pengeluaran peme terhadap pembang luaran

advertisement
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
PENGELUARAN
LUARAN PEMERINTAH DAN PENDAPATAN
TERHADAP PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI ACEH
Zulkifli, Amri dan Muhammad Ikhwan
Fakultas Ekonomi,
Ekonomi Universitas Syiah Kuala,, Darussalam, Banda Aceh
Koresponden penulis : [email protected]
Abstrak : This study aimed to analyze the effect of government spending on
education and per-capita
per capita income to the development of education in the province
of Aceh by using panel data. The literacy rate, enrollment rate of primary and
secondary schools were utilised to measure the development of education sector as
the dependent variable,
variable while public spending on thee education sector and perper
capita income were used as the independent variables. This study covers 23
districts/cities in Aceh province over a period of years 2008-2012.
2008
Based on the
Random Effect Model of panel data analysis, the study documented that the
government spending on eduaction and percapita income positively
positive and
significantly impacted
impact the literacy rate. However, the government spending on the
education sector did
d not significantly influence the enrollment rate of primary
school, junior high school,
school and senior high school. Although the percapita income
have no significant impact to the primary school enrollment rate and junior high
school, but it has an effect on the enrollment rate of senior high school. The results
of this study imply that in order to promote the development of education in the
province, the government should increase
increase the budget allocation of income and
expenditure for the education sector
Keywords : Government spending, education sector, percapita income, literacy
rate, school enrollment rates, Random Effect Model, budget
PENDAHULUAN
Berlakunya otonomi daerah pada tahun 2001 silam melalui UU No. 20 tahun 1999
tentang pemerintah daerah, menyebabkan terjadinya pelimpahan wewenang kekuasaan dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dengan pertimbangan bahwa daerah lebih memahami
dan mengetahui kebutuhan masyarakat
masyarakat lokal, sehingga pemberlakuan kebijakan tersebut mampu
mewujudkan akselarasi pembangunan di daerah, terutama di dalam meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan perekonomian daerah dapat dilihat dari besar kecilnya
tingkat produktivitas masyarakat
masyarakat dalam menghasilkan barang dan jasa dalam periode tertentu yang
dikenal dengan istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Upaya pemerintah daerah di Indonesia dalam meningkatkan perekonomian daerah
masing-masing
masing menunjukkan angka yang relatif stabil pada
pada tahun 2012. Berdasarkan data BPS
pada tahun yang sama menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi rata-rata
rata
Indonesia
mencapai 6,53 persen. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi di Papua Barat, dengan laju
pertumbuhan sebesar 15,90 persen dan provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki laju
pertumbuhan terendah, yaitu -1,10
1,10 persen, sedangkan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Aceh
mencapai 5,14 persen.
Pertumbuhan ekonomi Aceh yang mencapai 5,14 pada tahun 2012 menandakan bahwa
kinerja ekonomi Aceh menjadi lebih
l
baik dibandingkan tahun-tahun
tahun sebelumnya. Dari sisi
pendapatan perkapita, kinerja perekonomian Aceh juga mengalami peningkatan secara
keseluruhan yang mencapai 7,74 rupiah dengan migas, sedangkan tanpa migas mencapai 6,91 juta
rupiah (BPS,2012). Sedangkan
Sedangkan pada tingkat kabupaten/kota, Kota Banda Aceh memiliki PDRB
Per kapita riil tertinggi mencapai 14,41 juta rupiah, sedangkan Kabupaten Simeulu memiliki
PDRB per Kapita riil terendah sebesar 3,48 juta rupiah atau tumbuh sekitar 5,14 persen dari tahun
2011.
1. Walaupun demikian, pertumbuhan PDRB per kapita yang terjadi di Aceh masih menyisakan
1
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
sejumlah permasalahan di dalam masyarakat, terutama permasalahan mengenai pembangunan
pendidikan.
Permasalahan permasalahan pendidikan di Aceh dapat dilihat dari beberapa
Permasalahan-permasalahan
bebera indikator
pendidikan, seperti Angka Melek Huruf (AMH), Angka Partisipasi Sekolah (APS) tingkat
SD,SMP, dan SMA. Angka melek huruf (AMH) Aceh tahun 2012 mencapai 96,11 persen. Hal ini
berarti bahwa 3,89 persen penduduk Aceh yang tidak bias membaca atau buta
buta huruf, sedangkan
rata-rata
rata partisipasi sekolah masyarakat Aceh mencapai 89,40 persen (BPS,2012).
Ketimpangan pendidikan di Aceh jelas terlihat dari angka melek huruf (AMH) antar
wilayah bagian di provinsi Aceh, baik bagian utara-timur,
utara
barat-selatan, maupun bagian tengah.
Periode 2008-2012
2012 AMH bagian utara-timur
utara timur memiliki angka tertinggi dibandingkan wilayah
lainnya yang mencapai 97,00 persen pada tahun 2008 sedangkan bagian tengah memiliki angka
paling rendah yakni di bawah 96,00 pada tahun yang sama. Hingga tahun 2012 ketiga bagian
wilayah tersebut mengalami peningkatan AMH secara bersamaan, yakni 98,10 persen untuk
wilayah bagian utara-timur
timur dan 95,83 persen untuk wilayah tengah dan baratbarat-selatan (BPS,2012).
Sedangkan untuk indikator angka partisipasi sekolah (APS) Provinsi Aceh juga terjadi peningkatan
dari tahun ke tahun.berdasarkan data BPS tahun 2012, angka partisipasi sekolah jenjang
pendidikan SD, SMP, dan SMA mencapai 99,35 persen, 94,41 persen dan 74,44 persen,
pencapaian angka-angka
angka tersebut melebihi
melebihi angka partisipasi sekolah nasional, meskipun demikian
pencapaian angka-angka
angka tersebut belum terjadi merata di tingkat kabupaten/kota di Aceh.
Kemajuan pembangunan pendidikan di Aceh tidak hanya diwujudkan melalui
peningkatan pendapatan riil daerah saja, tetapi perhatian pemerintah melalui anggaran dana
terhadap pembangunan pendidikan melalui APBD provinsi maupun APBK Kabupaten/ Kota.
Peningkatan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan akan berdampak terhadap
peningkatan angka melek huruf serta tingkat keinginan bersekolah lebih lama dari masyarakat.
Menurut Yenny (2008) peningkatan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan akan
mempengaruhi angka melek huruf dan angka partisipasi sekolah di berbagai daerah di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian
Kementerian Keuangan Indonesia (2012), alokasi anggaran sektor
pendidikan di Aceh terus mengalami peningkatan dari tahun 2007-2012.
2007 2012. Pada tahun 2007 total
anggaran pendidikan di Provinsi Aceh mencapai 2,21 triliun rupiah, tahun 2008 total anggaran
pendidikan mengalami
engalami peningkatan drastis yakni 4,02 triliun rupiah, atau adanya peningkatan
sebesar 81,87 persen dari tahun 2007, hingga tahun 2012 total belanja pendidikan di Aceh sebesar
5,585 triliun rupiah. Peningkatan yang sangat besar terjadi pada tahun 2008, diakibatkan
di
oleh
adanya tambahan alokasi anggaran dari dana otonomi khusus (otsus) yang diterima oleh Aceh
guna mendukung proses percepatan pembangunan di Aceh.
Peningkatan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan serta kenaikan PDRB per
kapita riil yangg terjadi di seluruh wilayah provinsi Aceh menunjukan bahwa pemerintah memiliki
komitmen besar dalam upaya meningkatkan penyediaan layanan publik terutama penyediaan akan
kebutuhan pendidikan. Namun, peningkatan yang terjadi belum tentu dapat dinikmati oleh
ole
masyarakat secara menyeluruh.Hal ini terlihat dari permasalahan pemerataan pembangunan
pendidikan yang masih terjadi antar wilayah yang ada di Aceh.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan PDRB per kapita terhadap
pembangunan pendidikan di Provinsi Aceh..
Aceh.
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
(DJPK) Kementerian Keuangan Negara Republik Indonesia, dan Badan Pusat Statistik (BPS)
2
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
Provinsi Aceh. Jenis data yang digunakan merupakan data panel sekunder berupa data
pengeluaran
eluaran pemerintah pada pendidikan, PDRB per kapita riil, angka melek huruf, dan angka
partisipasi sekolah dasar dan menengah 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh dari tahun 20082008
2012.
.
Metode Analisis Data
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data panel (pooled
data) untuk melihat hubungan variabel-variabel
variabel variabel yang diteliti, serta dianalisis menggunakan metode
statistik melalui pengujian hipotesa. Menurut Greene (2003) dalam mengestimasi data panel dapat
digunakan 3 model pendekatan,
pendekatan, Pertama Pooled Least Square (PLS) atau Common Effect Model
(CEM) yaitu menggabungkan seluruh data time-series
time
dan cross-section,
section, kemudian diestimasikan
dengan model OLS (Ordinary Least Square). Namun, konsekuensi yang harus diterima dari
penggabungan
n kedua data ini, kita tidak dapat membedakan antara objek/individu dengan
waktunya. Sehingga diasumsikan bahwa perilaku data antar individu sama dalam rentang waktu
tertentu. Asumsi ini sangat bertentangan dengan realita sebenarnya karakteristik antar individu
ind
jelas sangat berbeda.
Kedua, Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) atau dikenal juga dengan Least Square
Dummy Variable (LSDV) merupakan model estimasi panel yang menggunakan variabel boneka
(dummy variable) di dalam persamaan regresinya, selain itu estimasi dengan Model efek tetap juga
berasumsi bahwa intersep setiap individu dan waktu dapat berubah-ubah
berubah ubah atau tidak konstan.
Ketiga, Model Efek Random (Random Effect Model/REM). Perbedaan yang mendasar
antara FEM dan REM terletak pada karakteristik antar-individu
ant
dan antar-waktu,
waktu, jika pada FEM
perbedaan antar individu dan waktu dicerminkan melalui intersep, maka pada REM perbedaan
tersebut diakomodasikan pada error dari model, karena error mungkin berkorelasi sepanjang
time-series dan cross-section.
section. Sehingga
Sehingga random error pada REM juga harus dijabarkan untuk
menjadi error pada komponen individu dan gabungan.
Pemilihan Model Data Panel
Pemilihan model yang tepat dan sesuai dalam estimasi data panel dapat digunakan
beberapa pengujian. Pertama Uji Chow (Chow Test) atau dikenal juga dengan Uji F yaitu bentuk
pengujian data panel yang digunakan untuk memilih diantara dua model analisis data panel, yaitu
Pooled Least Square (PLS) dan Fixed Effect Model (FEM).
Kedua, Uji Hausman (Hausman Test) yaitu pengujian
pengujian yang digunakan untuk
menentukan model yang tepat antara pendekatan Fixed Effect dan Random Effect. Pengujian ini
mengikuti distribusi Chi-square
Chi
(χ2) dan berderajat bebas (k-1).
1). Menurut Johnston dan Dinardo
(1997) dalam menentukan antara fixed effect (FE)
(FE) dan random effect (RE)tergantung dari korelasi
antara komponen error cross-section
cross section (α) dengan regresornya, jika komponen cross-section
cross
error
dan variabel penjelasnya saling berkorelasi, maka FE lebih tepat dibandingkan dengan RE, dan
sebaliknya.
Ketiga, Uji LM (Langrangian Multiplier Test) adalah bentuk pengujian yang digunakan
untuk membandingkan antara PLS dan REM. Pengujian ini digunakan ketika hasil Uji Chow dan
Uji Hausman tidak konsisten. Menurut Breusch-Pagan
Breusch Pagan (Greene,2003) dalam menentukan antara
REM dan PLS dapat dilihat dari nilai korelasi antar komponen residual. Jika tidak ada korelasi
antar komponen residual atau nilai korelasi antar komponen residual bernilai 0 maka PLS lebih
cocok dibandingkan REM. Namun, jika terdapat korelasi antar komponen residual atau nilai
korelasi antar residual tidak sama dengan 0, maka dapat disimpulkan bahwa REM lebih baik
dibandingkan dengan PLS.
3
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
Gambar 1. Pemilihan Model Data Panel
Model Analisis
Model Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear
berganda (Multiple regression model) pada data panel, dengan persamaan sebagai berikut :
PP = f (PSP,PDRBK) ............(3.1)
Berdasarkan persamaan tersebut, maka spesifikasi model yang digunakan dalam penelitian ini,
adalah sebagai berikut:
AMHit = α + β1Ln PSPit + β2Ln PDRBKit +εit ............(3.1a)
APSD/MI it = α + β1Ln PSPit + β2Ln PDRBKit + εit ............(3.1b)
APSSMP it = α + β1Ln PSPit + β2Ln PDRBKit + εit ............(3.1c)
APSSMA it = α + β1Ln PSPit + β2Ln PDRBKit + εit ............(3.1d)
Dimana PP adalah pembangunan Pendidikan, PSP adalah Pengeluaran Pemerintah Pada
pendidikan dalam satuan rupiah, PDRBK adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per
kapita harga konstan dalam satuan rupiah, AMH adalah Angka
Angka Melek Huruf, APS adalah Angka
Partisipasi Sekolah semua jenjang pendidikan, α adalah Konstanta, β1 dan β2 adalah Koefisien
regresi, ε adalah Error term, i adalah variabel untuk 23 kabupaten/kota, dan t adalah timetime series
data 2008-2012.
MBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Angka Melek Huruf
Angka melek huruf provinsi Aceh mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun
2012, melek aksara Aceh tahun 2008 mencapai 95,94 persen dan berada pada peringkat ke 10 dari
33 provinsi di Indonesia (UNDP,2010) hingga tahun 2012
2012 melek aksara provinsi Aceh mencapai
96,11 persen. Namun, peningkatan angka melek huruf secara agregat tersebut, tidak diikuti dengan
pemerataan peningkatan angka melek huruf dibeberapa bagian Provinsi Aceh.
Berdasarkan kabupaten/kota. Kota Lhokseumawe memiliki AMH tertinggi
dibandingkan dengan 22 Kabupaten/kota lainnya, dengan AMH mecapai 98,82 persen pada
tahun 2008 dan 99,65 persen pada tahun 2012. Sedangkan Kabupaten Gayo Lues memiliki AMH
terendah yakni 87,89
7,89 persen pada tahun 2012 (BPS, 2012).
4
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
Angka Partisipasi Sekolah
Tingkat partisipasi sekolah di Provinsi Aceh terus mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun.Menurut UNDP (2008) Angka partisipasi sekolah provinsi Aceh berada di atas rata-rata
rata
partisipasi
si sekolah nasional.Hal ini berlaku untuk semua jenis pendapatan dan jenjang pendidikan,
baik sekolah dasar maupun sekolah menengah.Tingginya angka partisipasi tersebut menandakan
bahwa masyarakat Aceh memiliki keinginan besar untuk mengetahui dan mempelajari
mempelaj sesuatu hal
yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan.
APS 23 Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh mengalami peningkatan pada tahun 2012, di
tingkat sekolah dasar angka partisipasi sekolah semua kabupaten / kota mencapai 99,00 persen,
kecuali Aceh Jaya, Aceh Singkil, Langsa dan Subulussalam, dimana kabupaten/kota tersebut
memiliki tingkat partisipasi sekolah dasar di bawah 99,00 persen. Kemudian, di tingkat sekolah
menengah pertama, rata-rata
rata rata kabupaten/kota dapat melampaui angka partisipasi provinsi sebesar
sebe
94,41 persen, kecuali Kabupaten Aceh Selatan, Aceh Singkil, Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo
Lues, Nagan Raya, dan Kota Subulussalam. Sedangkan di tingkat sekolah menengah atas,
beberapa kabupaten/kota memiliki angka partisipasi mencapai 80 persen lebih
lebih seperti Kota Banda
Aceh, Aceh Barat, Aceh Tenggara, Lhokseumawe, Nagan Raya, dan Sabang, sedangkan tingkat
partisipasi paling rendah dimiliki oleh Kabupaten Aceh Timur dengan angka partisipasi sebesar
64,53 persen (BPS.2013).
Pengeluaran Pemerintah Aceh Sektor Pendidikan.
Alokasi anggaran pendidikan di Provinsi Aceh terdiri dari anggaran pendidikan yang
dialokasi melalui anggaran pemerintah provinsi dan anggaran pemerintah daerah.Berdasarkan data
dari DJPK tahun 2014, komposisi anggaran pendidikan provinsi
provinsi Aceh meningkat dari tahun 20062006
2012. Pada tahun 2006 total pengeluaran pemerintah untuk pendidikan mencapai 1,79 triliun
rupiah, dengan komposisi 1,624 triliun berasal dari pemerintah kabupaten/kota dan 0,166 triliun
rupiah berasal dari pemerintah provinsi,
provinsi, hingga tahun 2012 total anggaran pendidikan di Provinsi
Aceh mencapai 5,585 triliun rupiah, dengan komposisi 4,578 triliun berasal dari anggaran belanja
pemerintah kabupaten/kota, dan sisanya 1,007 triliun rupiah berasal anggaran belanja pemerintah
provinsi.
rovinsi. Selain itu, tingkat pertumbuhan alokasi anggaran pendidikan terbesar terjadi dari tahun
2007 ke tahun 2008, dimana total anggaran pendidikan tahun 2008 mencapai 4.021 triliun rupiah,
meningkat 81,87 persen dari tahun 2007. Peningkatan yang sangat
sangat besar tersebut dikarenakan
provinsi Aceh menerima dana otonomi khusus (otsus) dari pemerintah pusat guna mendukung
pembangunan di Aceh.
PDRB Per Kapita Aceh
Peningkatan pendapatan regional menandakan bahwa perekonomian Provinsi Aceh
terus mengalami perbaikan
rbaikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan data BPS (2013) pertumbuhan
PDRB riil dengan migas maupun Non-migas
Non migas Aceh mencapai 5,20 persen dan 5,87 persen tahun
2012. Selanjutnya, PDRB nominal juga mengalami peningkatan sebesar 9,57 persen untuk PDRB
nominal dengan migas dan 10,21 persen tanpa migas. Jika dilihat dari tingkat pertumbuhan PDRB
migas memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan PDRB tanpa migas,
hal tersebut menandakan bahwa adanya penurunan tingkat produksi migas di Provinsi
Provin Aceh.
Pendapatan regional per kapita provinsi Aceh juga menunjukan peningkatan. Pada tahun
2007 PDRB per kapita riil dengan migas mencapai 8,52 juta rupiah, sampai tahun 2010 PDRB
dengan migas terus mengalami penurunan, dan meningkat kembali pada tahun-tahun
tahun
berikutnya,
5
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
hingga tahun 2012 PDRB per kapita dengan migas mencapai 7,80 juta rupiah. Kondisi sebaliknya
terjadi pada PDRB per kapita riil tanpa migas, yang menunjukan peningkatan terus menerus,
selain itu pergerakan perekonomian daerah juga mengikuti
mengikuti tren pergerakan perekonomian
provinsi, dimana keseluruhan kabupaten/kota mengalami peningkatan pertumbuhan ekonomi
pada tahun 2012 (BPS,2013).
Pengujian Metode Analisis Data Panel
Berdasarkan pengujian model analisis dengan menggunakan Uji Chow, Uji Hausman dan
Uji LM. Analisis persamaan untuk angka melek huruf (AMH) dengan uji chow menyimpulkan
bahwa pendekatan FEM lebih baik dibandingkan PLS, hal ini terlihat berdasarkan nilai
probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari 0,1 (Pvalue = 0,0000) dengan
dengan taraf signifikansi 90
persen (α = 0,1). Namun berdasarkan uji hausman, model REM lebih baik dibandingkan FEM,
kesimpulan tersebut didasarkan pada nilai probabilitas yang melebihi 0,1 (P value = 0,5858), baik
uji chow maupun uji hausman tidak memberikan kesimpulan yang tepat untuk menentukan
model analisis yang digunakan, maka dengan demikian dibutuhkan uji LM sebagai alternatif
pengujian pemilihan model, berdasar Uji LM disimpulkan bahwa pendekatan REM lebih baik
dibandingkan PLS, dimana nilai Probabilitas
Probabilitas yang didapatkan 0,0000 dan lebih kecil dari 0,1.
Kemudian, analisis untuk persamaan angka partisipasi sekolah dasar (APS SD), berdasarkan uji
chow menunjukan bahwa pendekatan FEM lebih cocok dibandingkan PLS, terbukti dengan nilai
probabilitas yang didapatkan
dapatkan lebih kecil dari 0,1 (Pvalue = 0,0051) dengan taraf kepercayaan 90
persen (α = 10 persen), akan tetapi Uji Hausman menyimpulkan hal yang berbeda, berdasarkan uji
tersebut disimpulkan bahwa pendekatan REM lebih baik daripada FEM, terbukti dengan nilai
n
probabilitas lebih besar dibandingkan 0,1 (Pvalue = 0,8686). Baik uji chow maupun uji hausman
tidak memberikan hasil yang konsisten, sehingga dibutuhkan uji LM untuk menentukan model
analisis yang tepat. Berdasarkan uji LM didapatkan kesimpulan bahwa pendekatan REM lebih
baik dibandingkan PLS, dimana nilai probabilitas yang didapatkan lebih kecil dari 0,1 (Pvalue =
0,0041). Selanjutnya, analisis angka partisipasi sekolah menengah pertama (APS SMP). Uji Chow
menyimpulkan bahwa pendekatan FEM lebih tepat dibandingkan PLS, alasan tersebut menurut
nilai probabilitas yang lebih kecil dari 0,1 (Pvalue = 0,0000), akan tetapi berdasarkan simpulan uji
hausman memperlihatkan bahwa pendekatan REM lebih baik daripada FEM, dimana nilai
probabilitas yang dihasilkan melebihi 0,1 (Pvalue = 0,1012), sedangkan Uji LM menyimpulkan
bahwa pendekatan REM lebih baik dibandingkan PLS, dimana nilai probabilitas yang dihasilkan
kurang dari 0,1 (Pvalue =0,0051), dan pengujian untuk model analisis angka partisipasi sekolah
menengah
h atas (APS SMA) menurut uji chow menjelaskan bahwa pendekatan FEM lebih baik
daripada PLS dengan nilai probabilitas kurang dari 0,1 ( Pvalue = 0,0000). Namun, uji hausman
menyimpulkan bahwa pendekatan REM lebih baik dari FEM, dimana nilai probabilitas χ2 lebih
besar dari 0,1 (Pχ2 = 0,1607) dan menurut uji LM didapatkan bahwa pendekatan REM lebih baik
dari REM, dimana nilai probabilitas χ2 lebih kecil dari 0,1 (Pχ2 = 0,0000).Maka dapat
disimpulkan bahwa model pendekatan yang sesuai untuk keempat persamaan tersebut
t
adalah
Random Effect Model (REM). Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukan oleh Jugde et al
(Gujarati,2004: 650) jika time series data (T) lebih besar dibandingkan cross-sectional
cross
data (N)
maka FEM lebih baik dibandingkan REM/ECM, dan apabila time series data (T) lebih kecil
dibandingkan cross-section
section maka REM/ECM lebih baik.
Keterkaitan Antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Pengaruh
ngaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Pendapatan Terhadap Angka Melek Huruf
Nilai konstanta dari regresi tersebut adalah 37,766613, yang berarti bahwa ketika
pengeluaran pemerintah dan PDRB per kapita dalam keadaan konstan atau cateris paribus, maka
angka melek huruf akan mengalami peningkatan sebesar 37,76 persen. Sementara itu, variabel
pengeluaran pemerintah berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan angka melek
huruf pada 23 kabupaten / kota dengan nilai koefisien sebesar 0,444559
0,444559 , probabilitas 0,0004, dan
nilai t hitung yang dihasilkan 3,676474. Hal ini berarti bahwa kenaikan pengeluaran pemerintah
sektor pendidikan sebesar 1 persen, maka AMH akan meningkat sebesar 0,44 persen, dengan
6
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
asumsi cateris paribus,, sedangkan variabel PDRB per kapita juga berpengaruh positif dan signifikan
terhadap angka melek huruf 23 kabupaten / kota, dengan nilai koefisien sebesar 3,042638 ,
probabilitas 0,0001, dan t hitung sebesar 3,982163. Hal ini berarti kenaikan 1 persen PDRB per
kapita kabupaten/kota
en/kota akan meningkat angka melek huruf sebesar 3,043 persen dengan asumsi
faktor lain bernilai konstan. Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yenny
(2008), yang menyatakan bahwa pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita suatu wilayah berpengaruh positif dan signifikan
terhadap peningkatan angka melek huruf.
Tabel 1.
Pengujian Model Analisis Data Panel
Bentuk Pengujian
Indikator
Persamaan
AMH
Chow Test (PLS/FEM)
Hausman Test
(REM/FEM)
χ2 Statistik
χ2 Statistik
Prob.
LM Test (PLS/REM)
Prob.
Prob.
χ2 Statistik
491,8181
0,0000
1,069470
0,5858
9,4180027
0,0000
APS SD
42,736245
0,0051
0,281778
0,8686
2,647271
0,0041
APS SMP
70,001171
0,0000
4,581775
0,1012
2,523403
0,0058
APS SMA
113,628719
0,0000
3,656624
0,1607
4,562795
0,0000
Signifikansi α = 10 persen. Sumber : Hasil Olah Data E-views
E
7.2, 2014.
Variabel
ficient
Tabel 2.
Hasil Estimasi Angka Melek Huruf (AMH)
Coe
Std.
TError
Statistik
37,7
C
11,180
66613
39
0,44
PSP
20
3,04
PD
RBK
3,37
7892
0,1209
4559
67
R2=
0,
0010
3,67
6474
0,7640
2638
Pr
obabilitas
0,
0004
3,98
2163
0,
0001
F-test
= 23,13902
DW
=
1,233894
Keterangan: signifikan pada α = 10%.
10 Sumber: Hasil Pengolahan Data E-Views
Views 7.2,2014.
0,292385
Pengaruh
ngaruh Pengeluaran Pemerintah Dan Pendapatan Terhadap Angka Partisipasi Sekolah
Hasil estimasi persamaan angka partisipasi sekolah, baik SD, SMP, maupun SMA.
Pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat angka partisipasi sekolah das (APS SD)
menunjukan bahwa variabel pengeluaran pemerintah dan PDRB per kapita riil berpengaruh
positif namun tidak signifikan terhadap APS SD. Variabel pengeluaran pemerintah memiliki nilai
koefisien sebesar 0,172143 dan Pvalue = 0,162215, hal ini berarti ketika pengeluaran pemerintah
7
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
untuk pendidikan meningkat sebesar 1 persen, maka angka partisipasi sekolah dasar akan
meningkat sebesar 0,17 persen, dengan asumsi faktor-faktor
faktor faktor lain dianggap tetap. Variabel PDRB
per kapita riilil memiliki nilai koefisien estimasi 0,162215 dan Pvalue = 0,4434, hal ini menandakan
bahwa peningkatan 1 persen PDRB per kapita riil akan meningkatkan 0,16 persen tingkat
partisipasi sekolah dasar, sedangkan nilai koefisisen konstanta dari hasil estimasi persamaan APS
SD sebesar 92,19279 dan Pvalue = 0,0000. Jika kondisi PDRB per kapita riil maupun pengeluaran
pemerintah untuk sektor pendidikan kostan, maka angka partisipasi sekolah jenjang pendidikan
sekolah dasar sebesar 92,293 persen. Kemudian, persamaan
persamaan angka partisipasi sekolah menengah
pertama (APS SMP) menunjukan bahwa kedua variabel bebas baik pengeluaran pemerintah pada
pendidikan dan PDRB per kapita riil memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap
partisipasi sekolah menengah pertama,
pertama, nilai koefisien estimasi untuk pengeluaran pemerintah
sebesar 0,626105 dan Pvalue = 0,2064. Kenaikan 1 persen pengeluaran pemerintah akan
menyebabkan angka partisipasi sekolah menengah pertama meningkat sebesar 0,62 persen,
dengan asumsi cateris paribus,
paribus nilai koefisien estimasi PDRB per kapita sebesar 1,447518 dan Pvalue
= 0,1700 memiliki makna bahwa jika PDRB per kapita rill meningkat sebesar 1 persen, maka
angka partisipasi sekolah akan meningkat sebasar 1,45 persen dengan asumsi cateris paribus,
sedangkan
gkan nilai koefisien konstanta estimasi persamaan APS SMP sebesar 56.17179 dan Pvalue =
0,0054 yang berarti tanpa adanya PDRB per kapita dan pengeluaran pemerintah pada sektor
pendidikan APS SMP akan sebesar 56,17 persen, dan yang terakhir hasil estimasi persamaan
p
APS
SMA, nilai koefisien konstanta estimasi tersebut -90,36016 dan Pvalue = 0,0607 yang menandakan
bahwa tanpa adanya peningkatan pengeluaran pemerintah dan PDRB per kapita riil angka
partisipasi sekolah menengah atas (APS SMA) akan turun menjadi 90,36 persen. Kemudian
variabel pengeluaran pemerintah memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap APS
SMA dengan nilai koefisien estimasi 1,722677 dan Pvalue = 0,1057, hal tersebut berarti peningkatan
1 persen pengeluaran pemerintah, maka akan
akan meningkatkan APS SMA sebesar 1,723 persen
dengan asumsi cateris paribus,
paribus, sedangkan variabel PDRB per kapita memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap APS SMA dengan nilai koefisien estimasi sebesar 7,731103 dan Pvalue = 0,0056
yang bermakna bahwa
wa peningkatan 1 persen pertumbuhan ekonomi atau PDRB per kapita riil
akan meningkatkan 7,73 persen APS SMA dengan asumsi cateris paribus.
Variabel
Tabel 3
Hasil Estimasi Angka Partisipasi Sekolah (APS)
Model Persamaan
APS SD
APS SMP
APS SMA
C
92,19279
(0,0000)*
56,17179
(0,0054)*
-90,36016
(0,0607)*
PSP
0,172143
(0,12277)
0,62615
(0,2064)
1,722677
(0,1057)
PDRBK
0,162215
(0,4434)
1,447518
(0,1700)
7,731103
(0.0056)*
R2
1,576504
1,875198
5,865438
Ftest
0,027381
0,032411
0,09480
Keterangan: ( ) probabilitas
probabilita *) signifikansi α = 10%. Sumber: Hasil Pengolahan data E-views
E
7.2, 2014.
8
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
PENUTUP
Kesimpulan
Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
per kapita riil memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap peningkatan Angka Melek
Huruf (AMH) 23 kabupaten / kota di Provinsi Aceh. Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan
memiliki nilai koefisien estimasi 0,444559 dan nilai t-statistik
t statistik 3,676474 yang berarti peningkatan 1
persen
en pengeluaran pemerintah sektor pendidikan akan meningkatkan angka melek huruf sebesar
0,44 persen, sedangkan PRDB per kapita riil memiliki nilai koefisien sebesar 3,042638 dan nilai tt
statistik 3,982163, dimana peningkatan PDRB per kapita riil 1 persen, akan meningkatkan angka
melek huruf sebesar 3,043 persen dengan asumsi faktor lain dianggap tetap (cateris
(cateris paribus).
paribus
Pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan PDRB per kapita riil memiliki pengaruh
positif terhadap angka pastisipasi sekolah pada jenjang
jenjang pendidikan SD, SMP, dan SMA.Hasil estimasi
Angka Partisipasi Sekolah Dasar (APS SD) menunjukan nilai koefisien estimasi pengeluaran
pemerintah sebesar 0,172143 dan nilai probabilitas 0,1277. Peningkatan 1 persen pengeluaran
pemerintah sektor pendidikan
pendidikan akan meningkatkan APS SD sebesar 0,17 persen. Sedangkan PDRB
per kapita riil memiliki nilai koefisien 0,162215 dan probabilitas 0,4434. Hal ini berarti peningkatan 1
persen PDRB per kapita akan meningkatkan angka partisipasi sekolah dasar sebesar 0,626105,
0,626
dengan
asumsi faktor lain dianggap konstan.
Selanjutnya,Angka partisipasi sekolah menengah pertama menunjukan nilai koefisien estimasi
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan sebesar 0,626105 dan nilai probabilitas 0,2064,
peningkatan 1 persen pengeluaran
pengeluaran pemerintah akan meningkatkan angka partisipasi sekolah
menengah pertama sebesar 0,63 persen. Sedangkan PDRB per kapita riil memiliki nilai koefisien
estimasi 1,447518 dan nilai probabilita 0,1700 yang berarti bahwa peningkatan 1 persen PDRB per
kapita,
a, akan meningkatkan angka partisipasi sekolah menengah pertama sebesar 1,44 persen.
Kemudian, angka partisipasi sekolah menengah atas memiliki nilai koefisien estimasi untuk
pengeluaran sebesar 1,722677 dan Pvalue = 0,1057, yang berarti peningkatan 1 persen
pers pengeluaran
pemerintah pada sektor pendidikan akan meningkatkan APS SMA sebesar 1,722 persen, sedangkan
PDRB per kapita riil memiliki koefisien estimasi 7,731103 dan Pvalue = 0,0056, hal ini berarti
peningkatan 1 persen PDRB per kapita riil akan meningkatkan
meningkatkan APS SMA sebesar 7,73 persen.
persen
Saran
Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan terbukti berhasil meningkatkan angka melek
huruf dan angka partisipasi sekolah di 23 kabupaten / kota yang ada di Provinsi Aceh. Oleh
karena itu, Pemerintah Aceh baik pemerintah
pemerintah provinsi maupun kabupaten / kota harus
meningkatkan alokasi anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk sektor pendidikan guna
mendukung terciptanya pemerataan kuantitas dan kualitas pendidikan di Provinsi Aceh.
Kemudian, kapasitas pengawasan dan pengelolaan
pengelolaan terhadap aliran dana yang telah dialokasikan
harus ditingkatkan agar penggunaan dana-dana
dana dana tersebut sesuai dengan kebutuhan dan tepat
sasaran.
Angka melek huruf dan angka partisipasi sekolah juga terbukti dipengaruhi oleh Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Oleh sebab itu, pemerintah harus berusaha
meningkatkan produktivitas perekonomian daerah sehingga PDRB per kapita dapat meningkat.
Peningkatan PDRB per kapita mencerminkan peningkatan kemampuan masyarakat di dalam
memenuhi kebutuhan
an mereka sendiri, terutama kebutuhan akan pendidikan. Selain itu,
peningkatan anggaran pendidikan yang dialokasikan oleh pemerintah sebagai subsidi dan
pembiayaan biaya operasional sekolah akan mengurangi beban masyarakat. Namun, biaya tidak
langsung dan biaya penunjang pendidikan masih banyak yang harus ditanggung oleh masyarakat.
Maka dari itu, peningkatan PDRB per kapita secara langsung akan meningkatkan keinginan
masyarakat untuk bersekolah.
Bagi peneliti seanjutnya, diharapkan menambah indikator-indik
indikator indikator lainnya yang
dianggap mendukung pembagunan pendidikan, seperti rata-rata
rata rata lama sekolah, tingkat kelulusan
ujian nasional, ketersediaan tenaga pengajar, dan ketersediaan sarana dan prasarana lainnya, serta
9
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 9, Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
menambahkan jumlah tahun penelitian, karena dalam
dalam penelitian ini hanya menggunakan data 5
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik (2013). Indikator Pendidikan Aceh. Banda Aceh. . Indeks Pembangunan Manusia
Provinsi Aceh.. Banda Aceh.
Baltagi, B. H.(2005). Econometrics Analysis of Panel Data,3th Edition. John Wiley and Sons,
Ltd.England.
Chude, N. P. dan Daniel I.
I C.(2013).
.(2013). “Impact Of Government Expenditure On Economic
Growth In Nigeria”.International
Nigeria”.
Journal Of Bussiness and Management Review,, 1(4): 66-71.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. Data Keuangan Daerah.Diakses,
Diakses, 1 Juli 2014.
http://www.djpk.depkeu.go.id/datadjpk
http://www.djpk.depkeu.go.id/datadjpk.
Greene, W. H. (2003). Econometric Analysis,5th Edition. Prentice Hall, New Jersey.
Gujarati, N. D. (2004). Basic Econometrics, 4th Edition. Mc.Graw Hill, New York.
Johnston, J. dan John, D. (1997). Econometrics Methods, 4th Edition.. Mc Grew Hill, New York.
Kementerian Dalam Negeri Indonesia (2014).Data
(2014).
Daerah Otonomi Baru.Diakses
Baru.
1 Juli
2014.www.kemendgri.go.id
www.kemendgri.go.id.
Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi, Edisi 6. Erlangga ,Jakarta.
_______________ (2010). Principles Of Macroeconomics, 6th Edition. South-Western,USA.
Western,USA.
Musgrave, R. A. dan Peggy,
Peggy B. M. (1993).Keuangan Negara, Edisi 5.Erlangga
Erlangga ,Jakarta.
Nachrowi, N. D. dan Usman, H.
H (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan.
Keuangan Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI.
Rahman, M. S. (2013).
(2013) “Relationship Among GDP, Per Capita GDP, Literacy Rate, and
Unemployment Rate.” British Journal of Art and Social Services, 14(11): 169-177.
177.
Soepangat, E. dan Haposan,
Haposan L. G. (1991).Pengantar Ilmu Keuangan Negara,, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Todaro, M. P. (1995). Ekonomi Untuk Negara Berkembang,
Berkembang, Edisi 3. Bumi Aksara, Jakarta.
United Nations Development Programme (2013).Laporan
(2013).
Pembangunan Aceh.. Jakarta.
Yenny, M. (2008).“Dampak Desentralisasi Fiskal terhadap Pembangunan Pendidikan di
Indonesia”.Jurnal
Jurnal
Kebijakan
Ekonomi,
Vol.
4
No.1,
(63-75).
10
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
ISSN: 1693 – 7775
Jurnal Pencerahan
Volume 1,
1 Nomor 1, (Maret) 2015
Halaman 01-11
Majelis Pendidikan Daerah
Aceh
10
Copyright © 2015
201 Hak Cipta dilindungi undang-undang
Download