BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Saat ini kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua yang menyebabkan kematian setelah kanker paru-paru dan merupakan kanker terbanyak pada wanita.1 Menurut WHO lebih dari 1,2 juta orang didiagnosis menderita kanker payudara. The American Cancer Society memperkirakan bahwa pada tahun 2005 lebih kurang 200.000 wanita di Amerika Serikat didiagnosis menderita kanker payudara dan menyebabkan kematian 41.000 pertahun.2 Kesempatan untuk mendapatkan kanker payudara invasif selama kehidupan lebih kurang 13.4%.3 Terjadinya suatu karsinoma payudara biasanya melalui berbagai tahapan, termasuk perubahan morfologi pada payudara yang berhubungan dengan peningkatan jumlah sel-sel epitel (proliferasi yang tak terkontrol). Perubahan awal berhubungan dengan hilangnya signal penghambat pertumbuhan, signal apoptosis, dan menghasilkan signal pertumbuhan sendiri. Ketidakstabilan genetik dalam bentuk loss of heterozygosity (LOH) muncul sebagai tahap selanjutnya.4,5 Proliferasi sel adalah pembelahan sel dan pertumbuhan sel. Siklus sel yang mendasari mekanisme dan pengaturan proliferasi sel.6 Ki-67 digunakan untuk mendeteksi atau mengevaluasi faktor pertumbuhan dari jaringan neoplasma. Ki-67 merupakan nonhistone nuclear protein yang berhubungan dengan siklus sel, yang diekspresikan 1 Universitas Sumatera Utara pada sel yang berproliferasi selama pertengahan fase G1, meningkat pada saat memasuki fase S dan G2, dan mencapai puncak pada fase M pada siklus sel serta dikatabolisme dengan cepat pada akhir fase M dan tak terdeteksi pada fase G0 dan awal G1. Ki-67 dihubungkan dengan penanda proliferasi sel dan pada karsinoma payudara invasif digunakan untuk menentukan grading yang berhubungan dengan prognosa pasien.7 Penyebab dari kanker payudara adalah multifaktorial yang meliputi faktor reproduksi dan berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon, genetik, nutrisi, konsumsi alkohol, merokok dan pemaparan kumulatif dalam jangka waktu lama terhadap kontaminan seperti heterosiklik amina maupun pestisida.8 Benzo(α)pyrene, telah diidentifikasi sebagai golongan senyawa Polisiklik Aromatik Hidrokarbon (PAH) yang memiliki sifat karsinogenik tinggi, karena dapat membentuk kompleks dengan DNA secara permanen dan menyebabkan mutasi pada gen. Molekul-molekul PAH di udara akan bergabung dengan partikel debu dan masuk ke dalam air, tanah maupun tanaman untuk kemudian berinteraksi dengan manusia.9 Telah terbukti bahwa kandungan senyawa PAH karsinogenik pada makanan yang dipanggang cukup tinggi, terutama pada produk hasil pemanggangan dengan kayu atau arang. Agency for Toxic Subtances and Disease Registry (ATSDR) merekomendasikan nilai Minimal Risk Level (MRL) benzo(α)pyrene pada manusia sebesar 0,01ppm/kgBB/hari.10 ,11 Secara in vivo, benzo(α)pyrene telah terbukti dapat menyebabkan tumor pada setiap model hewan percobaan, baik melalui jalur makanan, pernapasan, maupun kontak pada permukaan kulit. Inisiasi proses karsinogenik dari benzo(α)pyrene bahkan dapat 2 Universitas Sumatera Utara terjadi pada bagian jaringan yang jauh dari titik asal paparannya. Penelitian Juliyarsi dan Melia menunjukkan bahwa pemberian benzo(α)pyrene dosis 0.3mg/20gBB/hari selama 10 hari yang diberikan secara sub-kutan dapat menginduksi terjadinya kanker payudara pada mencit.12 Pada tikus percobaan, konsumsi benzo(α)pyrene dengan dosis 120ppm/kgBB/hari dapat menyebabkan kematian dengan lama konsumsi kurang dari 14 hari. Lebih lanjut, konsumsi benzo(α)pyrene dengan dosis sebesar 10ppm/kgBB/hari akan menyebabkan gangguan sistem reproduksi pada induk hewan dan gangguan pertumbuhan pada anak yang dilahirkan. Karena itulah benzo(α)pyrene dikategorikan sebagai senyawa genotik karsinogen, dan digunakan sebagai senyawa acuan dalam menentukan faktor potensi relatif senyawa-senyawa PAH lainnya sebagai penyebab kanker.11 Kanker payudara memiliki gambaran klinik dan gambaran histopatologi yang heterogen sehingga klasifikasi penyakit, stadium klinik dan derajat histopatologi sangat diperlukan untuk menentukan prognosis. Terapi kanker payudara meliputi pembedahan, radiasi, hormonal dan kemoterapi tetapi kesuksesannya belum memuaskan tergantung pada stadium penyakit.13 Terapi tersebut sering tidak terjangkau oleh masyarakat, maka dicari obat tradisional untuk pengobatan kanker. Ada beberapa kelebihan penggunaan obat tradisional, harganya lebih murah karena dapat dibudidayakan, mudah didapat dan diharapkan efek samping lebih minimal dibanding obat antikanker sintetik.14 Pada saat ini pengembangan obat anti kanker yang berasal dari tanaman banyak digalakkan, mengingat bahwa obat asal tanaman tersebut banyak terdapat di 3 Universitas Sumatera Utara Indonesia. Salah satu bahan obat asal tanaman tersebut adalah Scurrulla atropurpurea (BL) Danser yang biasanya dikenal dengan nama benalu teh. Scurrulla atropurpurea telah dikenal berfungsi sebagai anti viral, anti mikroba, anti hipertensi, dan anti kanker. Suatu studi melaporkan bahwa penderita kanker yang diberi ekstrak Scurrulla atropurpurea dari spesies Viscum album menujukkan perbaikan pada DNA dalam limfosit dan sel kekebalan tubuh lain (immunoglobulin, sitokin). Banyak penelitian telah membuktikan efek Scurrulla atropurpurea sebagai anti kanker hingga tingkat molekuler, namun sebagian besar percobaan tersebut dilakukan secara in vitro. Sebagian besar penelitian tersebut membuktikan bahwa Scurrulla atropurpurea tidak membunuh kanker namun menghambat invasi kanker sehingga tidak terjadi metastasis.15 Daun dan batang Scurrulla atropurpurea mengandung berbagai senyawa aktif yang diduga berpotensi sebagai bahan anti kanker. Daun dan batang Scurrulla atropurpurea mengandung bermacam senyawa aktif yaitu: enam senyawa asam lemak tak jenuh ((Z)-9-octadecenoic acid, (Z,Z)-octadeca-9,12-dienoic acid, (Z,Z,Z)octadeca-9,12,15-trienoic acid, octadeca-8,10-diynoic acid, (Z)-octadec-12-ene-8,10diynoic acid, octadeca-8,10,12-trynoic acid), dua senyawa xantin (theobromine dan caffeine), dua senyawa flavonol glikosida (quercetin dan rutin), flavon (+)-catechin, (-)-epicatechin, (-)-epicatechin-3-O-gallate, (-)-epi-gallocatechin-3-O-gallate, (+)-gallocatechin, (-)-epigallo-catechin, dan satu senyawa lignan glikosida (aviculin), dan satu senyawa monoterpene glukosida (Icariside B).15,16 4 Universitas Sumatera Utara Ohashi et al. menunjukkan efek anti invasif sebesar 99,4% pada konsentrasi 10mg/ml dan pengaruh epigallocathecin-3-O-gallate sebesar 72,8% terhadap invasi melanoma maligna pada tikus.15 Epigallocathecin-3-gallate juga merupakan angiogenesis inhibitor oral dan imunomodulator yang dapat meningkatkan sitokin IL-2 dan sitokin TNF-α.16 Scurrulla atropurpurea memiliki aktivitas anti oksidan dan anti karsinogen karena kandungan selenium.17 Suplementasi lignan selama tujuh minggu setelah 13 minggu induksi kanker, menurunkan 50% volume tumor.18 Penelitian Sulistyo (2008) menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Scurrulla atropurpurea pada mencit dengan dosis 1,5g/kgBB/hari selama 3 minggu memberikan efek profilaksis maupun kuratif terhadap karsinogenesis nasofaring pada mencit C3H.19 Leksomono et al. (2006) yang dikutip oleh Sulistyo, juga pernah meneliti efek ekstrak Scurrulla atropurpurea terhadap adenocarcinoma mammae mencit C3H dengan menilai perubahan histopatologi, sebukan sel mononuklear di sekitar jaringan kanker, dan proliferasi limfosit di lien.19 Penelitian ini untuk membuktikan inhibisi aktivitas proliferasi tumor payudara tikus Wistar yang diinokulasi kanker terinduksi benzo(α)pyrene dengan pemberian ekstrak Scurrula atropurpurea. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas dirumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana efek ekstrak benalu teh (Scurrulla atropurpurea) terhadap aktivitas proliferasi tumor payudara tikus Wistar yang diinokulasi kanker terinduksi benzo(α)pyrene dengan dosis bertingkat? 5 Universitas Sumatera Utara 1.3. Hipotesis 1 Ekstrak Scurrulla atropurpurea mampu menekan proliferasi sel tumor payudara tikus Wistar 2 Ada perbedaan aktivitas proliferasi sel tumor payudara tikus Wistar dengan pemberian ekstrak Scurrulla atropurpurea pada saat dan sesudah inokulasi kanker. 1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan inhibisi aktivitas proliferasi sel tumor payudara tikus Wistar yang diinokulasi kanker terinduksi benzo(α)pyrene dengan pemberian ekstrak benalu teh (Scurrula atropurpurea). 1.4.2. Tujuan Khusus 1 Menghitung skor aktivitas proliferasi pada sel tumor payudara tikus Wistar yang tidak diberi ekstrak benalu teh (Scurrulla atropurpurea) 2 Menghitung skor aktivitas proliferasi pada sel tumor payudara tikus Wistar yang diberi ekstrak benalu teh (Scurrulla atropurpurea) dosis 1,5g/kgBB/hari selama 3 minggu yang diberikan pada saat inokulasi. 3 Menghitung skor aktivitas proliferasi pada sel tumor payudara tikus Wistar yang diberi ekstrak benalu teh (Scurrulla atropurpurea) dosis 1,5g/kgBB/hari dan 3g/kgBB/hari selama 3 minggu yang diberikan sesudah inokulasi. 6 Universitas Sumatera Utara 4 Mengevaluasi perbedaan efek ekstrak benalu teh (Scurrulla atropurpurea) terhadap aktivitas proliferasi sel tumor payudara tikus Wistar pada saat dan sesudah inokulasi. 1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberikan informasi tentang potensi Scurrulla atropurpurea dalam karsinogenesis kanker payudara. 2. Sebagai dasar pengembangan alternatif penanganan kanker payudara. 3. Memperkuat penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. 4. Memberikan informasi bagi penelitian selanjutnya. 7 Universitas Sumatera Utara