UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm 1106153574 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm 1106153574 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 ii Universitas Indonesia HALAMAN PENGESAHAN Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini diajukan oleh : Nama : Wisnu Ajeng Rakhmaningtyas NPM : 1106153574 Program Studi : Farmasi Judul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara Jalan Yos Sudarso 27-29 Periode 7- 18 Januari 2013 Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Apoteker pada Program Studi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia iii Universitas Indonesia KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan ini. Penulisan laporan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada: (1) Dr. Bambang Suheri, selaku Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara (2) Drg. Leny Ariyani, selaku Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara (3) Drs. Kusnaedi, Apt., selaku pembimbing PKPA dan kepala sub seksi farmasi, makanan dan minuman yang telah membimbing dan memberikan bantuan kepada penulis selama PKPA berlangsung. (4) Prof. Dr. Endang Hanani MS., Apt, selaku pembimbing di program profesi apoteker fakultas farmasi UI yang telah memberikan arahan dan bimbingan pada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara (5) Prof. Dr. Yahdiana Harahap, Apt., MS., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (6) Dr. Harmita, Apt., sebagai ketua Program Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama PKPA (7) Seluruh staf Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara yang telah menerima dan membantu penulis selama melaksanakan kegiatan PKPA (8) Seluruh staf pengajar, tata usaha dan karyawan di program apoteker fakultas farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan, didikan serta bantuan dan masukan selama ini (9) Keluarga tercinta, Papa, Mama, Mas Agung dan Mutia atas kesabaran, kasih sayang, dukungan material dan moral, perhatian dan doanya yang luar biasa untuk menyelesaikan pendidikan di farmasi dengan sebaik mungkin. (10) Arif Rakhman Hakim atas segala dukungan, kesabaran dan doanya. (11) Rekan-rekan mahasiswa apoteker angkatan 76 yang telah berjuang bersama dalam menyelesaikan studi di program profesi apoteker di Universitas Indonesia iv Universitas Indonesia Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi semua yang memerlukannya. Penulis 2013 v Universitas Indonesia DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iii KATA PENGANTAR ................................................................................................. iv DAFTAR ISI ............................................................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. vii BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................................1 1.1 Latar Belakang.................................................................................................1 1.2 Tujuan .............................................................................................................2 BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA .................................................................................................3 2.1 Instansi kesehatan ............................................................................................3 2.2 Suku dinas kesehatan kota................................................................................4 2.3 Suku dinas kesehatan kota Jakarta Utara ..........................................................6 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SUMBER DAYA KESEHATAN ............................... 13 3.1 Seksi sumber daya kesehatan ......................................................................... 13 3.2 Dasar hukum ................................................................................................. 13 3.3 Ruang lingkup ............................................................................................... 16 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 46 4.1 Suku dinas kesehatan Jakarta Utara ................................................................ 46 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 51 5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 51 5.2 Saran ............................................................................................................. 51 DAFTAR ACUAN....................................................................................................... 52 vi Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara ............................ 55 Lampiran 2 Formulir Permohonan Izin Apotek .............................................................. 56 Lampiran 3 Surat Izin Apotek ....................................................................................... 57 Lampiran 4 Berita Acara Pemeriksaan Apotek .............................................................. 59 Lampiran 5 Berita Acara Pemusnahan Resep ................................................................. 63 Lampiran 6 Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi ............................................ 64 Lampiran 7 Formulir Permohonan Izin Toko Obat ........................................................ 65 Lampiran 8 Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat ......................................................... 66 Lampiran 9 Formulir Permohonan Izin Prinsip IKOT .................................................... 67 Lampiran 10 Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT ................................................... 68 Lampiran 11 Formulir Permohonan SPP-IRT ................................................................ 70 Lampiran 12 Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)/Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ........................................................................................................... 71 Lampiran 13 Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) .......................................................... 72 Lampiran 14 Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) ............................................................. 73 vii Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia dan merupakan salah satu parameter yang dapat menilai keberhasilan pembangunan suatu bangsa. Derajat kesehatan yang tinggi dapat menghasilkan sumber daya manusia yang produktif. Untuk mencapai hal tersebut maka diperlukan suatu upaya kesehatan secara menyeluruh agar terwujud masyarakat yang sehat, mandiri dan berkeadilan. Undang- undang tentang pemerintahan daerah yaitu Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom menjelaskan bahwa sistem pemerintahan saat ini adalah sistem desentralisasi. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan pada Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta. Dalam pelaksanaan Peraturan Daerah ini dibentuklah perangkat daerah, dengan Dinas Kesehatan sebagai salah satu perangkat yang mengurusi masalah kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, Pemerintah DKI Jakarta melalui Surat Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 58 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mendirikan Suku Dinas Kesehatan di setiap kotamadya yang berada di DKI Jakarta, yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat dan Jakarta Selatan. Suku Dinas Kesehatan Kota merupakan bagian dari struktur organisasi Dinas Kesehatan pada tingkat kota di Provinsi DKI Jakarta yang dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas. Suku Dinas Kesehatan merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kesehatan Provinsi dalam mengelola bidang kesehatan. Suku Dinas Kesehatan secara teknis administratif bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional bertanggungjawab kepada Walikota administrasi yang bersangkutan. Suku Dinas Kesehatan terdiri dari lima bagian, yaitu sub bagian tata usaha, seksi pengendalian masalah kesehatan, seksi kesehatan masyarakat, seksi sumber daya kesehatan dan seksi pelayanan kesehatan. Sub bagian dipimpin oleh seorang kepala sub bagian dan setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam 1 Universitas Indonesia 2 melaksanakan tugasnya bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi sumber daya kesehatan memiliki tiga bagian, yaitu bagian standarisasi mutu kesehatan, bagian tenaga kesehatan dan bagian farmasi,makanan dan minuman. Bagian farmasi, makanan dan minuman merupakan salah satu sarana bagi apoteker dalam menjalankan tugas profesinya di masyarakat. Apoteker merupakan salah satu tenaga kesehatan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat, khususnya pelayanan kefarmasian (Presiden RI, 2009). Untuk mengetahui peran dan fungsi apoteker tersebut di pemerintahan, maka calon apoteker membutuhkan suatu program praktek kerja yang dapat memberikan pengalaman kerja, pengetahuan dan gambaran tentang apoteker di pemerintahan. Oleh karena itu, fakultas farmasi Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dalam mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung dari tanggal 7 Januari hingga 18 Januari 2013 untuk memberikan wawasan kepada calon apoteker mengenai perannya di Suku Dinas Kesehatan. 1.2 Tujuan Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara adalah agar mahasiswa program profesi apoteker fakultas farmasi UI: 1.2.1 Memahami tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utaa 1.2.2 Memahami tugas pokok dan fungsi bagian tenaga kesehatan, bagian standarisasi mutu kesehatan dan bagian farmasi, makanan dan minuman yang termasuk di dalam seksi sumber daya kesehatan (SDK) Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN UMUM SUKU DINAS KESEHATAN KOTA JAKARTA UTARA 2.1 Instansi kesehatan Beberapa instansi pemerintah yang khusus menangani bidang kesehatan. Secara hirarki instansi tersebut dapat dibagi menjadi: a. Kementerian Kesehatan Kementerian Kesehatan (dahulu dikenal sebagai Departemen Kesehatan) merupakan badan pelaksana pemerintah di bidang kesehatan, dipimpin oleh Menteri Kesehatan. Kementerian kesehatan berada di bawah Presiden, bertanggung jawab kepada Presiden, bertugas membantu Presiden dan menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang kesehatan yang berfungsi sebagai regulator di tingkat nasional. b. Dinas Kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kesehatan. Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah yang berfungsi sebagai regulator di tingkat daerah DKI Jakarta. c. Suku Dinas Kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Suku Dinas Kesehatan adalah Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi/Dinas Kesehatan Kabupaten Administrasi sebagai perangkat pada tingkat kota administrasi/kabupaten administrasi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang diangkat dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, kepala Suku Dinas bertanggung jawab secara teknis administratif kepada Kepala Dinas Kesehatan dan secara teknis operasional kepada Walikota Administrasi yang berfungsi sebagai auditor di wilayahnya. 3 Universitas Indonesia 4 d. Puskesmas Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan. Puskesmas merupakan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Fungsi Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu dengan tujuan untuk meningkatkan hidup sehat dan derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. 2.2 Suku dinas kesehatan kota (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Adanya perubahan sistem pemerintahan tahun 1999 dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah mengakibatkan sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pemerintah daerah, sehingga pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang mengawali berdirinya Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat di tingkat Kotamadya dan pada tahun 2009 dengan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 10 Tahun 2008 tentang Perubahan Organisasi Suku Dinas Kesehatan pasca restrukturisasi perihal peningkatan efisiensi dimana Suku Dinas Pelayanan Kesehatan dengan Suku Dinas Kesehatan Masyarakat dilebur menjadi satu yaitu Suku Dinas Kesehatan. Suku dinas kesehatan kota merupakan unit kerja dinas kesehatan pada kota dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang secara teknis dan administrasi berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan serta secara operasional berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pembinaan dan Universitas Indonesia 5 pengembangan kesehatan masyarakat. Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi mempunyai fungsi : a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas b. Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas c. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan, kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan perorangan, rujukan, khusus, tradisional dan keahlian. d. Pengendalian penanggulangan kegawatdaruratan, bencana dan Kejadian Luar Biasa (KLB). e. Pengendalian, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular atau tidak menular. f. Pengawasan dan pengendalian ketersediaan kefarmasian g. Pelaksanaan surveilans kesehatan. h. Pelaksanaan monitoring penerapan sistem manajemen mutu kesehatan. i. Pengendalian pencapaian standarisasi prasarana dan sarana pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta. j. Pelaksanaan pemungutan, penatausahaan, penyetoran, pelaporan dan pertanggungjawaban penerimaan retribusi kesehatan yang diterima Suku Dinas. k. Pemberian, pengawasan, pengendalian dan evaluasi perizinan atau rekomendasi atau sertifikasi di bidang kesehatan. l. Penegakan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. m. Pelaksanaan pengembangan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan gizi dan kesehatan masyarakat. n. Penghimpunan, pengolahan, pemeliharaan, penyajian, pengembangan dan pemanfaatan data dan informasi mengenai kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, prasarana dan sarana pelayanan kesehatan perseorangan, rujukan khusus, tradisional dan keahlian pada lingkup Kota Administrasi. o. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. Universitas Indonesia 6 p. Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang. q. Pelaksanaan kegiatan kerumahtanggaan dan ketatausahaan. r. Pelaksanaan kegiatan publikasi dan pengaturan acara Suku Dinas. s. Penyiapan bahan laporan ke Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas dan fungsi Suku Dinas. t. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. 2.3 Suku dinas kesehatan kota Jakarta Utara 2.3.1. Visi dan misi Visi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu “Menjadi Suku Dinas Kesehatan yang profesional menuju Jakarta Utara sehat untuk semua”. Untuk mewujudkan visi tersebut, misi yang ditetapkan yaitu (Suku dinas kesehatan Jakarta utara, 2010): 1. Meningkatkan kompetensi seluruh sumber daya manusia (SDM) di jajaran Suku dinas kesehatan Jakarta utara. 2. Mengembangkan pelayanan perizinan berbasis teknologi informasi. 3. Menciptakan dan meningkatkan kenyamanan lingkungan kerja. 4. Meningkatkan sistem informasi yang cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan berbasis komputer. 5. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang bersih. 6. Memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih sehat serta untuk penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana. 7. Meningkatkan kualitas dan waktu respon pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana. 8. Meningkatkan kerjasama lintas program, lintas sektoral dengan organisasi profesi, organisasi masyarakat dan institusi lainnya dalam mengatasi masalahmasalah kesehatan masyarakat di Jakarta utara. 9. Menindaklanjuti pengaduan masyarakat. 2.3.2. Struktur organisasi (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan, organisasi Suku Dinas Kesehatan Universitas Indonesia 7 Kota Administrasi Jakarta Utara terdiri dari : a. Kepala Suku Dinas Kepala Suku Dinas mempunyai tugas sebagai berikut : 1) Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33. 2) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas Subbagian, Seksi dan Subkelompok Jabatan Fungsional. 3) Melaksanakan kerja sama dan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau Instansi pemerintah atau swasta terkait, dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. 4) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas. b. Subbagian Tata Usaha Subbagian Tata Usaha merupakan Satuan Kerja staf Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan administrasi umum Suku Dinas Kesehatan. Subbagian Tata Usaha dipimpin oleh seorang Kepala Subbagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas: 1) Menyusun bahan rencana kerja dan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2) Melaksanakan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3) Mengkoordinasikan penyusunan rencana kerjadan anggaran (RKA) dan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) Suku Dinas. 4) Melaksanakan monitoring, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan dokumen pelaksanaan anggaran (DPA) suku dinas 5) Pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang suku dinas 6) Pelaksanaan kegiatan surat menyurat dan kearsipan Suku Dinas. 7) Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan dan perawatan prasarana dan sarana kerja Suku Dinas. 8) Memelihara kebersihan, keindahan, keamanan dan ketertiban kantor. Universitas Indonesia 8 9) Melaksanakan pengelolaan ruang rapat atau pertemuan Suku Dinas. 10) Melaksanakan publikasi kegiatan, upacara dan pengaturan acara Suku Dinas. 11) Menerima, mencatat, membukukan, menyetorkan dan melaporkan penerimaan retribusi Suku Dinas Kesehatan. 12) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas yang terkait dengan tugas Subbagian Tata Usaha. 13) Mengkoordinasikan penyusunan laporan (kegiatan, keuangan, kinerja dan akuntabilitas) Suku Dinas. 14) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Subbagian Tata Usaha. c. Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Kesehatan Masyarakat merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengembangan kesehatan masyarakat. Seksi Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas : 1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3) Melaksanakan pengendalian mutu kegiatan pelayanan kesehatan keluarga termasuk kesehatan ibu, bayi, anak balita, kesehatan anak prasekolah, usia sekolah, remaja, kesehatan reproduksi, usia lanjut, keluarga berencana, pekerja wanita dan asuhan keperawatan. 4) Mengkoordinasikan sektor terkait dan masyarakat profesi untuk pencegahan dan pengendalian program kesehatan masyarakat. 5) Melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan informasi. 6) Melaksanakan bimbingan teknis tenaga kesehatan di bidang kesehatan masyarakat. 7) Melaksanakan kajian perilaku hidup bersih dan sehat di masyarakat tingkat Kota Administrasi. Universitas Indonesia 9 8) Melaksanakan manajemen database kesehatan melalui sistem informasi manajemen kesehatan yang terintegrasi. 9) Melaksanakan pengendalian pelaksanaan program gizi dan PPSM. 10) Menerapkan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). 11) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. 12) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Kesehatan Masyarakat. d. Seksi pelayanan kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Seksi Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas: 1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian tata laksana pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. 4) Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan, memanfaatkan data dan informasi upaya pelayanan kesehatan. 5) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian penerapan standar pelayanan kesehatan. 6) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan akreditasi sarana pelayanan kesehatan. 7) Memberikan rekomendasi atau perizinan sarana pelayanan kesehatan. 8) Memberikan tanda daftar kepada pengobat tradisional. 9) Melaksanakan siaga 24 jam/ Pusat Pengendali Dukungan Kesehatan (Pusdaldukkes). 10) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan standar pelayanan minimal pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia 10 11) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. 12) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Seksi Pelayanan Kesehatan. e. Seksi sumber daya kesehatan Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas: 1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya 3) Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. 4) Memberikan rekomendasi atau perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. 5) Melaksanakan kegiatan bimbingan teknis tenaga kesehatan. 6) Menyusun peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan. 7) Melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi tingkat kepatuhan petugas kesehatan terhadap standar pelayanan. 8) Melaksanakan kegiatan audit internal dan audit eksternal penerapan sistem manajemen mutu. 9) Melaksanakan survey kepuasan pelanggan kesehatan. 10) Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan penetapan sistem manajemen mutu kepada Puskesmas. 11) Melaksanakan kegiatan pengembangan mutu melalui forum dan fasilitator. 12) Melaksanakan fasilitasi peningkatan kemampuan tenaga fasilitator, instruktur, assessor dan auditor mutu pelayanan kesehatan. Universitas Indonesia 11 13) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga. 14) Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. 15) Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. 16) Melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan. 17) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan. 18) Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas seksi Sumber Daya Kesehatan. f. Seksi pengendalian masalah kesehatan Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan merupakan Satuan Kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengendalian masalah kesehatan. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan mempunyai tugas: 1) Menyusun bahan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 2) Melaksanakan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas sesuai dengan lingkup tugasnya. 3) Melaksanakan pengendalian penyakit menular, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa masyarakat, surveilans epidemiologi, penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kesehatan lingkungan. 4) Melaksanakan kegiatan pembinaan pelaksanaan kesehatan haji. 5) Menyiapkan materi sosialisasi kesehatan tentang pengendalian penyakit menular atau tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. 6) Melaksanakan kegiatan bimbingan, konsultasi dan pendampingan teknis peningkatan kompetensi surveilans epidemiologi, tenaga kesehatan Universitas Indonesia 12 pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat. 7) Melaksanakan kegiatan koordinasi, kerja sama dan kemitraan pengendalian penyakit menular dan tidak menular serta kesehatan jiwa masyarakat dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Unit Kerja Perangkat Daerah (UKPD) dan atau instansi pemerintah / swasta / masyarakat. 8) Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian kegiatan imunisasi. 9) Menghimpun, mengolah, menyajikan, memelihara, mengembangkan dan memanfaatkan data dan informasi surveilens epidemiologi sebagai Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa (SKD-KLB) pada lingkup Kota Administrasi. 10) Melaksanakan kegiatan investigasi penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) dan dugaan wabah serta keracunan makanan. 11) Meningkatkan sistem jaringan informasi wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. 12) Melaksanakan kegiatan pengendalian surveilans kematian. 13) Melaksanakan kegiatan monitoring dan pemetaan kegiatan penanggulangan wabah atau Kejadian Luar Biasa (KLB) dan surveilans. 14) Melaksanakan kegiatan pengendalian pelaksanaan program kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air minum / air bersih, penyehatan makanan dan minuman, pengamanan limbah, pengendalian vektor, pengendalian radiasi, penyehatan pemukiman kumuh, penyehatan di tempat-tempat umum, tempat kerja, tempat pengeloalaan pestisida termasuk pemberian rekomendasi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), upaya pengelolaan lingkungan / upaya pemantauan lingkungan. 15) Melaksanakan kegiatan pengawasan dan pengendalian sarana penunjang kesehatan lingkungan. 16) Menyiapkan materi pelatihan teknis dalam Bidang Kesehatan Lingkungan dan Kesehatan Kerja. 17) Menyiapkan bahan laporan Suku Dinas Kesehatan yang terkait dengan tugas Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan. Universitas Indonesia BAB 3 TINJAUAN KHUSUS SEKSI SUMBER DAYA KESEHATAN 3.1 Seksi sumber daya kesehatan (Gubernur Provinsi DKI Jakarta, 2009) Seksi Sumber Daya Kesehatan merupakan satuan kerja lini Suku Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan sumber daya kesehatan. Seksi Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Suku Dinas. Deskripsi kerja Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan antara lain: a. Menyusun rencana kerja program: Standarisasi Mutu Kesehatan, Tenaga Kesehatan dan Farmasi, Makanan dan Minuman selama 1 tahun. b. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Standarisasi Mutu Kesehatan. c. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Tenaga Kesehatan. d. Memonitor dan mengevaluasi kegiatan Program Farmasi, Makanan dan Minuman. e. Membantu melaksanakan tugas-tugas dari Kepala Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara. f. Pemantauan Pemberantasan Sarang Nyamuk di wilayah kecamatan binaan. 3.2 Dasar hukum 3.2.1. Dasar Hukum Perizinan Sarana Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan sarana kesehatan farmasi makanan dan minuman adalah sebagai berikut: a. Undang-undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Undang-undang RI No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. c. Undang-undang RI No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah. d. Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. e. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. f. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. 13 Universitas Indonesia 14 g. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. h. Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan. i. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1191/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Penyaluran Alat Kesehatan. j. Peraturan Menteri Kesehatan No. 284/Menkes/PER/III/2007 tentang Apotek Rakyat. k. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1184/Menkes/Per/X/2004 tentang Pengamanan Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. l. Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. m. Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/Per/V/1990 tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional. n. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1331/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Peraturan Menkes Nomor 167/Kab/B.VII/1972 tentang Pedagang Eceran Obat. o. Keputusan Perubahan Menteri Atas Kesehatan PerMenKes No. 149/MenKes/Per/II/1998 No.184/MenKes/Per/II/1995 tentang Tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Ijin Kerja Apoteker. p. Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah. q. Peraturan Daerah No. 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Sarana Kesehatan. r. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI. s. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 58 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Universitas Indonesia 15 t. Surat Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 970 Tahun 1990 tentang Ketentuan Penyelenggaraan Usaha Pedagang Eceran Obat di wilayah DKI Jakarta. u. Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 8981 Tahun 2006 tanggal 14 Desember 2006 tentang Pemberlakuan Tata Cara Perizinan Cabang Penyalur Alat Kesehatan. v. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 7687 Tahun 2002 tentang Pemberlakuan Pedoman Perizinan Sarana Farmakmin di Provinsi DKI Jakarta. w. Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No. 0160 Tahun 2002 tentang Penyerahan Wewenang Pengurusan Perizinan Sarana Kesehatan tertentu kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan. 3.1.1. Dasar Hukum Perizinan Tenaga Kesehatan Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: a. Peraturan Menteri Kesehatan No.161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 1464/Menkes/per/XI/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. c. Peraturan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/Menkes/149/I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. d. Peraturan Menteri Kesehatan No.317/Menkes/Per/III/2010 tentang Pendayagunaan Tenaga Kesehatan Warganegara Asing di Indonesia e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. f. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 tahun 2011 tentang Pedoman Penelitian dan Pengembangan Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah. g. Pemerintah RI No. 48 Tahun 2009 tentang Perizinan dan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu dan Teknologi yang Beresiko Tinggi dan Berbahaya. 3.2.2. Dasar Hukum mengenai standarisasi mutu kesehatan Dasar hukum mengenai Standarisasi Mutu Kesehatan menyangkut Undang-Undang Pelayanan Publik. Undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Universitas Indonesia 16 Pelayanan Publik mengatur tentang penyelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan di Negara ini sehingga menjamin kepastian hukum dalam hubungan antara masyarakat dan penyelenggara dalam pelayanan publik. Menurut undang-undang tersebut, yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik tersebut adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen, yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan administratif yang dimaksud oleh undang-undang ini meliputi: a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda warga negara. b. Tindakan administratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan. Undang-undang ini mengatur segala aspek penyelenggaraan pelayanan publik, termasuk yang paling utama ialah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan publik untuk menetapkan standar pelayanan mengenai standar pelayanan publik yang diberikan dan hal ini diatur lagi oleh peraturan pemerintah. Dengan demikian, undang-undang ini menjamin adanya diberikannya pelayanan publik yang berkualitas bagi seluruh masyarakat. 3.3 Ruang lingkup 3.3.1. Bagian farmasi, makanan dan minuman Bagian Farmasi, Makanan, dan Minuman mempunyai tugas: a. Melaksanakan pemberian perizinan tenaga dan sarana farmasi, makanan dan minuman. Universitas Indonesia 17 b. Melaksanakan kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelayanan sarana pelayanan kefarmasian meliputi industri kecil obat tradisional, cabang penyalur alat kesehatan, apotek, toko obat, depo farmasi, dan industri makanan minuman rumah tangga. c. Melaksanakan kegiatan pemantauan dan pengendalian harga obat dan persediaan cadangan obat esensial. d. Melaksanakan pengelolaan persediaan obat dan perbekalan kesehatan pada lingkup Kota Administrasi. Ruang lingkup perizinan sarana kesehatan farmasi, makanan, dan minuman di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah: 3.3.1.1. Apotek (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002 ; Menteri Kesehatan RI, 2002) Berdasarkan Permenkes No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sedangkan, berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Khusus di DKI Jakarta perizinan apotek dibagi menjadi 4, yaitu: a. Apotek Kerja sama, adalah apotek dimana apoteker hanya sebagai apoteker pengelola apotek (APA), sedangkan pemilik sarana apotek (PSA) adalah dari pihak lain (bisa perorangan, PT, dan lain-lain). b. Apotek Profesi, adalah apotek yang apoteker pengelola apotek (APA) juga sebagai pemilik sarana apoteknya (PSA). c. Depo Farmasi/Depo Obat, adalah apotek yang berada di klinik, dan hanya boleh menerima resep dari klinik tersebut. d. Apotek Rakyat (apotek sederhana) adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan, serta tidak menjual obat golongan ditetapkannya narkotika dan psikotropika, Peraturan Menteri dimana Kesehatan terhitung RI sejak No. Universitas Indonesia 18 284/MenKes/PER/III/2007, seluruh izin dan status apotek yang berasal dari apotek sederhana akan disesuaikan menjadi apotek rakyat. Standar penanggung jawab teknis apotek adalah apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker. Apoteker berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Sebelum melaksanakan kegiatannya, APA wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA), SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker), dan Surat Izin Apotek (SIA). SIPA wajib dimiliki oleh apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek, puskesmas atau instalasi farmasi rumah sakit. Selain itu SIPA juga wajib dimiliki apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai apoteker pendamping. SIA berlaku seterusnya selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan tidak ada perubahan fisik dan nonfisik. SIA harus diperbaharui bila terjadi perubahan fisik dan non fisik dari sarana apotek. Kriteria perubahan non fisik yakni apabila terjadi pergantian apoteker pengelola sarana apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan apotek (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya), terjadi pergantian nama sarana kesehatan apotek, terjadi perubahan alamat sarana kesehatan apotek tanpa pemindahan lokasi, dan/atau terjadi karena surat izin sarana kesehatan apotek hilang atau rusak. Sedangkan perubahan fisik, yakni apabila terjadi perubahan denah sarana kesehatan apotek dan terjadi perubahan pindah lokasi apotek. Untuk mendapatkan SIA, APA harus menyiapkan tempat (lokasi dan bangunan) dan perlengkapannya termasuk obat dan perbekalan farmasi lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain. Bangunan apotek harus mempunyai luas yang memadai, sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek, serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Bangunan apotek minimal terdiri dari ruang tunggu, ruang peracikan dan penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian alat dan toilet/WC. Bangunan apotek harus dilengkapi sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang cukup, alat Universitas Indonesia 19 pemadam kebakaran yang berfungsi dengan baik, serta ventilasi dan sistem sanitasi yang baik. Apotek harus mempunyai papan nama apotek berukuran minimal 40x60 cm dengan tulisan berwarna hitam (ukuran 5 cm) di atas dasar berwarna putih yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA dan alamat apotek. Apotek harus memiliki perlengkapan yang memadai seperti timbangan, mortir, wadah dan etiket, tempat penyimpanan obat, termasuk lemari khusus narkotika dan psikotropika, kartu stok, dan sebagainya. Apotek harus melaporkan pemakaian narkotika setiap bulan kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM di DKI Jakarta sedangkan pemakaian psikotropika harus dilaporkan maksimal setahun sekali. SIA dapat dicabut jika terdapat pelanggaran-pelanggaran yang menyebabkan pencabutan SIA tersebut yang diatur menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 25 adalah : a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA). b. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajiban dalam pelayanan kefarmasian. c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terusmenerus. d. Terjadi pelanggaran terhadap UU tentang narkotika, psikotropika, kesehatan, dan ketentuan perundang-undangan yang lain. e. Surat izin kerja APA dicabut. f. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. Secara umum persyaratan izin apotek yang bekerja sama dengan pihak lain adalah: a. Surat permohonan APA yang ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap,1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk PT yang disahkan/terdaftar pada Departemen Kehakiman dan HAM RI. Universitas Indonesia 20 c. Fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi Surat Izin Kerja (SIK)/ Surat Penugasan (SP) apoteker, dengan lampiran surat keterangan selesai masa bakti apoteker bagi non pegawai negeri. e. Fotokopi surat status kepemilikan tanah: Fotokopi sertifikat, bila gedung milik sendiri; fotokopi surat perjanjian kontrak bangunan minimal 2 (dua) tahun dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal dua tahun, bila kontrak/sewa. f. Fotokopi Undang-Undang Gangguan (UUG). g. Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB). h. Surat keterangan domisili dari kelurahan setempat. i. Surat pernyataan pemohon yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan perundangan yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. j. Peta lokasi dan denah ruangan. k. Surat pernyataan dari pemilik sarana apotek tidak pernah terlibat dan tidak akan terlibat dalam pelanggaran peraturan di bidang farmasi/obat dan tidak akan ikut campur dalam pengelolaan obat di atas materai Rp. 6000,00. l. Surat pernyataan APA bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada bidang farmasi lain di atas materai Rp. 6000,00. m. Surat pernyataan tidak melakukan penjualan narkotika, obat keras tertentu tanpa resep di atas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi dan tata kerja/tata laksana (dalam bentuk Organogram). o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan. p. SIK Asisten Apoteker/D3 farmasi. q. Rencana jadwal buka apotek. r. Daftar peralatan peracikan obat. s. Buku wajib peraturan perundangan di bidang farmasi. t. Formulir pelaporan narkotika dan psikotropika. u. Akte notaris perjanjian kerjasama APA dan PSA (asli/legalisir). v. Surat izin atasan bagi apoteker Pegawai Negeri Sipil. Secara umum persyaratan izin apotek praktek profesi: Universitas Indonesia 21 a. Surat permohonan apoteker praktek profesi ditujukan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00. b. Surat rekomendasi dari Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa yang bersangkutan layak untuk melakukan apotek profesi yang diterbitkan setiap tahun sekali. c. Fotokopi KTP DKI apoteker apotek praktek profesi. d. Status kepemilikan bangunan, IMB dan surat sewa menyewa minimal 2 tahun. e. Denah bangunan beserta peta lokasi. f. Daftar peralatan peracikan, etiket dan lain-lain. g. Fotokopi NPWP apoteker. h. SIK/SP apoteker dan pas foto 2x3 sebanyak 2 lembar dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. i. Surat pernyataan dari apotek bahwa selama buka apotek harus ada apotekernya (bila tidak ada apotekernya maka harus tutup). j. Jadwal buka apotek bersama dengan petugas/apoteker yang lain yang ikut melakukan praktek profesi dengan melampirkan SIK dan KTP DKI Jakarta. Secara umum persyaratan Izin depo obat/farmasi: a. Surat permohonan apoteker penanggung jawab depo ditujukan kepada Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6000,00. b. Fotokopi izin klinik yang masih berlaku. c. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila dalam bentuk badan hukum. d. Fotokopi KTP DKI APA. e. Ijasah/SIK/SP Apoteker dengan melampirkan surat selesai masa bakti apoteker. f. Surat pengangkatan apoteker sebagai karyawan/penanggung jawab depo obat/farmasi. g. Proposal untuk mendirikan depo obat/farmasi. h. Ijazah/SIK asisten apoteker. Universitas Indonesia 22 i. Peta lokasi dan denah bangunan seatap/sepekarangan dengan klinik serta denah bangunan tertutup. j. NPWP perusahaan. k. UUG. l. Status gedung/sertifikat gedung sewa minimal dua tahun. m. Surat pernyataan apoteker hanya melayani resep dari klinik perusahaannya (bukan dari resep umum), kecuali atas nama pasien perusahaan. Apabila apotek memberikan pelayanan 24 jam, maka apotek tersebut harus memiliki apoteker pendamping, dan apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya, APA dapat menunjuk apoteker pengganti. Penunjukan tersebut harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dalam hal ini kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat untuk daerah DKI Jakarta dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat. APA bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh apoteker pendamping maupun apoteker pengganti/supervisor, dalam pengelolaan apotek. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, maka harus menunjuk apoteker pengganti, sedangkan jika APA berhalangan melakukan tugasnya dalam waktu 1 – 3 bulan, maka harus menunjuk apoteker supervisor. (Menteri Kesehatan RI, 2002). Pada setiap pengalihan tanggung jawab kefarmasian yang disebabkan karena penggantian APA oleh apoteker pengganti, harus diikuti dengan serah terima resep, narkotika dan perbekalan farmasi lainnya serta kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Serah terima ini harus diikuti dengan pembuatan berita acara. Apabila apotek melakukan pelanggaran, maka dapat diberikan teguran secara lisan untuk segera dilakukan perbaikan. Apabila tidak ada perbaikan dari apotek tersebut, maka diberikan peringatan tertulis kepada APA. Pelaksanaan pencabutan SIA dapat dilakukan setelah dikeluarkan peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak tiga kali berturut-turut dengan tenggang waktu masingmasing dua bulan atau pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selamalamanya 6 bulan. Akan tetapi, pembekuan izin ini dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan Universitas Indonesia 23 ketentuan yang berlaku. Peraturan Menteri Kesehatan No. 332/MenKes/SK/X/2002, 2002). 3.3.1.2. Apotek rakyat (Dinkes Provinsi, 2002 ; Menteri Kesehatan RI, 2007) Apotek rakyat adalah sarana kesehatan tempat dilaksanakannya pelayanan kefarmasian, dimana dilakukan penyerahan obat dan perbekalan kesehatan, dan tidak melakukan peracikan dan pelayanan resep narkotik dan psikotropik. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 284/MenKes/PER/III/2007, ketentuan yang harus dipenuhi oleh Apotek rakyat adalah: a. Apotek rakyat dalam pelayanan kefarmasian harus mengutamakan obat generik. b. Apotek rakyat dapat menyimpan dan menyerahkan obat-obatan yang termasuk golongan obat keras, obat bebas terbatas , obat bebas, dan perbekalan kesehatan rumah tangga. c. Apotek rakyat dilarang menyediakan narkotika dan psikotropika, meracik obat dan menyerahkan obat dalam jumlah besar. d. Setiap apotek rakyat harus memiliki satu orang apoteker sebagai penanggung jawab, dan dapat dibantu oleh asisten apoteker. e. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan, apotek rakyat yang melanggar ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan dapat dikenakan tindakan administratif berupa teguran lisan, tertulis, sampai dengan pencabutan izin. f. Pedagang eceran yang statusnya sudah berubah menjadi apotek sederhana dianggap telah menjadi apotek rakyat. Secara umum persyaratan izin apotek yang berasal dari toko obat/apotek sederhana (apotek rakyat) : a. Surat permohonan APA ditujukan kepada kepala Suku Dinas Kesehatan setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap diatas materai Rp.6.000,00. b. Fotokopi akte notaris badan hukum dan fotokopi pengesahan badan hukum dari Departemen Kehakiman dan HAM bila bentuk PT. Universitas Indonesia 24 c. Salinan/fotokopi KTP DKI dari APA. d. Fotokopi izin domisili dari lurah. e. Status bangunan milik sendiri lampirkan sertifikat, bila sewa, foto kopi perjanjian kontrak bangunan dan KTP pemilik bangunan yang masih berlaku minimal 2 (dua) tahun. f. Pernyataan pemilik sarana lokasi hanya untuk pada sentra pasar tempat toko obat dan tidak pindah diluar pasar diatas materai Rp.6000,00. g. Surat pernyataan kepala pasar yang menyatakan pihaknya ikut mengawasi kegiatan apotek terhadap ketentuan per UU Farmasi yang berlaku di atas materai Rp. 6000,00. h. Surat keterangan domisili dari lurah atau kepala pasar. i. Surat pernyataan pemohon dan pemilik yang menyatakan akan tunduk serta patuh kepada peraturan yang berlaku di atas materai Rp.6000,00. j. Peta lokasi dan denah bangunan. k. Surat pernyataan pemilik sarana apotek tidak terlibat lagi dalam pelanggaran peraturan di bidang Farmasi/obat di atas materai Rp.6000,00. l. Surat pernyataan APA sanggup mengelola apotek/toko obat diatas materai Rp.6000,00. m. Surat pernyataan dari APA dan PSA tidak melakukan peracikan dan penjualan obat Narkotik, OKT baik dengan resep dokter maupun tanpa resep dari pemilik dan apoteker diatas materai Rp.6000,00. n. Struktur organisasi apotek dan tata kerja/tata laksana. o. Daftar ketenagaan berdasarkan pendidikan dilampiri sengan SK pengangkatan dan daftar gaji yang disetujui oleh apoteker, pemilik dan tenaga kerja tersebut diatas materai Rp.6000,00. p. Surat izin kerja/surat penugasan apoteker. q. Surat izin kerja AA/D3 Farmasi. r. Rencana jadwal buka apotek. s. Daftar peralatan lainnya. t. Daftar buku wajib peraturan per UU di bidang Farmasi. u. Surat peryataan APA dan pemilik bersedia bila diperiksa ke apotek oleh petugas kesehatan yang berwenang di atas materai Rp.6000,00. Universitas Indonesia 25 3.3.1.3. Toko obat (DinKes Provinsi DKI Jakarta, 2002) Pedagang eceran obat didefinisikan sebagai orang/badan hukum di Indonesia yang mempunyai izin untuk menyimpan obat-obat bebas (label hijau) dan obat-obat bebas terbatas (label biru) untuk dijual secara eceran di tempat tertentu sebagai tercantum dalam surat izin. Pedagang eceran obat harus menjaga agar obat-obat yang dijual bermutu baik dan berasal dari pabrik-pabrik farmasi atau pedagang besar farmasi yang mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Surat izin pendirian suatu toko obat dapat diperoleh dengan mengajukan surat permohonan Izin Usaha kepada Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat yaitu di Seksi Sumber Daya Kesehatan bagian Farmasi, Makanan dan Minuman. Izin toko obat berlaku selama 2 tahun dan dapat diperpanjang kembali dengan penanggung jawab teknis adalah seorang Asisten Apoteker. Adapun persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin usaha toko obat antara lain : a. Surat permohonan izin toko obat yang ditujukan kepada Kepala Sudinkes Kotamadya setempat sebanyak 3 (tiga) rangkap, 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi KTP DKI Jakarta pemilik toko obat. c. Akte pendirian perusahaan bila bentuk badan hukum yang terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM. d. Gambar denah lokasi tempat usaha dan denah ruangan. e. Ijazah dan SIK AA, foto 2x3 2 lembar. f. Surat pernyataan kesediaan bekerja sebagai AA penanggung jawab teknis pada toko obat di atas materai Rp. 6000,00. g. Status bangunan tempat usaha milik sendiri (lampirkan sertifikat) dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP). h. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi, pihak toko obat harus mengajukan permohonan tertulis kepada Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi setempat. Perubahan non fisik meliputi: Universitas Indonesia 26 a. Terjadi pergantian asisten apoteker penanggung jawab teknis sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan toko obat. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan toko obat tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan toko obat (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan toko obat hilang atau rusak. Perubahan fisik meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan toko obat. b. Terjadi perpanjangan izin sarana kesehatan toko obat. Toko obat harus menjalankan usahanya sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku. Oleh karena itu, apabila toko obat melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi baik berupa sanksi administratif maupun sanksi pidana. Sanksi administratif yaitu mulai dari pemberian surat peringatan, penghentian sementara kegiatan toko obat sampai pencabutan surat izin, sedangkan untuk sanksi pidana pemilik toko obat dapat diajukan ke pengadilan. 3.3.1.4. Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) (Dinkes Provinsi DKI Jakarta, 2002; Menteri Kesehatan RI, 1990) Menurut Permenkes No. 246/MenKes/Per/V/1990, Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) adalah perusahaan yang memproduksi obat tradisional dengan total aset tidak lebih dari Rp. 600.000.000,- (enam ratus juta rupiah), tidak termasuk harga tanah dan bangunan. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Prinsip Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan, ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Rencana denah bangunan industri IKOT. c. Jadwal rencana pendirian bangunan dan pemasangan mesin produksi. d. UUG, dengan melihat lokasi yang sesuai denah industri e. Amdal (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan). Universitas Indonesia 27 Izin Prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun dengan mewajibkan sebagai penanggung jawab teknis satu orang Asisten Apoteker yang bekerja penuh. Tujuan Prinsip IKOT agar pemohon dapat langsung melakukan persiapanpersiapan dan usaha pembangunan, pengadaan, pemasangan instalasi-instalasi peralatan dan lain-lain yang diperlukan pada lokasi yang disetujui sedangkan izin IKOT berlaku selama perusahaan tersebut masih beroperasi. Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh Izin Industri Kecil Obat Tradisional, antara lain: a. Permohonan izin prinsip atau izin tetap dari pimpinan perusahaan/ perorangan, ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap beserta lampirannya dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Akte pendirian perusahaan bila dalam bentuk PT yang disahkan oleh Menteri Kehakiman dan HAM. c. Ijazah apoteker penanggung jawab teknis. d. KTP DKI Jakarta dari penanggung jawab teknis. e. Surat perjanjian kerjasama antara apoteker dengan pihak perusahaan di atas materai Rp. 6000,00. f. Undang-Undang Gangguan. g. Peta lokasi dan IMB. h. Denah ruangan produksi, kantor, gudang bahan baku, dan gudang produk jadi. i. Bentuk obat tradisional yang akan diproduksi. j. Peralatan dan pengolahan serta pengemasan. k. Peralatan laboratorium. l. Sumber daya/energi yang dipakai. m. Jumlah tenaga kerja. n. Nilai investasi. o. Rencana pemasaran. p. Buku peraturan perundang-undangan di bidang farmasi dan lain-lain. q. Status gedung (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat, bila sewa, lampirkan surat sewa minimal lima tahun beserta fotokopi KTP pemilik. r. Analisis dampak lingkungan/Surat Pernyataan Pengelolahan Limbah (SPPL). s. Peralatan pengendalian pencemaran. Universitas Indonesia 28 Perubahan fisik maupun non fisik juga dapat terjadi pada Industri Kecil Obat Tradisional. Setiap perubahan fisik maupun non fisik yang terjadi harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Suku Dinas Kesehatan seksi SDK yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman setempat. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian direktur/pimpinan sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan IKOT. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan IKOT tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi pergantian penanggung jawab teknis sarana kesehatan IKOT (baik karena meninggal dunia maupun hal lainnya). e. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan IKOT hilang atau rusak. Perubahan fisik meliputi : a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan IKOT. b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan IKOT. c. Terjadi perluasan atau penambahan jenis produksi dari sarana kesehatan IKOT. 3.3.1.5. Cabang penyalur alat kesehatan Cabang Penyalur Alat Kesehatan adalah badan hukum atau badan usaha yang telah memperoleh izin usaha untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK) merupakan sarana yang legal yang dapat menyalurkan alkes berbeda fungsi dari Penyalur Alkes (PAK) dimana perusahaan yang sama namanya yang telah mendapat izin dari Depkes RI. Izin Cabang Penyalur Alkes belaku sesuai dengan penunjukkan yang diberikan oleh PAK pusat dan paling lama adalah 3 (tiga) tahun. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, alat untuk ditanamkan, reagen/produk diagnostik in vitro atau barang lain yang sejenis atau yang terkait komponen, bagian dan perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendiagnosis penyakit, menyembuhkan, merawat, memulihkan atau mencegah penyakit pada manusia. Universitas Indonesia 29 Persyaratan yang harus dilengkapi untuk memperoleh izin Cabang Penyalur Alat Kesehatan (CPAK), antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan Usaha Penyalur Alat Kesehatan (UPAK), bukan dari CPAK, yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak tiga rangkap dan satu rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Surat penunjukkan dari UPAK sebagai CPAK di atas materai Rp. 6.000,00. c. Fotokopi izin UPAK. d. Akte perusahaan CPAK bila bentuk PT dan terdaftar pada Menteri Kehakiman dan HAM. e. Denah bangunan/ruangan dari CPAK. f. Peta lokasi CPAK. g. SIUP CPAK. h. NPWP CPAK. i. UUG. j. Domisili perusahaan. k. Status bangunan bila milik sendiri, lampirkan sertifikat dan bila sewa minimal dua tahun dengan melampirkan surat sewa serta fotokopi KTP pemilik. l. Penanggung jawab teknis (AA atau SMU yang mempunyai sertifikat pengelolaan alat kesehatan). Perubahan fisik maupun non fisik pada sarana CPAK juga harus dilaporkan dengan mengajukan permohonan tertulis kepada Sudinkes Seksi Sumber Daya Kesehatan yang membawahi bagian Farmasi Makanan dan Minuman. Perubahan non fisik meliputi: a. Terjadi pergantian pemilik sarana kesehatan CPAK (baik meninggal dunia maupun lainnya). b. Terjadi pergantian nama sarana kesehatan CPAK. c. Terjadi perubahan alamat sarana kesehatan CPAK tanpa pemindahan lokasi. d. Terjadi karena surat izin sarana kesehatan CPAK hilang atau rusak. Perubahan fisik (dilakukan pemeriksaan lapangan), meliputi: a. Terjadi pemindahan lokasi sarana kesehatan CPAK. b. Terjadi perluasan lokasi sarana kesehatan CPAK. Universitas Indonesia 30 Izin CPAK berlaku paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang kembali bila semua persyaratan telah dipenuhi. 3.3.1.6. Izin toko alat kesehatan (Menteri Kesehatan RI, 2010) Toko alat kesehatan adalah unit usaha yang diselenggarakan oleh perorangan atau badan untuk melakukan kegiatan pengadaan, penyimpanan, penyaluran alat kesehatan tertentu secara eceran sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Toko alat kesehatan hanya dapat menyalurkan alat kesehatan tertentu dan dalam jumlah yang terbatas. Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin, dan atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. Persyaratan memperoleh izin toko alat kesehatan adalah sebagai berikut: a. Berbentuk badan usaha atau perorangan yang baik memperoleh izin usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Memiliki toko dengan status milik sendiri, kontrak, atau sewa, paling singkat 2 (dua) tahun. Izin toko alat kesehatan dapat dicabut apabila: a. Mendistribusikan alat kesehatan yang tidak mempunyai izin edar. b. Mengadakan alat penyaluran kesehatan yang bukan dari Penyalur Alat Kesehatan atau dari Cabang Penyalur Alat Kesehatan. c. Pencabutan izin ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 3.3.1.7. Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) (DinKes Provinsi DKI Jakarta) Berdasarkan UU No. 28 tahun 2004 pasal 1 disebutkan bahwa perusahaan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawasan Obat Makanan (BPOM) RI Nomor HK.00.05.5.1640 tanggal 30 April 2003 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-IRT), maka SPP-IRT bertujuan untuk: a. Meningkatkan pengetahuan produsen dan karyawan tentang pengolahan pangan dan peraturan perundang-undangan di bidang keamanan pangan. Universitas Indonesia 31 b. Menumbuhkan kesadaran dan motivasi produsen dan karyawan tentang pentingnya pengolahan pangan yang higienis dan tanggung jawab terhadap keselamatan konsumen. c. Meningkatkan daya saing dan kepercayaan konsumen terhadap produk yang dihasilkan PIRT. Syarat-syarat Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan, yaitu: a. Permohonan di atas materai Rp. 6000,00. b. Fotokopi KTP. c. Pasfoto berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Syarat-syarat Sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga, antara lain: a. Surat permohonan dari direktur/pimpinan perusahaan/perorangan yang ditujukan kepada Sudinkes setempat sebanyak 2 (dua) rangkap dan 1 (satu) rangkap di atas materai Rp. 6000,00. b. Data perusahaan bila dalam bentuk CV lampirkan akte notarisnya. c. Peta lokasi dan IMB. d. Denah ruangan produksi. e. Rancangan etiket. f. Fotokopi KTP pemilik (DKI Jakarta). g. Pasfoto pemilik berwarna ukuran 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. h. Surat izin perindustrian dari Dinas/SuDin Perindustrian. i. Data produk makanan yang akan diproduksi. j. Khusus untuk pengemasan kembali, harus disertai dengan surat keterangan dari asal produk. k. Status bangunan (sewa/milik sendiri) lampirkan fotokopi sertifikat , dan bila sewa lampirkan surat sewa minimal 2 (dua) tahun beserta fotokopi KTP pemilik. Tata cara penyelenggaraan SPP-IRT yaitu: a. Pengajuan permohonan 1) Permohonan untuk mendapatkan SPP-IRT ditujukan kepada Pemerintah Daerah atau Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. 2) Permohonan tidak dapat dipenuhi apabila pangan yang diproduksi berupa: Universitas Indonesia 32 a) Susu dan hasil olahan. b) Daging, ikan, unggas dan hasil olahannya yang memerlukan proses dan atau penyimpanan beku. c) Pangan kaleng. d) Pangan bayi. e) Minuman beralkohol. f) Air minum dalam kemasan. g) Pangan lain yang wajib memenuhi persyaratan SNI (contoh : SL, coklat bubuk, garam yodium, AMDK, dan tepung). h) Pangan lain yang ditetapkan oleh BPOM. 3) Pemohon diwajibkan mengikuti Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP) dan telah melewati tahap pemeriksaan sarana produksinya oleh Sudinkes Kotamadya. b. Penyelenggaraan dan pelaksanaan penyuluhan keamanan pangan Penyelenggaraan dan penyuluhan keamanan pangan dalam rangka SPP-IRT dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota atau Suku Dinas Kesehatan di DKI Jakarta. Pelaksanaannya dapat dilaksanakan secara bersama-sama oleh beberapa Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Materi penyuluhan keamanan pangan yang diberikan, meliputi: 1) Berbagai jenis bahaya biologis, kimia, fisik, cara menghindari dan memusnahkannya serta pengawetan pangan. 2) Higienis dan sanitasi sarana perusahaan pangan industri rumah tangga. 3) Cara Produksi Pangan yang Baik (CPPB). 4) Peraturan perundangan tentang keamanan pangan, penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP), label dan iklan pangan. Materi pelengkap dapat dikembangkan sesuai kebutuhan perusahaan pangan industri rumah tangga, misalnya: 1) Pengemasan dan penyimpanan produk pangan industri rumah tangga. 2) Pengembangan usaha perusahaan pangan industri rumah tangga termasuk etika bisnis. Universitas Indonesia 33 d. Pemeriksaan sarana produksi Setelah melaksanakan Penyuluhan Keamanan Pangan, petugas Suku Dinas Kesehatan Kotamadya melakukan pemeriksaan ke sarana produksi PIRT. Petugas yang melakukan pemeriksaan tersebut harus memiliki Sertifikasi Inspektur Pangan. Laporan pemeriksaan sarana produksi PIRT dengan hasil minimal cukup merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan SPP-IRT. e. Sertifikasi produksi pangan IRT Sertifikasi yang diterbitkan dari kegiatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu: 1) Sertifikasi penyuluhan keamanan pangan Sertifikasi ini diberikan kepada peserta yang telah lulus mengikuti penyuluhan keamanan pangan, dimana semua PIRT harus mempunyai minimal satu orang tenaga yang telah memiliki sertifikat penyuluhan keamanan pangan. Apabila PIRT tidak mempunyai tenaga yang telah memiliki sertifikat yang dimaksud, maka perusahaan tersebut harus menunjuk tenaga yang sesuai dengan tugasnya untuk mengikuti penyuluhan keamanan pangan. 2) Sertifikasi produksi pangan Sertifikat ini diberikan pada PIRT yang mempunyai tenaga yang lulus Penyuluhan Keamanan Pangan dan telah diperiksa sarana produksinya dengan hasil minimal cukup, dimana sertifikat ini diterbitkan untuk satu jenis pangan produk PIRT. PIRT berlaku untuk selamanya selama PIRT tersebut masih tetap beroperasi. f. Sistem pendataan dan pelaporan Penyelenggaraan SPP-IRT di Sudinkes Kota Administrasi setempat melaporkan kepada Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Badan POM atau Balai Besar POM setempat dengan melampirkan Sertifikat Penyuluhan Keamanan Pangan dan Sertifikat Produksi Pangan PIRT yang selambatlambatnya satu bulan setelah penyelenggaraan. Balai Besar POM melaporkan rekapitulasi penerbitan SPP-IRT kepada Badan POM. Sistem pendataan dan pelaporan SPP-IRT dilakukan oleh Sudinkes Kota Administrasi setempat. Universitas Indonesia 34 3.3.2. Bagian tenaga kesehatan Ruang lingkup perizinan tenaga kesehatan di wilayah DKI Jakarta yang proses perizinannya telah didelegasikan ke Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi adalah : a. Surat Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. b. Surat Izin Praktek Dokter (Dokter, Dokter Spesialis, Dokter Gigi dan Dokter gigi spesialis). c. Surat Izin Kerja Perawat. d. Surat Izin Kerja Perawat Gigi. e. Surat Izin Praktek Bidan. f. Surat Izin Kerja Radiografer. g. Surat Izin Kerja Refraksionis Optisien. h. Surat Izin Praktek Fisioterapis. i. Surat Izin Praktek Terapis Wicara 3.3.2.1. Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian (Menteri Kesehatan RI, 2011) Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian dapat berupa Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker. Setiap tenaga kefarmasian yang menjalankan pekerjaan kefarmasian harus telah terdaftar dan memiliki izin kerja/praktek. Sebelumnya, Apoteker dan Asisten Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian harus memiliki surat izin berupa Surat Penugasan atau Surat Izin Kerja bagi Apoteker atau SIAA dan SIKAA bagi Asisten Apoteker. Namun sejak tanggal 1 juni 2011, diberlakukan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/PerV/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, Dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan Permenkes ini, setiap Tenaga Kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Surat Tanda Registrasi tersebut berupa STRA bagi Apoteker dan STRTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Setelah memiliki STRA atau STRTTK, Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut dapat berupa SIPA atau SIKA bagi Universitas Indonesia 35 Apoteker dan SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian. Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website KFN (Komite Farmasi Nasional). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Sementara bagi Asisten Apoteker yang telah memiliki SIAA dan/atau SIKAA harus menggantinya dengan STRTTK dengan cara mendaftar melalui Dinas Kesehatan Provinsi. Setelah mendapat STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian wajib mengurus SIKTTK di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. STRA dan STRTTK dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada Komite Farmasi Nasional dan STRTTK kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. STRA dan STRTTK berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh STRTTK, Tenaga Teknis Kefarmasian harus mengajukan permohonan kepada kepala dinas kesehatan provinsi. Surat permohonan STRTTK harus melampirkan: a. Fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis Farmasi atan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker; b. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika kefarmasian; d. Surat rekomendasi tentang kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA, atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan e. Pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm dua lembar dan ukuran 2 x 3 cm dua lembar. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja. Surat izin tersebut berupa SIPA bagi Apoteker penanggung jawab atau Apoteker pendamping di fasilitas pelayanan kefarmasian, SIKA bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian di fasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran, atau SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang Universitas Indonesia 36 melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian. SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian atau SIKA hanya diberikan untuk satu tempat fasilitas kefarmasian sementara SIPA bagi apoteker pendamping dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas pelayanan kefarmasian. SIKTTK dapat diberikan untuk paling banyak tiga tempat fasilitas kefarmasian. SIPA, SIKA, atau SIKTTK dikeluarkan oleh Kepala DinKes Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a. Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; c. Surat rekomendasi dari organisasi profesi; d. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Permohonan SIKTTK harus melampirkan: a. Fotokopi STRTTK; b. Surat pernyataan Apoteker atau pimpinan tempat pemohon melaksanakan pekerjaan kefarmasian; c. Surat rekomendasi dari organisasi yang menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian; dan d. Pas foto berwarna berukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIKTTK harus dinyatakan permintaan SIKTTK untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Universitas Indonesia 37 Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIKTTK paling lama dua puluh hari sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. 3.3.2.2. Surat izin praktek dokter (Menteri Kesehatan RI, 2011) Praktek kedokteran adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh dokter dan dokter gigi terhadap pasien dalam melaksanakan upaya kesehatan. Dokter dan dokter gigi yang dimaksud meliputi dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis. Setiap dokter dan dokter gigi yang akan melakukan praktek kedokteran wajib memiliki Surat Izin Praktek (SIP). SIP adalah bukti tertulis yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada dokter dan dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktek kedokteran. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam memberikan SIP harus mempertimbangkan keseimbangan antara jumlah dokter dan dokter gigi dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Dokter atau dokter gigi mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat praktek kedokteran dilaksanakan untuk memperoleh SIP. Dokumen yang harus terlampir dalam permohonan SIP tersebut meliputi: a. Fotokopi Surat Tanda Registrasi (STR) dokter atau STR dokter gigi yang diterbitkan dan dilegalisasi asli oleh Konsil Kedokteran Indonesia yang masih berlaku; b. Surat pernyataan mempunyai tempat praktek, atau surat keterangan dari sarana pelayanan kesehatan sebagai tempat prakteknya; c. Surat persetujuan dari atasan langsung bagi dokter dan dokter gigi yang bekerja pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah atau pada instansi/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara purna waktu; d. Surat rekomendasi asli dari organisasi profesi sesuai tempat praktek; e. Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Selain dokumen tersebut, Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Timur menambahkan persyaratan dokumen sebagai berikut: a. Fotokopi SIP yang telah dimiliki; b. Surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung; dan Universitas Indonesia 38 c. Fotokopi KTP. Fotokopi KTP ditambahkan untuk menghindari kesalahan penulisan nama pada SIP karena terkadang tulisan dari para dokter sulit untuk dibaca oleh petugas. Fotokopi SIP yang telah dimiliki dan surat keterangan aktif bekerja dari atasan langsung ditambahkan sebagai tambahan pertimbangan bagi Suku Dinas Administrasi Kota Administrasi Jakarta Utara dalam pengambilan keputusan apakah izin akan dibuatkan atau tidak. Dokter atau dokter gigi yang telah memenuhi persyaratan tersebut diberikan SIP untuk satu tempat praktek. SIP dokter atau dokter gigi diberikan paling banyak untuk tiga tempat praktek, baik pada sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta maupun praktek perorangan. Oleh karena itu, dalam pengajuan permohonan SIP harus dinyatakan permintaan SIP tersebut untuk tempat praktek pertama, kedua, atau ketiga. SIP yang diberikan berlaku selama 5 tahun sepanjang STR masih berlaku dan tempat praktek masih sesuai dengan yang tercantum dalam SIP. 3.3.2.3. Surat izin praktek bidan (Menteri Kesehatan RI, 2010) Bidan dapat menjalankan praktek pada fasilitas pelayanan kesehatan yang meliputi, fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau praktek mandiri. Setiap bidan yang menjalankan praktek wajib memiliki Surat Izin Praktek Bidan (SIPB), kecuali bagi bidan yang menjalankan praktek pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri atau bidan yang menjalankan tugas pemerintah sebagai bidan desa. Surat Izin Praktek Bidan adalah bukti tertulis yang diberikan kepada bidan yang sudah memenuhi persyaratan untuk menjalankan praktek kebidanan. Untuk memperoleh SIPB, bidan harus mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan: a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir; b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki Surat Izin Praktek; c. Surat pernyataan memiliki tempat praktek; d. Pas foto berwarna terbaru ukuran 4 x 6 cm sebanyak tiga lembar; dan e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi. SIPB hanya diberikan untuk satu tempat praktek. Bidan dalam Universitas Indonesia 39 menjalankan praktek mandiri harus memenuhi persyaratan meliputi tempat praktek dan peralatan untuk tindakan asuhan kebidanan. 3.3.2.4. Surat izin praktek perawat (Menteri Kesehatan RI, 2010) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/Menkes/148/I/2010, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, baik fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri dan/atau praktek mandiri. Perawat yang melaksanakan praktek pada wajib memiliki Surat Izin Praktek Perawat (SIPP), kecuali untuk perawat yang menjalankan praktek pada fasilitas pelayanan kesehatan di luar praktek mandiri. SIPP hanya diberikan untuk satu tempat praktek. SIPP dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dengan melampirkan: a. Fotokopi STR yang masih berlaku dan dilegalisir; b. Surat keterangan sehat fisik dari dokter yang memiliki SIP; c. Surat pernyataan memiliki tempat praktek; d. Pas foto berwana ukuran 4x6 cm sebanyak 3 (tiga) lembar; dan e. Rekomendasi dari Organisasi Profesi Pelaksanaan perizinan perawat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur pada tahun 2011 belum dilaksanakan sesuai dengan Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tersebut karena belum terbentuknya Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi (MTKP) dan Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) yang bertugas melaksanakan registrasi tenaga kesehatan di setiap provinsi. MTKI dan MTKP baru terbentuk pada akhir tahun 2011. Dengan demikian registrasi tenaga kesehatan masih dilakukan di Dinas Kesehatan dan pemberian Surat Izin Kerja Perawat pada tahun 2011 dilaksanakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur sesuai dengan Permenkes No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. 3.3.2.5. Surat izin kerja perawat gigi (Menteri Kesehatan RI, 2001) Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1392/Menkes/SK/XII/2001 Perawat Gigi adalah setiap orang yang lulus Universitas Indonesia 40 pendidikan perawat gigi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Surat Izin Kerja (SIK) adalah bukti tertulis yang diberikan kepada perawat gigi untuk melakukan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sarana kesehatan. SIK sebagaimana dimaksud diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan: a. Foto kopi ijazah pendidikan perawat gigi. b. Foto kopi SIPG (surat izin perawat gigi) yang masih berlaku. c. Surat keterangan sehat dari dokter. d. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. e. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyebutkan tanggal mulai bekerja sebagai perawat gigi. f. Rekomendasi dari organisasi profesi ( PPGI). SIK berlaku sepanjang SIPG belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui. SIPG berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbarui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK. 3.3.2.6. Surat izin kerja radiografer (Menteri Kesehatan RI, 2006). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 357/Menkes/Per/2006 Radiografer adalah tenaga kesehatan lulusan akademi penata rontgen, diploma III radiologi, pendidikan ahlimadya/akademi/diploma III teknik radiodiagnostik dan radioterapi yang telah memiliki ijazah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Setiap radiografer untuk menjalankan pekerjaan radiografi pada sarana pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta wajib memilki Surat Izin Kerja Radiografer (SIKR). Untuk memperoleh SIKR, maka radiografer yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan : a. Fotokopi Surat Izin Radiografer (SIR) yang masih berlaku. b. Fotokopi ijazah radiografer yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan radiographer. c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP. d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2(dua) lembar. Universitas Indonesia 41 e. Surat keterangan telah melaksanakan tugas dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan. SIK berlaku sepanjang SIR belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui. SIR berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK. 3.3.2.7. Surat izin kerja refraksionis optisien (Menteri Kesehatan RI, 2002). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 544/Menkes/VI/2002 Refraksionis Optisien adalah seseorang yang telah lulus pendidikan refraksionis optisien minimal program pendidikan diploma, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. Setiap refraksionis optisien untuk melakukan pekerjaan pada sarana kesehatan wajib memiliki SIK. SIK diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan: a. Fotokopi Surat Izin Refraksionis Optisien (SIRO) yang masih berlaku. b. Surat keterangan sehat dari dokter. c. Pasfoto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar. d. Surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja. e. Rekomendasi dari organisasi profesi. SIK berlaku sepanjang SIRO belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SIRO berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk memperoleh SIK. 3.3.2.8. Surat izin praktek fisioterapis (Menteri Kesehatan RI, 2001). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1363/Menkes/SK/XII/2001 Fisioterapis adalah seseorang yang telah lulus pendidikan fisioterapi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. Fisioterapis dapat melaksanakan praktek Universitas Indonesia 42 fisioterapi pada sarana pelayanan kesehatan, praktek perorangan dan/atau berkelompok. Fisioterapis yang melaksanakan praktek fisioterapi harus memiliki Surat Izin Praktek Fisioterapis (SIPF). SIPF dapat diperoleh dengan mengajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan melampirkan: a. Fotokopi ijazah pendidikan fisioterapis. b. Fotokopi SIF (surai izin fisioterapis) yang masih berlaku. c. Surat keterangan sehat dari dokter. d. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar. e. Surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan tanggal mulai bekerja. f. Surat keterangan menyelesaikan adaptasi, bagi lulusan luar negeri SIPF berlaku sepanjang SIF belum habis masa berlakunya dan selanjutnya dapat diperbaharui. SIF berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui kembali serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPF. 3.3.2.9. Surat izin praktek terapis wicara (Menteri Kesehatan RI, 2004). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 867/Menkes/Per/VIII/2004 Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapis wicara baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terapis wicara dapat melaksanakan praktek terapis wicara pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok. Terapis wicara yang melakukan praktek pada sarana pelayanan terapi wicara, praktek perorangan dan/atau berkelompok harus memiliki Surat Izin Praktek Terapis Wicara (SIPTW). SIPTW dapat diperoleh dengan megajukan permohonan kepada Kepala Suku Dinas Kesehatan setempat dengan dengan tembusan kepada Ikatan Terapis Wicara yang terdekat dengan wilayah tersebut. Permohonan tersebut diajukan dengan melampirkan : a. Fotokopi ijazah yang disahkan oleh pimpinan penyelenggara pendidikan terapis wicara. b. Fotokopi SITW yang masih berlaku. c. Surat keterangan sehat dari dokter yang memiliki SIP. Universitas Indonesia 43 d. Surat keterangan dari pimpinan sarana yang menyatakan tanggal mulai bekerja, untuk yang bekerja di sarana pelayanan terapi wicara. e. Pas foto ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar SIPTW berlaku sepanjang SITW belum habis masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali. SITW berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan dasar untuk memperoleh SIPTW. 3.3.3. Bagian standarisasi mutu kesehatan Ruang lingkup kebijakan mutu Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Timur adalah sebagai berikut: a. Orientasi pada kepuasan pelanggan. b. Perbaikan/peningkatan terus menerus dan berkesinambungan (continous and sustainable improvement). c. Mematuhi peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. d. Memberikan jasa pelayanan dan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (Binwasdal) bidang kesehatan yang profesional dan responsif. Adapun sasaran mutu yang ingin dicapai dalam jasa pelayanan dan Binwasdal yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara adalah sebagai berikut. a. Binwasdal Sumber Daya Manusia (SDM) Sudinkes 100 % terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu. b. Binwasdal program 100 % terlaksana secara baik, benar, dan tepat waktu. c. Pelayanan perizinan tenaga kesehatan 12 hari kerja. d. Pelayanan sarana kesehatan 12 hari kerja. e. Keluhan pelanggan 100 % ditindaklanjuti. f. Kepuasan pelanggan 85 % dipenuhi. g. Tanggungjawab pencapaian sasaran mutu terdistribusi sampai Subbag dan Seksi pemilik program pencapaian sasaran mutu. h. Pencapaian sasaran mutu Sistem Manajemen Mutu di Sudinkes Jakut dilakukan secara bertahap sesuai tabel pencapaian sasaran mutu dan dilakukan evaluasi periodik dalam rapat-rapat tinjauan manajemen. Dokumen mutu merupakan dokumen yang ditetapkan oleh Sudinkes Jakut sebagai bentuk penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008. Ada Universitas Indonesia 44 beberapa level dokumen mutu, berdasarkan tingkatan penggunaannya di lingkungan Sudinkes Jakut. a. Dokumen level pertama (I), yaitu manual mutu (quality manual) yang merupakan dokumen mutu induk yang menjadi dasar dan rujukan bagi semua dokumen mutu lainnya dan berlaku bagi seluruh bagian Sudinkes Jakut. b. Dokumen level kedua (II), yaitu prosedur mutu (quality procedure) yang merupakan penjelasan lebih rinci mengenai hal-hal tertentu yang disebutkan dalam manual mutu serta terbagi atas prosedur yang berlaku bersama untuk seluruh bagian Sudinkes Jakut dan prosedur yang hanya berlaku untuk satu seksi/subbagian saja. c. Dokumen level ketiga (III), yaitu instruksi kerja merupakan penjelasan mendetail mengenai hal-hal tertentu dalam prosedur mutu yang perlu dijelaskan lebih lanjut. d. Dokumen level keempat (IV), yaitu format gambar dan dokumen pendukung lainnya yang dipakai dalam sistem manajemen mutu dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan kendali mutu. Manual mutu Suku Dinas Kota Administrasi Jakarta Utara merupakan suatu dokumen mutu yang menjadi pedoman dan acuan dasar pelaksanaan sistem manajemen mutu di lingkungan Sudinkes Jakarta Utara. Hal-hal pokok yang tercantum dalam Manual Mutu Sudinkes Jakarta Utara adalah sebagai berikut. a. Pengantar Sistem Manajemen Mutu Sudinkes Jakut. b. Profil Organisasi Sudin. c. Sistem Manajemen Mutu Sudin. d. Persyaratan Umum Sistem Manajemen Mutu. e. Komitmen Mutu. f. Manjemen Sumber Daya. g. Realisasi Pelayanan. h. Pengukuran, Analisa, dan Implementasi Sistem Manajemen Mutu. Beberapa kegiatan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jakut adalah sebagai berikut: a. Audit Mutu Internal, yaitu suatu kegiatan pemeriksaan/audit yang dilakukan oleh bagian Standarisasi Mutu Kesehatan dari Seksi Sumber Daya Kesehatan Universitas Indonesia 45 untuk memastikan tercapainya sasaran mutu yang telah ditetapkan untuk dicapai oleh Sudinkes Jakut. Audit ini dilakukan minimal dua kali dalam setahun. b. Audit Surveilans, yaitu suatu kegiatan pemeriksaaan/audit yang dilakukan oleh pihak luar, yakni badan sertifikasi independen yang memberikan sertifikat terhadap implementasi Sistem Manajemen Mutu berdasarkan ISO 9001:2008 kepada Sudinkes Jakut, untuk memastikan terpeliharanya implementasi Sistem Manajemen Mutu tersebut. Audit ini dilakukan minimal satu kali dalam setahun. c. Tinjauan Manajemen, yaitu suatu kegiatan rapat seluruh bagian Sudinkes Jakut guna membahas hasil evaluasi pemeliharaan implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jakut sehingga dapat dilakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki hal tersebut sehingga implementasi sistem manajemen mutu di Sudinkes Jakut dapat lebih baik lagi. Tinjauan manajemen dilakukan minimal 1 tahun sekali. d. Survei Kepuasan Pelanggan, yaitu survei untuk menilai terpenuhinya kepuasan pelanggan Sudinkes terhadap pelayanan yang diberikan oleh semua bagian (Seksi dan Subbagian) Sudinkes Jaktim. Survei ini dilaksanakan melalui pengisian angket oleh pelanggan yang datang dan menerima pelayanan Sudinkes, misalnya pihak yang mengurus sarana perizinan seperti apotek dan toko obat. Selanjutnya, hasil pengisian angket ini dianalisis sehingga nilai pemenuhan kepuasan pelanggan dapat diperoleh dan dapat ditingkatkan lagi apabila hasil analisis menunjukkan kekurangan. e. Pelatihan-pelatihan, misalnya pelatihan auditor pemimpin (lead auditor) dan pelatihan kepuasan pelanggan, yang berguna untuk membantu implementasi sistem manajemen mutu oleh segenap karyawan Sudinkes Jakut Universitas Indonesia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Suku dinas kesehatan Jakarta Utara Suku Dinas Kesehatan didirikan berdasarkan SK Gubernur DKI Jakarta No. 58 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta. Undang-Undang No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom menunjukkan adanya perubahan sistem pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi otonomi daerah sehingga sebagian kewenangan dan tugas pemerintah pusat dilimpahkan ke daerah termasuk masalah pelayanan kesehatan. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Utara dilaksanakan pada seksi sumber daya kesehatan karena pelaksanaan teknis kebijakan tentang kefarmasian terpusat pada subseksi farmasi, makanan dan minuman (farmakmin) yang berada di bawah seksi tersebut. Subseksi farmakmin secara umum bertanggungjawab mengurus perizinan, melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian (binwasdal) serta menyediakan obat buffer yang disimpan di gudang. Perizinan yang dilaksanakan di Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Utara meliputi perizinan sarana kesehatan seperti apotek, toko obat, industri kecil obat tradisional, sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT) dan cabang/sub penyalur alat kesehatan serta tenaga kerja. Perizinan surat izin praktek atau kerja apoteker dilimpahkan ke suku dinas kabupaten/kota sejak diberlakukannya permenkes No. 889/Menkes/Per/V/2011 pada tanggal 1 Juni 2011. Selain itu, surat izin kerja asisten apoteker (SIKAA) berubah penamaannya menjadi Surat Izin Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK). Pelayanan perizinan dilaksanakan melalui sistem satu pintu dimulai dari front line officer (FLO) di pelayanan prima dan pelaksanaan perizinan selanjutnya dilaksanakan oleh petugas sudinkes di bidang farmakmin. Setiap perizinan yang 46 Universitas Indonesia 47 masuk di monitoring pelaksanaannya. Melalui sistem manajemen mutu, setiap pelaksanaan didokumentasikan dengan rapi. Perizinan yang melalui beberapa tahap pelaksanaan dicatat alur proses yang telah dilalui, tanggal pelaksanaan dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan untuk mencegah keterlambatan proses perizinan dan menjaga kualitas pelayanan di Sudin Kesehatan Jakarta utara. Alur proses perizinan dimulai dengan pemohon izin menyerahkan berkas permohonan yang sudah lengkap kepada FLO (Front Line Officer) di Pelayanan Prima. FLO akan menerima dan memeriksa kelengkapan berkas serta mengisi check list sesuai dengan persyaratan permohonan izin. Jika berkas tidak lengkap, kekurangan akan diberitahukan kepada pemohon dan berkas akan langsung dikembalikan. Check list hasil pemeriksaan berkas disimpan oleh FLO. Jika berkas permohonan lengkap dan benar, FLO akan membuat tanda terima (rangkap 2, asli untuk pemohon dan fotokopi untuk arsip), mencatat pada buku register, dan menginput data pemohon melalui software. Selanjutnya, berkas permohonan akan diserahkan ke Bagian Tata Usaha (TU). Oleh bagian TU, berkas akan dicatat dan diberi penomoran pada buku agenda masuk. Data akan diteruskan ke seksi melalui software dan berkas akan diserahkan ke Seksi Sumber Daya Kesehatan (yaitu Koordinator Farmakmin) dengan menulis tanggal penerimaan di buku agenda keluar dan paraf penerima di Status Kendali Mutu. Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) menerima berkas permohonan dari TU dan mencatatnya pada register seksi. Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan akan melakukan verifikasi kebenaran dan keabsahan berkas permohonan. Jika hasil verifikasi tidak memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat surat penolakan yang ditandatangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Berkas permohonan dan surat penolakan akan diserahkan kembali ke FLO. Jika hasil verifikasi memenuhi persyaratan, Seksi SDK akan membuat perjanjian waktu pemeriksaan lapangan. Seksi SDK membuat Surat Tugas yang ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara dan mempersiapkan Berkas Pemeriksaan Lapangan. Setelah pemeriksaan lapangan dilaksanakan, BAP lapangan akan dikaji dan hasil pemeriksaan lapangan dilaporkan ke Kepala Seksi Sumber Daya Kesehatan dan atau Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Bila memenuhi persyaratan di lapangan, pembuatan Surat Izin/SK/Sertifikat akan dilakukan. Bila Universitas Indonesia 48 tidak memenuhi persyaratan di lapangan, surat penolakan izin berserta alasannya akan dibuat dan ditanda tangani oleh Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Surat penolakan dan berkas permohonan diserahkan kembali ke FLO untuk dikembalikan ke pemohon. Selanjutnya dilakukan pemberian nomor Surat Izin/Sertifikat Sarana dan Nomor Agenda Surat Keluar TU untuk Surat Izin/Sertifikat Sarana serta Nomor SK untuk SK izin sarana. Surat Izin/SK/Sertifikat akan dicetak dan ditempelkan foto lalu diteruskan ke Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara untuk ditandatangani. Selanjutnya, Surat Izin/SK/Sertifikat akan digandakan dan dibubuhkan stempel Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Sebagai arsip, foto ditempelkan di buku register perizinan dan fotokopi Surat Izin/SK/Sertifikat didokumentasikan pada berkas permohonan. Seksi SDK menyerahkan Surat Izin/SK/Sertifikat asli ke FLO dengan berita acara serah terima dan menginformasikan kepada pemohon untuk mengambil Surat Izin/SK/Sertifikat tersebut. FLO mengisi blangko retribusi pembayaran dan menyerahkannya ke pemohon untuk segera membayar ke Kas Daerah. FLO akan memberikan Surat Izin/SK/Sertifikat asli kepada pemohon dengan menerima surat tanda terima dan Surat Ketetapan Restribusi Daerah (SKRD) dari pemohon. Untuk bukti, SKRD warna putih dipegang pemohon dan yang berwarna merah disimpan FLO sebagai arsip. Selajutnya, pemohon menandatangani buku register FLO sebagai bukti Surat Izin/SK/Sertifikat telah diambil. Keseluruhan proses ini harus dilakukan dan selesai dalam waktu tidak lebih dari 16 hari kerja. Pada saat pemeriksaan lapangan apotek, dilakukan pemeriksaan meliputi bangunan, perlengkapan apotek, dan personalia (terutama Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian). Pada saat pemeriksaan juga dilakukan penyuluhan mengenai pentingnya pelaporan narkotika, kelengkapan sarana apotek seperti kartu stok, penaraan timbangan, dan pentingnya kehadiran Apoteker di apotek, serta keharusan apotek untuk membeli obat pada Pedagang Besar Farmasi. Untuk penanggung jawab toko obat dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian dan daftar obat yang dapat dijual di toko obat hanya obat bebas dan obat bebas terbatas. Toko Obat tidak boleh melayani resep atau memberikan obat Universitas Indonesia 49 yang termasuk dalam daftar obat keras maupun DOWA (Daftar Obat Wajib Apotek). Berbeda dengan perizinan tenaga kerja kefarmasian, pengeluaran izin bagi sarana kesehatan kefarmasian dilakukan setelah pemeriksaan fisik terhadap sarana tersebut. Khusus IKOT, perizinannya terdiri dari 2 jenis yaitu izin prinsip dan izin usaha sedangkan izin edar produk menjadi wewenang BPOM. Pada IKOT, dilakukan pemeriksaan terhadap peralatan untuk pengolahan serta pengemasan produk, peralatan laboratorium, peralatan pengendalian pencemaran sarana produksi, serta sumber daya/energi yang digunakan. Fungsi farmakmin lainnya adalah sebagai penyedia obat buffer puskesmas dan untuk bakti sosial atau jika ada Kejadian Luar Biasa (KLB). Pengadaan obat ini dilakukan setiap tahun dengan menghitung anggaran, jumlah dan jenis obat yang diperlukan berdasarkan kebutuhan obat tahun sebelumnya dan disesuaikan dengan pola penyakit di Jakarta Utara. Setelah perencanaan disetujui, farmakmin melakukan pengadaan obat. Pengadaan obat dilakukan dengan cara lelang oleh tim lelang. Obat diperiksa oleh tim pemeriksa untuk dan diterima oleh tim penerima yang terdiri dari petugas sudinkes farmakmin di instalasi farmasi sudin. Sejak 2 tahun terakhir, farmakmin tidak melaksanakan pengadaan buffer obat karena bidang pengendalian masalah kesehatan ikut mengadakan pengadaan obat, dan terdapat permintaan obat paten dalam proses lelang. Binwasdal juga menjadi bagian kegiatan farmakmin. Binwasdal pada sarana pelayanan kesehatan dan produk IRT disesuaikan dengan anggaran yang ada. Binwasdal dilakukan secara acak pada saryankes yang belum dilakukan berdasarkan data tahun lalu. Saat pelaksanaan binwasdal ditemukan banyak pelanggaran di sarana kesehatan. Pelanggaran tersebut diantaranya merupakan temuan langsung sudin saat peninjauan langsung ke lapangan ataupun temuan Balai POM. Temuan dari balai POM ditindaklanjuti oleh sudinkes dengan memeriksa sarana kesehatan tersebut. Pelanggaran yang sering terjadi di apotek yakni tidak ada asisten apoteker ataupun apoteker, tidak rapinya administrasi, penjualan obat tanpa resep dokter dan lainlain. Penertiban toko obat oleh sudinkes dilakukan setahun sekali dengan mengecek ketersediaan obat bebas dan obat bebas terbatas, serta kemungkinan Universitas Indonesia 50 dijualnya obat keras. Pengawasan juga dilakukan terhadap industri pangan rumah tangga. Jika diketahui terjadi pelanggaran atau penyimpangan, Koordinator Farmakmin dapat memberikan peringatan dan pembinaan agar sarana tersebut dapat memperbaiki kesalahannya. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kembali untuk mengetahui apakah perbaikan telah dilakukan atau belum. Jika suatu sarana tidak juga memperbaiki kesalahannya atau tetap melanggar peraturan, Koordinator Farmakmin berwenang untuk mencabut izin sarana tersebut. Selain sarana kesehatan, sudinkes juga melaksanakan pengawasan terhadap produk IRT. Tahun 2012 lalu menjelang natal dan idul fitri, sudinkes melakukan binwasdal terhadap produk parsel dan IRT di pasar swalayan dan pasar tradisional yang kadaluwarsa ataupun tanpa no.izin edar. Setiap pelaksanaan binwasdal dibuat berita acara dan dilanjutkan dengan pembinaan terhadap saryankes yang melakukan pelanggaran sedangkan produk dan obat yang tidak layak serta terkait dengan pelanggaran diamankan oleh BPOM. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara merupakan perpanjangan tangan Dinas Kesehatan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam memberikan pelayanan perizinan, perencanaan, pengendalian dan penilaian efektifitas pelayanan kesehatan. 2. Tugas pokok Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara yaitu melaksanakan kegiatan pembinaan dan pengembangan masyarakat. 3. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara memiliki beberapa fungsi yaitu Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), Pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku Dinas dan pembinaan,pengawasan, serta pengendalian penyelenggaraan kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat. 4. Subseksi farmasi makanan dan minuman berperan dalam pengadaan buffer obat, pengelolaan perizinan tenaga kerja kefarmasian (SIPA, SIKA dan SIKTTK), memberikan layanan perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian terhadap sarana apotek, toko obat, dan industri kecil obat tradisional (IKOT), dan industri rumah tangga pangan (IRTP). 5.2 Saran 1. Kegiatan binwasdal sarana farmasi, makanan dan minuman yang telah dilakukan perlu ditingkatkan lagi dalam rangka sosialisasi informasi dan untuk meningkatkan kesadaran serta pengetahuan tenaga kesehatan dan pemilik sarana kesehatan 2. Perlu adanya peningkatan jumlah SDM di bidang subseksi farmakmin untuk mempermudah pelaksanaan binwasdal terhadap sarana kesehatan. 3. Peningkatan kompetensi petugas Seksi Sumber Daya Kesehatan (SDK) melalui pelatihan yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing bagian. 51 Universitas Indonesia 52 DAFTAR ACUAN Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2002). Pedoman Perizinan Sarana Farmasi Makanan dan Minuman Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Suku Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Daerah DKI Jakarta No.4 Tahun 2009 tentang Sistem Kesehatan Daerah Jakarta: Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Gubernur Provinsi DKI Jakarta. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta : Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan No. 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2007). Peraturan Menteri Kesehatan No 284/MenKes/PER/III/2007, tentang Apotek Rakyat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2006). Peraturan Menteri Kesehatan No. 357/Menkes/Per/2006 Tentang Registrasi dan Izin Radiografer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2004). Peraturan Menteri Kesehatan No. 867/Menkes/Per/VIII/2004 tentang Registrasi dan Praktek Terapis Wicara. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2002). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1332/MenKes/SK/X/2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2002) Peraturan Menteri Kesehatan No. 544/Menkes/VI/2002 Tentang Registrasi dan IzinKerja Refraksionis Optisien. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1392/Menkes/SK/XII/2001 tentang Registrasi dan Izin Kerja Perawat Gigi. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2001). Peraturan Menteri Kesehatan No. 1363/Menkes/SK/XII/2001 Tentang Registrasi dan Izin Praktek Fisioterapis Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Universitas Indonesia 53 Menteri Kesehatan RI. (1991). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 142/MenKes/PER/III/1991 tentang Penyalur Alat Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (1990). Peraturan Menteri Kesehatan No. 246/Menkes/PER/V/1990 Tentang Izin Usaha Industri Kecil Obat Tradisional dan Pendaftaran Obat Tradisional Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2011). Keputusan Menteri Kesehatan No. 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2011).Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/149/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI .(2011). Keputusan Menteri Kesehatan H.K. 02.02/Menkes/148/ I/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Perawat. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Menteri Kesehatan RI. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden RI . (2009). Undang-undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden RI . (1999). Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Presiden RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Presiden RI. (2000). Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom Presiden RI. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. (2011). Prosedur Pemberian Izin Sarana dan Praktik Tenaga Kesehatan Farmasi Makanan Minuman Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Jakarta: Dinas Kesehatan Jakarta Utara. Universitas Indonesia LAMPIRAN 55 Lampiran 1 Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Kepala Suku Dinas Kesehatan Sub Bagian Tata Usaha Seksi Pengendalian Masalah Kesehatan Seksi Kesehatan Masyarakat Seksi Sumber Daya Kesehatan Seksi Pelayanan Kesehatan Penyehatan Lingkungan Pembinaan Kesehatan Keluarga Standarisasi Manajemen Kesehatan Gawat Darurat dan Bencana Penyakit Menular dan Tidak Menular Gizi dan Pemberdayaan Peran Serta Masyarakat Tenaga Kesehatan Pelayanan Kesehatan Dasar Wabah dan Surveillance Promosi Kesehatan dan Informasi Kesehatan Farmasi, makanan minuman Pelayanan Kesehatan Keahlian dan Tradisional dan Universitas Indonesia 56 Lampiran 2 Formulir Permohonan Izin Apotek Universitas Indonesia 57 Lampiran 3 Surat Izin Apotek Universitas Indonesia 58 Lanjutan Universitas Indonesia 59 Lampiran 4 Berita Acara Pemeriksaan Apotek Universitas Indonesia 60 Lanjutan Universitas Indonesia 61 Lanjutan Universitas Indonesia 62 Lanjutan Universitas Indonesia 63 Lampiran 5 Berita Acara Pemusnahan Resep Universitas Indonesia 64 Lampiran 6 Berita Acara Pemusnahan Perbekalan Farmasi Universitas Indonesia 65 Lampiran 7 Formulir Permohonan Izin Toko Obat Universitas Indonesia 66 Lampiran 8 Berita Acara Pemeriksaan Toko Obat Universitas Indonesia 67 Lampiran 9 Formulir Permohonan Izin Prinsip IKOT Universitas Indonesia 68 Lampiran 10 Formulir Permohonan Izin Usaha IKOT Universitas Indonesia 69 Lanjutan Universitas Indonesia 70 Lampiran 11 Formulir Permohonan SPP-IRT Universitas Indonesia 71 Lampiran 12 Formulir Permohonan Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)/Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) Universitas Indonesia 72 Lampiran 13 Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) Universitas Indonesia 73 Lampiran 14 Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) Universitas Indonesia UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI SUKU DINAS KESEHATAN KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA JL. YOS SUDARSO 27-29 PERIODE 7 JANUARI – 18 JANUARI 2013 PEMETAAN TENAGA KESEHATAN NON-MEDIS BERDASARKAN JUMLAH PENDUDUK PADA RUMAH SAKIT DAN PUSKESMAS DI WILAYAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA WISNU AJENG RAKHMANINGTYAS, S.Farm 1106153574 ANGKATAN LXXVI FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JUNI 2013 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii DAFTAR TABEL ............................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... iv BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................... 1 1.1 Latar belakang ....................................................................................... 1 1.2 Tujuan ................................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 2.1 Tenaga kesehatan ................................................................................... 3 2.2 Sarana/fasilitas kesehatan....................................................................... 5 2.3 Profil wilayah Jakarta Utara ................................................................... 8 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 11 3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan tugas khusus ....................................... 11 3.2 Metode pengumpulan data ................................................................... 11 3.3 Analisis rasio tenaga medis per 100000 penduduk di kota administrasi Jakarta Utara periode 2012 ............................................................................. 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 12 4.1 Analisis rasio dan pemetaan tenaga kesehatan di kota administrasi Jakarta Utara periode 2012 ............................................................................. 12 4.2 Tenaga keperawatan ............................................................................ 12 4.3 Apoteker .............................................................................................. 14 4.4 Gizi...................................................................................................... 14 4.5 Kesehatan masyarakat .......................................................................... 14 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 16 5.1 Kesimpulan.......................................................................................... 16 5.2 Saran ................................................................................................... 16 DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 17 ii Universitas Indonesia DAFTAR TABEL Tabel 2. 1 RasioTenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk ................................... 5 Tabel 2. 2 Daftar Rumah Sakit di Wilayah Jakarta Utara ...................................... 9 Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk di 6 Kecamatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara per tanggal 11 Januari 2013 jam 13:42 .................................................... 10 iii Universitas Indonesia DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Jumlah Tenaga Kesehatan Non Medis Di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara.................................................................................... 19 Lampiran 2 Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan Non Medis Dengan Standar Rasio Ideal Menurut Indikator Indonesia Sehat ................................ 25 iv Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana yang termaksud dalam Pancasila dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, keinginan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-undang No. 36 Tahun 2009). Peningkatan derajat kesehatan dilakukan dengan upaya – upaya dan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah di berbagai sarana pelayanan kesehatan, baik sarana pelayanan kesehatan milik pemerintah, swasta ataupun perorangan. Beberapa sarana pelayanan kesehatan yang dapat menyelenggarakan upaya dan pelayanan kesehatan antara lain rumah sakit, puskesmas, klinik, poliklinik dan praktek pribadi. Rumah sakit dan puskesmas menjadi ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas yang sama. Rumah sakit mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, masing-masing rumah sakit dituntut untuk memperbaiki manajemen, dan meningkatkan mutu pelayanan dan melakukan pemberdayaan terhadap semua potensi yang ada termasuk sumber daya manusia karena mutu pelayanan sangat tergantung pada kemampuan dan ketersediaan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangan tiap tenaga kesehatan yang bersangkutan (Undang Undang No. 23 Tahun 1992). 1 Universitas Indonesia 2 Standar kuantitas beberapa tenaga kesehatan yang vital telah ditetapkan oleh kementerian kesehatan. Standar kuantitas tersebut dinyatakan sebagai rasio tenaga kesehatan per 100.000 penduduk (Keputusan Menteri Kesehatan No.1202 tahun 2003). Sedangkan standar sarana/prasarana kesehatan dan pendayagunaan tenaga kesehatan, Kementerian Kesehatan telah menetapkan standar pelayanan kesehatan dan standar minimal jumlah tenaga kesehatan di pusat/sarana kesehatan masyarakat terutama rumah sakit yang ditentukan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.340/MENKES/PER /III/2010. Berdasarkan keputusan menteri tersebut perlu dilakukan adanya analisis mengenai kesesuaian jumlah tenaga kesehatan beserta profil tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dan untuk menjamin pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Jumlah tenaga kesehatan ini sangat menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan, dimana tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis. Dalam tugas ini dilakukan analisis untuk tenaga kesehatan dimana tenaga kesehatan ini dipilih berdasarkan kebutuhan utama yang ada di rumah sakit, puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya di tiap kecamatan di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara. Analisis dilakukan dengan cara mengolah data-data sekunder yang telah dikumpulkan oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Seksi Sumber Daya Kesehatan Koordinator Tenaga Kesehatan dan dilihat kesesuaiannya dengan standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Tugas khusus ini diharapkan dapat mempermudah Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Seksi Sumber Daya Kesehatan Bagian Tenaga Kesehatan untuk memetakan dan mengawasi ketersediaan tenaga non medis di setiap rumah sakit, puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara. 1.2 Tujuan Untuk mengetahui pemenuhan standar jumlah tenaga kesehatan serta pemetaan tenaga kesehatan di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pemerintah. Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tenaga kesehatan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan mengatur tentang jenis tenaga kesehatan di Indonesia beserta persyaratan yang berlaku, sistem pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan, standar profesi, serta mekanisme pembinaan dan pengawasan tenaga kesehatan agar sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996). Menurut Peraturan Pemerintah tersebut, yang dimaksud dengan Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Adapun jenis tenaga kesehatan yang diakui di Indonesia yaitu Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996): 1. Tenaga medis, meliputi dokter dan dokter gigi 2. Tenaga keperawatan, meliputi perawat dan bidan 3. Tenaga kefarmasian, meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker 4. Tenaga kesehatan masyarakat, meliputi epidemiolog kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiolog kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian. 5. Tenaga gizi, meliputi nutrisionis. 6. Tenaga keterapian fisik, meliputi fisioterapis, okupasi terapis, dan terapis wicara 7. Tenaga keteknisian medis, meliputi radiografer, radioterapis, teknisi gigi, teknisi elektromedis, analis kesehatan, refraksionis optisi, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis Pengadaan dan penempatan tenaga kesehatan dilaksanakan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang merata bagi seluruh masyarakat. Penempatan tenaga kesehatan dalam masa bakti dilaksanakan dengan memperhatikan kondisi wilayah dimana tenaga kesehatan yang 3 Universitas Indonesia 4 bersangkutan ditempatkan, lama penempatan, jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, dan prioritas sarana kesehatan. Sedangkan dalam proses perencanaan nasional tenaga kesehatan selain jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat, harus diperhatikan pula faktor sarana kesehatan serta jenis dan jumlah tenaga kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996, selanjutnya ditetapkan Kepmenkes No. 81/Menkes/SK/I/2004 tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya kesehatan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, serta rumah sakit. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan disebutkan bahwa dalam perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan terdapat empat metode penyusunan yang dapat digunakan, yaitu (Keputusan Menteri Kesehatan No. 81/Menkes/SK/I/2004,2004): a. Health Need Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas epidemiologi penyakit utama yang ada pada masyarakat. b. Health Service Demand, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas permintaan akibat beban pelayanan kesehatan. c. Health Service Target Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan atas sarana pelayanan kesehatan yang ditetapkan, misalnya Puskesmas dan Rumah Sakit. d. Rasio Method, yaitu perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan yang didasarkan pada standar/rasio terhadap nilai tertentu. Pelaksanaan penyusunan peta kebutuhan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan berdasarkan analisa kebutuhan pendidikan dan pelatihan, serta melaksanakan monitoring dan pemetaan sumber daya kesehatan di Kota Administrasi yang terdapat di Provinsi DKI Jakarta merupakan tugas Seksi Sumber Daya Kesehatan Suku Dinas Kota Administrasi (Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009). Berdasarkan Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 23 yang menyebutkan bahwa dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memilki izin dari pemerintah. Perizinan praktek tenaga kesehatan Universitas Indonesia 5 di Provinsi DKI Jakarta diberikan oleh Suku Dinas Kesehatan Kota Administras dengan keluarnya Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 150 tahun 2009. Dasar hukum yang mengatur perizinan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Permenkes No.1796/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan. 2. Kepmenkes No.889/MenKes/ Per/V/2011 tentang Izin Praktek dan izin Kerja Tenaga Kefarmasian. 3. Kepmenkes No.2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktek dan Pelaksanaan Praktek Kedokteran. 4. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/148/ I/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. 5. Kepmenkes No.H.K 02.02/Menkes/149/ I/2001 tentang Registrasi dan Praktek Bidan. 6. Kepmenkes No.357/Menkes/Per/2006 tentang Registrasi dan Izin Radiografer. 7. Surat Edaran Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta No.3026/1.777.12 tanggal 12 April 2012. Rasio tenaga kesehatan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202 /Menkes/sk/VIII/2003: Tabel 2. 1 RasioTenaga Kesehatan Per 100.000 Penduduk Tenaga Kesehatan Rasio per 100.000 penduduk Dokter 40 Dokter spesialis 6 Dokter gigi 11 Perawat 117,5 Bidan 100 Apoteker 10 Gizi 22 Sanitasi 40 Kesehatan masyarakat 40 Sumber: keputusan menteri kesehatan No 1202/Menkes/SK/VIII/2003 2.2 Sarana/fasilitas kesehatan Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan Universitas Indonesia 6 upaya kesehatan (Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996). Sedangkan yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas pelayanan kesehatan menurut jenisnya dibedakan menjadi fasilitas pelayanan perseorangan dan fasilitas pelayanan masyarakat, yang diselenggarakan baik oleh pihak pemerintah, pemerintah daerah maupun pihak swasta. Sedangkan dalam menentukan jenis dan jumlah fasilitas kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dengan mempertimbangkan (Undang-Undang No. 36 Tahun 2009): a. Luas wilayah b. Kebutuhan kesehatan c. Jumlah dan persebaran penduduk d. Pola penyakit e. Pemanfaatannya f. Fungsi sosial g. Kemampuan dalam memanfaatkan teknologi 2.2.1 Rumah sakit Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, definisi rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugas tersebut, rumah sakit mempunyai fungsi : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberianpelayanan kesehatan Universitas Indonesia 7 d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan. 2.2.2 Pusat kesehatan masyarakat Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan puskesmas memiliki fungsi sebagai berikut (Keputusan Menteri kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004): 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. 3. Pusat pelayanan kesehatan Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi : a. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit pelayanan perseorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. Universitas Indonesia 8 b. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat antara lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya. 2.3 Profil wilayah Jakarta Utara Jakarta Utara merupakan salah satu Kotamadya yang berada di Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terbagi dalam 6 kecamatan dengan masing-masing kelurahannya, yaitu (Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, 2010): 1. Kecamatan Penjaringan 4. Kecamatan Koja a. Kelurahan Kamal Muara a. Kelurahan Rawabadak Selatan b. Kelurahan Kapuk Muara b. Kelurahan Tugu Selatan c. Kelurahan Penjagalan c. Kelurahan Tugu Utara d. Kelurahan Penjaringan d. Kelurahan Lagoa e. Kelurahan Pluit e. Kelurahan Rawabadak Utara 2. Kecamatan Pademangan a. Kelurahan Pademangan Barat f. Kelurahan Koja 5. Kecamatan Kelapa Gading b. Kelurahan Pademangan Timur a. Kelurahan Kelapa Gading Barat c. Kelurahan Ancol b. Kelurahan 3. Kecamatan Tanjung Priok a. Kelurahan Sunter Agung b. Kelurahan Sunter Jaya Kelapa Gading Timur c. Kelurahan Pegangsaan Dua 6. Kecamatan Cilincing c. Kelurahan Papanggo a. Kelurahan Sukapura d. Kelurahan Warakas b. Kelurahan Rorotan e. Kelurahan Sungai Bambu c. Kelurahan Marunda f. Kelurahan Kebon Bawang d. Kelurahan Cilincing g. Kelurahan Tanjung Priok e. Kelurahan Semper Timur f. Kelurahan Semper Barat g. Kelurahan Kalibaru Universitas Indonesia 9 Kota Administrasi Jakarta Utara memiliki 6 Puskesmas Kecamatan, 43 Puskesmas Kelurahan dan 19 rumah sakit yang tersebar di berbagai wilayah Jakarta Utara, yaitu: Tabel 2. 2 Daftar Rumah Sakit di Wilayah Jakarta Utara No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 Rumah Sakit Jumlah Tempat Tidur Klasifikasi Kecamatan Rumah Sakit Akademik Atma 149 Umum Jaya Rumah Sakit Pluit 192 Umum Penjaringan Rumah Sakit Ibu dan Anak 90 Khusus (C) Family Rumah Sakit Indah Kapuk 209 Umum RSTP TP Ancol 48 Pademangan Rumah SakitPenyakit Infeksi 167 Khusus (B) Prof. Dr. Sulianti Rumah Sakit Ibu dan Anak 53 Khusus (B) Hermina Podomoro Rumah Sakit Sunter Agung Rumah Sakit Royal Progress Tanjung Priok Rumah Sakit Puri Medika 50 Khusus Rumah Sakit Port Medical 50 Umum Centre Rumah Sakit Sukmul 98 Umum (C) Rumah Sakit Satya Negara 14 Umum Rumah Sakit Medika Griya 105 Umum (C) Rumah Sakit Umum Daerah 456 Umum (B) Koja Koja Rumah Sakit Pelabuhan 221 Umum (C) Tanjung Priok Rumah Sakit Mitra Keluarga 164 Umum (B) Kelapa Gading Rumah Sakit Gading Pluit 50 Umum (B) Rumah Sakit Islam Jakarta 179 Umum Cilincing Utara Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta,2012 Berdasarkan hasil sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Jakarta Utara adalah 1.657.509 jiwa. Dari hasil sensus penduduk tahun 2011 tersebut bahwa penyebaran penduduk di Jakarta Utara dengan 3 kecamatan terbesar yaitu : - Kecamatan Tanjung Priok yakni sebesar 24,74% - Kecamatan Cilincing yakni sebesar 24,34% - Kecamatan Koja yakni sebesar 19,42% Universitas Indonesia 10 Kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling sedikit adalah Kecamatan Kelapa Gading yang berjumlah 131.354 jiwa. Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk di 6 Kecamatan Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara per tanggal 11 Januari 2013 jam 13:42 Kecamatan Kelurahan Akhir Tahun 2010 Akhir Tahun 2011 (Districs) (Villages) Total % Total % (1) (2) (3) (4) (5) (6) Penjaringan 5 306.456 18,62 228.190 13,76 Pademangan 3 149.809 9,10 162.616 9,82 Tanjung Priok 7 375.276 22,80 410.103 24,74 Koja 6 288.091 17,51 321.840 19,42 Kelapa Gading 3 154.692 9,41 131.354 7,92 Cilincing 7 371.335 22,56 403.406 24,34 Jakarta Utara 31 1.645.659 100,00 1.657.509 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Utara, 2013 Universitas Indonesia BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan tugas khusus Tugas khusus dilaksanakan selama Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 07– 21 Januari 2013 di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara Seksi Sumber Daya Kesehatan, Bagian Tenaga Kesehatan. 3.2 Metode pengumpulan data Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder yang diperoleh dari seksi Sumber Daya Kesehatan di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara, serta data dan informasi dari beberapa literatur yang berasal dari Buku Profil Kesehatan dan publikasi online yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. 3.3 Analisis rasio tenaga medis per 100000 penduduk di kota administrasi Jakarta Utara periode 2012 Dalam analisis ini akan dilakukan perhitungan dengan metode rasio yang membandingkan antara jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di wilayah kota administrasi Jakarta Utara yang dinyatakan dalam 100.000 penduduk. Analisis rasio dihitung dengan menggunakan rumus : Rasio yang diperoleh dibandingkan dengan target kementerian kesehatan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No 1202/Menkes/SK/VIII/2003. 11 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis rasio dan pemetaan tenaga kesehatan di kota administrasi Jakarta Utara periode 2012 Analisis rasio dan pemetaan tenaga kesehatan di tiap Kecamatan yang ada di Kota Administrasi Jakarta Utara dilakukan dengan menggunakan data dari seluruh sarana pelayanan kesehatan yang ada di tiap Kecamatan. Perhitungan rasio dilakukan dengan membandingkan jumlah tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk di tiap Kecamatan di wilayah Jakarta Utara dan dinyatakan dalam 100.000 penduduk. Analisis rasio dihitung dengan menggunakan rumus : Berdasarkan hasil sensus penduduk yang dilakukan oleh badan pusat statistik, jumlah penduduk di wilayah Jakarta Utara pada tahun 2011 terakhir adalah 1.657.509 penduduk. Dengan penduduk terbanyak berada di Kecamatan Tanjung Priok sejumlah 410.103 jiwa dan wilayah dengan penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Kelapa Gading. Jenis tenaga kesehatan yang dianalisis adalah tenaga yang memiliki indikator tenaga kesehatan menurut target standar rasio yaitu dokter, dokter spesialis, dokter gigi, apoteker, bidan, perawat, gizi, sanitarian dan tenaga kesehatan masyarakat. Rasio yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan target standar rasio minimal yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202 /MENKES /SK /VIII /2003. 4.2 Tenaga keperawatan Tenaga keperawatan yang dimaksud adalah tenaga perawat, perawat gigi, dan tenaga bidan berdasarkan PP No. 32 Tahun 1996. Tenaga keperawatan ini dihitung dari jumlah semua tenaga perawat yang berada di puskesmas kecamatan, kelurahan dan rumah sakit di wilayah Jakarta Utara. Data rekapan jumlah tenaga keperawatan di masing-masing puskesmas kecamatan dan kelurahan dapat dilihat pada Lampiran 2. 12 Universitas Indonesia 13 Analisis untuk tenaga perawat yang bekerja di puskesmas dan rumah sakit di wilayah Jakarta Utara, tenaga perawat yang memiliki nilai rasio tertinggi berada di wilayah Kecamatan Penjaringan dengan nilai rasio 656,47 dan terendah terdapat di wilayah Kecamatan Cilincing dengan nilai rasio sebesar 136. Jumlah tenaga perawat di kecamatan Cilincing sebanyak 550 orang dengan jumlah penduduk 403.406 jiwa sedangkan jumlah tenaga perawat di kecamatan Penjaringan sebanyak 1.498 orang dengan jumlah penduduk 228.190 jiwa. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa jumlah perawat yang ada belum tersebar merata jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang ada pada daerah tersebut. Untuk wilayah Kecamatan Pademangan tidak dapat dilakukan analisis karena pada wilayah ini hanya terdapat 1 rumah sakit yaitu RSTP Ancol namun tidak terdapat data jumlah tenaga kesehatan di rumah sakit tersebut. Untuk tenaga perawat gigi, kecamatan Koja memiliki jumlah tenaga perawat gigi terbanyak yaitu dengan jumlah perawat gigi sebanyak 11 orang. Sedangkan tenaga perawat gigi yang ada di Kecamatan Cilincing hanya sebanyak 6 orang. Dari analisis ini didapatkan kesimpulan bahwa tenaga perawat gigi juga belum merata karena wilayah kecamatan cilincing memiliki penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan koja namun jumlah tenaga perawat gigi yang ada lebih sedikit jika dibandingkan dengan kecamatan koja. Dari hasil analisis untuk tenaga perawat dan perawat gigi, hanya kecamatan Penjaringan yang memenuhi rasio tenaga perawat berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 1202 / Menkes/sk/VIII/2003. Sedangkan untuk jumlah tenaga perawat gigi, tidak ada kecamatan yang memenuhi syarat. Untuk tenaga bidan yang terdapat di puskesmas dan rumah sakit, kecamatan penjaringan memiliki rasio yang paling besar yaitu sebesar 39,44 per 100.000 penduduk dengan jumlah bidan sebanyak 90 orang. Kecamatan Cilincing dengan nilai rasio sebesar 16,61 per 100.000 penduduk dengan jumlah bidan sebanyak 67 orang. Jumlah penduduk di Kecamatan Cilincing lebih banyak dari jumlah penduduk di kecamatan penjaringan dengan jumlah bidan yang lebih banyak di kecamatan penjaringan sehingga dapat dikatakan tenaga bidan juga belum merata di setiap wilayah. Universitas Indonesia 14 4.3 Apoteker Jumlah apoteker dihitung dari jumlah apoteker yang bekerja di puskesmas kecamatan, kelurahan dan rumah sakit di wilayah Jakarta Utara. Data rekapan apoteker dan asisten apoteker dapat dilihat pada Lampiran 1. Puskesmas dan rumah sakit dengan nilai rasio tertinggi untuk tenaga apoteker per 100.000 penduduk adalah Puskesmas dan rumah sakit di Kecamatan Kelapa Gading dengan nilai rasio sebesar 5,33 per 100.000 penduduk dengan jumlah apoteker sebanyak 7 orang . Sedangkan nilai rasio apoteker terendah terdapat di wilayah kecamatan Cilincing dengan nilai rasio sebesar 1,24 dengan jumlah apoteker sebanyak 5 orang. Perbedaan jumlah apoteker antara kedua kecamatan tersebut tidak terlalu banyak karena banyaknya jumlah penduduk yang berada di kecamatan Cilincing mempengaruhi nilai rasio tenaga apoteker. Dari 6 kecamatan yang berada di wilayah Jakarta Utara, tidak satupun kecamatan yang dapat memenuhi rasio apoteker per 100.000 penduduk. 4.4 Gizi Jumlah ahli gizi yang digunakan dihitung dari jumlah ahli gizi yang bekerja di puskesmas kecamatan, kelurahan dan rumah sakit wilayah Jakarta Utara. Data rekapan ahli gizi dapat dilihat di Lampiran1. Dari hasil analisis, kecamatan dengan nilai rasio ahli gizi tertinggi adalah kecamatan Kelapa Gading yaitu sebesar 35,78 dan kecamatan dengan nilai rasio ahli gizi terendah adalah kecamatan Cilincing yaitu 0,50. Rendahnya nilai rasio ini menunjukkan kurangnya tenaga ahli gizi di wilayah Jakarta Utara,khususnya kecamatan Cilincing yang hanya memiliki 2 orang tenaga ahli gizi. Dari 6 kecamatan di wilayah Jakarta Utara, hanya kecamatan Kelapa Gading yang memenuhi rasio tenaga ahli gizi per 100.000 penduduk. 4.5 Kesehatan masyarakat Tenaga kesehatan masyarakat mencakup sarjana kesehatan masyarakat dan tenaga sanitarian. Pada laporan ini, jumlah tenaga kesehatan masyarakat dihitung dari jumlah tenaga sarjana kesehatan masyarakat yang berada di kelurahan, Universitas Indonesia 15 kecamatan dan rumah sakit di wilayah Jakarta Utara. Data rekapan tenaga sanitarian dan tenaga kesehatan masyarakat dapat dilihat di Lampiran 1. Rumah sakit dan puskesmas wilayah Kecamatan Kelapa Gading memiliki rasio tenaga kesehatan masyarakat tertinggi yaitu sebesar 12,94 serta wilayah kecamatan Cilincing memiliki nilai rasio terendah yaitu sebesar 2,73. Dilihat dari jumlah penduduk pada kecamatan Cilincing yang lebih besar daripada kecamatan Kelapa Gading, dapat dinilai bahwa jumlah tenaga kesehatan masyarakat masih sangat minim. Untuk tenaga sanitarian, kecamatan Penjaringan memiliki nilai rasio paling tinggi yaitu sebesar 4,38 sedangkan kecamatan Tanjung Priok memiliki nilai rasio terendah yaitu sebesar 0,49. Rendahnya nilai rasio tenaga sanitarian di wilayah Jakarta Utara menunjukkan kurangnya jumlah tenaga sanitarian dibandingkan jumlah masyarakat yang ada. Dari analisis jumlah tenaga kesehatan non medis di wilayah Jakarta Utara, sebagian besar wilayah masih belum memenuhi jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan rasio yang ditetapkan keputusan Menteri Kesehatan No. 1202 / Menkes/sk/VIII/2003. Khususnya kecamatan Tanjung Priok dimana jumlah penduduknya terbanyak namun jumlah tenaga kesehatan yang ada di puskesmas dan rumah sakitnya belum memenuhi standar yang ideal. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa jumlah tenaga kesehatan yang berada di Kota Administrasi Jakarta Utara masih belum merata. Hal ini terlihat dari rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk, dimana kecamatan yang memiliki jumlah penduduk lebih banyak memiliki jumlah tenaga kesehatan yang lebih sedikit ataupun sebaliknya. Terutama di kecamatan Tanjung Priok yang merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya, semua tenaga medis di kecamatan ini belum memenuhi standar rasio minimal menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 1202/ MENKES /SK /VIII /2003. 5.2 Saran 5.2.1 Diperlukan pemerataan jumlah tenaga kesehatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara berdasarkan jumlah penduduk di masing- masing kecamatan. Pemerataan jumlah tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan cara mendata dan menganalisis kebutuhan masing-masing tenaga kesehatan pada setiap kecamatan dan memberi usulan kepada Dinas Kesehatan untuk dapat menambah jumlah tenaga kesehatan di setiap kecamatan yang masih kekurangan tenaga kesehatan agar rasio indikator jumlah tenaga kesehatan mendekati standar rasio minimal untuk mencapai derajat kesehatan yang tinggi. 5.2.2 Pada kecamatan dengan jumlah penduduk yang tinggi dan belum terdapat banyak sarana kesehatan rumah sakit, Pemerintah sebaiknya meningkatkan pelayanan dan jumlah tenaga kesehatan yang berada di puskesmas baik kecamatan maupun kelurahan serta memperhatikan penyebaran jumlah tenaga kesehatan di tiap-tiap kecamatan 16 Universitas Indonesia 17 DAFTAR ACUAN Badan Pusat Statistik. (2012). Hasil Sensus Penduduk 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Utara. Daris, A. (2008). Himpunan Peraturan Perundang – Undangan Kefarmasian. Jakarta: ISFI. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2010). Profil Sumber Daya Manusia Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Edisi 2012. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/MENKES/SKII/2004 tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat (PUSKESMAS). Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003. (2003). Keputusan Menteri Kesehatan No. 1202/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Indikator Indonesia Sehat 2010. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996. (1996). Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009. (2009). Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 150 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Suku Dinas Kesehatan. Jakarta. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009. (2009). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Universitas Indonesia LAMPIRAN Lampiran 1 Jumlah Tenaga Kesehatan Non Medis Di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara Tenaga Keperawatan No Unit Kerja Perawat 1 2 Tenaga Kefarmasian KECAMATAN PENJARINGAN Puskesmas Kec. Penjaringan RS Akademik Atma Jaya RS Pluit RSIA Family RS Indah Kapuk Sub total KECAMATAN PADEMANGAN Puskesmas Kec. Pademangan RSTP Ancol Sub total Perawat Gigi Bidan 30 244 552 92 580 1498 3 0 0 0 4 7 25 13 18 20 14 90 9 1 9 1 Asisten Apoteker 0 14 60 5 29 108 Apoteker Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan Masyarakat Sanitarian Tenaga Gizi 1 1 2 2 4 10 2 9 7 0 6 24 2 1 7 0 0 10 3 6 26 0 4 39 12 0 0 Tidak ada data 1 2 4 12 0 1 2 4 0 19 Universitas Indonesia Lanjutan Lampiran 1. Tenaga Keperawatan No Unit Kerja Perawat 3 Universitas Indonesia 4 Tenaga Kefarmasian KECAMATAN TANJUNG PRIOK Puskesmas Kec. Tanjung Priok RSPI Prof. Dr. Sulianti RSIA Hermina Podomoro RS Sunter Agung RS Royal Progress RS Puri Medika RS Port Medical Centre RS Sukmul RS Satya Negara RS Medika Griya Sub Total KECAMATAN KOJA Puskesmas Kec. Koja RSUD Koja RS Pelabuhan Tanjung Priok Sub total Perawat Gigi Bidan Asisten Apoteker 38 7 34 226 0 35 100 106 132 358 132 1092 0 1 0 0 0 8 8 0 16 13 11 117 6 8 7 21 8 68 28 295 288 611 3 3 5 11 33 21 11 65 9 14 0 23 Apoteker 2 2 Tidak ada data 16 1 Tidak ada data Tidak ada data Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan Masyarakat Sanitarian Tenaga Gizi 0 0 0 2 0 23 1 0 2 7 2 15 15 10 0 2 13 42 1 0 0 0 1 2 1 1 2 6 12 45 2 5 2 9 6 2 6 14 2 4 0 6 2 7 2 11 20 Lanjutan Lampiran 1. Tenaga Keperawatan No Unit Kerja Perawat 5 6 Tenaga Kefarmasian KECAMATAN KELAPA GADING Puskesmas Kec. Kelapa Gading RS Mitra Keluarga RS Gading Pluit Sub total KECAMATAN CILINCING Puskesmas Kec. Cilincing RS Islam Jakarta Utara Sub total Perawat Gigi Bidan Asisten Apoteker Apoteker Tenaga Kesehatan Masyarakat Tenaga Kesehatan Masyarakat Sanitarian Tenaga Gizi 28 516 404 948 2 0 0 2 18 12 14 44 5 50 48 103 1 3 3 7 5 4 8 17 0 4 0 4 4 12 31 47 34 516 550 6 0 6 50 17 67 4 49 53 2 3 5 3 8 11 3 0 3 2 0 2 21 Universitas Indonesia Lanjutan Lampiran 1 Tenaga Keterapian Fisik No 1 2 Unit Kerja KECAMATAN PENJARINGAN Puskesmas Kec. Penjaringan RS Akademik Atma Jaya RS Pluit RSIA Family RS Indah Kapuk Sub total KECAMATAN PADEMANGAN Puskesmas Kec. Pademangan RSTP Ancol Sub total Fisioterapi 0 2 4 Terapi Okupasi Terapi Wicara Tenaga Keteknisan Medis Akup untur Radio grafer Radio terapis Teknisi Elektro medis Teknisi Gigi 0 1 3 0 4 8 0 0 0 0 0 0 0 9 35 4 27 75 0 0 Tidak ada data 0 0 0 0 3 3 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 8 0 11 20 0 3 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 11 19 0 0 Ortotik Prostetik Rekam Medis Teknisi Transfusi Darah 0 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 1 3 2 9 15 1 1 4 0 0 6 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Analis Kesehatan Refraksionis Optisien Universitas Indonesia 22 Lanjutan Lampiran 1 Tenaga Keterapian Fisik No Unit Kerja Fisioterapi 3 KECAMATAN TANJUNG PRIOK Puskesmas Kec. Tanjung Priok RSPI Prof. Dr. Sulianti RSIA Hermina Podomoro RS Sunter Agung RS Royal Progress RS Puri Medika RS Port Medical Centre RS Sukmul RS Satya Negara RS Medika Griya Sub Total KECAMATAN KOJA Puskesmas Kec. Koja RSUD Koja RS Pelabuhan Tanjung Priok Sub total Terapi Okupasi Terapi Wicara Akup untur Radio grafer Radio terapis Teknisi Elektro medis Analis Kesehatan Teknisi Gigi Refraksionis Optisien Ortotik Prostetik Rekam Medis Teknisi Transfusi Darah 0 0 0 0 1 0 0 Tidak ada data 0 3 0 0 0 4 5 3 2 0 0 2 1 Tidak ada data Tidak ada data 0 0 0 0 2 0 1 0 0 0 5 0 0 0 4 0 0 0 0 2 2 3 8 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 5 0 10 0 0 2 0 4 1 1 0 0 0 0 0 0 6 5 24 5 0 0 0 1 0 0 0 0 0 3 3 3 0 0 0 21 4 2 0 21 8 3 0 47 1 0 11 4 0 4 4 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 8 0 9 0 0 7 7 0 2 0 2 0 0 1 1 6 22 2 30 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 8 10 6 0 0 6 23 Universitas Indonesia 4 Tenaga Keteknisan Medis Lanjutan Lampiran 1 Tenaga Keterapian Fisik No Unit Kerja Fisioterapi 5 KECAMATAN KELAPA GADING Puskesmas Kec. Kelapa Gading RS Mitra Keluarga RS Gading Pluit 6 Tenaga Keteknisan Medis Sub total KECAMATAN CILINCING Puskesmas Kec. Cilincing RS Islam Jakarta Utara Sub total Terapi Okupasi Terapi Wicara Akup untur Radio grafer Radio terapis Teknisi Elektro medis Analis Kesehatan Teknisi Gigi Refraksionis Optisien Ortotik Prostetik Rekam Medis Teknisi Transfusi Darah 0 16 3 19 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 13 9 22 0 0 5 5 0 1 1 2 0 0 0 0 1 34 26 61 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7 7 14 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 13 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 0 4 0 0 0 0 0 0 0 2 2 1 0 1 Universitas Indonesia 24 Lampiran 2 Perbandingan Rasio Tenaga Kesehatan Non Medis Dengan Standar Rasio Ideal Menurut Indikator Indonesia Sehat Keterangan: Tenaga Keterapian Fisik dan Tenaga Keteknisan Medis tidak dihitung rasionya. Rasio Tenaga Keperawatan No Unit Kerja Jumlah Penduduk 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Penjaringan Kecamatan Pademangan Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja Kecamatan Kelapa Gading Kecamatan Cilincing 228190 162616 410103 321840 131354 403406 Perawat Rasio Perawat per 100.000 penduduk 1498 9 1092 611 948 550 656,47 5,53 266,27 189,85 721,71 136,34 Rasio perawat minimal per 100.000 penduduk Kesimpulan 117,5 Memenuhi Tidak memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi Memenuhi 25 Universitas Indonesia Lanjutan Lampiran 2 Rasio Tenaga Bidan No Unit Kerja Jumlah Penduduk 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Penjaringan Kecamatan Pademangan Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja Kecamatan Kelapa Gading Kecamatan Cilincing 228190 162616 410103 321840 131354 403406 Bidan Rasio Bidan per 100.000 penduduk 90 12 117 65 44 67 39,44 7,38 28,53 20,2 33,5 16,61 Rasio bidan minimal per 100.000 penduduk Kesimpulan 100,00 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Rasio Tenaga Apoteker Unit Kerja Jumlah Penduduk Apoteker 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Penjaringan Kecamatan Pademangan Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja Kecamatan Kelapa Gading Kecamatan Cilincing 228190 162616 410103 321840 131354 403406 10 0 15 9 7 5 4,38 0 3,66 2,8 5,33 1,24 Rasio apoteker minimal per 100.000 penduduk Kesimpulan 10,00 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi 26 Universitas Indonesia No Rasio Apoteker per 100.000 penduduk Lanjutan Lampiran 2 Rasio Tenaga Kesehatan Masyarakat No Unit Kerja Jumlah Penduduk Kesehatan Masyarakat Rasio Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Penjaringan Kecamatan Pademangan Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja Kecamatan Kelapa Gading Kecamatan Cilincing 228190 162616 410103 321840 131354 403406 24 1 42 14 17 11 10,52 0,61 10,24 4,35 12,94 2,73 Rasio Kesehatan Masyarakat minimal per 100.000 penduduk Kesimpulan 40,00 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Rasio Tenaga Sanitarian Unit Kerja Jumlah Penduduk Sanitarian 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Penjaringan Kecamatan Pademangan Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja Kecamatan Kelapa Gading Kecamatan Cilincing 228190 162616 410103 321840 131354 403406 10 2 2 6 4 3 4,38 1,23 0,49 1,86 3,05 0,74 Rasio Sanitarian minimal per 100.000 penduduk Kesimpulan 40,00 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi 27 Universitas Indonesia No Rasio Sanitarian per 100.000 penduduk Lanjutan Lampiran 2 Rasio Tenaga Gizi No Unit Kerja Jumlah Penduduk 1 2 3 4 5 6 Kecamatan Penjaringan Kecamatan Pademangan Kecamatan Tanjung Priok Kecamatan Koja Kecamatan Kelapa Gading Kecamatan Cilincing 228190 162616 410103 321840 131354 403406 Gizi Rasio Gizi per 100.000 penduduk 39 4 45 11 47 2 17,09 2,46 10,97 3,42 35,78 0,5 Rasio Gizi minimal per 100.000 penduduk Kesimpulan 22,00 Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Tidak memenuhi Memenuhi Tidak memenuhi 28 Universitas Indonesia