pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kinerja aparat pemerintah daerah
Penilaian kinerja adalah proses organisasi mengevaluasi/menilai kinerja
karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang kinerja mereka (Hani
Handoko, 1996).
Kinerja pada dasarnya adalah segala seuatu yang dilakukan atau tidak
dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa
banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi. Perbaikan kinerja baik
untuk individu maupun kelompok menjadi pusat perhatian dalam upaya
meningkatkan kinerja organisasi.
Kinerja karyawan mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi
kontribusi kepada organisasi. Sedangkan kinerja manajerial merupakan salah satu
faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut
Mahoney dkk, (1963) yang dimaksud dengan kinerja manajerial adalah kinerja
indvidu anggota organisasi dalam kegiatan – kegiatan manajerial, antara lain :
perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi dan
representasi.
Pengukuran kinerja sektor publik adalah suatu sistem yang bertujuan untuk
membantu manajer publik atau pimpinan perangkat daerah dalam menilai
pencapaian suatu strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial. Sistem
Universitas Sumatera Utara
pengukuran kinerja dapat dijadikan sebagai pengendalian organisasi karena
pengukuran kinerja diperkuat dengan menetapkan reward and punishment system.
Anggaran yang telah disusun memiliki peranan sebagai perencanaan dan sebagai
kriteria kinerja, yaitu anggaran digunakan sebagai sistem pengendalian untuk
mengukur kinerja manajerial. Seiring dengan peranan anggaran tersebut, Argyris
(1952) juga menyatakan bahwa kunci dari kinerja yang efektif adalah apabila
tujuan dari anggaran tercapai dan partisipasi dari bawahan memegang peranan
penting dalam mencapai tujuan tersebut.
Michael dan Troy (2000) menjelaskan untuk mengukur kinerja sebuah
pemerintah lokal dalam perbandingannya dengan tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan maka diperlukan akuntabel oleh pemerintah lokal. Namun yang tidak
kalah pentingnya adalah para pembuat kebijakan dan profesional harus
merumuskan visi dan tujuan dari rencana strategis mereka dengan menggunakan
input dari masyarakat/publik. Jika input dari masyarakat ini tidak diakomodasi
maka akan mengundang kritikan, walaupun pemerintahan lokal sudah
melaksanakannya secara efisien sekalipun.
Sadjiarto
Arja
(2000)
menyebutkan
lima
manfaat
adanya
pengukuran/penilaian kinerja suatu entitas pemerintahan yaitu:
a. Peningkatan kinerja meningkatkan mutu pengambilan keputusan.
Seringkali keputusan yang diambil pemerintah dilakukan dalam keterbatasan
data dan berbagai pertimbangan politik serta tekanan dari pihak-pihak yang
berkepentingan.
Proses
pengembangan
pengukuran
kinerja
ini
akan
memungkinkan pemerintah untuk menentukan misi dan menetapkan tujuan
pencapaian hasil tertentu. Di samping itu dapat juga dipilih metode pengukuran
Universitas Sumatera Utara
kinerja untuk melihat kesuksesan program yang ada. Di sisi lain, adanya
pengukuran kinerja membuat pihak legislatif dapat memfokuskan perhatian
pada hasil yang didapat, memberikan evaluasi yang benar tehadap pelaksanaan
anggaran serta melakukan diskusi mengenai usulan-usulan program baru.
b. Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas internal.
Dengan adanya pengukuran kinerja ini, secara otomatis akan tercipta
akuntabilitas di seluruh lini pemerintahan, dari lini terbawah sampai teratas.
Lini teratas pun kemudian akan bertanggungjawab kepada pihak legislatif.
Dalam hal ini disarankan pemakaian sistem pengukuran standar seperti halnya
management by objectives untuk pengukuran outputs dan outcomes.
c. Pengukuran kinerja meningkatkan akuntabilitas publik.
Meskipun bagi sebagian pihak, pelaporan evaluasi kinerja pemerintah kepada
masyarakat dirasakan cukup menakutkan, namun publikasi laporan ini sangat
penting dalam keberhasilan sistem pengukuran kinerja yang baik. Keterlibatan
masyarakat terhadap pengambilan kebijakan pemerintah menjadi semakin
besar dan kualitas hasil suatu program juga semakin diperhatikan.
d. Pengukuran kinerja mendukung perencanaan strategi dan penetapan tujuan.
Proses perencanaan strategi dan tujuan akan kurang berarti tanpa adanya
kemampuan untuk mengukur kinerja dan kemajuan suatu program. Tanpa
ukuran-ukuran ini, kesuksesan suatu program juga tidak pernah akan dinilai
dengan obyektif.
e. Pengukuran
kinerja
memungkinkan
suatu
entitas
untuk
menentukan
penggunaan sumber daya secara efektif.
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat semakin kritis untuk menilai program-program pokok pemerintah
sehubungan dengan meningkatnya pajak yang dikenakan kepada mereka.
Evaluasi yang dilakukan cenderung mengarah kepada penilaian apakah
pemerintah memang dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Dalam hal ini pemerintah juga mempunyai kesempatan untuk
menyerahkan sebagian pelayanan publik kepada sektor swasta dengan tetap
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang terbaik.
Pengukuran kinerja tentunya tidak sebatas pada masalah pemakaian
anggaran, namun lebih dari itu. Pengukuran kinerja mencakup berbagai aspek
sehingga dapat memberikan informasi yang efisien dan efektif dalam pencapaian
kinerja tersebut. Sesuai dengan pendekatan kinerja yang digunakan dalam
penyusunan anggaran, maka setiap alokasi biaya yang direncanakan harus
dikaitkan dengan tingkat pelayanan atau hasil yang diharapkan dapat dicapai.
Kinerja pemerintah daerah dapat diukur melalui evaluasi terhadap pelaksanaan
anggaran (Kepmendagri No 29 Tahun 2002).
2.1.2 Sikap
Sikap (attitude) didefinisikan oleh Robbins (2007) sebagai pernyataan
evaluatif, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan terhadap objek,
individu, atau peristiwa. Hal ini mencerminkan bagaimana perasaan seseorang
tentang sesuatu. Sementara Kreitner dan Kinicki (2005) mendefinisikan sikap
sebagai kecenderungan merespon sesuatu secara konsisten untuk mendukung atau
tidak mendukung dengan memperhatikan objek tertentu.
Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi dalam kehidupan organisasi
difokuskan pada beberapa jenis sikap yang berkaitan dengan kerja. Sikap kerja
Universitas Sumatera Utara
berisi evaluasi positif atau negatif yang dimiliki seseorang tentang aspek-aspek
lingkungan kerja mereka. Dalam ilmu manajemen sumber daya manusia, sebagian
besar penelitian difokuskan pada tiga sikap yaitu kepuasan kerja, keterlibatan
pekerjaan dan komitmen organisasional (Robbins, 2007).
Pada kategori usia para karyawan yang berbeda menunjukkan aksentuasi
loyalitas yang berbeda pula seperti yang diuraikan berikut ini:
a. Angkatan kerja yang usianya di atas lima puluh tahun menunjukkan loyalitas
yang tinggi pada organisasi. Mungkin alasan–alasan yang menonjol ialah
bahwa mereka sudah mapan dalam kekaryaannya, penghasilan yang memadai,
memungkinkan mereka menikmati taraf hidup yang dipandangnya layak.
Banyak teman dalam organisasi, pola karirnya jelas, tidak ingin pindah, sudah
“terlambat” memulai karier kedua, dan dalam waktu yang tidak terlalu lama
akan memasuki usia pensiun.
b. Tenaga kerja yang berada pada kategori usia empat puluhan menunjukkan
loyalitas pada karir dan jenis profesi yang selama ini ditekuninya. Misalnya,
seseorang yang menekuni karir di bidang keuangan akan cenderung “bertahan”
pada bidang tersebut meskipun tidak berarti menekuninya hanya dalam
organisasi yang sama. Karena itu pindah ke profesi lain, tetapi bergerak di
bidang yang sama, bukanlah merupakan hal yang aneh. Barangkali alasan
pokoknya terletak pada hasrat untuk benar – benar mendalami bidang tertentu
itu karena latar belakang pendidikan dan pelatihan yang pernah ditempuh,
bakat, minat, dan pengalaman yang memungkinkannya menampilkan kinerja
yang memuaskan yang pada gilirannya membuka peluang untuk promosi,
menambah penghasilan, dan meniti karir secara mantap.
Universitas Sumatera Utara
c. Tenaga kerja dalam kategori 30 – 40 tahun menunjukkan bahwa loyalitasnya
tertuju pada diri sendiri. Hal ini dapat dipahami karena tenaga kerja dalam
kategori ini masih terdorong kuat untuk memantapkan keberadaannya, kalau
perlu berpindah dari satu organisasi ke organisasi lain dan bahkan mungkin
juga dari satu profesi ke profesi lain. Di samping itu pula didukung oleh tingkat
kebutuhan yang semakin lama semakin meningkat tetapi tidak diimbangi
dengan pemasukan yang cukup sehingga banyak para pekerja yang mencari
pekerjaan lain yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehari – hari.
d. Bagi mereka yang lebih muda dari itu, makna loyalitas belum diserapi dan
kecenderungan mereka masih lebih mengarah kepada gaya hidup santai,
apabila mungkin disertai dengan kesempatan “berhura – hura”. Pada kenyataan
sehari – hari banyak sekali terjadi kecurangan – kecurangan yang dilakukan
oleh para karyawan yang umumnya mempunyai umur relatif muda. Hal itu
juga dipicu oleh tingkat angan – angan yang tinggi, tetapi tidak diiringi oleh
tingkat kerajinan yang tinggi dari dalam dirinya sendiri, oleh karena itu tingkat
penganggguran semakin lama semakin meningkat (Nitisemito S. Alex, 1991).
2.1.3 Karakteristik tujuan anggaran
Proses anggaran seharusnya diawali dengan penetapan tujuan, target dan
kebijakan. Kesamaan persepsi antar berbagai pihak tentang apa yang akan dicapai
dan keterkaitan tujuan dengan berbagai program yang akan dilakukan, sangat
krusial bagi kesuksesan anggaran. Di tahap ini, proses distribusi sumber daya
mulai dilakukan. Pencapaian konsensus alokasi sumber daya menjadi pintu
pembuka bagi pelaksanaan anggaran. Proses panjang dari penentuan tujuan ke
pelaksanaan anggaran seringkali melewati tahap yang melelahkan, sehingga
Universitas Sumatera Utara
perhatian terhadap tahap penilaian dan evaluasi sering diabaikan. Kondisi inilah
yang nampaknya secara praktis sering terjadi (Bastian, 2006).
Sesuai dengan amanat UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
dijelaskan bahwa anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen dan kebijakan
ekonomi. Sebagai kebijakan ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta pemerataan pendapatan dalam
rangka mencapai tujuan bernegara. Dalam upaya untuk meluruskan kembali
tujuan dan fungsi anggaran tersebut perlu dilakukan pengaturan secara jelas peran
DPR/DPRD dan pemerintah dalam proses penyusunan dan penetapan anggaran
sebagai penjabaran aturan pokok yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945. Sehubungan dengan itu, dalam undang-undang juga disebutkan
bahwa belanja negara/belanja daerah dirinci sampai dengan unit organisasi,
fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja. Hal tersebut menunjukkan bahwa
setiap pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis
belanja harus mendapat persetujuan DPR/DPRD.
Dalam kajian teoritis sebagai dasar untuk penelitian ini masih banyak
menggunakan kajian teoritis pada sektor privat yang berhubungan dengan
variabel-variabel yang diteliti. Hal ini dikarenakan variabel-variabel yang diteliti
juga masih menggunakan variabel yang diteliti pada sektor privat. Namun tidak
mengurangi kajian-kajian teoritis yang berhubungan dengan sektor publik sebagai
dasar/acuan dalam penelitian pada sektor publik. Menurut Kenis (1979) ada 5
karakteristik tujuan anggaran (Budgetary Goal Characteristics) yaitu:
a. Partisipasi Anggaran
Universitas Sumatera Utara
Partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang secara umum
dapat meningkatkan kinerja yang pada akhirnya meningkatkan efektivitas
organisasi. Partisipasi penyusunan anggaran yang begitu luas menunujukkan
betapa luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah untuk memahami anggaran yang
diusulkan oleh unit kerjanya sehingga berpengaruh terhadap tujuan pusat
pertanggunjawaban anggaran mereka.
Partisipasi anggaran pada sektor publik terjadi pada saat pembahasan
anggaran, dimana eksekutif dan legislatif saling beradu argumen dalam
pembahasan RAPBD. Anggaran yang dibuat oleh eksekutif dalam hal ini kepala
daerah melalui usulan dari unit kerja yang disampaikan oleh kepala satuan kerja
perangkat daerah, dan setelah itu kepala daerah bersama-sama DPRD menetapkan
anggaran.
b. Kejelasan Tujuan Anggaran
Anggaran daerah menjadi tolak ukur pencapaian kinerja yang diharapkan,
sehingga perencanaan anggaran daerah dapat menggambarkan sasaran kinerja
secara jelas. Menurut Kenis (1979), kejelasan sasaran anggaran merupakan sejauh
mana tujuan anggaran ditetapkan secara jelas dan spesifik dengan tujuan agar
anggaran tersebut dapat dimengerti oleh orang yang bertanggung jawab atas
pencapaian sasaran anggaran tersebut. Oleh karena itu, sasaran anggaran daerah
harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh mereka yang
bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakannya.
Kenis (1979) menemukan bahwa pelaksana anggaran memberikan reaksi
positif secara relatif sangat kuat untuk meningkatkan kejelasan sasaran anggaran.
Reaksi tersebut adalah peningkatan kepuasan kerja, penurunan ketegangan kerja,
Universitas Sumatera Utara
peningkatan sikap karyawan terhadap anggaran, kinerja anggaran dan efesiensi
biaya pada pelaksana anggaran secara signifikan, jika sasaran anggaran
dinyatakan secara jelas. Kenis (1979) menyatakan bahwa penetapan tujuan
spesifik akan lebih produktif daripada tidak menetapkan tujuan spesifik. Hal ini
akan mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik bagi pencapaian tujuan
yang dikehendaki.
Adanya sasaran anggaran yang jelas, maka akan mempermudah untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas
organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan sebelumnya. Kenis (1979) mengatakan kejelasan sasaran
anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan.
Karena begitu luasnya kejelasan tujuan anggaran, maka tujuan anggaran
harus dinyatakan secara spesifik, jelas dan dapat dimengerti oleh siapa saja yang
bertanggung jawab.
c. Evaluasi Anggaran
Dari aspek pelaksanaan, evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan
data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat
keputusan. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk mengukur dan selanjutnya
menilai sampai sejauh mana tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat
dilaksanakan. Evaluasi adalah proses memahami atau memberi arti, mendapatkan
dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi petunjuk pihak-pihak pengambil
keputusan. Evaluasi anggaran menunjukan luasnya perbedaan anggaran yang
digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam
evaluasi kinerja mereka.
Universitas Sumatera Utara
d. Umpan Balik Anggaran
Umpan balik terhadap tingkat dimana tujuan anggaran dicapai merupakan
suatu variabel motivasional yang penting. Apabila anggota suatu organisasi tidak
dapat mengetahui hasil yang mereka capai, mereka tidak akan mempunyai dasar
untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan dan tidak memberikan insentif pada
kinerja yang tinggi, yang pada akhirnya mereka dapat mengalamai ketidakpuasan
(Kenis, 1979). Hal ini dapat memperkuat atau mencegah perilaku-perilaku
karyawan. Invancevich (1976) mengemukakan bahwa orang akan melakukan
dengan lebih baik bila mereka memperoleh umpan balik mengenai betapa mereka
maju
kearah
tujuan
karena
umpan
balik
membantu
mengidentifikasi
penyimpangan antara apa yang mereka kerjakan dan apa yang mereka ingin
kerjakan.
Salah satu konsep yang dapat digunakan dalam melakukan umpan balik atas
hasil yang menguntungkan maupun tidak yang dicapai baik oleh manajer
menengah atau bawah adalah konsep penguatan yang positif (Polimeni dkk,
1986). Jika terjadi varian yang menguntungkan, manajemen menengah atau
bawah harus menerima pujian, promosi, dan/atau reward yang maksimal. Jika
terjadi varian yang merugikan, maka manajer tingkat menengah dan bawah tidak
boleh dihukum tetapi harus dibimbing untuk memperbaiki hasil yang telah
dicapai. Hal ini didasarkan pada temuan Skinner (1959) bahwa perilaku yang
mengarah kepada konsekuensi-konsekuensi yang positif meningkatkan kinerja
dan cenderung terulang kembali, sedangkan yang sifat negatif tidak efektif dalam
meningkatkan kinerja.
Universitas Sumatera Utara
Kepuasan kerja dan motivasi anggaran ditemukan signifikan dengan
hubungan yang agak lemah dengan umpan balik anggaran. Umpan balik mengenai
tingkat pencapaian tujuan anggaran tidak efektif dalam memperbaiki kinerja dan
hanya efektif secara marginal dalam memperbaiki sikap manajer (Kenis, 1979).
e. Kesulitan Tujuan Anggaran
Tujuan anggaran adalah range dari "sangat longgar dan mudah dicapai"
sampai "sangat ketat dan tidak dapat dicapai". Tujuan yang mudah dicapai gagal
untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipan, dan memiliki sedikit
pengaruh motivasi. Tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat dicapai,
mengarahkan pada perasaan gagal, frustrasi, tingkat aspirasi yang rendah, dan
tujuan partisipan. (Munawar dkk, 2006)
Locke
(1968)
juga
menyatakan
bahwa
kesulitan
sasaran
tugas
mengakibatkan rendahnya kinerja dibandingkan sasaran yang mudah. Apabila
manajer secara terus menerus merasa gagal mencapai sasaran anggaran
menyebabkan manajer kehilangan minat kerja, mengurangi prestasi dan hilangnya
percaya diri. Anthony dan Govindajaran (1995) berpandangan bahwa anggaran
yang ideal adalah anggaran yang ketat namun manajer yakin dapat mencapainya.
Manajer yang melaporkan mempunyai sasaran anggaran yang terlalu ketat
juga dilaporkan secara signifikan mengakibatkan tingginya ketegangan kerja (job
tension) dan rendahnya kepuasan kerja (job satisfaction), kinerja anggaran
(budgetary performance), dan efesiensi biaya dibandingkan dengan yang
melaporkan mempunyai sasaran anggaran yang mudah dicapai atau yang ketat
tetapi dapat dicapai. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa “ketat (tight) tetapi
Universitas Sumatera Utara
dapat dicapai (attainable)” merupakan level optimum untuk kesulitan tujuan
anggaran.
Dampak tingkat kesulitan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan
implikasi bahwa apabila manajer merasa anggaran yang ditetapkan mempunyai
tingkat kesulitan yang tinggi dan tidak mudah dicapai maka hal tersebut
menurunkan kinerja manajer karena manajer merasa gagal dan frustasi sebelum
mencapainya. Sedangkan apabila anggaran yang ditetapkan terlalu longgar dan
mudah
untuk
dicapai
maka
manajer
merasa
tidak
termotivasi
dalam
melaksanakannya karena untuk mencapainya tidak diperlukan usaha yang keras
sehingga tidak menimbulkan suatu tantangan.
2.2 Review Peneliti Terdahulu (Theoritical Mapping)
Munawar dkk (2006) melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik
tujuan anggaran terhadap perilaku, sikap, dan kinerja aparat pemerintah daerah di
kabupaten Kupang menemukan bahwa karakteristik tujuan anggaran secara
simultan berpengaruh terhadap perilaku, sikap, dan kinerja. Kennis (1979)
menemukan bahwa hubungan kejelasan sasaran anggaran dengan kinerja
manajerial menunjukkan hasil yang signifikan.
Darma E. S. (2004) melakukan penelitian tentang pengaruh kejelasan
sasaran anggaran dan sistem pengendalian akuntansi terhadap kinerja manajerial
dengan komitmen organisasi sebagai variabel pemoderasi menemukan bahwa
komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat terhadap
nilai dan sasaran yang ingin dicapai organisasi. Hal ini didukung oleh penelitian
Abdullah (2004) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
Universitas Sumatera Utara
antara kejelasan sasaran anggaran dengan akuntabilitas kinerja instasi pemerintah
daerah.
Rangkuman hasil penelitian terdahulu ditunjukkan pada table berikut ini.
No
Nama
Peneliti
1
Munawar dkk
(2006)
2
Kennis
(1979)
3
Darma,
(2004)
4
Maryanti
(2002)
5
Abdullah
(2004)
E.S.
Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian Variabel yang Kesimpulan
Digunakan
Pengaruh
Karakteristik
Tujuan Anggaran
Terhadap Perilaku,
Sikap, dan Kinerja
Aparat Pemerintah
Daerah di
Kabupaten Kupang
The Effect of
Budgetary
Goal
Characteristic on
Managerial
Attitudes
and
Performance
Pengaruh
Kejelasan
Sasaran
dan
Sistem
Pengendalian
Akuntansi
Terhadap
Kinerja Manajerial
dengan Komitmen
Organisasi sebagai
Variabel
Pemoderasi.
Pengaruh
Karakteristik
Tujuan Anggaran
Terhadap Perilaku,
Sikap, dan Kinerja
Pemerintah Daerah
Di Propinsi NTT
Pengaruh Kejelasan
Sasaran Anggaran,
Pengendalian
Akuntansi
Dan
Sistem Pelaporan
Terhadap
Akuntabilitas
Kinerja
Instansi
Pemerintah
Pada
Kabupaten
dan
Kota Di DIY
Karakteristik
Tujuan Anggaran
(X)
Perilaku
(Y1) Sikap (Y2)
Kinerja (Y3)
Menemukan
bahwa
Karakteristik
Tujuan
Anggaran secara simultan
berpengaruh
terhadap
perilaku, sikap, dan kinerja.
Budgetary Goal
Characteristic
(X) Managerial
Attitudes
(Y1)
Performance
(Y2)
Kejelasan
Sasaran (X1)
Sistem
Pengendalian
Akuntansi (X2)
Komitmen
Organisasi (X3)
Kinerja
Manajerial (Y)
Hubungan Kejelasan
sasaran Anggaran dengan
kinerja manajerial
menunjukkan hasil yang
signifikan.
Karakteristik
Tujuan Anggaran
(X)
Perilaku
(Y1) Sikap (Y2)
Kinerja (Y3)
Kejelasan
Sasaran
Anggaran (X1)
Pengendalian
Akuntansi (X2)
Sistem Pelaporan
(X3)
Akuntabilitas
Kinerja (Y)
Komitmen organisasi
merupakan keyakinan
dan dukungan yang
kuat terhadap nilai dan
sasaran yang
ingin dicapai.
Komitmen
organisasi yang tinggi
cenderung
menurunkan senjangan
anggaran dan
signifikan terhadap kinerja
Menemukan
bahwa
Karakteristik
Tujuan
Anggaran secara simultan
berpengaruh
terhadap
perilaku dan sikap, serta
tidak berpengaruh
terhadap kinerja.
Terdapat hubungan yang
signifikan antara kejelasan
sasaran anggaran dengan
akuntabilitas
kinerja
instansi pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Download