BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pasar Modal 2.1.1.1Pengertian pasar modal Pasar modal adalah pertemuan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi (Tandelilin, 2006:26). Dalam kegiatannya, pemerintah telah memberikan berbagai fasilitas kepada perusahaan yang menawarkan saham/obligasi kepada masyarakat, dengan memberikan kemudahan-kemudahan dan juga memberikan peraturan-peraturan agar kepentingan masyarakat terjamin, sehingga setiap perusahaan yang akan go public diteliti kelayakannya. Pasar modal di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 1912, tetapi karena suasana politik dan ekonomi, kegiatannya terhenti dan baru bisa dikatakan aktif lagi tahun 1976. Sewaktu pasar modal diaktifkan kembali, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai. Pertama, untuk memobilisir dana diluar sistem perbankan. Kedua, untuk memperluas distribusi kepemilikan saham-saham, terutama ke pemodal-pemodal kecil. Dan ketiga, untuk memperluas dan memperdalam sektor keuangan. Universitas Sumatera Utara Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga profsi yang berkaitan dengan efek (iskandar, 2001:5) Ada tiga defnisi pasar modal menurut Tandelilin (2001): a) Defenisi yang luas Pasar modal adalah kebutuhn sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk bank-bank komersial dan semua perantar di bidang keuangan, serta surat-surat kertas berharga/klaim, jangka panjang dan jangka pendek, primer dan yang tidak berlangsung. b) Defenisi dalam arti menengah Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-lmbaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham, obligasi-obligasi, pinjaman berjangka hipotek dan tabungan serta deposito berjangka. c) Defenisi dalam arti sempit Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan sahamsaham dan obligasi-obligasi serta memakai jasa dari makelar, komisioner dan para underwriter. Secara umum pengertian pasar modal adalah pasar abstrak, sekaligus pasar konkret dengan barang yang diperjualbelikan adalah sana yang bersifat abstak, dan bentuk konkretnya adalah lembar surat-surat berharga di bursa efek. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pengertian bursa efek menurut J. Bogen: “Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi dengan mekanisme resmi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek secara langsung atau melalui wakil-wakilnya”. 2.1.1.2Bentuk-bentuk pasar modal Pasar modal di Indonesia tediri dari berbagai macam: a. Pasar perdana (pasar primer) Pasar tempat pertama emiten melakukan penawaran umum sahamnya/surat kepada masyarakat, biasanya dikenal dengaan istilah Initial Public Offering (IPO). Dalam IPO, emiten akan memperkenalkan perusahaanya dan menawarkan sahamnya untuk pertama kali kepada masyarakat dengan informasi yang benar, dan informasi ini dapat dilihat dalam protektus yang diterbitkan oleh emiten. b. Pasar sekunder Pasar sekunder adalah pasar yang memerdagangkan saham/surat berharga setelah pasar primer/IPO. Jadi, setelah perusahaan/emiten menjual sahamnya untuk pertama kali (IPO), maka untuk selanjutnya saham tersebut akan diperdagangkan di pasar sekunder. Di pasar sekunder inilah terjadinya mekanisme pasar, yaitu tergantung dari besarnya permintaan dan penawaran akan saham tersebut. c. Pasar tertier (Over The Counter Market) Pasar tertier adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas di luar bursa dan memperdagangkan efek yang diperjualbelikan di pasar sekunder tetapi jumlah pembeliannya kurang dari satu lot. Di Indonesia bursa ini disebut bursa parallel. Universitas Sumatera Utara d. Pasar Kuarter Pasar kuarter merupakan perdagangan efek sesama pedangan efek atau antar investor dan pada umumnya jumlah yang besar (block sale). 2.1.1.3 Fungsi pasar modal Menurut Husnan (1998), pasar modal memiliki dua fungsi, yaitu: (1) pasar modal dalam melaksanakan fungsi ekonominya adalah pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower. Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, lenders mengharapkan akan memperoleh imbalan dari penyerahan dana tersebut. Dari sisi boroowers tersediaanya dana dari pihak luar emungkinkan mereka melakukan investasi tanpa harus menunggu tersedianya dana dari hasil operasi perusahaan. Dalam proses ini akan terjadi peningkatan kemakmuran. Fungsi ini sebenarnya juga dilakukan oleh indermeditasi keuangan yang lainnya, seperti lembaga perbankan. (2) pasar modal dalam melakukan funsi kuangannya adalah dengan menyediakan dana yang diperlukan oleh para borrowers dan para lenders menyediakan dana tanpa harus terlibat langsung dlam kepemilikan aktiva riil yang diperlukan uuntuk investasi tersebut. Meskipun harus diakui perbedaan fungsi ekonomi dan keuangan ini sering tidak jelas. Universitas Sumatera Utara 2.1.1.4 Instrumen pasar modal Menurut Hadi (2013) instrumen yang diperjualbelikan di pasar modal adalah: 1. Saham merupakan bukti atau tanda kepemilikan bagian modal pada perusahaan. 2. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang mengenai janji pembayaran bunga dan janji pelunasan pokok pinjaman pada saat jatuh tempo. 3. Right merupakan hak yang di berikan kepada pemengang saham lama untuk membeli tambahan saham baru yang diterbitkan oleh suatu peusahaan. 4. Waran adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu perushaan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham perusahaan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan. 5. Opsi, yaitu surat pernyataan yang dikeluarkan oleh seseorang/lembaga (tetapi bukan emiten) untuk memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham (call option) dan menjual saham (put option) pada harga yang telah ditentukan sebelumnya. 6. Reksadana, merupakan sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan reksadana untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang. 2.1.2 Saham Saham ( stock atau share) dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemolikan seseorang atau badan dalam suatu peusahaan atau perseroan terbatas Universitas Sumatera Utara (Darmadji dan Fakhruddin, 2006). Saham berwujud dalam selembar kertas yang menerangkan bahwa pemolik kertas adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut. Karakteristik yuridis kepemilikan saham suatu perusahaan, antar lain: a. Resiko terbatas (limited risk), artinya pemegang saham hanya bertanggung jawab sampai jumlah yang disetor ke dalam perusahaan. b. Pengendalian utama (ultimate contol), artinya kepemegangan saham (secara kolektif) akan menentukan arah dan tujuan perusahaan. c. Klaim sisa (residual claim), pemegang saham merupakan pihak terakhir yang mendapat pembagian hasil usaha perusahaan (dalam bentuk deviden) dan sisa asset dalam proses likuiditas perusahaan. 2.1.2.1 Jenis-jenis Saham 1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim: 1. Saham Biasa (common stock), yaitu saham yang menempatkan pemilik nya dalam posisi paling junior dalam pembagian dividend dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuiditas. 2. Saham preferen (preferen stock), yaitu saham yang memiliki karakteristik gabungan antar obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. 2. Dilihat dari cara peralihannya, Universitas Sumatera Utara 1. Saham atas untuk (bearer stock), yaitu pada saham tersebut tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtagankan dari satu investor ke investor lain. 2. Saham atas nama (registered stock), yaitu saham dengan nama pemilik yang ditulis secara jelas dan cara peralihannya harus melalui prosedur tertentu. 3. Ditinjau dari kinerja perdagangan, 1. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai pemimpin (leader) di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil, dan konsistensi dalam membayar deviden. 2. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar deviden lebih tinggi dari rata-rata deviden yang membayarkan pada tahun sebelumnya. 3. Saham pertumbuhan (growth stock—well-known), yaitu saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan pendapatan yang tinggi, sebagai pemimpin di industri sejenis yang memiliki reputasi tinggi. 4. Saham spekulatif (speculative stock), yaitu saham suatu perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi memiliki kemungkinan penghasilan yang tinggi dimasa mendatang, meskipun belum pasti. 5. Saham siklikal (cynlical stock), yaitu saham yang tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi bisnis secara umum. Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Holding Period Holding period adalah periode waktu perkiraan atau riil dimana sebuah investasi diatribusikan kepada sebuah investor tertentu. Lamanya kepemilikan saham oleh investor dikenal dengan dengan stock holding period. Secara umum keputusan membeli atau menjual saham ditentukan oleh perbandingan antara perkiraan nilai intrinsik dengan harga pasarnya (Halim, 2005). Menurut Jones (1996), holding period adalah rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan selama jangka waktu atau periode tertentu. Sedangkan menurut Atkins and Dyl (1997), holding period merupakan lamanya waktu investor menahan atau memiliki saham yang dibelinya. Berdasarkan orientasi lamanya kepemilikan saham (holding period) seorang investor dapat membedakan menginvestasikan modalnya. Biasanya investor jangka panjang mengharapkan untung dari pembagian deviden dan peningkatan nilai saham suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu sehingga investor tersebut akan menahan saham yang dimilikinya dalam jangku waktu lama. Sedangkan investor yang memilih jangka waktu pendek hanya mengharapkan keuntungan dari capital gain. Sehingga investor dapat menetukan dengan tepat lamanya waktu dalam menginvestasikan saham agar memperoleh keuntungan yang maksimal dengan tingkat resiko tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan holding period saham antara lain transaction cost, dividend payout ratio, market value dan volatilitas harga. Universitas Sumatera Utara 2.1.4 Bid-ask Spread Di pasar tradisional, sebelum terjadi suatu transaksi atau terbentuknya harga, terjadi proses tawar-menawar oleh pembeli dan penjual. Demikian juga pada pasar saham prinsip yang sama terjadi dalam transaksi surat berharga, namun tentunya dengan beberapa aturan sesuai karakteristik pasar suratber harga tersebut. Dalam transaksi saham, istilah bid menunjukkan harga yang diajukan oleh pihak yang akan melakukan pembelian saham tersebut, dan sebalinya ask menunjukkan harga yang ditawarkan oleh pihak yang akan menjual saham. Sehingga Bid-Ask Spread didefinisikan sebagai selisih antara harga beli tertinggi dari suatu saham dengan harga jual terendahnya (Syahrul, 2000 : 139). BidAsk Spread adalah fungsi dari transaction cost atau biaya transaksi, yaitu biaya untuk membeli atau menjual suatu surat berharga yang terdiri dari komisi, ongkos, biaya pelaksanaan dan biaya peluang (Fabozzi, 1999 : 256). Biaya transaksi tersebut merupakan komponen dari biaya investasi. Menurut Abdul Halim (2000), bid ask spread merupakan selisih harga tertinggi yang trader tersedia membeli suatu saham dengan harga jual terendah yang trader tersedia menjual saham tersebut. 2.1.5 Market Value Market Value adalah harga yang terbentuk di pasar jual beli saham (Jogiyanto, 1998:69 dalam Agus Setyanto) terlalu dikitnya informasi yang mengalir ke bursa saham cenderung mengakibatkan harga saham ditentukan tekanan psikologis penjual Universitas Sumatera Utara atau pembeli (tindakan irrasional). Pada saat perusahaan mengalami peningkatan maka keyakinan investor juga akan meningkat sehingga biasanya sahamnya meningkat. Menurut Horowitz (2000) dalam Ratnasari dan Astuti (2014) market value adalah nilai pasar ekuitas pemegang saham yang merupakan pencerminan realitas keadaan ekuitas pemegang saham yang sebenarnya. 2.1.6 Variance Return Variance Return saham adalah pengukuran besarnya resiko total yang dikaitkan dengan expected return dari suatu investasi saham badan usaha selama periode waktu tertentu. Besarnya variance ditentukan oleh pergerakan harga saham di pasar. Pergerakan harga yang fluktuatif akan menghasilkan variasi yang besar juga. Variance yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang besar juga dari adanya perubahan harga, dan juga sebaliknya (Tjiptono dan Hendy, 2001) dalam (Arifin dan Tanzil, 2008) 2.1.7 Dividend Payout ratio Dividend payout ratio merupakan rasio pembanding dari deviden yang telah dibayarkan terhadap laba per lembar saham (Darmadji dan Fakhruddin, 2012). Pembayaran dividen mencerminkan kondisi keuangan perusahaan dan memiliki dampak terhadap persepsi pasar. Sehingga setiap pemegang memiliki kesempatan untuk memperoleh deviden atas keuntungan perusahaan. Pemberian dividen yang memadai akan mejadi salah satu pertimbangan investor dalam membeli dan menahan saham yang dimilikinya (Basir dan Fakhruddin, 2005). Universitas Sumatera Utara 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu tentang pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, Variance Return, dan Dividend Payout Ratio terhadap Holding Period saham menunjukkan hasil yang berbeda-beda dan menarik. 1. Penelitian yang dilakukan Atkins dan Dyl (1997) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investasi saham biasa oleh investor khususnya terhadap lamanya kepemilikan suatu saham (holding period). Landasan teori penelitian tersebut telah disimpulkan oleh Amihud dan Mendelson (1986) yang menyatakan bahwa asset dengan transaction cost yang lebih tinggi akan ditahan atau dimiliki lebih lama oleh investornya, dan sebaliknya. Hasil dari studi Atkins dan Dyl yang dilakukan pada New York Stock Exchange pada periode 1975 hingga 1989 dan Nasdaq pada periode 1983 hingga 1991 menemukan bahwa seperti yang diprediksikan sejak awal penelitian, bahwa panjangnya holding period investor berhubungan dengan bid-ask spread. Selain itu pula hubungan antara kedua variable tersebut lebih kuat di Nasdaq yang spreadnya lebih besar dibandingkan di NYSE yang spreadnya lebih kecil. 2. Penelitian dilakukan oleh Miapuspita et al. (2003) pada Bursa Efek Jakarta periode 2001 hingga 2002. Studi tersebut untuk mengetahui pengaruh bid-ask spread, market value, dan Risk of Return terhadap holding period dan untuk mengetahui variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap holding period, menunjukkan bahwa variabel bid-ask spread dan variabel market value berpengaruh signifikan terhadap holding period, akan tetapi variabel bid-ask Universitas Sumatera Utara spread bernilai negatif yang berarti bahwa apabila bid-ask spread mengalami kenaikan, maka nilai holding period akan mengalami penurunan. 3. Penelitian yang dilakukan oleh wisayang (2009) yang berjudul Analisis pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Varian Return saham terhadap Holding Period pada saham LQ-45 bahwa variable bid-ask spread berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period,market value berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap holding period, dan variance return berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period. Ketiga hasil ini telah teruji secara signifikan dan yang paling berpengaruh adalah bid-ask spread dan variance Returm. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyah dan Yayuk (2011) yang berjudul “Variabel-variabel Penentu Holding Periods Saham Syariah di Indonesia”. Dengan hasil yang menunjukkan bid-ask spread dengan nilai signifikansi 0.045 sehingga berpengaruh positif terhadap holding period , dividend payout ratio berpengaruh negatif dengan nilai 0.048, sedangkan market value dan variance return yang masing-masing bernilai 0.71 dan 0.82 tidak berpengaruh terhadap holding period. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Ermawati dan Margasari (2013) berjudul, Pengaruh Bid-Ask Spread, Dividend Payout Ratio, dan Market Value terhadap Holding Period Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftardi BEI tahun 2011menunjukkan bahwa bid-ask spread berpengaruh negatif signifikan terhadap holding period, dividend payout ratio dan market value masing-masing berpengaruh positif signifikan terhadap holding period, serta bid-ask spread, Universitas Sumatera Utara dividend payout ratio, dan market value secara simultan berpengaruh terhadap holding period. 6. Penelitian yang dilakukan oleh Perangin-angin dan Fauzie (2013) berjudul Analisis Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return saham terhadap Holding Period pada Sektor Pertambangan, dengan hasil penelitian menunjukkan variabel bid-ask spread dan market value tidak berpengaruh terhadap variabel holding period saham, sedangkan variabel variance of return secara parsial berpengaruh negatif terhadap variabel holding period saham 7. Penelitian yang dilakukan oleh Ratnasari, dan Astuti (2014) berjudul Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return terhadap Holding Period, menunjukkan bahwa secara parsial bid-ask spread berpengaruh negatif terhadap holding period, market value berpengaruh positif terhadap holding period saham, dan variance of return tidak berpengaruh terhadap holding period saham. Universitas Sumatera Utara Table 2.1 Penelitian-penelitian terdahulu No Nama peneliti 1 Ratnasari, dan Astuti (2014) Judul penelitian Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return terhadap Holding Period Variabel peneliti Independen: Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return Dependen: Holding Period 2 Peranginangin dan Fauzie (2013) Analisis Pengaruh BidAsk Spread, Market Value, dan Variance Return saham terhadap Holding Period pada Sektor Pertambangan Independen: Pengaruh Bid-Ask Spread, Market Value, dan Variance Return Dependen: Holding Period 3 Ermawati dan Margasari (2013) Pengaruh Bid-Ask Spread, Dividend Payout Ratio, dan Market Value terhadap Holding Period Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 Variabel-variabel Penentu Holding Periods Saham Syariah di Indonesia Independen: Bid-Ask Spread, Dividend Payout Ratio, dan Market Value 4 Fitriyah dan Yayuk (2011) Hasil penelitian bid-ask spread berpengaruh negatif terhadap holding period, market value berpengaruh positif terhadap holding period saham, variance of return tidak berpengaruh terhadap holding period saham bid-ask spread dan market value tidak berpengaruh terhadap holding period variabel variance of return berpengaruh negatif terhadap variabel holding period bid-ask spread, dividend payout ratio, dan market value secara simultan berpengaruh terhadap holding period Dependen: Holding Period Independen: bid ask spread, dividend payout ratio, market value dan variance return Dependen Holding period bid-ask spread berpengaruh positif terhadap holding period , dividend payout ratio berpengaruh sedangkan market value dan variance return yang masing-masing tidak berpengaruh terhadap holding period. Universitas Sumatera Utara Lanjutan table 2.1 No 5 Nama peneliti wisayang (2009) 6 Miapuspita et al. (2003) 7 Atkins dan Dyl (1997) Judul penelitian Variabel peneliti Hasil penelitian Analisis pengaruh BidAsk Spread, Market Value, dan Varian Return saham terhadap Holding Period pada saham LQ45 Independen: BidAsk Spread, Market Value, dan Varian Return Analisis Pengaruh BidAsk Spread, Market Value, dan Resiko Saham saham terhadap Holding Period pada saham teraktif yang tercatat di Bursa Efek Jakarta Periode 20012002 Transaction costs and Holding Period for common stocks. Independen: Bid-Ask Spread, Market Value, Resiko Saham Dependen: holding period bid-ask spread dan variance return berpengaruh positif dan signifikan terhadap holding period, market value berpengaruh positif dan tidak signifikan bid-ask spread dan market value berpengaruh signifikan terhadap holding period, bid-ask spread bernilai negatif. Dependen: Holding Period Independen: bidask spread Dependen: Holding period panjangnya holding period investor berhubungan dengan bidask spread Sumber : Penelitian Terdahulu 2.3 Kerangka Konseptual Bid Bid-Ask Spread merupakan faktor yang dipertimbangkan investor untuk mengambil keputusan apakah menahan atau menjual saham tersebut. Hal yang harus di perhatikan investor untuk memutuskan membeli atau menjual pada harga tertentu yaitu mengetahui seberapa besar perbedaan (spread) antara harga permintaan beli (bid) dan harga tawaran jual (ask). Bid-Ask Spread yang merupakan fungsi dari transaction cost diprediksi bahwa asset yang memiliki spread yang lebih besar Universitas Sumatera Utara menghasilkan expected return yang lebih tinggi pula, akibatnya investor menyimpan saham atau holding period yang panjang (Stoll,1983). Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Atkins dan Dyl (1997) dan penelitian yang dilakukan Subali dan Zuhroh (2002). Hasil yang diperoleh Atkins dan Dyl (1997) dan Subali dan Zuhroh (2002) bahwa variabel bid-ask spread mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period. Market value digunakan untuk mengukur nilai dari perusahaan yang menyebabkan investor mau menanamkan dananya pada suatu surat berharga. Hal ini dipergunakan untuk melihat kecenderungan investor terhadap ukuran suatu perusahaan tertentu. Disamping itu perusahaan besar diasumsikan lebih dipertimbangkan oleh investor untuk berinvestasi daripada perusahaan kecil (Atkins dan Dyl, 1997). Sehingga hasil yang mereka peroleh yaitu variabel Market value mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap holding period. Variance yang besar akan membuat investor memiliki peluang yang besar untuk mendapatkan keuntungan yang besar dari adanya perubahan harga, dan juga sebaliknya. Seorang investor yang pencari risiko (risk seeker) akan cenderung menginvestasikan dananya pada saham yang mempunyai variance yang besar. Hal ini berkaitan dengan konsep high risk high return, karena investor meyakini sahamsaham yang memiliki risiko tinggi juga memiliki expected return yang tinggi. Investor yang menghindari risiko (risk averter), apabila telah memperoleh keuntungan dari adanya perubahan harga maka ia akan menjual saham tersebut. Secara teoritis, perkembangan variance return saham yang tinggi akan menyebabkan Universitas Sumatera Utara holding period saham menjadi lebih pendek (Arma, 2013). Investor akan menahan saham yang memiliki tingkat fluktuasi harga yang stabil, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa variabel variance return berpengaruh negatif terhadap holding period saham. Semakin besar dividend payout ratio maka akan menguntungkan investor, sebaliknya jika dividend payout ratio rendah maka akan merugikan investor, karena investor lebih menyukai pembagian dividen (Brigham dan Houston, 2006). Hal tersebut akan memberikan dampak pada pengambilan keputusan dalam menentukan holding period saham oleh investor, sehingga dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap holding period saham. Jadi kenaikan nilai dividend payout ratio maka akan berdampak pada peningkatan holding period saham biasa. Maka dividend payout ratio berpengaruh positif terhadap holding period. Kerangka konseptual dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu yang digambarkan sebagai berikut: Bid-ask spread Market value Holding period Variance return Devidend Payout ratio Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Universitas Sumatera Utara 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dalam penelitian adalah BidAsk, Market Value, Dividend Payout Ratio berpengaruh positif terhadap Holding Period Saham dan Variance of Return berpengaruh negatif terhadap Holding Period Saham. Universitas Sumatera Utara