Inflasi Pangan Akan Menekan PDB Rabu, 12 Maret 2008 | 00:44 WIB Jakarta, Kompas - Inflasi akibat harga komoditas pangan diperkirakan akan menekan produk domestik bruto atau PDB. Oleh karena itu, pemerintah harus melakukan berbagai langkah untuk menjaga agar harga pangan tidak terus naik. Demikian dikemukakan Miranda S Goeltom dalam bedah bukunya yang berjudul Essay ini Macro Economic Policy: The Indonesian Experience di Jakarta, Selasa (11/3). ”Pemerintah harus menjaga harga pangan tidak terus naik. Inflasi harga pangan berpeluang memberi tekanan pada pertumbuhan ekonomi,” kata dia. Pemerintah, menurut Miranda, kurang sensitif menyikapi dampak penurunan PDB negara-negara maju terhadap Indonesia. Padahal, pelambatan ekonomi di AS, yang menyebabkan target pertumbuhan ekonomi negara itu turun dari 2,2 persen pada 2007 menjadi 1,5 persen pada 2008, akan mengancam pertumbuhan perdagangan dan menjadi tekanan terhadap inflasi di kawasan Asia Pasifik. Ia mencontohkan, apabila AS menurunkan permintaan impor produk dari China, permintaan China terhadap produk Indonesia juga akan turun. Turunnya nilai perdagangan akan memengaruhi PDB Indonesia. Miranda memprediksi, PDB Indonesia turun dari 6,8 persen menjadi 6,5 persen. Penurunan PDB akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja merosot. Tingkat inflasi pada 2008 telah direvisi dari 5 plus/minus satu persen menjadi 6,5 persen. Adapun proyeksi tingkat inflasi pada 2009 adalah 4,5 plus/minus satu persen dan 4 plus/minus satu persen pada 2010. Teknologi Miranda juga menyoroti pentingnya pengembangan teknologi untuk meningkatkan ekonomi bangsa. Selama ini, perhatian untuk mengembangkan teknologi bagi pengembangan dunia usaha belum memadai. Pendapat senada juga disampaikan oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi Kusmayanto Kadiman dalam diskusi buku karya Miranda. Menurut Kusmayanto, ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi faktor kunci memajukan kesejahteraan bangsa. Namun, peranan bidang itu terhadap bidang lainnya, terutama bidang ekonomi, sampai sekarang belum menggembirakan. (LKT/NAW)