SMA Islam, STM Kristen, SPG
Muhammadiyah, dan sebagainya.
Demikian bagi orang tua dan guru (utamanya guru mata pelajaran DUM seperti
Agama, PMP, dsb -tidak ada tendensi untuk memojokkan beliau) tentunya tak boleh
menutup mata untuk melihat kenyataan ini. Karena memang beliau-beliau inilah yang
secara langsung harus membina mental para remaja kita walaupun kita akui bersama
bahwa peran guru bukan satu-satunya faktor yang dapat membendung "kebobrokan"
mental remaja. Munafik kalau kita menganggap kenyataan ini tak pernah ada, atau
paling aman datang saja di kantor jam 7.00 pagi, kemudian mengajar di kelas, bila ada
waktu luang main catur dengan sesama teman sambil menghabiskan jam kantor, kalau
ada supervisi dari kepala sekolah bilang saja kalau pekerjaan administratif maupun
edukatifnya telah selesai, dan jam dua 'tit' lantas pulang.
Mereka (siswa) melakukan hubungan seks kan di luar sekolah dan tidak di kelas
apalagi di muka guru (wah celaka benar Pak Guru yang ini). Di atas sana kan sudah ada
yang bilang, tidak usah resah atas angket seksualitas ini karena si pembuat angket tidak
melalui prosedur yang benar, untuk apa dipermasalahkan lebih jauh lagi, paling-paling
bikin pusing.
Pahlawan atau Pendobrak?
Terbetik cerita seorang raja yang kaya harta,kaya benda dan kaya isteri hingga
banyak pula anaknya. Ketika ada seorang anak gadisnya yang berbuat serong atau di
luar norma kerajaan ada seorang abdi dalem yang merasa telah menjadi keluarga
kerajaan tersebut (dengan seluruh tanggung jawabnya) kemudian munjuk atur kepada
sang raja tentang perilaku anak gadisnya agar dapat diluruskan kembali.
Tetapi apa sabda baginda raja tersebut? "kamu telah membuat ce-mar kerajaan ini
dengan laporanmu itu, pernahkah aku menyuruhmu untuk menyelidiki perilaku anakku?
Apakah engkau pernah minta izin kepadaku untuk kerjamu ini?" Kemudian sang
baginda raja perintah kepada patihnya "Hai patih, tangkap colot ini!" Kemarahan raja ini
rupanya karena laporan abdi dalem yang didengar oleh semua kerabat kraton,bahkan
sampai rakyat jelata pun tahu tentang tingkah putri raja tersebut. Sehingga abdi dalem
tersebut tidak menjadi pahlawan justru dianggap menjadi pemberontak.
Kegiatan angket seksualitas di Yogyakarta tentu saja tidak sama dengan jalur
ceritera di atas.
Kelainan Seks Bisa Menjurus Sadisme
3
Senggama adalah hubungan biologis biasa antara dua insan ciptaan Tuhan yang
berlainan jenisnya,sehingga senggama ini merupakan proses alamiah belaka dan perlu
dipelajari sedalam-dalamnya. Istilah porno (saru: bhs Jawa) hanya timbul karena adanya
norma; mengagungkan norma tanpa memperdulikan jalur ilmiah bisa-bisa menutup
kemungkinan untuk lajunya pengetahuan kita. Kita harus menghormati norma memang,
tapi jangan melupakan ilmiah.
Kurangnya pengertian tentang seluk beluk hubungan biologis ini sangat besar
akibatnya, orang bisa menderita sakit NYMPHOMANIA yaitu (wanita) yang senang
sekali berganti pasangan dalam bermain seks. BISEXUIL ialah mereka yang jatuh cinta
atau menyukai sesama jenisnya. LESBIAN adalah bermain seks sesama wanita atau
HOMO SEKSUAL bermain seks sesama pria. Akibat-akibat ini justru lebih
menyimpang dari norma bukan? Sejarah telah mengajari kita bahwa semenjak dahulu
telah banyak orang yang menderita penyakit tersebut karena keterbatasan pengertian
mereka tentang seksual. Kaisar Nero misalnya, beliau selalu melakukan hubungan
seksual dengan diakhiri pembunuhan yang unik dan keji; sementara itu mereka juga
memiliki kebiasaan menonton jalannya pembunuhan dengan gairah birahi yang meluapluap. Memasukkan pria dan wanita telanjang ke dalam suatu arena untuk dimakan
binatang buas (harimau, singa) merupakan 'mata acara' khususnya.
Demikian pula dengan Kaisar Tiberius, Kaisar Cara Calal, dan lainnya, tetapi yang
paling menarik ialah kaum wanita yang menderita sadisme seperti Valeria Messalina dan
Catharina Van Medicis. Valeria Messalina adalah anak perempuan dari konsul Marcus
V dengan Messalina Barbatus. Dia menjadi isteri pertama kaisar Claudius di Roma. Ratu
ini terkenal senang menyiksa lelaki yang kemudian dijadikan teman (atau lawan?)
bermain seksnya, dan selanjutnya ...? Lelaki itu pasti dibunuhnya (Dr. Dale Carnegie).
Masukkan Dalam Kurikulum
Barangkali illustrasi di atas sangat ekstrim untuk diketengahkan, tetapi memanglah
demikian keadaannya dan lagi kadang-kadang kita senang mendengar hal yang ekstrim
yang telah berlalu dari pada menyimak apa yang sedang terjadi disekitar kita.
Seks bukan merupakan sesuatu yang harus ditutup-tutupi karena dengan demikian
justru dapat menimbulkan dampak yang lebih parah lagi.Para remaja berusaha dengan
caranya untuk mencari tahu tentang masalah ini, baik dari film, buku-buku, majalah,
atau bertanya kepada orang yang lebih tahu. Bagi yang pengertiannya masih tanggung
ada yang tidak segan mencobanya. Akibatnya? Anda dapat menduganya sendiri; dan
angket seksualitas yang diadakan di Yogyakarta (terlepas dari benar dan salahnya
prosedur) telah membuktikannya.
Sewajarnya kalau 'Pendidikan Seks' dimasukkan dalam kurikulum SMTA maupun
Perguruan Tinggi. Pendidikan Seks tentu saja tidak hanya mengajarkan bagaimana
melakukan senggama sehingga pelaku (si pria dan wanita) bisa memperoleh kepuasan
secara bersama-sama, atau bagaimana menentukan jenis kelamin anak/bayi yang kita
kehendaki (Shettles, M.D., Ph.D), akan tetapi pendidikan seks harus mampu mengupas
permasalahan seks secara luas dengan berbagai kaitannya yang dihubungkan dengan
4
norma, hukum, agama, dan sebagainya.
Semoga ada manfaatnya !!!*****
===============================================================
(Sarjanawiyata)
Download