BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Istilah pemasaran dalam bahasa inggris dikenal dengan nama marketing. Kata marketing bisa dikatakan telah diserap dalam bahas kita, namun juga diterjemahkan dengan istilah pemasaran. Asal kata pemasaran ialah pasar = market. Apa yang dipasarkan itu ialah barang dan jasa. Dalam Buchari (2009, p1) dikatakan, memasarkan tidak hanya menawarkan atau menjual saja, namun lebih luas dari itu. Didalamnya terdapat berbagai kegiatan seperti membeli, menjual, dengan segala macam cara, mengangkut barang, menyimpan, menyortir, dan sebagainya. Didalam marketing usaha ini kita kenal sebagai fungsi-fungsi marketing. 2.2 Konsep Pemasaran Menurut Kotler (2003, pp17-26) ada lima konsep alternatif yang melandasi aktivitas pemasaran organisasi, yaitu: a) Konsep Produksi Konsep produksi merupakan salah satu konsep bisnis yang paling lama. Pada konsep ini beranggapan bahwa konsumen akan lebih menyukai produkproduk yang tersedia dimana mana dan harganya murah. Para manajer yang menggunakan konsep ini lebih berkonsentrasi dalam meraih efisiensi produksi yang tinggi, biaya rendah, dan distribusi massal. b) Konsep Produk Konsep ini beranggapan bahwa konsumen akan menyukai produk yang menawarkan mutu yang terbaik, kinerja terbaik, dan bersifat inovatif. 6 7 Sehingga para manajer harus melakukan perbaikan produk secara terus menerus. c) Konsep Penjualan Konsep ini beranggapan bahwa konsumen tidak akan membeli cukup banyak produk perusahaan, kecuali perusahaan tersebut melakukan usaha penjualan dan promosi dalam skala besar. Konsep ini biasanya dilakukan pada produk yang tidak terpikir oleh pembeli untuk dibeli. d) Konsep Pemasaran Konsep ini mengatakan bahwa untuk mencapai tujuan organisasi tergantung pada penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan memuaskan konsumen secara lebih efektif dan efisien daripada yang dilakukan oleh pesaing. e) Konsep Konsumen Dengan konsep ini perusahaan mengumpulkan informasi mengenai transaksi yang lalu, demografi, psikografi, media, dan distribusi yang disukai dari setiap konsumen. Perusahaan berharap dapat meraih keuntungan yang terus tumbuh melalui pembagian yang lebih besar dari setiap pendapatan konsumen dengan cara membangun kesetiaan konsumen yang tinggi dan fokus dalam nilai konsumen sepanjang waktu f) Konsep Pemasaran Berwawasan Sosial Konsep ini menyatakan bahwa organisasi harus menentukan kebutuhan, keinginan,dan minat dari target pasar dalam memberikann kepuasan yang lebih efektif dan efisien. Selanjutnya organisasi harus memberikan nilai superior kepada konsumen dengan suatu cara yang dapat menjaga dan meningkatkan kesejahteraan konsumen dan masyarakat. 8 Dalam membuat suatu produk biasanya perusahaan membuat bauran pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran merupakan seperangkat alat yang dapat digunakan pemasar untuk membentuk karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Alat-alat tersebut dapat digunakan untuk menyusun strategi jangka panjang dan merancang program taktik jangka pendek. Konsep bauran pemasaran ini sendiri dipopulerkan pertama kali oleh Jerome Mc.Carthy yang merumuskannya menjadi 4P (Product, Price, Promotion, Place). Dalam perkembangannya sejumlah penelitian menunjukan bahwa 4P terlampau terbatas atau sempit untuk bisnis modern. Maka dalam perkembangannya, 4P tradisional tadi diperluas dan menambahkan tiga unsur lainnya yaitu people, proses, physical evidence. Berikut keterangan unsur - unsur bauran pemasaran tersebut (Tjiptono,2005, pp31-32): a) Product (Produk) Produk yang dihasilkan dari suatu industry dapat berupa barang, jasa, maupun gagasan. Konsep produk ini dapat diartikan dengan menyediakan produk yang tepat bagi target pasar. Hal ini dapat ditunjukkan melalui wujudnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan oleh konsumen, desain, warna, fiturnya, kemasannya, alternative pilihan produknya, kualitasnya, merek atau simbol - simbol lainnya. b) Price (Harga) Harga merupakan faktor yang sangat sensitif bagi konsumen, karena harga akan menimbulkan image tertentu dari produk yang akan dikonsumsi. Penentuan harga harus tepat sehingga dapat diterima oleh pasar. Proses penentuan harga juga perlu mempertimbangkan antara cost dan benefit dari produk yang ditawarkan, sehingga akan di peroleh consumer value yang 9 diharapkan oleh konsumen. Harga juga meliputi struktur kompensasi dan diskon yang akan diberikan pada distributor ataupun kepada konsumen. c) Place (Tempat) Proses penempatan dan pendistribusian produk juga harus dilakukan dengan tepat sesuai dengan target pasar yang ingin dijangkau. Perusahaan harus memperhatikan masalah kemudahan produk tersebut menjangkau konsumennya dan meminimalkan upaya konsumen dalam memperoleh produk yang ingin dikonsumsinya. d) Promotion (Promosi) Produk yang telah dibuat tentu harus diperkenalkan dan di informasikan kepada masyarakat yang ada di pasar, sehingga pasar dapat mengetahui dan merasakan kehadiran produk tersebut. Proses pemberian informasi tentang produk tersebut dapat dilakukan dengann berbagai cara, dimana kegiatan promosi ini merupakan salah satu bagian dari cara-cara dalam mengkomunikasikan sebuah produk. Kegiatan promosi dapat dilakukan diantaranya melalui advertising, personal selling, sales promotion atau direct selling. e) People (Orang) Orang merupakan unsur yang penting dalam bauran pemasaran terutama pada bauran pemasaran jasa. Orang –orang yang terlibat dalam perusahaan merupakan ujung tombak dari perusahaan, yang dapat memberikan keunggulan kompetitif dari para pesaingnya. Secanggih apapun teknologi yang digunakan di peruahaan tidak akan terlepas dari orang-orang yang terlibat didalamnya. 10 f) Process (Proses) Proses merupakan hal yang berkaitan langsung dengan ststem yang dibuat. Proses menentukan bagaimana produk barang / jasa dapat sampai ke tangan konsumen, sehingga konsumen akan menilai seperti apa dan bagaiman alur proses dari barang / jasa yang akan mereka konsumsi untuk kemudian dievaluasi dan memberikan pernyataan apakah mereka puas atau tidak. g) Physical Evidence (Penampakan Fisik) Dalam mengkonsumsi produk atau jasa, konsumen pasti terlebih dahulu akan melihat penampakan luar dari perusahaan. Dalam hal ini, yang dimaksud penampakan luar adalah penampakann fisik dari interior dan eksterior dari perusahaan, misalnya seperti tempat (gedung / bangunan), perabotan, layout ruangan, bentuk produk dan penampilan karyawan. Physical evidence dapat membantu menciptakan suasana yang mendorong terjadinya pembelian dan juga menimbulkan image dalam benak konsumen, baik tentang produk yang ditawarkan maupun tentang perusahaan itu sendiri. 2.3 Aktivitas Promosi (Promotion Activities ) Dalam memasarkan produk perusahaan selain produk yang baik, penetapan harga yang menarik dan memilih saluran distribusi yang dapat menjangkau konsumen, perusahaan juga memerlukan suatu komunikasi dengan para konsumennya karena dengan adanya komunikasi maka konsumen dapat mengetahui produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Promosi adalah suatu kegiatan yang dipandang dapat memainkan peranan penting dalam unsur-unsur marketing mix dan dapat memberikan sumbangan besar 11 terhadap pemasaran. Dibawah ini merupakan beberapa pendapat para ahli ekonomi tentang definisi promosi yang akan dikemukakan oleh penulis. Pengertian promosi menurut Djaslim Saladin (1999 : 145) “Promosi adalah suatu komunikasi informasi penjual dan pembeli yang bertujuan untuk merubah sikap dan tingkah laku pembeli, yang tadinya tidak mengenal menjadi mengenal sehingga menjadi pembeli dan tetap mengkonsumsi produk tersebut”. Dari pendapat para ahli diatas, maka jelaslah bahwa promosi merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen pemasaran, ini disebabkan karena promosi dapat menimbulkan rangkaian kegiatan selanjutnya. 2.4 Tujuan Promosi Dalam dunia bisnis yang penuh dengan persaingan sekarang ini jelaslah bahwa peranan promosi sangat penting untuk meningkatkan penjualan, karena meningkatkan penjualan adalah tujuan pokok dari promosi. Menurut Minardi, (1997:90) tujuan promosi adalah : a) Memberitahukan kepada para calon pembeli tentang eksistensi sebuah produk dan kemampuan-kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan serta keinginan; b) Meningkatkan para pemakai sekarang dan para pemakai lampau tentang adanya produk yang bersangkutan secara kontinue dan aneka ragam perannya dalam bidang konsumsi; c) Mempersuasi para calon pembeli untuk menarik kesimpulan bahwa kemampuan memenuhi kebutuhan produk tersebut menyebabkan bahwa produk itu perlu dibeli; 12 d) Secara singkat promosi berkaitan dengan upaya untuk mengarahkan seseorang agar dapat mengenal produk perusahaan, lalu memahaminya, berubah sikap, menyukai, yakin kemudian akhirnya membeli dan selalu ingat akan produk tersebut. 2.4.1 Alat-alat Promosi Menurut Djaslim Saladin, (1999 : 151), ada lima alat dari promosi, yaitu : a) Penjualan Tatap Muka ( Personal Selling) adalah persentasi lisan dalam suatu percakapan dengan satu atau lebih calon pembeli dengan tujuan menciptakan penjualan. b) Periklanan (Advertising) adalah bentuk-bentuk komunikasi non-personal yang dilakukan melalui media yang dibayar oleh sponsor. c) Pomosi Penjualan (Sales Promotion) kegiatan penjualan yang bersifat jangka pendek dan tidak dilakukan secara berulang serta tidak rutin, yang ditujukan untuk mendorong lebih kuat mempercepat respon pasar yang ditargetkan sebagai alat lainnya dengan menggunakan bentuk yang berbeda. d) Publisitas (Publicity) semacam periklanan yang dilakukan dengan sejumlah komunikasi untuk merangsang permintaan. e) Hubungan Masyarakat (Public Relation) merupakan usaha terencana oleh suatu organisasi untuk mempengaruhi sikap atau golongan. 2.5 Promosi Penjualan ( Sales Promotion ) Promosi penjualan ( Sales Promotion ) merupakan salah satu penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Promosi penjualan pada hakikatnya adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk menyampaikan atau mengkomunikasikan 13 suatu produk atau jasa kepada pasar sasaran untuk segera melakukan suatu tindakan. Dibawah ini beberapa pengertian sales promotion menurut para ahli: Menurut Kotler (2005:298) sales promotion adalah “berbagai kumpulan alat-alat insentif, yang sebagian besar berjangka pendek, yang dirancang untuk merangsang pembelian produk atau jasa tertentu dengan lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen atau pedagang”. Sales promotion menurut Utami (2008:134) adalah “dorongan jangka pendek untuk pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa”. Dari definisi-definisi diatas ditarik kesimpulan bahwa sales promotion adalah alat-alat insentif yang dipakai untuk merangsang pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dengan lebih cepat dan lebih besar yang biasanya bersifat jangka pendek. . 2.5.1 Tujuan promosi penjualan Tujuan sales promotion bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran. Tujuan ini dijabarkan dengan tujuan pemasaran yang lebih mendasar, yang dirancang untuk produk tertentu. Menurut Kotler dan Armstrong dalam buku Prinsip-prinsip Pemasaran (2001:174) tujuan dari sales promotion bervariasi sangat luas. 1) Penjual bisa menggunakan promosi konsumen untuk meningkatkan penjualan jangka pendek atau membangun pangsa pasar jangka panjang. 2) Tujuan promosi dagang mencakup : membuat pengecer mendagangkan produk baru dan memberi ruang lebih banyak untuk persediaan, membuat mereka membeli di muka. 14 3) Tujuannya meliputi: mendapatkan lebih banyak dukungan armada penjualan untuk produk sekarang atau produk baru atau mendaptkan wiraniaga untuk mencari langganan baru. Berdasarkan yang dikemukakan oleh Kotler dan Armstrong dapat disimpulkan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh penjual melalui sales promotion ialah dapat meningkatkan penjualan, mendorong pembelian konsumen dan mendapatkan pelanggan baru 2.5.2 Alat-alat Promosi Penjualan ( Sales Promotion ) Menurut Kotler (2005:301) menyatakan bahwa alat-alat sales promotion terdiri dari: 1) Sampel. Sejumlah kecil produk yang ditawarkan kepada konsumen untuk dicoba. 2) Kupon Sertifikat yang memberi pembeli potongan harga untuk pembelian produk tertentu. 3) Tawaran pengembalian uang (rabat) Tawaran untuk mengembalikan sebagian uang pembelian suatu produk kepada konsumen yang mengirimkan “bukti pembelian” ke perusahaan manufaktur. 4) Paket Harga (transaksi potongan harga/diskon) Menawarkan kepada konsumen penghematan dari harga biasa suatu produk. 5) Premium (hadiah pemberian) 15 Barang yang ditawarkan secara cuma-cuma atau dengan harga sangat miring sebagai insentif untuk membeli suatu produk 6) Program frekuensi Program yang memberikan imbalan yang terkait dengan frekuensi dan intensif konsumen membeli produk atau jasa perusahaan tersebut. 7) Kontes, undian, dan permainan Kegiatan promosi yang memberikan konsumen peluang untuk memenangkan sesuatu seperti uang tunai, perjalanan atau barang entah dengan keberuntungan atau dengan usaha ekstra. 8) Imbalan berlangganan Uang tunai atau hadiah lain yang ditawarkan bagi penggunaan suatu produk atau jasa perusahaan. 9) Pengujian gratis Mengundang calon pembeli menguji-coba produk tanpa biaya dengan harapan mereka akan membeli. 10) Garansi produk Janji eksplisit atau implisit penjual bahwa produk tersebut akan bekerja sebagaimana telah ditentukan. 11) Promosi bersama Dua atau lebih merk perusahaan bekerja sama dengan kupon, pengembalian uanga, dan kontes untuk meningkatkan daya tarik. 12) Promosi – silang Menggunakan suatu merk untuk mengiklankan merk lain yang tidak bersaing. 16 13) point of purchase Display atau peragaan yang berlangsung ditempat pembayaran atau penjualan. 2.5.3 Peran Promosi Penjualan Mengacu pada pendapat Utami (2008:137) dikemukakan bahwa peranan Sales promotion sangat berperan penting dalam kesuksesan seorang pemasaran perusahaan agar barang produksinya diminati oleh konsumen yang dapat berdampak baik bagi bertambahnya pelanggan serta meningkatnya laba perusahaan. Menurut pendapat Kennnedy dan Soemanagara (2006:32) dalam buku marketing communication, dikemukakan bahwa sales promotion dianggap berhasil menjangkau sasaran pasar yang spesifik dengan menawarkan produk mereka melalui penggunaan kupon pembelian, sampel, dan cara lainnya pada suatu lingkup atau area yang didasarkan atas pemilihan sasaran pasar: • Aspek geografis • Aspek demografis • Aspek psikografis • Aspek etnisgrafis Menurut jurnal yang berjudul “The Moderating Effect of Brand Loyalty on The Relationship between Promotion Activities and Consumer’s Purchase Decision Making.” ( Yuan Duan Lee, Shih – Hao Chen, Chen Fen Huang, Chun Kuo Hsu; AIMS International, 2010, volume 4,No.1,p.94 ). “With regard to the different types of promotion activities, Chandon, Wansink, and laurent have contendedthat the study of sales promotion should be expanded to include differnt effect of monetary and monetary promotions. To this end, Campbell and Diamond 17 divided promotion tools into (1) monetary ones that rely on stimulates presentable and capable for compared to the sales price by the way as coupons and discount, (2) non-monetary ones that use stimulates unable to be both presented in monetary form and compared to the salesprice which most likely the way by free gift. Mengelompokkan promosi penjualan ke dalam dua jenis, yaitu yang benrhubungan dengan pemotongan harga produk ( kupon dan diskon ) dan yang tidak mengurangi harga produk ( hadiah langsung, undian ). Mengacu pada jurnal Osman, Fah dan Foon yang berjudul Simulation of Sales Promotions towards Buying Behavior among University Students menyatakan bahwa terdapat hasil yang positif dari promosi yaitu meningkatkan penjualan, menghabiskan pesediaan dan menarik konsumen baru. Selebihnya sales promotion bermanfaat penting dalam merangsang respons konsumen berupa perilaku (behavioral response). Dalam beberapa tahun terakhir, sales promotion berkembang pesat dan bahkan porsinya terhadap total pengeluaran pemasaran mulai sejajar dengan pengeluaran iklan (Tjiptono, Chandra dan Adrian, 2008: 546). 2.5.4 Langkah-langkah Dalam Menentukan Sales Promotion Dalam sales promotion diperlukan adanya suatu langkah-langkah dalam melakukan sales promotion. Langkah-langkah sales promotion menurut Saladin (2006:196) yaitu: 1) Menentukan tujuan sales promotion. Tujuan umum: Bersumber pada tujuan komunikasi pemasaran, untuk mempercepat respon pasar yang ditargetkan. 18 Tujuan khusus: a) Bagi konsumen (consumer promotion) adalah untuk mendorong konsumen agar lebih banyak menggunakan produk, membeli produk dalam unit yang lebih besar, mencoba merek yang dipromosikan, dan untuk menarik pembeli dari merek pesaing kepada merek yang dipromosikan. b) Bagi pengecer (trade promotion) adalah unutk membujuk pengecer agar menjual produk baru, menimbun lebih banyak persediaan barang, mengingatkan pembelian ketika sedang tidak musim, mengimbangi promosi dari para pesaing, membuat pengecer agar setia pada barang yang dipromosikan, dan memperoleh jalur pengeceran baru. c) Bagi wiraniaga (sales force promotion) adalah untuk mendukung atas produk atau model baru, dan medorong penjualan di musim sepi. 2) Menyeleksi alat-alat sales promotion. Dalam mempergunakan alat-alat sales promotion, kita harus memperhitungkan jenis pasar, tujuan promosi, keadaaan pesaing, dan efektifitas biaya untuk setiap alat. Secara garis besarnya terdapat tiga macam alat sales promotion, yaitu: a) Alat promosi konsumen (consumer promotion tools), mencakup contoh produk (sample), kupon, pengembalian uang tunai, kemasan dengan harga potongan, bingkisan, barang iklan khusus, hadiah pelanggan, kontes, imbalan kesetiaan, promosi gabungan. b) Alat promosi dagang (trade promotion tools), mencakup diskon, tunjangan, harga diluar waktu, dan barang gratis. c) Alat promosi bisnis (business promotion tolls), terdiri dari konvensi dan pameran dagang, kontes penjualan. 19 3) Menyusun program sales promotion. Keputusan-keputusan dalam menyusun program sales promotion yaitu: a) Besarnya insentif (the size of the insentive), yaitu menentukan insentif yang diberikan, biasanya ditentukan minimumnya. b) Syarat-syarat partisipasi (conditions for participation), yaitu menentukan syarat- syarat pemberian insentif. c) Waktu promosi (duration of promotion), yaitu menentukan jangka waktu lama promosi, biasanya lebih baik diprogramkan untuk jangka panjang. d) Wahana distribusi untuk promosi (distribution vebicle), yaitu menentukan cara melakukan promosi dan pendistribusiannya. e) Saat-saat promosi (the timing of promotion), yaitu menentukan jadwal pelaksanaan promosi dan pendistribusiannya. f) Total anggaran promosi penjualan (the total sales promotion budget), yaitu menentukan besarnya anggaran promosi yang diperlukan. 4) Melakukan pengujian pendahuluan atas program. Keputusan mengenai tes pengujian pendahuluan sales promotion dapat dilakukan dengan menyusun berbagai peringkat promosi, atau dilakukan didaerah tertentu yang luasnya terbatas. 5) Dalam pelaksanaannya harus memperhitungkan waktu persiapan dan waktu penjualan. Waktu persiapan yaitu mulai sejak persiapan program sampai saat program diluncurkan. Sedangkan waktu penjualan yaitu mulai saat barang dikeluarkan sampai barang tersebut berada ditangan konsumen. 6) Mengevaluasi hasil. Ada beberapa metode untuk mengevaluasi hasil dari sales promotion, yaitu: 20 a) Membandingkan penjualan sebelum, sewaktu dan sesudah promosi percobaan mengenai berbagai macam hal, misalnya nilai insentif, jangka waktu dan media distribusinya. b) Percobaan mengenai berbagai macam hal, misalnya nilai insentif, jangka waktu dan media distribusinya. 2.5.5 Strategi promosi Menurut Kotler dan Amstrong (2001), pemasar dapat memilih salah satu dari strategi promosi dasar berikut ini : • Strategi Dorong (Push Strategy) Meliputi tindakan mendorong produk melalui saluran distribusi agar sampai kepada konsumen akhir. Pembuat produk mengarahkan aktivitas pemasarannya, terutama penjualan personal dan promosi dagang, kepada anggota-anggota saluran agar mereka ikut serta membawa produk dan mempromosikannya kepada konsumen akhir. • Strategi Tarik (Pull Strategi) Yaitu strategi promosi yang menuntut pengeluaran yang besar untuk iklan dan promosi penjualan guna menciptakan permintaan konsumen. Jika strategi berhasil, permintan konsumen akan menarik produk melalui saluran. Pada strategi tarik, pembuat produk mengarahkan aktivitas pemasarannya, terutama lewat iklan dan promosi konsumen, kepada konsumen akhir yaitu agar mereka mau membeli produk itu dari anggota saluran, yang pada gilirannya akan meminta kepada pembuat produk. Jadi pada strategi ini, permintaan konsumen akan menarik produk tersebut melalui saluran. 21 2.6 Penjualan Personal ( Personal Selling ) Salah satu alat dari bauran promosi adalah personal selling, yang merupakan saluran promosi yang bersifat pribadi dan mencakup dua orang atau lebih. Personal Selling menurut William J. Stanton (1994 : 410) adalah: “Personal selling is the presentation of a product to a prospective costumer by a representative of the selling organization” atau “Penjualan personal adalah persentasi produk untuk calon konsumen dari wakil penjualan atau organisasi”. Menurut Phillip Kotler (1993:376) “Penjualan personal adalah potensi lisan dalam pembicaraan dengan salah satu atau lebih calon pembeli untuk tujuan melakukan penjualan”. Sedangkan menurut Eugene M. Johnson, David L. Kurtz, Eberhard E. Scheuing (1994 ; 5 mendefinisikan penjualan personal adalah: “Personal selling is a critical aspect of a firm’s promotional strategy. When currectly used and done well., it is a major factor in generating sales volume it is a part of promotion that brings a human element into marketing trnsaction. It makes it possible for the buyer to act immediately and simplifies the handling of individual costomer problems. This is the role and nature of the business function that sales managers must supervise”. “Penjualan personal adalah aspek kritis dari strategi perusahaan. Kapan digunakan dengan benar dan berhasil dengan baik, ini adalah faktor utama dalam generasi volume penjualan ini adalah bagian dari promosi yang membawa unsur manuasia ke dalam transaksi pemasaran. Membuat jadi mungkin bagi pembeli dengan cepat melakukan dan menyederhanakan penanganan masalah dari para konsumen. Ini adalah peraturan dan sifat dari fungsi bisnis bahwa manajer penjualan harus melakukan pengawasan”. Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa personal selling merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam strategi promosi perusahaan, dimana penjualan berhubungan langsung secara pribadi dengan 22 calon pembeli. Dengan maksud menawarkan dan memberi mengenai barang, jasa dan ide yang menyebabkan terjadinya kombinasi antara pihak penjualan dengan pembeli. 2.6.1 Tujuan Penjualan Personal Personal Selling salah satu alat promosi, tentunya merupakan ujung tombak bagi perusahaan yang menetapkannya dalam menghadapi dunia persaingan pada pasar yang dituju. Philip Kotler (1993:367) menyatakan “tujuan dari personal selling adalah untuk melakukan penjualan dengan menamakan pilihan pembeli, keyakinan pembeli and tindakan pembeli pada tingkat tertentu dalam proses pembelian. Penjualan tatap muka adalah alat bauran promosi antar pribadi dua arah antara wiraniaga dan pelanggan individual, tatap muka ini dapat melalui telepon, konferensi video atau dengan cara komunikasi lainnya. Contoh keefektifannya adalah mereka dapat bertanya kepada pelanggan untuk dapat mengetahui lebih jauh masalah mereka dan mereka dapat membina hubungan pribadi jangka panjang dengan si pengambil keputusan kunci. Personal Selling mempunyai beberapa sifat atau ciri khas tertentu yaitu: 1). Tatap muka secara peorangan (Convertation), yaitu penjualan seseorang mencakup hubungan yang hidup langsung dan bersifat timbal balik antara dua orang atau lebih. 2). Pemupukan (Cultivation), yaitu penjualan perorangan memungkinkan timbulnya berbagai macam hubungan yang erat. Seseorang wiraniaga yang efektif biasanya mengingat-ingat minat dari konsumennya, jika mereka menghendaki hubungan yang langgeng. 23 3). Tanggap balik (Respon), yaitu penjualan perorangan yang menjadikan pembeli merasa berkewajiban untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh seorang wiraniaga. Dengan ini diharapkan konsumen akan memberikan tanggapannya. 2.6.2 Bentuk-bentuk Penjualan Personal Menurut Saladin (1991;163) ada beberapa kegiatan dalam melaksanakan penjualan personal yaitu sebagai berikut : 1). Field Selling, yaitu tenaga penjual yang melakukan penjualan diluar perusahaan dengan mendatangi konsumen dar I rumah ke rumah atau dari perusahaan ke perusahaan lainnya. Field Selling meliputi : a) Penjualan Langsung, yaitu penjualan yang dilakukan dari rumah ke rumah untuk menjajakan barang jualannya. Penjualan ini sangat menghabiskan banyak waktu dan tenaga. b) Penjualan Otomatis, yaitu penjualan yang dilakukan dengan menggunakan mesin yang telah dipasang secara otomatis yang selalu memberikan pelayanan 24 jam. c) Jasa Pembelian, yaitu badan usaha yang memberikan produknya berupa jasa seperti : Sekolah, Rumah Sakit, Asuransi dan Bank. 2) Retail Selling, yaitu tenaga penjual yang melakukan penjualannnya dengan melayani konsumen yang dating ke perusahaan. 3) Executive Selling, merupakan hubungan yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan dengan pemimpin perusahaan lainnya atau dengan pemerintah, dengan tujuan melakukan penjualan. 24 2.6.3 Proses Penjualan Personal ( Personal Selling ) William J. Stanton (1994 ; 402-404) mengelompokkan personal selling dalam beberapa tahap yaitu : 1) Persiapan Sebelum Penjualan (Presale preparation) Pertama perusahaan harus memepersiapkan salesmannya. Usaha ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian kepada mereka tentang produk yang akan dijual, pasar yang akan dituju, keadaan persaingan, prinsip-prinsip salesmanship dan pengetauan-pengetahuan lain yang berhubungan dengan penjualan. 2) Pendekatan Kepada Individu (Preapproach to Individual Prospect) Sebelum melakukan penjualan maka salesman perlu mempelajari individu atau perusahaan yang dapat diharapkan menjadi pembelinya tentang : kebiasaan membeli, kesukaan, atau selera konsumen, barang-barang yang digunakan, reaksi konsumen terhadap perusahaan yang akan ditawarkan salesman. 3) Melakukan Penjualan Penjualan yang dilakukan bermula dari suatu usaha yang memikat perhatian konsumen, kemudian diusahakan untuk mengetahui keinginan mereka, yang selanjutnya diikuti penjualan oleh salesman. 4) Pelayanan Sesudah Penjualan. Kegiatan penjualan tidak berakhir pada saat pesanan pembeli dipenuhi, tetapi mesih perlu dilanjutkan dengan pelayanan kepada mereka. Biasanya kegiatan ini dilakukan untuk penjualan barang-barang. Beberapa pelayanan yang biasany adiberikan adalah: a) Pemberian garansi 25 b) Pemberian jasa reparasi c) Latihan tenaga-tenaga operasi dan cara penjulannya Dalam tahap terakhir ini penjual harus berusaha mengatasi berbagai macam keluhan atau pertanggung jawaban yang kurang baik dari pembeli, karena hal ini akan berkaitan dengan kepuasan konsumen. Jobber,Geoff Lancaster(2008;248-271) ada beberapa tahap yang dilakukan sales untuk mendapatkan loyalitas pelanggan 1.Opening. Pelanggan mengharapkan personal seller berpenampilan seperti seorang pebisnis di penampilan dan sikapnya. 2.Need and problem identification Setiap sales memiliki range harga yang harus dipersiapkan dan mengerti produk atau jasa yang dijualnya serta mengerti kondisi dari pembeli. 3.Presentation Tujuan dari melakukan hal tersebut adalah untuk menyadarkan konsumen akan keuntungan yang didapatkan dari produk tersebut sebanyak-banyaknya 4.Demonstration Untuk dapat membuktikan keunggulan dari produk yang ditawarkan,maka demonstrasi produk kepada sales dibutuhkan agar sales dapat mengetahui keunggulan produk yang akan ditawarkannya 5.Dealing with objection Objection adalah suatu ekspresi yang menunjukan kebingungan,ragu dan rasa ketidak setujuan dari informasi yang telah diberikan oleh salesperson.Sales sebaiknya diberikan pelatihan mengenai tipe-tipe dari respon penolakan konsumen 26 6.Negotiation Penjual dapat menegosiasikan harga, persyaratan kredit, waktu pengiriman, perdagangan-nilai dan 7.Closing the sale Sales sebaiknya menutup penjualan dengan rekap ulang segala keuntungan yang didapat konsumen.Hal tersebut sebaiknya dilakukan agar munculnya rasa kepercayaan konsumen untuk melakukan repurchasing produk tersebut 8.Follow-up Langkah terakhir ini diibutuhkan untuk meyakinkan bahwa konsumen puas dengan pembelian dan faktor-faktor lainnya seperti pengiriman dan instalasi.Follow-up dapat juga untuk menunjukan bahwa salesperson lebih mementingkan konsumen daripada hanya menjual produk tersebut. Gambar 2.1 Proses penjualan personal 27 2.7 Keputusan pembelian konsumen Memahami perilaku konsumen tidaklah mudah karena konsumen memutuskan pembelian tertentu yang dapat berbeda setiap hari dan sangat bervariasi dalam usia, pendapatan, tingkah laku, tingkat pendidikan dan selera. Adapun menurut Schiffman dan Kanuk (2004:549) mengemukakan bahwa “keputusan pembelian konsumen adalah suatu tindakan dari beberapa pilihan yang ada”. Sedangkan pengertian keputusan pembelian konsumen konsumen menurut Kotler dan Armstrong (2006:181), adalah membeli merk yang paling disukai, tetapi dua faktor bisa berbeda antara niat pembelian dan keputusan pembelian konsumen”. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keputusan pembelian konsumen konsumen karena merupakan suatu tindakan atas beberap pilihan yang ada dan keputusan pembeli tentang merk mana yang hendak dibeli, niat pembelian konsumen berdasarkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga dan manfaat produk. 2.7.1 Tahap-tahap Proses Keputusan pembelian konsumen Konsumen Ada lima tahap proses yang dilalui konsumen dalam proses pembelian, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian konsumen, dan perilaku pembelian. Model ini menekankan bahwa proses pembelian bermula sebelum pembelian dan berakibat jauh setelah pembelian. Setiap konsumen tertentu melewati lima tahap ini untuk setiap pembelian yang mereka buat. proses pembelian konsumen menurut Kotler dan Armstrong (2006:179) adalah sebagai berikut: 28 Gambar 2.2 Proses Keputusan pembelian konsumen Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Keputusan pembelian konsumen Perilaku pasca pembelian Sumber: Kotler dan Armstrong(2005:224) Konsumen akan membeli suatu produk sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya, yaitu masalah akan dorongan kebutuhan yang dihadapi. Tanpa adanya pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk yang akan dibeli. 1. Pencarian informasi Setelah memahami masalah yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan berdasarkan pengalaman orang lain (eksternal). 2. Evaluasi alternatif Setelah konsumen mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya. 3. Keputusan pembelian konsumen Setelah konsumen mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan membuat keputusan pembelian konsumen. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara membuat keputusan pembelian konsumen dengan menciptakan pembelian yang aktual tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. 29 4. Perilaku pasca pembelian Merupakan proses evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap pembuatan keputusan pembelian konsumen. Setelah membeli produk tersebut, konsumen akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya. Dalam hal ini, terjadi kepuasan dan ketidakpuasan konsumen. Konsumen akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya akan meningkatkan permintaan akan merek produk tersebut di masa depan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen di masa depan. 2.7.2 Faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Menurut Kotler dan Armstrong (2006:159) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi konsumen dalam perilaku pengambilan keputusan pembelian konsumen. Berikut ini gambar 2.2 yang memperlihatkan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pembelian konsumen oleh konsumen. Gambar 2.3 Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan Cultural Social Personal Subculture Reference groups Social class Family Age and life cycle stage occupstion Economic situation Personality and selfcocept Cultur Roles and status Psycological Motivation Perception Laerning Beliefs and attitudes Sumber : Philip Kotler dan Gary Armstrong (2006:159) Buyer 30 1. Faktor-faktor kebudayaan (cultural factor) Faktor-faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Berikut ini adalah beberapa peranan dari kebudayaan (cultur), subkebudayaan (subculture), dan kelas sosial (social class). a) Kebudayaan (cultur) adalah faktor penetuan keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. b) Subkebudayaan (subculture) adalah setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil, yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya. c) Kelas sosial (social culture) adlah sebuag kelompk yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam urutan yang panjang. 2. Faktor-faktor sosial (social factor) Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti keluarga (family), kelompok referensi (references group), status dan peranan sosial (roles and status). a) Keluarga (family), para anggota keluarga dapat memberi pengaruh kuat terhadap perilaku pembelian. b) Kelompok referensi (references group), kelompok yang dapat memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. c) Peranan dan status (roles and status), kedudukan aseseorang dalam memperkenankan memperlihatkan kekayaan. 31 3. Faktor-faktor pribadi (personal factor) Keputusan seseorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia dan daur hidupnya (age and life cycle stage), pekerjaannya (occupation), kondisi ekonomi (economic situation), gaya hidup (lifestyle), kepribadian dan konsep diri ( personality and self-concept). a) Usia dan daur hidupnya (age and life cycle stage), orang mebeli suatu barang dan jasa yang berubah selama hidupnya. b) Pekerjaannya (occupation), pola konsumsi seseorang juga dipengaruhi oleh pekerjaannya. c) Kondisi ekonomi (economic situation), keadaan ekonomi seseorang akan besar pengaruhnya terhadap pilihan produk. d) Gaya hidup (lifestyle), pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat (opini) yang bersangkutan. 1. Faktor-faktor psikologis ( psychological factor) Pilihan pembelian seseorang dipengaruhi lagi oleh empat faktor psikologis utama seperti motivasi (motivation), persepsi (perception), pengetahuan (learning), serta kepercayaan dan pendirian (beliefs and attitudes). a. Motivasi (motivation). Adalah suatu dorongan yang cukup kuat yang mendesak untuk mengarahkan seseorang agar dapat memenuhi kepuasan terhadap kebutuhan. b. Persepsi (perception). Adalah penerimaan atau tanggapan seseorang terhadap suatu situasi. c. Belajar (learning). Adalah penggambaran perubahan prilaku seseorang yang bersumber dari pengalaman. 32 d. Kepercayaan dan sikap (beliefs and attitudes). Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dianut seseorang tentang sesuatu. Sikap adalah penilaian kognitif yang baik atau tidak, perasaan emosional dan kecenderungan berbuat selama waktu tertentu terhadap beberapa objek atau gagasan. 2.7.3 Proses Keputusan Pembelian Konsumen Berdasarkan Afeksi dan Kognisi Menurut wilikie, efektif atau afeksi menunjukkan penggunaan emosi dan perasaan pada saat konsumen akan melakukan keputusan pembelian konsumen (1990). Menurut peter dan Olson (1996), tanggapan-tanggapan efektif beragam dalam penilaian positif atau negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan dan dalam intensitas atau tingkat pergerakan badan. Misalnya efeksi yang melibatkan emosi yang relative gencar seperti cinta atau marah, status perasaan yang tidak begitu kuat seperti kepuasana atau frustasi, suasana hati yang melarut seperti relaksasi atau kebosanan, dan evaluasi meyeluruh seperti suka atau tidak suka. Orang dapat mengalami empat jenis tanggapan afektif yaitu emosi, perasaan tertentu, suasana hati, dan evaluasi. Keempat jenis afektif tersebut memiliki perbedaan dalam tingkatan keterlibatan gerakan badan atau intensitas yang meyertai ketika mengalami keempat afeksi tersebut. Semakin kuat tanggapan afektif semakin dapat tanggapan tersebut melibatkan tanggapan fisiologis (sesuatu yang ada didalam badan) seperti meningkatnya tekanan darah atau debaran jantung, dan lain-lain. Perasaan tertentu melibatkan reaksi fisiologis yang tidak begitu gencar. Suasana hati yang melibatkan intenstas perasaan yang paling rendah cenderung merupakan suatu status afektif yang kabur. Dan akhirnya evaluasi terhadap produk atau konsep 33 lainnya seringkali adalah tanggapan afektif yang lemah yang diikuti oleh tingkat gerakan yang rendah. 2.7.3.1 Sistem afektif Tanggapan afeksi diciptakan oleh sistem afektif. Walaupun periset terus mempelajari bagaimana sistem afektif bekerja, mereka umumnya sependapat adanya lima sifat dasar. Satu sifat yang penting adalah bahwa : • sistem afeksi pada umumnya reaktif. Dengan kata lain, system pengaruh tidak membuat rencana, membuat keputusan, atau bertujuan mencapai suatu sasaran tertentu. System afektif seseorang biasanya menanggapu dengan segera dan otomatis aspek nyata pada lingkungan. Misalnya warna, sebagian orang dengan segera mimiliki tanggapan efektif positif ketika melihat warna kesukaan mereka pada mobil atau baju. • Sifat yang kedua yang terkait dengan system afektif adalah bahwa masyarakat memiliki control langsung yang kecil atas tanggapan afektif mereka. Misalnya jika seseorang merasa terganggu oleh perlakuan kasar salesman, maka system afektif seseorang merasa terganggu oleh perlakuan kasar salesman, maka system afektif orang tersebut mungkin dengan segera dan otomatis menciptakan perasaan frustasi atau marah. Akan tetapi seseorang dapat memiliki control tak langsung atas pengaruh yaitu dengan mengubah perilaku yang dapat memicu afeksi atau pindah kelingkungan yang lain. • Ciri ketiga dari system afektif adalah bahwa tanggapan afektif secara fisik ada dalam tubuh manusia. Misalnya ada rasa gugup sehubungan dengan kegembiraan ketika memutuskan suatu pembelian penting seperti mobil. 34 Reaksi fisik ini dapat menjadi perasaan yang sangat kuat bagi orang yang mengalaminya. • Keempat, system afektif dapat menanggapi berbagai jenis rangsangan. Misalnya konsumen dapat memiliki tanggapan evaluasi pada suatu obyek berbentuk atau situasi sosial. System afektif konsumen dapat menanggapi pemikiran yang diciptakan oleh system kognitif mereka. • Ciri kelima, tanggapan yang paling berpengaruh adalah belajar. Hanya sedikit tanggapan afektif dasar seperti kesukaan memakan makanan manis atau reaksi negatif atas suara yang keras yang merupakan pembawaan sejak lahir. Konsumen belajar beberapa dari tanggapan afektif melalui proses pengkondisian klasik. Konsumen juga belajar beberapa tanggapan afektif melalui pengalaman sosialisasi ketika masih anak-anak. Karena tanggapan afektif itu dipelajari, bentuknya dapat beragam sejalan dengan budaya ataupun grup sosial. Oleh karena itu, system afektif masyarakat cenderung menanggapi suatu rangsangan yang sama secara berada. 2.7.4 Pengertian Kognisi Kognitif atau kognisi adalah penggunaan pemikiran logis yang terjadi pada saat konsumen akan melakukan pembelian (wilkie,1990, p.222). Kognisi mengacu pada proses mental dan struktur pengetahuan yang melibatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya. Yang termasuk di dalamnya adalah pengetahuan yang didapat orang dari pengalamannya dan yang tertanam dalam ingatan mereka. Termasuk juga di dalamnya proses psikologis yang terkait dengan pemberian perhatian dan pemahaman terhadap aspek-aspek lingkungan, mengingat kejadian masa lalu, pembentukan evaluasi, dan pembuatan keputusan pembelian konsumen. 35 Aspek-aspek kognisi ini sendiri adalah proses berpikir, di mana proses kognisi lainnya dilakukan secara tak sadar dan otomatis. Manusia telah mengembangkan system kongnitif dengan sangat canggih yang mengungkapkan proses mental yang lebih tinggi untuk pengertian, penilaian, perencanaan, penetapan, dan berpikir: 1. Pengertian : menginterpretasikan atau menetapkan arti khusus lingkungan seseorang. 2. Penilaian : menetapkan apakah sesuatu aspek lingkungan atau perilaku pribadi seseorang adalah baik atau buruk, positif atau negatif, menyenagkan atau tidak menyenangkan. 3. Perencanaan : menetapkan bagaimana memecahkan suatu permasalahan atau mencapai suatu tujuan. 4. Penetapan : membandingkan alternative pemecahan suatu masalah dari sudut pandang sifat yang relevan dan mencari alternative yang terbaik. 5. Berfikir : aktifitas kognitif yang muncul disepanjang proses pengertian, penilaian, perencanaan, dan penetapan. Fungsi utama dari system kognitif seseorang adalah untuk menginterpretasikan, member makna, dan memahami aspek utama pengalaman pribadi konsumen. Untuk melakukan hal tersebut system kognitif menciptakan arti simbolis dan subyektif yang mewakili interpretasi pribadi atas rangsangan yang dihadapi. Fungsi kedua dari sistem kognitif adalah memproses interpretasi atas arti tersebut dalam melakukan tugas kognitif seperti menjabarkan tujuan dan sasaran, mengembangkan dan mengevaluasi tindakan alternatif yang akan diambil untuk 36 mencapai tujuan tersebut, memilih tindakan yang akan diambil, serta menjalankan perilaku. Jumlah dan intensitas pemrosesan kognitif berbeda untuk setiap situasi, produk, maupun konsumen. Konsumen tidak terlalu terlibat dengan aktifitas kognitif yang terus menerus, karena kenyataannya beberpa perilaku dan keputusan pembelian konsumen hanya melibatkan pemrosesan kognitif yang minimal. 2.7.4.1 Proses kognitif dalam pengambilan keputusan konsumen Proses paling penting dari perilaku konsuemen bagi para pemasar adalah memahami bagaimana konsumen membuat keputusan, dari sudut pandang konsumen sebagai besar aspek lingkunagan adalah informasi yang potensial. Misalnya dalam satu supermarket strategi pemasaran seperti lebel harga, kupon diskon, dan masih banyak lagi yang lain merupakan informasi yang potensial bagi konsumen. Untuk menjelaskan bagaimana sistem kognitif memproses informasi yaitu menggunakan model pemrosesan informasi (information processing models). Model tersebut mengidentifikasikan suatu runtutan proses kognitif. Pada runtutan tersebut setiap proses memodifikasi suatu runtutan proses kognitif. Pada runtutan tersebut setiap proses memodifikasi informasi dan meneruskannya ke proses berikurtnya, yang selanjutnya akan ada operasi tambahan yang melanjutkannya. Jika disederhanakan, pengambilan keputusan konsumen melibatkan tiga proses kognitif yang penting yaitu: 1. Konsumen harus menerjemahkan informasi yang relevan dilingkungan sekitar untuk menciptakan arti atau pengetahuan personal. 37 2. Konsumen harus mengkombinasikan atau menintegrasikan pengetahuan tersebut sebelum mengevaluasi produk atau tindakan yang mungkin, dan untuk menetapkan perilaku diantara alternative yang ada. 3. Konsumen harus mengungkap ulang pengetahuan produk dari ingatannya untuk digunakan dalam proses integrasi dan interpretasi Beberapa aspek sistem kognitif mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. Pengaktifan misalnya, adalah proses di mana pengetahuan produk diambil dari ingatan untuk digunakan dalam menterjemahkan dan mengintegrasikan informasi. Pengaktifan pengetahuan dalam ingatan sering terjadi secara otomatis dengan hanya sedikit atau bahkan tidak ada upaya sadar yang dibutuhkan. Sedangkan pengetahuan produk dalam ingatan konsumen dapat diaktifkan melalui berbagai cara. Cara yang paling umum adalah dengan eksposur pada obyek atau kejadian disekitar lingkungan. Menurut jurnal yang berjudul “The Moderating Effect of Brand Loyalty on The Relationship between Promotion Activities and Consumer’s Purchase Decision Making.” ( Yuan Duan Lee, Shih – Hao Chen, Chen Fen Huang, Chun Kuo Hsu; AIMS International, 2010, volume 4,No.1,p.94 ). Mengelompokkan proses keputusam pembelian konsumen kedalam Brand Cognitive, High quality Cognitive dan Price Cognitive. • Brand cognitive : keputusan pembelian konsumen didasarkan atas pengetahuan akan merek produk yang dimiliki oleh konsumen. 38 • High quality cognitive : keputusan pembelian konsumen berdasarkan pada kualitas produk yang baik, sehingga konsumen tidak ragu untuk membeli produk. • Price cognitive : keputusan pembelian konsumen lebih didasari oleh harga produk tersebut. Pada akhirnya, pengetahuan produk dalam ingatan dapat diaktifkan karena pengetahuan tersebut dihubungkan dengan arti lain yang juga diaktifkan. Sifat penting lain dari sistem kognitif adalah kapasitasnya yang terbatas, artinya sejalan dengan waktu secara bertahap proses kognitif hanya mensyaratkan kapasitas dan kontrol sadar yang semakin sedikit. 2.7.5 Hubungan Antara Afeksi Dan Kognisi Beberapa peneliti menyatakan bahwa sistem afektif dan kognisi adalah independen atau berdiri sendiri, namun ada juga yang menyatakan bahwa afeksi sangat dipengaruhi oleh sistem kognitif, begitu juga sebaliknya. Afeksi dan kognisi adalah independen mungkin benar karena melibatkan beberapa bagian berbeda dari otak manusia, namun antara afeksi dan kognisi ada keterkaitan mungkin juga benar karena dihubungkan oleh saraf, sehingga setiap sistem dapat saling mempengaruhi (peter & Olson, p.43). Di dalam setiap individu, kognitif dan afektif tidak dapat dipisahkan, namun dalam situasi atau keadaan tertentu dapat dilihat bahwa manakah yang dominan antara sifat emosional atau rasional dalam diri seseorang. Hubungan antara afeksi dan kognisi dapat dilihat dari gambar berikut ini : 39 Gambar 2.4 hubungan afeksi dan kognisi Sumber: Peter & Olson,1996, p.44 2.8 Loyalitas Konsumen Griffin (2003 ; 113), memberikan pengertian loyalitas : When a customer is loyal, he or she exhibits purchase behavior defined as non-random purchase expressed over time by some decision-making unit. Dan pentingnya untuk meningkatkan first-time customer menjadi lifetime buyer adalah : 1. Penjualan akan meningkat karena konsumen akan membeli lebih dari Anda. 2. Akan menguatkan posisi Anda di pasar jika konsumen membeli dari Anda dan bukan dari kompetitor. 3. Biaya pemasaran akan turun karena Anda tidak harus menggunakan uang lebih banyak untuk menarik konsumen karena Anda telah mengenalnya. Demikian juga konsumen yang puas akan menceritakan ke temannya sehingga akan mengurangi biaya iklan. 4. Anda akan dapat mengisolasi dari kompetensi harga karena konsumen yang loyal tidak gampang terpengaruh oleh discount dari pesaing. 40 5. Akhirnya konsumen yang puas akan senang untuk mencoba produk anda yang lainnya, sehingga membantu Anda untuk memperoleh pangsa pasar yang lebih luas. Indikator dari loyalitas pelanggan menurut Kotler & Keller (2006 ; 57) adalah : 1. Repeat Purchase (kesetiaan terhadap pembelian produk); 2. Retention (Ketahanan terhadap pengaruh yang negatif mengenai perusahaan); 3. referalls (mereferensikan secara total esistensi perusahaan). Selanjutnya Griffin (2003 ; 223) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal antara lain : 1. Mengurangi biaya pemasaran (karena biay\a untuk menarik pelangan baru lebih mahal). 2. Mengurangi biaya transaksi (seperti biaya negosiasi kontrak, pemrosesan pesanan, dll). 3. Mengurangi biaya turn over pelanggan (karena pergantian pelanggan yang lebih sedikit). 4. Meningkatkan penjualan silang yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Word of mouth yang lebih positif dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. 6. Mengurangi biaya kegagalan (seperti biaya pergantian, dll). 2.8.1 Ciri – Ciri Pelanggan Yang Loyal Menurut Griffin ( 2005 : 16 ) pelanggan yang loyal memiliki ciri-ciri: 1. Makes regular repeat purchase (melakukan pembelian ulang secara teratur) 41 2. Purchases across product and service lines (melakukan pembelian lini produk yang lainnya dari perusahaan Anda) 3. Refers others (memberikan referensi pada orang lain) 4. Demonstrates in immunity to the pull of the competition (menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing/ tidak mudah terpengaruh oleh bujukan pesaing) 2.8.2 Tingkat loyalitas Konsumen Menurut Aaker (1991, h.40-41), mengemukakan bahwa loyalitas memiliki tingkatan yang ia sebut Piramida Loyalitas, dimana idealnya bersifat hierarkis, Piramida Loyalitas ini terdiri dari: 1. Switchers Konsumen yang tidak memiliki loyalitas. Merupakan tingkat loyalitas paling dasar dimana konsumen merasa tidak ada perbedaan berarti antara satu merek dengan merek lainnya dalam kategori produk tersebut. Setiap merek dipersepsikan sama dan nama merek kurang berperan dalam keputusan pembelian konsumen. Apapun merek yang murah dan dapat digunakan akan dipilih. 2. Habitual Buyer Tingkat kedua ini meliputi konsumen yang puas dengan produk atau setidaknya tidak kecewa dengan penggunaan merek tersebut. Konsumen pada tingkat ini disebut juga pembeli berdasarkan kebiasaan (habitual buyers), sehingga jika tidak ada stimulus yang cukup kuat dari merek pesaing, konsumen jarang merubah pola kebiasaannya dalam membeli 42 terutama jika perubahan tersebut disertai usaha dari pihak konsumen. Konsumen pada tingkat ini rentan terhadap promosi dari pesaing yang memberikan kelebihan lain, meskipun relatif sulit dipengaruhi oleh pesaing yang memberikan kelebihan lain, meskipun relatif sulit dipengaruhi oleh pesaing karena konsumen tidak memiliki alasan untuk mencari merek alternatif. 3. Satisfied Buyer with Switching Costs Disebut juga Switching Cost Loyal. Meliputi konsumen yang puas dengan merek produk dan memiliki switching costs – kerugian uang, waktu, atau resiko performansi yang diasosiasikan dengan penggantian merek. Merupakan pembeli yang cenderung mempelajari setiap aspek dan kelebihan dari merek tertentu atau adanya ketakutan akan resiko merek yang lain tidak mampu berfungsi sebaik merek yang saat ini digunakan. Untuk menarik perhatian konsumen di tingkat ini, pesaing harus dapat memberikan kompensasi yang cukup dengan penawaran dan kelebihan yang lebih besar. 4. Likes the Brand Tingkat dimana pembeli benar-benar menyukai merek tersebut. Pembeli tidak selalu dapat mendeskripsikan apa yang ada pada merek tersebut yang membuat mereka menyukainya, meskipun pembeli telah berkali-kali menggunakannya. Rasa suka mereka mungkin didasarkan dari asosiasi seperti simbol, pengalaman penggunaan, dan kualitas. Konsumen pada tingkat ini disebut juga teman dari merek (friends of the brand) karena adanya keterikatan perasaan dan emosional dengan merek yang mereka gunakan. 43 5. Commited Buyer Tingkat loyalitas tertinggi. Konsumen memiliki perasaan bangga sebagai pengguna merek tertentu. Merek tersebut penting bagi mereka, baik dipandang dari segi fungsi ataupun sebagai alat pengekspresian tentang diri mereka. Loyalitas mereka ditunjukkan dengan merekomendasikan merek tersebut pada orang lain, dan bangga untuk mengenakan barang-barang yang memiliki simbol-simbol merek tersebut 2.9 Peneliti Terdahulu 1. “STIMULATION OF SALES PROMOTION TOWADS BUYING BEHAVIOUR AMONG UNIVERSITY STUDENTS” Osman, Syuhaily; Fah, Benjamin Chan Yin; Foon, Yeoh Sok. International Journal of Marketing Studies . 3. 3 (Aug 2011): 78-88. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh promosi penjualan pada perilaku pembelian antara universitas dan siswa. Secara khusus, Universitas Putra Malaysia (UPM) terpilih sebagai lokasi studi. Sebanyak 150 responden direkrut dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang kemudian diolah. Studi ini menemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara gender dan perilaku pembelian (t = 1.569, p> 0,05). Di sisi lain, ada sebuah perbedaan yang signifikan antara pendapatan bulanan keluarga dan perilaku pembelian (F = 2,597, p ≤ 0,05). Ada hubungan yang signifikan antara sikap Harga diskon (r = 0.351, p ≤ 0,01), kupon (r = 0,392, p ≤ 0,01), sampel gratis(r = 0,491, p ≤ 0,01) dan "Buy-one-get-one-free" (r = 0.456, p ≤ 0,01) dengan perilaku pembelian. Hasil Regresi hirarkis 44 menemukan bahwa sampel gratis dan "Buy-one-get-one-free" menjelaskan varians 28,7% dalam membeli perilaku responden. Temuan dari studi ini akan membantu pemasar untuk memahami jenis promosi yang secara signifikan mempengaruhi perilaku pembelian responden. Oleh karena itu, hal ini dapat membantu pemasar dalam pemasaran mereka dan berencana untuk menjadi lebih kompetitif dan mendapatkan keuntungan. 2. “A MODEL DEVELOPMENT OF RETAIL PATRONAGE LOYALTY” Cole, Henry S; Clow, Kenneth E. Journal of Business Studies Quarterly 2. 2 (Mar 2011): 1-16. Penelitian ini menguji hubungan sikap iklan, sikap materialistis, impulse buying, pandangan politik, dan demografi konsumen dengan loyalitas patronase umum ritel. Studi ini menemukan bahwa sikap terhadap iklan dan impulsif membeli memiliki dampak positif pada loyalitas belanja lokal dengan sikap materialistis menjadi penggerak tidak langsung loyalitas perbelanjaan lokal. Hasil dari analisis LISREL menunjukkan keduanya yaitu impulsif membeli dan iklan berdampak pada loyalitas belanja lokal, dengan sikap terhadap dampak iklan ini hampir dua kali lebih kuat (MLE dari 0,23 dibandingkan dengan 0,12). Impulsif membeli dipengaruhi oleh sikap materialistik (MLE = 0,25) dan sikap iklan berdampak sikap materialistik (MLT=0,14). Sikap iklan akan memainkan peran penting dalam mengembangkan loyalitas perbelanjaan lokal. Sikap iklan ditemukan memiliki hubungan yang signifikan, baik positif dengan sikap materialistis dan loyalitas patronase lokal tetapi tidak dengan impulsif membeli. Selain itu, sikap materialistis tidak memiliki hubungan yang signifikan secara langsung dengan loyalitas 45 perbelanjaan lokal. Namun, hal itu secara tidak langsung berdampak impulsif belanja kemudian melalui kesetiaan membeli, yang secara langsung berkaitan dengan sikap materialistis. Implikasinya adalah bahwa iklan tersebut merupakan variabel penting, dan pesan iklan bisa menggunakan banding kelangkaan. Iklan dan sikap materialistik dapat mempengaruhi impulsif membeli dan kemudian perilaku setelah membeli adalah menjadi loyal dalam berbelanja kembali. Pengecer dapat menggunakan informasi ini untuk membantu bisnis mereka. Jika pengecer dapat menemukan dan menarik pembeli lebih impulsif hal itu akan meningkatkan penjualan. Pembeli impulsif cenderung membeli lebih spontan, segera, dan tanpa berpikir panjang. Karena pembeli tidak merencanakan banyak pembelian mereka, harga tidak akan cenderung menjadi faktor paling penting dalam keputusan pembelian mereka. Oleh karena itu, mungkin margin keuntungan akan meningkat. 3. ”Sales Promotion as as a Competitive Strategy” Davies, Mark. Management Decision; 1992; 30, 7; Dalam \artikel yang dinuat oleh Mark Davies, menyatakan bahwa promosi penjualan dibagi menjadi penjualan dapat price based dan non-priced based. Promosi menjadi salah satu strategi yang efektif unutkmempertahankan daya saing perusahaan agar tetap kompetitif, sales promotion dapat menjadi pedoman untuk membuat keputusan yang strategis dengan melakukan pendekatan yang intensif terhadap program promosi. Peran sales promotion menggambarkan bagaimana konsumen semakin tertarik dengan tawaran-tawaran promosi yang disajikan oleh 46 perusahaan yang akhirnya berdampak pada keputusan-keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen. 2.10 Kerangka Pemikiran Salah satu indusrti di Indonesia yang mempunyai potensi besar dalam memanfaatkan kekuatan merek adalah industry jasa, terutama di bidang hiburan byang persaingannya akhir-akhir ini semakin kompetitif. Dengan kata lain, kekuatan usaha ini adalah bagaimana pelaku usaha menawarkan fitur dan inovasi produk serta layanan yang terbaik bagi para konsumen, setiap perusahaan jasa akan berusaha memberikan nilai tambah yang berbeda dan berkesan unik terhadap produk dan jasa layanan yang diberikan konsumennya. Program promosi dan juga tenaga penjual merupakan aset perusahaan yang harus diperhatikan, karena mereka berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pelanggan. Promo yang menarik akan menarik minat pasar untuk datang ke perusahaan, lalu dengan tenaga penjualan yang terlatih calon pelanggan akan dilayani sebaik mungkin sehingga meninggalkan kesan pada calon pelanggan tersebut sehingga mereka berkeinginan untuk datang kembali. Dalam kondisi calon pelanggan sudah menjadi loyal, konsumen bukan lagi sebagai pelengkap uasha tetapi sebagai partner usaha bagi merek tersebut. Gambar di bawah ini menjelaskan bahwa industri jasa, yang menjadi fokus utama adalah bagaimana membangun loyalitas konsumen yang kuat melalui promosi penjualan dan penjualan personal yang ada kaitannya dengan kualitas jasa yang dirasakan konsumen sehingga memutuskan unutk membeli produk M - Point dan bagaimana mengelola konsumen menjadi loyal tehadap perusahaan. 47 Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran Promosi penjualan (X1) Keputusan pembelian konsumen (Y) Loyalitas konsumen ( Z) Personal selling (X2) Sumber : Peneliti ( 2013 ) 2.11 Hipotesis Berikut adalah hipotesis dari penelitian ini : Hipotesis 1 Ho :Ppromosi penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan pembelian konsumen konsumen. Ha : Promosi penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen konsumen. Hipotesis 2 Ho : Penjualan personal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen konsumen. Ha : Penjualan personal berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen konsumen. 48 Hipotesis 3 Ho : Promosi penjualan dan penjualan personal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen konsumen. Ha : Promosi penjualan dan penjualan personal berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen konsumen. Hipotesis 4 Ho : Promosi penjualan tidak berpengaruh secara signifikan terhadapl loyalitas Konsumen. Ha : Promosi penjualan berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas Konsumen Hipotesis 5 Ho : Penjualan personal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Konsumen. Ha : Penjualan Personal berpengaruh secara signifikan terhadap Loyalitas Konsumen. Hipotesis 6 Ho : Keputusan pembelian konsumen konsumen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen Ha : Keputusan pembelian konsumen konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen Hipotesis 7 Ho : Promosi penjualan, penjualan personal dan keputusan pembelian konsumen konsumen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen. 49 Ha : Promosi penjualan, penjalan personal dan keputusan pembelian konsumen konsumen berpengaruh secara signifikan terhadap loyalitas konsumen