BAB 2 LANDAS AN TEORI 2.1. Pelanggan 2.1.1. Pengertian Pelanggan M enurut Greenberg (2010,p8) pelanggan adalah individu atau sekelompok individu yang membeli produk dan jasa berdasarkan keputusan mereka dengan mempertimbangkan kesepakatan manfaat produk tersebut maupun harga, kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan. M enurut Griffin (2005, p31), pelanggan adalah seseorang yang terbiasa untuk membeli yang terbentuk melalui pembelian dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu. Sedangkan menurut Kamus Besar Indonesia (2008), pelanggan berarti orang yang membeli serta menggunakan barang secara tetap. Jadi pelanggan adalah individu atau sekelompok individu yang melakukan transaksi pembelian terhadap roduk dan jasa karena untuk memenuhi kebutuhannya dan terbiasa melakukan transaksi pembelian karena adanya kebutuhan dan interaksi dalam kurun waktu tertentu. Sebagai contoh seseorang membeli produk X baik untuk digunakan sendiri serta menjual kembali produk X sehingga pembelian produk dilakukan dalam jumlah banyak di perusahaan X karena merasa produknya bagus dan pelayanan mereka cukup baik, maka pelanggan merasa terbiasa dan puas dengan perusahaan X sehingga pelanggan secara otomatis akan setia terhadap perusahaan X tersebut dalam melakukan trasaksi bisnisnya. 14 2.1.2. Pelanggan pada umumnya M enurut M cKean (2002,p1), para pelanggan ingin produk terbaik dengan harga yang terbaik bagi mereka dan ingin untuk diperlakukan dengan baik pada proses membeli dan memiliki produk tersebut. Di passaran dimana prouk kompetitif dan penawaran harga terjadi, pelanggan akan memilih perlakukan bisnis terbaik menurut mereka. M enurut riset membuktikan lebih dari 70% keputusan seorang pelanggan membeli di dasarkan pada interaksi dan hanya 30% yang berdasarkan pada atribut produk. Lebih dari 80% inisiatif seorang konsumen berfokus pada bagaimana untuk “menjual kepada pelanggan dengan lebih baik” melalui penyesuaian produk dengan pelanggan dibandingkan investasi lebih banyak pada sumber daya dalam “memperlakukan pelanggan lebih baik”.M enurut M cKean (2002,p2) Penelitian menunjukkan pengertian yag dimaksudkan oleh pelanggan di dasarkan pada 3 kebutuhan manusia dari seorang pelanggan dan hasil dari harapannya : 1. Pengakuan (acknowledgement) 2. Respect (hormat) 3. Trust (Kepercayaan) Bagaimana dan mengapa pelanggan memilih untuk membeli, kedua-duanya secara inisial dan mengikuti pada pembelian dari pelanggan itu sendiri. Berikut bagaimana pelanggan membeli sebagai seorang “manusia” (dimata pelanggan) : 1. M embangun kepercayaan di dalam saya sehingga saya merasa membeli produk anda adalah pilihan tebaik bagi saya 2. M engakui saya dan kepentingan saya bagi anda 15 3. M enghormati saya dan kebutuhan saya Kepercayaan inisial adalah antara konfirmasi dan kekuatan (strengthened) atau disproved dan mengurangi(decreases) yang di dasarkan pada pengalaman pelanggan. 2.1.3. Nilai Pelanggan M enurut KorkM an (2006,p2), fokus pada nilai pelanggan dalam pemasaran merupakan salah satu strategi kompetitif yang paling berhasil. Terdapat tiga konsep nilai pelanggan yang dikutip dari korkman (2006,p34) : A. Pendekatan kognitif M enurut Duman dan M attila , 2005 (Korkman,2006,p34 ) pendekatan ini adalah bertujuan untuk mengerti apa yang didefinisikan sebagai nilai dari pikiran pelanggan. Pelanggan dilihat sebagai pemecah masalah atau pengambil keututsan yang berhubungan dengan aktivitas tujuan seperti pencarian informasi, membuat penilaian dan keputusan apakah akan membeli produk atau tidak. Berdasarkan Korkman (2006,p2), dikutip dari Ziethalm (1998) dan Gronross(2000), nilai pelanggan yang paling terkenal dalam manajemen dan pemasaran layanan pada pandangan kognitif adalah sebagai bentuk penciptaan nilai dari negosiasi internal antara pengorbanan dan manfaat yang terlibat dalam suatu produk,layanan atau hubungan. B. Pendekatan Pengalaman Pada Korkman (2006,p37), disebutkan oleh Addis dan Holbrook(2001), menurut pendekatan pengalaman, pelanggan tidak dipandang sebagai pemikir, tetapi juga perasa dan pelaku, yang memperkuat kebutuhan untuk melihat konsumsi tidak hanya dari tindakan rasional, tetapi juga tindakan simbolis. 16 C. Pendekatan Sumber daya M enurut pandangan ini, pelanggan menciptakan nilai dalam interaksi. Peranan penyedia adalah mengerti penciptaan nilai sekarang dan mencoba membuat, memelihara atau meningkatkan suatu hubungan dengan pelanggan untuk membantu pelanggan meningkatkan proses penciptaan nilai. Ini berarti dukuangn pada kegiatan pelanggan dalam kehidupannya sehari-hari, baik dengan memudahkan suatu kegiatan, atau memungkinkan pelanggan untuk melakukan suatu kegiatan (Korkman, 2006,p39). Seperti yang disebutkan oleh Reveld dan GronRoos(1996) pada Korkman (2006,p41),teori ini menggraisbawahi kesempatan untuk memanfaatkan potensi pelanggan sebagai partisipan aktif dalam produksi, yaitu sumber daya dari penyedia layanan sebagai partisipan aktif dalam produksi, yaitu sebagai sumber daya dari penyedia layanan, agar dapat mengurangi biaya penyedia layanan. 2.1.4. Kebutuhan Pelanggan Berdasarkan Kotler dan Amstrong (2008,p7) kebutuhan adalah keadaan dari perasaan kekurangan, dimana kebutuhan manusia meliputi kebutuhan fisik akan makanan, pakaian, kehangatan dan keamanan sedangkan kebutuhan sosial akan kebersamaan dan perhatian serta kebutuhan pribadi akan pengetahuan dan ekspresi diri. 2.1.5. Keinginan M enurut Kotler dan Amstrong (2008,p7) mengatakan bahwa keinginan merupakan kebutuhan manusia yang terbentuk oleh budaya dan kepribadian seseorang. Keinginan dibentuk oleh lingkungn sekitarnya seperti masyarakat sosial lalu diwujudkan dalam bentuk objek untuk memenuhi kebutuhan tersebut serta memuaskan kebutuhan 17 tersebut. M aka dengan adanya kebutuhan untuk memenuhinya akan terbentuk keinginan lalu dengan adanya keinginan di dukung dengan daya beli maka akan tercipta permintaan. 2.1.6. Kepuasan Pelanggan Berdasarkan Hoffman dan Bateson (2006,p304), definisi paling umum mengenai kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah perbandingan dari apa yang diharapkan pelanggan dengan layanan aktual yang didapatkan. Kepuasan didasarkan atas harapan mengenai apa yang seharusnya diterima oleh pelanggan sesuai standar, atau saat persepsi sesuai dengan harapan. Sedangkan menurut Kotler dan Amstrong (2010, p37), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang setelah membandingkan antara kinerja produk yang diharapkan . Jika tidak sesuai harapan, rasa kecewa yang akan didapatkan oleh pelanggan, sebaliknya jika kinerja sesuai dengan harapan, pelanggan akan merasa puas . Kepuasan pelanggan dapat didefinisikan sebagai suatu tanggapan dan perbandingan pelanggan terhadap apa yang diterimanya dari produk atau jasa yang telah dibeli, apakah sesuai dengan harapan dan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Hal yang sama juga dikemukan oleh Irawan (2004,p2) seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan value dari pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Sebagai contoh seorang pelanggan menyatakan bahwa value bagi dirnya adalah harga yang kompetitif, maka pelanggan akan merasa puas jika perusahaan memberikan harga yang murah terhadap produk-produknya. Begitu pun dengan value yang didapat pelanggan dari pelayanan yang memuaskan. Kepuasan pelanggan secara 18 otomatis akan datang jika pelayanan yang diberikan oleh perusahaan baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Jadi Pelanggan yang puas adalah pelanggan yang mendapatkan produk yang sesuai dengan kebutuhan serta pelayanan jasa yang baik sehingga pelanggan dapat merasakan kenyamanan untuk melakukan kegiatan transaksi dengan produsen atau penyedia jasa. Pelanggan yang puas akan berbagai kepuasannya dengan produsen dan dengan pelanggan lain. Hal ini sangat baik karena secara tidak langsung akan mereferensikan perusahaan yang bersangkutan kepada pihak pasar yang luas sebagai pelanggan, tanpa perusahaan harus melakukan serta mengeluarkan biaya promosi atau iklan. Oleh karena itu, baik pelanggan maupun produsen, akan sama-sama diuntungkan jika kepuasan pelanggan tercapai. M aka sangat penting kepuasan pelanggan menjadi salah satu tujuan utama perusahaan. 2.1.7. Customer Ecosystem M enurut Greenberg (2010, p10-11) Customer ecosystem adalah interaksi yang terjadi dan berpusat pada pelanggan pada suatu kurun waktu. Dimana hubunan perusahaan dan pelanggan bukan hanya sekedar objek penjualan, namun pelanggan adalah subjek dari pengalaman perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. 2.2. Pemasaran 2.2.1. Definisi Pemasaran Pemasaran pada saat sekarang tidak menganut konsep pada saat dahulu lagi yaitu dimana pemasan berarti penjualan dan promosi (periklanan). M enurut Kotler dan 19 Amstrong (2008,p6) pemasaran (markting) adalah rangkaian proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalannya.Oleh karena itu dapat di simpulkan bahwa pemasaran merupakan rangkaian proses baik seseorang (indvidu) maupun organisasi dalam menciptakan suatu nilai untuk sesuatu baik produk maupun jasa dengan yang lain sehingga tercapai terjadi penangkapan nilai yang menguntungkan dengan pihak lain. 2.2.2. Penawaran Pasar M enurut Kotler dan Amstrong (2008,p7) kebutuhan dan keinginan konsumen terpenuhi melalui penawaran pasar, penawaran pasar itu sendiri adalah suatu kombinasi produk, jasa, informasi, atau pengalaman yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan suatu kebuhan atau keinginan. Penawaran pasar pada saat ini sudah tidak terpusat pada satu jenis saja, baik itu produk saja atau jasa saja. Pada persaingan ini banyak perusahaan yang sudah memperluas cakupan bisnisnya seperti menghasilkan produk dan jasa sebagai nilai tambah bagi pelanggan yang disebut juga pelayanan setelah penjualan (service after sales). Entitas pemasaran juga meliputi entitas lain seperti orang, tempat, organisasi, informasi dan ide. Di industri bisnis terdapat suatu kesalah yang disebut sebagai Rabun Jauh Pemasaran (marketing myopia) yaitu kesalahan akibat lebih memperhatikan produk khusus yang ditawarkan perusahaan daripada manfaat dan pengalaman yang dihasilkan oleh produk-produk ini. 20 2.2.3. Segmentasi Pasar Segmentasi pasar (Market Segmentation) adalah satu set atau rangkaian pelanggan yang memiliki potensi sama dalam cara memandang dan menilai produk, perilaku membali mereka, dan cara mereka menggunakan produk (Rajiv Lal , 2005,p5). M enurut Rajiv Lal (2005,p5) pas tersegmentasi bersama beberapa dimensi berikut : A. Demografi Segmentasi demografik bergantung pada beberapa faktor seperti pendapatan keluarga, umur, jenis kelamin, etnis, dan latar belakang pendidikan sebagai variable penjelas untuk membedakan rasa dalam perilaku pembelian dan pola konsumsi. B. Geografi Kerangka Segmentasi ini berguna kepada pelanggan dan pasar industri. Wilayah yang berbeda dari sebuah negara dan bagian yang berbeda dari dunia dapat bervariasi secara signifikan dalam hal potensi pasar, intensitas persaingan, perbedaan bentuk produk dan peraturan perdagangan pemerintah C. Variabel Psycografik M engacu kepada segmen pasar sesuai dengan gaya hidup individu dan sikap terhadap diri sendiri, pekerjaan, rumah, keluarga dan masing-masing komunitas. D. Aplikasi dan pengunaan produk Cara industri pembeli menggunakan produk dan bagaimana produk tersebut dapat cocok dengan proses mereka dan sistem akan menyediakan dasar untuk 21 segmentasi pasarnya. M isalnya teknologi untuk manufakur bahan sintetis mempunyai perbedaan variasi serta perhitungan akutansi yang berbeda sesuai spesifikasi produk dan pelayanan kebutuhan teknis perusahaan tersebut. 2.2.4. Konsep Penjualan M enurut Kotler dan Armstrong (2008, p12) Konsep penjualan (selling concept) yaitu ide bahwa konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kecuali jika produk itu akan dujual dalam skala penjualan dan usaha promosi yang besar. 2.2.5. Pemasaran Online Karena pada saat ini memasuki era digital dimana semua sistem dilakukan secara terkomputerisasi dan memiliki jaringan tentunya yang akan memudahkan manusia melakukan pekerjaannya seperti mendapatkan data dan informasi secara online maka pemasaran pun dilakukan secara online karena akan lebih memudahkan, lebih menghemat biaya dan cepat dalam penggunaan karena terkoodinasi secara onlie. Pelanggan pada saat sekarang pun sudah mulai cerdas dan mulai melakukan segala pekerjaannya secara online. M enurut Turban (2010,p191) pemasaran online adalah suatu kegiatan periklanan, pemasaran serta transaksi yang dilakukan melalui jaringan internet dengan pembuatan aplikasi seperti web. M enurut Kotler dan Armstrong (2010,p529) ada 4 bidang utama dalam pemasaran online : 1. Business to Customer Online Marketing (B2C) Bisnis (perusahaan, pelanggan) menjual atau menyalurkan produk atau jasanya ke penjual akhir secara online 22 2. Business to Business Online Marketing (B2B) Bisnis (perusahaan, pelanggan) memanfaatkan website, e-mail, online catalogs, online banner, online resources untuk mejangkau pelanggan baru, melayani pelanggan yang ada denganlebih efektif serta mendapatkan efisiensi dan penghematan biaya. 3. Customer to Customer Online Marketing (C2C) Pertukaran barang dari iformasi diantara pengguna akhir melalui media online 4. Customer to Business Online Marketing (C2B) Pertukaran secara online dimana konsumne mencari pembeli, kemudian bisnis (perusahaan, pelanggan )mempelajari penawaran mereka dan memulai pembelian, bahkan secara berkala. 2.3. Internet 2.3.1. Pengertian Internet M enurut Kotler dan Amstrong (2010, p38), dikatakan bahwa internet adalah web publik yang amat pesat dan dihubungkan oleh jaringan komputer, yang menghubungkan berbagai tipe pengguna diseluruh dunia sehingga membentuk suatu gudang informasi (information repository) yang amat besar. M enurut Stair dan Reynolds (2006, p296), internet sebagai jaringan komputer terbesar di dunia adalah kumpulan dari jaringan yang saling berhubungan, di mana semuanya secara bebas mengubah informasi. Perusahan penelitian, akademi dan universitas sudah lama 23 menjadi bagian dari internet dan sekarang industri bisnis, sekolah tinggi, sekolah SM A, dan organisasi lainnya ikut menjadi bagian dari internet juga. Tidak ada yang tahu dengan tepat seberapa besar internet karena internet adalah sekumpulan jaringan komputer pribadi yang berjalan terpisah . Dan tidak ada tempat yang mendaftarkan koneksi internet. 2.3.2. World Wide Web M enurut Stair dan Reynolds(2006,p304) world wide web adalah kumpulan dari sepuluh ribuan (collection of tens of thousandd of independently) yang secara bebas memeiliki komputer yang bekerja bersama menjadi satu dalam pelayanan internet. Komputer-komputer pribadi tersebut disebut dengan web server , scattered all over the world dan terdapat setiap tipe data yang dapat kita temukan (imaginable). M enurut Stair dan Reynolds (2006,p304) web adalah menu berbasis sistem yang digunakan oleh model client/server. Berikut istilah-istilah yang berkaitan dengan web menurut M cLeod dan Schell (2007, p72): A. Website Komputer yang dihubungkan ke internet yang terdiri dari hypermedia dan dapat diakses dari berbagai komputer yang ada dalam suatu jaringan melalui hypertext link. B. Hypertext link 24 Penunjuk berupa teks atau grafik yang digunakan untuk mengakses hypertext yang disimpan dalam situs web. C. WebPage File hypermedia yang disimpan pada alamat situs web. D. HomePage Halaman pertama dari website( situs web). Halaman lain pada situs tersebut dapat dicapai melalui home page ini. E. Browser Perangkat lunak yang digunakan untuk mencari dan membaca file pada internet yang ditulis dalam hypertext markup language (HTML). F. URL M erupakan singkatan dari Universal Resources Locater yang digunakan untuk merujuk alamat web page. G. Protokol Kumpulan dari berbagai standar yang mengatur komunikasi data. HTTP merupakan protokol untuk hypertext, kepanjangan dari hypertext transport protocol. Protokol umum lainnya pada Web adalah FTP (File Transfer Protocol). H. Domain Name Alamat situs web dimana Web page disimpan. 25 I. Path Direktori/subdirektori tertentu dan file pada situs web, HTML, atau HTM merupakan sisipan kode program yang merancang file hypertext. 2.3.3. Aplikasi Bisnis pada Internet M enurut M cLeod dan Schell (2007, p72)Internet dapat digunakan untuk aplikasi bisnis apa pun yang melibatkan komunikasi data, termasuk komunikasi di dalam perusahaan maupun komunikasi antara perusahaan dengan lingkungan. Fungsi aplikasi internet pada lingkuangn bisnis itu dibagi menjadi 2 yaitu: A. Penelitian Pasar (Market Research) Aturan penting (golden rule) dam pemasaran adalah “kenali pelanggan ”, alasannya adalah jika tidak mengetahui apa yang diperlukan pelanggan, maka pemenuhan kebutuhan pelanggan tidak dapat terpenuhi. Segmen terbesar dari pemasaran adalah pemasaran industri (indutrial marketing), dimana satu perusahaan menjual produknya ke perusahaan lain. M aka dalam hal ini internet membantu pemasaran industri perusahaan untuk mengetahui pelanggan dan calon pelanggannya. B. Aplikasi Ritel (Retailing Application) Aplikasi bisnis internet yang paling dikenal masyarakat adalah eceran atau ritel. Beberapa eceran membuat home page yang dapat diakses langsung melalui web. Beberapa cenderung bergabung dengan toko-toko atau ritel lainnya sehingga membentuk satu kelompok yang dinamakan virtual mall dengan harapan pengguna lebih 26 mudah menemukan, mengingat satu per satu nama toko yang berbeda-beda. Virtual mall mungkin mengambil model penataan seperti yang biasa terlihat di mal tradisional, yaitu kumpulan berbagai jenis toko. 2.4. e-business 2.4.1. Pengertian e-commerce Berdasarkan M cLeod dan Schell (2007, p54), definisi yang luas, transaksi bisnis yang menggunakan akses jaringan sistem berbasis komputer dan interface web browser diklasifikasikan sebagai perdagangan secara elektronik (electronic commerce atau ecommerce) sedangkan untuk definisi sempit menyatakan bahwa perdagangan secara elektronil dengan pelanggan dan pemasok, yang dihubungkan oleh komputer melalui internet, yang berimplikasi hanya pada transaksi atau kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan luar perusahaan atau transaksi eksternal yang dapat dikategorikan sebagai e-commerce. 2.4.2. pengertian e-bussiness Berdasarkan O’Brien dan M arakas (2006,p214) e-business adalah penggunaan internet dan jaringan lainnya dan teknologi informasi untuk mendukung perdagangan elektronik, komunikasi organisasi, dan kolaborasi dan web-enabled proses bisnis . Sedangkan berdasarkan Jelassi dan Enders (2008,p4) e-business didefinisikan sebagai penggunaan sarana elektronik untuk melakukan kegiatan bisnis di dalam organisasi tersebut baik dari dalam maupun dari luar. Sehingga dapat disimpukan bahwa e-business adalah kegiatan bisnis dengan penggunaan media elektronik dalam perusahaan baik di 27 dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa e-business adalah cakupan penggunaan elektronik untuk bisnis yang luas. 2.5. Informasi dan sistem M enurut Bennet dan M cRobb (2006,p15) beberapa profesional komputing melihat pengembangan dari sistem informasi sebagai dasar suatu hal dari perancangan dan pembangunan teknologi komputer (termasuk perangkat lunak) yang memenuhi dengan jelas rangkaian kebutuhan. Perancangan dan pembangunan teknologi dapat menjasi sebuah bagian mudah dalam pekerjaan, setidaknya bagian yang mudah untuk dimengerti sementara bagian sulitnya adalah menentukan kebutuhan yang harus disediakan oleh teknologi itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan identifikasi cara sistem informasi mendukung tujuan dari sistem aktivitas manusia. Pemahaman bahwa informasi yang akan digunakan untuk aktor manusia adalah salah satu hal yang penting meningat hal ini meru[akan pemahaman bagaimana informasi bisa digunakan secara efektif. Sebagai hasilnya dari berbagai kepedulian, sistem informasi menjadi subjek yang multidisiplin yang menjembatani banyak bidang, terutama ilmu komputer dan manajemen bisnis tetapi juga psychology, teori sosial, filosofi dan linguistik. 2.5.1. Pengertian Informasi Berdasarkan Bennet dan M cRobb(2006,p15) Informasi disampaikan oleh pesan dan mempunyai arti. Pengertian selalu bergantung pada perspektif dari orang yang mampu menerima sebuah pesan. Kami selalu dikelilingi oleh massa yang luas dari informasi yang potensial, tetapi hanya beberapa dari informasi tersebut yang pernah datang ke perhatian kami, dan hanya beberapa dari informasi tersebut yang sebenarnya 28 benar-benar berarti dalam konteks kami pada saat sekarang. Chechland dan Holwell (1998) mendeskripsikan proses dimana fakta-fakta mentah menjadi berguna melalui urutan yang bertahap. Sedangkan menurut M cLeod dan Schell (2007,p12) Informasi adalah data yang telah diolah sehingga lebih bermakna. Informasi juga biasanya menyampaikan sesuatu yang baru dan belum diketahui oleh pengguna.Berdasarkan pengamatan M cLeod dan Schell (2007,p36) terdapat 4 dimensi dasar informasi, dimensi-dimensi ini memberikan kontribusi pada nilai informasi : A. Relevansi Informasi memiliki relevansi jika berkaitan langsung dengan masalah yang ada. Pengguna harus mampu memilih informasi yang diperlukan tanpa membaca seluruh informasi yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan. Pada dasarnya, yang seharusnya dinamakan “informasi” adalah hanya data yang relevan dengan keputusan yang akan dibuat. B. Akurasi Semua informasi harus akurat, tetapi peningkatan ketelitian sistem memerlukan biaya tambahan. Karena alsan tersebut, pengguna harus menerima informasi pembayaran gaji, penagihan, dan urusan-urusan rekening, menuntut akurasi. C. Ketepatan Waktu Informasi untuk memecahkan masalah seharusnya telah tersedia sebelum terjadi situasi kritis. Pengguna harus mampu memberikan informasi mengenai ap ayang sedang terjadi saat ini ditambah apa yang telah terjadi sebelumnya. 29 D. Kelengkapan Pengguna harus mampu memberikan infomasi yang menggambarkan masalah atau solusi secara lengkap. Istilah Kelebihan Informasi (information overload) menunjukkan bahwa informasi yang terlalu banyak juga menyebabkan kerugian. 2.5.2. Sistem Informasi M enurut Bennet (2006, p16) sistem informasi adalah pembangunan dan perancangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dimana terdapat pengklasifikasian tetapi sairing berjalannya waktu pengklasifikasian tersebut semakin terintegrasi dan batasan antar kategori semakin memudar. Sedangkan menurut Turban, Rainer dan Potter (2006,p49) merupakan proses yang menjalankan fungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu dimana secara umum sitem informasi (SI) dikomputerisasi. Jadi sistem informasi (SI) adalah sebuah sistem yang tentunya terdiri dari dukungan teknologi serta aplikasinya menjadi sebuah rangkaian yang saling terkait melibatkan data dan mengolahnya menjadi informasi guna pengambilan keputusan, kebijakan, prosedur dan penetapan strategi bisnis. 2.5.3. Teknologi Informasi M enurut buku Turban, Rainer dan Potter (2006,p49) teknologi informasi adalah secara umum merupakan kumpulan sumber daya informasi perusahaan, para penggunanya, serta manajemen yang menjalankannya , meliputi infrastruktur teknologi informasi (TI) dan semua sistem informasi lainnya dalam perusahaan 30 2.6. Analisis dan Perancangan 2.6.1. Pengertian Analisis M enurut Bennet (2006,p51), analisis adalah proses pengidentifikasian kebutuhan dan mengumpulkan data-data tentang kebutuhan tersebut lalu melakukan perancangan sehingga dapat diperoleh suatu sistem yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan menurut M athiasssen (2000,p5), analisis mendeskripsikan fenomena diluar sistem tersebut seperti orang dan benda, diaman secara tipikal merupakan variabel bebas (independent). Jadi Analisis adalah proses pengidentifikasian kebutuhan sistem . 2.6.2. Pengertian Perancangan M enurut Bennet (2006,p51)Proses menentukan bagaimana cara terbaik mengkonstruksikan sebuah sistem yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sedangkan menurut M athiassen (2000,p5) menyatakan perancangan mendeskripsikan fenomena didalam sistem yang dapat kita kendalikan. Jadi Perancangan (design) adalah proses merancang model sistem untuk memenuhi kebutuhan sistem. 2.7. CRM M enurut buku M cLeod dan Shcell (2007, p223)menyatakan CRM (Customer Relationship M anajemen) atau M anajemen Hubungan Pelanggan adalah suatu bentuk pengelolaan hubungan antara perusahaan dengan pelaggannya agar baik perusahaan maupun pelanggan memperoleh keuntungan maksimal dengan adanya hubungan ini. Di sadari oleh perusahaan bahwa memupuk hubungan dengan pelanggan lama adalah strategi pemasaran yang baik karena memelihara pelanggan lama memerlukan sedikit 31 biaya dibandingkan dengan memperoleh pelanggan baru. Jadi perusahaan akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pelanggan akan setia kepada perusahaan. 2.7.1. Tujuan dan Keuntungan CRM Banyak perusahaan mengalami kesalahan dalam memberikan pandangan kepada pelanggan, beberapa pelanggan mungkin membeli saat barang dalam diskon, hanya untuk mendapatkan bonus atau hadia, mengeluh dengan sering, perusahaan akan menghindari jenis pelanggan seperti ini sehingga perusahaan secara tidak langsung mengabaikan pelanggannya yang bisa saja pelanggan tersebut merupakan pelanggan setia mereka. Sehingga tujuan sistem dari CRM tersebut tidak tercapai. Sedangkan pesaing lain mungkin saja memberikan pelayanan atau pun produk mereka secara lebih mudah. Berdasarkan Baran (2008, p11)Tujuan dari CRM adalah untuk mengidentifikasi, mempertahankan, dan memberikan pelayanan sesuai jenis pelanggan dan membuat mereka mengulangi penggunaan mereka baik untuk produk maupun jasa. Perusahaan menggunakan sistem berkonsep CRM untuk membangun hubungan dengan pelanggan mereka yang nantinya akan memupuk loyalitas pelanggan mereka, kepercayaan, dan memampukan perusahaan untuk menawarkan produk dan jasa dengan harga yang inelastis. Sistem CRM juga membantu perusahaan untuk menjaga dan melindungi pelanggannya dari para pesaingnya , CRM juga sering digunakan sebagai pertahanan utama yang sering disebut dengan “pemasaran pertahanan”. Dengan menggunakan sistem CRM juga pemasok (supplier) mampu mengenali individualitas konsumen 32 mereka atau pelanggan bisnis mereka serta menawarkan produk dan jasa yang dapat disesuaikan . Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari CRM tidak hanya membangun dan menjaga hubungan dengan pelanggan tetapi juga meningkatkan kekuatan hubungan dari perkenalan ke hubungan pertemanan dan berlanjut ke hubungan kemitraan. Dan salah satu alasan terpenting CRM adalah untuk menghindari ketidakpuasan konsumen. Berikut beberapa jawaban sederhana mengapa sistem CRM digunakan oleh banyak perusahaan atau organisasi adalah mereka dapat meningkatkan produktivitas di berbagai fungsi kunci pemasaran : 1. Identifikasi kemungkinan (Identifying prospect) 2. M emperoleh Pelanggan (Acquiring Customers) 3. M engembangkan pelanggan (Developing Customers) 4. Penjualan Silang ( Cross-Selling) 5. Up-Selling 6. M engelola migrasi (Managing migration) 7. Pelayanan (Servicing) 8. M empertahankan (Retaining) 9. M eningkatkan kesetiaan (Increasing Loyalty) 10. M emperbaiki kesalahan yang terjadi (winning back defectors) 33 M enurut Baran (2008, p13) ada empat langkah dasar dalam CRM : 1. M engidentifikasi pelanggan sedetil mungkin, termasuk demografik, psikografis, kebiasaan dan preferensi 2. M embedakan pelanggan, seperti yang lebih dan kurang menguntungkan 3. Berinteraksi dengan pelanggan 4. M enyesuaikan penawaran dari perusahaan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan pelanggan 2.7.2. Fase-Fase CRM M enurut Kallakota dan Robinson (2001,p174) CRM terdiri dari 3 fase : M emperoleh (Acquiring), meningkatkan (enhancing), mempertahankan (retaining). Setiap fase mendukung keintiman dan pemahaman antara perusahaan dan pelanggannya. Tiga fase tersebut adalah : 1. M emperoleh pelanggan baru (Acquiring new customer). Perusahaan memperoleh pelanggan baru dengan cara mempromosikan produk-produknya dan kepemipinan dalam layanan. Dalam hal ini perusahaan menunjukkan kepada pelanggan bagaimana perusahaan mendefinisikan batas kinerja perusahaan dengan menunjukkan kenyamanan dan inovasi. Penilaian untuk pelanggan adalah bagaimana perusahaan menawarkan produk yang bagus didukung dengan pelayanan yang bagus juga. 34 2. M eningkatkan keuntungan dari pelanggan yang sudah ada (enhancing the profitability of existing customers). Perusahaan meningkatkan hubungan pelanggan dengan mendorong keunggulan perusahaan dalam cross-selling (penjualan silang) dan up-selling, dengan demikian akan memperdalam dan memperluas hubungan tersebut a) Cross selling : strategi penjualan dengan cara menawarkan barang pelengkap dan barang yang telah dimilikinya. b) Up selling : menawarkan barang yang sama tetapi dengan kualitas yang lebih baik. Penilaian untuk pelanggan adalah menawarkan kenyamanan yang lebih dengan harga yang rendah (one-stop shoping). 3. M empertahankan pelanggan yang menguntungkan untuk hidup (Retaining profitable cutomers for life). Retensi berfokus pada adaptasi pelayanan , dimana memberikan apa yang pelanggan mau bukan pasar mau. 35 Gambar 2.1 tiga fase dari CRM Sumber : Kalakota dan Robinson (1999, p124) 2.7.3. Area kunci CRM M enurut buku Baran et al (2008,p19) ada 5 area kunci yang menjadi dasar arsitektur sistem CRM : 1. Karyawan yang bertatap muka dengan pelanggan (front office) yang salin g terintegrasi melengkapi data diri pelanggan untuk semua karyawan yang berhubungan dengan pelanggan termasuk bagian pemasaran, penjualan, dan para personil yang melayani pelangan 2. Sistem kecerdasan bisnis (Business Intelligence) yang menagkap informasi dari semua pelanggan yang berhubungan dengan perusahaan. Dalam sistem business intelligence akan mencakup gudang data, data mart, data mining (penamban g data) atau teknik analitik. 3. Alur kerja dan aturan bisnis dalam perusahaan mengirim business intelligence kepada personil Front office, memampukan mereka memahami nilai yang bis a 36 mereka berikan kepada setiap pelanggan ketika diminta untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atau menjadi bagian dalam strategi penyimpanan. 4. Hubungan fisikal ke sistem back office seperti pengendalian persediaan. M emampukan front office untuk dapat memenuhi janji mereka terhadap perusahaan untuk melayani pelanggan dengan sebaiknya. 5. M atriks kinerja yang memampukan perusahaan untuk menentukan kesuksesan usaha CRM mereka serta menilai setiap pelanggannya. 2.7.4. Tipe-Tipe CRM M enurut Turban et al (2004, p148) aktivitas sistem dalam CRM dibagi menjadi tiga jenis yaitu : 1. Operational CRM , berkaitan dengan fungsi bisnis yang meliputi otomatisasi, perbaikan dan peningkatan proses bisnis yang berbasis pada dukungan terhadap pelanggan (customer -facing). Dimana aspek yang penting dalam sistem CRM sendiri adalah bagaimana melakukan penjualan (sales), pemasaran (marketing), dan pelayanan (service) yang berorientasi pada proses yang diotomisasi. Operational CRM mengacu pada pelayanan yang menyediakan dukungan kepada pelayanan Front Office sebagai bagian dalam bisnis proses organisasi yang berfungsi untuk membantu organisasi menangani pelanggan mereka. 2. Analytical CRM , meliputi aktivitas mengumpulkan, menyimpan, menggali, mengolah, menginterpretasikan dan melaporkan data pelanggan kepada pengguna yang akan menganalisanya sesuai dengan yang diperlukan. 37 3. Collaborative CRM , tipe ini mencakup semua kebutuhan komunikasi, koordinasi dan kolaborasi antara penjual dan pelanggan. 2.7.5. Social CRM M enurut Greenberg (2010,p34 ) pada saat sekarang ini konsep sistem CRM sedang diarahakn ke arah konsep social CRM . Social CRM sendiri adalah sebuah filosofi dan strategi bisnis, yang didukung oleh technology platform, aturan bisnis, proses dan karakterik sosial, dirancang untuk melibatkan pelanggan dalam sebuah percakapan dalam rangka untuk memberikan nilai yang saling menguntungkan dalam lingkungan bisnis yang terpercaya dan transparan.Terdapat enam kriteria yang mengindikasikan sebuah website e-crm : A. Content Pelanggan menginginkan informasi sehingga mereka dapat membuat keputusan pintar tentang bagaimana dan dimana mereka melakukan bisnis mereka B. Connected Pelanggan merasa terhubung satu sama lain C. Creative M ereka bersedia untuk memberikan kreatifitas mereka, dan kreatifitas mereka dapat dikembangan dengan bebas D. Collaborative 38 Pelanggan bersedia untuk terlibat dengan perusahaan dan pertnernya yang akan mendatangkan solusi yang memberi keuntungan bagi semua pihak E. Contextual Pengetahuan dan ide-ide yang berarti bagi perusahaan dari pelanggan F. Communicative M ereka dapat menggungkapkan keluhan dan pendapatnya baik itu bagus maupun buruk . 2.7.5.1. Perbedaan tradisional CRM dan S osial CRM Perbedaan Tradional CRM dan sosial crm adalah dimana tradisional crm didasarkan pada pendekatan operasi internal perusahaan untuk mengatur hubungan dengan pelanggannya secara lebih efektif. Sedangkan Sosial crm di dasarkan pada kemampuan perusahaan menemukan agenda personal pelanggannya dimana pada waktu yang bersamaan menemukan juga perencanaan bisnis perusahaan. Berikut perbandingan CRM tradisional dan CRM sosial menurut Greenberg (2010,p36-37) Tabel 2.1 Tabel Perbandingan fitur CRM tradisional dengan CRM sosial Fitur/fungsi CRM tradisional Fitur pendekatan pelanggan – marketing, and support Fitur/Fungsi CRM S osial sales, Terintegrasi secara keseluruhan ke dalam rantai nilai perusahaan yang mencakup pelanggan sebagai bagiannya 39 Alat-alat terhubung dengan funsi Alat media sosial yang terintegrasi dengan automisasi aplikasi/jasa ; blog, wiki, podcast, jejaring sosial, dan komunitas pengguna M endorong hubungan kelembagaan M endorong dengan pelanggan keaslian dan keterbukaan dalam interaksi dengan pelanggan M emanfaatkan pengetahuan dalam kondisi untuk menciptakan percakapan yang berarti M odel proses pelanggan dari sudut M odel proses pandang perusahaan perusahaan dari sudut pandang pelanggan M engenali bahwa pelanggan hubungan dengan mencakup perilaku pencarian informasi dan kontribusi informasi Berada di dalam ekosistem bisnis yang Berada dalam ekosistem pelanggan berfokus kepada pelanggan Utilitarian, fungsional dan operasional M elingkupi ditambah semua dengan yang sudah ada gaya dan materi lini depan untuk perancangan Pemasaran berfokus pada proses Pemasaran pengiriman pesan yang lebih baik, terarah menciptakan adalah perbincangan, melibatkan pelanggan dalam diskusi yang terarah dan 40 dan spesifik sesuai dengan pelanggan Bisnis memproduksi produk terobservasi dan Bisnis menciptakan pelayanan kepada pelanggan adalah suatu aggregator dari pengalaman, produk, pelayanan, peralatan dan pengetahuan untuk pelanggan Kekayaan intelektual dilindungi dengan Kekayaan semua hukum legal yang ada intelektual diciptakan dan dimiliki bersama dengan pelanggan, mitra ,dan pemasok sebagai suatu pemecahan masalah Bisnis hanya berfokus pada produk dan Bisnis berfokus pada lingkungan dan jasa untuk menciptakan kepuasan pengalaman yang melibatkan pelanggan pelanggan Lebih bersifat taktis dan operasional Lebih bersifat strategis Strategi pelanggan adalah bagian dari Strategi pelanggan adalah strategi strategi perusahaan perusahaan Inovasi dari yang sudah dirancang Inovasi antara sumber daya baik dari internal maupun eksternal Berfokus pelanggan pada hubungan dengan Berfokus pada semua hubungan antara (perusahaan, mitra, pelanggan) dan secara spesifik untuk melibatkan dan pengidentifikasian, memunculkan suatu 41 “pengaruh” Teknologi berpusat seputar aspek Teknologi berpusat pada operasional dan operasional seperti penjualan, pemasaran, sosial dan dukungan atau kerjasama dan mengintegrasikan pelanggan dalam seluruh rantai nilai perusahaan Hubungan antara perusahaan dan Hubungan antara perusahaan dengan pelanggan terlihat dari cara perusahaan pelanggan dan perusahaan haruslah “sejajar mengelola pelanggannya “ tetapi tetap perusahaan harus memegang pengaruh pada aspek yang lainnya 2.7.6. E-CRM M enurut Chafey (2007, p393) e-CRM atau electronic relationship management adalah penggunaan teknologi yaitu alat komunikasi digital untuk memaksimalkan penjualan ke pelanggan yang sudah ada dan mendorong penggunaan layanan online secara terus menerus. E-CRM tidak dapar dipisahkan dari CRM , butuh pengintegrasian lebih lanjut. Namun, banyak organisasi memiliki inisiatif spesfikasi e-crm atau staff yang bertanggung jawab untuk e-crm. Antara crm dan e-crm tidak hanya tentang teknologi dan database, tidak hanya sebuah proses atau sebuah cara untuk melakukan sesuatu, membutuhkan sebuah gambaran kebudayaan pelanggan. Jadi e-CRM adalah suatu aplikasi berbasis web yang mencakup berbagai fungsi dan tujuan dari crm dengan menggunakan teknologi jaringan internet seperti proses penjualan, pengendalian 42 keluahan, pesanan online, pelayanan terhadap pelanggan serta informasi yang mungkin perlu diketahui oleh pelanggan. 2.7.7. Aplikasi Pemasaran dari CRM M enurut Chaffey (2007, p392-393) terdapat lima aplikasi pemasaran yang didukung oleh sistem crm : A. Sales Force Automation (SFA). Perwakilan dari penjualan didukung dalam account penjualan mereka dan penjualan berbasis telepon melalui peralatan untuk mengatur serta merekam pertanyaan dan kunjungan pelanggan. B. Customer Service Management. Perwakilan di pusat kontak merespon kepada permintaan pelanggan untuk informasi dengan menggunakan intranet untuk mengakses database yang berisi informasi tentang pelanggan, produk dan query sbelumnya. C. Managing the sales process. Aktivitas ini bisa dicapai melalui e-commerce atau dalam konteks B2B dengan mendukung perwakilan penjualan dengan merekam proses penjualan. D. E. Campaign Management. Dengan cara mengelola iklan, direct mail, e-mail. Analisis. M elalui teknologi seperti gudang data dan pendekatan seperti penambangan data, yang mana akan menjelaskan karakteristik pelanggan, seperti perilaku pembelian dan kampanye yang bisa di analisis dalam rangka mengoptimalkan bauran pemasaran. 43 2.7.8. Pengklasifikasian Aplikasi CRM Berdasarkan Turban et al. (2004, p153) menunjukkan empat kategori dari aplikasi yang berinteraksi dengan pelanggan : A. Customer –Facing applications Kategori aplikasi ini mencakup semua area dimana pelanggan berinteraks i dengan perusahaan seperti : call centers, termasuk help desk, sales force automitation dan service automation. B. Customer-touching applications Pada kategori ini, pelanggan berinteraksi secara langsung dengan aplikasi. Aktivitas yang paling menonjol adalah self-service, campaign management (manajemen kampanye), dan tujuan utama aplikasi e-commerce C. Customer-centric intelligence applications Ini adalah aplikasi yang dimaksudkan untuk menganalisis hasil dari proses operasional dan menggunakan hasil dari analisis untuk memperbaiki aplikas i CRM . Pelaporan data dan pergudangan serta penambangan data (data mining)badalah topik utama dalam kategori aplikasi ini. D. Online Networking and other applications Jaringan online yang mengacu kepada metode yang menyediakan kesempatan untuk membangun hubungan personal dengan jarak yang lebih luas dengan orang-orang dalam binis. Hal ini mencakup chat rooms dan discussion lists. 44 2.7.9. Keuntungan E-CRM M enurut Cahffey menggunakan internet untuk hubngan pemasaran melibatkan pengintegrasian database pelanggan dengan website yang membuat hubungan terarah dan lebih personal. Keuntungan dari penggunaan sistem e-CRM adalah : A. Penargetan lebih efektif dalam hal biaya Dengan menggunakan internet maka penargetan terhadap pelanggan lebih mudah dimana internet dapat melakukan self-selecting. B. M encapai penyesuaian untuk massa pesanan pemasaran. Teknologi memungkinkan untuk mengirim email yang disesuaikan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan surat dan juga menyediakan halaman web yang sudah disesuaikan. C. M eningkatkan kedalaman, memperluas dan sifat alami dari hubugan itu sendiri M edia internet mampu memberikan informasi yang dibutuhkan oleh pelanggan. Frekuensi interaksi dengan pelanggan ditentukan oleh pelanggan itu sendiri, kapapun mereka butuh untuk mengunjungi halaman personalisasi mreka atau mereka dapat dihubungi oleh e-mail peusahaan menurut preferensi komunikasi mereka. D. Sebuah pembelajaran dari hubungan bisa dicapai dengan menggunakan peralatan yang berbeda dalam seluruh sikus hidup pelanggan. Sebagai contoh media aplikasi crm merangkum semua histori pembelian produk dan melakukan 45 pencarian perilaku sebelum produk tersebut dibeli, umpan balik yang disediakan oleh situs web melalui form lalu diengkapi oleh pelanggan saat pelanggan meminta informasi . E. Biaya yang lebih rendah M enghubungi pelanggan dengan menggunakan e-mail atau dengan melihat halaman web lebih murah dibandingkan dengan menggunakan surat fisik tetapi mengirim informasi hanya kepada pelaggan yang memintanya. 2.8. Metode Pengumpulan Data Pada proses penelitian memerlukan pengumpulan data yang merupakan langkah penting dalam membuat metode ilmiah , karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan, kecuali untuk penelitian eksplosif,untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. M enurut Nazir (2003,174) pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Cara-cara pengambilan data dapat dilakukan baik secara manual,online dan kombinsai keduanya. Secara umum metode pegumpulan data dibagi atas beberapa kelompok : A. M etode pengamatan langsung B. M etode dengan menggunakan pertanyaan C. M etode khusus Berikut bentuk-bentuk pengumpulan data : 1. Observasi 46 Pengumpulan data atau observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Penggunaan pengamatan langsung sebagai cara mengumpulkan data mempunyai beberapa keuntungan : a. Dengan mengamati langsung, maka peneliti dapat mencatat langsung kejadian yang sedang terjadi atau yang sedang belaku tanpa bergantung pada ingatan orang lain. b. Dengan mengamati langsung juga maka peneliti dapat mengetahui responnya bahkan jika subjek penelitian tidak dapat maupun tidak mau berkomunikasi secara verbal. Kelemahan dari pengamatan langsung adalah a. M emerlukan waktu yang lama untuk memperoleh hasil pengamatan langsung terhadap suatu kejadian karena harus menganalisa kejadian tersebut secara keseluruhan b. Pengamatan terhadap suatu fenomena yang sudah lama terjadi tidak dapat dilakukan dengan pengamatan langsung atau obervasi. Sehingga dapat dikatakan tidak semua kejadian dapat diberlakukan pengamatan langsung c. Ada kegiatan-kegiatan yang tidak mungkin diperoleh datanya dengan pengamatan langsung, seperti : kehidupan berkeluarga. 47 Secara umum, cara pengamatan langsung ini dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: 1) Pengamatan tidak berstruktur Pada pengamatan tidak berstruktur peneliti tidak mengetahui dengan jelas aspekaspek apa dari kegiatan yang ingin diamati yang nantinya akan relevan dengan tujuan penelitiannya. Penelitian tidak berstruktur juga tidak mengetahui cara pencatatan dari pengamatannya. 2) Pengamatan berstruktur Pada pengematan berstruktur peneliti telah mengetahui aspek apa dari aktivitas yag diamatinya yang relevan dengan masalah serta tujuan peneliti, dengan pengungkapan yang sistematis untuk menguji hipotesisnya. 2. Wawancara Dalam Nazir (2003,p193) interview atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan melakukan tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Ilmu sosial data dapt juga diperoleh dengan mengadakan interview atau wawancara. Dalam buku Sarwono (2006,p224) teknik wawancara dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu : 1) Wawancara dengan melakukan pembicaraan informal 2) Wawancara umum yang terarah 3) Wawancara terbuka yang standar 48 Dalam menggunakan teknik wawancara ini, keberhasilan dalam mendapatkan data dan informasi dari objek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. M enurut Sarwono (2006,p225) salah satu keungulan utama dari wawancara adalah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah data yang banyak, sebaliknya kelemahan wawancara adalah karena wawancara melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara pewawancara dan yang diwawancarai sangat diperlukan. 3. Kuisioner Kuisioner adalah salah satu alat lain untuk mengumpulkan data, daftar pertanyaan yang terdapat dalam kuisioner, atau daftar pertanyaan tersebut cukup terperinci dan lengkap, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat berdasarkan fakta, pendapat (opinion) serta persepsi diri. Keterangan-keterangan yang diperoleh dengan mengisi daftar pertanyaan yang telah ditentukan, dapat dilihat dari segi siapa yang mengisi daftar pertanyaan tersebut. Dari daftar pertanyaan yang telah diisi tersebut maka kita akan mendapat data yang nanti dapat diolah menjadi informasi. 4. Populasi dan Sampel Jika kita akan meneliti karyawan sebuah perusahaan yang banyaknya 1.000 orang, maka seluruh karyawan yang seribu orang itu disebut sebagai populasi penelitian kita. Tiaptiap karyawan dari seluruh karyawan yang seribu orang itu disebut sebagai subjek penelitian, sekaligus kita sebut sebagai anggota populasi penelitian kita. Jadi, dengan demikian, dapat disimpulkan pula bahwa populasi penelitian itu adalah keseluruhan subjek penelitian. 49 Ada kalanya, karena berbagai keterbatasan, kita tidak mungkin meneliti (“menanyai” atau mengumpulkan data — bisa dengan wawancara, observasi, angket, tes dsb. — dari) seluruh anggota populasi. Jadi, kita tidak bisa melakukan studi populasi. Kita mau tidak mau harus mengambil sebagian daripada seluruh anggota populasi tersebut. Sebagian subjek penelitian yang diteliti (“tanyai”) langsung itu kita sebut sebagai sampel. Caracara bagaimana mengambil sampel dari populasi penelitian disebut dengan sampling. Pertanyaan yang sering muncul berkaitan dengan pengambilan sampel itu adalah mengenai seberapa besar (banyak) jumlah sampel (“sample size”) yang patut diambil agar hasil penelitian yang dilakukan bisa diyakini benar. Pertama, karena tidak semua anggota populasi diteliti, diyakini benar itu artinya seberapa tinggi hasil penelitian dari sampel itu taraf kebisa dipercayaannya akan mencerminkan seluruh anggota populasi. M aksudnya, data yang dihasilkan dari sampel itu benar-benar akan relatif sama dengan data yang diperoleh jika penelitian dilakukan terhadap seluruh anggota populasi. Terjadinya hasil penelitian yang tidak bisa diyakini bahwa betul-betul benar itu akan diperbesar apabila sampel yang diambil “terlampau kecil” berbanding jumlah keseluruhan anggota populasi. Kedua, walau bagaimanapun, hasil penelitian itu tidak selalu bisa diharapkan betul-betul benar (yakin 100% benar). Karena berbagai faktor, hasil penelitian itu dapat mengandung kesalahan (error). Salah satu kesalahan itu terjadi karena ada yang secara kebetulan benar. M urid yang sebenarnya tidak tahu”bisa saja menjawab soal ujian “cek poin” benar, karena kebetulan memilih pilihan jawaban yang merupakan jawaban yang benar. 50 Kesalahan (error/galat) yang terjadi karena kebetulan itu lazim dilambangkan (direpresentasikan) dengan “taraf signifikansi.” Jelasnya, taraf seberapa besar kemungkinan terjadinya kebenaran karena kebetulan saja benar. Dalam bahasa lain seberapa besar taraf toleransi akan terjadinya kesalahan karena faktor kebetulan benar.Untuk ilmu kealaman taraf signifikansi itu disepakati para ahli (dalam berbagai literatur umumnya menyatakan sama) yang “terbaik” sebesar 0,01. M aksudnya hanya ada 0,01 atau 1% saja kesalahan karena kebetulan itu terjadi. Jadi, dengan kata lain, yakin sebesar 99% bahwa hasil penelitian itu benar. Itu artinya, karena tetap berhati-hati, tidak ada yang patut diyakini 100% benar.Untuk ilmu-ilmu sosial disepakati yang terbaik itu sebesar 0,05 . M aksudnya hanya ada 0,05 atau 5% saja kesalahan karena kebetulan itu terjadi. Jadi, yakin 95% bahwa hasil penelitian itu benar. Ini karena tingkat kepastian orang-orang (sosial) itu relatif tidak seajeg seperti gejala kealaman. Salah satu cara menentukan besaran sampel yang memenuhi hitungan itu adalah yang dirumuskan oleh S lovin (Steph Ellen, eHow Blog, 2010; dengan rujukan sebagai berikut. n = N/(1 + Ne^2) n = Number of samples (jumlah sampel) N = Total population (jumlah seluruh anggota populasi) e = Error tolerance (toleransi terjadinya galat; taraf signifikansi; untuk sosial dan pendidikan lazimnya 0,05) –> (^2 = pangkat dua) 51 5. Studi pustaka Studi pustaka adalah tahap dimana peneliti melakukan kajian pustaka, yaitu dengan mempelajari buku-buku referensi dan hasil penelitian sejenis sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dengan tujuan utamanya adalah untuk mendapatkan landasan teori mengenai masalah yang akan diteliti. Teori merupakan pijakan bagi peneliti untuk memahami persoalan yang diteliti dengan benar dan sesuai dengan kerangka berpikir ilmiah. 2.9. Manajemen S trategis 2.9.1. Definisi Manajemen Strategis Berdasarkan David (2011,p37) manajemen strategis di definisikan sebagai sebuah seni dan pengetahuan dari merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang nantinya akan memampukan sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya. Sebagaimana yang telah tergambar oleh definisi manajemen strategis, manajemen strategis itu sendiri berfokus pada pengintegrasian manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Tujuan manajemen strategis adalah untuk menciptakan sesuatu yang baru terhadap kesempatan yang ada, untuk pembuatan perencanaan jangka panjang serta mencoba mengoptimalkan sumber daya yang ada dalam perusahaan sehingga dapat menjadi tren di masa depan. 52 2.9.2. Analisis Persaingan : Model Lima Kekuatan Porter Analisis persaingan model lima kekuatan Porter secara umum digunakan sebagai pendekatan untuk mengembangkan strategi di banyak perindustrian. Intensitas persaingan antar perusahaan sangat bervariasi dalam dunia industri. Banyak dampak dari persaingan yang begitu ketat menyebabkan pasar dibeberapa industri menjadi tidak menarik. Potensi pengembangan produk subtitusi Kekuatan tawar menawar dari pemasok Persaingan diantara banyak perusahaan Kekuatan tawar menawar dari pelanggan Pontensi masuknya perusahaan baru sebagai pesaing baru Gambar 2. 2 M odel Lima Kekuatan Porter Sumber : David (2011, p106) 1. Persaingan di antara Perusahaan yang Bersaing Persaingan ini merupakan persaingan yang paling kuat di antara lima kekuatan bersaing lainnya. Perusahaan dapat menang bersaing jika strategi yang mereka gunakan dapat menciptakan competitive advantage (keunggulan bersaing) dibandingkan dengan strategi perusahaan pesaing lainnya. Intensitas dari persaingan antara perusahaan yang 53 bersaing cenderung menambah jumlah persaingan, di mana pesaing sendiri menjadi sama dalam ukuran dan kapasitas untuk memenuhi permintaan pasar yang menurun dan pemotogan harga menjadi biasa dilakukan. Pesaing juga semakin bertambah disaat pelanggan memilih untuk berganti produk dengan mudahnya. Ketika perusahaan pesaing membaca kelemahan, secara otomatis pesaing akan memperkuat bidang pemasaran dan produksi untu memanfaatkan kesempatan tersebut. 2. Potensi M asuknya Pesaing Baru Kapan pun perusahaan bisa memasuki dengan mudah industri tertentu, maka kekuatan dari persaingan antar perusahaan dapat meningkat. Hambatan bagi masuknya perusahaan baru dapat mencakup kebutuhan untuk mencapai skala ekonomi secara cepat, kebutuhan untuk menguasai teknologi dan trik-trik praktis, kurangnya pengalaman, kesetiaan pelanggan yang kuat, preferensi merek yang kuat, persyaratan modal yang besar, kurangnya saluran distribusi yang memadai, kebijakan regulatif pemerintah, kurangnya akses ke bahan mentah, kepemilikan panten , lokasi yang kurang menguntungkan, serangan balik dari perusahaan yang diam-diam bersekutu, dan potensi penyaringan pasar. Dengan banyaknya pesaing baru yang masuk maka dapat dikatakan persaingan semakin ketat karena terkadang perusahaan yang baru masuk membawa produk yang lebih berkualitas tinggi dengan harga yang rendah dan sumber daya pemasaran yang substansial. Oleh karena itu mengidentifikasi perusahaan-perusahaan baru yang berpotansi masuk, memonitor strategi perusahaan saingan baru, menyerang balik jika 54 diperlukan serta memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada merupakan tugas penyusunan strategi perusahaan. 3. Potensi Pengembangan Produk Pengganti / Subtitusi Di banyak industri perusahaan berkompetisisi ketat dengan produsen produk- produk pengganti industri lain. Kehadiran produk pengganti akan membaut pelanggan memberikan harga yang lebih tinggi sebelum pelanggan akan berganti ke produk subtitusi atau produk pengganti. Tekanan persaingan yang timbul dari produk pengganti meningkat karena harga relatif dari produk subtitusi menurun dan biaya peralihan pelanggan menurun. 4. Kekuatan tawar menawar dengan Pemasok Kekuatan tawar menawar dari pemasok berdampak pada intensitas kompetisi dalam industri, terutama ketika jumlah pemasok meningkat, ketika hanya ada beberapa barang pengganti mentah atau ketika biaya penggantian bahan mentah menjadi mahal. Sering untuk kepentingan bersama dari kedua pemasok dan produsen membantu satu sama lain dengan harga yang lebih terjangkau, peningkatan kualitas, pengembangan pelayanan baru dan pengiriman yang tepat waktu. 5. Kekuatan tawar menawar dengan Pelanggan Ketika pelanggan melakukan pemesanan dalam jumlah besar, kekuatan tawar menawar mereka menggambarkan kekuatan utama yang akan mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Perusahaan bisa menawarkan jaminan dalam jangka panjang atau pelayanan yang khusus untuk meningkatkan kesetiaan pelanggan kapan 55 pun kekuatan tawar-menawar dari perusahaan meningkat. Kekuatan tawar menawar perusahaan juga meningkat ketika pembelian produk dalam kondisi standar. 2.9.3. Analisis Eksternal Audit eksternal berfokus pada pengidentifikasian dan pengevaluasian tren serta peristiwa diluar kendali sebuah perusahaan tunggal.Tujuan dari audit eksternal adalah memberika daftar tentang peluang yang mungkin bisa menguntungkan bagi perusahaan dan mengindari ancaman yang ada. Audit eksternal mengidentifikasi peluang kunci dan ancaman yang dihadapi sebuah organisasi sehingga manajer dapat merumuskan strategi untuk mengambil keuntungan dari peluang dan mengurangi serta menghindari dampak dari ancaman. Kekuatan eksternal dibagi menjadi lima kategori yaitu kekuatan ekonomi; Kekuatan sosial, budaya, demografis, dan lingkungan; kekuatan politik, pemerintahan dan hukum; kekuatan tekonologi; kekuatan persaingan. 56 Pesaing Pemasok Kekuatan ekonomi Kekuatan sosial, buadaya, demografis dan lingkungan Kekuatan politik, pemerintahan dan hukum Kekuatan teknologi Penyalur Kreditor Pelanggan Karyawan Komunitas M anajer Peluang dan ancaman Pihak-pihak yang berkepentingan Serikat pekerja Pemerintahan Kekuatan Asosiasi perdagangan Kelompok kepentingan khusus Produk Jasa Pasar Lingkungan hidup Gambar 2.3 Hubungan antara kunci kekuatan eksternal dan sebuah organisasi Sumber : David (20011,p94) 57 2.9.4. Analisis Internal Semua organisasi memiiki kekuatan dan kelamahan dalam area fungsi bisnisnya. Kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dipadukan dengan peluang dan ancaman eksternal perusahaan serta pernyataan yang jelas tentang misi, menyediakan dasar dari pembangunan tujuan dan strategi perusahaan. Audit internal perusahaan membutuhkan pengumpulan dan asimilasi informasi tentang manajemen perusahaan, pemasaran, keuangan/akuntansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan. 2.9.5. Pengertian strategi M enurut David (2011,p45) strategi adalah sarana untuk mencapai tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Strategi dalam bisnis mungkin mencakup perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, penghematan, pembuangan, likuidasi dan bergabung dengan perusahaan lain (join-ventures). Strategi adalah potensi tindakan yang membutuhkan keputusan manajemen atas dan banyak sumber daya yang ada di perusahaan. 2.9.6. Jenis-Jenis S trategi M enurut David (2011,p168-169), ada beberapa jenis strategi yang mungkin saja diterapkan di dalam perusahaan, berikut jenis : 1. Strategi Integrasi A. Integrasi ke depan, memperoleh kepemilikan atau peningkatan kendali atas distributor atau pengecer 58 B. Integrasi ke belakang , strategi dalam mengupayakan kepemilikan atau meningkatkan kendali atas pemasok ke perusahaan. C. Integrasi horizontal , mengacu pada strategi upaya kepemilikan atau peningkatan kendali atas pesaing perusahaan. 2. Strategi Intensif A. Penetrasi Pasar , strategi yang mengupayakan agar pangsa pasar meningkat untuk produk atau jasa yang ada sekrang, melalui usaha pemasaran yang lebih baik B. Pengembangan pasar, melibatkan pengenalan produk atau jasa pada saat ini ke wilayaah geografis yang lebih luas. C. Pengembangan produk, strategi untuk mengupayakan peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk ata jasa yang ada sekarang. 3. Strategi Diversifikasi A. Diversifikasi yang terkait, menambah produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan. B. Diversifikasi tak terkait, menambah produk atau jasa yang baru namun tidak berkaitan. 59 4. Strategi Defensif A. Penghematan, terjadi ketika sebuah organisasi mengelompokkan ulang melalui biaya dan aset untuk mengembalikan penjualan dan laba yang menurun. B. Divestasi, penjualan suatu divisi atau bagian dari organisasi C. Likuidasi, penjualan seluruh aset perusahaan secara terpisah-pisah, untuk kekayaan berwujudnya. 2.9.7. Perumusan Strategi Berdasarkan David (2011,p208) teknik perumusan strategi dapat diintegrasikan ke dalam tiga tahapan pengambilan keputusan. Strategi pertama adalah perumusan kerangka kerja yang terdiri dari matriks EFE, matriks EFE dan Competitive Profile Matrix (CPM ), yang disebut dengan tahap input (input stage), tahap 1 merangkum informasi sebagai input dasar yang dibutuhkan untuk perumusan strategi. Tahap 2, disebut dengan tahap pencocokan (matching stage), berfokus pada penciptaan strategi alternatif yang masuk akal dengan memperhatikan faktor eksternal dan internal utama. Tahap 3, disebut dengan tahapan keputusan (decison stage), melibatkan sebuah teknik tunggal, yaitu M atriks Perencanaan Strategik Kuantitatif (QSPM ) 2.9.7.1. Tahap input 2.9.7.1.1. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (Matriks EFE) M enurut buku David (2011,p112) matriks EFE memungkinkan para penyusun strategi untuk merangkum dan mengevaluasi informasi tentang 60 ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi dan persaingan. M atriks EFE dapat dikembangkan melalui lima langkah: 1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang di identifikasikan dalam proses audit eksternal. M asukkan 10 sampai 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman yanga memperngaruhi perusahaan serta industrinya. Daftarkan peluang terlebih dahulu kemudian ancaman. Buat sedetail mungkin dengan menggunakan persentase, rasio, dan perbandingan angka jika memungkinkan 2. Tetapkanlah pada setiap faktor tersebut bobot antara 0,0 yang berarti tidak penting sampai 1,0 yang berarti sangat penting. Bobot mengindikasikan kepentingan relatif dari faktor yang membawa keberhasilan perusahaan. Peluang sering menerima bobot yang lebih tinggi dibandingkan dengan ancaman, tetapi ancaman dapat menerima bobot tinggi, jika mereka secara khusus parah atau mengancam. Bobot yang sesuai dapat ditentukan dengan membandingkan kesuksesan para pesaing dengan kegagalan para pesaing atau dengan mendiskusikan faktor dalam kelompok konsensus. Jumlah total bobot ditetapkan harus sama dengan 1,0. 3. M enetapkan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap faktor kunci eksternal untuk mengindikasikan seberapa efektif strategi yang sedang dijalankan perusahaan menanggapi faktor-kaktor tersebut, dimana 4 = tanggapannya sangat bagus, 3 = tanggapannya diatas rata-rata, 2 = tanggapannya rata-rata, dan 1 = tanggapannya sangat buruk. Peringkat didasarkan pada keefektifan strategi perusahaan. Oleh karena itu, peringkat tersebut berbeda antar 61 perusahaan, sementara bobot ditahapan ke 2 berbasis industri. Penting untuk diperhatikan bahwa baik ancaman maupun peluang dapat menerima peringkat 1,2,3, atau 4. 4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot 5. M enjumlahkan skor bobot untuk setiap variable guna menentukan total skor bobot untuk organisasi yang di analisis. Gambar 2.4 M atriks Evaluasi Faktor Eksternal (M atiks EFE) Sumber : M BA Tutorials,2005 62 2.9.7.1.2. Matriks Evaluasi Faktor Internal (Matriks EFI) M enurut David (2011, p154) salah satu langkah dalam melaksanankan audit manajemen strategis internal perusahaan adalah dengan membuat matriks evaluas i faktor internal (Internal Factor Evaluation-IFE M atriks). Perumusan strategi berikut ini merupkan rangkuman pengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama pada area fungsional dari bisnis dan juga menyediakan sebuah dasar untuk mengidentifikas i dan mengevaluasi hubungan diantara area-area tersebut. Berikut langkah-langkah pengembangan matriks evaluasi faktor internal : 1. Buat daftar faktor-faktor internal utama sebagaimana yang disebutkan dalam proses audit internal. M asukkan 10 sampai 20 faktor internal, termasuk kekuatan maupun kelemahan organisasi. Daftar kekuatan terlebih dahulu lalu kelemahan. Daftarkan sedetail mungkin dengan menggunakan persentase, ratio, dan angkaangka perbandingan. 2. Tetapkan bobot dengan kisaran dari 0,0 yang berarti tidak penting sampai 1,0 yang berarti sangat penting untuk setiap faktor. Bobot yang ditetapkan untuk setiap faktor yang mengindikasikan signifikansi relatif faktor tersebut bagi keberhasilan perusahaan. Tanpa memperhatikan apakah faktor kunci adalah kekuatan internal atau kelemahan internal, faktor tersebut di pertimbangkan apakah faktor tersebut memiliki efek yang paling besar dalam kinerja organisas i yang harus diberi bobot tertinggi. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1,0. 3. Tetapkan peringkat antara 1 sampai 4 kepada setiap faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut menggambarkan kelemahan utama 63 (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat = 4) dan kelemahan harus mendapat 1 atau 2. Oleh karenanya, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot di langkah 2 berbasis industri. 4. Kalikan bobot setiap faktor dengan peringkatnya untuk menentukan skor bobot bagi masing-masing variable. 5. Jumlahkan skor bobot untuk masing-masing variabel untuk menentukan total skor bobot organisasi. Gambar 2.5 M atriks Evaluasi Faktor Internal (M atriks EFI) Sumber :M axi-Pedia,2002 64 2.9.7.2. Tahap Pencocokan 2.9.7.2.1. Matriks S WOT M enurut David (2011,p210) matriks kekuatan-kelemahan-peluangancaman (SWOT) adalah peralatan pencocokan penting yang membantu manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu : A. Strategi S-O (strength-opportunities) M enggunakan kekuatan internal perusahaan untuk mengambil keuntungan dari peluang eksternal perusahaan. B. Strategi W-O (Weakness-Opportunities) M entargetkan pada perbaikan kelemahan perusahaan dengan mengambil keuntungan dari peluang eksternal. C. Strategi S-T (Strength-Threats) M enggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. D. Strategi W-T(Weakness-Threats) Taktik pertahanan yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal. M enurut David yang diterjemahkan oleh Sunardi, Dono (2009, h330) terdapat 8 langkah dalam membentuk sebuah M atriks SWOT: 65 1. Buat daftar peluang–peluang eksternal utama perusahaan. 2. Buat daftar ancaman–ancaman eksternal utama perusahaan. 3. Buat daftar kekuatan–kekuatan internal utama perusahaan. 4. Buat daftar kelemahan–kelemahan internal utama perusahaan. 5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi SO. 6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi WO. 7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi ST. 8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat hasilnya pada sel Strategi WT. 66 Gambar 2.6 M atriks SWOT Sumber : David (2011, p212) 2.9.7.2.2. Matriks internal-eksternal (Matrix IE) M enurut David (2011,p) matriks internal-eksternal memposisikan berbagai divisi suatu organisasi dalam menampilkan sembilan sel. M atriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci : skor IFE total pada sumbu x dan skor bobot EFE total pada sumbu y, setiap divisi dalam suatu organisasi harus membuat matriks IFE dan matriks EFE dalam kaitannya dengan organisasi. Skor bobot total yang diperoleh dari divisi-divisi tersebut memungkinkan susunan matriks IE di tingkat perusahaan. Pada sumbu x dari matriks IE, skor bobot IFE total 1,0 sampai 1,99 menunjukkan posisi internal yang lemah; skor 2,0 sampai 2,99 67 dianggap sedang; dan skor 3,0 sampai 4,0 adalah kuat. Serupa dengannya, pada sumbu y, skor bobot EFE total 1,0 sampai 1,99 dipandang rendah; skor 2,0 sampai 2,99 dianggap sedang; dan skor 3,0 hingga 4,0 adalah tinggi. M atriks IE sendiri bisa dibagi menjadi tiga bagian besar yang mempunyai implikasi strategi yang berbeda-beda. Pertama, ketentuan untuk divisi-divisi yang masuk dalam sel I,II, atau IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan membangun (grow and build). Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk) atau integratif (integrasi kebelakang, integrasi kedepan, dan integras i horizontal) strategi mungkin saja bisa sangat cocok untuk beberapa divisi. Kedua, divisi yang masuk ke sel III, V,VII dapat dikelola dengan baik melalui strategi bertahan dan memelihara; Penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah dua hal umum yang digunakan untuk jenis tipe divisi ini. Ketiga, sebuah persepsi umum untuk divisi yang masuk ke dalam sel VI, VIII atau IX adalah panen atau divestasi. Organisasi yang berhasil mampu mencapai portofolio bisnis yang di posisikan sekitar sel I dalam matriks IE. Berikut gambar matriks internal dan eksternal 68 Gambar 2.7 M atriks Internal-Eksternal Sumber : David (2011,p221) Seperti yang diindikasikan posisi dari lingkaran, strategi tumbuh dan membangun cocok untuk divisi 1 , divisi 2, dan divisi 3. Divisi 4 adalah kandidat untuk panen atau divetasi. Divisi 2 mengkontribusikan persentase yang lebih besar dari penjualan perusahaan dan dengan demikian diwakili dengan lingkaran yang besar. Divisi 1 berkontribusi dengan porsi yang lebih besar dari total keuntungan. 2.9.7.2.3. Matriks Grand Strategy M atriks grand strategy di dasarkan pada dua dimensi eveluasi yaitu posisi persaingan dan pertumbuhan industri. Jika sebuah indutri memiliki pertumbuhan tahunan penjualan sebesar 5 persen maka dapat dikatakan bahwa industri tersebut memiliki pertumbuhan yang cukup cepat. 69 2.9.7.2.4 Matriks S PACE M atriks SPACE mempunyai empat kuadran kerangka kerja yang mengindikasikan strategi agresif, strategi konservatif, strategi defensif, atau kompetitif strategi yang paling tepat untuk diterapkan oleh perusahaan. M atriks SPACE merepresentasikan dua dimensi internal yaitu posisi keuangan / Financial Position , posisi persaingan (Competitif Position), dan dua dimensi eksternal yaitu posisi stabilitas (SP) dan Posisi Industri (IP). Dimana untuk agresif alternatif strategi meliputi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, integrasi kebelakang, integrasi kedepan, integrasi horizontal, atau diversifikasi. Konservasif meliputi alternatif strategi penetrasi pasar, pengembangan pasar, pengembangan produk, diversifikasi terkait. Defensif meliputi rentrenchment, divestasi, likuidasi, dan diversifikasi terkait. Sedangkan kompetitif meliputi integrasi kedepan, integrasi kebelakang, integrasi horizontal, penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. 2.9.7.3. Tahap Keputusan 2.9.7.3.1. Matriks QS PM (Quantitative Strategic Planning) M enurut David (2011, p224) lain dari pada strategi peringkat untuk mencapai daftar prioritas, hanya ada satu teknik analitis pada literatur yang dirancang untuk menentukan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang nyata, tindakan ini disebut dengan M atriks Perencanaan Strategi kuantitatif (QSPM ), yang mana terdiri dari tahap 3 yaitu kerangka perumusan strategi analitis. Teknik ini secara objektif mengindikasikan mana slternatif strategi yang terbaik. M aka dapat dikatakan QSPM adalah sebuah alat yang memungkinkan para penyusun strategi untuk mengevaluas i 70 alternatif strategi secara objektif, berdasarkan pada pengidentifikasian faktor internal dan eksternal kritis keberhasilan perusahaan. QSPM dapat dikembangkan melalui enam langkah yaitu : 1. M embuat daftar kunci dari peluang/ancaman eksternal perusahaan dan kekuatan/kelemahan internal perusahaan pada kolom kiri dari QSPM . Informasi harus secara langsung diambil dari matriks EFE dan IFE. M inimal 10 faktor kunci eksternal kesuksesan perusahaan dan 10 faktor kunci kesuksesan internal perusahaan yang harus termasuk dalam QSPM . 2. M enetapkan bobot pada setiap faktor kunci eksternal dan internal. Bobot ini identik kepada matriks EFE dan matriks IFE. Bobot ini diwakili dalam kolom kanan pada faktor kritis kesuksesan internal dan eksternal. 3. M emeriksa tahap 2 (pencocokan) matriks, dan mengidentifikasi strategi alternatif yang perusahaan harus mempertimbangkan untuk diimplementasi. M erekam strategi-strategi ini dalam baris atas QSPM . Kelompokkan strategi ke dalam kelompok yang saling berkaitan jika memungkinkan. 4. M enentukan skor daya tarik (atracctiveness scores) yang diidentifikasikan sebagai nilai numerik yang mengindikasi daya tarik relatif dari setiap strategi dalam pemberian rangkaian alternatif. Skor daya tarik di tentukan dengan memeriksa setiap faktor kunci eksternal maupun internal pada saat yang bersamaan. Kisaran skor dari daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = agak menarik, 3 = cukup menarik, dan 4 = sangat menarik. Dengan ketertarikan, kita dapat mengetahui sejauh mana satu 71 strategi dibandingkan dengan strategi yang lain, memungkinkan perusahaan untuk menggunakan kekuatan, memperbaiki kelemahan, memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. 5. M enghitung skor total daya tarik. Total skor daya tarik atau Total Attractiveness Scores (TAS) di definisikan sebagai produk dari hasil mengalikan bobot (tahap 2) dengan skor daya tarik pada setiap barisnya. 6. M enghitung jumlah total skor daya tarik. M anambahkan skor total daya tarik pada setiap strategi dalam kolom QSPM . 2.10 Skala Penilaian Suatu alternatif penilaian yang digunakan Burgeouis (2005) yang memakai skala antara 0,1 samapai 1,9 memiliki penilaian seperti pada tabel dibawah ini Tabel 2.2 Tabel Skala Penilaian Hasil Penilaian Nilai A Nilai B A sangat jauh lebih disukai dari B 1,9 0,1 A jauh lebih disukai dari B 1,6 0,4 A sedikit lebih disukai dari B 1,3 0,7 A sama dengan B 1,0 1,0 A sedikit kurang disukai dari B 0,7 1,3 A jauh kurang disukai dari B 0,4 1,6 A sangat jauh kurang disukai dari B 0,1 1,9 Sumber : Bourgeois (2005) 2.10.1 Matriks Berpasangan Keputusan Penentuan nilai ditentukan berdasarkan metode perbandingan berpasangan (pairwaise comparison). Pada Perbandingan pasangan pembuat 72 keputusan membandingkan dua altenetif strategi yaitu , sepasang berdasarkan kriteria tertentu dan mengindikasikan suatu preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan skala preferensi, yang memberi angka numerik untuk tiap tingkat preferensi. 2.11 OOAD 2.11.1. Definisi OOAD M enurut Bennet Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) merupaka penurunan dari Object-Oriented Programming dan OOAD merupakan yang pertama kali digagas. Pada umumnya pada aplikasi informasi sistem OOAD merupakan salah satu cara terbaik untuk ikut terlibat dalam analisis, perancangan dan implementasi. Sedangkan menurut M athiassen et al (2000,p135) OOAD adalah sebuah metode untuk menganalisis dan merancang sebuah sistem yang berorientasi pada objek. 2.11.2. Keuntungan OOAD M enurut M athiassen (2000, p5) kekuatan utama penggunaan OOAD adalah OOAD menyediakan informasi yang jelas tentang konteks sistem. Keuntungan lain yang didapat adalah dimana metode OOAD merupakan koneksi terdekat antara analisis berorientasi objek, perancangan berorientasi objek, object-oriented user interface dan object-oriented programming. Objek dapat menggambarkan keadaan sosial, ekonomi dan organisasi, sebaik system’s interfacees, functions, processes dan components. Pada analisis, pengembang menggunakan objek untuk menentukan kebutuhan dari sistem. Pada perancangan, pengembang menggunakan objek untuk mendeskripsikan sistem itu sendiri. Para pengembang juga menggunakan objek sebagai pusat konsep dalam pemrograman. 73 2.11.3. Activity Diagram M enurut Satziger(2010,p141) Activity Diagram adalah sebuah tipe lain dari workflow yang mengambarkan aktivitas user (aktor) yang menggunakan sistem dan urutan aliran aktivitas mereka. Activity Diagram adalah salah satu dari diagram UM L yang terkait dengan pendekatan berbasis object-oriented tetapi dapat digunakan untuk dengan berbagai macam pendekatan pengembangan sistem. Gambar 2.8 Activity Diagram Sumber : studysoftwareengineering.wordpress.com, 2010 2.11.4. Class M enurut Bennet(2006, p69) Class merupakan deskripsi dari sebuah rangkaian objek yang berbagai atribut yang sama, operasi, metode, hubungan dan semantik. Tujuan 74 dari sebuah Class adalah untuk menyatakan sebuah koleksi dari metode, operasi dan atribut yang mendefinisikan secara penuh struktur dan behavior dari obejects. Gambar 2. 9 Class Diagram Sumber : agilemodeling,2006 2.11.5. Use Case M enurut Bennett (2006, p134) use case adalah deskripsi dari sebuah fungsionalitas sistem dari sudut pandangan pengguna (user). Use Case Diagram digunakan untuk menunjukkan fungsionalitas dari sistem dari sudut pandang pengguna (user), apa yang akan sistem sediakan untuk menunjukkan fungsionalitas tersebut dan menunjukkan pengguna (user) mana yang akan berkomunikasi langsung dengan sistem untuk menunjukkan fungsionalitas sistem sendiri. 75 Gambar 2. 10 Use Case Diagram Sumber : wikipedia.org,2005 2.11.6. Sequence Diagram M enurut Bennet (2006,p224) sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek yang diatur pada suatu urutan waktu. Ketika sequence diagram untuk memodelkan perilaku yang dinamis dari sebuah use case dapat dilihat sebagai detil spesifikasi dari use case.Sequence Diagram sendiri merupakan salah satu jenis diagram interaksi UM L(Unified Modelling Language). 76 Gambar 2.11 Sequence Diagram Sumber : dagenharteqhussar.blogspot,2006 2.11.7. User Interface M enurut Bennett (2006,p388) user interface berarti adalah sebuah interaksi antara pengguna (user) dengan sistem yang menggunkan form untuk berdialog satu sama lain . 2.11.8. Component Architecture M enurut Bennet (2006,p495) component architecture merupakan sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen yang saling berhubungan. Component architecture terdiri dari classes, stable aspects (aspek-aspek yang stabil), related components 77 (komponen yang saling terkait), logical level (tingkat logikal), structure for descriptions (struktur deskripsi). Gambar 2.13 Component Diagram Sumber : Journal of Object Technology,2005 2.12. Value Chain Analysis (Analisis Rantai Nilai) M enurut David (2011, p151), analisis rantai nilai mengacu kepada proses dimana perusahaan menentukian biaya yang diasosiasikan dengan aktivitas organisasi dari pembelian barang mentah sampai manufaktur produk lalu pemasaran produk tersebut. VCA (Value Chain Analysis) ditujukan untuk mengidentifikasi dimana keuntungan dai biaya rendah atau kerugian yang terjadi sepanjang rantai nilai dari bahan mentah sampai pelayanan kepada konsumen. VCA dapat memampukan perusahaan dengan lebih baik untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan tersebut. Analisis Value Chain membantu manajer 78 untuk memahami posisi perusahaan pada rantai nilai produk untuk meningkatkan keunggulan perusahaan. VCA lebih sering berhubungan dengan aktivitas luar perusahaan. 79 2.13. Kerangka Berpikir Observasi , kuisioner dan pengumpulan data perusahaan Analisis Kompetitif (5 model kekuatan Porter) Analisis Sistem yang Berjalan Value Chain Analysis (Analisis Rantai Nilai), Analisis strategi : I. Identifikasi Eksternal Internal II. 3 tahap penentuan strategi : A. T ahap Input (EFE, IFE) B. T ahap Pencocokan (SWOT ,IE,Grand,SPACE) C. T ahap Keputusan (QSPM) Hasil Analisis Fitur Perancangan Aplikasi : • • • Acquire Enhance Retain Perancangan sistem aplikasi e-crm : a. b. c. d. e. Class diagram Use Case diagram Sequence diagram User interface Component Architecture Gambar 2.14 Gambar Aliran Kerangka Berpikir