BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi Negara memegang peranan yang penting dalam menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai salah satu komponen penggerak perekonomian, perusahaan harus senantiasa meningkatkan pertumbuhan dan perkembangannya dari waktu ke waktu. Berbagai cara dapat ditempuh oleh perusahaan dalam meningkatkan pertumbuhan usahanya, salah satunya adalah dengan go public. Perusahaan yang go public (emiten) merupakan perusahaan yang mendapatkan dana melalui pasar modal dengan menjual sekuritas atau efek kepada masyarakat luas. Pasar modal adalah sumber dana segar jangka panjang karena keberadaan institusi ini bukan hanya sebagai wahana sumber pembiayaan, tetapi juga sebagai sarana investasi yang melibatkan seluruh potensi dana masyarakat baik dari dalam maupun dari luar. Apresiasi masyarakat terhadap perusahaan yang go public sangat dipengaruhi oleh operasi perusahaan itu sendiri. Perusahaan yang telah go public melalui pasar modal, tentunya harus lebih meningkatkan kinerja operasionalnya, memanfaatkan berbagai peluang yang bernilai ekonomis, menambah modal dengan tujuan penambahan kapasitas produksi serta melakukan ekspansi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan. Gambaran tentang kesehatan suatu perusahaan akan terlihat pada laporan keuangan perusahaan tersebut. 1 Setiap perusahaan dalam melaporkan hasil dari kinerjanya adalah melalui laporan keuangan, dimana laporan keuangan yang disusun dan dilaporkan oleh manajemen perusahaan merupakan kinerja perusahaan pada periode tertentu. Laporan keuangan yang dihasilkan dapat pula digunakan manajemen perusahaan untuk mengukur keefektifan dan keefisienan kinerja dari aktivitas operasional perusahaan, sehingga perusahaan dapat mengambil langkah yang tepat untuk periode berikutnya. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (IAI, 2007:2-3) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan, catatan atas laporan keuangan, dan laporan lainnya serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Laporan keuangan digunakan oleh para investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, yaitu pengkomunikasian laporan. Laporan keuangan merupakan mekanisme penting bagi manajemen untuk berkomunikasi dengan pihak investor luar, yaitu investor publik di luar lingkup manajemen serta tidak terlibat dalam pengelolaan perusahaan (Binsar dan Lusy, 2004:353). Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menghubungkan pihak internal perusahaan dengan pihak eksternal perusahaan, dimana laporan keuangan yang disusun pihak internal perusahaan merupakan pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh pihak internal 2 perusahaan kepada pihak eksternal perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud pihak internal adalah manajemen perusahaan yang berkewajiban menyusun laporan keuangan. Pihak eksternal adalah pemegang saham, kreditur dan pemerintah sebagai pihak yang menanamkan modalnya, memberi pinjaman serta memiliki kepentingan dalam kaitannya untuk memperoleh dana pembangunan dalam bentuk pajak. Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban yang mempunyai fungsi sebagai alat kendali utama terhadap aktivitas perusahaan. Tanggung jawab manajemen tidak hanya terbatas atas pengelolaan dana kedalam perusahaan kepada investor dan kreditor, tetapi juga meliputi dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan alam dan sosial. Sejauh ini perkembangan akuntansi konvensional telah banyak dikritik karena tidak mampu mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, dimana akuntansi konvensional hanya memusatkan perhatiannya pada kepentingan manajemen dan pemilik modal. Hal ini membuat banyak perusahaan meninggalkan konsep akuntansi konvensional tersebut, sehingga muncul konsep akuntansi baru yang disebut sebagai Social Responsibility Accounting (SRA) atau akuntansi pertanggungjawaban sosial (Retno, 2006:2). Adanya akuntansi pertanggungjawaban sosial ini diharapkan mampu mengakomodir kepentingan manajemen, pemilik modal dan terutama masyarakat luas. Tanggung jawab atas laporan keuangan yang dibuat perusahaan dijelaskan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 tahun 2007 paragraf kesembilan, secara implisit menunjukan bahwa Ikatan Akuntan Indonesia 3 menyarankan agar perusahaan mengungkapkan tanggung jawab akan masalah lingkungan dan sosial. Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Selain itu peraturan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial diatur dalam UndangUndang R.I. No. 40 tahun 2007 pasal 74 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan menjelaskan: perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan meperhatikan kepatutan dan kewajaran. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ayuna, 2008:2-3). Manfaat mengungkapkan yang akan informasi diperoleh oleh suatu pertanggungjawaban perusahaan sosial dalam dengan laporan keuangannya adalah untuk membangun image baik perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat di sekitarnya. Selain itu pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial juga berdampak positif bagi karyawan perusahaan misalnya melalui pemberian kompensasi berupa biaya kesejahteraan karyawan. Disamping itu pihak luar (investor dan kreditor) akan mendapatkan informasi 4 yang lebih lengkap tentang perusahaan, dimana luasnya pengungkapan sukarela dapat menjadi pertimbangan bagi investor dan kreditor dalam mengambil keputusan. Berbagai penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan keanekaragaman hasil. Hubungan antara leverage dan pengungkapan sosial menunjukkan hasil yang tidak konsisten, penelitian yang dilakukan oleh Belkaoui dan Karpik (1989) menemukan hubungan yang negatif signifikan antara kedua variabel tersebut. Suda dan Kokubu (1994) tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut, selain itu Robert (1992) menemukan hubungan yang positif antara kedua variabel tersebut (Sembiring, 2005:2). Hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan laba merupakan hal sulit untuk dipahami, misalnya Hackston dan Milne (1996) menemukan tidak ada hubungan antara variabel tersebut, sedangkan Donovan dan Gibson (2000) menemukan hubungan yang negatif dari variabel tersebut, Gray et al. (2001) menemukan hubungan yang bervariasi setiap tahun untuk kedua variabel tersebut. Pada sisi lain beberapa penelitian yang disebutkan dalam Hackston dan Milne (1996) seperti Bowman dan Haire (1976) serta Preston (1978) menemukan hubungan yang signifikan (Sembiring, 2005:2). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Retno (2006:8), ketika kepemilikan manajer terhadap perusahaan semakin kecil maka konflik kepentingan antara manajer dengan pemilik menjadi semakin besar. Dalam hal ini manajer akan berusaha untuk memaksimalkan kepentingan dirinya dibandingkan 5 kepentingan perusahaan. Sebaliknya semakin besar kepemilikan manajer di dalam perusahaan maka semakin produktif tindakan manajer dalam memaksimalkan nilai perusahaan, dengan kata lain biaya kontrak dan pengawasan menjadi rendah. Manajer perusahaan akan mengungkapkan informasi sosial dalam rangka untuk meningkatkan image perusahaan, meskipun harus mengorbankan sumber daya untuk aktivitas tersebut. Hackston dan Milne (1996) dalam hasil penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh ukuran perusahaan dalam pengungkapan pertanggungjawaban sosial perusahaan, dimana perusahaan yang lebih besar cenderung akan lebih banyak dalam pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosialnya daripada perusahaan yang lebih kecil. Perusahaan besar cenderung akan memberikan informasi laba sekarang lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar cenderung akan mengeluarkan biaya untuk pengungkapan informasi sosial yang lebih besar dibandingkan perusahaan kecil (Retno, 2006:9). Singh dan Ahuja (1983) dalam Gray et. al. (2001), tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut dan Cowen et. al. (1987), menemukan bahwa hubungan hanya terjadi dengan beberapa kategori tanggung jawab sosial tersebut bukan secara keseluruhan (Sembiring, 2005:2). Perusahaan yang termasuk dalam industri yang high-profile akan memberikan informasi sosial lebih banyak dibandingkan perusahaan yang lowprofile. Robert (1992) dalam Hackston dan Milne (1996) dalam Retno (2006:9) mendefinisikan industri yang high-profile adalah industri yang memiliki visibilitas konsumen, risiko politis yang tinggi, atau menghadapi persaingan yang tinggi. 6 Cowen, et al. (1987) dalam Hackston dan Milne (1996) dalam Retno (2006:9-10) menyatakan bahwa perusahaan yang berorientasi pada konsumen diperkirakan akan memberikan informasi mengenai pertanggungjawaban sosial karena hal ini akan meningkatkan image perusahaan dan mempengaruhi penjualan. Dalam hubungan antara jenis perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan juga terjadi ketidakkonsistenan hasil. Hackston dan Milne (1996), serta Gray et. al., (2001), menemukan hubungan yang positif dari kedua variabel tersebut. Demikian juga Patten (1991) dan Roberts (1992) seperti yang dinyatakan dalam Hackston dan Milne (1996). Bertolak belakang dengan hal tersebut seperti dinyatakan dalam Hackston dan Milne (1996) adalah penelitian yang dilakukan Kelly (1981), Davey (1982), Ng (1985) dan Cowen et. al., (1987), tidak menemukan hubungan antara kedua variabel tersebut. Sedangkan Ness dan Mirza dalam Gray et. al., (2001) menemukan bahwa hubungan ini secara khusus terdapat pada industri minyak (Sembiring, 2005:2). Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengujian kembali sebagai dukungan terhadap teori dan penelitian tentang pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, dimana hasil penelitian dapat mengkonfirmasikan hasil penelitian terdahulu dengan sampel dan periode berbeda. Selain itu penulis tertarik untuk melihat apakah tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajeral, ukuran dan jenis perusahaan berpengaruh pada tingkat pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah tingkat leverage, profitabilitas, 7 kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan berpengaruh pada pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)? 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menguji secara empiris pengaruh tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan pada pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial perusahaan yang terdaftar di BEI. 1.3 Kegunaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan maka kegunaan dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Kegunaan teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan informasi dan pengetahuan serta memberikan sumbangan pemikiran yang berarti untuk memperluas pengetahuan di bidang pasar modal khususnya mengenai pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial dan sebagai tambahan dokumentasi dan referensi di lingkungan akademis mengenai teori keagenan dan teori legitimasi sehingga dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. 8 2) Kegunaan praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi pemakai laporan keuangan tentang bagaimanakah pengaruh dari tingkat leverage, profitabilitas, kepemilikan manajerial, ukuran dan jenis perusahaan terhadap pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial pada perusahaan yang terdaftar di BEI, sehingga dengan melihat hasil penelitian ini nantinya pemakai laporan keuangan dapat mempertimbangkan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial sebagai bahan pertimbangan dalam keputusan berinvestasi ataupu memberikan pinjaman kredit terhadap peruahaan. 1.4 Sistematika Penyajian Penulisan laporan ini terdiri dari beberapa bab yang disusun berurutan secara sistematis sehingga antara satu bab dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang sistematis. Adapun sistematika penyajiannya adalah sebagai berikut: Bab I: Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, merumuskan pokok permasalahan, menentukan tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, serta menguraikan sistematika penyajian digunakan untuk membahas masalah yang dihadapi. 9 yang Bab II: Kajian Pustaka Dan Rumusan Hipotesis Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkenaan dengan pokok permasalahan yang dibahas. Adapun teori-teori yang disajikan yaitu mengenai pengertian pasar modal, pengertian laporan keuangan, tujuan laporan keuangan, pengungkapan laporan keuangan, informasi pertanggungjawaban sosial, hubungan tingkat leverage dengan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, hubungan profitabilitas dengan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, hubungan kepemilikan manajerial dengan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, hubungan ukuran dengan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, hubungan jenis perusahaan dengan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial, hasil penelitian sebelumnya dan rumusan hipotesis. Bab III: Metode Penelitian Pada bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi lokasi penelitian, obyek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan. 10 Bab IV: Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan tentang deskripsi hasil penelitian, uji hipotesis dan pembahasan hasil penelitian yang menggunakan teknik analisis regresi logistik (multinomial logistic regression). Bab V: Simpulan Dan Saran Merupakan bab terakhir dalam skripsi ini yang menyajikan tentang simpulan dari hasil analisis pada bab IV serta saran-saran yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 11