Document 3404267

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek
Gambaran umum subjek penelitian yang terdapat pada tabel-tabel dibawah ini
ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi yang di ambil berdasarkan jenis
kelamin, lamanya bekerja, usia, pendidikan terakhir. Data-data diperoleh melalui
kuisioner yang disebar secara online (google.doc) sebanyak 79 responden, dan
disebar langsung yang dibantu oleh Lembaga SBMI di Hongkong sebanyak 32
responden, sehingga di dapatkan total responden yang di olah sebanyak 111
responden.
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambaran umum responden yang di dapatkan berdasarkan jenis kelamin
responden perempuan 100 %.
4.1.2 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Lama Bekerja
Gambaran umum responden yang didapatkan berdasarkan lamanya bekerja
pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang bekerja dengan rentang waktu
selama 6 – 36 bulan sebesar 45.05 %, rentang waktu bekerja selama 37 – 67 bulan
sebesar 27.03 %, rentang waktu bekerja selama 68-98 bulan sebesar 14.41 %, rentang
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
waktu bekerja 99-129 bulan sebesar 7.21 % , rentang waktu 130-160 bulan sebesar
3.60 %, dan rentang waktu 161 -191 bulan sebesar 2.70 %.
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Lama Bekerja
Lama Bekerja
6 Bulan – 36 Bulan
Frekuensi
Persentase
50
45.05 %
37 Bulan – 67 Bulan
30
27.03 %
68 Bulan - 98 Bulan
16
14.41 %
99 Bulan – 129 Bulan
8
7.21 %
130 Bulan – 160 Bulan
4
3.60 %
161 Bulan – 191 Bulan
3
2.70 %
111
100 %
(3 Tahun)
Total
4.1.3 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Usia
Gambaran umum responden yang didapatkan berdasarkan usia responden pada
tabel 4.3 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan usia, dengan usia
20- 25 tahun sebesar 24.32 %, usia 26- 31 tahun sebesar 41.44 %, usia 32-37 tahun
sebesar 25.23 %, dan usia 38-43 tahun sebesar 9.01 %.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frekuensi
Persentase
20 – 25 Tahun
27
24.32 %
26 – 31 Tahun
46
41.44 %
32 – 37 Tahun
28
25.23 %
38 – 43 Tahun
10
9.01 %
Total
111
100 %
4.1.4 Gambaran Umum Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Gambaran umum responden yang didapatkan berdasarkan pendidikan terakhir
responden pada tabel 4.4 menunjukkan distribusi frekuensi responden berdasarkan
pendidikan terakhir dengan pendidikan terakhir SD sebesar 7.21 %, pendidikan
terakhir SMP/Sederajat sebesar 40.54 %, pendidikan terakhir SMA/Sederajat sebesar
45.95 %, pendidikan terakhir D3 sebesar 2.70 %, dan pendidikan terakhir S1 sebesar
3.60 %.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir
Frekuensi
Persentase
SD
8
7.21 %
SMP/ Sederajat
45
40.54 %
SMA/ Sederajat
51
45.95 %
D3
3
2.70 %
S1
4
3.60 %
Total
111
100 %
4.2 Uji Validitas
Adapun dalam penelitian ini terdapat 3 alat ukur penelitian, dimana 2 alat ukur
adaptasi dan 1 alat ukur modifikasi, sehingga dapat dikatakan aitem-aitem dari alat
ukur penelitian ini valid, karena dari masing-masing alat ukur sudah memiliki nilai
Alpha Crombach yang baik dan reliable berkisar > 0,70. Crombach (dalam Azwar,
2012) bahwa koefisien validitas yang besarnya berkisar antara 0,30 sampai dengan
0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisien suatu lembaga
pembelajaran.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
4.3 Uji Reabilitas
Uji Reabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa konsisten suatu instrument
sebuah alat ukur. Reabilitas ditafsirkan Azwar (2012) sebagai seberapa tingginya
korelasi antara skor tampak pada dua tes yang pararel. Sehingga reabilitas merupakan
keajegan atau konsistensi hasil ukur, yang mengandung kecermatan pengukuran.
Sedangkan menurut Triton (dalam Sujianto, 2009) jika skala itu dikelompokkan ke
dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran kemantapan alpha dapat di
interpretasikan sebagai berikut :
a. Nilai Alpha Crombach 0.00 – 0.20 , berarti kurang reliabel
b. Nilai Alpha Crombach 0.21 – 0.40 , berarti agak reliabel
c. Nilai Alpha Crombach 0.41 – 0.60 , berarti cukup reliabel
d. Nilai Alpha Crombach 0.61 – 0.80 , berarti reliabel
e. Nilai Alpha Crombach 0.81 – 1.00 , berarti sangat reliable
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Tabel 4.4
Nilai Reabilitas Alat Ukur Penelitian
Alat Ukur
Reabilitas alat ukur
Reabilitas
(sebelum To)
TO
Culture Shock
0,75
0.698
Adversity Quotient
0,898
0.763
0.84 - 0.91
0.938
Kepuasan Kerja
untuk Faktor Intrinsik
0 .77 - 0.82
untuk faktor ekstrinsik
Dan 0.87 - 0.92
untuk faktor general
Berdasarkan tabel di atas, didapatkan bahwa ketiga alat ukur tersebut memiliki
nilai reabilitas,yaitu 2 alat ukur
(Alat ukur Culture Shock dan Adversity Quotient)
karena kedua alat ukur tersebut memiliki nilai Alpha Crombach 0.61 – 0.80 yang
berarti Reliabel, dan 1 alat ukur (Alat ukur Kepuasan Kerja) memiliki nilai Alpha
Crombach 0.81- 1.00 yang berarti Sangat Reliabel.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
1.4 Hasil Analisis Deskriptif
Tabel 4.5
Analisis Deskriptif Seluruh Variabel
Data
Jumlah
Data
Empirik
Skala
Hipotetik
M
SD
Subjek skor skor
M
skor
skor
min
max
SD
min
max
111
3
20
9.77
3.352
0
24
111
76
120
96.01
8.566
0
128
64 21.333
111
40
100
74.27 10.949
0
100
50 16.666
Culture
shock
12
4
adversity
quotient
kepuasan
kerja
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang diatas, maka peneliti membuat
kategorisasi kedalam tiga kategori yaitu :
Tabel 4.6
Rumus Kategorisasi
Kategori
Interval
Tinggi
X > M + 1 SD
Sedang
M – 1 SD = X = M + 1
SD
Rendah
< M - 1 SD
4.4.1 Analisis Deskriptif Skala Culture Shock
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Skala Culture Shock dengan 12 aitem
pernyataan dengan 3 (tiga) pilihan jawaban didapatkan data hipotetik dengan skor
minimum 3 dan skor maksimum 20. Dengan Mean 9.77 dan Standar deviasi 3.352.
sedangkan untuk data empiris dengan skor minimum 0 dan skor maksimum 24.
Dengan Mean 12 dan Standar deviasi 4.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Tabel 4.7
Skor Kategorisasi Culture Shock
Kategori
Rentang
Frekuensi
%
Rendah
<6
13
11.72 %
Sedang
6-14
92
82.88 %
Tinggi
>14
6
5.4 %
TOTAL
111
100 %
Berdasarkan hasil kategorisasi Culture shock maka diperoleh kategori rendah
dengan frekuensi sebanyak 13 orang (11.72%), kategori sedang dengan frekuensi
sebanyak 92 orang (82.88%), dan kategori tinggi dengan frekuensi 6 orang (5.4 %).
1.4.2
Analisis Deskriptif Skala Adversity Quotient
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Skala Adversity Quotient dengan 34
aitem pernyataan dengan 4 (empat) pilihan jawaban didapatkan data hipotetik dengan
skor minimum 76 dan skor maksimum 120. Dengan Mean 96.01 dan Standar deviasi
8.566. sedangkan untuk data empiris dengan skor minimum 0 dan skor maksimum
120. Dengan Mean 64 dan Standar deviasi 21.333.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Tabel 4.8
Skor Kategorisasi Adversity Quotient
Kategori
Rentang
Frekuensi
%
Rendah
<87
14
12.61 %
Sedang
87-105
85
76.58 %
Tinggi
>105
12
10.81 %
TOTAL
111
100
Berdasarkan hasil kategorisasi adversity quotient maka diperoleh kategori
rendah dengan frekuensi sebanyak 14 orang (12.61 %), kategori sedang dengan
frekuensi sebanyak 85 orang (76.58 %), dan kategori tinggi dengan frekuensi 12
orang (10.81%).
1.4.3
Analisis Deskriptif Skala Kepuasan Kerja
Berdasarkan hasil analisis deskriptif pada Skala Kepuasan Kerja dengan 20
aitem pernyataan dengan 5 (lima) pilihan jawaban didapatkan data hipotetik dengan
skor minimum 40 dan skor maksimum 100. Dengan Mean 74.27 dan Standar deviasi
10.949. sedangkan untuk data empiris dengan skor minimum 0 dan skor maksimum
100. Dengan Mean 50 dan Standar deviasi 16.666.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Tabel 4.9
Skor Kategorisasi Kepuasan Kerja
Kategori
Rentang
Frekuensi
%
Rendah
<63
13
11.71 %
Sedang
63-85
79
71.17 %
Tinggi
>85
19
17.12 %
TOTAL
111
100
Berdasarkan hasil kategorisasi kepuasan kerja maka diperoleh kategori rendah
dengan frekuensi sebanyak 13 orang (11.71 %), kategori sedang dengan frekuensi
sebanyak 79 orang (71.17 %), dan kategori tinggi dengan frekuensi 19 orang
(17.12%).
1.5
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengadakan pengujian terhadap normal
tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Uji normalitas terhada data yang
diperoleh, dilakukan sebelum analisis data untuk membuktikan apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
menggunakan teknik One-sample Kolmogorov-Smirnov Z.
Untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran adalah jika p > 0,05 maka
sebarannya dinyatakan normal dan jika p < 0,05 maka sebarannya dinyatakan normal.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Berdasarkan output diatas didapatkan nilai Sig. sebesar 0.855. dimana p > 0.05.
sehingga dapat disimpulkan data yang di uji berdistribusi normal.
1.6
Pengujian Hipotesis
Analisis regresi ganda antara culture shock dan adversity quotient terhadap
kepuasan kerja TKI di Hongkong, dilakukan dengan menggunakan uji regresi ganda
pada program SPSS versi 17.00. Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel Anova,
diketahui bahwa nilai Sig. 0.000 (p<0.05) sehingga dapat diketahui bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan. Dengan F hitung 8.837 dan F tabel 3.08. sehingga F hitung
> Ftabel, maka terdapat pengaruh yang Signifikan.
Berdasarkan hasil output SPSS pada tabel Coefficient, didapatkan hasil model
estimasi seperti :

Model Estimasi Yi = 33.572 + -0.196 X1 + 0.444 X2
Berarti dapat ditarik kesipulan bahwa angka culture shock dan adversity
quotient mempengaruhi secara positif terhadap angka kepuasan kerja. Pada output
terakhir, konstanta mempunya p-value 0.014 (p< 0.005).
Sedangkan untuk output SPSS mengenai Nilai R Square di dapatkan hasil
sebesar 0,141 atau 14.1 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa besarnya
pengaruh culture shock dan adversity quotient sebesar 14.1 %, sedangkan sisanya
85.9 % dipengaruhi oleh variable lain, diluar variable penelitian ini.
Sehingga berdasarkan hasil output diatas, diketahui bahwa nilai Fhitung >
Ftabel, 8.837 >3.08. dan Signifikan 0.000 < 0.05 ,berdasarkan nilai Fhitung dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
Signifikan tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima, yaitu Terdapat pengaruh
yang signifikan antara culture shock dan adversity quotient terhadap kepuasan kerja
TKI di Hongkong.
 Pengaruh Culture Shock terhadap Kepuasan Kerja TKI di Hongkong
Pengujian dilakukan menggunakan analisis regresi sederhana antara culture
shock dengan kepuasan kerja pada program SPSS versi 17.00. Berdasarkan hasil
output SPSS pada tabel Anova, diketahui bahwa nilai Sig. 0.038 (p<0.05) sehingga
dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan F hitung 4.421 dan
F tabel 3.08. sehingga F hitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh yang Signifikan.
Dengan nilai R Square sebesar 0.039 atau 3,9 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa besarnya pengaruh culture shock terhadap kepuasan kerja sebesar
3,9 %.
 Pengaruh Adversity Quotient terhadap Kepuasan Kerja TKI di Hongkong
Pengujian dilakukan menggunakan analisis regresi sederhana antara adversity
quotient dengan kepuasan kerja pada program SPSS versi 17.00. Berdasarkan hasil
output SPSS pada tabel Anova, diketahui bahwa nilai Sig. 0.000 (p<0.05) sehingga
dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan. Dengan F hitung 17.392
dan F tabel 3.08. sehingga F hitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh yang
Signifikan. Dengan nilai R Square sebesar 0.138 atau 13,8 %. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa besarnya pengaruh adversity qoutient terhadap kepuasan kerja
sebesar 13,8 %.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
1.7
Pembahasan Penelitian
Berikut ini akan diuraikan lebih lanjut hasil pengolahan data mulai dari culture
shock berdasarkan tabel 4.8 didapatkan bahwa TKI yang bekerja di Hongkong dalam
penelitian ini mengalami tingkatan culture shock dengan kategori sedang dengan
frekuensi sebanyak 92 orang (82.88%), kategori rendah dengan frekuensi sebanyak
13 orang (11.72%), dan kategori tinggi dengan frekuensi 6 orang (5.4 %).
Oberg (dalam Yuniardi dan Dayakisni, 2004) Culture shock menggambarkan
respon yang mendalam dan negative dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang
dialami oleh orang-orang yang hidup dalam suatu lingkungan budaya baru. Dalam
penelitian ini, didapati bahwa tidak semua TKI di Hongkong mengalami culture
shock yang tinggi atas terjadinya perpindahan budaya, karena hanya sebesar 5.4%
yang mengalami culture shock dengan kategori tinggi.
Taft (1977) (dalam Mumford, 1998) menjelaskan aspek-aspek culture shock
seperti :
a). Ketegangan atau tekanan sebagai akibat dari tenaga yang dibutuhkan untuk
beradaptasi secara psikologis.
b). Perasaan kehilangan dalam hal teman,status, profesi dan posesi,
c). Ditolak oleh anggota kebudayaan baru,
d). Kebingungan dalam peran, ekspektasi peran, nilai, perasaan dan identitas diri,
e). Kekagetan, kecemasan dan bahkan perasaan jijik dan marah setelah sadar
akan perbedaan budaya,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
f). Perasaan ketidakmampuan karena tidak bisa mengatasi atau beradaptasi
dengan lingkungan baru.
Berdasarkan aspek culture shock yang dijabarkan oleh Taft, diketahui bahwa
sebesar 5.4 % TKI di Hongkong mengalami culture shock yang tinggi dengan
tingginya ketegangan atau tekanan sebagai akibat dari tenaga yang dibutuhkan untuk
berdaptasi secara psikologis, tingginya perasaan kehilangan dalam hal teman, status,
profesi dan posesi, tingginya perasaan ditolak oleh anggota kebudayaan baru,
tingginya kebingungan dalam peran, ekspektasi peran, nilai, perasaan dan identitas
diri, tingginya kekagetan, kecemasan dan bahkan perasaan jijik dan marah setelah
sadar dengan adanya perbedaan budaya antara Indonesia dengan Hongkong, serta
tingginya perasaan ketidakmampuan karena tidak bisa mengatasi atau berdaptasi
dengan lingkungan baru.
Menurut Paul G Stoltz, Adversity Quotient sebagai kecerdasan menghadapi
rintangan atau kesulitan. Berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa TKI yang bekerja
di Hongkong dalam penelitian ini memiliki adversity quotient dengan kategori sedang
dengan frekuensi sebanyak 85 orang (76.58 %) yang paling dominan, dibanding
kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 14 orang (12.61 %), dan kategori tinggi
dengan frekuensi sebanyak 12 orang (10.81%).
Stoltz mengklasifikasikan adversity quotient kedalam tiga bagian, dimana :
1. Quitters bekerja sekedar cukup untuk hidup, Mereka memperlihatkan sedikit
ambisi,semangat yang minim dan mutu dibawah standar. Mereka mengambil
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
resiko sesedikit mungkin dan biasanya tidak kreatif, kecuali saat mereka
harus menghindari tantangan-tantangan besar.
2. Campers masih menujukkan sejumlah inisiatif, sedikit semangat dan
beberapa usaha. Mereka akan bekerja keras dalam hal apapun yang bisa
membuat mereka merasa lebih aman dibandingkan dengan yang telah mereka
miliki. Mereka mengerjakan apa yang perlu dikerjakan.
3. Climbers menyambut baik tantangan-tantangan dan mereka hidup dengan
pemahaman bahwa ada hal-hal yang mendesak dan harus segera dibereskan.
Mereka bisa memotivasi diri sendiri, memiliki semangat tinggi dan berjuang
untuk mendapatkan yang terbaik dalam hidup. Climber merupakan katalisator
tindakan; mereka cenderung membuat segala sesuatunya terwujud.
Mengacu pada klasifikasi Stoltz, didapati bahwa sebagian besar TKI di
Hongkong memiliki adversity quotient dalam kategori Campers sebanyak 85 orang
(76.58 %) dimana TKI menujukkan sejumlah inisiatif, sedikit semangat dan beberapa
usaha. Mereka akan bekerja keras dalam hal apapun yang bisa membuat mereka
merasa lebih aman dibandingkan dengan yang telah mereka miliki. Mereka
mengerjakan apa yang perlu dikerjakan. Kategori Quitters sebanyak 14 orang (12.61
%) dimana TKI memperlihatkan sedikit ambisi, semangat yang minim dan mutu
dibawah standar. Mereka mengambil resiko sesedikit mungkin dan biasanya tidak
kreatif, kecuali saat mereka harus menghindari tantangan-tantangan besar dan
Kategori Climbers sebanyak 12 orang (10.81%) dimana TKI menyambut baik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
tantangan-tantangan dan mereka hidup dengan pemahaman bahwa ada hal-hal yang
mendesak dan harus segera dibereskan. Mereka bisa memotivasi diri sendiri,
memiliki semangat tinggi dan berjuang untuk mendapatkan yang terbaik dalam
hidup.
Sedangkan untuk Kepuasan Kerja berdasarkan tabel 4.9 didapatkan bahwa TKI
yang bekerja di Hongkong dalam penelitian ini merasakan kepuasan kerja kategori
sedang dengan frekuensi sebanyak 79 orang (71.17 %) yang paling dominan,
dibanding kategori rendah dengan frekuensi sebanyak 13 orang (11.71 %), dan
kategori tinggi dengan frekuensi 19 orang (17.12%). Hal ini sama seperti penelitian
penelitian sebelumnya dimana Xue Bai mendapati bahwa 85 % pembantu merasa
puas akan pekerjaannya.
Berdasarkan hasil pengolahan data SPSS pengujian regresi berganda pada
variable culture shock dan adversity quotient terhadap kepuasan kerja TKI di
Hongkong, didapatkan nilai Fhitung > Ftabel, 8.837 >3.08. dan Signifikan 0.000 <
0.05 ,berdasarkan nilai Fhitung dan Signifikan tersebut dapat disimpulkan bahwa H1
diterima, yaitu Terdapat pengaruh yang signifikan antara culture shock dan adversity
quotient terhadap kepuasan kerja TKI di Hongkong. Dengan Nilai R Square sebesar
0.141 atau 14.1 % culture shock dan adversity quotient mempengaruhi kepuasan kerja
TKI di Hongkong.
Sedangkan bila variable di ujikan secara terpisah menggunakan SPSS Pengujian
regresi sederhana pada variable culture shock dengan kepuasan kerja TKI di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
Hongkong, didapatkan F hitung 4.421 dan F tabel 3.08 dengan Sig 0.038 (p<0.05).
sehingga F hitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh yang Signifikan. Dengan nilai R
Square sebesar 0.039 atau 3,9 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
besarnya pengaruh culture shock terhadap kepuasan kerja sebesar 3,9 %.
Untuk variabel Adversity Quotient terhadap kepuasan kerja TKI di Hongkong,
didapatkan Dengan F hitung 17.392 dan F tabel 3.08 dengan Sig. 0.000 (p<0.05).
sehingga F hitung > Ftabel, maka terdapat pengaruh yang Signifikan. Dengan nilai R
Square sebesar 0.138 atau 13,8 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
besarnya pengaruh adversity quotient terhadap kepuasan kerja sebesar 13,8 %.
Sehingga berdasarkan hasil Pengujian hipotesis yang dilakukan, maka Hipotesis
yang di ajukan dalam Penelitian ini H0 ditolak, dan H1 diterima yaitu Terdapat
pengaruh yang signifikan antara culture shock dan adversity quotient terhadap
kepuasan kerja TKI di Hongkong.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download