(capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal (capital market) adalah suatu pengertian abstrak yang
mempertemukan
dua
kelompok
yang
saling
berhadapan
tetapi
yang
kepentingannya saling mengisi, yaitu calon pemodal (investor) disatu pihak dan
emiten yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang. Di lain
pihak atau dengan kata lain adalah tempat bertemunya penawaran dan permintaan
dana jangka menengah dan jangka panjang.
Sedangkan definisi pasar modal menurut Suad Hasan (2004:1) adalah
sebagai berikut:
“Pasar modal dapat didefenisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument
keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta.”
Pengertian senada diungkapkan oleh Dahlan Siamat (1995:365) sebagai
berikut: “Pasar Modal atau Capital market adalah pasar keuangan untuk dana –
dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan suatu tempat dalam
pengertian fisik yang terorganisasi dimana efek – efek diperdagangkan.”
Berdasarkan sejumlah pengertian dan pendapat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa pasar modal tidak hanya menyangkut tempat dalam arti fisik
mempertemukan kedua belah pihak yang berlebihan dana dan pihak yang
9
membutuhkan saja melainkan juga tempat yang mempertemukan kedua belah
pihak untuk terjadinya transaksi perdagangan asset keuangan jangka panjang.
Surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah surat berharga
yang diterbitkan oleh suatu badan hukum berbentuk perseroan terbatas (PT), baik
yang dimiliki swasta maupun pemerintah. Dengan demikian pasar modal
berfungsi sebagai sumber pembiayaan dunia usaha dan alternatif untuk melakukan
investasi bagi para investor maupun pemodal.
2. Jenis Pasar Modal
Penjualan saham kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa
cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar
modal dimana sekuritas tersebut diperjualbelikan. Jenis – jenis pasar modal
tersebut ada beberapa macam (Tandelilian,2001 :31) yaitu:
a. Pasar perdana (primary market)
Pasar perdana adalah penawaran dari perusahaan yang menerbitkan
saham (emiten) kepada investor selama waktu yang ditetapkan oleh pihak
yang menerbitkan sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar sekunder.
b. Pasar sekunder (secondary market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham setelah
melewati masa penawaran pada pasar perdana.
c. Pasar ketiga (third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas diluar
bursa (over the counter market). Di Indonesia bursa ketiga disebut bursa
paralel.
10
d. Pasar keempat (fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar investor atau
dengan kata lain pengalihan saham disuatu pemegang saham ke pemegang
saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
3. Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara, yang pada
dasarnya peranan tersebut mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara
yang lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan entitas
dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal.
Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu Negara dapat dilihat dari
lima aspek berikut ini:
a. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
b. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk memperoleh
hasil (return) yang diharapkan.
c. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya.
d. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian.
e. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Karena biaya informasi ditanggung oleh semua pelaku bursa, dengan
demikian biayanya akan lebih murah.
11
Kelima aspek diatas memperlihatkan aspek mikro yang ditinjau dari sisi
kepentingan para pelaku pasar modal. Peranan pasar modal dalam perekonomian
nasional suatu Negara adalah sebagai berikut:
a. Fungsi Tabungan (Saving Function)
Menabung dapat dilakukan di bawah bantal, celengan atau di bank.
Para penabung perlu memikirkan alternatif selain menabung yaitu investasi.
Surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal memberi jalan yang
begitu murah dan mudah, tanpa resiko adanya penurunan nilai mata uang
untuk menginvestasikan dananya.
b.
Fungsi Kekayaan (Wealth Function)
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan jangka
panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunakan
kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan itu tidak mengalami depresiasi
(penyusutan) seperti aktiva lain.
c.
Fungsi Likuiditas (Liquidity Function)
Kekayaan yang disimpan dalam surat berharga, bisa dilikuidasi melalui
pasar modal dengan resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan aktiva lain.
Proses likuidasi surat berharga dengan biaya relatif murah dan lebih cepat.
d.
Fungsi Pinjaman (Credit Function)
Pasar modal bagi suatu perekonomian Negara merupakan sumber
pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun dari masyarakat.
Perusahaan juga menjual obligasi di pasar modal untuk mendapatkan dana
dari masyarakat.
12
4. Para Pemain di Pasar Modal
Dalam melaksanakan transaksi jual dan beli baik saham maupun obligasi
di pasar modal diperlukan penjual dan pembeli. Tanpa adanya pembeli dan
penjual, maka tidak akan mungkin terjadi transaksi. Penjual dan pembeli di pasar
modal disebut sebagai para pemain dalam transaksi di pasar modal. Para pemain
terdiri dari para pemain utama dan lembaga penunjang yang bertugas melayani
kebutuhan dan kelancaran pemain utama. Pemain utama dalam pasar modal
adalah perusahaan yang melakukan penjualan (emiten) dan pembeli atau pemodal
(investor) yang akan membeli instrumen yang ditawarkan oleh emiten. Kemudian
didukung oleh lembaga penunjang pasar modal atau perusahaan penunjang yang
mendukung kelancaran operasi pasar modal.
Adapun para pemain utama yang terlibat di pasar modal dan lembaga
penunjang yang terlibat langsung dalam proses transaksi antara pemain utama
sebagai berikut.
a. Emiten
Perusahaan yang akan melakukan penjualan surat-surat berharga atau
melakukan emisi di bursa disebut emiten. Emiten melakukan emisi dapat
memilih dua macam instrumen pasar modal apakah kepemilikan atau utang.
Jika bersifat kepemilikan, maka diterbitkanlah saham dan jika yang dipilih
adalah instrumen utang, maka yang dipilih adalah obligasi.
Dalam melakukan emisi, para emiten memiliki berbagai tujuan dan hal
ini biasanya tertuang dalam rapat umum pemegang saham yakni untuk
13
perluasan usaha, untuk memperbaiki struktur modal dan untuk mengadakan
pengalihan pemegang saham.
b. Investor
Pemain kedua adalah pemodal yang akan membeli atau menanamkan
modalnya di perusahaan yang melakukan emisi, pemodal ini disebut juga
investor. Tujuan utama para investor dalam pasar modal adalah memperoleh
deviden, kepemilikan perusahaan, dan berdagang.
c. Lembaga Penunjang
Fungsi lembaga penunjang ini antara lain turut serta mendukung
beroperasinya pasar modal, sehingga mempermudah baik emiten maupun
investor dalam melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pasar
modal. Para lembaga penunjang yang memegang peranan penting di dalam
mekanisme pasar modal adalah sebagai berikut:
1) Penjamin Emisi
2) Perantara Perdagangan Efek (broker/pialang)
3) Perdagangan Efek
4) Penanggung (guarantor)
5) Wali Amanat (trustee)
6) Perusahaan Surat Berharga (securities company)
7) Perusahaan Pengelolaan Dana (Invesment Company)
8) Kantor Administrasi Efek
14
5. Saham
Saham sebagai tanda penyertaan atau pemilikan seorang atau badan dalam
suatu perusahaan terbuka (Tjiptono Darmaji dan Hendi M. Fakhrudin, 2001:5).
Saham menarik bagi investor karena berbagai alasan. Bagi beberapa investor,
membeli saham merupakan cara untuk mendapatkan kekayaan besar (capital
gain) yang relatif cepat. Sementara bagi investor yang lain, saham memberikan
penghasilan yang berupa deviden. Adapun jenis-jenis saham antara lain saham
biasa (common stock) saham preferen (preferren stock) dan saham komulatif
preferen (commulative preferren stock) (Riyanto, 1999:240).
Menurut Pandji dan Piji (2003:58) harga saham dapat dibedakan menjadi 3
yaitu harga nominal, harga saham perdana, dan harga pasar. Faktor-faktor yang
memperngaruhi harga saham adalah proyeksi laba per lembar saham saat
diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan pada
equitas, serta kebijakan pembagian deviden. Faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal adalah seperti
kegiatan perekonomian pada umunnya, pajak dan keadaan bursa saham.
Penilaian saham adalah suatu mekanisme untuk merubah serangkaian
variabel ekonomi variabel perusahaan yang diramalkan menjadi perkiraan tentang
harga saham misalnya laba perusahaan dan deviden yang dibagikan, maksudnya
suatu metode untuk mencari nilai - nilai saham yang menjadi ukuran dalam
investasi surat berharga.
15
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuanagan
Laporan keuangan merupakan produk dari sistem informasi akuntansi
mengingat banyak pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, maka
laporan keuangan harus disajikan secara lebih informatif dan wajar sehingga
berbagai pihak yang berkepentingan dapat memperoleh gambaran yang lebih
akurat mengenai keadaan keuangan suatu perusahaan.
Menurut Lapoliwa dan Kuswandi (2000:11) pengertian laporan keuangan
adalah “ Bentuk pertanggung jawaban perusahaan yang berupa ikhtisar keuangan
seperti neraca, perhitungan laba rugi, laba ditahan, perubahan posisi keuangan”.
2. Tujuan Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu
(Kasmir,2008:10).
Dengan demikian, maka penyajian laporan keuangan harus dapat
memberikan manfaat kepada para pemakaian laporan keuangan untuk membantu
mereka memperoleh informasi keuangan perusahaan yang berkualitas sehingga
dapat membuat kesimpulan, sebelum mengambil suatu keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan tersebut harus memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian laporan keuangan
tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh
16
keuangan dari kejadian dimasa lalu dan tidak wajib menyediakan informasi non
keuangan.
3. Sifat Laporan Keuangan
Dalam praktiknya sifat laporan keuangan dibuat (Kasmir, 2008:11-12):
a. Bersifat Historis
Laporan keuangan dibuat dan disusun dari data masa lalu atau masa
yang sudah lewat dari masa sekarang.
b. Bersifat Menyeluruh
Laporan keuangan dibuat selengkap mungkin. Artinya laporan
keuangan disusun sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
C. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan sebagai prestasi yang telah
diwujudkan melalui kerja yang telah dilakukan secara maksimal yang dituangkan
dalam suatu laporan laba rugi, neraca dan laporan perubahan modal yang dapat
digunakan sebagai alat ukur untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan pada
periode tertentu ( Darmadji, 2001).
Pengertian pengukuran kinerja menurut Munawir (1997) adalah analisis
data dan pengendalian atas kegiatan operasional perusahaan. Informasi mengenai
kinerja perusahaan dapat digunakan bagi para investor untuk melihat apakah
investasi di perusahaan tersebut akan dipertahankan atau mencari alternative lain.
Selain itu, pengukuran kinerja juga dilakukan oleh perusahaan untuk
memperlihatkan kepada pemegang saham, pelanggan maupun masyarakat bahwa
perusahaan memiliki kredibilitas yang baik.
17
Pengukuran kinerja dapat didefenisikan sebagai suatu usaha yang
dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas dari
aktivitas perusahaan yang telah dilaksanakan selama periode akuntansi.
Pengukuran kinerja dapat juga diartikan sebagai suatu penilaian yang dilakukan
secara sistematis, mandiri, objektif dan berorientasi ke masa depan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu bentuk
evaluasi atas aktivitas perusahaan yang telah dilakukan selama periode tertentu.
Pengukuran
kinerja
perusahaan
meliputi
proses
perencanaan,
pengendalian, dan proses transaksi bagi kalangan perusahaan sekuritas, manajer
keuangan, eksekutif, perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur, dan stakeholder
lainnya. Pengukuran kinerja perusahaan akan digunakan oleh stakeholders sebagai
suatu dasar pengambilan keputusan yang berhubungan dengan kepentingan
mereka di perusahaan. Pengukuran kinerja perusahaan menjadi dasar dari
pendekatan fundamental dalam analisis investasi karana harga saham dipengaruhi
oleh kinerja perusahaan.
D. Rasio Keuangan
Menurut Simamora (2000 : 522) : “Analisis rasio menunjukkan hubungan
di antara pos – pos yang terpilih dari data laporan keuangan. Rasio
memperlihatkan hubungan matematis di antara satu kuantitas dan kuantitas
lainnya. Hubungan ini dinyatakan dalam persentase, tingkat, maupun
proporsi tunggal”.
Agar memberikan hasil optimal, penafsiran rasio – rasio haruslah meliputi
pengkajian data yang mendasarinya. Rasio merupakan pedoman yang berfaedah
dalam mengevaluasi posisi dan operasi keuangan perusahaan dan mengadakan
18
perbandingan dengan hasil dari tahun – tahun sebelumnya atau perusahaan –
perusahaan lain.
Rasio keuangan menurut Ohlson (1980) dalam Martani (2009 : 35) adalah:
“ Financial ratio analysis can help investors in making investment decision and
predicting firm‟s future. Performance. It can also give early warning about the
slowdown of firm‟s financial condition”.
Salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan adalah dengan
menggunakan analisis rasio keuangan. Melalui rasio-rasio keuangan tersebut,
pemakai informasi keuangan dapat mengetahui kondisi suatu perusahaan dan
investor maupun calon investor dapat menilai apakah manager dapat
merencanakan dan mengimplementasikan setiap tindakan secara konsisten dengan
tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Kashmir (2008) membagi rasio keuangan menjadi enam kelompok.
Pembagian rasio keuangan tersebut arena terdapat perbedaan tujuan dan harapan
yang ingin dicapai oleh pihak internal dengan pihak manajemen. Enam kelompok
rasio keuangan tersebut adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Fungsi lain rasio
likuiditas adalah untuk menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak
luar perusahaan maupun di dalam perusahaan.
19
Likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh besar kecilnya aktiva lancar, yaitu
aktiva yang mudah diubah menjadi kas, surat berharga, piutang dan persediaan.
Dua jenis rasio leverage yang sering digunakan adalah: rasio hutang terhadap total
aktiva (debt to total asset), dan rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity
ratio).
2. Rasio Leverage
Rasio leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh
mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya besarnya jumlah utang
yang
digunakan
perusahaan
untuk
membiayai
kegiatan
usahanya
jika
dibandingkan dengan menggunakan modal sendiri.
3. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan (penjualan, sediaan, penagihan
piutang, dan lainnya) atau resiko untuk menilai kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari. Dari hasil pengukuran dengan rasio ini akan
terlihat apakah perusahaan lebih efisien atau sebaliknya dalam mengelola aset
yang dimilikinya. Beberapa jenis rasio aktivitas yang sering dipakai adalah :
receivable turn over, inventory turnover, days of inventory, assets turn over,
working capital turn over.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio
profitabilitas
perusahaandalam
mencari
merupakan
keuntungan.
rasio
Rasio
untuk
menilai
profitabilitas
kemampuan
yang
tinggi
menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan di dalam menghasilkan
20
keuntungan. Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah: net profit
margin (profit margin on sales), return on investment, return on equity, laba per
saham (earning per share). Menurut Kasmir (2008:198) manfaat dari rasio
profitabilitas ini adalah:
a. mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode,
b. mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang,
c. mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu,
d. mengetahui besarnya laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri,
e. mengetahui produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
5. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya ditengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya. Dalam rasio pertumbuhan yang dianalisis
adalah pertumbuhan penjualan, laba bersih, pendapatan per saham dan dividen per
saham.
6. Rasio Penilaian
Rasio penilaian yaitu rasio yang memberikan ukuran kemampuan
manajemen menciptakan nilai pasar usahanya diatas biaya investasi seperti: rasio
harga saham terhadap pendapatan dan rasio nilai pasar saham terhadap nilai buku.
21
E. Debt to Equity Ratio (DER)
Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian dari modal sendiri
atau ekuitas yang digunakan untuk membayar hutang Debt to Equity Ratio (DER)
merupakan perbandingan antara total hutang yang dimiliki perusahaan dengan
total ekuitasnya. Secara matematis Debt to Equity Ratio (DER) dapat
diformulasikan sebagai berikut (Ang, 1997) :
DER =
Total Utang
Modal
Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun
jangka panjang), sedangkan total shareholder‟s equity merupakan total modal
sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur
modal dari total pinjaman (hutang) terhadap total modal yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan komposisi total hutang
(jangka pendek maupun jangka panjang) semakin besar dibanding dengan total
modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap
pihak luar (kreditur) (Ang, 1997).
Semakin besar hutang, semakin besar risiko yang ditanggung perusahaan.
Oleh sebab itu perusahaan yang tetap mengambil hutang sangat tergantung pada
biaya relatif. Biaya hutang lebih kecil daripada dana ekuitas. Dengan
menambahkan hutang ke dalam neracanya, perusahaan secara umum dapat
meningkatkan profitabilitas, yang kemudian menaikkan harga sahamnya, sehingga
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham dan membangun potensi
pertumbuhan yang lebih besar. Sebaliknya biaya hutang lebih besar daripada dana
22
ekuitas. Dengan menambahkan hutang ke dalam neracanya, justru akan
menurunkan profitabilitas perusahaan (Walsh, 2004).
Kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua hutang - hutangnya
menunjukkan “solvabilitas” suatu perusahaan. Suatu perusahaan yang “solvable”
berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya (Riyanto,1996). Sejalan dengan uraian diatas,
Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan struktur permodalan suatu perusahaan
yang merupakan perbandingan antara total hutang dengan ekuitas yang digunakan
sebagai sumber pendanaan perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) adalah rasio
pengukur leverage perusahaan, menurut Gitman dan Joehnk (1996) rasio leverage
adalah: “Financial ratios that measure the amount of debt being used to support
operations and ability of the firm to service its debt”.
F. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio keuangan yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan net income dari kegiatan operasional
pokok perusahaan. Net Profit Margin (NPM) berfungsi untuk mengukur tingkat
kembalian laba bersih terhadap penjualan bersihnya
Menurut Alexandri (2008: 200) Net Profit Margin (NPM) adalah rasio
yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba bersih setelah dipotong pajak.
Menurut Bastian dan Suhardjono (2006: 299) Net Profit Margin adalah
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka
kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
23
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih
menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara
cukup berhasil untuk menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar
bagi pemilik yang telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari
perhitungan mencerminkan laba netto per rupiah penjualan. Para investor pasar
modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
Dengan mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu
profitable atau tidak. Menurut Sulistyanto angka NPM dapat dikatakan baik
apabila > 5 %.
NPM =
Laba Bersih Setelah Pajak
Penjualan
G. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran penting yang digunakan
untuk mengukur kinerja perusahaan. Earning Per Share (EPS) adalah keuntungan
perusahaan yang bisa dibagikan kepada pemegang saham. Tapi dalam prakteknya,
tidak semua keuntungan ini dapat dibagikan, ada sebagian yang ditahan sebagai
laba ditahan. Menurut Ang (1997), Earning Per Share (EPS) merupakan
perbandingan antara laba bersih setelah pajak pada satu tahun buku dengan jumlah
saham yang diterbitkan.
24
Secara matematis Earning Per Share (EPS) dapat dirumuskan sebagai
berikut (Soedijono, 1993):
EPS =
Laba Bersih Setelah Pajak
Jumlah Saham Beredar
Earning Per Share Rumusnya:
EPS =
Laba Bersih – deviden untuk Saham preferen
Jumlah Saham Beredar
EPS dasar dihitung dengan membagi laba/rugi yang tersedia bagi
pemegang saham biasa dengan jumlah saham biasa yang beredar dalam satu
periode. Laba (rugi) bagi pemegang saham biasa dalam suatu periode adalah laba
(rugi) dikurangi (ditambah) dividen saham preferen untuk periode tersebut.
Dividen saham preferen meliputi: dividen saham preferen tidak kumulatif
yang diumumkan untuk periode yang bersangkutan, dividen saham preferen
kumulatif untuk periode yang bersangkutan, baik dividen tersebut sudah atau
belum diumumkan. Jumlah dividen yang diperhitungkan tidak mencakup dividen
periode-periode lalu walaupun dividen tersebut diumumkan atau dibayar dalam
periode yang bersangkutan.
Kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dalam
per lembar saham merupakan indikator fundamental keuangan perusahaan yang
nantinya menjadi acuan para investor dalam memilih saham. Oleh karena
penilaian yang akurat dan cermat bisa meminimalkan resiko sekaligus membantu
investor dalam meraih keuntungan.
25
H. Price to Book Value (PBV)
Robert Ang (1997) secara sederhana menyatakan bahwa Price to Book
Value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk
mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Price to Book Value
(PBV) ditunjukkan dengan perbandingan antara harga saham terhadap nilai buku
dihitung sebagai hasil dari ekuitas pemegang saham dengan jumlah saham yang
beredar.
Secara matematis Price to Book Value dapat dirumuskan sebagai berikut
(Toto Prihadi, 2010) :
PBV =
Price per share
Book Value per share
Rasio ini menunjukkan seberapa jauh sebuah perusahaan mampu
menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan,
sehingga semakin tinggi rasio Price to Book Value (PBV) yang menunjukkan
semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham (Ang,
1997).
Price to Book Value adalah angka rasio yang menjelaskan seberapa kali
seorang investor bersedia membayar sebuah saham untuk setiap nilai buku per
sahamnya. Perusahaan yang aktifitasnya berjalan dengan baik, umumnya
memiliki rasio PBV mencapai di atas satu (>1), yang menunjukkan bahwa nilai
pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin besar rasio PBV semakin
tinggi perusahaan dinilai oleh para pemodal (investor) relatif dibandingkan
dengan dana yang telah ditanamkan di perusahaan.
26
I. Price Earning Ratio (PER)
Price Earning Ratio adalah perbandingan harga per lembar saham (aktual)
terhadap pendapatan per saham (aktual) dan memperkirakan atau memprediksikan
terhadap tingkat diskonto yang telah disesuaikan, tingkat pertumbuhan, dividen
tunai per saham, earning per share dan rasio pembagian dividen (Achmad,1996).
Menurut Kertonegoro (1995), PER merupakan ukuran untuk menentukan
bagaimana pasar memberi nilai atau harga pada saham perusahaan. Keinginan
investor melakukan analisis kesehatan suatu saham melalui rasio keuangan seperti
PER, karena ada keinginan mendapat hasil yang layak dari investasi saham.
Menurut Dyah Ratih Sulistyastuti (2005) “Price Earning Ratio (PER)
adalah ukuran kinerja saham yang didasarkan atas perbandingan antara harga
pasar saham terhadap pendapatan perlembar saham (Earning Per Share)”.
Pertumbuhan laba dan deviden serta expected rate of return dari suatu saham
berubah – ubah nilainya, maka PER diharapkan juga akan berubah. Semakin
tinngi PER maka semakin besar kepercayaan investor terhadap masa depan
perusahaan.
PER =
Harga Pasar Saham
Laba Bersih Per Saham
J. Return Saham
Menurut Jogiyanto (2000 : 85) : “Return merupakan hasil yang diperoleh
dari investasi. Return dapat dibedakan menjadi dua yaitu : return realisasi
yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum terjadi namun
diharapkan dapat terjadi dimasa mendatang. Return realisasi merupakan
return yang telah terjadi. Return realisasi penting karena digunakan
sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan dan dihitung berdasarkan
data historis. Return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor dimasa mendatang. Berbeda dengan return
27
realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum
terjadi”.
Menurut Jogiyanto (1998:85), return saham yang diperoleh investor yang
merupaka hasil dari investasi modal terdiri dari:
1. Capital Gain
Merupakan selisih antara nilai pembelian saham dengan nilai penjualan
saham. Pendapatan yang berasal dari capital gain disebabkan harga jual saham
lebih besra dari harga belinya. Sebaliknya jika harga jual saham lebih kecil dari
harga beli disebut capital loss.
Pt - P t-1
Capital Gain (Loss) =
Pt-1
Keterangan:
Pt = Harga Saham Periode Sekarang
P t-1 = Harga Saham Periode Sebelumnya
2. Yield
Merupakan persentase penerimaan kas periode tertentu terhadap harga
investasi dari suatu investasi dan untuk saham biasa dimana pembayaran periodic
sebesar Dt rupiah perlembar, maka yield dituliskan sebagai berikut:
Yield =
Dt
Pt-1
Keterangan:
Dt = Dividen Kas yang dibayarkan
P t-1 = Harga Saham Periode Sebelumnya
28
3. Return Total
Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 1998) :
Return Total =
Pt - P t-1
+
Dt
=
Pt - P t-1 + Dt
Pt-1
Pt-1
Pt-1
Namun mengingat tidak selamanya perusahaan membagikan deviden kas
secara periodik kepada pemegang sahamnya, maka return saham dapat dihitung
sebagai berikut:
Pt - P t-1
Return Saham =
Pt-1
K. Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian yang berkaitan dengan
beberapa faktor fundamental yang dihubungkan dengan prediksi return saham.
Hasil dari beberapa peneliti akan digunakan sebagai bahan referensi dan
perbandingan dalam penelitian ini.
Sonya Krisnawati (2009) meneliti Pengaruh Kinerja keuangan Terhadap
Return Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI. Variabel
Independen dalam penelitian ini adalah: EPS, DER, PER, ROI, dan ROE
sedangkan variabel dependennya adalah return saham. Hasil penelitian
menunjukkan secara simultan kelima variable independennya independen tidak
berpengaruh terhadap return saham. Sementara itu secara parsial, EPS, DER, ROI
memiliki pengaruh terhadap return saham sementara PER dan ROE tidak
memiliki pengaruh terhadap return saham.
29
Yesica Marisa (2010) melakukan penelitian Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di BEI. Variabel independen dalam penelitian ini adalah DER,
ROE, EPS, PER, OCF, sedangkan variable dependennya yaitu return saham.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan, DER ,ROE, EPS, PER, OCF tidak
berpengaruh signifikan terhadap return saham. Sementara secara parsial, DER,
ROE, OCF, EPS tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hanya PER
yang berpengaruh signifikan terhadap return saham.
Lina Surya Kie (2010) meneliti Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang terdaftar di BEI. Yang menjadi
variable independen dalam penelitian ini yaitu: ROA, ROE, NPM, EPS, PER,
PBV dan yang menjadi variable dependennya adalah return saham. Hasil
penelitian menunjukkan secara simultan maupun parsial tidak ada pengaruh ROA,
ROE, NPM, EPS, PER terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Fachrul Reza (2010) yang meneliti di
Bursa Efek Indonesia periode 2004 hingga 2008 pada perusahaan yang masuk
dalam indeks LQ45 dimana variabel penelitian yaitu Return On Asset, Debt to
Equity ratio dan Price to Book Value secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap return saham.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leon F (2011) yang meneliti
di Bursa Efek Indonesia periode 2007 hingga 2009 pada industri barang konsumsi
dimana variabel ROA, NPM secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
30
return saham. Sedangkan variabel EPS, DER dan PBV berpengaruh signifikan
terhadap return saham.
Erik susilowati (2011) meneliti tentang pengaruh Return On Asset pada
perusahaan perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia periode 2005 hingga
2007. Penelitian ini menggunakan 10 perusahaan perbankan yang dijadikan
sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial variabel Return On
Asset tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M. Yunanto dan Henny
Medyawati (2009) yang melakukan penelitian pada Bursa Efek Jakarta periode
2001 hingga 2006 pada perusahaan manufaktur. Dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel ROA dan DER secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap return saham dan hubungannya tidak signifikan kecuali
DER. Secara parsial juga ROA dan DER tidak berpengaruh terhadap return
saham, hubungan yang signifikan secara parsial adalah DER terhadap return
saham.
Penelitian terdahulu atas faktor-faktor yang mempengaruhi return saham
dapat di jelaskan sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1
Penelitian- Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
Sonya
Independen :
Secara simultan menunjukkan bahwa
Krisnawati
EPS, DER, PER, kelima variabel independen tidak
31
(2009)
ROI, ROE
berpengaruh terhadap return saham.
Dependen :
Sementara itu secara parsial, EPS,
Return Saham
DER,
ROI
memiliki
pengaruh
terhadap return saham sementara
PER
dan
ROE
tidak
memiliki
pengaruh terhadap return saham.
Yesica Marisa Independen :
(2010)
Secara simultan, DER, ROE, EPS,
DER, ROE, EPS, PER,
OCF
tidak
berpengaruh
PER, OCF
signifikan terhadap return saham.
Dependen:
Secara parsial DER, ROE, OCF, EPS
Return saham
tidak memiliki pengaruh terhadap
return saham. Hanya PER yang
berpengaruh
signifikan
terhadap
return saham.
Lina Surya Kie Independen :
(2010)
Secara simultan maupun parsial tidak
ROA, ROE, NPM, ada pengaruh ROA, ROE, NPM,
EPS, PER, PBV
EPS, PER terhadap return saham.
Dependen :
Return Saham
Fachrul Reza, Independen:
ROA, DER dan PBV secara
(2010)
PER, DER, ROA,
bersama-sama memiliki pengaruh
PBV
yang signifikan terhadap return
Dependen:
saham.
32
Return Saham
Leon F,
Independen:
(2011)
CR,
DER,
ROA,
ROA, NPM secara parsial tidak
EPS,
NPM, PBV,
berpengaruh signifikan terhadap
return saham. Sedangkan variabel
PER
EPS, DER dan PBV berpengaruh
Dependen:
signifikan terhadap return saham.
Return Saham
Sumber : data diperoleh penulis dari berbagai jurnal, 2012
L. Kerangka Pemikiran Teoritis
Suatu kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antar
variabel penelitian yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel adalah
konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Sedangkan dalam penelitian ini, Variabel
penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2003).
1. Grand Theory
a.
Signalling Theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang
dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar
perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis
karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran
baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang
33
bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya.
Informasi yang lengkap, relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh
investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan
investasi.
Menurut Jogiyanto (2000: 392), informasi yang dipublikasikan sebagai
suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan
keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh
pasar.
Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah
menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan
dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal
buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam volume perdagangan saham.
Menurut Sharpe (1997: 211) dan Ivana (2005:16), pengumuman informasi
akuntansi memberikan signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik di
masa mendatang (good news) sehingga investor tertarik untuk melakukan
perdagangan saham, dengan demikian pasar akan bereaksi yang tercermin melalui
perubahan dalam volume perdagangan saham. Dengan demikian hubungan antara
publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi keuangan ataupun sosial
politik terhadap fluktuasi volume perdagangan saham dapat dilihat dalam efisiensi
pasar.
34
Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat
menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah
laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat
berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan
keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan
dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang
relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui
oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor
memerlukan informasi untuk mengevaluasi risiko relatif setiap perusahaan
sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan
preferensi risiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli
oleh investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan
secara terbuka dan transparan.
b. Agency Theory
Agency Theory, merupakan konsep yang menjelaskan hubungan
kontraktual antara principals dan agents. Pihak principal adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua
kegiatan atas nama principal dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan
(Sinkey, 1992:78; Jensen dan Smith, 1984:7).
Dalam hubungan keagenan manajer sebagai pihak yang memiliki akses
langsung terhadap informasi perusahaan, memiliki asimetris informasi terhadap
pihak eksternal perusahaan, seperti kreditor dan investor. Dimana ada informasi
35
yang tidak diungkapkan oleh pihak manajemen kepada pihak eksternal
perusahaan, termasuk investor.
Untuk memperkecil asimetris informasi, maka pengelolaan perusahaan
harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan
dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut
teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcement-nya.
Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang
saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang
transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal; serta
biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham
sebagai bentuk „bonding expenditures‟ yang diberikan kepada manajemen dalam
bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan pemegang saham.
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio leverage
yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya
keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih tinggi (Jensen dan
Meckling, 1976:354). Tambahan informasi diperlukan untuk menghilangkan
keraguan pemegang obligasi terhadap dipenuhinya hak-hak mereka sebagai
kreditur [Schipper dalam Marwata (2001:18) dan Meek, et al dalam Fitriani
(2001:14)]. Oleh karena itu perusahaan dengan rasio leverage yang tinggi
36
memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang lebih luas daripada
perusahaan dengan rasio leverage yang rendah.
Pendapat lain mengatakan bahwa semakin tinggi leverage, kemungkinan
besar perusahaan akan mengalami pelanggaran terhadap kontrak utang, maka
manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi dibandingkan
laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan lebih tinggi akan mengurangi
kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian utang. Manajer akan memilih
metode akuntansi yang akan memaksimalkan laba sekarang. Kontrak utang
biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan harus menjaga tingkat
leverage tertentu (rasio utang/ekuitas), interest coverage, modal kerja dan ekuitas
pemegang saham [Watts and Zimmerman dalam Scott (1997:92)]. Oleh karena itu
semakin tinggi tingkat leverage (rasio utang/ekuitas) semakin besar kemungkinan
perusahaan akan melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan berusaha
untuk melaporkan laba sekarang lebih tinggi [Belkaoui & Karpik dalam Marwata
(2001:25)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka manajer harus mengurangi
biaya-biaya (termasuk biaya untuk mengungkapkan informasi).
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain (Umar,
2003). Variabel terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi
oleh variabel independen (Umar, 2003). Kerangka konseptual yang baik akan
menjelaskan secara teoritis pertautan antara variabel yang diteliti (Sugiyono,
2007).
Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio
solvabilitas yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
37
seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang
digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi DER menunjukkan semakin
besar total hutang terhadap total ekuitas (Ang, 1997), juga akan menunjukkan
semakin besar ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar (kreditur) sehingga
tingkat resiko perusahaan semakin besar. Hal ini akan berdampak pada
menurunnya harga saham di bursa, sehingga return saham akan menurun.
Net Profit Margin (NPM) merupakan perbandingan antara pendapatan
bersih dengan pendapatan operasi. NPM ini berfungsi untuk mengukur tingkat
kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Menurut Ang (1997)
semakin besar nilai NPM berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan yang
berarti semakin besar tingkat kembalian keuntungan bersih.
Perhitungan EPS perusahaan diartikan bahwa saham yang baik dan
menguntungkan adalah saham yang mempunyai EPS yang tinggi. EPS yang tinggi
akan menyebabkan harga saham yang tinggi karena peningkatan laba. Jika laba
yang diperoleh meningkat kemungkinan deviden yang dibagikan akan meningkat,
sehingga permintaan akan saham pun naik. Hal inilah yang menimbulkan
peningkatan pada harga saham yang selanjutnya akan meningkatkan return saham.
Rasio selanjutnya adalah rasio pasar. Salah satu jenis rasio pasar yang
sering dikaitkan dengan return saham adalah Price to Book Value (PBV), yang
merupakan rasio antara harga saham terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi nilai
PBV, maka semakin tinggi pula perusahaan itu dinilai oleh investor dibandingkan
dengan dana yang ditanamkan dalam perusahaan tersebut (Ang,1997). Dengan
demikian kenaikan nilai PBV akan berpengaruh positif terhadap harga saham.
38
Dengan kenaikan harga saham, maka return sahampun diharapkan dapat
meningkat.
PER mempunyai hubungan yang positif terhadap harga saham, dimana
semakin meningkat nilai PER dapat meningkatkan harga saham perusahaan
tersebut, dan terjadi sebaliknya bila nilai PER menurun maka harga saham akan
menurun pula.
Kerangka pemikiran teoritis dapat ditunjukkan oleh model gambar 2.1
sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Teoritis
DER
NPM
RETURN
SAHAM
EPS
PBV
PER
Sumber : gambar diolah penulis, 2012
39
Download